Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 75

MAHARAH ISTIMA’ DAN KALAM DALAM BERBAGAI JENJANG

PENDIDIKAN (TINGKAT DASAR, MENENGAH DAN PERGURUAN


TINGGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Implementasi Kemahiran
Bahasa Arab

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Tricahyo, M.A.

Disusun oleh :

Mohamad Rizky Salsabila : 504220011

Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Agustus 2022
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus


menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar membutuhkan
sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat menerima pengetahuan
dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan tutur.
Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah makna
tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa berbahasa
dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan masuk diberbagi
negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat komunikasi yang mulanya
termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang dipakai oleh bangsa yang
bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat (Dataran Syiria dan Jazirah Arab).
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa yang
apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya. Mempelajari
bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam Surga
menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan berbahasa Arab.
Maka dari itu, bahasa Arab tidak hanya dipelajari oleh orang Arab saja melainkan
semua orang berhak untuk mempelajarinya.
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang yang
terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni betul
terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan pembelajaran
secara bertahap.1 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa mencakup empat

1
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).

1
keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’), berbicara
(maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan menulis (maharah al-
kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab,
karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan dan kedudukan
keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam pencapaian keterampilan
berbahasa.
Dalam makalah ini, pemateri memaparkan (1) hakikat pembelajaran bahasa
Arab, (2) 4 pilar pembelajaran bahsa Arab, dan (3) maharah kalam dan istima’
berdasarkan jenjang tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus
menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar
membutuhkan sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat
menerima pengetahuan dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan
bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan
tutur. Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah
makna tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa
berbahasa dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan
masuk diberbagi negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat
komunikasi yang mulanya termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang
dipakai oleh bangsa yang bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat
(Dataran Syiria dan Jazirah Arab)
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa
yang apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya.
Mempelajari bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam
Surga menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan
berbahasa Arab. Maka dari itu, bahasa Arab tidak hany dipelajari oleh orang
Arab saja melainkan, semua orang berhak untuk mempelajarinya.2
Menurut Abdul Mu’in bahasa Arab dipelajari karena dua alasan.
Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari bila kita ingin

2
Ahmad, Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: Humaniora, 3007), Hal. 87.

3
bergaul dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia bahasa agama yang
mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya minimal untuk
3
kesempurnaan amal ibadahnya, sebab kitab sucinya berbahasa Arab. Dari sini
dibutuhkan seorang pendidik yang profesional sekiranya mampu memberi
suatu kepahaman terhadap peserta didik. Aspek-aspek yang menjadi nilai
lebih pada bahasa Arab adalah taraf kerumitan yang mendorong munculnya
kesulitan-kesulitan dalam proses belajar dan pembelajaran.
Tujuan merupakan langkah pertama yang ditempuh dalam suatu
pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Arab. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajarinya maka perlu adanya
suatu tujuan, seperti telah di jelaskan oleh Ahmad Izzan bahwa tujuan
mempelajari bahasa Arab adalah agar dapat menghasilkan ahli bahasa dan
sastra Arab, sehingga dalam proses pembelajaran yang sedemikian ketat dapat
menghasilkan anak didik yang mampu menggunakan bahkan
mengajarkannya.4
Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu
meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam tujuan khusus adalah
merupakan penjabaran dari pada tujuan umum, karena tujuan umum sulit
dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Pada tujuan umum
bahasa Arab ditujukan dalam pencapaian tujuan: a) Agar siswa dapat
memahami al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber Islam dan ajaran; b) Dapat
memahami dan mengerti buku- buku Agama dan kebudayaan Islam yang
ditulis dalam bahasa Arab; c) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam
bahasa Arab; d) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain; e)
Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni agar benar-benar profesional.5

3
Mu’in, Avdul. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah terhadap Fonetik
dan Morfologi). (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), Hal. 7)
4
Ibid. Hal. 87
5
Abdul Hamid, M. Dkk Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan
Media). (Malang: UIN Malan Press, 2008), Hal. 37).

4
B. 4 Keterampilan (Maharat) dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Nana Sudjana, keterampilan adalah pola kegiatan yang
bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang
dipelajari. Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.6 Sedangkan menurut Muhibin
Syah keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.7
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang
yang terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni
betul terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan
pembelajaran secara bertahap.8 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa
mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-
istima’), berbicara (maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan
menulis (maharah al-kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting
dalam belajar bahasa Arab, karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan kedudukan keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam
pencapaian keterampilan berbahasa.9
Dalam penguasaan keempat keterampilan berbahasa tersebut, sebagian
ahli bahasa berasumsi bahwa kemampuan kebahasaan seseorang hanya
ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap kosakata. Hal ini tentu relevan
dengan keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi harus terlebih dahulu
menguasai kosakata (mufradat).10
1) Keterampilan Mendengar (Maharah al-Istima’)
6
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
7
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
8
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).
9
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), Hal. 43.
10
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011),
hlm. 2.

5
Istima’ merupakan kumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam
mufrodat. Keterampilan Istima’ diarahkan pada keterampilan menyimak
dengan tidak melepas konteks. Mendengar merupakan keterampilan
pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar berbahasa.
Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang dialami oleh
seseorang yang belajar bahasa, karena dari keterampilan ini kita bisa
mengetahui pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur
11
bahasanya dan lain sebagainya .
2) Keterampilan Berbicara (Maharah al-Kalam)
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling
penting dalam pembelajaran bahasa karena keterampilan berbicara
merupakan keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa asing.
Ketrampilan ini merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif
dan produktif12.
3) Keterampilan Membaca (Maharat al-Qira’ah)
Dalam hal pemberian butir linguistik keterampilan membaca
memiliki kelebihan dari keterampilan menyimak, karena keterampilan
membaca lebih akurat dari pada keterampilan menyimak. Seseorang yang
sedang belajar keterampilan membaca bisa mendapatkan pembelajaran
dari majalah, buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab. Dengan
demikian pembelajar akan memperoleh tambahan kosa kata dan bentuk
tata bahasa dalam jumlah banyak yang bermanfaat untuk berinteraksi
secara komunikatif13.
4) Keterampilan Menulis (Maharah al-Kitabah)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan penting dalam
pembelajaran bahasa Arab. Dengan menulis seseorang bisa

11
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 45.
12
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki
Press, 2011), h.88.
13
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 53.

6
mengaktualisasikan kemampuannya dan spesialisasi keilmuannya kepada
publik14.

C. Maharah Kalam dan Istima’ berdasarkan tingkatan Dasar, Menengah


dan Perguruan Tinggi
Diantara 4 maharah atau keterampilan diatas, memiliki asas keterkaitan
antara satu sama yang lain. Akan tetapi proses berbahasa, alat yang pertama
kali digunakan adalah lisan (maharah kalam) dan telinga (maharah istima’),
yang mana dari kedua alat indra tersebut dapat melahirkan proses berbahasa
lain yakni bahasa yang dihasilkan dari mata (maharah qiro’ah) maupun tangan
(maharah kitabah).
Fenomena pembelajaran bahasa Arab, sampai sekarang masih membuahkan
pertanyaan atau dilema bagi bangsa Indonesia. Dengan berbagi cara atau
metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, bangsa Indonesia masih
kesulitan baik dari segi keterampilan pendengarannya mauupun ucapannya.
Dua keterampilan ini (maharah kalam dan istima’) masih menjadi proses
ketahap yang harus benar-benar siap uji untuk kegiatan berbahasa sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran dua keterampilan ini bisa dianggap berhasil apabila
diajarkan sejak tingkat dasar. Secara umum maharah kalam sendiri memiliki
tujuan agar mampu berkomunikasi dengan baik dan wajar dengan bahasa arab
itu sendiri, yang mana baik dan wajar itu tadi memiliki arti bahwasannya
bahasa yang ia pelajari dapat disampaikan melalui kisannya dengan baik dan
dapat memahamkan dengan apa yang telah di tuturkan. Sedangkan tujuan
umun dari maharah istima’ adalah dapat menerima bahasa yang telah diujarkan
oleh penutur dan dapat memahaminya.
Bisa kita lihat, proses berbahasa dilakukan oleh manusia sejak kecil.
Apabila proses berbahasa itu benar-benar menjadi titik fokus dalam kegiatan
berbahasa sejak dini, maka semakin mudah untuk memahami dan mendalami

14
Ibid, Hal. 59

7
bahasa di jenjang berikutnya. Bahasa Arab tingkat dasar, memiki kapasitas
bahasa yang sama sekali tidak rumit atau memiliki arti yang sangat sulit.
Bahasa Arab tingkat menengah, mulai mendapatkan banyaknya mufrodat yang
mana dari tingkat dasar hanya itu-itu saja. Kemudian bahasa Arab tingkat
perguruan tinggi, dituntut untuk lebih dan harus mendalami kata-kata yang
belum didapatkan dari jenjang sebelumnya.
Semakin anak itu beranjak dewasa maka semakin bertambah kapasitas
bahasanya. Di Indonesia, banyak sekali pondok-pondok itu menitik beratkan 4
maharat ini. Ada juga pondok pesantren yang menitik beratkan dua maharah
saja. Ada juga pondok pesantren yang hanya menitik beratkan mendalami satu
maharat saja. Berbeda dengan bangsa Arab, mereka menitik beratkan
pembelajaran 4 maharat ini, sampai benar-benar tuntas dari hasil yang mereka
dapatkan dari 4 maharat ini.
Oleh karena itu pemateri hanya menfokuskan dua maharah yakni maharah
kalam dan istima’ yang akan dibahas berdasarkan tingkat dasar, menengah dan
perguruan tinggi.
1. Maharah Kalam
a. Pengertian
Berdasarkan segi bahasa, Kalam dapat diartiakn sebagai
percakapan, berbicara, mengobrol dan memberikan kabar15.
Sedangkan menurut istilah, keterampilan berbicara (maharah kalam)
merupakan keterampilan yang paling penting dalam pembelajaran
bahasa karena keterampilan berbicara merupakan keterampilan dasar
dalam mempelajari bahasa asing. Ketrampilan ini merupakan bagian
dari kemampuan berbahasa yang aktif dan produktif.

b. Rukun Maharat Kalam


Hal-hal yang harus ada dalam terjadinya proses keterampilan
berbicara adalah (1) Penutur, (2) Lawan tutur (pendengar), (3)

15
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah). Hal. 22.

8
Bahasa yang disampaikan,(4) adanya alat untuk menyampaikan
(mulut).

c. Pentingnya Maharah Kalam


 Sebagai alat untuk penyampain lebih cepat antara satu
dengan yang lain.
 Sebagai alat untuk proses belajar mengajar
 Sebagai alat atau cara untuk memahmkan komunikasi.
d. Macam-macam Maharat Kalam
o Muhadloroh (ceramah)
o Munaqosyah (Ujian)
o Seminar
o Improvisasi khutbah, artikel
o Kumpulan dalam perdebatan
o Menceritakan kumpulan cerita atau legenda
o Memberitahukan keterangan atau laporan
o Kumpulan-kumpulan dalam perbandingan.
e. Maharat Kalam berdasarkan tingkat Dasar Menengah dan Perguruan
tinggi
1) Maharah kalam berdasarkan tingkat dasar
Pembelajaran bahasa kepada anak-anak umumnya masih
belajar tentang lingkungan mereka seperti gemar berbicara
tentang lingkungan mereka sendiri, orang tua ( bapak/ ibu ),
mainan dan teman bermain, mereka senang berlari – lari kesana
kemari dan senang belajar sesuatu dengan cara mempraktekkan
langsung seperti bernyanyi, bermain, mewarnai, dan
menggunting gambar. Anak-Anak cenderung senang bertanya.
Hal itu karena secara sosial,mereka perlu mengembangkan
serangkaian karakteristik yang memungkinkan mereka perlu
mengembangkan serangkaian karakteristik yang memungkinkan
mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat

9
dimana mereka tinggal, bermain, dan lain-lain. Ada juga yang
menyebutkan bahwa karakteristik anak itu dapat dibedakan
menjadi beberapa macam : (1) dapat mengutarakan sesuatu yang
akan mereka kerjakan, (2)dapat mengutarakan sesuatu yang akan
mereka kerjakan, (2) dapat mengutarakan sesuatu yang telah
mereka kerjakan dan mereka dengar, (3) belajar sambil bekerja,
(4) dapat berargumentasi, dan (5) dapat menggunakan pola-pola
intonasi bahasa ibu,
Agar pembelajaran bahasa Arab dapat berjalan efektif dan
efesien, diperlukan pemahaman yang baik oleh guru mengenai
berbagai aspek pembelajaran bahasa Arab di tingkat dasar seperti
strategi pembelajaran, pemilihan dan pengembangan materi,
metode dan teknik, media dan evaluasi. Disamping itu, guru juga
perlu mengetahui dengan baik karakterikstik anak sebagai siswa,
misalnya siswa masih belajar dan usia anak –anak yang berbeda
dimana mereka pada dasarnya senang mendengarkan,
menyanyikan, dan belajar dengan nyanyian / lagu. Oleh Karena
itu music secara umum merupakan bagian penting dari proses
belajar mengajar bagi siswa kanak-kanak atau tingkat dasar.
Hampir semua bentuk nyanyian dari yang tradisional sampai
dengan yang pop dapat dimanfaatkan oleh guru hendaknya dapat
memilih dan menyeleksi atau menciptakan lagu yang dapat
digunakan , baik untuk menyanyi bersama maupun untuk
menyanyi sambil melakukan kegiatan.

2) Maharah kalam berdasarkan tingkat menengah


Pada hakikatnya setiap metode yang telah diungkapkan
oleh para ahli memiliki kekuatan dan kelemahan masin-masing,
hal tersebut tentu menjadi suatu kebaikan dengan saling
melengkapi. Para pendidik mesti memilki kejelian yang cukup
tajam sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menempatkan

10
metode yang tepat bagi para peserta didik. Sungguh pemilihan
metode yang tepat bagi peserta didik merupakan lengkah
pertama dalam menggapai kesberhasilan dalam proses belajar
mengajar, sebaliknya kesalahan metode yang dilakukan oleh
pendidik bisa menjadi awal ketidak berhasilan dalam menggapai
tujuan.
Para siswa masih sering menemukan banyak kosa kata yang
belum tahu, para siswa belum ada kesadaran untuk
memperaktikan percakapan Bahasa arab, banyak dari para guru
yang tidak mendukung untuk mewujudkan lingkungan Bahasa
arab. Metode pembelajaran Bahasa arab di jenjang SMP/MTs
hendaknya para guru diawali dengan mengedepankan aspek
percakapan dengan penguasaan kosa kata sehari-hari, sampai
benar-benar mahir atau adanya rasa percaya diri tanpa harus di
ikuti oleh tata Bahasa terlebih dahulu. Setelah peserta didik
merasa nyaman dengan Bahasa arab baru ajarkan kepada mereka
tata Bahasa, ada hal yang perlu di ingat bahwa tata Bahasa dalam
pengajaran Bahasa arab bukan tujuan tapi hanya wasilah untuk
meluruskan atau memperbaiki keterampilan percakapan dan
tulisan, adapun aspek tulisan bisa di ajarkan kepada mereka
dengan meminta mereka untuk menuliskan kisah sehari-hari
mereka.

3) Maharah kalam berdasarkan tingkat perguuruan tinggi

2. Maharah Istima’
a. Pengertian
Istima’ merupakan kumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam
mufrodat. Keterampilan Istima’ diarahkan pada keterampilan menyimak
dengan tidak melepas konteks. Mendengar merupakan keterampilan

11
pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar berbahasa.
Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang dialami oleh
seseorang yang belajar bahasa, karena dari keterampilan ini kita bisa
mengetahui pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur
bahasanya dan lain sebagainya.

b. Rukun Istima’
Hal-hal yang harus ada dalam terjadinya proses keterampilan
berbicara adalah (1) Penutur, (2) Lawan tutur (pendengar), (3)
Bahasa yang disampaikan,(4) adanya alat untuk menyampaikan
(telinga).
c. Pentingnya maharah istima’
 Istima’ menjadi alat untuk komunikasi
 Istima’ menjadi alat untuk mengembangkan maharah-
maharah bahasa lainnya
 Istima’ menjadi sarana penunjang uuntuk kegiatan belajar
mengajar.
d. Macam-macam istima’
o Istima’ Ta’aruf untuk mendengarkan percakapan dari
perkenalan.
o Istima’ Tashnifi untuk mendengarkan pengarang
o Istima’ Ta’limi untuk memahami apa yang didengarkan
secara terfokus.
o Istima’ Talkhisi untuk meringkas pendengaran yang sudah
didapatkan
o istima’ Ta’tsiri untuk memahami apa yang didengar dan
memberikan tanggapan yang didapat.
o Istima’ Naqdi untuk pembenaran apa yang didapat dari
huukum yang sudah dijelaskan.

12
e. Maharat Istima’ berdasarkan tingkat Dasar Menengah dan Perguruan
tinggi
 Maharat Kalam berdasarkan tingkat Dasar
Pembelajaran bahasa kepada anak-anak umumnya
masih belajar tentang lingkungan mereka seperti gemar
berbicara tentang lingkungan mereka sendiri, orang tua (
bapak/ ibu ), mainan dan teman bermain, mereka senang
berlari – lari kesana kemari dan senang belajar sesuatu
dengan cara mempraktekkan langsung seperti bernyanyi,
bermain, mewarnai, dan menggunting gambar. Anak-Anak
cenderung senang bertanya. Hal itu karena secara
sosial,mereka perlu mengembangkan serangkaian
karakteristik yang memungkinkan mereka perlu
mengembangkan serangkaian karakteristik yang
memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan setempat dimana mereka tinggal, bermain, dan
lain-lain. Ada juga yang menyebutkan bahwa karakteristik
anak itu dapat dibedakan menjadi beberapa macam : (1)
dapat mengutarakan sesuatu yang akan mereka kerjakan,
(2)dapat mengutarakan sesuatu yang akan mereka kerjakan,
(2) dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka kerjakan
dan mereka dengar, (3) belajar sambil bekerja, (4) dapat
berargumentasi, dan (5) dapat menggunakan pola-pola
intonasi bahasa ibu.
Agar pembelajaran bahasa Arab dapat berjalan efektif
dan efesien, diperlukan pemahaman yang baik oleh guru
mengenai berbagai aspek pembelajaran bahasa Arab di
tingkat dasar seperti strategi pembelajaran, pemilihan dan
pengembangan materi, metode dan teknik, media dan
evaluasi. Disamping itu, guru juga perlu mengetahui dengan
baik karakterikstik anak sebagai siswa, misalnya siswa masih

13
belajar dan usia anak –anak yang berbeda dimana mereka
pada dasarnya senang mendengarkan, menyanyikan, dan
belajar dengan nyanyian / lagu. Oleh Karena itu music secara
umum merupakan bagian penting dari proses belajar
mengajar bagi siswa kanak-kanak atau tingkat dasar. Hampir
semua bentuk nyanyian dari yang tradisional sampai dengan
yang pop dapat dimanfaatkan oleh guru hendaknya dapat
memilih dan menyeleksi atau menciptakan lagu yang dapat
digunakan , baik untuk menyanyi bersama maupun untuk
menyanyi sambil melakukan kegiatan.

 Maharat Kalam berdasarkan tingkat Menengah


Pada hakikatnya setiap metode yang telah diungkapkan
oleh para ahli memiliki kekuatan dan kelemahan masin-
masing, hal tersebut tentu menjadi suatu kebaikan dengan
saling melengkapi. Para pendidik mesti memilki kejelian
yang cukup tajam sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
menempatkan metode yang tepat bagi para peserta didik.
Sungguh pemilihan metode yang tepat bagi peserta didik
merupakan lengkah pertama dalam menggapai kesberhasilan
dalam proses belajar mengajar, sebaliknya kesalahan metode
yang dilakukan oleh pendidik bisa menjadi awal ketidak
berhasilan dalam menggapai tujuan.
Para siswa masih sering menemukan banyak kosa kata
yang belum tahu, para siswa belum ada kesadaran untuk
memperaktikan percakapan Bahasa arab, banyak dari para
guru yang tidak mendukung untuk mewujudkan lingkungan
Bahasa arab. Metode pembelajaran Bahasa arab di jenjang
SMP/MTs hendaknya para guru diawali dengan
mengedepankan aspek percakapan dengan penguasaan kosa
kata sehari-hari, sampai benar-benar mahir atau adanya rasa

14
percaya diri tanpa harus di ikuti oleh tata Bahasa terlebih
dahulu. Setelah peserta didik merasa nyaman dengan Bahasa
arab baru ajarkan kepada mereka tata Bahasa, ada hal yang
perlu di ingat bahwa tata Bahasa dalam pengajaran Bahasa
arab bukan tujuan tapi hanya wasilah untuk meluruskan atau
memperbaiki keterampilan percakapan dan tulisan, adapun
aspek tulisan bisa di ajarkan kepada mereka dengan meminta
mereka untuk menuliskan kisah sehari-hari mereka.

 Maharat Kalam berdasarkan tingkat Perguruan tinggi

15
Daftar Pustaka

Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:


Humaniora.
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa’ud Al-Islamiyah).
Mu’in, Abdul. 2004Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
(Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi). Jakarta: Pustaka Al Husna Bar.
Abdul Hamid, M. Dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode,
Strategi, Materi dan Media). Malang: UIN Malan Press.
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa’ud Al-Islamiyah).
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), Hal. 43.
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN
Maliki Press, 2011), hlm. 2.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 45.
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang:
UIN Maliki Press, 2011), h.88.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 53.

16
MAHARAH QIRO’AH DALAM BERBAGAI JENJANG PENDIDIKAN
(TINGKAT DASAR, MENENGAH DAN PERGURUAN TINGGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Implementasi Kemahiran
Bahasa Arab

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Tricahyo, M.A.

Disusun oleh :

Mohamad Rizky Salsabila : 504220011

Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Agustus 2022
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus


menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar membutuhkan
sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat menerima pengetahuan
dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan tutur.
Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah makna
tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa berbahasa
dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan masuk diberbagi
negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat komunikasi yang mulanya
termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang dipakai oleh bangsa yang
bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat (Dataran Syiria dan Jazirah Arab).
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa yang
apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya. Mempelajari
bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam Surga
menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan berbahasa Arab.
Maka dari itu, bahasa Arab tidak hanya dipelajari oleh orang Arab saja melainkan
semua orang berhak untuk mempelajarinya.
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang yang
terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni betul
terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan pembelajaran
secara bertahap.1 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa mencakup empat
keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’), berbicara

1
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).

1
(maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan menulis (maharah al-
kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab,
karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan dan kedudukan
keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam pencapaian keterampilan
berbahasa.
Dalam makalah ini, pemateri memaparkan (1) Hakikat pembelajaran bahasa
Arab, (2) 4 pilar pembelajaran bahasa Arab, dan (3) Maharah qiro’ah berdasarkan
jenjang tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus
menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar
membutuhkan sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat
menerima pengetahuan dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan
bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan
tutur. Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah
makna tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa
berbahasa dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan
masuk diberbagi negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat
komunikasi yang mulanya termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang
dipakai oleh bangsa yang bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat
(Dataran Syiria dan Jazirah Arab)
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa
yang apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya.
Mempelajari bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam
Surga menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan
berbahasa Arab. Maka dari itu, bahasa Arab tidak hany dipelajari oleh orang
Arab saja melainkan, semua orang berhak untuk mempelajarinya.2
Menurut Abdul Mu’in bahasa Arab dipelajari karena dua alasan.
Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari bila kita ingin
bergaul dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia bahasa agama yang

2
Ahmad, Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: Humaniora, 3007), Hal. 87.

3
mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya minimal untuk
3
kesempurnaan amal ibadahnya, sebab kitab sucinya berbahasa Arab. Dari sini
dibutuhkan seorang pendidik yang profesional sekiranya mampu memberi
suatu kepahaman terhadap peserta didik. Aspek-aspek yang menjadi nilai
lebih pada bahasa Arab adalah taraf kerumitan yang mendorong munculnya
kesulitan-kesulitan dalam proses belajar dan pembelajaran.
Tujuan merupakan langkah pertama yang ditempuh dalam suatu
pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Arab. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajarinya maka perlu adanya
suatu tujuan, seperti telah di jelaskan oleh Ahmad Izzan bahwa tujuan
mempelajari bahasa Arab adalah agar dapat menghasilkan ahli bahasa dan
sastra Arab, sehingga dalam proses pembelajaran yang sedemikian ketat dapat
menghasilkan anak didik yang mampu menggunakan bahkan
4
mengajarkannya.
Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu
meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam tujuan khusus adalah
merupakan penjabaran dari pada tujuan umum, karena tujuan umum sulit
dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Pada tujuan umum
bahasa Arab ditujukan dalam pencapaian tujuan: a) Agar siswa dapat
memahami al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber Islam dan ajaran; b) Dapat
memahami dan mengerti buku- buku Agama dan kebudayaan Islam yang
ditulis dalam bahasa Arab; c) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam
bahasa Arab; d) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain; e)
Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni agar benar-benar profesional.5

3
Mu’in, Avdul. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah terhadap Fonetik
dan Morfologi). (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), Hal. 7)
4
Ibid. Hal. 87
5
Abdul Hamid, M. Dkk Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan
Media). (Malang: UIN Malan Press, 2008), Hal. 37).

4
B. 4 Keterampilan (Maharat) dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Nana Sudjana, keterampilan adalah pola kegiatan yang
bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang
dipelajari. Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.6 Sedangkan menurut Muhibin
Syah keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.7
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang
yang terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni
betul terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan
pembelajaran secara bertahap.8 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa
mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-
istima’), berbicara (maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan
menulis (maharah al-kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting
dalam belajar bahasa Arab, karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan kedudukan keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam
pencapaian keterampilan berbahasa.9
Dalam penguasaan keempat keterampilan berbahasa tersebut, sebagian
ahli bahasa berasumsi bahwa kemampuan kebahasaan seseorang hanya
ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap kosakata. Hal ini tentu relevan
dengan keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi harus terlebih dahulu
menguasai kosakata (mufradat).10
1) Keterampilan Mendengar (Maharah al-Istima’)

6
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
7
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
8
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).
9
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), Hal. 43.
10
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011),
hlm. 2.

5
Istima’ merupakan kumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam
mufrodat. Keterampilan Istima’ diarahkan pada keterampilan menyimak
dengan tidak melepas konteks. Mendengar merupakan keterampilan
pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar berbahasa.
Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang dialami oleh
seseorang yang belajar bahasa, karena dari keterampilan ini kita bisa
mengetahui pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur
11
bahasanya dan lain sebagainya .
2) Keterampilan Berbicara (Maharah al-Kalam)
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling
penting dalam pembelajaran bahasa karena keterampilan berbicara
merupakan keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa asing.
Ketrampilan ini merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif
dan produktif12.
3) Keterampilan Membaca (Maharat al-Qira’ah)
Dalam hal pemberian butir linguistik keterampilan membaca
memiliki kelebihan dari keterampilan menyimak, karena keterampilan
membaca lebih akurat dari pada keterampilan menyimak. Seseorang yang
sedang belajar keterampilan membaca bisa mendapatkan pembelajaran
dari majalah, buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab. Dengan
demikian pembelajar akan memperoleh tambahan kosa kata dan bentuk
tata bahasa dalam jumlah banyak yang bermanfaat untuk berinteraksi
secara komunikatif13.
4) Keterampilan Menulis (Maharah al-Kitabah)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan penting dalam
pembelajaran bahasa Arab. Dengan menulis seseorang bisa

11
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 45.
12
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki
Press, 2011), h.88.
13
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 53.

6
mengaktualisasikan kemampuannya dan spesialisasi keilmuannya kepada
publik14.

C. Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkatan Dasar, Menengah dan


Perguruan Tinggi
Diantara 4 maharah atau keterampilan diatas, memiliki asas keterkaitan
antara satu sama yang lain. Akan tetapi proses berbahasa, alat yang pertama
kali digunakan adalah lisan (maharah kalam) dan telinga (maharah istima’),
yang mana dari kedua alat indra tersebut dapat melahirkan proses berbahasa
lain yakni bahasa yang dihasilkan dari mata (maharah qiro’ah) maupun tangan
(maharah kitabah).
Fenomena pembelajaran bahasa Arab, sampai sekarang masih membuahkan
pertanyaan atau dilema bagi bangsa Indonesia. Dengan berbagi cara atau
metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, bangsa Indonesia masih
kesulitan baik dari segi keterampilan pendengarannya mauupun ucapannya.
Dua keterampilan ini (maharah kalam dan istima’) masih menjadi proses
ketahap yang harus benar-benar siap uji untuk kegiatan berbahasa sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran dua keterampilan ini bisa dianggap berhasil apabila
diajarkan sejak tingkat dasar. Secara umum maharah kalam sendiri memiliki
tujuan agar mampu berkomunikasi dengan baik dan wajar dengan bahasa arab
itu sendiri, yang mana baik dan wajar itu tadi memiliki arti bahwasannya
bahasa yang ia pelajari dapat disampaikan melalui kisannya dengan baik dan
dapat memahamkan dengan apa yang telah di tuturkan. Sedangkan tujuan
umun dari maharah istima’ adalah dapat menerima bahasa yang telah diujarkan
oleh penutur dan dapat memahaminya.
Bisa kita lihat, proses berbahasa dilakukan oleh manusia sejak kecil.
Apabila proses berbahasa itu benar-benar menjadi titik fokus dalam kegiatan
berbahasa sejak dini, maka semakin mudah untuk memahami dan mendalami

14
Ibid, Hal. 59

7
bahasa di jenjang berikutnya. Bahasa Arab tingkat dasar, memiki kapasitas
bahasa yang sama sekali tidak rumit atau memiliki arti yang sangat sulit.
Bahasa Arab tingkat menengah, mulai mendapatkan banyaknya mufrodat yang
mana dari tingkat dasar hanya itu-itu saja. Kemudian bahasa Arab tingkat
perguruan tinggi, dituntut untuk lebih dan harus mendalami kata-kata yang
belum didapatkan dari jenjang sebelumnya.
Semakin anak itu beranjak dewasa maka semakin bertambah kapasitas
bahasanya. Di Indonesia, banyak sekali pondok-pondok itu menitik beratkan 4
maharat ini. Ada juga pondok pesantren yang menitik beratkan dua maharah
saja. Ada juga pondok pesantren yang hanya menitik beratkan mendalami satu
maharat saja. Berbeda dengan bangsa Arab, mereka menitik beratkan
pembelajaran 4 maharat ini, sampai benar-benar tuntas dari hasil yang mereka
dapatkan dari 4 maharat ini.
Oleh karena itu pemateri hanya menfokuskan satu maharah yakni maharah
qiro’ah yang akan dibahas berdasarkan tingkat dasar, menengah dan perguruan
tinggi.
1. Maharah Qiro’ah
a. Pengertian
Qiroah menurut bahasa diambil dari kata ‫ قرأ يقرأ قراءة‬yang
artinya membaca. Sedangkan menurut istilah adalah kumpulan
petunjuk yang bisa berkembang secara bertahap dengan cara
mempelajarinya untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk
kata yang tertulis15.
Dalam linguistik keterampilan membaca memiliki kelebihan
dari keterampilan menyimak, karena keterampilan membaca lebih
akurat dari pada keterampilan menyimak. Seseorang yang sedang
belajar keterampilan membaca bisa mendapatkan pembelajaran dari
majalah, buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab. Dengan
demikian pembelajar akan memperoleh tambahan kosa kata dan

15
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).

8
bentuk tata bahasa dalam jumlah banyak yang bermanfaat untuk
berinteraksi secara komunikatif16

b. Rukun Maharat Qiro’ah


Hal-hal yang harus ada dalam terjadinya proses keterampilan
membaca adalah (1) Penutur, (2) Lawan tutur (pendengar), (3)
Bahasa yang disampaikan, (4) adanya alat untuk menyampaikan
(mulut).

c. Pentingnya Maharah Qiro’ah


 Salah satu yang paling penting dalam materi pembelajaran.
Karena apabila siswa mampun menguasai keterampilan
tersebut maka dia berhak mendapatkan kesuksesan dalam
dunia pembelajaran,
 Memunculkan efek untuk murid agar berbahasa.
 Mengasah kemampuan berfikir siswa.
d. Macam-macam Maharat Kalam
o Membaca silent, (1) menggunakan mulut tanpa bersuara, (2)
tanpa menggunakan mulut dan suara melainkan dengan hati.
o Membaca keras.
o Membaca untuk belajar.
o Membaca untuk diresapi.
o Membaca untuk diteliti dan diresapi.
o Membaca cepat.
o Membaca untuk penelitian.

16
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 53.

9
e. Maharat Qiro’ah berdasarkan tingkat Dasar Menengah dan
Perguruan tinggi
1) Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkat dasar17
Secara umum anak Indonesia mengawali melek huruf pada
masa sekolah dasar. Bila ada yang sudah bisa membaca sejak
Taman Kanak-kanak, mereka akan memantapkan kembali
keterampilan membacanya di sekolah dasar. Membaca,
sebagaimana menulis dan juga berhitung, merupakan pelajaran
dasar yang wajib dikuasai siswa di awal-awal masa sekolah.
Membaca, menulis dan berhitung (calistu) merupakan tiga
serangkai mata pelajaran sekolah dasar sebagai modal
mendalami pelajaran selanjutnya.
Di antara ketiga mata pelajaran dasar (calistu) itu, kegiatan
membaca tampaknya menjadi metode kunci untuk mendalami
setiap mata pelajaran di sekolah. Kemampuan siswa membaca
(menelaah) bahan bacaan ikut menentukan keberhasilan
mempelajari sebuah mata pelajaran. Bila memiliki keterampilan
membaca yang memadai, seiring waktu berjalan, penguasaan
siswa terhadap mata pelajaran tertentu secara bertahap terus
berkembang dan mendalam.
Sayangnya, rata-rata kemampuan siswa sekolah dasar
dalam membaca-menulis terhenti sampai kelas satu sekolah
dasar ketika anak dianggap telah lancar membaca dan menulis.
Sementara materi pelajaran berhitung dan menyusul mata
pelajaran lainnya (IPS, IPA, Bahasa Indonesia dan lain-lain)
terus berkembang sesuai tingkatan kelas.
Ketika keterampilan membaca berhenti pada sekadar
mengenal huruf dan lancar melafazkan rangkaian kata menjadi
kalimat, maka kemampuan membaca hanya sebatas menjadi

17
https://www.jurnalasia.com/opini/meningkatkan-keterampilan-membaca-siswa-sekolah-
dasar/

10
“modal” mengakses pengetahuan yang tak akan pernah
berkembang.
Pasalnya, kegiatan membaca tidak dilatih sebagai kebiasaan
untuk menguji keterampilan dan menumbuhkan motivasi
mengakses informasi serta bidang pengetahuan lainnya yang
diminati. Para siswa dengan “terpaksa” hanya terbiasa membaca
untuk mempelajari mata pelajaran resmi di sekolah saja.
Belum Dianggap Kebutuhan Inisiatif pripadi membaca
buku di perpustakaan dengan judul-judul buku pilihan sendiri
hanya dianggap sebagai kegiatan tak wajib atau sekadar
memenuhi imbauan guru saja. Akibatnya kegiatan membaca bagi
siswa tidak dianggap sebagai kebutuhan, bahkan dianggap
sebagai “siksaan” karena membaca dianggap siswa sebagai
aktivitas yang membosankan. Mengapa?.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa merasa
mudah bosan melakukan aktivitas membaca. Pertama,
banyaknya mata pelajaran dengan setumpuk buku teks yang
harus dibaca oleh siswa baik saat menelaah pelajaran di kelas
atau saat mengerjaan PR di rumah membuat siswa merasa jenuh.
Lebih parah, biasanya siswa membaca buku pelajaran dalam
situasi yang tertekan saat menjelang ujian saja. Kebiasaan tidak
enak ini lama-lama akan membentuk sugesti negatif di pikiran,
bahwa membaca memang benar-benar membuat pikiran tertekan.
Kedua, penyajian dan kemasan buku pelajaran yang memang
sangat standar itu “memaksa” siswa untuk menjadi malas
membaca buku, apalagi metoda penyampaian materi yang
kurang kreatif tak jarang membuat kening siswa berkerut ketika
membaca buku pelajaran. Ketiga, akibat padatnya jadwal mata
pelajaran, otomatis tidak ada alokasi waktu membaca buku bebas
yang menyenangkan sesuai keinginan sendiri. Hal ini membuat

11
siswa tidak pernah merasakan nikmatnya menemukan buku baru
dan pengetahuan baru.
Ketersediaan buku perpustakaan yang kurang variatif dan
hanya mengoleksi buku-buku resmi, membuat siswa terlanjur
memunculkan “momok” dalam pikiran ketika hendak melakukan
aktivitas membaca di perpustakaan. Mereka menganggap semua
buku sama membosankannya dengan buku pelajaran. Keempat,
belum munculnya kesadaran siswa betapa penting dan
menyenangkannya membaca sebagai pintu masuk memperoleh
pengetahuan baru. Siswa masih menganggap pelajaran di dalam
kelas merupakan satu-satunya sumber memperoleh pengetahuan.

Pelajaran Keterampilan Membaca


Melanjutkan “Pelajaran Membaca” di kelas satu sekolah
dasar menjadi pelajaran “Keterampilan Membaca” yang mampu
memberi motivasi budaya baca dan menumbuhkan kesadaran
akan perlunya membaca serta meningkatkan kemampuan
keterampilan membaca-menulis siswa, akan menjawab berbagai
persoalan yang menjadi penyebab kurangnya minat membaca
siswa seperti sudah disebutkan di atas.
Menjadikan “Keterampilan Membaca” sebagai mata
pelajaran yang berdiri sendiri dan bukan bagian pelajaran Bahasa
Indonesia, otomatis akan mengartikan/memahamkan kegiatan
membaca di kelas bukan cuma membaca buku pelajaran,
membaca tidak lagi hal membosankan, membaca kegiatan
rekreatif menyenangkan, bukan menakutkan dan membaca
merupakan akses memperoleh sumber pengetahuan selain guru
di kelas.
Lewat pelajaran “Keterampilan Membaca”, para siswa akan
diyakinkan bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani
manusia. Sebagaimana kebutuhan fisik makan dan minum,

12
membaca merupakan jalan mencari kebutuhan gizi pikiran agar
otak menjadi cerdas. Membaca adalah jalan menemukan
pengetahuan dan berbagai solusi atas persoalan kehidupan
sehari-hari yang dibutuhkan setiap orang yang tanggap terhadap
kemajuan.
Guna memahamkan hal ini kepada siswa, membaca harus
dilihat sebagai kegiatan ilmiah. Bila di kelas satu sekolah dasar
para siswa diperkenalkan dengan huruf-huruf untuk merangkai
kata dan kalimat, pada pelajaran membaca tingkat lanjutan, para
siswa, misalnya, bisa dibekali dengan pengetahuan tata tertib
membaca yang mempertimbangkan aspek kesehatan mata,
kesehatan anggota tubuh, durasi membaca ideal, frekuensi
membaca yang efektif, alat penerangan yang ideal dan lainnya.
Pada tingkat pelajaran lebih lanjut, para siswa bisa
diajarkan dengan pengetahuan perkenalan perpustakaan, memilih
buku yang dibutuhkan, membaca katalog pustaka dan lainnya.
Tak kalah penting mengajarkan keterampilan meresensi buku,
menceritakan kembali, menyimpulkan isi bacaan, hingga
keterampilan teknik membaca kilat.
Pada tahapan yang lebih berkembang, para siswa bisa
dibekali dengan keterampilan menulis dari bahan bacaan yang
ditelaah dan menyusunnya kembali dengan bahasanya sendiri.
Ketika siswa sudah sampai pada tingkat terampil membaca
cerdas, mereka bisa diberi pengetahuan keterampilan sebagai
editor sebuah tulisan.
Pelajaran membaca juga bisa diisi dengan pengetahuan dan
penguasaan keterampilan membaca sebagai sebuah seni,
misalnya pelajaran teknik membaca puisi, membaca cerpen,
membaca pantun, monolog dan lain sebagainya. Dengan cara
demikian diharapkan bisa memotivasi siswa untuk mencari lebih
banyak informasi dari buku-buku atau sumber informasi yang

13
dibutuhkan. Karena itulah siswa dirangsang dengan bahan
bacaan yang menarik minat, yakni bacaan yang berbasis
kebutuhan pengetahuan mereka. Khusus untuk keterampilan
membaca sebagi seni, hal ini kelak akan merangsang siswa untuk
membaca buku sastra guna memenuhi kebutuhan ekspresi seni
mereka.

Perkembangan Keberlanjutan
Menumbuhkan budaya baca di kalangan siswa memang
harus melalui upaya pembekalan berkelanjutan. Apalagi, seperti
disebutkan, pikiran siswa sudah terlanjur bereaksi negatif
terhadap kegiatan membaca yang belum dibantu oleh
ketersediaan penyajian buku-buku (baik buku pelajaran atau
buku pengayaan dan perpustakaan) yang kurang kreatif.
Menghadapi kondisi ini, memang harus ada upaya revolusi
mental siswa melalui inovasi kurikulum dengan menjadikan
“Pelajaran Membaca” tidak sebatas usaha menjadikan siswa
sekadar melek huruf, namun pelajaran membaca akan
menumbuhkan kesadaran siswa gemar membaca dengan bekal
keterampilan membaca yang dibutuhkan.
“Pelajaran Membaca” harus mampu menumbuhkan minat
baca sebagai usaha memenuhi kebutuhan informasi dan
pengetahuan secara mandiri, bukan karena semata-mata tugas
sekolah. Implementasi Pelajaran Keterampilan Membaca di
kelas, bisa dilaksanakan menggunakan metode pengajaran yang
fleksibel dan kreatif.
Tidak terlalu kaku seperti mengajarkan mata pelajaran
wajib lainnya. “Pelajaran Keterampilan Membaca” lebih
dimaksudkan agar bagaimana siswa terlatih untuk menjawab
berbagai persoalan kehidupan melalui referensi buku dengan
cara yang menyenangkan tanpa adanya tekanan mental.

14
Kegiatan edukasi membudayakan gemar membaca ini, apa
boleh buat, suka tidak suka memang harus ditopang oleh
kehadiran fasilitas perpustakaan sekolah yang memadai dengan
koleksi buku-buku yang kreatif. Bahkan, bila perlu
menghadirkan perpustakaan di dalam kelas. Dengan membekali
pengetahuan dan keterampilan membaca siswa sejak pendidikan
dasar dan menjadikan membaca sebagai kegiatan ilmiah,
harapannya menumbuhkan budaya membaca untuk
mencerdaskan bangsa akan tercapai.

2) Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkat menengah


Keterampilan membaca ialah salah satu keterampilan yang
ditempatkan pada tatanan yang paling tinggi untuk dilatihkan
dalam pembelajaran berbahasa Indonesia. Keterampilan
membaca harus dibiasakan dan dikembangkan sedini mungkin di
sekolah. Seorang siswa harus dapat membaca dengan cepat dan
memahami apa yang dibacanya. Makin cepat ia membaca, makin
banyak yang dapat ia pelajari dalam waktu tertentu.
Keterampilan membaca seorang siswa juga menentukan
bagaimana pengetahuan dan kognitif siswa di pelajaran yang
lain. Semakin bagus keterampilan membaca siswa maka semakin
cepat mereka memahami bacaan yang diberikan guru pada mata
pelajaran yang lain. Dari beberapa macam membaca, membaca
pemahaman ditempatkan sebagai membaca pada tingkat tinggi
karena membaca pemahaman berusaha mencari isi yang tersurat
dan tersirat dari bacaan.
Dalam pengukurannya, kemampuan membaca pemahaman
siswa dapat dilihat setelah mereka memahami bacaan tersebut,
baik dengan cara membuat ringkasan secara lisan atau tertulis.
Oleh Karena itu,ketahui trik-trik apa saja yang harus dilakukan
orangtua untuk meningkatkan kemampuan membaca anak?

15
1. Menyediakan berbagai barang yang membantu kemampuan
membaca anak.
2. Membacakan buku untuk anak.
3. Menyediakan tempat khusus untuk membaca.
4. Mengajak anak untuk membaca bersama.
Dari penjelasan diatas ada beberapa metode dan model
pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik tingkat SMP dan
SMA,dan bisa membantu mereka dalam proses
pembelajarannya. Berikut Model Pembelajran di tingkat SMP
sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif
adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa
untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan
masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk tujuan bersama, hal ini bisa membuat siswa bisa
bersosialisasi dan bisa belajar kerja sama sesama teman
sebayanya. Dengan hal ini metode pembelajaran yang
digunakan guru yaitu diskusi kelompok.
2. Model Pembelajaran Langsung (DirectInstruction)
Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu; pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
procedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan
tentang sesuatu konsep. Pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana seseorang melakukan
sesuatu. Metode yang digunakan dalam model pembelajaran
ini yang lebih dominan adalah metode Tanya Jawab,
metode Ceramah, dan lain lain. Model pembelajaran
langsung mempunyai fase-fase penting diantaranya:
pendahuluan, presentasi materi, dan terakhir guru
memberikan kesempatan siswa untuk berlatih,

16
menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan balik
terhadap keberhasilan peserta didik.
Berikut Model Pembelajaran di tingkat SMA sebagai berikut :
1. Berlatih Membaca Setiap Hari
Hal pertama yang harus dilakukan adalah melatih anak
membaca dengan baik dan benar. Hal ini sangat mudah
untuk dilakukan. Orang tua harus memberikan berbagai
macam hal untuk dapat membantu anak dalam berlatih
membaca. Semua itu memang harus dilakukan untuk dapat
meningkatkan kemampuan membaca anak dengan baik dan
benar. Semua orang tua harus turut andil dalam hal ini.
Karena hanya mereka yang mampu untuk melakukan itu
semua.
2. Melakukan Pengoptimalan Fungsi Otak Kanan dan Kiri
Hal ini akan sangat membantu dalam cara belajar dan
meningkatkan kemampuan mereka. Hal tersebut memang
sangat perlu untuk dilakukan oleh para orang tua. Dengan
hal ini anak mereka akan semakin dapat menguasai
semuanya dengan cepat dan tepat. Kemampuan seorang
anak dalam membaca memang harus selalu dilatih dan
dikembangkan. Dengan begitu, mereka akan jauh lebih
terasah lagi.
3. Membaca Dengan Urut Sebuah Bacaan
Anak harus memiliki banyak waktu untuk membaca
dan diberikan bahan bacaan yang banyak. Sebaiknya berikan
bahan bacaan yang mereka sukai. Dengan begitu, mereka
akan sangat menyukainya dan tidak akan melakukan
kesalahan.

17
4. Menggunakan Jari untuk Mengurutkan Pembacaan
Berdasarkan Barisnya
Dengan menggunakan jari, mereka akan lebih mudah
dalam membaca dengan urut dan cepat. Semuanya akan
semakin mempermudah orang tua dalam memberikan
pembelajaran ini kepada anak. Anak juga akan semakin
cepat dalam belajar.
5. Membuat Mata terlihat dan terbiasa dengan Jalan Membaca
Membuat mata terlihat dan terbiasa dengan jalan
membaca. Seorang orang tua harus memberikan pengertian
kepada anak agar mereka mau untuk belajar membaca dan
melakukannya dengan baik.

3) Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkat perguuruan tinggi


Keterampilan membaca merupakan kegiatan yang reseptif,
yang merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan
pihak lain melalui sarana tulisan. Menurut Nurgiyantoro (2008:
246) “dalam kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang
sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan”.
Dalam dunia pendidikan aktivitas membaca sangat sering
dilakukan sebagai salah satu teknik untuk mendapatkan
informasi dan penguatan dari suatu teori. Oleh karena itu,
membaca mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-
hari.
Tes keterampilan membaca yang dilakukan di sekolah
hendaknya akurat dan disesuaikan dengan kriteria yang ada.
Untuk standar pedoman penilaian saat ini adalah berpatokan
pada SKKD pada setiap jenjang sekolah mulai dari SD, SMP,
SMA, dan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, penilaiannya pun
harus berbeda, jangan disamakan antara keterampilan membaca

18
siswa SD dan siswa SMA. Syihabuddin memaparkan (2008:
227);
“untuk mengetahui kemajuan belajar dan penguasaan siswa
terhadap materi-materi tersebut, guru menyelenggarakan
pengukuran terhadap hasil belajar. Pengukuran difokuskan pada
kinerja berfikir literat yang perlu dimiliki mahasiswa dan siswa.
Hal ini berimplikasi terhadap guru. Guru dituntut untuk memiliki
kompetensi dalam mengevaluasi keterampilan membaca”.
Pengukuran yang dilakukan oleh guru memanglah harus
betul-betul objektif, agar tidak ada siswa yang dirugikan.
Penilaian yang dilakukan dalam keterampilan membaca bukan
hanya dari faktor kognitifnya saja, melainkan faktor afektif dan
psikomotornya.
Harris (1977:59) dan Hilam (1973:84) mengemukakan
mengenai beberapa aspek dalam tes kemampuan membaca,
diantaranya; Bahasa dan lambang tulisan yang mencakup
kemampuan memahami kata-kata yang terpakai dalam tulisan
biasa dan kemampuan memahami istilah-istilah tertulis yang
jarang terpakai dalam tulisan biasa yang terpakai dalam arti
khusus sebagaimana terdapat dalam bahan bacaan. Kemampuan
memahami pola-pola kalimat dan bentukbentuk kata yang
terdapat pada wacana yang panjang dan sulit dijumpai pada
tulisan- tulisan resmi. Kemampuan menafsirkan lambang-
lambang atau tanda-tanda yang terpakai dalam tulisan, seperti
tada baca, pemakaian huruf besar, penulisan paragraf, pemakaian
cetak miring, cetak tebal sebagai penguat dalam memperjelas
makna yang terdapat dalam bacaan18.
Aspek yang kedua adalah gagasan, meliputi; kemampuan
mengenal maksud yang disampaikan pengarang dan gagasan

18
Ari Kartini, Tes Keterampilan Membaca, (Garut: FPISBS Instutut Pendidikan Indonesia (IPI)
Garut, 2018), Volume 7, Number 1---- Februari 2018.

19
pokok dari bacaan; kemampuan memahami gagasan-gagasan
yang mendukung pokok pikiran yang ada dalam bacaan;
kemampuan menarik kesimpulan dan penalaran yang tepat
mengenai isi bacaan itu. Nada dan gaya merupakan aspek ketiga
yang meliputi; kemampuan mengenal sikap pengarang terhadap
masalah yang dikemukakannya, sikap pengarang terhadap
pembaca, dan kemampuan memahami nada tulisan sesuai
bacaan; kemampuan mengenal teknik dan gaya penulisan yang
digunakan pengarang untuk menyampaikan gagasannya dalam
bacaan itu.
Sejalan dengan Harris, Smith (1973: 231-4)
mengemukakan bahwa kegiatan membaca pemahaman dapat
diukur dari kemampuan siswa dan mahasiswa dalam
memparafrasekan arti yang diberikan secara jelas dalam wacana.
Secara rinci aspek-aspek yang dinilai meliputi; a) pemahaman
literal; b) pemahaman inferensial; c) pemahaman elaboratif.
Aspek–aspek yang diungkapkan oleh kedua ahli tersebut tetap
harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan baik dari bahan tes
dan patokan penilaian, karena daya pemahaman siswa SMP dan
SMA akan berbeda apalagi dengan mahasiswa dan tentunya
semua itu mengacu pada pedoman kurikulum yang tertera pada
SKKD.

20
Daftar Pustaka

Ari Kartini, Tes Keterampilan Membaca, (Garut: FPISBS Instutut Pendidikan


Indonesia (IPI) Garut, 2018), Volume 7, Number 1---- Februari 2018.
Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Humaniora.
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa’ud Al-Islamiyah).
Mu’in, Abdul. 2004Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
(Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi). Jakarta: Pustaka Al Husna Bar.
Abdul Hamid, M. Dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode,
Strategi, Materi dan Media). Malang: UIN Malan Press.
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa’ud Al-Islamiyah).
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), Hal. 43.
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN
Maliki Press, 2011), hlm. 2.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 45.
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang:
UIN Maliki Press, 2011), h.88.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 53.
https://www.jurnalasia.com/opini/meningkatkan-keterampilan-membaca-siswa-
sekolah-dasar/

21
MAHARAH KITABAH DALAM BERBAGAI JENJANG PENDIDIKAN
(TINGKAT DASAR, MENENGAH DAN PERGURUAN TINGGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Implementasi Kemahiran
Bahasa Arab

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Tricahyo, M.A.

Disusun oleh :

Mohamad Rizky Salsabila : 504220011

Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Agustus 2022
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus


menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar membutuhkan
sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat menerima pengetahuan
dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan tutur.
Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah makna
tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa berbahasa
dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan masuk diberbagi
negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat komunikasi yang mulanya
termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang dipakai oleh bangsa yang
bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat (Dataran Syiria dan Jazirah Arab).
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa yang
apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya. Mempelajari
bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam Surga
menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan berbahasa Arab.
Maka dari itu, bahasa Arab tidak hanya dipelajari oleh orang Arab saja melainkan
semua orang berhak untuk mempelajarinya.
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang yang
terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni betul
terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan pembelajaran
secara bertahap.1 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa mencakup empat
keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’), berbicara

1
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).

1
(maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan menulis (maharah al-
kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab,
karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan dan kedudukan
keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam pencapaian keterampilan
berbahasa.
Dalam makalah ini, pemateri memaparkan (1) Hakikat pembelajaran bahasa
Arab, (2) 4 pilar pembelajaran bahasa Arab, dan (3) Maharah Kitabah berdasarkan
jenjang tingkat dasar, menengah dan perguruan tinggi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus
menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar
membutuhkan sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat
menerima pengetahuan dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan
bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan
tutur. Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah
makna tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa
berbahasa dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan
masuk diberbagi negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat
komunikasi yang mulanya termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang
dipakai oleh bangsa yang bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat
(Dataran Syiria dan Jazirah Arab)
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa
yang apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya.
Mempelajari bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam
Surga menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan
berbahasa Arab. Maka dari itu, bahasa Arab tidak hany dipelajari oleh orang
Arab saja melainkan, semua orang berhak untuk mempelajarinya.2
Menurut Abdul Mu‟in bahasa Arab dipelajari karena dua alasan.
Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari bila kita ingin
bergaul dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia bahasa agama yang

2
Ahmad, Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: Humaniora, 3007), Hal. 87.

3
mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya minimal untuk
3
kesempurnaan amal ibadahnya, sebab kitab sucinya berbahasa Arab. Dari sini
dibutuhkan seorang pendidik yang profesional sekiranya mampu memberi
suatu kepahaman terhadap peserta didik. Aspek-aspek yang menjadi nilai
lebih pada bahasa Arab adalah taraf kerumitan yang mendorong munculnya
kesulitan-kesulitan dalam proses belajar dan pembelajaran.
Tujuan merupakan langkah pertama yang ditempuh dalam suatu
pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Arab. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajarinya maka perlu adanya
suatu tujuan, seperti telah di jelaskan oleh Ahmad Izzan bahwa tujuan
mempelajari bahasa Arab adalah agar dapat menghasilkan ahli bahasa dan
sastra Arab, sehingga dalam proses pembelajaran yang sedemikian ketat dapat
menghasilkan anak didik yang mampu menggunakan bahkan
4
mengajarkannya.
Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu
meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam tujuan khusus adalah
merupakan penjabaran dari pada tujuan umum, karena tujuan umum sulit
dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Pada tujuan umum
bahasa Arab ditujukan dalam pencapaian tujuan: a) Agar siswa dapat
memahami al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai sumber Islam dan ajaran; b) Dapat
memahami dan mengerti buku- buku Agama dan kebudayaan Islam yang
ditulis dalam bahasa Arab; c) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam
bahasa Arab; d) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain; e)
Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni agar benar-benar profesional.5

3
Mu’in, Avdul. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah terhadap Fonetik
dan Morfologi). (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), Hal. 7)
4
Ibid. Hal. 87
5
Abdul Hamid, M. Dkk Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan
Media). (Malang: UIN Malan Press, 2008), Hal. 37).

4
B. 4 Keterampilan (Maharat) dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Nana Sudjana, keterampilan adalah pola kegiatan yang
bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang
dipelajari. Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.6 Sedangkan menurut Muhibin
Syah keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.7
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang
yang terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni
betul terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan
pembelajaran secara bertahap.8 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa
mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-
istima’), berbicara (maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan
menulis (maharah al-kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting
dalam belajar bahasa Arab, karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan kedudukan keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam
pencapaian keterampilan berbahasa.9
Dalam penguasaan keempat keterampilan berbahasa tersebut, sebagian
ahli bahasa berasumsi bahwa kemampuan kebahasaan seseorang hanya
ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap kosakata. Hal ini tentu relevan
dengan keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi harus terlebih dahulu
menguasai kosakata (mufradat).10
1) Keterampilan Mendengar (Maharah al-Istima’)

6
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
7
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
8
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).
9
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), Hal. 43.
10
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011),
hlm. 2.

5
Istima‟ merupakan kumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam
mufrodat. Keterampilan Istima‟ diarahkan pada keterampilan menyimak
dengan tidak melepas konteks. Mendengar merupakan keterampilan
pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar berbahasa.
Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang dialami oleh
seseorang yang belajar bahasa, karena dari keterampilan ini kita bisa
mengetahui pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur
11
bahasanya dan lain sebagainya .
2) Keterampilan Berbicara (Maharah al-Kalam)
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling
penting dalam pembelajaran bahasa karena keterampilan berbicara
merupakan keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa asing.
Ketrampilan ini merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif
dan produktif12.
3) Keterampilan Membaca (Maharat al-Qira’ah)
Dalam hal pemberian butir linguistik keterampilan membaca
memiliki kelebihan dari keterampilan menyimak, karena keterampilan
membaca lebih akurat dari pada keterampilan menyimak. Seseorang yang
sedang belajar keterampilan membaca bisa mendapatkan pembelajaran
dari majalah, buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab. Dengan
demikian pembelajar akan memperoleh tambahan kosa kata dan bentuk
tata bahasa dalam jumlah banyak yang bermanfaat untuk berinteraksi
secara komunikatif13.
4) Keterampilan Menulis (Maharah al-Kitabah)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan penting dalam
pembelajaran bahasa Arab. Dengan menulis seseorang bisa

11
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 45.
12
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki
Press, 2011), h.88.
13
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 53.

6
mengaktualisasikan kemampuannya dan spesialisasi keilmuannya kepada
publik14.

C. Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkatan Dasar, Menengah dan


Perguruan Tinggi
Diantara 4 maharah atau keterampilan diatas, memiliki asas keterkaitan
antara satu sama yang lain. Akan tetapi proses berbahasa, alat yang pertama
kali digunakan adalah lisan (maharah kalam) dan telinga (maharah istima‟),
yang mana dari kedua alat indra tersebut dapat melahirkan proses berbahasa
lain yakni bahasa yang dihasilkan dari mata (maharah qiro‟ah) maupun tangan
(maharah kitabah).
Fenomena pembelajaran bahasa Arab, sampai sekarang masih membuahkan
pertanyaan atau dilema bagi bangsa Indonesia. Dengan berbagi cara atau
metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, bangsa Indonesia masih
kesulitan baik dari segi keterampilan pendengarannya mauupun ucapannya.
Dua keterampilan ini (maharah kalam dan istima‟) masih menjadi proses
ketahap yang harus benar-benar siap uji untuk kegiatan berbahasa sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran dua keterampilan ini bisa dianggap berhasil apabila
diajarkan sejak tingkat dasar. Secara umum maharah kalam sendiri memiliki
tujuan agar mampu berkomunikasi dengan baik dan wajar dengan bahasa arab
itu sendiri, yang mana baik dan wajar itu tadi memiliki arti bahwasannya
bahasa yang ia pelajari dapat disampaikan melalui kisannya dengan baik dan
dapat memahamkan dengan apa yang telah di tuturkan. Sedangkan tujuan
umun dari maharah istima‟ adalah dapat menerima bahasa yang telah diujarkan
oleh penutur dan dapat memahaminya.
Bisa kita lihat, proses berbahasa dilakukan oleh manusia sejak kecil.
Apabila proses berbahasa itu benar-benar menjadi titik fokus dalam kegiatan
berbahasa sejak dini, maka semakin mudah untuk memahami dan mendalami
bahasa di jenjang berikutnya. Bahasa Arab tingkat dasar, memiki kapasitas
bahasa yang sama sekali tidak rumit atau memiliki arti yang sangat sulit.

14
Ibid, Hal. 59

7
Bahasa Arab tingkat menengah, mulai mendapatkan banyaknya mufrodat yang
mana dari tingkat dasar hanya itu-itu saja. Kemudian bahasa Arab tingkat
perguruan tinggi, dituntut untuk lebih dan harus mendalami kata-kata yang
belum didapatkan dari jenjang sebelumnya.
Semakin anak itu beranjak dewasa maka semakin bertambah kapasitas
bahasanya. Di Indonesia, banyak sekali pondok-pondok itu menitik beratkan 4
maharat ini. Ada juga pondok pesantren yang menitik beratkan dua maharah
saja. Ada juga pondok pesantren yang hanya menitik beratkan mendalami satu
maharat saja. Berbeda dengan bangsa Arab, mereka menitik beratkan
pembelajaran 4 maharat ini, sampai benar-benar tuntas dari hasil yang mereka
dapatkan dari 4 maharat ini.
Oleh karena itu pemateri hanya menfokuskan satu maharah yakni maharah
qiro‟ah yang akan dibahas berdasarkan tingkat dasar, menengah dan perguruan
tinggi.
1. Maharah Kitabah
a. Pengertian
Kitabah menurut bahasa diambil dari kata ‫ كتة يكتة كتاتة‬yang
artinya menulis. Sedangkan menurut istilah adalah proses yang
komplek yang mana dari proses tersebut menghasil kemampuan
dalam menggambarkan pemikirannya dan menghasilkan kedalam
huruf-huruf, kalimat-kalinat serta susunan kata yang sesuai dengan
kaidah.15.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan penting dalam
pembelajaran bahasa Arab. Dengan menulis seseorang bisa
mengaktualisasikan kemampuannya dan spesialisasi keilmuannya
kepada publik16

15
Mahaarat Al-Kitabah wa Namaadziju Ta’liimiha, (Syabakah Alukah).
16
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 53.

8
b. Pentingnya Maharah Kitabah17
 Termasuk salah satu bentuk atau skill kecerdasan akal
manusia.
 Dapat mengatur urusan perkantoran.
 Salah satu alat untuk pemberitahuan dan dakwah.
 Salah satu alat untuk pengetahuan peradaban dan pengajaran.
 Dengan menulis, kita dapat mengungkapkan apa isi dari hati
kita seperti halnya angan-angan atau rasa sakit.
 Dapat menggabungkan antara masa lalu,sekarang atau yang
akan datang.
 Dengan menulis, kita dapat meneken kontrak dengan orang
lain.
c. Bagian pondasi dalam Maharah Kitabah18
o Harus jelas tulisannya
o Benar Kaidah Nahwu, Imla‟ atau Gaya Bahasa yang akan
digunakan.
o Urut dalam hal paragraf, jumlah (Susunan Kata), Kalimat
dan Huruf-hurufnya.
o Cepat dalam hal kepenulisan jumlah atau susunan katanya.
o Pemberian tanda baca secara benar.
o Menulis sesuai kaidah kepenulisan.
o Kemampuan atas mengutarakan pemikiran dimiliki dengan
bentuk kepenulisan yang jelas dan sesuai kaidah.
o Kemampuan menulis untuk laporan, surat, rangkuman,
artikel atau jurnal dsb.
d. Fase-Fase Pembelajaran Kitabah
Keterampilan menulis harus diajarkan secara bertahap dari
tahap yang rendah kemudian pada tahap yang lebih tinggi.

17
Al-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).
18
Ibid, Hal. 12.

9
Adapun prinsip-prinsip dalam mengajarkan maharatul al-kitabah
adalah sebagai berikut:
1. Tema dan ketentuan lainnya harus jelas.
2. Tema dianjurkan berasal dari kehidupan nyata atau
pengalaman langsung dari peserta didik, misalnya tentang
perayaan, piknik dan sebagainya atau dari pengalaman tidak
langsung seperti gambar, film atau hasil dari membaca.
3. Pengajaran insya’ harus dikaitkan qowa’id dan muthala’ah
karena insya’ adalah media yang tepat untuk
mengimplementasikan qowa’id yang idenya diperoleh dari
muthala’ah.
4. Pekerjaan siswa harus dikoreksi, jika tidak, maka peserta
didik tidak mengetahui kesalahannya dan dia akan melakukan
kesalahan lagi.
5. Untuk mengoreksi kesalahan, sebaiknya diurutkan
berdasarkan kepentingannya dan hendaknya dibahas dalam
pelajaran khusus.19

e. Maharat Qiro‟ah berdasarkan tingkat Dasar, Menengah dan


Perguruan tinggi
1) Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkat dasar
Pada tingkat Ibtidaiyah pembelajaran maharah al-kitabah
dapat direalisasikan melalui mengarang terbimbing (Insya’
Muwajjah) kemudian diadakan bimbingan secara bertahap
hingga akhirnya berkembang menjadi mengarang bebas (Insya’
Hurr).
Bentuk mengarang terbimbing yang paling sederhana
adalah menyalin yang kemudian berkembang menjadi upaya
memodifikasi kalimat. Misalnya mengganti salah satu unsur

19
Zulhannan, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hal. 78.

10
kalimat yang (tabdil) atau disebut substitusi, takmilah al-jumlah
atau menyempurnakan atau melengkapi kalimat yang belum
selesai yang disebut komplesi, tahwil al-fi’il atau mengubah fi‟il,
mengubah kalimat pasif menjadi aktif, mengubah positif menjadi
negative dan lain sebagainya.
Setelah latihan-latihan tersebut, dilanjutkan dengan tahap
berikutnya, yaitu menyusun atau menulis kalimat dengan cara
membuat kalimat yang tepat untuk menggambarkan sebuah
lukisan atau peristiwa atau menceritakan serentetan gambar.
Tahapan-tahapan perubahan ini pun harus menempuh jalan
yang tidak pendek, teknik dan latihan yang harus dilalui berupa:
a. Menyingkat bacaan dengan cara menceritakan kembali
dalam bentuk tulisan yang menggunakan bahasa siswa
sendiri (precis and paraphrase).
b. Menceritakan gambar yang dilihat atau pekerjaan sehari-
hari (narration).
c. Menceritakan perbuatan yang biasa dilakukan siswa, seperti
aktifitas dikelas, mengendarai angkutan umum dan lainnya
(eksposition)
d. Latihan menulis atau mengarang bebas dalam bentuk tulisan
tentang masalah yang dikenaloleh siswa.
Berikut ada beberapa strategi yang dapat diterapkan pada
pembelajaran maharah al-kitabah untuk tingkat ibtidaiyah,
yaitu.20
1. Membentuk alfabet.

‫ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك‬
‫ل م ن و ه ء ي‬

2. Melengkapi Alfabet

‫) ظ ع غ ف‬...( ‫) ص ض‬...( ‫) ذ ر ز س‬...( ‫) ث ج ح خ‬...( ‫ا ب‬

20

11
‫) ل م ن و ه ء ي‬...( ‫ق‬

3. Menulis sebuah kalimat atau mengarang dengan


berdasarkan sebuah gambar. Langkah-langkahnya adalah:
a. Tampilkan sebuah gambar di depan kelas gambar
pemandangan, gambar perilaku keseharian dan
sebagainya.
b. Mintalah masing-masing siswa menyebutkan sebuah
nama dengan bahasa arab yang ada dalam gambar
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperkaya
mufradat.
Mintalah masing-masing siswa untuk menuliskan
sebuah kalimat dari kata-kata tersebut. Jka proses ini
berjalan lancar dapat dilanjutkan pada proses berikutnya
(menulis cerita).
Jika proses ini belum berjalan dengan baik maka
mintalah masing-masing siswa untuk menuliskan beberapa
kalimat yang menceritakan tentang gambar tersebut.
1. Mintalah masing-masing siswa untuk membacakan
hasilnya.

2. Berikan komentar dan evaluasi terhadap hasil kerja


masing-masing siswa.

4. Menulis Terbimbing (al-insya’ al-muwajjah)


Tujuan strategi ini adalah untuk memberikan
latihan pada siswa dalam membuat kalimat mulai dari yang
sederhana. Langkah-langkahnya adalah:28

a. Tentukan satu kata kunci

b. Mintalah masing-masing siswa untuk membuat 2


kalimat sederhana

12
c. Mintalah untuk menggabungkan 2 kalimat tersebut
tanpa merubah isi dan urutan

d. Mintalah untuk menggabungkan 2 kalimat tersebut


dengan merubah urutannya dan bisa saja
mencampurkan kedua kalimat
e. Mintalah siswa untuk menggabungkan 2 kalimat
tersebut dengan menambahkan1 atau 2 kata baru
f. Mintalah siswa untuk membuat kalimat baru yang
mendukung kalimatsebelumnya
g. Mintalah siswa untuk membacakan hasilnya

h. Berikan kesempatan pada siswa lain untuk memberikan


komentar

i. Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja masing-masing


siswa.

2) Maharah Qiro’ah berdasarkan tingkat menengah dan


Perguruan Tinggi
Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan suatu mata
pelajaran yang diarahkan untuk mendorong, membimbing,
mengembangkan, dan membina kemampuan serta
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif
maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan.
Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis.
Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap
bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu
memahami sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur‟an dan Hadis, serta
kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi
peserta didik. Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan

13
untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup
empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral,
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun
begitu, pada tingkat pendidikan dasar (elementary)
dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai
landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah
(intermediate), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara
seimbang.
Adapun pada tingkat pendidikan lanjut (advanced)
dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis,
sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai
referensi berbahasa Arab. Mata pelajaran bahasa Arab memiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa
Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat
kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara
(kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab
sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama
belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran
Islam.
c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan
antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala
budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan
memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam
keragaman budaya.
Berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan
nomor 67, 68, dan 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah,
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah

14
Menengah Atas/Madrasah Aliyah bahwa kurikulum 2013
menganut pola pikir:
1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik,
2) Pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-
masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya),
3) Pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba
ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet),
4) Pola pembelajaran aktif,
5) Belajar kelompok (berbasis tim),
6) Pembelajaran berbasis alat multimedia,
7) Pola pembelajaran berbasis kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik,
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines), dan
9) Pola pembelajaran kritis.
Dari sembilan pola pembelajaran yang dianut kurikulum
2013 di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran bahasa Arab
hendaknya juga menganut pola pembelajaran di atas. Artinya
pembelajaran bahasa Arab juga menggunakan pola aktif, kreatif,
dan interaktif agar peserta didik dapat menguasai materi dengan
baik. Juga dalam prosesnya mereka mempelajari bahasa Arab
dengan cara yang menyenangkan.
Secara filosofis, kurikulum 2013 berlandaskan pada
pengembangan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai
dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta
didik dan diperlukan masyarakat, bangsa, dan umat manusia.
Dan secara teoritis bahwa kurikulum 2013 dikembangkan atas
teori “pendidikan berdasarkan standar” (standardbased

15
education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Dari dua landasan ini, dapat
dipahami bahwa pembelajaran bahasa Arab diarahkan pada
pendekatan komunikatif dan berbasis kompetensi yang dapat
mengarahkan peserta didik dapat berkomunikasi dengan baik
sesuai kontek sosial dengan menggunakan bahasa Arab.

Metode dan Strategi Pembelajaran Kitabah pada Umumnya


Metode dan strategi pembelajaran kitabah bisa di
klasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu bagi tingkat pemula
(mubtadi’), bagi tingkat menengah (mutawassith), dan bagi
tingkat atas (‘aly). Namun metode dan strategi pembelajaran
yang akan dikemukakan di sini tidak secara tegas memilah
sesuai dengan kemampuan siswa.
Metode dan strategi pembelajaran insya yang dimaksud
dapat disebut dengan permainan bahasa (al-al’ab al-
Lugawiyyah). Permainan bahasa ini didefinisikan oleh G. Gibbs
seperti yang dikutip oleh Naship Musthafa Abdul Aziz, yaitu
“kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh para siswa sebagai
cara mereka untuk saling membantu dan saling berlomba dalam
membuat karangan sesuai dengan kaidah-kaidah yang
ditentukan”.21
Adapun yang termasuk metode dan strategi pembelajaran
insya (mengarang) dalam permainan bahasa tersebut yaitu:
1. Kartu Post (Permainan Kartu).
2. Mengubah Pendektian
3. Artikel
4. Menulis Berupa Laporan
5. Melengkapi Kalimat dari beberapa contoh.
21
Naship Musthafa Abdul Aziz, Al-‘Al’ab al-Logawiyyah Fi Ta’lim al-Logat al- Ajnabiyyah, (Riyadh: Dar al-
Murikh, 1983), hlm. 13.

16
6. Kitabah Muwajjahah (Menulis Langsung terkait fenomena
yang terjadi)
7. Kitabah Hurrrah (Menulis Bebas)
8. Menyusun Kata dari Sebuah Kalimat.
9. Menyempurnakan Kalimat dengan Mufradat
10. Menentukan Judul dari Sebuah Cerita
11. Mengubah Kalimat
12. Menghubungkan Kalimat dengan Kalimat Lainnya.

Kemudian secara rinci Iskandarwassid dan Sunendar


menyebutkan tujuan pembelajaran menulis atau kitabah menurut
tingkatannya masing-masing adalah:
1. Tingkat Pemula atau Dasar
a. Menyalin satuan-satuan bahasa yang sederhana.
b. Menulis satuan bahasa yang sederhana
c. Menulis pernyataan dan pertanyaan sederhana
d. Menulis paragraf pendek.
2. Tingkat Menengah
a. Menulis pernyataan dan pertanyaan
b. Menulis paragraf
c. Menulis surat
d. Menulis karangan pendek
e. Menulis laporan
3. Tingkat Lanjut atau Perguruan Tinggi
a. Menulis paragraf
b. Menulis surat
c. Menulis berbagai jenis karangan
d. Menulis laporan.

17
Daftar Pustaka

Ari Kartini, Tes Keterampilan Membaca, (Garut: FPISBS Instutut Pendidikan


Indonesia (IPI) Garut, 2018), Volume 7, Number 1---- Februari 2018.
Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Humaniora.
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa‟ud Al-Islamiyah).
Mu‟in, Abdul. 2004. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
(Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi). Jakarta: Pustaka Al Husna Bar.
Abdul Hamid, M. Dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode,
Strategi, Materi dan Media). Malang: UIN Malan Press.
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
Al-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa‟ud Al-Islamiyah).
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), Hal. 43.
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN
Maliki Press, 2011), hlm. 2.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 45.
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu‟atul Ni‟mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang:
UIN Maliki Press, 2011), h.88.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 53.
https://www.jurnalasia.com/opini/meningkatkan-keterampilan-membaca-siswa-
sekolah-dasar/
Zayyin Mukmila, dkk, Pembelajaran Maharah Kitabah pada Tingkat Pemula (
Mubtadi’), diakases pada

18
http://lughotudhod.blogspot.co.id/2013/09/pembelajaran-maharoh-
kitabah- pada.html, tanggal akses 15 -12- 2017.
Naship Musthafa Abdul Aziz, Al-„Al‟ab al-Logawiyyah Fi Ta‟lim al-Logat al-
Ajnabiyyah, (Riyadh: Dar al-Murikh).

19
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BAGI NON ARAB

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Implementasi Kemahiran
Bahasa Arab

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Tricahyo, M.A.

Disusun oleh :

Mohamad Rizky Salsabila : 504220011

Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Agustus 2022
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus


menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar membutuhkan
sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat menerima pengetahuan
dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan tutur.
Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah makna
tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa berbahasa
dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan masuk diberbagi
negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat komunikasi yang mulanya
termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang dipakai oleh bangsa yang
bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat (Dataran Syiria dan Jazirah Arab).
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa yang
apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya. Mempelajari
bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam Surga
menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan berbahasa Arab.
Maka dari itu, bahasa Arab tidak hanya dipelajari oleh orang Arab saja melainkan
semua orang berhak untuk mempelajarinya.
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang yang
terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni betul
terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan pembelajaran
secara bertahap.1 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa mencakup empat
keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’), berbicara

1
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).

1
(maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan menulis (maharah al-
kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab,
karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan dan kedudukan
keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam pencapaian keterampilan
berbahasa.
Dalam makalah ini, pemateri memaparkan (1) Hakikat pembelajaran bahasa
Arab, (2) 4 pilar pembelajaran bahasa Arab, dan (3) Pembelajaran bahasa Arab
bagi non Arab.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab
Dalam kegiatan belajar mengajar, baik pengajar maupun pelajar harus
menciptakan situasi belajar yang dapat berjalan secara kondusif. Belajar
merupakan suatu upaya kesadaran untuk mendapatkan pengetahuan-
pengetahuan yang baru. Ketika pembelajaran itu berlangsung maka pengajar
membutuhkan sebuah alat komunikasi berupa bahasa agar pelajar dapat
menerima pengetahuan dari proses pembelajaran tersebut. Begitu juga dengan
bahasa Arab.
Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antara penutur dan lawan
tutur. Bahasa merupakan rangkaian kata-kata yang dapat memberikan sebuah
makna tersendiri. Bahasa juga di ibaratkan seperti paspor, apabila kita bisa
berbahasa dengan baik, apapun bahasanya maka orang dapat bepergian dan
masuk diberbagi negara. Bahasa Arab sendiri merupakan sebuah alat
komunikasi yang mulanya termasuk rumpun semit yakni bahasa-bahasa yang
dipakai oleh bangsa yang bermukim disekitar sungai Tigris dan Eufrat
(Dataran Syiria dan Jazirah Arab)
Bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya akan isi didalamnya. Bahasa
yang apabila kita salah mengharokatinya maka akan berbeda maknanya.
Mempelajari bahasa Arab adalah salah satu amal yang mulia karena didalam
Surga menggunakan bahasa Arab dan Al-Quran tidak lain merupakan
berbahasa Arab. Maka dari itu, bahasa Arab tidak hany dipelajari oleh orang
Arab saja melainkan, semua orang berhak untuk mempelajarinya.2
Menurut Abdul Mu’in bahasa Arab dipelajari karena dua alasan.
Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari bila kita ingin
bergaul dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia bahasa agama yang

2
Ahmad, Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: Humaniora, 3007), Hal. 87.

3
mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya minimal untuk
3
kesempurnaan amal ibadahnya, sebab kitab sucinya berbahasa Arab. Dari sini
dibutuhkan seorang pendidik yang profesional sekiranya mampu memberi
suatu kepahaman terhadap peserta didik. Aspek-aspek yang menjadi nilai
lebih pada bahasa Arab adalah taraf kerumitan yang mendorong munculnya
kesulitan-kesulitan dalam proses belajar dan pembelajaran.
Tujuan merupakan langkah pertama yang ditempuh dalam suatu
pembelajaran. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Arab. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam mempelajarinya maka perlu adanya
suatu tujuan, seperti telah di jelaskan oleh Ahmad Izzan bahwa tujuan
mempelajari bahasa Arab adalah agar dapat menghasilkan ahli bahasa dan
sastra Arab, sehingga dalam proses pembelajaran yang sedemikian ketat dapat
menghasilkan anak didik yang mampu menggunakan bahkan
4
mengajarkannya.
Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yaitu
meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam tujuan khusus adalah
merupakan penjabaran dari pada tujuan umum, karena tujuan umum sulit
dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Pada tujuan umum
bahasa Arab ditujukan dalam pencapaian tujuan: a) Agar siswa dapat
memahami al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber Islam dan ajaran; b) Dapat
memahami dan mengerti buku- buku Agama dan kebudayaan Islam yang
ditulis dalam bahasa Arab; c) Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam
bahasa Arab; d) Untuk digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain; e)
Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni agar benar-benar profesional.5

3
Mu’in, Avdul. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah terhadap Fonetik
dan Morfologi). (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), Hal. 7)
4
Ibid. Hal. 87
5
Abdul Hamid, M. Dkk Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan
Media). (Malang: UIN Malan Press, 2008), Hal. 37).

4
B. 4 Keterampilan (Maharat) dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Nana Sudjana, keterampilan adalah pola kegiatan yang
bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang
dipelajari. Keterampilan ini dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.6 Sedangkan menurut Muhibin
Syah keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan
otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah.7
Keterampilan menurut bahasa memiliki arti mendalami sesuatu. Orang
yang terampil sendiri bisa diartikan sebagai orang yang serius atau menekuni
betul terhadap kerjaannya. Sedangkan menurut istilah, keterampilan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang positif yang dapat menumbuhkan
pembelajaran secara bertahap.8 Keterampilan (Maharat) dalam berbahasa
mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (maharah al-
istima’), berbicara (maharah al-kalam), membaca (maharah al-qira’ah) dan
menulis (maharah al-kitabah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting
dalam belajar bahasa Arab, karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisahkan dan kedudukan keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam
pencapaian keterampilan berbahasa.9
Dalam penguasaan keempat keterampilan berbahasa tersebut, sebagian
ahli bahasa berasumsi bahwa kemampuan kebahasaan seseorang hanya
ditentukan oleh tingkat penguasaan terhadap kosakata. Hal ini tentu relevan
dengan keterampilan berbahasa sebagai alat komunikasi harus terlebih dahulu
menguasai kosakata (mufradat).10
1) Keterampilan Mendengar (Maharah al-Istima’)

6
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
7
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
8
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud Al-
Islamiyah).
9
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), Hal. 43.
10
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2011),
hlm. 2.

5
Istima’ merupakan kumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam
mufrodat. Keterampilan Istima’ diarahkan pada keterampilan menyimak
dengan tidak melepas konteks. Mendengar merupakan keterampilan
pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar berbahasa.
Menyimak dapat menjadi alat ukur tingkat kesulitan yang dialami oleh
seseorang yang belajar bahasa, karena dari keterampilan ini kita bisa
mengetahui pemahaman dialeknya, pola pengucapannya, struktur
11
bahasanya dan lain sebagainya .
2) Keterampilan Berbicara (Maharah al-Kalam)
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling
penting dalam pembelajaran bahasa karena keterampilan berbicara
merupakan keterampilan dasar dalam mempelajari bahasa asing.
Ketrampilan ini merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif
dan produktif12.
3) Keterampilan Membaca (Maharat al-Qira’ah)
Dalam hal pemberian butir linguistik keterampilan membaca
memiliki kelebihan dari keterampilan menyimak, karena keterampilan
membaca lebih akurat dari pada keterampilan menyimak. Seseorang yang
sedang belajar keterampilan membaca bisa mendapatkan pembelajaran
dari majalah, buku, dan surat kabar yang berbahasa Arab. Dengan
demikian pembelajar akan memperoleh tambahan kosa kata dan bentuk
tata bahasa dalam jumlah banyak yang bermanfaat untuk berinteraksi
secara komunikatif13.
4) Keterampilan Menulis (Maharah al-Kitabah)
Keterampilan menulis merupakan keterampilan penting dalam
pembelajaran bahasa Arab. Dengan menulis seseorang bisa

11
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 45.
12
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki
Press, 2011), h.88.
13
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis ICT), (Surabaya:
PMN, 2011), h. 53.

6
mengaktualisasikan kemampuannya dan spesialisasi keilmuannya kepada
publik14.

C. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi Non Arab


Diantara 4 maharah atau keterampilan diatas, memiliki asas keterkaitan
antara satu sama yang lain. Akan tetapi proses berbahasa, alat yang pertama
kali digunakan adalah lisan (maharah kalam) dan telinga (maharah istima’),
yang mana dari kedua alat indra tersebut dapat melahirkan proses berbahasa
lain yakni bahasa yang dihasilkan dari mata (maharah qiro’ah) maupun tangan
(maharah kitabah).
Fenomena pembelajaran bahasa Arab, sampai sekarang masih membuahkan
pertanyaan atau dilema bagi bangsa Indonesia. Dengan berbagi cara atau
metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, bangsa Indonesia masih
kesulitan baik dari segi keterampilan pendengarannya mauupun ucapannya.
Dua keterampilan ini (maharah kalam dan istima’) masih menjadi proses
ketahap yang harus benar-benar siap uji untuk kegiatan berbahasa sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran dua keterampilan ini bisa dianggap berhasil apabila
diajarkan sejak tingkat dasar. Secara umum maharah kalam sendiri memiliki
tujuan agar mampu berkomunikasi dengan baik dan wajar dengan bahasa arab
itu sendiri, yang mana baik dan wajar itu tadi memiliki arti bahwasannya
bahasa yang ia pelajari dapat disampaikan melalui kisannya dengan baik dan
dapat memahamkan dengan apa yang telah di tuturkan. Sedangkan tujuan
umun dari maharah istima’ adalah dapat menerima bahasa yang telah diujarkan
oleh penutur dan dapat memahaminya.
Bisa kita lihat, proses berbahasa dilakukan oleh manusia sejak kecil.
Apabila proses berbahasa itu benar-benar menjadi titik fokus dalam kegiatan
berbahasa sejak dini, maka semakin mudah untuk memahami dan mendalami
bahasa di jenjang berikutnya. Bahasa Arab tingkat dasar, memiki kapasitas
bahasa yang sama sekali tidak rumit atau memiliki arti yang sangat sulit.
Bahasa Arab tingkat menengah, mulai mendapatkan banyaknya mufrodat yang

14
Ibid, Hal. 59

7
mana dari tingkat dasar hanya itu-itu saja. Kemudian bahasa Arab tingkat
perguruan tinggi, dituntut untuk lebih dan harus mendalami kata-kata yang
belum didapatkan dari jenjang sebelumnya.
Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan suatu mata pelajaran yang
diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina
kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik
reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk
memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan
produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik
secara lisan maupun tulis.
Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab
tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu
Al-Qur’an dan Hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan
Islam bagi peserta didik. Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan
untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat
keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat pendidikan
dasar (elementary) dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara
sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (intermediate),
keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang15.
Adapun tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak guru atau pendidik untuk selalu menjadikan bahasa Arab
itu mudah bagi sisawa atau pelajarnya
2. Bagi siswa untuk selalu berusaha menguasai bahasa Arab yang telah
diajarkan.
3. Berpaku pada bahasa Arab merupakan tujuan Agama karena bahasa
Arab dipergunakan dalam bahasa Al-Quran, Hadits maupun kitab-
kitab islam lainnya.

15
http://nuqynurqoyyimah.blogspot.com/2013/12/pembelajaran-bahasa-arab-bagi-non-
arab.html

8
4. Bahasa bisa menjadi tujuan yang lain seperti didalam bidang bisnis,
diplomatik, biro haji maupun umrah.
Alasan yang paling kuat mengapa pelajar agama diwajibkan untuk
memperlajari bahasa Arab ialah sebagai berikut:
1. Bahasa Arab merupakan bahasa ibadah, diucapkan ketika sholat,
dzikir maupun doa.
2. Ketika sudah menguasai bahasa Arab, maka semua orang dapat
memahami isi kandungan dari ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-
hadits Nabi.
3. Semakin lama mendalami bahasa Arab maka wawasan yang akan
diterima semakin luas dan tidak akan berhenti di satu titik saja.

D. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab bagi Non Arab


Strategi pembelajaran merupakan aturan-aturan atau langkah-langkah yang
prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai
penutupan dalam proses pembelajaran didalam kelas guna merealisasikan
tujuan yang sudah direncanakan16.
Ada beberapa startegi pembelajaran bahasa Arab yang relevan bagi non Arab,
diantaranya adalah:
1. Strategi Pembelajaran Mufrodat
Strategi ini dibagi menjadi 7 bagian:
a. Tawatur (memilih mufrodat yang sering digunakan)
b. Tawazzu’ (Memilih mufrodat yang banyak digunakan dinegara Arab)
c. Mataahiyah (Memilih kata tertentu sesuai maknanya)
d. Ulfah (Memilih kata-kata yang familier)
e. Syuumul (Memilih kata-kata yang tidak terbatas dibidang-bidang
tertentu)
f. Ahammiyah (Memilih kata-kata yang sering dibutuhkan oleh siswa)

16
http://nuqynurqoyyimah.blogspot.com/2013/12/pembelajaran-bahasa-arab-bagi-non-
arab.html

9
g. ‘Uruubiyyah (Memilih kata-kata Arab yang lafadnya sama dengan
bahasa lain).
2. Strategi Pembelajaran Nahwu
Ada dua model yang terkenal dalam pembelajaran nahwu yakni qiyasi
dan istiqroiy. Qiyas menyajikan kaidah-kaidah kemudian sedangkan
istiqroiy metode yang digunakan dengan cara menampilkan contoh-
contoh terlebih dahulu kemudian disambung dengan kaidah-kaidah seperti
nahwu wadhih, dsb.

3. Strategi Istima’ dan Kalam


Strategi istima’ dan kalam memiliki keterkaitan erat dalam
pencapaian pembelajaran bahasa Arab. dari kedua keterampilan tersebut
maka muncul lah strategi yang harus digunakan dalam pebelajaran bahasa
Arab bagi selain orang Arab17.
1. Guru meminimalisir kesulitan yang dialami oleh peserta didiknya
dengan cara memberikan istima’ dan kalam yang mudah.
2. Siswa mendiskusikan materi yang sudah didapat kemudian
diperkenankan untuk menyampaikan apa yang sudah mereka
dapatkan.
3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat ringkasan
dengan semudah-mudahnya
4. Mengevaluasi pencapaian siswa yang mana sudah mereka dapatkan
dari maharah istima’maupun kalam.
4. Strategi Pembelajaran Qiro’ah dan kitabah18.
Strategi Qiro’ah memiliki 2 macam
1. Qiro’ah Jahriyah (membaca dengan cara melentangkan suara)
2. Qiro’ah Shaamitah (Membaca dengan cara diam atau tidak terdengar).
Sedangkan kitabah memiliki strategi sebagai berikut:

17
http://nuqynurqoyyimah.blogspot.com/2013/12/pembelajaran-bahasa-arab-bagi-non-
arab.html
18
http://nuqynurqoyyimah.blogspot.com/2013/12/pembelajaran-bahasa-arab-bagi-non-
arab.html

10
1. Pembelajaran Imla’
Metode yang paling sering digunakan untuk mensukseskan
pembelajaran bahasa Arab. tujuan imla sendiri anatar lain:
a. Imla’ Manqul bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa
dalam menulis huruf dan kata bahasa Arab.
b. Imla’ Mandhur bertujuan untuk memberikan latihan-latihan kepada
siswa agar terbiasa
c. Imla’ Ikhtibari bertujuan untuk mendekte agar tulisan siswa
semakin baik apabila diuji coba terus menerus.
2. Pembelajaran Ta’bir
Ta’bir dibagi menjadi dua:
a. Ta’bir Muwajjah (adanya bimbingan langsung dari guru dengan
cara siswa memiliki kebebasan memilih kata atau tarkib dalam
menulis apapun yang mana yang sudah mereka dengar ataupun
baca)
b. Ta’bir Huur (siswa diberi kebebasan menulis apapun dengan
memilih tema dan dikembangkan sendiri sesuai pemikiran dan
mufradat yang mereka kuasai).

Daftar Pustaka

Ari Kartini, Tes Keterampilan Membaca, (Garut: FPISBS Instutut Pendidikan


Indonesia (IPI) Garut, 2018), Volume 7, Number 1---- Februari 2018.

11
Izzan, Ahmad. 2007. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Humaniora.
AL-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa’ud Al-Islamiyah).
Mu’in, Abdul. 2004. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
(Telaah terhadap Fonetik dan Morfologi). Jakarta: Pustaka Al Husna Bar.
Abdul Hamid, M. Dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode,
Strategi, Materi dan Media). Malang: UIN Malan Press.
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Banu Algesindo, 1987).
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
Al-Mahaarat Al-Lughowiyah, (Saudi Arabia: Universitas Imam Muhammad bin
Sa’ud Al-Islamiyah).
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), Hal. 43.
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: UIN
Maliki Press, 2011), hlm. 2.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 45.
Abd Wahab Rosyidi & Mamlu’atul Ni’mah, Pembelajaran Bahasa Arab (Malang:
UIN Maliki Press, 2011), h.88.
Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif & Inofatif Berbasis
ICT), (Surabaya: PMN, 2011), h. 53.
https://www.jurnalasia.com/opini/meningkatkan-keterampilan-membaca-siswa-
sekolah-dasar/
Zayyin Mukmila, dkk, Pembelajaran Maharah Kitabah pada Tingkat Pemula (
Mubtadi’), diakases pada
http://lughotudhod.blogspot.co.id/2013/09/pembelajaran-maharoh-
kitabah- pada.html, tanggal akses 15 -12- 2017.
Naship Musthafa Abdul Aziz, Al-‘Al’ab al-Logawiyyah Fi Ta’lim al-Logat al-
Ajnabiyyah, (Riyadh: Dar al-Murikh).

12
http://nuqynurqoyyimah.blogspot.com/2013/12/pembelajaran-bahasa-arab-bagi-
non-arab.html

13

You might also like