Kewirausahaan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

A.

Pengertian Berorientasi pada Tindakan


Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu
keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini
terkadang dikaitkan dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan,
seberapa cepat untuk mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang
ada, dan seberapa jauh komitmen orang tersebut atas perkataannya.
Salh satu ciri seorang pengusaha adalah pikiran yang lebih berorientasi pada
tindakan (action) daripada sekedar bermimpi, berkata-kata, atau berwacana.
Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan
dalam setiap masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak
bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check,
and action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi
dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus
menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO
(no action concept only).
NATO hanya akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa
tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya, yang
berpikiran NACO adalah akademisi yang berpikir menggunakan logika formal.
Seorang konseptor atau teoretikus, bekerja dengan data dan jarang sekali berada di
lapangan. Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari waktunya di
lapangan bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-
pelanggannya. Karena bekerja dengan data, maka supaya valid dan ilmiah, seorang
konseptor harus terbiasa menguji data-datanya, membangun model, dan melakukan
validasi. Masalahnya, kalau seorang konseptor tidak menguasai keadaan dan
informasi di lapangan, dia bisa menjadi ragu akan keputusannya, sehingga
cenderung mengulangi lagi siklus di atas, yaitu mengumpulkan data lagi. Akibatnya,
dia bisa berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.
Sebaliknya, seseorang yang berorientasi pada tindakan adalah orang yang memiliki
tingkat efektivitas yang tinggi. Dalam hal ini, akan digunakan konsep seseorang
yang efektif yang dikemukakan oleh Stephen Covey (2004).
Sehebat apapun angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat
dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil risiko.
Begitu juga sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul
akan sia-sia. Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan
perubahan. Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan
inovasi dan dilandasi oleh suatu pemikiran atau mindset.

B. Sikap Berorientasi pada Tindakan


Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha.
Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan.
Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam
menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan
yang diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang
kita ambil.
Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan hal
yang penting. Pribadi yang berorientasi pada tindakan akan berpikir dan bertindak
cepat terhadap suatu keadaan yang dianggap menghasilkan solusi terbaik dan
efektif dalam suatu permasalahan. Menurut Stephen Covey, pribadi seseorang itu
dibentuk karena kebiasaan. Oleh karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan
oleh seseorang adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif. Berikut ini
merupakan sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi pada tindakan dalam
melakukan suatu tindakan:
1. Proaktif
Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau
berwacana. Orang yang efektif adalah orang yang proaktif. Mereka tidak membatasi
diri pada keterbatasan yang ada, tetapi menyadari bahwa mereka memiliki
kebebasan untuk menentukan karakter yang mereka miliki. Mereka tahu persis
bahwa mereka tidak sepenuhnya mampu mengendalikan situasi yang berkembang,
tetapi mampu menentukan pilihan yang terbaik dengan mantap.
Bertindak proaktif merupakan pengambilan tindakan sebelum sebuah kejadian yang
tidak dikehendaki muncul. Dengan kata lain, orang-orang proaktif selalu
mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dan cepat mengambil tindakan sebelum
kejadian.
2. Bermula dari Ujung Pemikiran (Goal Oriented)
Orang yang berorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan,
akan tetapi juga berburu tujuan yang benar. Agar tujuan tercapai dengan baik maka
perlu menyusun rencana tujuan yang jelas dan tepat.
Untuk dapat menjadi seseorang yang berorientasi pada tujuan, kita dapat kita
lakukan langkah-langkah berikut:
 a. Tetapkan tujuan akhir (misalnya: hidup bahagia, sehat, terjamin secara ekonomi dan
sejahtera).
 b. Tentukan langkah-langkah kecil untuk mencapai tujuan tersebut (mislnya
menyelesaikan study selama 4 tahun lalu membuka usaha).
 c. Perhatikan setiap kemajuan yang telah dicapai (misalnya: melakukan evaluasi hasil
kerja apabila ada yang kurang dapat kita perbaiki agar lebih baik).
 d. Ketika ada goal yang tercapai rayakan hal tersebut.
 e. Ikirkan tujuan-tujuan yang lebih menantang.
3. Mendahulukan Hal yang Utama
Kegiatan ini berkaitan dengan sikap yang mengedepankan prioritas. Seringkali
manusia menghabiskan waktu untuk bereaksi pada situasi darurat daripada
mengembangkan kemampuan untuk mencegah situasi darurat tersebut. Untuk
mengatasi hal ini diperlukan lebih banyak waktu untuk bekerja dengan perencanaan
mengembangkan hubungan, memanfaatkan peluang-peluang yang muncul dan
merecharge pengetahuan.
Intinya adalah seseorang harus fokus pada hal-hal yang urgent (mendesak) dengan
membuat prioritas, dan menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan prioritas.
Hal yang paling penting atau membutuhkan perhatian besar harus diutamakan.
4. Berpikir dan bertindak Win/Win
Bisnis atau berwirausaha pada dasarnya adalah upaya untuk memenangkan
kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan berhadapan dengan persaingan
dan, maka dari itu kita perlu kerja sama dan juga perencanaan yang baik dalam
berwirausaha.
Berpikir win-win, dalam hal ini individu berusaha memenangkan kehidupan dan
membantu masing-masing individu untuk mencari solusi akhir yang sama-sama
menguntungkan atau baik. karena menyadari apabila menang sendiri dapat bersifat
destruktif yang hanya akan menghasilkan pihak yang kalah dan akhirnya akan
memunculkan perasaan bermusuhan dan perasaan buruk lainnya.
5. Memahami untuk dipahami
Seorang wirausaha harus memiliki keterbukaan (open mind) untuk mendengarkan
dan tidak menolak, berargumentasi atau melawan atas apa yang mereka dengar
dari pihakk lain. Yang perlu dikembangkan adalah kebiasaan mendengarkan dengan
seksama dan memikirkannya. Dengan kata lain, kita harus bisa menempatkn diri kita
pada posisi orang lain. Apabila Individu dapat memahami dan memiliki keterbukaan
terhadap apa yang di utarakan orang lain, maka akan terjadi komunikasi antar dua
belah pihak dengan baik, dan tujuan yang ingin dicapai antara kedua belah pihak
dapat berjalan dengan efektif.
6. Sinergi
Dalam berwirausaha, seseorang harus mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih
besar dari penjumlahan elemen-elemen tunggalnya. Misalnya, ada 2 pihak A dan B,
dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan
menghasilkan 5 buah, dan kalau dijumlahkan A+B=10. Dengan sinergi antara A dan
B maka 5+5>10, inilah yang disebut sinergi.
Sinergi yang efektif sangat bergantung pada komunikasi. Sering kali seseorang tidak
mau dan tidak mampu mendengarkan lawan-lawannya (to listen) dan tidak mampu
merespon. Mereka hanya mampu mendengar (to hear) dan bereaksi secara reflex.
Reaksi yang ditunjukan pun adalah reaksi defensive, mutung atau pasif. Juga
bertindak menghindar dan tidak bersikap kooperatif.
Untuk pemula yang baru membuka usaha, banyak dari mereka yang tidak ingin
berusaha sendirian, melainkan mencari mitra usaha. Sehigga perlu dipikirkan sinergi
apa yang akan tercipta dari hubungan kemitraan tersebut. Oleh karena itu bagi para
pemula carilah rekan usaha yang saling melengkapi yang berorientasi pada sinergi
sehingga anda dapat berorientasi pada tindakan.
7. Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
Kebiasaan ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk melatih
ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah
memberi makanan pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup yang
seimbang, melakukan meditasi atau bisa juga dengan membaca buku-buku self help
yang membangkitkan semangat dengan kata-kata yang memotivasi.
Jangan takut melakukan kesalahan, karena pabila seseorang tidak pernah
melakukan kesalahan ia tidak pernah belajar dan tidak pernah melakukan action
sehingga tidak dapat menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan.
 8. Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki, yang tersebar pada
empat elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh, hati, dan jiwa. Jika pikiran terus
dikembangkan dan visi yang hebat dapat dirumuskan, maka hal tersebut dapat
memampukan seseorang untuk mengembangkan potensi terbesar seseorang,
lembaga, atau perusahaan. Hal ini berlaku juga dalam kaitannya membantu orang
lain menemukan keunikan pribadinya.

C. Perencanaan dan Tindakan


Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha.
Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa ada tindakan.
Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam
menentukan nilai hidupnya.
Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti
memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya
akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Membuat keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu
dari beberapa alternatif yang ada. Jadi, membuat keputusan adalah suatu proses
memilih antara berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan. Semakin
berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan
diri yang akan semakin berorientasi pula pada suatu tindakan. Jika seorang
Wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam batas-batas waktu yang
masuk akal, mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang menguntungkan
sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.
Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan
kesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus
dapat memutar akal dengan mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan
inovatif. Mereka juga harus memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas,
sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-
akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.
Keberhasilan seorang Wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada kemampuan
membuat keputusan yang meningkatkan kemampuan bisnisnya pada masa yang
akan datang. Kemampuan membuat keputusan dapat diperoleh dari pengalamannya
selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dalam prakteknya pasti ada saja kesalahan-
kesalahan, yang harus cepat disadari dan diambil tindakan pembetulannya.
Dalam perusahaan besar, biasanya pembuatan dan pengambilan keputusan itu
didasarkan atas dasar data-data dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam
survei, laporan usaha, dan sebagainya.
Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara yang sudah ditentukan, sesuai
dengan teknik-teknik pemecahan masalah. Adapun pedoman untuk membuat
keputusan, kuncinya adalah sebagai berikut :
 1. Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.
 2. Identifikasi, bidang manakah dari persoalan-persoalan yang tidak berdasarkan fakta-
fakta. Di bidang yang dikenal inilah, seorang Wirausaha harus menggunakan logika,
penalaran, dan institusinya untuk membuat keputusan.
 3. Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan sebuah keputusan.
 4. Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
 5. Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian yang besar
 6. Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu yang telah
berhasil pada masa lampau.
 7. Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastic susunan organisasi
yang sekarang.
 8. Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.
Seorang Wirausaha harus memulai menerapkan keputusan, semua keragu-raguan
dan ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh. Jika Anda dihadapkan pada
alternatif harus memilih, maka buatlah pertimbangan-pertimbangan yang matang.
Kumpulkan berbagai informasi dan boleh meminta pendapat orang lain. Dengan
berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para wirausaha akan dapat mengambil
keputusan yang terbaik. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan ragu-ragu.
Banyak factor yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan (decision making),
diantaranya motivasi, persepsi, dan proses belajar. Dalam proses pembuatan
keputusan, kenyatannya ada wirausaha yang mampu mengambil keputusan
berdasarkan pengalaman, dan ada pula wirausaha yang berperilaku membuat
keputusan secara otomatis. Jika keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman
masa lalu, hendaknnya tergantung juga pada tempat, waktu, pendidikan wirausaha,
dan sebagainya.

D. Berorientasi Pada Resiko


Seorang wirausaha seharusnya tidak hanya berorientasi pada tindakan, tetapi juga
harus berorintasi pada risiko. Bagi seorang wirausaha (dalam kewirausahaan),
menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide
menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan risiko bagi wirausaha berkaitan
dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar pula keyakinan pada kemampuan
dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk menelurkan hasil dari keputusan
yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha (misalnya pegawai negeri) kegiatan
tersebut merupakan risiko, tetapi bagi wirausaha adalah tantangan dan peluang
untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah, tetapi
nanti harus maju dua langkah
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu
kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak
diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko ini biasanya menjurus
pada suatu hal yang merugikan bagi pelaku suatu kegiatan.
Berikut ini pengertian resiko menurut beberapa ahli :
 1. Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu
(Arthur Williams dan Richard M.H.)
 2. Resiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss)
(A.Abbas Salim)
 3. Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
 4. Resiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan
(Herman Darmawi)
 5. Resiko adalah probabilitas seseuatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi)
Identifikasi sebuah risiko merupakan sebuah proses memahami kejadian potensial
yang mana dapat merugikan sebuah objek tertentu. Proses ini mengidentifikasi
suatu risiko yang kemungkinan terjadi dalam suatu aktivitas. Sumber dari risiko
potensial adalah semua faktor yang bisa menyebabkan risiko tersebut.
Menentukan risiko potensial harus dilakukan cepat, tetapi juga harus berlanjut untuk
mengidentifikasi risiko berdasar perubahan lingkungan. Berikut ini merupakan
teknik-teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi risiko antara lain
brainstorming (menghasilkan ide mengenai topik tertentu), survey atau observasi,
wawancara, informasi historis, kelompok kerja, dan eksperimen.

E. Pengelolaan Resiko
Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko merupakan suatu
proses indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya
melalui sumber daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko
adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang
yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Adapun jenis-
jenis strategi untuk mengelola risiko antara lain:
 1. Risk Transfer, merupakan sebuah tindakan dengan cara memindahkan risiko kepada
pihak lain.
 2. Risk Avoidance, merupakan tindakan untuk menghindari atau tidak melakukan aktivitas
yang mengandung risiko.
 3. Risk Retention, merupakan tindakan untuk menerima sebagian atau seluruh
konsekuensi dari risiko tertentu.
 4. Risk Reduction, merupakan tindakan untuk mengurangi efek buruk dari sebuah risiko.
 5. Risk Deferral, merupakan tindakan untuk menunda aspek suatu proyek hingga peluang
terjadinya suatu risiko itu kecil.
Berikut merupakan cara untuk mengelola suatu risiko yaitu:
 1. Pahami bahwa risiko yang sedang dihadapi itu bukan hambatan untuk maju. Sebagai
hukum alam, semakin tinggi hasil yang kita inginkan maka akan semakin tinggi pula risiko
yang akan kita terima.
 2. Tidak perlu panik, secara perlahan kita identifikasi risiko dengan teliti. Dari kita
mendeteksi risiko dari lingkungan sekitar hingga kepada risiko dari hubungan kita dengan
pemasok, pelanggan, atau kompetitor.
 3. Menentukan seberapa sering risiko akan muncul.
 4. Menentukan seberapa besar potensi dampak yang terjadi dari sebuah risiko yang telah
teridentifikasi.
 5. Fokus kepada risiko-risiko yang dominan supaya tidak membuang waktu.

You might also like