Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

MATA KULIAH : TANGGAP BENCANA

DOSEN MK : SUNARTI, ST. M.Si

KONSEP GEOLOGI
DAN GEOFARMAKOLOGI

Disusun Oleh :
Nama: Sindi Maiysaroh
NIM: PO7247319041

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN AJARAN 2021
BAB I
ZONA SUBDUKSI

A. Pengertian
Subduksi adalah proses geologi wilayah kerak bumi di mana terdapat pada batas dua lempeng
tektonik litosfer, lempeng dengan kerak samudra yang lebih tipis menunjam ke bawah lempeng yang
dengan kerak benua yang lebih tebal secara konvergen.
Zona Subduksi merupakan zona yang terdapat pada batas antar lempeng yang bersifat konvergen.
Akibat perbedaan massa jenis antara kedua jenis lempeng tersebut, maka lempeng yang lebih besar
massa jenisnya menunjam kebawah lempeng lainnya. Penunjaman ini terjadi di batas antar lempeng
samudra dan benua atau di antara sesama lempeng samudra.
Zona subduksi dapat terjadi baik antara dua lempeng benua, antar dua lempeng samudra maupun
antara lempeng benua dan samudra. Kerak samudra biasanya tenggelam ke dalam mantel di bawah
kerak benua yang lebih ringan. Penghancuran kerak samudra akibat subduksi dapat membentuk kerak
benua. Akibat perbedaan massa jenis antara kedua jenis lempeng tersebut, satu lempeng yang lebih
ringan harus naik di atas yang lain, memaksa lempeng yang lebih berat ke bawah mantel. Lempeng
tersebut masuh ke dalam magma dan akhirnya meleleh seluruhnya. Perbedaan densitas ini dapat
terjadi karena perbedaan komposisi, umur, jenis batuan penyusun lempeng bumi.
Zona subduksi adalah area di mana dua lempeng bertemu yang membentuk deretan gunung
berapi dan gempa bumi. Daerah pertemuan antarlempeng di lokasi zona subduksi disebut sebagai
patahan gempa, atau sebuah megathrust.

Gambar 1.1 Zona subduksi, lempeng yang kerapatannya


lebih besar menunjam lempeng lainnya

Ilmuwan pertama kali mengidentifikasi zona subduksi pada tahun 1960-an, dengan menempatkan
gempa bumi di kerak yang turun. Subduksi menyebabkan terbentuknya palung laut, misalnya palung
Mariana, serta menyebabkan terbentuknya pegunungan. Dua pegunungan paralel biasanya
berkembang di atas zona subduksi - pegunungan pesisi ryang terdiri dari lapisan sedimen dan batuan
keras yang terangkat dari laut (baji akresi), dan pegunungan vulkanik yang lebih jauh le pedalaman
(busur vulkanik). Gunung api yang terjadi sepanjang zona perbatasan ini, misalnya puncak Saint
Helens dan Krakatau, disebut sebagai gunung api zona subduksi. Pergerakan lempeng tektonik sendiri
disebabkan oleh arus konveksi panas. Sedangkan perbedaan massa jenis ini terjadi akibat dari jenis
batuan yang ada pada kedua lempeng ini berbeda. Pada lempeng samudra batuannya bersifat lebih
basa daripada lempeng benua. Selain akibat pertemuan dua lempeng, aktivitas tektonik juga
disebabkan oleh sesar.
Zona subduksi dengan demikian adalah sistem interior bumi dengan skala dan kompleksitas yang
tak tertandingi. Zona subduksi terjadi di sekitar Samudra Pasifik, lepas pantai Washington, Kanada,
Alaska, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Disebut "Cincin Api", zona subduksi ini bertanggung jawab
atas gempa bumi terbesar di dunia, tsunami paling mengerikan, dan beberapa letusan gunung berapi
terburuk.
B. Pembentukan
Ada beberapa teori menarik mengapa Subduksi terjadi di kerak bumi. Salah satu teori umum
adalah subduksi tercipta oleh tumbukan besar asteroid atau komet di awal sejarah Bumi. Ini sangat
masuk akal karena bukti geologis dari tumbukan besar yang tersebar di seluruh dunia. Gagasan lain
yang diterima secara luas tentang bagaimana zona subduksi terbentuk menunjukkan bahwa sepotong
lempemg mulai secara spontan tenggelam ke dalam mantel. Ini, kemudian menciptakan celah di
permukaan bumi yang dipenuhi magma yang menghasilkan kerak baru dan muda. Hanya setelah juta
tahun, lempeng yang tenggelam menjadi cukup berat untuk mulai menarik kedua lempeng secara
bersama-sama, menciptakan gerakan lempeng horizontal dan subduksi teratur.
C. Dampak
Subduksi adalah salah satu dari beberapa cara lempeng tektonik berinteraksi satu sama lain.
Karena setiap interaksi dapat menghasilkan bahaya alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung
berapi, dan tanah longsor.
1. Gempa bumi
Zona subduksi dapat menimbulkan gempa bumi. Kerak benua yang bertabrakan, menyimpan
energi yang dilepaskan saat gempa bumi. Skala zona subduksi yang berarti mereka dapat
menyebabkan gempa bumi yang sangat besar. Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat berada
di zona subduksi, seperti skala 9,5 di Chile pada tahun 1960 dan 9,2 di Alaska pada tahun 1964.
Besarnya gempa berkaitan dengan sesar yang menyebabkannya, dan sesar zona subduksi adalah
yang terpanjang dan terluas di dunia. Zona subdukso Cascadia di lepas pantai Washington
memiliki panjang sekitar 620 mil (1.000 km) dengan lebar sekitar 62 mil (100 km). Gempa bumi
yang lebih kecil juga terjadi di sepanjang lempeng turun, jiga disebut lempengan. Gelombang
seismik dari gempa dan getaran ini membantu para ilmuwan "melihat" ke dalam Bumi. Gempa
mengungkapkan bahwa lempengan tenggelam cendeeung menekuk pada sudut 25 hingga 45
derajat dari permukaan bumi, meskipun beberapa lebih datar atau curan daripada ini.
2. Tsunami
Zona subduksi biasanya berada di sepanjang garis pantai,. Saat gempa zona subduksi
menghantam, kerak bumi melentur dan pecah. Untuk gempa bumi yang lebih besar dari skala 7,5,
hal ini dapat menyebabkan tsunami, gelombang laut raksasa, dengan menggerakkan dasar laut
tiba-tiba. Namun, tidak semua gempa d zona subduksi akan menimbulkan tsunami. Selan itu,
beberpa gempa bumi memicu tsunami dengan memicu tanah longsor di bawah laut.
3. Gunung berapi
Saat lempeng tektonik meluncur ke dalam mantel, dimana satu lempeng yang mengandung
litosfer samudra turun di bawah lempeng yang berdekatan, sehingga menelan litosfer samudra ke
dalam mantel bumi. Aktivitas vulkanik saat lempeng disubduksi oleh panas dan tekanan
mengubahnya menjadi magma, lapisan yang lebih panas di bawah kerak bumi, pemanasan
melepaskan cairan yang terperangkap di lempeng tersebut. Cairan ini, seperti air laut dan karbon
dioksida, naik ke lempeng atas dan sebagian dapat melelehkan kerak di atasnya, membentuk
magma (batuan cair) yang membentuk gunung berapi. Melihat Cincin Api Pasifik
mengungkapkan hubungan antara zona subduksi dan gunung berapi. Pedalaman setiap zona
subduksi adalah rantai gunung berapi menyembur yang disebut busur vulkanik, seperti
Kepulauan Aleut Alaska. Letusan gunung api Toba di Indonesia, letusan gunung berapi terbesar
dalam 25 juta tahun terakhir, berasal dari gunung berapi zona subduksi
D. Megathrust
Zona Subduksi pada bagian laut dangkal berpotensi melahirkan gempa besar atau sering disebut
megathrust (tumbukan besar). Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng
benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat
bergeser secara tiba-tiba memicu gempa. Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang
berada di atas lempeng samudrs bergerak terdorong naik (thrusting). Namun, dibanding gempa akibat
patahan atau sesar, gempa jenis megathrust memiliki siklus lebih lambat karena periode akumulasi
energi yang besar.
Jalur subduksi lempeng umumnya sangat panjang dengan kedalaman dangkal mencakup kontak
antar lempeng. Dalam perkembangannya zona subduksi diasumsikan sebagai "patahan naik yang
besar", yang kini populer disebut Zoma Megathrust.
1. Bancuh

Bancuh dikenal dalam bahasa asing sebagai Melange, salah satu karakteristik dari batas
konvergen yang terdiri dari batuan yang kacau (Chaotic) pecahan berbagai batuan dan
teranjakkan (thrust fault). Bancuh (Melange) terbentuk dalam palung samudra yang tertekan oleh
litosfer yang bergerak dan terseret dalam blok-blok yang dibatasi oleh sesar-sesar terajakkan
(thrusted).
2. Punggungan Busur Depan
Biasanya yang menjadi Punggungan Busur Depan (Fore arc ridge) adalah Bancuh, yaitu
terbentuk oleh penebalan kerak akibat sesar-sesar ajakkan (thrust fault) pada ujung lempeng yang
ditabrak.
3. Cekungan Busur Muka
Cekungan busur muka (fore arc basin) adalah wilayah yang terletak di antara palung samudra dan
busur vulkanik. Kawasan ini ditemukan di batas-batas konvergen. Akibat tekanan tektonik karena
tertimpanya satu lempeng tektonik di atas lempeng lainnya, wilayah muka busur menjadi sumber
dari gempa bumi.
4. Cekungan Busur Belakang

Gambar 1.2 Diagram cekungan busur belakang

Cekungan busur belakang (back-arc basin) terbentuk karena kecepatan lempeng yang menabraka
lebih besar daripada lempeng yanv ditabrak sehingga menyebabkan tensional stress dan menarik
bagian belakang ini ke bawah hingga membentuk cekungan.
5. Busur magmatic
Gambar 1.3 Diagram lempeng tektonik yang menujukkan
konvergensi antara lempeng samudra dan benua.

Magmatisme busur (arc magmatism) adalah seluruh kegiatan magma hasil penunjaman lempeng
samudra di bawah kerak bumi yang lain, baik kerak benua maupun kerak samudra, yang
umumnya akan membentuk busur yang dikenal sebagai busur vulkanik atau busur magmatik.
6. Busur kepulauan

Gambar 1.4 Empat langkah tabrakan dua lempeng


tektonik yang membentuk busur kepulauan

Busur Kepulauan adalah (Island arc) jalur gunung api/vulkanik yang terbentuk ketika lempeng
samudra bertemu dengan lempeng samudra yang lain, kemudian yang satu menunjam (subducted
plate) miring di bawah yang lain, lalu pada lempeng samudra yang tidak menunjam (overriding
plate) terbenruk jalur gunung api hasil peleburan sebagian lempeng samudra yang menunjam dan
mantel di sekitarnya pada kedalaman 100 - 150 km.
E. Zona Subduksi Di Indonesia
Konsekuensi dari lokasi Indonesia menyebbkan bencana yang datang silih berganti. Di Indonesia
sendiri, sebagai tempat bertemunya tiga lempeng dunia yang menyebabkan banyak terbentuknya
gunung api, serta beberapa lempeng mikro menyebabkan frekuensi kejadian gempa di berbagai
daerah sangat tinggi. Ada enam megathrust di Indonesia yang terbagi lagi menjadi 16 segmen
megathrust. Megathrust melingkari nyaris seluruh pulau besar di Indonesia. Zona subduksi Sunda,
mencakup selatan Jawa yang membentang dari pinggiran Sumatra hingga papua merupakan subduksi
panjang yang terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang membentuk busur
sunda. Penelitian ITB menyebutkan, bahwa zona subduksi tersebut dapat menyebabkan Tsunami
hingga 20 meter. Selain itu beberapa subduksi megathrust lainnya lainnya yaitu aktivitas subduksi
lempeng Filipina di Indonesia, subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, dan Subduksi
Sulawesi, hingga subduksi Utara Papua.

BAB II
PERGESERAN LEMPENG

A. Pengertian
Lempeng bumi adalah kerak bumi yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergerak.
Pergerakan lempeng ini dapat mengakibatkan lempeng-lempeng ini saling bergeser, saling mendekat
dan saling menjauh
B. Pergerakan Lempeng Berdasarkan Arahnya
Lempeng-pempeng ini membentuk daratan dan samudera di Bumi. Misalnya, tiga lempeng
bertemu dan membentuk kepulauan Indonesia yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng
Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempeng lempeng bumi berdasarkan
arahnya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu gerakan konvergen (pergerakan lempeng tektonik saling
bertumbukan), gerakan divergen (pergerakan lempeng tektonik saling bergerak menjauhi) dan
gerakan transform (pergerakan lempeng tektonik saling bergesekan dan bergeser sehingga
menimbulkan patahan):
1. Gerakan Konvergen

Gerakan konvergen adalah gerakan lempeng-lempeng tektonik yang saling mendekat sehinggga
menimbulkan tumbukan. Oleh sebab itu, salah satu lempeng tertekuk dan masuk ke bawah bagian
lempeng lainnya. Apabila lempeng samudra menabrak lempeng benua, maka lempeng samudera
akan melengkung masuk ke bawah lempeng benua. Sebab lempeng benua mempunyai berat jenis
yang lebih ringan daripada lempeng samudra. Fenomena ini disebut sebagai penunjaman
(subduction). Penunjaman dapat membentuk palung samudra dan pegunungan. Contohnya seperti
Palung Jawa dan Pegunungan Himalaya. Gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 lalu juga disebabkan oleh pergerakan
lempeng konvergen.
2. Gerakan Divergen

Gerakan divergen adalah gerakan lempeng-lempeng tetonik yang saling menjauh. Karena gerakan
yang menjauh, timbul retakan-retakan yang menjadi jalan keluar magma. Magma naik ke
permukaan dan mendesak permukaan bumi, sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan
permukaan bumi yang baru. Pergerakan divergen ini biasanya terdapat di dasar samudera, seperti
di Mid-Atlantic Ridge, yang meruakan batas divergen antara Lempeng Amerika dan lempeng
Eurasia. Dampak dari pergerakan lempeng ini adalah melebarnya dasar samudera.
3. Gerakan Transform

Gerakan transform pergerakan lempeng tektonik di mana lempeng saling bergesekan dan
bergeser sehingga menimbulkan patahan. Pada batas lempeng ini, bebatuan akan dihancurkan
saat lempeng bergerak, menciptakan lembah lurus yang panjang atau ngarai bawah laut.
Pertemuan bentuk ini disebut patahan (fault) atau sesar. Pergerakan di patahan ini dapat
menyebabkan gempa bumi. Contoh batas lempeng tektonik transform adalah Patahan San
Andreas di Negara Bagian California, Amerika Serikat. Patahan ini pernah menyebabkan Gempa
Bumi San Francisco yang menghancurkan kota ini pada tahun 1906.
C. Faktor Penyebab Pergerakan Lempeng Bumi
Para ahli tektonik setidaknya telah menghasilkan 3 faktor utama penyebab lempeng bumi dapat
bergerak di bawah permukaan bumi. Ketiga faktor ini pada prinsipnya menunjuk pada kekuatan yang
menciptakan gerakan lempeng. Faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Arus konveksi mantel
Faktor pertama yang dapat menyebabkan lempeng bumi bergerak adalah arus konveksi mantel.
Sifat arus ini yang hangat menyebabkan mereka dapat memindahkan lempeng yang membentuk
litosfer ini dengan cara seperti pada sistem sabuk konveyor.
2. Dorongan punggungan samudera pada mantel upwelling
Faktor kedua adalah dorongan punggung samudera (oceanic ridges). Faktor ini sangat sering
digunakan oleh para peneliti untuk menggambarkan pergerakan lempeng. Dorongan pada
punggungan samudera ini terjadi pada mantel upwelling yang keras yang terletak di level mid-
ocean.
3. Tarikan lempeng
Faktor ketiga yang bisa menggerakkan lempeng adalah kekuatan tarikan lempeng. Kekuatan
tarikan ini terjadi ketika lempeng yang lebih tua umurnya mulai tenggelam.
Lempeng yang lebih tua akan bersifat lebih dingin sehingga membuatnya lebih padat
dibandingkan mantel yang berada di bawahnya. Saat mereka mulai tenggelam mereka pun akan
menarik bagian lempeng yang lebih hangat (lebih muda) bersamanya.
Dari ketiga faktor di atas, para ahli sepakat bahwa faktor ke-3 (tarikan lempeng) adalah yang
paling relevan untuk dapat menjelaskan pergerakan lempeng tektonik. Tarikan lempeng yang lebih
tua terhadap yang lebih muda merupakan kekuatan terbesar dibalik semua kekuatan yang dapat
menggerakkan lempeng tektonik. Namun, kekuatan utama dibalik semua gaya tarikan tersebut
sebenarnya adalah gaya GRAVITASI itu sendiri. Gravitasi adalah penyebab utama yang membuat
lempeng memperoleh kekuatan untuk bisa bergerak.
D. Dampak Pergerakan Lempeng Bumi
Pergerakan lempeng juga menyebabkan pergerakan magma dari dalam bumi. magma yang keluar
ke kerak bumi kemudian membentuk gunung berapi. Contohnya adalah rangkaian gunung berapi
yang disebut “Pacific Ring of Fire” (Cincin Api Pasifik) yang terletak disekitar pertemuan Lempeng
Pasifik dengan lempeng lainnya, termasuk dengan Lempeng Eurasia di Indonesia.
Pergerakan lempeng tektonik ini juga menyebabkan melebarnya dasar lautan, bila terjadi dalam
pertemuan lempeng jenis divergen. Ini terjadi misalnya di Mid-Atlantic Ridge, di dasar Samudera
Atlantik, yang merupakan batas divergen antara Lempeng Amerika dan Lempeng Eurasia. Dampak
pergerakan lempeng bumi ini antara lain adalah:
1. Pelebaran samudera
2. Pembentukan palung samudera
3. Terjadinya gempa bumi
4. Terbentuknya pegunungan
5. Terbentuknya gunung berapi
6. Melebarnya dasar lautan
7. Tsunami

BAB III
RING OF FIRE

A. Pengertian

Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik atau sering disebut Ring of Fire adalah daerah
yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra
Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah
ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang
Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5-6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar)
adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke
Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge (Punggung Tengah Samudra)
B. Pembentukan
Cincin api terbentuk dari aktivitas lempeng tektonik. Aktivitas tersebut, yang terdiri dari tabrakan
dan penghancuran lempeng litosfer di bawah dan sekitar Samudera Pasifik, telah menciptakan
serangkaian zona subduksi yang hampir terus menerus menciptakan gunung berapi dan gempa bumi
terjadi.
Sebagian besar aktivitas vulkanik terjadi di sepanjang zona subduksi, yang merupakan batas
lempeng konvergen tempat dua lempeng tektonik bertemu. Pada zona subduksi ini, pelat yang lebih
berat didorong ke bawah pelat lainnya yang lebih ringan.
Ketika subduksi itu terjadi, pelelehan lempeng menghasilkan magma yang naik melalui lempeng
di atasnya, meletus ke permukaan sebagai gunung berapi. Adapun gempa bumi terjadi saat dua
lempeng saling bergesekan dan lempeng subduksi menekuk.
Setidaknya, sekitar 90 persen semua gempa bumi di dunia dan 80 persen gempa bumi terbesar di
dunia terjadi di sepanjang daerah Cincin Api Pasifik ini. Menurut catatan BMKG, Indonesia setiap
tahun diguncang sekitar 5.000 gempa.
Zona subduksi di Cincin Api Pasifik juga merupakan tempat palung laut terdalam di Bumi berada
dan tempat terjadinya gempa bumi yang dalam. Palung sendiri terbentuk karena ketika satu lempeng
menunjam di bawah lempeng lainnya, ia menekuk ke bawah.
C. Daerah Cakupan
Beberapa daratan dan lautan yang membentuk Lingkaran Api Pasifik (dari arah barat daya,
berlawanan arah jarum jam):
1. Selandia Baru
2. Palung Kermadec
3. Palung Tonga
4. Palung Bougainville
5. Indonesia
6. Kepulauan Melayu
7. Palung Sunda
8. Kepulauan Filipina dan Palung Filipina
9. Pulau Taiwan dan Palung Taiwan
10. Palung Yap
11. Palung Mariana
12. Palung Izu Bonin
13. Palung Ryukyu
14. Kepulauan Jepang (dengan Gunung Fuji) dan Palung Jepang
15. Palung Kurile
16. Palung Aleutia
17. Alaska
18. Pegunungan Pantai Pasifik (Pacific Coast Range) (dengan Gunung St. Helens)
19. Palung Amerika Tengah
20. Amerika Tengah
21. Pegunungan pantai Pasifik di Amerika Selatan
D. Cincin Api dan Indonesia
Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan
berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari
utara, dan Pasifik dari timur. Kondisi geografis ini di satu sisi menjadikan Indonesia sebagai wilayah
yang rawan bencana letusan gunung api, gempa bumi, dan tsunami namun di sisi lain menjadikan
Indonesia sebagai wilayah subur dan kaya secara hayati. Debu akibat letusan gunung berapi
menyuburkan tanah sehingga masyarakat tetap banyak yang tinggal di area sekitar gunung berapi.
Jalur Cincin Api juga memberikan potensi energi tenaga panas bumi yang dapat digunakan sebagai
sumber tenaga alternatif.
E. Keuntungan Indonesia Terletak Di Ring Of Fire
Dampak positif atau menguntungkan akibat banyaknya gunung berapi di " Ring of Fire" ini
adalah:
1. Tanah yang subur
Lava dan abu volkanik dari letusan akan terurai dan menghasilkan nutrisi yang penting bagi
tanah. Ini menghasilkan tanah subur yang sangat baik untuk pertanian. Misalnya, tanah di pulau
Jawa sangat subur karena banyaknya deposit abu vulkanik dari gunung-gunung berapi di pulau
ini.
2. Adanya sumber energi panas bumi
Tingginya tingkat panas dan aktivitas perut bumi di dekat dengan gunung berapi, bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi panas bumi. Di Indonesia ini misalnya ditemui di
pembangkit tenaga panas bumi di Kamojang, Jawa Barat.
3. Adanya potensi wisata
Pemandangan dramatis yang diciptakan oleh letusan gunung berapi menarik wisatawan. Ini
membawa pendapatan ke sekitar daerah itu. Misalnya adalah kawah Gunung Bromo yang
merupakan objek wisata penting di Jawa Timur
F. Kerugian Indonesia Terletak Di Ring Of Fire
Gunung berapi di " Ring of Fire" ini juga memiliki kerugian atau dampak negatif yaitu:
1. Kerusakan dan korban jiwa akibat letusan gunung berapi
Bencana letusan gunung berapi sangat berbahaya. Banyak nyawa bisa hilang akibat letusan
gunung berapi, seperti yang terjadi ketika gunung Merapi atau Krakatau meletus yang
mengakibatkan banyak orang meninggal dan lahan pertanian dan pemukiman rusak.
2. Timbulnya gas berbahaya
Dari celah-celah gunung berapi dapat muncul gas berbahaya seperti belerang yang bila dihirup
bisa membahayakan hingga menyebabkan kematian.
3. Adanya gempa vulkanik
Gerakan magma, terutama saat gunung berapi akan meletus dapat menyebabkan gempa vulkanik.
Gempa ini dapat merusak bangunan di sekitar wilayah dekat gunung berapi

BAB IV
DEGRADASI LAHAN

A. Pengertian
Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat aktivitas
manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak
diinginkan. Bencana alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi degradasi lahan, tetapi beberapa
bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan merupakan hasil secara tidak langsung dari
aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa disebut sebagai degradasi lahan. Degradasi lahan
memiliki dampak terhadap produktivitas pertanian, kualitas lingkungan, dan memiliki efek terhadap
ketahanan pangan. Diperkirakan hingga 40% lahan pertanian yang ada di dunia saat ini telah
terdegradasi

Gambar 4.1 Penggembalaan hewan berlebih Gambar 4.2 Degradasi lahan serius di kawasan Karst
dapat menyebabkan degradasi lahan pasca aktivitas penambangan fosfat, di Nauru

Gambar 4.3 Erosi tanah pada di lahan gandum di Washington, Amerika Serikat. Awalnya tidak
terlihat sebagai masalah signifikan, tetapi jika terjadi terus-menerus dapat mendegradasi nutrisi tanah
B. Jenis Degradasi Lahan
Sejak berabad-abad jenis degradasi lahan yang terjadi diantaranya disebabkan oleh erosi air,
angin, dan mekanis; degradasi secara kimiawi dan biologi. Empat jenis degradasi lainnya telah
muncul pada abad ini, yaitu:
1. Pencemaran akibat aktivitas pertanian, industri, pertambangan, dan aktivitas komersial
2. Hilangnya lahan yang mampu ditanami akibat pembangunan habitat manusia
3. Radioaktif antropogenik, umumnya tidak disengaja
4. Cekaman lahan akibat konflik bersenjata
5. Secara rinci ada 36 jenis degradasi lahan yang semuanya disebabkan oleh manusia.
C. Penyebab
Degradasi lahan merupakan masalah serius yang sebagian besar terkait dengan aktivitas
pertanian. Penyebab utama termasuk:
1. Pembersihan lahan, seperti tebang habis dan deforestasi
2. Hilangnya nutrisi tanah secara permanen akibat praktik pertanian yang kurang baik
3. Penggembalaan hewan berlebih
4. Irigasi yang tidak baik dan pengambilan air tanah berlebih
5. Rebakan kota dan pembangunan usaha komersial
6. Kontaminasi tanah
7. Pertambangan
8. Aktivitas olahraga seperti berkendara off-road
9. Perluasan lahan yang menabrak habitat hewan liar
10. Pembajakan tanah berlebihan (erosi mekanis)
11. Pertanian monokultur
12. Pembuangan sampah non-biodegradable seperti plastik
Kepadatan populasi manusia yang tinggi tidak selalu terkait dengan degradasi lahan, melainkan
praktik yang dilakukan manusia terhadap lahan yang ditempatinya. Populasi dapat mendayagunakan
sekaligus melestarikan lahan jika menginginkannya tetap produktif dalam waktu lama. Hingga kini,
degradasi lahan merupakan faktor utama penyebab migrasi manusia besar-besaran di Afrika dan Asia.
D. Faktor Penyebab Degradasi Lahan
Pada dasarnya, terjadinya degradasi tanah disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor manusia
Degradasi yang disebabkan oleh manusia biasanya terjadi dalam usaha pertanian di lahan kering.
Beberapa aktvitas manusia yang bisa menyebabkan terjadinya degradasi tanah, yaitu pemanfaatan
lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, penggunaan pupuk buatan dan
pestisida yang tidak ramah lingkungan, serta penggunaan sistem budidaya monokultur.
2. Faktor alam
Degradasi yang disebabkan oleh faktor alam biasanya terjadi di wilayah tropis basah, seperti di
Indonesia. Faktor alam yang bisa menyebabkan degradasi tanah adalah faktor topografi berupa
wilayah dengan topografi berombak, bergelombang, dan berbukit dengan lereng curam sampai
sangat curam. Selain topografi, faktor iklim juga memengaruhi, yaitu iklim dengan curah hujan
dan instensitas hujan yang tinggi.
Kedua faktor tersebut akan menyebabkan terjadinya run-off dan erosi yang dapat menyebabkan
terjadinya degradasi tanah. Sementara itu, kasus degradasi tanah di Indonesia, rata-rata disebabkan
oleh dua hal. Pertama, pengelolaan tanah pertanian yang seringkali tidak memperhatikan kaidah-
kaidah konvervasi tanah. Kedua, kebijakan deforestasi terhadap hutan-hutan di Indonesia.
E. Penggolongan Proses Degradasi
Dilansir dari laman resmi Food and Agriculture Organization, FAO menggolongkan proses
degradasi tanah menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Degaradasi tanah karena erosi oleh air
Degradasi tanah kategori ini disebabkan oleh erosi percikan, erosi permukaan, erosi alur, erosi
parit, serta tanah longsor. Erosi tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air yang pada akhirnya menurunkan produktivitas tanah.
2. Degaradasi tanah karena erosi oleh angin
Degradasi tanah kategori ini disebabkan oleh pengikisan dan pengendapan oleh angin serta
pengaruh pengikisan oleh benda-benda bergerak yang terangkut oleh angin.
3. Degradasi kimia
Degradasi tanah kategori ini disebabkan oleh pencucian basa-basa karena curah hujan yang tinggi
serta peningkatan sifat racun beberapa unsur, seperti racun dari unsur alumunium, mangan, dan
besi. Degradasi tanah kategori ini seringkali terjadi pada tanah-tanah yang sudah berumur lanjut
atau tanah yang sudah tua.
4. Degradasi fisika
Degradasi tanah kategori ini disebabkan oleh perubahan fisik tanah, seperti perubahan porositas
tanah dan perubahan stabilitas struktur tanah.
5. Degradasi biologi
Degradasi tanah kategori ini disebabkan oleh pengelolaan tanah secara konvensional,
menurunnya kandungan bahan organik karena erosi, serta pembakaran lahan pertanian.
BAB V
CLIMATE CHANGE

A. Pengertian

Climate change atau yang sering disebut dengan perubahan iklim adalah perubahan pola dan
intensitas unsur iklim dalam periode waktu yang sangat lama. Bentuk perubahan berkaitan dengan
perubahan kebiasaan cuaca atau perubahan persebaran kejadian cuaca. Penyebab utama terjadinya
perubahan iklim yaitu pemanasan global. Percepatan pemanasan global merupakan akibat dari
meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer Bumi yang mengubah peran dari efek rumah
kaca.
Aktivitas manusia juga dapat mengubah iklim bumi, dan saat ini mendorong perubahan iklim
melalui pemanasan global. Tidak ada kesepakatan umum dalam dokumen ilmiah, media, atau
kebijakan mengenai istilah yang tepat untuk digunakan merujuk pada antropogenik perubahan yang
dipaksakan; baik "pemanasan global" atau "perubahan iklim" dapat digunakan. Perubahan iklim akan
berdampak kepada peningkatan tinggi permukaan air laut, meningkatnya jumlah bencana alam,
pergeseran rentang geografis, dan kerusakan ekosistem. Dampak perubahan iklim akan dirasakan
oleh manusia, hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme. Perumbahan iklim akan memberi dampak
di lautan, daratan maupun di lapisan udara.
Perubahan iklim terjadi melalui interaksi antarunsur iklim selama puluhan hingga jutaan tahun.
Masing-masing unsur iklim memberikan pengaruh terhadap kondisi iklim dengan tingkat pengaruh
yang berubah-ubah. Pengaruh perubahan iklim dapat dimulai dalam skala kawasan perkotaan atau
kabupaten hingga kawasan benua. Perubahan iklim dapat terjadi karena pengaruh dari luar berupa
radiasi Matahari maupun pengaruh dari dalam Bumi berupa peningkatan kadar Karbon dioksida di
atmosfer.
B. Sistem Iklim
Sistem iklim terdiri dari lima bagian yang saling berinteraksi, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Atmosfer (udara)
2. Hidrosfer (air)
3. Kriosfer (es dan permafrost)
4. Biosfer (makhluk hidup)
5. Litosfer (kerak bumi dan mantel atas).
C. Istilah
Definisi paling umum dari perubahan iklim adalah perubahan dalam sifat statistik (terutama rata-
rata dan penyebaran) dari sistem iklim ketika dipertimbangkan dalam jangka waktu yang lama,
terlepas dari penyebabnya. Karenanya, fluktuasi dalam periode yang lebih singkat dari beberapa
dekade, seperti El Niño, tidak mewakili perubahan iklim.
Istilah "perubahan iklim" sering digunakan untuk merujuk secara khusus pada perubahan iklim
antropogenik (juga dikenal sebagai pemanasan global). Perubahan iklim antropogenik disebabkan
oleh aktivitas manusia, berbeda dengan perubahan iklim yang mungkin dihasilkan sebagai bagian dari
proses alami Bumi. Dalam pengertian ini, terutama dalam konteks kebijakan lingkungan, istilah
perubahan iklim telah menjadi identik dengan antropogenik pemanasan global. Dalam jurnal ilmiah,
pemanasan global mengacu pada kenaikan suhu permukaan sementara perubahan iklim termasuk
pemanasan global dan segala sesuatu yang mempengaruhi peningkatan level gas rumah kaca.
Istilah terkait, "perubahan iklim", diusulkan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada
tahun 1966 untuk mencakup semua bentuk variabilitas iklim pada skala waktu lebih dari 10 tahun,
tetapi terlepas dari penyebabnya. Selama tahun 1970-an, istilah perubahan iklim menggantikan
perubahan iklim untuk fokus pada penyebab antropogenik, karena menjadi jelas bahwa aktivitas
manusia berpotensi mengubah iklim secara drastis. Perubahan iklim dimasukkan dalam judul Panel
Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim (UNFCCC). Perubahan iklim sekarang digunakan sebagai deskripsi teknis dari
proses, serta kata benda yang digunakan untuk menggambarkan masalah.
Istilah ini bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata atau perubahan distribusi peristiwa
cuaca rata-rata, contohnya, jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit.
Perubahan iklim terbatas hingga regional tertentu atau dapat terjadi di seluruh wilayah Bumi.
Dalam penggunaannya saat ini, khususnya pada kebijakan lingkungan, perubahan iklim merujuk
pada perubahan iklim modern. Perubahan ini dapat dikelompokkan sebagai perubahan iklim
antropogenik atau lebih umumnya dikenal sebagai pemanasan global atau pemanasan global
antropogenik.
Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim bumi menghasilkan pola cuaca baru
yang bertahan selama setidaknya beberapa dekade, dan mungkin selama jutaan tahun. Sistem iklim
terdiri dari lima bagian yang saling berinteraksi, atmosfer (udara), hidrosfer (air), kriosfer (es dan
permafrost), biosfer (makhluk hidup), dan litosfer (kerak bumi dan mantel atas). Sistem iklim
menerima hampir semua energinya dari matahari, dengan jumlah yang relatif kecil dari interior bumi.
Sistem iklim juga memberikan energi ke luar angkasa. Keseimbangan energi yang masuk dan keluar,
dan perjalanan energi melalui sistem iklim, menentukan anggaran energi Bumi. Ketika energi yang
masuk lebih besar dari energi yang keluar, anggaran energi bumi positif dan sistem iklim memanas.
Jika lebih banyak energi keluar, anggaran energi negatif dan bumi mengalami pendinginan.
Saat energi ini bergerak melalui sistem iklim Bumi, ia menciptakan cuaca Bumi dan rata-rata
cuaca jangka panjang disebut "iklim". Perubahan rata-rata jangka panjang disebut "perubahan iklim".
Perubahan seperti itu bisa merupakan hasil dari "variabilitas internal", ketika proses alami yang
melekat pada berbagai bagian dari sistem iklim mengubah anggaran energi Bumi. Contohnya
termasuk pola siklus laut seperti El Nino Southern Oscillation yang terkenal dan kurang dikenal
Osilasi decadal Pasifik dan osilasi multidecadal Atlantik. Perubahan iklim juga dapat dihasilkan dari
"pemaksaan eksternal", ketika peristiwa di luar lima bagian sistem iklim tetap menghasilkan
perubahan dalam sistem. Contohnya termasuk perubahan output matahari dan vulkanisme.
Bidang klimatologi menggabungkan banyak bidang penelitian yang berbeda. Untuk periode
perubahan iklim kuno, para peneliti mengandalkan bukti yang disimpan dalam proksi iklim, seperti
inti es. Cincin pohon purba, catatan geologis perubahan permukaan laut, dan geologi glasial. Bukti
fisik dari perubahan iklim saat ini mencakup banyak bukti independen, beberapa di antaranya adalah
catatan suhu, hilangnya es, dan peristiwa cuaca ekstrem.
D. Penyebab Perubahan iklim
Perubahan iklim terjadi ketika perubahan dalam sistem iklim bumi menghasilkan pola cuaca baru
yang bertahan selama setidaknya beberapa dekade, dan mungkin selama jutaan tahun. Sistem iklim
menerima hampir semua energinya dari matahari, dengan jumlah yang relatif kecil dari interior bumi.
Sistem iklim juga memberikan energi ke luar angkasa. Keseimbangan energi yang masuk dan keluar,
dan perjalanan energi melalui sistem iklim, menentukan anggaran energi Bumi. Ketika energi yang
masuk lebih besar dari energi yang keluar, anggaran energi bumi positif dan sistem iklim memanas.
Jika lebih banyak energi keluar, anggaran energi negatif dan bumi mengalami pendinginan.
Saat ini, energi yang diterima dari matahari semakin lama semakin banyak namun, proses
pengeluaran energi tersebut terhalang atau terpantulkan karena adanya efek rumah kaca. Efek rumah
kaca merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi memiliki efek seperti rumah
kaca diatas dimana panas matahari terperangkap oleh atmosfer bumi. Gas-gas di atmosfer seperti
karbon dioksida (CO2) dapat menahan panas matahari sehingga panas matahari terperangkap di
dalam atmosfer bumi. Hal ini yang menyebabkan udara makin panas. Seharusnya panas dari matahari
dipantulkan ke luar atmosfer menjadi terperangkap di atmosfer sehingga suhu di bumi naik.
Berikut ini adalah penyebab-penyebab makin tingginya konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer:
1. Penebangan dan pembakaran hutan
Pohon sangat berguna karena dapat mengubah gas karbon dioksida menjadi oksigen yang
bermanfaat untuk kita, akan tetapi manusia suka melakukan penebangan hutan dan membakarnya
untuk dijadikan tempat bercocok tanam. Selain itu, saat hutan dibakar menghasilkan gas-gas
rumah kaca yang tentu dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
2. Penggunaan bahan bakar fosil
Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara yang terlalu berlebihan bukan
hanya berdampak buruk pada kualitas udara, tapi juga dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.
3. Pencemaran laut
Lautan dapat menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang besar, akan tetapi akibat pencemaran
laut oleh limbah industri dan sampah, laut menjadi tercemar sehingga banyak ekosistem di
dalamnya yang musnah, yang menyebabkan laut tidak dapat menyerap karbon dioksida lagi.
4. Industri pertanian
Pertanian dalam skala besar (industri) menggunakan pupuk buatan yang sangat banyak. Pupuk
yang dipakai tersebut melepaskan gas nitrous oxide ke atmosfer yang merupakan gas rumah kaca.
5. Efek gas rumah kaca
6. Pemanasan Global
7. Kerusakan lapisan ozon
8. Kerusakan fungsi hutan
9. Penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol
10. Gas buang industri
E. Jenis Perubahan Iklim
Perubahan iklim yang terjadi secara tiba-tiba terjadi akibat kondisi sistem iklim yang tidak linier.
Proses perubahan terjadi secara mendadak dan tidak terduga sebelumnya. Suatu perubahan iklim
dikatakan mengalami perubahan yang tiba-tiba apabila terjadi perubahan ciri khas iklim karena ada
paksaan dari luar. Peristiwa yang termasuk dalam perubahan iklim tiba-tiba yaitu sirkulasi
termohalin, pencairan gletser secara cepat, pencairan material organik dari tanah atau batuan es
yang bersuhu dibawah 0°C secara cepat atau percepatan siklus karbon akibat peningkatan respirasi
tanah.
F. Dampak Perubahan Iklim
1. Peningkatan suhu Bumi
Peningkatan suhu Bumi terwujud dalam bentuk pemanasan global. Suhu bumi yang meningkat
berdampak pada peningkatan konsumsi energi dan peningkatan bencana penyakit di dalam
kehidupan manusia. Peningkatan penggunaan energi dan penurunan produksi tanaman atau gagal
panen dapat menyebabkan meningkatnya ancaman kelaparan. Penguapan air yang berlebihan
akibat peningkatan suhu menyebabkan ketersediaan air di permukaan Bumi sangat terbatas.
Bersamaan dengan itu, peningkatan suhu Bumi menyebabkan terjadinya kebakaran hutan yang
menimbulkan kabut asap. Peningkatan jumlah kabut asap berdampak pada peningkatan wabah
penyakit malaria, demam berdarah, diare, dan gangguan pernapasan.
2. Perubahan curah hujan
Perubahan curah hujan teramati dengan jenis musim yang tidak menentu. Pada musim hujan,
curah hujan menjadi sangat tinggi sehingga menyebabkan terjadinya banjir dan longsor. Bencana
alam ini kemudian mengurangi luas lahan pertanian, menyebabkan kekeringan dan penurunan
ketersediaan air secara berkepanjangan. Kondisi ini kemudian mempengaruhi pasokan air untuk
wilayah perkotaan dan pertanian, serta meluasnya kebakaran hutan.
3. Kenaikan suhu dan tinggi muka laut
Kenaikan suhu permukaan laut membuat terumbu karang rusak dan arah arus laut berubah.
Kondisi ini kemudian mengubah pola migrasi ikan di laut dan berpengaruh terhadap penghasilan
nelayan. Peningkatan suhu permukaan laut juga membuat genangan air laut meluas dan wilayah
pesisir lebih sering mengalami abrasi dan meningkatkan intrusi air laut ke daratan sehingga
mengancam kehidupan di wilayah pesisir.
4. Pergeseran musim
Perubahan iklim mengakiatkan terjadinya pergeseran musim. Bencana kekeringan dan
penggurunan terjadi larena musim kemarau akan berlangsung lebih lama dari waktu normalnya.
Dampak lekeringan akan dirasakan terutama di Afrika, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
Sementara itu, tingkat curah hujan sangat tinggi pada saat musim hujan dengan waktu yang lebih
singkat dari waktu normalnya. Peningkatan curah hujan ini menyebabkan bencana banjir dan
tanah longsor.
5. Kesadaran pembangunan berkelanjutan
Perubahan iklim memberi peluang bagi terciptanya kesadaran akan pembangunan berkelanjutan
di dalam pemikiran masyarakat global. Berbagai dampak negatif yang telah dialami secara
langsung oleh masyarakat memberikan kemungkinan pemanfaatan perubahan iklim secara positif.
Perubahan iklim meningkatkan daya cipta dan reka baru terhadap model bisnis dan model politik.
Melalui pembangunan keberlanjutan, masyarakat meningkatkan penggunaan cara-cara mutakhir
dalam mengelola alam berdasarkan kearifan lokal yang ada di lingkup negara atau global.
6. Curah hujan tinggi
7. Musim kemarau yang berkepanjangan
8. Peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub
9. Terjadinya bencana alam angina putting beliung
10. Berkurangnya sumber air
DAFTAR PUSTAKA

Anis, N. (2017, April 17). Apa yang dimaksud zona subduksi dan zona konvergen. Dipetik Agustus 15,
2021, dari Brainly: https://brainly.co.id/tugas/10293554
Briyan. (2017, September 29). Keuntungan Dan Kerugian Indonesia Terletak Di Ring Of Fire. Dipetik
Agustus 15, 2021, dari Brainly: https://brainly.co.id/tugas/12458635
Febiola, F. (2019, Mei 01). Mengenal Perubahan Iklim, Faktor, dan Dampaknya. Dipetik Agustus 15,
2021, dari Indonesia Baik: http://indonesiabaik.id/infografis/mengenal-perubahan-iklim-
faktor-dan-dampaknya#
Geost, F. (2020, Juni 09). Faktor Penyebab Lempeng Tektonik Bumi Bergerak. Dipetik Agustus 15, 2021,
dari Geologinesia: https://www.geologinesia.com/2020/06/penyebab-pergerakan-lempeng-
tektonik-bumi.html?m=1
Marwah. (2021, Maret 07). Cincin Api Pasifik. Dipetik Agustus 15, 2021, dari Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik
Pratama, C. D. (2020, Desember 04). Degradasi Tanah: Definisi dan Penggolongannya. Dipetik Agustus
15, 2021, dari Kompas: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/04/170656969/
degradasi-tanah-definisi-dan penggolongannya?page=all&jxconn=1*zrvw1r*other_jxampid*
RGRUSXU0eGdLby02SEljRWd1
Prisilia. (2020, September 08). Tiga Macam Pergerakan Lempeng Tektonik dalam Ilmu Geologi. Dipetik
Agustus 15, 2021, dari Kumparan: https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/
berita-hari-ini/tiga-macam-pergerakan-lempeng-tektonik-dalam-ilmu-geologi-1u9qgYjFQlV
Priskila. (2021, Agustus 06). Perubahan iklim. Dipetik Agustus 15, 2021, dari Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perubahan_iklim
Ririn. (2021, April 12). Apa Itu Ring Of Fire Penyebab Indonesia Sering Gempa. Dipetik Agustus 15,
2021, dari Kumparan Sains: https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/
kumparansains/apa-itu-ring-of-fire-penyebab-indonesia-sering-gempa-yang-disebut-jokowi-
1vXNjlBMXWc
Saputra, B. (2019, Juni 23). Degradasi Lahan. Dipetik Agustus 15, 2021, dari Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Degradasi_lahan
Violin, D. (2014, Oktober 26). Pergerakan Lempeng Bumi Dan Dampaknya. Dipetik Agustus 15, 2021,
dari Brainly: https://brainly.co.id/tugas/1213496
Wibowo, S. (2021, Mei 11). Subduksi. Dipetik Agustus 15, 2021, dari Wikipedia:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Subduksi

You might also like