Makalah Deteksi Tumbuh Kembang Anak - Kel 3

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Makalah Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi


Prasekolah
Dosen Pengampu : Muhammad Arif Furqon, M. Psi., Psikolog

Disusun oleh :

Nurul Amelia Zhanah 200401110007


Kharisma Indah Cahyaniengtias 200401110013
Titis Khoufillah Septiani 200401110201

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Deteksi tumbuh kembang anak merupakan suatu proses penting dalam
memantau perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak sejak lahir hingga
masa kanak-kanak. Perkembangan anak yang optimal sangat penting dalam
menentukan kualitas hidup anak di masa depan. Namun, setiap anak memiliki
pola perkembangan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan deteksi tumbuh
kembang untuk memastikan bahwa anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

Deteksi tumbuh kembang anak meliputi berbagai aspek seperti


pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, sosial dan emosional.
Deteksi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku
anak, melakukan tes fisik dan kognitif, serta memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak dari waktu ke waktu.

Salah satu tujuan dari deteksi tumbuh kembang anak adalah untuk
mengidentifikasi dini adanya masalah perkembangan pada anak. Dengan
demikian, deteksi tumbuh kembang anak dapat membantu mengatasi masalah
perkembangan yang mungkin timbul pada anak, seperti keterlambatan
perkembangan motorik, bahasa, dan kognitif. Dengan mendeteksi dini masalah
perkembangan pada anak, maka langkah-langkah intervensi yang tepat dapat
segera dilakukan untuk membantu anak mencapai potensi optimalnya.

Oleh karena itu, deteksi tumbuh kembang anak sangat penting dalam
upaya untuk memastikan bahwa anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Makalah deteksi tumbuh kembang anak akan membahas berbagai aspek
terkait dengan deteksi tumbuh kembang anak, termasuk metode deteksi, alat
ukur, serta intervensi yang tepat untuk membantu anak mencapai potensi
optimalnya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu deteksi tumbuh kembang anak?
b. Apa saja jenis deteksi tumbuh kembang anak?
c. Bagaimana cara melakukan deteksi tumbuh kembang anak?
d. Mengapa deteksi tumbuh kembang anak penting?
C. Tujuan

a. Untuk mengetahui atau memahami deteksi tumbuh kembang anak


b. Untuk mengetahui jenis deteksi yang perlu dilakukan terhadap
anak
c. Untuk mengetahui cara pelaksanaan deteksi tumbuh kembang anak
d. Untuk memahami pentingnya dilakukan deteksi tumbuh kembang
anak
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Deteksi Tumbuh dan Kembang Anak


Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pertumbuhan
adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian tubuh yang bersifat
kuantitatif dan terukur, sedangkan perkembangan adalah peningkatan fungsi alat
tubuh secara keseluruhan. Tumbuh kembang sudah terjadi sejak seseorang
berada dalam kandungan dan setelah lahir merupakan masa dimana
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dapat terlihat dengan sangat
cepat. Sejak lahir hingga sekitar usia dua tahun, perkembangan anak sangat erat
kaitannya dengan kesehatan serta keadaan fisiknya. Perkembangan kemampuan,
terutama keterampilan motorik, berlangsung cepat. Perbedaannya terlihat
bahkan hanya dalam dua atau tiga bulan. Deteksi dini tumbuh kembang itu
sendiri merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengamatan yang berupaya
mengidentifikasi perbedaan pertumbuhan dan perkembangan anak sedini
mungkin agar dapat segera dilakukan intervensi, terutama pada masa emas
perkembangan saraf anak (Tamana, 2020). Dalam pengertian lain Deteksi Dini
Tumbuh Kembang (DDTK) adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang agar lebih mudah dilakukan
penanganan selanjutnya.

DDTK penting dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan anak baik itu


mental, sikap, perbuatan yang merupakan suatu tugas orang tua, pendidik dan
masyarakat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan
kemampuan yang dibawa anak sejak lahir sehingga anak menjadi cerdas dan
sehat, namun harus selalu dipantau melalui deteksi dini tumbuh kembang anak
secara rutin dan teratur agar tidak terlambat apabila terjadi masalah dengan
tumbuh kembang anak. Penilaian pertumbuhan dan pembangunan mencakup
dua unsur utama, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian
perkembangan. Setiap penilaian ini memiliki parameter dan alat ukurnya sendiri.
Dasar utama untuk menilai pertumbuhan fisik anak penilaian menggunakan alat
baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus
dilakukan secara teliti dan menyeluruh. Pengukuran harus dilakukan secara
berkala untuk mengevaluasi tingkat pertumbuhan.

B. Jenis Deteksi Mendeteksi Tumbuh dan Kembang Anak


Jenis deteksi dini tumbuh kembang anak yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
- Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan. Deteksi dini pertumbuhan
dilakukan di semua tingkat pelayanan yaitu keluarga, masyarakat dan
Puskesmas.Pengukuran Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
bertujuan untuk menentukan status gizi anak termasuk normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan
jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih.
- Deteksi dini penyimpangan perkembangan. Deteksi dini penyimpangan
perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan yaitu
keluarga, masyarakat dan Puskesmas.Salah satu alat yang digunakan
adalah skrining perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP). Tujuan skrining untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Perkembangan
yang dideteksi adalah motorik/gerak kasar, motorik/gerak halus, bicara
dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
- Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi (Kemenkes, 2012).

C. Cara Mendeteksi Tumbuh dan Kembang Anak


Untuk meningkatkan jangkauan dan cakupan balita dan anak prasekolah
yang mendapatkan pelayanan Deteksi Dini Tumbuh Kembang, Kepala
Puskesmas perlu membina dan mengembangkan jejaring dengan institusi yang
melakukan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seperti TK/RA, Kelompok
Bermain, Taman Pengasuhan Anak (TPA) dan satuan PAUD sejenis. Puskesmas
terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada PAUD, lembaga sosial anak dan
posyandu di daerah wilayah binaannya tentang pentingnya pelaksanaan
SDIDTK.
- Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini dapat meliputi
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.
Dari parameter-parameter ini dokter akan membuat kesimpulan status gizi
seorang anak, apakah gizi lebih, gizi baik atau gizi kurang berdasarkan standar
pertumbuhan dari World Health Organization(WHO) untuk selanjutnya
dilakukan intervensi lebih lanjut. Adapun penjelasan tentang pengukuruan
antropometri yakni:
a. Timbang berat badannya (BB)
- Menggunakan timbangan bayi, untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang
- Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
- Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
- Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan dengan tanpa topi,
kaos kaki, sarung tangan.
- Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
b. Ukur tinggi badan (TB)
- Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan Cara mengukur
dengan posisi berbaring yang sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
● Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
● Kepala bayi menempel pada pembatas angka
● Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
● Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan
kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.
● Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
- Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan dengan cara
mengukur dengan posisi berdiri dan Anak tidak alas kaki apapun.
● Berdiri tegak menghadap kedepan.
● Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
● Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
● Baca angka pada batas tersebut.
● Jika anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
c. Lingkar kepalanya (LK)
Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar
batas normal. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 - 11
bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur
12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan
penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Adapun
cara mengukur lingkaran kepala:
- Alat pengukur lingkaran pada kepala anak melewati dahi, diatas alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol,
tarik agak kencang.
- Baca angka pada pertemuan dengan angka.
- Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
- Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan
jenis kelamin anak.
- Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.
d. Lingkar Lengan Atas
- Tetapkan posisi bahu dan siku.
- Letakkan pita antara bahu dan siku.
- Tentukan titik tengah lengan.
- Lingkarkan pita pada tengah lengan.
- Jangan memasang pita terlalu kencang atau longgar
- Sedangkan pada aspek perkembangan dapat dideteksi dengan:
● Cek perkembangan anak dengan KPSP (kuesioner pra skrining
perkembangan) atau tes denver II. Mengisikan Formulir Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) sesuai dengan umur. Formulir ini berisi
9 -10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai
anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. Biasanya dalam pengukuran
perkembangan memerlukan alat bantu pemeriksaan berupa: pensil,
kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm
sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran
0.5 - 1 Cm.
● Adapun tata cara pelaksanaannya
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan
tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi
1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi
4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3
bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
"Dapatkah bayi makan kue sendiri ?"
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada posisi bayi anda
telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk''.
4. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
5. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat
jawaban tersebut pada formulir.
6. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
7. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Aspek yang perlu diukur saat mendeteksi perkembangan anak ialah:
a. Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan bicara dan bahasa adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dsb.
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,
membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dsb. (Depkes, 2005)
d, Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Gerak kasar
atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
besar seperti duduk, berdiri, dsb
● Cek daya pendengarannya dengan TDD (tes daya dengar) dengan tujuan tes
daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat
segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara
anak, yang dapat dilakukan dengan instrumen
● Cek Penglihatannya dengan TDL (tes daya lihat) dengan tujuan tes daya lihat
adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan
tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar.
Beberapa tahapan perkembangan anak yang mudah diperiksa oleh orang tua:
1. Anak pada usia 3-6 bulan mengangkat kepala dengan tegak pada posisi
telungkup.
2. Anak pada usia 9-12 bulan berjalan dengan berpegangan.
3. Anak pada usia 12-18 bulan minum sendiri dari gelas tanpa tumpah.
4. Anak pada usia 18-24 bulan mencorat-coret dengan alat tulis.
5. Anak pada usia 2-3 tahun berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan, melepas
pakaian sendiri.
6. Anak pada usia 3-4 tahun mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
7. Anak pada usia 4-5 tahun mencuci dan mengeringkan tangan tanpa bantuan
(Depkes RI, 2005).
● Untuk mendeteksi adanya penyimpangan mental emosional anak menggunakan
Kuesioner Masalah Mental emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan
sampai 72 bulan, ceklis autis anak prasekolah (Checklist for Autism in
Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan dan formulir deteksi
dini Gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan
Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.

D. Pentingnya Mendeteksi Tumbuh dan Kembang Anak


Deteksi tumbuh dan kembang anak penting dilakukan guna mengetahui
pertumbuhan anak baik itu mental, sikap, perbuatan yang menjadi tugas
orangtua, pendidik dan masyarakat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
anak sesuai dengan kemampuan yang dibawa anak sejak lahir sehingga anak
menjadi cerdas dan sehat, namun harus selalu dipantau melalui deteksi dini
tumbuh kembang anak secara rutin dan teratur agar tidak terlambat apabila
terjadi masalah dengan tumbuh kembang anak. Hal itu dapat dilakukan oleh
orangtua dengan rutin membawa anak ke Posyandu dan Pos PAUD. Orangtua
akan segera mendapatkan bantuan apabila anak mengalami keterlambatan.
Bantuan bisa berupa rangsangan di rumah atau pergi ke petugas kesehatan
apabila ternyata anak berisiko ada keterlambatan pada periode perkembangan
berikutnya.
Jika tumbuh kembang anak Anda mengalami gangguan baik dari sisi fisik,
mental dan sosial, Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit akan membantu
memberikan terapi dan penanganan secara dini yang dilakukan secara terpadu
dengan pre dan post handling assessment oleh Tim Tumbuh Kembang yang
profesional dan berpengalaman yang didukung oleh Dokter Spesialis Anak,
Rehabilitasi Medik (Fisioterapis, Terapis wicara, okupasi terapis), Ahli gizi dll.
BAB III

KESIMPULAN

Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa
tumbuh kembang sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran
merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat
dengan mudah diamati. Sejak lahir hingga usia kurang lebih dua tahun
perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya.
Perkembangan kemampuan, terutama motoric, sangat pesat. Perbedaannya
sangat terlihat walau hanya dalam dua tau tiga bulan saja.
Jenis deteksi dini tumbuh kembang anak yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
3. Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ pada masing masing
anak mempunyai kecepatan yang berbeda (Kemenkes, 2012).
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
DAFTAR PUSTAKA

Tamana, A. F. E. (2020). Deteksi Tumbuh Kembang Anak (Fisik Dan Psikis).


Fisioterapi, Politeknik Kesehatan Makassar.

Dardjito, E., Sistiarani, C. and Nurhayati, S., 2014. Deteksi pertumbuhan dan
perkembangan balita melalui penggunaan buku KIA. Kesmas
Indonesia: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 6(3).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pelaksanaan


Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kemban Anak.

Sugeng, H.M., Tarigan, R. and Sari, N.M., 2019. Gambaran Tumbuh Kembang
Anak pada Periode Emas Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah
Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, 4(3).

Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta:


EGC.

Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.

Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. 1997. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

You might also like