Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
        Allah telah menetapkan sumber hukum islam yang wajib diikuti setiap muslim.
Kehendak Allah tersebut, terekam dalam al-Qur’an yang menjadi sumber hukum
pertama dalam agama islam. Aturan Allah yang terdapat dalam al-Qur’an memiliki
tiga fungsi utama sebagai huda (petunjuk), bayyinat (penjelasan), dan furqon
(pembeda). Sebagai huda, artinya al-Qur’an merupakan aturan yang harus diikuti
tanpa tawar menawar sebagaimana papan petunjuk arah jalan yang dipasang di jalan-
jalan. Kalau seseorang tidak mengetahui arah jalan tetapi sikapnya justru
mengabaikan petunjuk yang ada papan itu, maka sudah pasti ia akan tersesat.
Pengibaratan tadi menunjukkan bahwa apabila al-Qur’an ditinggalkan atau diabaikan,
sudah pasti akan tersesat.
          Petunjuk yang ada pada al-Qur’an benar-benar sebagai ciptaan Allah, bukan
cerita yang dibuat-buat. Semua ayatnya harus menjadi rujukan termasuk dalam
mengelola bumi. Melihat pentingnya pembelajaran tersebut, maka menarik untuk
dikaji khususnya isi dari al-Qur’an sebagai sumber hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan al-Qur’an dan fungsi dari al-Qur’an?
2. Apakah semua ulama mazhab sepakat dengan kehujahan al-Qur’an?
3. Bagaimana penjelasan al-Qur’an terhadap hukum?
4. Bagaimana hukum yang terkandung dalam al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian al-Qur’an dan fungsi al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui kesepakatan ulama mengenai kehujahan al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui penjelasan al-Qur’an terhadap hukum.
4. Untuk mengetahui hukum yang terkandung dalam al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Qur’an dan Fungsi Al-Qur’an
Secara etimologis, al-Qur’an dalam Bahasa Arab diambil dari kata ‫( قرا‬qara-a)
artinya membaca. Seperti yang tertuang dalam firman Allah:
‫ َفاِذَا َق َرْأنَ ُﻩ َفاتَّبِ ْع ُق ْرآنَ ُه‬٬‫م َع ُه َو ُق ْر ۤانَ ُه‬ َ ‫اِنَّا َعلَ ْي َنا‬
ْ ‫ج‬
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya di dadamu dan
membuatmu pandai membaca. Apabila Kami telah selesai membacanya ikutilah
bacaannya itu. (QS. al Qiyamah:17-18)1
Secara terminologis, al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan oleh
Allah dengan perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin
Abdullah dengan lafal Arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasul
bahwasanya dia adalah utusan Allah, sebagai undang-undang sekaligus petunjuk bagi
manusia, dan sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada Tuhannya) sekaligus
sebagai ibadah bila dibaca, diawali surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Naas, yang
sampai kepada kita secara teratur (perawinya tidak terputus) secara tulisan maupun
lisan, dari generasi ke generasi, terpelihara dari adanya perubahan dan penggantian2.
Menurut Syaltut, al-Qur’an adalah lafaz Arabi yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, dinukilkan kepada kita secara mutawatir. Al-Syaukani mengartikan
al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tertulis
dalam mushaf, dinukilkan secara mutawatir. Menurut Ibn Subku mendefinisikan al-
Qur’an adalah  lafaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, mengandung
mu’jizat setiap suratnya, yang beribadah membacanya.
Sedangkan Ali Hasbullah mendefinisikan :
Al-Kitab atau Al-Qur’an ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW berbahasa arab yang nyata, sebagai penjelasan untuk kemaslahatan
manusia didunia dan akhirat.3

1
Nasrun Haroen, Ushul Fiqih 1, (Jakarta:logos wacana ilmu, 2001), cetakan. I, hal. 19
2
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih Jilid 1, (Jakarta:logos wacana ilmu, 2000), cetakan II, hal. 47
3
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih, (Jakarta:hamzah, 2010) cetakan I, hal. 116

2
Dari definisi di atas dapat ditarik suatu rumusan mengenai definisi al-Qur’an,
yaitu lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang
dinukilkan secara mutawatir.
Dari beberapa pendapat Mazhab tersebut dapat penulis simpulkan bahwa Al-
Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan perantara malaikat jibril disampaikan dengan jalan Mutawatir kepada kita,
ditulis dalam Mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al-Qur’an diturunkan
secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 22
Tahun.
Adapun fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut:4
1. Sebagai huda (petunjuk bagi kehidupan umat). Fungsi huda ini banyak sekali
terdapat dalam al-Qur’an, lebih dari 79 ayat, salah satunya:
‫ن‬ ُ ‫ه ًدى لِ ْل‬
َ ‫م َّت ِق ْي‬ ُ ‫ه‬
ِ ‫ب فِ ْي‬ َ ِ‫ٰذل‬
ُ ‫ك ْالكِ َت‬
َ ‫ب ال َ َر ْي‬
Kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa. (al-Baqarah: 2)
2. Sebagai rahmat (keberuntungan yang diberikan Allah dalam bentuk kasih
sayangnya. Al-Qur’an sebagai rahmat untuk umat ini, tidak kurang dari 15
kali disebutkan dalam Al-Qur’an, salah satunya:
‫ن‬
َ ‫سنِ ْي‬
ِ ‫ح‬ ُ ‫م ًةلِ ْل‬
ْ ‫م‬ َ ‫ح‬
ْ ‫ه ًدى َو َر‬
ُ ‫م‬ َ ‫ب ْال‬
ِ ‫حك ْي‬ ِ ‫ات ْالكِ َت‬ َ ‫تِ ْل‬
ُ َ ‫ك آي‬
Inilah ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung rahmat bagi orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Luqman: 2)
3. Sebagai furqon (pembeda antara yang baik dengan yang buruk; yang halal
dengan yang haram; yang salah dengan benar; yang indah dengan jelek; yang
dapat dilakukan dengan yang terlarang untuk dilakukan). Fungsi aL-qur’an
sebagai alat pemisah terdapat dalam tujuh ayat al-Qur’an, salah satunya:
ِ ‫ن ْال ُه َدى و ْال ُف ْر َق‬
‫ان‬ َ ‫ه ًدى لِل َّناسِ َوبَ ِي ّ َناتٍ ِم‬ ُ ‫ه ْال ُق ْر‬
ُ ‫آن‬ َ ‫ي ُأ ْن ِز‬
ِ ‫ل فِ ْي‬ ْ ‫ش ْه ُر َر َمضَانَ ا ّل ِذ‬
َ
Bulan ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (al-Baqarah: 185)
4
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung:gema risalah press, 1992) Hal. 39.

3
4. Sebagai mau’izhah (pengajaran yang akan mengajarkan dan membimbing
umat dalam kehidupannya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat). Fungsi mau’izhah ini terdapat setidaknya dalam lima ayat al-Qur’an,
salah satunya:
‫عظَ ًة‬
ِ ‫ي ٍء َم ْو‬
ْ ‫ش‬
َ ‫ل‬ ْ ‫ي ْاَأل ْل َواحِ ِم‬
ّ ِ ‫ن ُك‬ ْ ِ‫َو َك َت ْب َنالَ ُه ف‬
Dan telah kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (taurat) segala sesuatu sebagai
pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu. (al-A’raf: 145)
5. Sebagai busyra (berita gembira bagi orang yang telah berbuat baik kepada
Allah dan sesama manusia). Fungsi busyra itu terdapat sekitar delapan ayat al-
Qur’an, seperti pada surat al-Naml:1-2
‫ن‬ ُ ‫ه ًدى َو ُب ْث ًرى لِ ْل‬
َ ‫مْؤ ِمنِ ْي‬ ُ ‫ن‬
ٌ ‫اب ُمبِ ْي‬
ٌ ‫آن َوكِ َت‬ ُ َ‫ك َآي‬
ِ ‫ات ْال ُق ْر‬ َ ‫﴾تِ ْل‬١﴿‫طس‬
Tha-Syin. (Surat) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan ayat-ayat Kitab yang
menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang
beriman.
6. Sebagai tibyan atau mubin (penjelasan atau yang menjelaskan terhadap segala
sesuatu yang disampaikan Allah). Contoh fungsinya sebagai tibyan dalam
surat an-Nahl: 89
‫ي ٍء‬
ْ ‫ش‬
َ ‫ل‬
ّ ِ ‫اب تِ ْيبَانًالِ ُك‬ َ ‫َونَ َّز ْل َنا َعلَ ْي‬
َ ‫ك ْالكِ َت‬
Dan kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala
sesuatu.
Sedangkan contohnya sebagai mubin terdapat dalm surat al-Naml: 1-2
7. Sebagai mushaddiq (pembenar terhadap kitab yang datang sebelumnya).
Seperti dalam surat ali Imran: 3
‫ه‬
ِ ‫ن يَ َد ْي‬ َ ّ ِ‫د ًقال‬
َ ‫مابَ ْي‬ ِّ ‫ص‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫اب بِ ْال‬
ِّ ‫ح‬ َ ‫ل َعلَ ْي‬
َ ‫ك ْالكِ َت‬ َ ‫نَ َّز‬
Dia menurunkan al-kitab (al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya: membenarkan
kitab yang telah di turunkan sebelumnya…
8. Sebagai nur (cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia dalam
menempuh jalan menuju keselamatan). Seperti pada surat al-Maidah: 46
‫ه‬
ِ ‫ن يَ َد ْي‬ َ ِّ‫د ًقال‬
َ ‫مابَ ْي‬ ِّ ‫ص‬
َ ‫ه ًدى َو ُن ْو ٌر َو ُم‬
ُ ‫ه‬
ِ ‫فِ ْي‬

4
Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab
sebelumnya…
9. Sebagai tafsil (memberikan penjelasan secara rinci sehingga dapat
dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Allah). Seperti dalam surat
Yusuf: 111:
‫ي ٍء‬
ْ ‫ش‬
َ ‫ل‬
ّ ِ ‫ل ُك‬
َ ‫ص ْي‬
ِ ‫ه َوتَ ْف‬
ِ ‫ن يَ َد ْي‬ ْ ‫ق الَّ ِذ‬
َ ‫ي بَ ْي‬ َ ‫ص ِد ْي‬ ْ ِ‫َو ٰلك‬
ْ َ‫ن ت‬
Al-Qur’an itu bukan cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu…
10. Sebagai syifa’u al-shudur (obat bagi rohani yang sakit). Seperti dituliskan
dalam surat al-Isra: 82
‫ن‬ ُ ٔ‫ة لِل‬
َ ‫مْؤ ِمنِ ْي‬ ٌ ‫م‬
َ ‫ح‬
ْ ‫ش َفا ٌء َو َر‬
ِ ‫ه َو‬ ِ ‫ن ْال ُق ْرآ‬
ُ ‫ن َما‬ َ ‫ل ِم‬
ُ ّ‫َو ُن َن ِز‬
Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.
11. Sebagai hakim (sumber kebijaksanaan). Sebagaimana dalam surat luqman: 2
‫م‬
ِ ‫حكِ ْي‬ ُ ٰ‫ك ٰآ ي‬
َ ‫ات ْالكِ َتابِ ْال‬ َ ‫تِ ْل‬
Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah.

2. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Menurut Ulama Imam Mazhab


1) Pandangan Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah sependapat dengan jumhur ulama bahwa al-Qur’an
merupakan sumber hukum islam. Namun, Imam Abu Hanifah itu berpendapat
bahwa al-Quran itu mencakup maknanya saja. Diantara dalil yang
menunjukan pendapat Imam Abu Hanifah tersebut, bahwa dia membolehkan
shalat dengan menggunakan bahasa selain Arab, misalnya dengan bahasa
Parsi walaupun tidak dalam keadaan madharat.5
2) Pandangan Imam Malik
Menurut Imam Malik, hakikat al-Quran adalah kalam Allah yang
lafadz dan maknanya dari Allah SWT. Ia bukan makhluk, karena kalam Allah

5
Syeikh manaAl-Qaththan, pengantar studi ilmu Qur’an, (Jakarta:pustaka Al-Kautsar, 2006) Cetakan
I, hal, 131-132

5
termasuk sifat Allah. Imam Malik juga sangat menentang orang-orang yang
menafsirkan al-Qur’an secara murni tanpa memakai atsar, sehingga beliau
berkata, “Seandainya aku mempunyai wewenang untuk membunuh seseorang
yang menafsirkan al-Qur’an (dengan daya nalar murni), maka akan kupenggal
leher orang itu.”
Dengan demikian, dalam hal ini Imam Malik mengikuti Ulama Salaf
(Sahabat dan Tabi’in) yang membatasi pembahasan al-Qur’an sesempit
mungkin karena mereka khawatir melakukan kebohongan terhadap Allah
SWT. Maka tidak heran kalau kitabnya, Al-Muwathha dan Al Mudawwanah
sarat dengan pendapat sahabat dan tabi’in. Dan Imam Malik mengikuti jejak
mereka dalam cara menggunakan ra’yu.
3) Pendapat Imam Syafi’i
Imam Syafi’i berpendapat bahwa al-Qur’an merupakan sumber hukum
islam yang paling pokok, dan beranggapan bahwa al-Quran tidak bisa
dilepaskan dari as-Sunnah, karena hubungan antara keduanya sangat erat
sekali. Sehingga seakan-akan beliau menganggap keduanya berada pada satu
martabat, namun bukan berarti Imam Syafi’i menyamakan derajat al-Qur’an
dengan Sunnah, perlu di pahami bahwa kedudukan as-Sunnah itu adalah
sumber hukum setelah al-Qur’an, yang mana keduanya ini sama-sama berasal
dari Allah SWT. Dengan demikian tak heran bila Imam Syafi’i dalam
berbagai pendapatnya sangat mementingkan penggunaan bahasa Arab,
misalkan dalam shalat, nikah dan ibadah lainnya. Beliau mengharuskan
penguasaan bahasa Arab bagi mereka yang mau memahami dan mengistinbat
hukum dari al-Qur’an.
4) Pandangan Imam Ahmad Ibnu Hambal
Imam Ibnu Hambal berpendapat bahwa al-Qur’an itu sebagai sumber
pokok hukum islam, yang tidak akan berubah sepanjang masa. Al-Qur’an juga
mengandung hukum-hukum yang bersifat global dan penjelasan mengenai
akidah yang benar, di samping sebagai hujjah untuk tetap berdirinya agama
islam. Seperti halnya Imam As-Syafi’i, Imam Ahmad memandang bahwa

6
Sunnah mempunyai kedudukan yang kuat di samping al-Qur’an sehingga
tidak jarang beliau menyebutkan bahwa sumber hukum itu adalah nash, tanpa
menyebutkan al-Qur’an dahulu atau as-Sunnah dahulu, tetapi yang dimaksud
Nash tersebut adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3. Penjelasan Al-Qur’an terhadap Hukum


Ayat-ayat Al-Qur’an dari segi kejelasannya artinya ada dua macam, yaitu:
1. Ayat muhkam: ayat yang jelas maknanya, tersingkap secara terang sehingga
menghindarkan keraguan dalam mengartikannya dan menghilangkan adanya
beberapa kemungkinan pemahaman.
2. Ayat mutasyabih: ayat yang tidak pasti arti dan maknanya, sehingga dapat
dipahami dengan beberapa kemungkinan.6
Dari segi penjelasannya terhadap hukum, ada beberapa cara yang digunakan al-
Qur’an, yaitu:
1. Secara Juz’I (terperinci), al-Qur’an memberikan penjelasan secara lengkap,
sehingga dapat dilaksanakan menurut apa adanya, meskipun tidak dijelaskan
Nabi dengan Sunnahnya.
2. Secara Kulli (global), penjelasan aL-Qur’an terhadap hukum berlaku secara
garis besar, sehingga masih memerlukan penjelasan dalam pelaksanaanya.
Yang paling berwenang memberikan penjelasan adalah Nabi Muhammad
dengan sunnahnya.
3. Secara Isyarah, al-Qur’an memberikan penjelasan terhadap apa yang secara
lahir disebutkan di dalamnya dalam bentuk penjelasan secara isyarat. Di
samping itu, juga memberikan pengertian secara isyarat kepada maksud lain.
Dengan demikian satu ayat al-Qur’an dapat memberikan beberapa maksud.
4. Hukum yang Terkandung dalam Al-Qur’an
Secara garis besar hukum-hukum dalam al-Qur’an dapat dibedakan menjadi tiga
macam:

6
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu-Lu Wal Marjan, (Semarang: toha putra group), cetakan I, hal.
445

7
1. Hukum-hukum yang bertalian dengan I’tiqad yaitu hukum-hukum yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah mengenai apa-apa yang harus
diyakini dan yang harus dihindari sehubungan dengan keyakinannya, seperti
keharusan mengesakan Allah dan larangan mempersekutukan-Nya.
2. Hukum-hukum yang bertalian dengan akhlak yaitu hukum-hukum yang
mengatur hubungan pergaulan manusia mengenai sifat-sifat baik yang harus
dimiliki dan sifat-sifat buruk yang harus dijauhi dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Hukum-hukum yang bertalian dengan Amaliyah yaitu hukum-hukum yang
menyangkut tindak-tanduk manusia dan tingkah laku lahirnya dalam
hubungan dengan Allah, dalam hubungan dengan sesama manusia, dan dalam
bentuk apa-apa yang harus dilakukan atau harus dijauhi. Hukum amaliyah
secara garis besar terbagi dua
4. Hukum ‘ibadah dalam arti khusus, hukum yang mengatur tingkah laku dan
perbuatan lahiriah manusia dalam hubungannya dengan Allah, seperti shalat,
puasa, zakat, dan haji.
5. Hukum mu’amalah dalam arti umum, hukum yang mengatur tingkah laku
lahiriah manusia dalam hubungannya dengan manusia atau alam sekitarnya,
seperti jual beli, kawin, dan pembunuhan. Bentuk hukum muamalah ada
beberapa macam, yaitu:
6. Hukum mu’amalat dalam arti khusus, hukum yang mengatur hubungan antara
sesama manusia yang menyangkut kebutuhan akan harta bagi keperluan
hidupnya. Contoh: jual beli, sewa menyawa, pinjam meminjam. Contoh ayat:
Allah berfirman dalam surat al-Qasas: 26-27
‫ك‬
َ ‫ح‬ َ ِ‫ي ُأ ِر ْي ُدَأنْ ُأ ْنك‬ْ ۤ ّ ِ‫ل ِإن‬َ ‫ َق‬۰‫ن‬ ُ ‫ى ْاَأَل ِم ْي‬ُّ ‫ت ْالق َِو‬ َ ‫اس َتْأ‬
َ ‫ج ْر‬ ْ ‫ن‬ ِ ‫خ ْي َر َم‬ ِ ‫اس َتْأ‬
َ َّ‫ج ْر ُه ِإن‬ ْ ‫ت‬ ِ َ‫م ٰۤاياَب‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ح ٰد‬
ْ ‫ت ِإ‬ ْ َ‫َقال‬
ْ‫ك َو َۤماُأ ِر ْي ُدَأن‬
َ ‫ع ْن ِد‬ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ش ًرا َف‬
ْ ‫ت َع‬ َ ‫م‬ ْ ‫م‬ َ ‫ججٍ َفِإنْ َأ ْت‬َ ‫ح‬ ِ ‫ي‬َ ِ‫مان‬َ َ‫ي ث‬ ُ ‫ن َع َۤلى َأنْ تَْأ‬
ْ ِ‫ج َرن‬ ِ ‫ي ٰه َت ْي‬ ْ ‫ح َدى ا ْب َن َت‬ ْ ‫ِإ‬
‫ن‬
َ ‫ح ْي‬
ِ ِ‫صال‬ َ ‫ش ۤا َءال ٰل ّ ُه ِم‬
َّ ‫ن ال‬ َ ‫ي ِإ ْن‬
ْ ۤ ِ‫س َتجِ ُدن‬ َ ‫ق َعلَ ْي‬
َ ‫ك‬ ُ ‫َأ‬
َّ ‫ش‬
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

8
dipercaya”.Berkatalah dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan
kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja
denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah
(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu
Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik”.
1. Hukum munakahat, hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia
yang menyangkut kebutuhan akan penyaluran nafsu syahwat secara sah dan
yang berkaitan dengan itu. Contoh: kawin, cerai, rujuk dan pengasuhan atas
anak yang dilahirkan. Contoh ayat: Allah berfiman dalam QS. al-Baqarah:
236
‫ن َعلَى‬ ُ ‫ض ًة َّو َم ِتّ ُع ْو‬
َّ ‫ه‬ َّ ‫ض ْوالَ ُه‬
َ ‫ن َف ِر ْي‬ ُ ‫ن اَ ْوتَ ْف ِر‬
َّ ‫ه‬
ُ ‫س ْو‬
ُّ ‫م‬ ْ َ‫سآ َء َمال‬
َ َ‫م ت‬ ُ ‫ُم اِنْ طَلَّ ْق ُت‬
َ ّ‫م ال ِن‬ ْ ‫ح َعلَ ْيك‬ ُ ‫اَل‬
َ ‫ج َنا‬
‫ن‬
َ ‫سنِ ْي‬
ِ ‫ح‬
ْ ‫م‬ َ ‫ح ًّق‬
ُ ‫اعلَى ْال‬ َ ‫ف‬
ِ ‫م ْع ُر ْو‬ ُ ‫سعِ َق َد َر ُه َو َعلَى ْال‬
َ ‫م ْقتِ ِر َق َد ُر ُه َم َتاعً ابَ ْال‬ ُ ‫ْال‬
ِ ‫م ْو‬
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau
kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah
kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar
mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu
ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis ‘iddahnya. Dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.
2. Hukum mawarits atau wasiat, hukum yang mengatur hubungan antara sesama
manusia yang menyangkut perpindahan harta yang tersebab oleh adanya
kematian. Contoh ayat: Allah berfiman dalam QS an-Nisa’:11
ٰ
‫ك‬ َّ ‫ن َفلَ ُه‬
َ ‫اتَ َر‬jj‫ن ُث ُلثَا َم‬ َ ‫سآ ًء َف ْو‬
ِ ‫ق ا ْث َن َت ْي‬ َّ ‫ن َفاِنْ ك‬
َ ِ‫ُن ن‬ ِ ‫ط ّ ْاالُ ْن َثيَ ْي‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ل‬ ْ ‫ي اَ ْواَل ِدك‬
ُ ‫ُم لِل َّذ َك ِر ِم ْث‬ ْ ۤ ِ‫م الل ّ ُه ف‬
ُ ‫ص ْي ُك‬
ِ ‫ُي ْو‬
ْ َّ‫ اِنْ ل‬jj‫ك اِنْ َكانَ لَ ُه َولَ ٌد َف‬
‫م‬ َ ‫ماتَ َر‬
ّ ‫س ِم‬
ُ ‫االس ُد‬
ُّ ‫م‬
َ ‫ه ٍد ِ ّم ْن ُه‬
ِ ‫ل َوا‬ ِ ‫ف َواِل َبَ َو ْي‬
ّ ِ ‫ه لِ ُك‬ ْ ِ‫ه َد ًة َفلَ َهاالن‬
ُ ‫ص‬ ْ َ‫َواِنْ َكان‬
ِ ‫ت َوا‬
‫ي‬
ْ j‫ص‬ ِ ‫ةيُّ ْو‬
ٍ َّ‫صي‬ِ ‫ن بَ ْع ِد َو‬ ْ ‫س ِم‬ ُ ‫ ُد‬j‫الس‬ ُّ ‫ه‬ ْ ِ‫ُث َفانْ َكانَ لَ ۤ ُه ا‬
ِ j‫خ َو ٌة َفاِل ُ ِ ّم‬ ُ ‫ه ال ُّثل‬ِ ‫س ۤ ُه اَبَوٰ ُه َفاِل ُ ِ ّم‬َ ‫ُن لَّ ُه َولَ ٌد َّو َو ِر‬ْ ‫َيك‬
َ‫ان‬jj‫ َه َك‬jjّ ‫ ُه اِنَّ ال ٰل‬jjّ ‫ن ال ٰل‬َ ‫ ًة ِ ّم‬jj‫ض‬
َ ‫ُم نَ ْفعًا َف ِر ْي‬ ْ ‫ب لَك‬ ُ ‫ َر‬jjْ‫م اَق‬ْ ‫د ُر ْونَ اَيُّ ُه‬jj ْ ‫آُؤ ك‬jj‫ُم َواَ ْب َن‬
ْ َ‫ُم الَت‬ ْ ‫آُؤ ك‬jjَ‫ن ٰاب‬ ٍ ‫آاَ ْو َد ْي‬jj‫بِ َه‬
‫ما‬
ً ‫ك ْي‬
ِ ‫ح‬
َ ‫ما‬
ً ‫َع ِل ْي‬

9
3. Hukum Jinayah atau pidana, hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia lain yang menyangkut dengan usaha pencegahan terjadinya
kejahatan atas harta, maupun kejahatan penyaluran nafsu syahwat atau
menyangkut kejahatan dan sanksi bagi pelanggarnya. Contoh: pencurian,
pembunuhan, dan perzinahan. Contoh ayat: Allah berfiman dalam QS al-
Baqarah: 178
‫ ْال ُع ْن ٰثى‬jjjِ‫ ِد َو ْال ْن ٰثى ب‬jjj‫لح ِرّ َو ْال َع ْب ُدبِ ْال َع ْب‬ ُ ‫اص فِى ْال َق ْت ٰلى ْا‬
ُ ‫لح ُّربِ ْا‬ َ ِ‫ٰۤياَيُّ َهاالَّ ِذ ْي َن ٰاا َم ُن ْوا ُكت‬
ُ ‫ب َعلَ ْيك‬
َ ‫ُم ْال ِق‬
ُ jjj‫ص‬
‫ك‬
َ ِ‫ن دٰ ل‬
ٍ ‫سا‬
َ ‫ح‬ ِ ‫ف َواَ ۤدا ٌءاِلَ ْي‬
ْ ِ‫ه بِا‬ َ ‫ع ب ْال‬
ِ ‫م ْع ُر ْو‬ ٌ ‫ي ٌء َفاتِ ّبَا‬
ْ ‫ش‬
َ ‫ه‬ ِ َ‫ن ا‬
ِ ‫ح ْي‬ ْ ‫ي لَ ُه ِم‬
َ ‫ن ُع ِف‬ َ ‫َف‬
ْ ‫م‬
4. Hukum murafa’at atau qadha atau acara, hukum yang mengatur hubungan
antara sesama manusia yang berkaitan dengan usaha penyelesaian akibat
tindak kejahatan di pengadilan. Contoh: kesaksian, gugatan, dan pembuktian
di pengadilan. Contoh ayat: Allah berfirman dalam QS. an-Nisaa’: 135

ِ ‫ُم اَ ِوا ْل َوالِ َد ْي‬


َ ‫ن َو ْاال َ ْق َربِ ْي‬
ْ‫ن اِن‬ ْ ‫سك‬ ِ ‫لى اَ ْن ُف‬ ِ ّ ‫ش َه َدآ َءلِ ٰل‬
ٰۤ ‫ه َولَ ْو َع‬ ُ ‫ط‬ ِ ‫س‬ َ ‫ن ٰا َم ُن ْوا ُك ْو ُن ْوا َق َّوا ِم ْي‬
ْ ‫ن بِ ْال ِق‬ َ ‫ٰۤياَيُّ َهاالَّ ِذ ْي‬
َ‫ض ْوا َفاِنَّ ال ٰل ّ َه َكان‬ ُ ‫ما َفالَتَ َّتبِ ُعواا ْل َه ٰۤوى اَنْ تَ ْع ِد ُل ْوا َواِنْ تَ ْل ۤ ُوااَ ْو ُت ْع ِر‬
َ ‫لى بِ ِه‬ٰ ‫اَ ْو‬  ‫ُن َغنِيً ّااَ ْو َف ِق ْي ًرا َفال ٰل ّ ُه‬ ْ ‫يَّك‬
‫خ ِب ْي ًرا‬
َ َ‫م ُل ْون‬
َ ‫ماتَ ْع‬
َ ِ‫ب‬
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan.
5. Hukum dusturiyah atau tata negara, hukum yang mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia lain yang berkaitan dengan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Contoh: ulil amri, khalifah, baitul mal. Contoh
ayat: Allah berfirman dalam QS al- A’raf: 142
‫ه‬ ِ َ ‫سى اِل‬
ِ ‫خ ْي‬ َ ‫ن لَ ْيلَ ًة َو َقا‬
ٰ ‫ل ُم ْو‬ َ ‫ه اَ ْربَ ِع ْي‬
ِ ۤ ّ ِ‫َات َرب‬ َّ ‫ش ٍر َف َت‬
ُ ‫م ِم ْيق‬ ْ ‫منٰ َهابِ َع‬
ْ ‫م‬ َ ‫سى ثَ ٰلثِ ْي‬
َ ‫ن لَ ْيلَ ًة َّواَ ْت‬ ٰ ‫َووٰ َع ْدنَا ُم ْو‬
‫ن‬
َ ‫س ِد ْي‬ ُ ‫ل ا ْل‬
ِ ‫م ْف‬ َ ‫ح َواَل تَ َّت ِب ْع س ِب ْي‬ ْ َ‫ي َوا‬
ْ ِ‫صل‬ ْ ‫ي َق ْو ِم‬
ْ ِ‫ي ف‬ ْ َ‫ٰه ُر ْون‬
ْ ِ‫اخ ُل ْفن‬

10
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu
waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh
(malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh
malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku
dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan
orang-orang yang membuat kerusakan”.
6. Hukum dualiyah atau antar negara atau internasional, hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya dalam suatu negara dengan manusia di
negara lain, dalam keadaan damai dan keadaan perang. Contoh: tawanan,
ekstradisi, perjanjian. Contoh ayat: Allah berfirman dalam QS. Muhammad: 4
‫اق َفاِ َّما‬َ َ‫ دُّواا ْل َوث‬jjjjjj‫م َف ُث‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫ ْو‬jjjjjj‫م‬
ُ ‫خ ْن ُت‬َ ‫ح ٰۤتّى اِ َۤذااَ ْث‬ َ ِ‫اب‬jjjjjj‫الرّ َق‬ِ ‫ب‬ َ ‫ ْر‬jjjjjj‫ض‬َ ‫ن َك َف ُر ْوا َف‬ ُ ‫اِذَالَ ِق ْي ُت‬jjjjjj‫َف‬
َ ‫م الَّ ِذ ْي‬
‫ُم‬
ْ ‫ك‬j ‫ض‬ ْ ِ‫م َو ٰلَك‬
َ ‫ن لِ ّيَ ْب ُل َو ْابَ ْع‬ َ ‫ا ُءال ٰل ّ ُه اَل ْن َت‬j ‫ش‬
ْ ‫ َر ِم ْن ُه‬j‫ص‬ َ ِ‫ها ٰذل‬
َۤ َ‫ك َولَ ْوي‬ َ ‫ب اَ ْو َزا َر‬
ُ ‫ح ْر‬َ ‫ع ا ْل‬
َ ‫ض‬َ َ‫ح ٰتّى ت‬ َ ‫َم ًنّابَ ْع ُد َواِ َّمافِ َۤدا ًء‬
‫م‬ْ ‫مالَ ُه‬ َ ‫ل اَ ْع‬ َّ ‫ض‬ ِ َّ‫ن ي‬ ْ َ‫ه َفل‬ ِ ّ ‫ل ال ٰل‬
ِ ‫سب ْي‬ َ ‫ي‬ ْ ِ‫ن ُق ِت ُل ْواف‬ َ ‫ض َوالَّ ِذ ْي‬ ٍ ‫بِبَ ْع‬
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka
pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka
maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau
menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki
niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian
kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah,
Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan sumber hukum dalam Islam. Kata sumber dalam artian
ini hanya dapat digunakan untuk Al-Qur’an maupun sunnah, karena memang
keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba hukum syara’, tetapi tidak mungkin
kata ini digunakan untuk ijma’ dan qiyas karena memang keduanya merupakan
wadah yang dapat dotimba norma hukum. Ijma’ dan qiyas juga termasuk cara dalam
menemukan hukum. Sedangkan dalil adalah bukti yang melengkapi atau memberi
petunjuk dalam Al-Qur’an untuk menemukan hukum Allah, yaitu larangan atau
perintah Allah.

B. Saran –Saran
            Untuk mendapatkan manfaat yang sempurna dari Makalah yang penulis
buat  ini, hedaknya Pembaca  Memberikan Kritik dan saran serta melakukan
Pengkajian Ulang (diskusi) terhadap penulisan sehingga penulis terhindar dari
Kekeliruan.
 
 

12
DAFTAR PUSTAKA

Khalaf, Abdul Wahhab. 2003. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Pustaka Amani.


Salam, Zarkasji Abdul, Oman Fathurrohman SW. 1994. Pengantar Ilmu Fiqh Usul
Fiqh I.Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam.
Syafe’i, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syarifuddin, Amir. 1997. Ushul Fiqh Jilid I. Ciputat: Logos
Dahlan, Rahman. 2010. Ushul Fiqih. Jakarta:Amzah
Haroen, Nasrun. 2001. Ushul Fiqih1. Jakarta:logos wacana ilmu.
Syarifuddin, Amir. 2000. Ushul Fiqih. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Abdul Baqi, Muhammad Fuad. 1993. Semarang: Toha Putra group.
Al-Qathtan, Syaikh Manna. 2006. Jakarta; Pustaka Al-Kautsar.
Khalaf, Abdul Lahab. 1992. Ilmu Ushulul Fiqih. Bandung: Gema Rissalah Press.

13

You might also like