Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Nugget merupakan olahan pangan yang berasal dari daging yang umumnya berasal dari
daging ayam dan nugget merupakan olahan siap saji yang dapat dikonsumsi setiap saat
dengan penyimpanan pada suhu rendah (Talebe dkk, 2020). Nugget ayam merupakan olahan
dari campuran daging ayam dengan penambahan bahan pangan lain ataupun tidak atau bahan
tambahan pangan yang diizinkan, dicetak dengan berbagai bentuk, dilapisi dengan tepung roti
dikonsumsi dengan digoreng dan disimpan dalam keadaan beku (SNI 01-6683-2014).
Proses pembuatan nugget ayam salah satu bahan yang penting adalah bahan pengisi yang
mana bahan pengisi tersebut berguna untuk menyatukan semua bahan yang digunakan dalam
pembuatan nugget ayam sehingga menjadi olahan pangan yang layak dikonsumsi, atau
disebut dengan bahan penstabil emulsi, dapat meningkatkan daya ikat air dan memperkecil
penyusutan (Usmiati & Priyanti, 2013), bahan pengikat yang umumnya digunakan dalam
pembuatan nugget ayam adalah tepung terigu, tepung maizena dan tepung dari ubi kayu, dan
yang paling sering dan umum digunakan adalah tepung terigu, karena kandungan gluten pada
tepung terigu yang dapat menghasilkan bentuk dan tekstur yang baik (Kusumaningrum ,
2013). Syarat mutu pada nugget ayam pada takaran saji 100 gram menurut SNI 01-6683-2014
4
Tabel 1. Syarat mutu nugget ayam
Jenis Uji Satuan Persy/aratan
Keadaan :
- Rasa - Normal, sesuai label
- Aroma - Normal, sesuai label
- Tekstur - Normal
Benda asing - Tidak boleh ada
Air %b/b Maks. 60
Protein %b/b Min. 12
Karbohidrat %b/b Maks.25
Lemak %b/b Maks. 20
Kalsium mg/100g Maks. 30
Cemaran mikroba
1. Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1 x 105
2. Koliform APM/g Maks. 10
3. Escherichia coli APM/g <3
4. Salmonella sp. - Negatif/ 25 g
5. Staphylococcus aureus Koloni/g Maks. 1 x 102
6. Clostridium perfringens Koloni/g Maks. 1 x 102
Sumber : (SNI 01-6683-2014)
Daging ayam yang baik dan segar yang disebutkan dalam SNI 01- 4258 – 2010 sebagai
berikut :
a. Warna putih kekuningan, cerah (tidak gelap, tidak pucat, tidak kebiruan dan tidak terlalu
merah).
b. Warna kulit ayam putih sedikit kekuningan, dan memiliki tampilan yang cerah,
d. Memiliki bau yang khas daging segar (tidak menyengat, tidak memiliki bau amis dan bau
busuk).
5
f. Bagian karkas dan serabut otot memiliki tampilan warna putih sedikit pucat dan tidak
Daging ayam merupakan bahan pangan yang terkenal dengan bahan yang tinggi akan
kandungan protein, yang kandungan protein pada daging ayam memiliki sifat yang lengkap,
dikarenakan mengandung semua asam amino essensial dan terdapat pada masing – masing
susunan seimbang, kandungan protein pada daging ayam sendiri tersusun atas tiga bagian,
yaitu protein yang terdapat pada miofibril yang mana gabungan dari aktin dan miosin, protein
yang terdapat pada sarkoplasma yaitu albumin dan globulin, dan protein yang terdapat pada
jaringan ikat yaitu kolagen dan elastin (Iman, 2018). Penggunaan daging dalam pembuatan
nugget ayam adalah 35% dan 23% nugget ayam kombinasi (SNI 01-6683-2014).
Berikut merupakan kandungan nutrisi pada daging ayam per 100 gram menurut
Bahan pengisi umumnya ditambahkan pada olahan pangan bertujuan untuk menambah
berat dari produk tersebut, dan sebagai penambah volume dari suatu olahan pangan, dan
bahan pengisi yang digunakan pada nugget /ayam ini adalah tepung terigu dan bisa juga
dengan memodifikasi dengan meng/gunakan bahan pati-patian lainnya (Astriani dkk, 2013).
Tepung terigu sendiri me/rupakan tepung yang berasal dari biji gandum yang tentunya harus
6
dilakuka/n impor untuk mendapatkan gandum dikarenakan gandum belum bisa ditanam/ di
Indonesia, keistimewaan dari tepung terigu adalah kandungan gluten di dalam/nya, sehingga
mengakibatkan adonan yang mengandung tepung terigu akan mudah untuk dibentuk
(Rustandi, 2011). Berikut merupakan komposisi kimia dari tepung terigu dalam per 100 gram
Tepung terigu mengandung protein yang disebut dengan gluten yang nantinya
presentasi dari protein tersebut akan mempengaruhi dari elastisitas dari makanan yang akan
diolah, gluten sendiri jika digabungkan dengan bahan cair akan mengakibatkan bahan
mengembang dan mengikat satu dengan lainnya sehingga membentuk adonan yang kalis
(Nugraha, 2019). Penggunaan tepung dalam pembuatan nugget ayam menyesuaikan dengan
penggunaan dari daging ayam, yang telah diatur dalam SNI 01-6683-2014 penggunaan
Bahan pengisi lainnya yang dapat digunakan dalam pembuatan nugget ayam yang
telah dilakukan pada beberapa penelitian adalah, tepung kedelai yang mana pada penelitian
(Makhfiroh, 2020) menyebutkan dengan mensubstitusi tepung kedelai pada olahan nugget
ayam dapat menurunkan susut masak, hal itu dapat dikarenakan tepung kedelai yang
memiliki kandungan protein yang tinggi hampir sama dengan susu skim sehingga memiliki
7
kemampuan mengikat air yang tinggi, selain itu terdapat pula substitusi tepung gembili,
dengan mensubstitusi tepung gembili dapat mempengaruhi dari susut masak dari nugget
ayam yang semakin tinggi substitusi tepung gembili maka semakin rendah susut masak dari
nugget ayam tersebut, jika susut masak rendah maka produk yang dihasilkan kehilangan
nutrisi yang rendah (Nur'aini, 2020), bahan pengisi lainnya yang dapat digunakan adalah
tepung jewawut, dengan penambahan tepung jewawut pada olahan nugget ayam dapat
mengakibatkan warna dari bagian dalam nugget ayam kecoklatan, karena karakteristik dari
tepung jewawut yang coklat sehingga, untuk aroma pada nugget ayam tidak mengalami
perubahan, untuk tekstur penggunaan dari tepung jewawut cenderung menghasilkan tekstur
yang keras (Setiadi dkk, 2015). Bahan pengisi lainnya yang dapat digunakan adalah tepung
ubi jalar ungu, akan tetapi karakteristik tepung ubi jalar ungu yang memiliki warna ungu
yang pekat sehingga dapat menghasilkan warna nugget bagian dalam berwarna ungu, dan
untuk tekstur sendiri hampir sama dengan nugget yang menggunakan tepung terigu akan
tetapi jika konsentrasi tepung ubi jalar ungu terlalu banyak akan menghasilkan tekstur yang
2.2.3 Seasoning
Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan pada olahan pangan untuk
menghasilkan olahan yang memiliki rasa yang khas dan, dalam pembuatan nugget ayam
sendiri bahan tambahan yang digunakan antara lain: garam, bawang putih, lada atau merica,
es batu atau air es, telur dan yang terakhir adalah tepung roti (Makhfiroh, 2020). Berikut
merupakan bahan tambahan alami yang digunakan dalam pembuatan nugget ayam :
a. Garam, selain sebagai pemberi rasa pada nugget ayam tetapi juga dapat sebagai pengawet
pertumbuhan mikroba, selain itu garam juga memiliki sifat dapat mengikat protein daging
8
sehingga dapat meningkatkan daya ikat air pada protein daging (Effendi, 2015).
b. Bawang putih, ditambahkan pada pengolahan nugget ayam juga selain sebagai
meningkatkan rasa tetapi juga dapat sebagai anti bakteri dikarenakan pada bawang putih
mengandung zat bernama allicin (Makhfiroh, 2020). Penggunaan bawang putih pada
c. Lada atau merica yang mana bumbu tersebut memiliki sifat aroma yang khas dan rasa
yang pedas, rasa pedas pada lada dikarenakan pada lada terdapat senyawa yang bernama
piperin dan pada lada juga mengandung minyak atsiri sehingga juga dapat sebagai anti
mikroba (Rahayu & Hartatie, 2016). Penggunaan lada pada pembuatan nugget ayam
Bahan pengikat merupakan bahan yang digunakan dalam olahan pangan yang
berbasis daging – dagingan, yang mana bahan pengikat yang umumnya digunakan adalah
bahan non hewani yang memiliki kandungan protein yang tinggi, yang mana tujuan
ditambahkan bahan pengikat ini agar adonan memiliki tekstur padat dan menghambat
pengerutan saat olahan dilakukan pemasakan, dan bahan pengikat yang biasanya digunakan
Bahan pengikat memiliki kandungan protein kasein yang umumnya terkandung dalam
susu dan susu skim yang bertujuan untuk mengikat air dan mengalami penurunan susut
masak, sehingga menghasilkan tekstur olahan produk yang bagus (Mega, 2010). Susu skim
bubuk memiliki kemampuan mengikat air dan menjadikan butiran tepung menjadi besar, dan
jika terkena susu tinggi mengakibatkan butiran – butiran tersebut pecah dan terbentuknya
9
Proses pembuatan nugget ayam melewati beberapa proses yang diantaranya,
penggilingan daging serta dengan bumbu yang digunakan, dilanjutkan dengan penambahan
es batu dan bahan tambahan pangan lain yang digunakan, pengukusan dan pencetakan,
pelumuran menggunakan batter dan tepung roti, penggorengan tahap awal (pre-frying) dan
dilakukan penyimpanan dalam keadaan beku (Anto & Rato, 2018). Berikut merupakan
A. Penggilingan
Penggilingan daging pada proses pembuatan nugget lebih baik di bawa suhu 15°C
(Kartikasari, dkk 2019), dan usaha yang dapat dilakukan adalah penambahan es batu saat
proses penggilingan (Utami dkk, 2015). Tujuan dari penambahan es batu adalah
mencegah denaturasi protein pada daging oleh panas, yang disebabkan oleh gesekan
B. Pengukusan
Lama pengukusan nugget sebaiknya dilakukan ± 45 menit (Yunita & Utma, 2010).
Batter atau perekat tepung adalah campuran tepung, air dan bumbu yang digunakan
Breeding atau pelumuran menggunakan tepung roti, selain bertujuan untuk menciptakan
tekstur yang renyah juga bertujuan untuk melindungi dehidrasi produk saat penyimpanan
D. Penggorengan
Penggorengan pada nugget tahap pertama menggunakan suhu 180 - 195°C selama 30
detik dan untuk penggorengan kedua adalah ± 4 menit (Makhfiroh, 2020). Proses
10
penggorengan menyebabkan produk mengalami perbedaan warna menjadi kecoklatan,
hal itu disebabkan reaksi maillard (Agustine E. , 2010). Reaksi maillard terjadi pada
protein, asam amino, gula aldehid dan keton yang jika terkena panas akan terjadi
Ubi jalar kuning merupakan salah satu varietas dari ubi jalar yang mana merupakan
sumber karbohidrat setelah padi, jagung, dan singkong, dari segi warna ubi dibedakan
menjadi tiga yaitu ubi putih, ubi ungu dan ubi kuning (Saniyah, dkk., 2018).
Klasifikasi ilmiah dari ubi jalar menurut (Saniyah, et al., 2018) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Ubi jalar kuning yang tentunya cenderung memiliki warna kuning tentunya memiliki
kandungan betakaroten yang tinggi, yang mana kandungan betakorennya setara dengan
wortel, kandungan pada ubi jalar kuning yaitu energi 123 kal, protein 0,5 gr, karbohidrat 25,1
gr, dan lemak 0,4 gr (Nungtyas & Adi, 2017). Kandungan betakaroten pada ubi jalar kuning
dapat sebagai antioksidan, yang mana kita tahu bahwa antioksidan bagus dalam mencegah
resiko sakit jantung dan kanker (Wipradnyadewi, dkk 2016), sebagai komoditi yang memiliki
kandungan utama karbohidrat ubi jalar kuning dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tepung,
11
sehingga dapat mengurangi penggunaan tepung terigu di Indonesia dan dapat menambah
fungsional dari olahan pangan dikarenakan kandungan pada ubi jalar kuning yaitu beta
karoten, berikut nilai gizi dari ubi jalar kuning per 100 g :
Tabel 4. Nilai gizi dari tepung ubi jalar kuning per 100 g
Kandungan Mutu Jumlah
Air (%b/b) 6,77a
Abu (%) 4,71a
Lemak (%) 0,91a
Protein (%) 4,42a
Serat kasar (%) 5.54a
Karbohidrat (%) 83,19a
β – karoten μg/g 550,25b
Sumber :a) Susanti, dkk., 2012
b) (Aisiyah, 2012)
Karakteristik fisik dari tepung ubi jalar kuning sendiri memiliki tekstur yang halus,
kering, tidak memiliki bau yang apek, dan tidak menggumpal, sehingga mudah untuk
digabungkan dengan bahan olahan lainnya, seperti telur, dan dengan memodifikasi ubi jalar
kuning menjadi tepung dapat meningkatkan daya simpan dari ubi jalar kuning dan menambah
dari nilai fungsi dari ubi jalar kuning tersebut (Sopyani, 2015), berikut merupakan proses
4. Ubi jalar kuning direndam dalam air yang bertujuan untuk menghilangkan getah.
5. Ubi jalar kuning dikeringkan dengan menggunakan cabinet dryer menggunakan suhu
6. Ubi jalar kuning dihaluskan lalu diayak menggunakan sieving ukuran 40 – 60 mesh.
12
Pengolahan tepung ubi jalar kuning harus dilakukan dengan seksama, karena jika tidak
diolah dengan tepat akan menghasilkan tepung yang kurang baik, diantaranya dapat
menjadikan tepung ubi jalar kuning memiliki warna kusam dan kecoklatan, sehingga perlu
dilakukan treatment yang mana dengan merendam ubi jalar kuning yang telah dipotong
dengan sodium bisulfit 0,3% selama ± satu jam, sementara kelebihan dari tepung ubi jalar
kuning adalah lebih luwes jika digunakan dalam pengolahan produk pangan, serta lebih tahan
lama (Claudia dkk, 2015). Tepung ubi jalar kuning memiliki kandungan pati yang tinggi
yaitu 85,92%, dan memiliki kandungan amilosa 22,9% , dan memiliki suhu 71,4°C , dengan
kandungan pati yang tinggi maka semakin tinggi juga penyerapan air, sehingga dengan pati
menyerap air dapat mengakibatkan gelatinisasi (Kusumayanti, dkk 2016). Penelitian ubi jalar
kuning sebagai olahan pangan telah banyak dilakukan, diantaranya mie kering (Mulyadi dkk,
2014), pembuatan bakso daging sapi (Susanto, 2018), dan bolu kukus (Wipradnyadewi dkk,
2016).
protein dan lemak nabati yang dibutuhkan oleh tubuh, kandungan protein pada kedelai cukup
tinggi yang mana hampir sama dengan kandungan protein pada susu skim kering selain itu
kedelai juga mengandung serat yang cukup tinggi (Suryaningsih dkk, 2015). Berikut
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Glycine
13
Berikut merupakan komposisi kimia dari tepung kedelai menurut Daftar Komposisi Bahan
Kekurangan dari tepung kedelai diantaranya adalah jika pengolahan tidak dilakukan
dengan benar akan mengakibatkan berbau langu, sehingga baiknya untuk merebus kedelai
terlebih dahulu atau dilakukan pengeringan hingga suhu 100°C (Gozalli, 2015), dalam
pengolahan nugget ayam yang disubstitusi dengan tepung kedelai dengan menggunakan
berbagai presentasi formulasi menjadi nugget memiliki susut masak semakin rendah jika
presentasi tepung kedelai yang digunakan semakin tinggi, hal itu dikarenakan kandungan
protein pada tepung kedelai yang dapat mengikat air pada nugget ayam (Makhfiroh, 2020).
Berikut merupakan proses pembuatan tepung kedelai berikut yang dapat dilakukan dalam
2. Biji kedelai direndam di dalam air bersih selama 3 jam, dengan setiap 1 – 1,5 jam
14
Kandungan protein pada tepung kedelai yang dapat mencapai sekitar 35% dapat
menghasilkan produk yang memiliki daya ikat air yang tinggi, yang mana daya ikat air
tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya gugus yang bersifat hidrofilik serta asam amino polar
pada protein, pada tepung kedelai sendiri terdapat kandungan asam amino ionik, seperti
glutamat, asam aspartat dan lisin sehingga diyakini dapat meningkatkan daya ikat air dan
menghasilkan olahan pangan yang memiliki kualitas tekstur yang baik dan mengakibatkan
adanya mouthfeel atau after taste pada olahan pangan yang dihasilkan (Astawan & Hazmi,
2016). Penelitian tepung kedelai sebagai olahan pangan telah banyak dilakukan, diantaranya
adalah, pembuatan mie basah (Widaningrum, dkk, 2018), spageti (Mayasti, dkk, 2018), dan
15