Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Praktek Tawarruq Dalam Kajian Qawaid Fiqhiyyah

Makalah untuk memenuhi tugas UAS


Qowaid fiqhiyyah
Dosen Pengampu:
Dr. Imam Kamaluddin, M. Hum

Oleh:
Erika Rishan Adillah
Nim: 43.2022.837.015

Program Magister Hukum Ekonomi Syariah


Program Pascasarjana
Universitas Darussalam Gontor
1444/ 2023
Praktek Tawarruq Dalam Kajian Qawaid Fiqhiyyah
Imam Kamaluddin
Erika Rishan Adillah
email: erikarishanadillah93@student.hes.unida.gontor.ac.id

Abstrack
Qowaid fiqhiyyah is a new rule that was born after fiqh and usul fiqh. In the practice of
muamalah maliyyah qowaid fiqhiyyah is used by usul and fiqh scholars as a basis for
ijtihad regarding various types of truth on contemporary problems by adjusting the
environment from time to time, especially in economic problems. The issue of tawarruq
is still a matter of debate because of differences in the legal interpretation of its ability.
The purpose of this research is to review the practice of tawarruq with fiqhiyyah rules.
This research uses a descriptive qualitative method. The results show that in the rules of
fiqhiyyah: "Al-Aslu fi-l mu'amalati al-ibahah hatta dalilun 'ala tahrimihi". It is the basis
of permissible bai tawarruq because until now there is no proof that prohibits tawarruq.
Then, reviewed from Qowaid fiqhiyyah, Al-Umuru Bimaqasidiha (all things depend on
the intention). The practice of tawaruq can be allowed and not allowed depending on
the intention. If the intention is solely to get money then it is not allowed, but if it is only
to sell goods then it is not problematic/allowed. Further qowaid fiqhiyyah Ad-Dhararu
Yuzalu (all harms/losses must be eliminated) in it there is qowaid Al-dharar yudfa' bi
qadril imkan (all harms/losses must be avoided as much as possible). This rule clearly
explains that harmful losses must be avoided. In this case, people who have difficulty
getting a loan without usury, will have difficulty if no one wants to lend. So the practice
of tawaruuq can be a suggestion to get money in cash without usury, especially in
critical situations, but it must be in accordance with the applicable terms and
conditions.
Keyword: Qawaid Fiqhiyyah, tawarruq practice, law

Abstrak
Qowaid fiqhiyyah merupakan kaidah baru yang lahir setelah munculnya fikh dan
usul fikh. Dalam praktik muamalah maliyyah qowaid fiqhiyyah digunakan oleh para
usul dan ahli fiqh sebagai landasan untuk berijtihad mengenai berbagai macam
kebenaran atas permasalahan kontemporer dengan menyesuaikan lingkungan dari waktu
kewaktu terutama dalam permasalahan ekonomi. Isu tawarruq masih menjadi
perdebatan karena perbedaan pendatan tentang hukum kebolehanya. Tujuan penelitian
ini meninjau praktek tawarruq dengan kaidah fiqhiyyah. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa dalam kaidah fiqhiyyah: ―Al-
Aslu fi-l mu’amalati al-ibahah hatta dalilun ‘ala tahrimihi”. Menjadi landasan
diperbolehkan bai tawarruq karena hingga saat ini tidak ada dalil yang mengharamkan
tawarruq. Kemudian, ditinjau dari Qowaid fiqhiyyah, Al-Umuru Bimaqasidiha (semua
perkara bergantung pada niatnya). Praktek tawaruuq dapat diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan bergantung dengan niatnya. Apabila niatnya semata-mata untuk

1
mendapatkan uang maka tidak boleh, namun jika hanya untuk menjual barang maka
tidak dipermasalahkan/ diperbolehkan. Selanjutnya qowaid fiqhiyyah Ad-Dhararu
Yuzalu (segala madharat bahaya/kerugian harus dihilangkan) didalamnya terdapat
qowaid Al-dharar yudfa’ bi qadril imkan (segala bahaya/kerugian harus dihindarkan
sedapat mungkin). Kaidah ini menjelaskan secara jelas bahwa kerugian mudharat harus
dihindarkan. Dalam hal ini masyarakat yang kesulitan mendapatkan pinjaman tanpa
adanya riba, akan kesulitan apabila tidak ada yang ingin meminjamkan. Maka praktek
tawaruuq bisa menjadi saran untuk mendapatkan uang secara tunai tanpa ada riba
terutama dalam keadaan genting, namun harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang berlaku.
Kata kunci: Qawaid Fiqhiyyah, praktek tawarruq, hukum

A. Pendahuluan
Agama Islam mempermudah manusia agar dapat menyelesaikan berbagai
permasalah dengan macam-macam cara diantaranya adalah ushul fiqh dengan Maqhasid
Syariah dan qowaid fiqhiyyahnya.1 Maqhasid syariah terbagi menjadi 3 kategori,
menjaga dan memlihara kebutuhan primer (Dharuriyyat/Basic Necessities) yang
mencakup 5 elemen, yakni agama, jiwa, akal, keturunan dan kekayaan. Kemudian
kebutuhan sekunder (Haajiyat) yang merupakan kebutuhan seperti kendaraan dan
sebagainya sebagai fasilitas hidup manusia dan ketiga adalah tersier (Tahsiniyat) untuk
melengkapi kebutuhan manusia dalam hal memperindah kehidupan tanpa tabdzir.2
Qowaid fiqhiyyah hadir sejak lama sebagai pemandu yang lebih mudah yang
diturunkan dari nash berasal yaitu al-Qur‘an dan sunnah nabi (Hadist) kepada manusia.
Qawaid fiqhiyyah ini menjadi panduan para ulama untuk menghadapi permasalah-
permasalahan kontemporer dengan menyesuaikan lingkungan dari waktu kewaktu
terutama dalam permasalahan ekonomi. 3
Para ahli Ushul (Ushuliyyun) dan ahli fiqh (Fuqaha) melakukan ijtihad dengan
berbagai macam cara yang diturunkan oleh Rasulullah, untuk mencapai kebenaran yang
belum dijelas dalam al-Qur‘an dan hadist secara rinci dengan cara ijma‘, qiyas, istihsan,
istishab, istislah (masalih-mursalah) dan lain-lain.4 Irwan (2018) menyatakan
pentingnya qawaid fiqhiyah dalam ekonomi dan industry keuangan syariah. 5 Terlebih
dengan munculnya berbagai permaslahan hukum baru sebagai konsekuensi logis atas
perubahan kondisi social masyarakat yang terus terjadi. Akan tetapi, bukan berarti
hukum yang dirumuskan keluar dari nash, karena nash sudah memberikan petunjuk dan

1
M. Yoeki Hendra And Ach. Alif Saiful Arif, ―Nalar Kritis Ushul Fiqh Terhadap Argumentasi
Sebagian Ulama Yang Menolak Hak Cipta,‖ Wasathiyyah 4, No. 2 (2022): 38–50,
https://doi.org/10.58470/wasathiyyah.v4i2.31.
2
Abdu As Salam Bin Ibrahim Bin Muhammad Al-Husain, Al-Qowaid Wa Adhawabit Al-
Fiqhiyyah Lilmuamalat Al Maliyah Inda Ibnu Taimiyah, Juz 1 (Kairo: Dar At-Ta‘sil, 1422).
3
Irwan Maulana, ―Implementasi Qawaid Fiqhiyyah Dalam Ekonomi Dan Industri Keuangan
Syariah,‖ Jurnal Asy-Syukriyyah 19, No. 2 (2018): 77–90, https://doi.org/10.36769/asy.v19i2.34.
4
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul Al-Fiqh (Kairo, Dar Al-Qolam, 1978), 11
5
Maulana, ―Implementasi Qawaid Fiqhiyyah Dalam Ekonomi Dan Industri Keuangan Syariah.‖

2
tanda-tanda yang dapat digali walaupun tidak secara spesifik hukum yang kemudian
dikenal dengan fiqh.6
Hingga saat ini, masih terdapat perdebatan tentang hukum praktek tawarruq.
Beberapa ulama menyatakan bahwa akad tawarruq ini diperbolehkan dengan landasan
bahwa hukum asal semua bentuk muamalah adalah halal. Akan tetapi terdapat
kelompok ulama juga yang mengatakan bahwasanya tawarruq tidak diperbolehkan
dikarenakan mirip dengan bai inah dan didalamnya terdapat celah ribawi yang
diharamkan dalam Islam.7
Secara Terminologi, istilah tawarruq bermakna seseorang membeli barang dengan
cara menyicil, kemudian menjual lagi barang tersebut kepada pihak ketiga dengan harga
yang lebih murah agar cepat memperoleh uang tunai.8 Ibnu Taimiyah menjelaskan
tawarruq adalah seseorang (pihak I), membeli barang kepada seseorang (pihak II)
dengan cara tidak tunai (cicil), lantas pihak I ini menjual kembali barang tersebut
dengan cara tunai kepada pihak ketiga (bukan penjual pertama) dengan maksud ingin
mendapatkan uang/modal. Aktivitas ini disebut tawarruq karena orang membeli barang
tersebut bukan bertujuan untuk memanfaatkan barang tersebut tetapi digunakan untuk
mendapatkan uang/modal dengan cepat,9 Di dalam Dewan Akademi Fikih OKI No. 179,
tawarruq dapat didefinisikan sebagai seorang (mustawriq) yang membeli sebuah barang
dagangan dengan suatu harga yang berbeda, agar dapat menjualnya secara lunas dengan
harga yang lebih rendah.10
Tawarruq merupakan salah satu akad jual beli. Istikah jual beli di dalam bahasa
Arab dikenal dengan al-bai’, sedangkan secara etimologi jual beli sebagaimana
didefinisikan oleh Wahbah Zuhaily adalah proses tukar menukar barang dengan
barang.11Senada dengan itu, Sayid Sabiq menjelaskan bahwa jual beli (al-bai‘) adalah
tukar-menuar secara mutlak.12 Secara umum, dapat dipahami bahwa jual beli adalah
tukar-menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang dengan uang, atau
uang dengan uang.13 Aplikasi tawarruq pada dunia perbankan syari‘ah, antara lain
melakukan murabahah emas dengan pihak bank, namun setelah emas diterima, lalu ia
menjualnya lagi ke toko emas (pihak ketiga). Hal ini dilakukan karena barang yang ia
perlukan bukan emas tetapi uang tunai. Harga jual emas tersebut biasanya lebih murah.
Pendek kata, membeli barang secara nyicil (muajjalan) lantas menjualnya lagi secara

6
M. Adib Hamzawi, ―Qawa‘id Usuliyyah & Qawa‘id Fiqhiyyah (Melacak Konstruksi Metodologi
Istinbath Al-Ahkam ),‖ Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan 2, No. 2 (2016):
91-111.
7
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah., 2nd Ed. (Jakarta: Kencana, 2013). 90
8
Abu Al-Husain Ahmad Ibnu Faris Zakaria, Mu’jam Maqayis Al-Lugah Jilid 6 (Beirut: Darul
Fikr, 1979).
9
Ibnu Taimiyah, Majmu‘ Fatawa, Al-Munawwir, Jilid 29, (Madinah, N.D.).
10
The International Council Of Fiqih Academy, ―Tawarruq: Its Meaning And Types (Classical
Applications And Organized Tawarruq, 2009), No. 179. Fatwa Dewan Akademi Fikih Oki No. 179,
Tawarruq Dalam Perspektif Hukum Islam.,‖ 2018,
http://duscikceolah.wordpress.com/2009/08/03/hukum-tawarruq-berdasarkan-kajian-fiqih-terpadu/.
11
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islāmī Wa Adillatuhu, Darul Fikr, 1985.
12
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Vol.3 (Bairut: Dar Fikr, 1983).
13
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Cetakan 1 (Jakarta: Pt. Amzah, 2010).

3
tunai (hâlan), waktu antara menjual dan membeli dilakukan dalam waktu yang
bersamaan.
Berdasarkan hasil penelusuran Google Scholar diperoleh hasil tentang beberapa
penelitian terdahulu yang relevan berkenaan dengan akad Tawarruq, yaitu: pertama,
Amir Shaharuddin (Phd), Faculty of Economics and Muamalat Islamic Science
University of Malaysia, Maslahah-Mafsadah Approach in Assess, in the Shari‘ah
Compliance of Islamic, International Journal of Business and Social Science Vol. 1 No.
1; October 2010. Makalah ini menjelaskan tentang doktrin maslahah dan penerapannya
pada bank syari‘ah dengan cara mengadopsi nilai-nilai syari‘ah pada bank-bank Islam di
Malaysia. Penelitikan fokus mengolaborasi pendapat imam al-Ghazali dan imam As-
Satibi dalam praktek tawarruq.14
Kedua, Ellida Fauziah Ahmad, Mariyam Shihama, Nur Sulaim Ashikin binti
Mohamad Tarmizi, Saidu Mudi Jibril, Samia Ibrahim Djama, Aishath Muneeza
International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF), The Global University
of Islamic Finance, Malaysia, Tawarruq as a Product for Financing within the Islamic
Banking System: A Case Study of Malaysian Islamic Banking System, Kesimpulannya,
bank Syari‘ah memegang prinsip-prinsip yang ketat untuk mencari alternatif terbaik
sebagai solusi atas berbagai masalah fiqih. Penelitian tentang tawarruq ini dilakukan di
AAOIFI. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat perbedaan signigfikan antara
system konvensional dengan system syari‘ah dalam persoalan tawarruq. 15
Ketiga, Muhamad Yusuf Abdillah, Mighfari Elsha Rabi, Nazarudin Firli, dari
IIUM Institute of Islamic Banking and Finance, Malaysia Tawarruq Application In
Islamic Banking: A Comparative Study Between Malaysia and Indonesia. 16 Tujuan
penelitian ini untuk studi perbandingan antara praktik tawarruq di Indonesia dan
Malaysia. Metode pendekatannya kualitatif. Hasilnya, tawarruq dapat dikembangkan
dalam semua kegiatan perbankan, tetapi praktik tawarruq di Malaysia dan Indonesia
terdapat beberapa perbedaan.
Keempat, Muhammad Iman Sastra Mihajat Aznan Hasan IIiBF International
Islamic University Malaysia, Tawarruq Practice For Liquidity Management In Islamic
Money Market In Indonesia And Malaysia, Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk
meninjau konsep Tawarruq yang menjadi instrumen pasar uang syariah di Indonesia dan
Malaysia dan dipraktikkan oleh lembaga keuangan syariah untuk mengelola likuiditas.
Artikel ini mencoba untuk menempatkan beberapa masalah syariah dalam struktur yang

14
Amir Shaharuddin, ―Bay Al-Tawarruq Application In Malaysian Islamic Bank: A Critical
Assessment,‖ Labuan E-Journal of Muamalat And Society, 2019,
https://oarep.usim.edu.my/jspui/handle/123456789/10448.
15
Ellida Fauziah Ahmad Et Al., ―Tawarruq As A Product For Financing Within The Islamic
Banking System: A Case Study Of Malaysian Islamic Banking System,‖ International Journal Of
Management And Applied Research 4, No. 1 (2017), https://doi.org/10.18646/2056.41.17-004.
16
Muhamad Yusuf Abdillah And Mighfari Elsha Rabi, ―Tawarruq Application In Islamic
Banking : A Comparative Study Between Malaysia And Indonesia,‖ Al-Arbah: Journal Of Islamic
Finance And Banking 2, No. 1 (2020): 17–32, https://doi.org/10.21580/al-arbah.2020.2.1.5540.

4
harus dipertimbangkan untuk struktur syariah masa depan dalam menggunakan
manajemen risiko di industri perbankan syariah.17
Kelima, Berhad Nasrun bin Mohammad Ghazali, Department of Shariah and
Economics Academy of Islamic Studies University of Malaya Kuala Lumpur (2014),
Tawarruq In Malaysian Financing System: A Case Study on Commodity Murabahah
Product At Maybank Islamic. Ia menjelaskan bahwa praktik tawarruq berpotensi
menghadapi risiko tidak patuh Shari‗ah. Pendekatan penelitiannya kualitatif.18
Menurutnya, terdapat perbedaan antara Tawarruq Klasik (tawarruq fiqhi) dengan
Tawarruq Terorganisir (Tawarruq Munazzam), antara keduanya terdapat perbedaan.
Tawarruq klasik diperbolehkan menurut mayoritas ulama syari'at klasik dan
kontemporer.
Urgensi dari implementasi qawaid fiqhiyyah berangkat dari mindset yang tersebar
ditengah-tengah masyarakat tentang kemungkinan munculnya riba, gharar, atau maysir
dalam beberapa transaksi muamalah maliyah. Padahal riba dan gharar merupakan suatu
hal yang haram dalam perekonomian Islam. Dan tujuan dari penerapan prinsip ekonomi
Islam dengan menjaga nilai, etika dan adab dalam suatu aktivitas transaksi ekonomi.19
Lalu bagaimana dengan praktek tawarruq yang beberapa ulama masih memperdebatkan
kebolehnya karena dinilai mengandur unsur riba.
Isu tawarruq yang terorganisir muncul di era modern perbankan Islam di mana
prinsip tawarruq klasik disesuaikan dengan lingkup sistem keuangan saat ini.20
Bagaimana bila akad tawarruq terjadi dengan dasar sebatas tercatat dalam dokumen
saja, sekedar dibarengi dengan unsur saling percaya antara pihak pembeli pertama
dengan pihak penjual. Ini menjadi pembahasan yang lebih panjang, sehingga
memperluas area penelitian. Penting menempatkan qowaid fiqhiyyah dalam meliahat
Pro kontra yang terjadi di kalangan para ulama tentang praktek tawarruq. Penelitian
yang penulis lakukan memiliki perbedaan dan kebaharuan, yakni terletak pada metode
analisis argumentative yang paradigmatic, yaitu paradigma teologis, paradigma sainstis,
prinsip, teori, metode, implementasi dan evaluasinya.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami permasalahan yang terjadi pada
subyek penelitian baik dari sisi tingkah laku, persepsi yang dianut, motivasi dan lain
sebagainya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dengan
alat analisis terhadap masalah yang akan dijelaskan lebih rinci dan spesifik. Dalam

17
Aznan Hasan Rohmad, Muhammad Iman Sastra Mihajat, ―Tawarruq Practice For Liquidity
Management In Islamic Money,‖ Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah 1, No. 2 (2013): 217–40.
18
Nasrun Bin Mohamad Al-Ghazali, ―Tawarruq In Malaysian Financing System: A Case Study
On Commodity Murabahah Product At Maybank Islamic Berhad‖ (University Malaya Kuala Lumpur,
2014).
19
Imam Kamaluddin And Nurul Rahmania, ―Implementasi Qowaidh Fiqhiyyah Pada Bagi Hasil
Perbankan Syariah Melalui Akad Musyarakah,‖ Al-Muamalat: Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah 9,
No. 2 (2022): 112–29.
20
Al-Ghazali, ―Tawarruq In Malaysian Financing System: A Case Study On Commodity
Murabahah Product At Maybank Islamic Berhad.‖

5
penelitian ini mendeskripsikan implementasi dari qowaidh fiqhiya pada praktek
tawarruq. Sumber yang digunakan adalah Al-Quran, buku-buku Hadits, serta buku-buku
hasil pemikiran para ulama yang memiliki relevansi tinggi dengan persoalan yang
dibahas, baik bahan cetak maupun online.
C. Result and Discussion
Qawaid Fiqhiyyah
Qawaid fiqhiyyah sudah mengakar sejak zaman rasulullah s.a.w yang diinduksi
oleh ulama fikih dan dijadikan suatu kaidah. 21 Qawaid fiqhiyyah, merupakan gabungan
kata dari qawaid dan fiqhi. Secara etimologi qowaid )‫ (القواعد‬merupakan jamak dari

kata qoidah )‫ (القاعدة‬yang berarti dasar, asas, pondasi, atau fundamen segala sesuatu.22

Kata al-qawaid )‫ (القاعدة‬juga sesuai dengan kata adhobit )‫ (الضابط‬yang berati kaidah.

Menurut Najah Sayyid Dawud dalam kitab Muhadharat Fii Qawaid Alfiqh Alkulli,
beliau mengartikan qowaid secara bahasa sebagai pondasi yang berdiri diatasnya qoidah
yang lain.23 Adapun secara istilah fikh yaitu mencakup masalah keseluruhan )‫ (كلية‬atau

masalah mayoritas )‫(أغلبية‬.24

Fiqhiyyah secara etimologi berawal dari kata fiqh )‫ (الفقو‬yang artinya ilmu, dan

pengertian fiqhiyyah secara terminologis terdapat dalam beberapa pendapat. Ibnu


khaldun menyatakan bahwa fiqh adalah ―ilmu yang dengannya diketahui segala hukum
Allah yag berkaitan dengan seluruh tingkah laku mukallaf, (diistinbatkan) dari al-
qur‘an, hadsit, dan dari dalil-dalili yang ditegaskan berdasarkan syara‘ melalui ijtihad.
Sedangkan definisi fiqh menurut Imam syafi‘i ialah pengetahun mengenai hukum-
hukum syarat amaliah yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Sehingga Abu Zahro berpendapat bahwa kaidah fiqhiyyah adalah:25
‫جمموعة األحكام املتشاهبة الىت ترجع إىل قياس واحد جيمعها‬
―Kumpulan hukum-hukum yang serupa yang kembali pada qiyas yang
mengumpulkannya‖.
Kemudian Nadawi dalam menyatakan bahwa kaidah fiqh adalah: 26

21
Abdul Muiz, ―Landasan Dan Fungsi Al-Qawa‘id Al-Fiqhiyyah Dalam Problematika Hukum
Islam,‖ Al-Afkar Journal 3, No. 1 (2020): 103–14, https://al-
afkar.com/index.php/afkar_journal/issue/view/4https://al-fkar.com/index.php/afkar_journal/issue.
22
Ibn Mandhur, Lisan Al-‗Arab, Jilid Iii, Beirut: Dar Shadar, 2003, H. 361
23
Najah Sayid Dawud, Dhawabit Fi Muhadharat Alfiqh Alkulli, N.D.7
24
Muhammad Shidqi Al-Burnu, Al-Wajiz Fi Idhahil Qawa’id Fiqh Al-Kulliyyah (Beirut:
Muassasah Al-Risalah, 1996). 14
25
Muhammad Abu Zahro, Ushul Al-Fiqh (Libanon: Dar Al-Fikr Al-‗Arabi, 1985).10
26
Muhammad Al-Mustafa Abdu Al-Jabbarullahu Jabu, ―Ilmu Al-Qowaid Al-Fiqhiyyah, Dirasah
Nadzoriyyah Wa Numadaj Tatbiqiyyah Muashirah,‖ Rayah Al-Islam 4, No. 1 (2020): 130–48.

6
‫حكم شرعي يف قضية أغلبية يتعرف منها أحكام مادخل حتتها‬
Menurut Adib Hamzawi Qowaid fiqhiyyah merupakan penyederhanaan yang
melahirkan formulasi-formulasi yang teruji kebenarannya yang disebut dengan kaidah
fiqh. Sehingga menurutnya qowaid fiqhiyyah adalah hukum mayoritas bukan
keseluruhan.27 Seperti kaidah dibawah ini yang menunjukn bahwa praktek muamalah
pada dasarnya boleh seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerjasama, perwakilan dan
lain-lain:28
‫أصل يف املعاملة اإلابحة إال ان يدل دليل على حترميها‬
―Hukum asal dalam sebuah muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya‖
Kaidah fikih baru muncul setelah fikh dan usul fiqh lahir, dalam ushul fiqh
terdapat dua macam kaidah yaitu qowaid fiqhiyyah dan qawaid ushuliyyah. Terdapat
perbedaan diantara kedua, qawaid fiqhiyyah merupakan kaidah mayoritas yang dapat
diaplikasikan pada sebagian besar cabang-cabangnya. Sedangkan qawaid ushuliyyah
adalah saran untuk mengeluarkan hukum syariat amaly. 29 Dalam buku Al-Qawaid Wa
Dawabit Al-Fiqhiyyah Lil Muamalat Al-Maliyah ‘Inda Ibn Taimiyah, Ibnu Taimiyah
mengklasifikasi qawaid al-kubra menjadi 5 kaidah. Yakni: 1) Al-Umur Bi Maqashidiha,
2) Al-Yaqinu La Yazalu Bi Syakk, 3)Al-Masyaqqah Tajlibu Taisir, 4) Al-Dhararu
Yuzalu, dan 5)Al-‘Adah Al-Muhakkamah.30
Mengenai qowaid fiqhiyyah dalam praktik muamalah maliyah dalam
berekonomi merupakan suatu hal yang penting. Dikarenakan saat ini dunia berkembang
dengan pesat, baik dari segi teknologi maupun ekonomi, dan menuntut adanya qoidah
yang baik dan tegas untuk menjadi benteng dari resiko dan kerusakan.31
Tawarruq
Dalam bahasa arab, akar kata dari tawarruq adalah ―wariq‖ yang artinya symbol
atau karakter dari perak (silver).32 Kata tawarruq ini digunakan untuk mengartikan,
mencari perak, sama dengan kata ta’allum, yang artinya mencari ilmu, yaitu belajar atau
sekolah. Kata tawarruq dapat diartikan dengan lebih luas yaitu mencari uang tunai
dengan berbagai cara bisa dengan mencari perak, emas atau koin yang lainnya. 33 Secara

27
Hamzawi, ―Qawa‘id Usuliyyah & Qawa‘id Fiqhiyyah (Melacak Konstruksi Metodologi
Istinbath Al-Ahkam ).‖91-109
28
Imam Jalaluddin Abdu Ar-Rahman As-Syuyuti, Asbahu Wa An-Nadair Fii Qowaid Wa Furu’
Fiqhi As-Syafi’iyyah (Beirut-Libanon: Dar Al-Kitab Al-Ilmiah, N.D.).
29
Muiz, ―Landasan Dan Fungsi Al-Qawa‘id Al-Fiqhiyyah Dalam Problematika Hukum Islam.‖
30
Al-Husain, Al-Qowaid Wa Adhawabit Al-Fiqhiyyah Lilmuamalat Al Maliyah Inda Ibnu
Taimiyah, Juz 1.
31
Kamaluddin And Rahmania, ―Implementasi Qowaidh Fiqhiyyah Pada Bagi Hasil Perbankan
Syariah Melalui Akad Musyarakah.‖
32
Sa‘ad Bin Turki Al-Khatslan, Fiqh Al-Mu’amalat Al-Maliyah Al-Mu’ashirah, Cet-2 (Riyadh:
Daru-S Shomai, N.D.).
33
Ali Samsuri, ―Membincang Konsep Tawarruq Dalam Dunia Perbankan Dewasa Ini,‖
Universum: Jurnal Keislaman Dan Kebudayaan 9, No. 1 (2015): 29–36.

7
etimologi tawarruq adalah masdar dari pada tawarraqa, yatawarraqa, tawarruqan,
berasal dari kata arab al-wariq (silver coins).34
Secara terminologi, Wahbah Zuhayli mendefinisikan tawarruq adalah seseorang
membeli suatu barang dengan pembayaran secara tangguh, kemudian orang itu menjual
pula kepada orang lain dengan harga yang kurang dari pada pembelian pertama, dengan
tujuan mendapatkan uang tunai.35 Disamping itu AAOIFI mendefinisikan tawarruq
dengan membeli barang dengan harga cicilan sama dengan cara musawamah
(bargaining) atau murabahah (mark-up) sale kemudian menjual secara cash atau tunai
kepada pihak selain penjual asal, dengan tujuan untuk mendapatkan uang tunai.36
Dasar Hukum Tawarruq Pada surat al-Baqarah ayat 280:
37 ِ َّ ٍ ‫ٍ ِ ِى‬
‫صدَّقُ ْوا َخْي ٌر ل ُك ْم ا ْن ُكْن تُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬ ِ
َ َ‫َوا ْن َكا َن ذُ ْو ُع ْسَرة فَنَظَرةٌ اىل َمْي َسَرة ۗ َواَ ْن ت‬
―Jika orang-orang yang berhutang dalam kesukaran, tunggulah sampai ada
kelapanganya. Dan apabila kamu bersedekah (dengan membebaskan sebagian atau
seluruh hutang tersebut) adalah baik bagimu, sekiranya kamu mengetahui‖. (Q.S al-
Baqarah: 280)
Dalil diatas tidak ada larangan dalam akad tawarruq, serta dapat dijadikan hujjah
untuk membolehkanya, karena pada hakikatnya tawarruq adalah transaksi jual beli yang
dihallalkan dalam Islam, yang sebagianya dilakukan secara tunai dan sebagian lainnya
secara cicilan.
Akan tetapi sebagian ulama fiqh menganalogikan tawarruq ke dalam transaksi
bai al-inah yang secara umum termasuk transaksi yang tidak diperbolehkan/ haram.
Terdapat beberapa berbedaan antara transaksi bai inah dan tawarruq, dimana dalam bai
al-inah, seseorang yang membutuhkan uang tunai membeli barang dengan cara mencicil
kepada penjual, lalu menjualnya kembali kepada orang yang sama (sipenjual) dalam
bentuk tunai, yang harganya lebih rendah dari harga kreditnya. Akar kata innah adalah
―a’in‖ (barang yang telah dibeli) dapat menemukan jalanya kembali kepada pemilik
asalnya. Menurut kebanyakan pakar hukum Islam, barang yang digunakan adalah
sebuah alat untuk melakukan hillah (rekayasa untuk menghindari riba).38
Sedangkan tawarruq adalah ketika seseorang yang membutuhkan dana/uang
tunai membeli barang dengan cara mencicil kepada penjual, lalu menjualnya kembali
kepada pihak ketiga (bukan penjual pertama) dengan cara tunai dengan harga yang lebih
rendah. Sebagian besar ulama dan pakar hukum Islam berpendapat bahwa tawarruq
adalah transaksi yang sah dan dapat diterima.39 Adapun akad semacam ini yang dilarang

34
Muhammad Hasbi Zaenal And Abdul Hakam, ―Aplikasi Dan Analisis Konsep Tawarruq Pada
Produk Perbankan; Studi Kasus Di Cimb Islamic Bank Bhd. Malaysia,‖ Al-Amwal-Jurnal Kajian
Ekonomi Dan Perbankan Syari‘ah 6, No. 2 (2014).
35
Wahbah Al-Zuhayli, Ushul Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu (Beirut: Dar Al-Fiq, 2004).
36
Aaoifi, Shari‘ah Standars For Islamic Financial (Bahroin, 2017).
37
Al-Qur‘an Al-Karim, N.D.
38
Fatimah Zahara And R D Harryanto, ―Implementasi Akad Tawarruq Dalam Perbankan Syari‘ah
Indonesia,‖ Ijtihad, 2019, https://journals.fasya.uinib.org/index.php/ijtihad/article/view/17.
39
Zaenal And Hakam, ―Aplikasi Dan Analisis Konsep Tawarruq Pada Produk Perbankan; Studi
Kasus Di Cimb Islamic Bank Bhd. Malaysia.‖

8
adalah apabila penjualan dan pembalian yang dilakukan berasal dari satu orang seperti
dalam masalah bai innah, dimana dalam jual beli inah terhadap hillah kepada riba.40
Pendapat tersebut selaras dengan Taufik dan Sofian Muhlisin, dalam
penelitianya ia menyimpulkan bahwa hukum jual beli barang secara kredit, kemudian
barang tersebut dijual kembali oleh konsumen kepada pihak lain menggunakan cara
kontan dengan harga yang lebih tinggi atau rendah biasa disebut dengan tawarruq,
menurut beberapa tafsir pada ayat al-baqarah 282 yang ia kaji, ia menyatakan bahwa
hukum hutang piutang dalam transaksi tawarruq adalah halal selama memenuhi syarat-
syarat yang sudah ditentukan serta dilakukan secara kerelaan, demi mencari keridhoan
Allah.41
Pada penelitian Shofa Rabbani42 dan Ali Samsuri43, di era modern ini istilah
tawarruq mengalami pembagian dengan adanya praktik yang dilakukan di bank syariah
yang disebut dengan al-tawarruq munadzzom dan yang dilakukan diluar bank syariah
disebut dengan al-tawarruq al-fiqh. Dua jenis tawarruq ini tampak sama praktiknya
dengan bai al-inah, akan tetapi memiliki perbedaan dengan terlibatnya pihak ketiga
dalam praktek bai al-tawarruq, dimana hal ini tidak ada di bai al-inah. Dengan
penjabaran sebgai berikut:
1. Tawarruq al-fiqh / Classic Tawarruq
Dimana seseorang membeli barang dari seorang penjual dengan harga kredit lalu
ia menjual barang tersebut secara kontan kepada pihak ketiga selain dari penjual
(tanpa diatur/ diskenariokan terlebih dahulu)
2. Tawarruq Munadzzam /Organized Tawarruq
Dimana pihak ketiga telak ditunjuk terlebih dahulu atau diskenariokan yang
biasanya dilakukan oleh pihak perbankan. (direncanakan terlebih dahulu
diskenariokan)
Tawarruq dapat juga digolongkan sesuai dengan mekasinmenya yaitu: 44
1. Seseorang yang membutuhkan uang tunai (likuiditas), membeli barang dari
pihak 1 dengan cara cicilan (credit) dan tempo waktu kredit telah ditentukan.
Kemudian ia menjual kembali barang tersebut kepada pihak ke-3 tanpa
sepengetahuan pihak pertama dengan harga lebih rendah secara tunai (cash).
2. Seseorang (mutawarriq) yang membutuhkan uang tunai, berusaha meminjam
uang, akan tetapi orang yang dituju tidak ingin meminjamkan uang tunai
melainkan orang tersebut menawarkan barang daganganya untuk dibeli oleh

40
Syaikh Abd Al-Rahman Al-Sacdi, Fiqih Jual-Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah Abu
Muhammad Ashraf Ibn Abd Al- Maqsud Terj. Abdullah. (Jakarta: Senayan Publishing, 2008).
41
Taufik Taufik And Sofian Muhlisin, ―Hutang Piutang Dalam Transaksi Tawarruq Ditinjau Dari
Perspektif Al-Qur‘an Surat Al-Baqarah Ayat 282,‖ Jurnal Syarikah : Jurnal Ekonomi Islam 1, No. 1
(2015): 35–42, https://doi.org/10.30997/jsei.v1i1.260.
42
Shofa Robbani, ―Diferensiasi Al-Tawarruq Al-Masrafi Dan Al-Tawarruq Al-Fiqhi Menurut
Hukum Ekonomi Syariah,‖ At-Tuhfah: Jurnal Studi Keislaman 10, No. 1 (2021): 12–26.
43
Ali Samsuri, ―Membincang Konsep Tawarruq Dalam Dunia Perbankan Dewasa Ini,‖
Universum: Jurnal Keislaman Dan Kebudayaan 9, No. 1 (2015): 29–36.
44
Asep Dadan Suganda, ―Analisis Teori Bai‘ Tawarruq Dalam Muamalah Maliyah,‖ Jurnal
Islamiconomic 6, No. 1 (2015): 1–14.

9
mutawariq secara kredit. Kemudian mutawarriq dapat menjual kembali barang
tersebut kepada orang lain dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi
secara tunai.
3. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, kemudian berusaha meminjam tapi
orang yang dituju tidak ingin meminjamkan uang tunai, ia menawarkan barang
daganganya dengan harga tinggi oleh orang yang membutuhkan likuiditas
(secara kredit). Kemudian barang tersebut dapat dia jual kembali dengan harga
rendah ataupun lebih tinggi secara tunai. (khiyar yang diberikan penjual adalah
khiyar paksa kepada mutawarriq yang sangat membutuhkan dana tunai)
Madzhab Hambali memiliki tiga pendapatan tentang tawarruq: boleh, makruh dan
haram. Almawardi menyatakan makruh serta diriwayatkan dari hukumnya haram.
Abdullah bin Muhammad berpendapat bahwa at-tawarruq apabila untuk mengambil
manfaat barang atau diperdagangkan kembali, maka hal tersebut dibolehkan selama
formulanya diperbolehkan. Muhammad bin Utsman membolehkan tawarruq dengan
catatan bahwa si pelaku dalam keadaan terpaksa.
Kalangan mujtahid dari mazhab Maliki dan Hanafi mengategorikan tawarruq
sebagai jenis transaksi bai al-inah sehingga memakruhkanya. Lalu pada mazhab Syafii,
beliau menegaskan bahwa bai al-inah hukumnya adalah makruh, dan mereka juga
menghukumi makruh atas semua produk jual beli yang persyariatannya masih
diperselisihkan.45
Ulama kontemporer seperti Rafik Yunus Al-Misri juga berpendapat bahwa hukum
tawarruq bervariasi, tergantung dengan kondisi, diantaranya:
1. Jika ketiga pihak yang terlibat dalam tawarruq mengetahui bahwa tujuan utama
dari pembeli menggunakan transaksi tawarruq adalah untuk mendapatkan uang
tunai, maka semua berdosa.
2. Jika dua pihak mengetahui bahwa penjual telah menggunakan transaksi tawarruq
untuk mendapatkan uang tunai, maka mereka berdua berdosa. Namun jika
mereka tidak mengetahui maksud yang sebenarnya dari si penjual, maka mereka
tidak berdosa.
3. Seseorang diperbolehkan melakukan tawarruq hanya dalam keadaan sangat
membutuhkan/terdesak (darurah)
Poin pertama dan kedua diperbolehkan jika perjanjian atau dikondisikan terlebih
dahulu oleh pihak-pihak yang terlibat, sementara point ketiga lebih menekankan bahwa
tawarruq hanya diperbolehkan untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar mendesak,
seperti membayar hutang atau beroba.
Tinjauan Qawaid Fiqhiyah pada Praktek Tawarruq
Kaidah fikih (qawaid fiqhiyah) memiliki tujuan sebagai asas dalam penetapan
hukum Islam dari berbagai macam permasalahan yang baru akibat kemajuan dan

45
Sami Bin Ibrahim, At-Tawarruq Wa At-Tawarruq Al-Munazham (Mekkah: Rabithat Alam
Islami, 2003).

10
perubahan zaman, termasuk dalam hal bidang perekonomian (muamalah maliyah).46
Erla Shafrina (2021) menyatakan Hukum Islam harus dikaji secara filosofis agar dapat
meyakinkan khususnya umat Islam dan umunya non-Islam agar terwujudnya
kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena hukum Islam tidak terfokus
dengan penemuan melainkan dengan bagaimana penemuan tersebut memotivasi agar
dapat diamalkan dengan ikhlas tanpa ada paksaan.47
Praktik tawarruq melahirkan pro kontra. Sebagian ulama menyatakan bahwa
Tawarruq itu haram karena sama saja dengan ba’i al-‘nah dengan ―motif utama‖nya
adalah ingin mendapatkan uang kontan dengan hillah dharury (siasat untuk
menghindari riba karena kondisi darurat). Ulama terdahulu seperti Imam Nawawy dan
Hasan bin Ali al-Mawardi tidak membahas Tawarruq, tetapi mereka membahas Bai al-
‘inah. Dikatakan bahwa tawarruq menuai pro kontra karena ada perbedaan pendapat
yang cukup signifikan di antara para ulama. Sebahagian ulama berpendapat bahwa
tawarruq diperbolehkan.48 Argumentasinya didasarkan kepada ayat Al-Quran, hadits
Rasul, dan Kaidah ushul Fiqih. Penjelasannya sebagai berikut:
Pendapat pertama, Tawarruq adalah aktivitas jual beli sedangkan jual beli itu
halal sepanjang tidak mengandung unsur riba. Firman Allah di dalam QS. Al-Baqarah
[2]: 275 bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Ayat ini
menegaskan kehalalan jual beli dan tawarruq pada hakikatnya merupakan salah satu
cara jual beli.
ِ ِ ِ ِ
‫اض‬ َ ‫ َجائ ِزي ْاأل َْم ِر ف‬-: ‫َح َّل ُك َّل بَْي ٍع تَبَايَ َعوُ الْ ُمتَ بَاي َعان‬
ٍ ‫يما تَبَايَ َعاهُ َع ْن تَ َر‬ َ ‫أَ ْن يَ ُكو َن أ‬: ‫َح ُد ُُهَا‬ َ‫أ‬
ِ‫اّلل‬ ُ ‫إ َذا َكا َن ِِمَّا َلْ يَْنوَ َعْنوُ َر ُس‬: ‫َح َّل الْبَ ْي َع‬
َّ ‫ول‬ ِ ‫ َوالث‬. ‫ َوَى َذا أَظْ َهر َم َعانِيو‬. ‫ِمْن ُه َما‬
َّ ‫أَ ْن يَ ُكو َن‬: ‫َّان‬
َ ‫اّللُ أ‬ ُ
49 َّ
‫صلَّى للاُ َعلَْي ِو َو َسل َم‬
َ
Transaksi tawarruq, oleh sebahagian ulama dihukum halal dengan syarat: (1)
Fakta, ada kebutuhan riel untuk mendapatkan uang tunai, tetapi tidak mampu
mendapatkan pinjaman (2). Barang yang akan dibeli nyicil untuk dijual kembali benar-
benar ada (mawjud). (3). Ada pihak ketiga yang mau membelinya lagi, karena jika
barang itu dijual kepada subjek yang sama disebut bai al-inah yang hukumnya haram.
Kedua, Hadits Nabi: ―Diriwayatkan dari Abu Sa‘id Khudri dan Abu Hurairah
r.a, bahwa Rasulullah SAW mengangkat seseorang sebagai pejabat di Khaibar
kemudian ia datang menghadap Rasulullah SAW dengan membawa kurma yang paling
baik, maka Rasulullah SAW bertanya: ―apakah semua kurma Khaibar kualitasnya

46
Kamaluddin And Rahmania, ―Implementasi Qowaidh Fiqhiyyah Pada Bagi Hasil Perbankan
Syariah Melalui Akad Musyarakah.‖
47
Erla Sharfina Permata Noor, ―Filosofi , Paradigma Modern Hukum Islam , Dan Analısıs
Progresivitas Kaıdah Fıqıh Dalam Fatwa Dewan Syarıah Nasıonal,‖ International Conference On Islam,
Law, And Society, 2021, 1–11.
48
Muhammad Zaki, ―Bentuk Dan Jenis Kontrak Jual Beli: Al-Wafa, Al-Inah, Al-Dayn, Dan Al-
Dayn,‖ Istikhlaf 1, No. 2 (2019): 87–101.
49
Abdillah Bin Muhammad Idris Al-Matholabi Al-Qurays, Tafsir Imam As-Syafi’i Juz 1 (Riyadh:
Dal At-Tadmuriyyah, N.D.).

11
seperti ini?‖ ia menjawab ―Demi Allah, tidak ya Rasulullah, satu sha‘ kurma seperti ini,
dapat kami tukarkan dengan dua sha‘kurma jenis lain dan dua sha‘ (kurma seperti ini)
dengan tiga sha‘ kurma jenis lain‖.50
Ketiga, Kaidah Fiqhiyah: ―Al-Aslu fi-l mu’amalati al-ibahah hatta dalilun ‘ala
tahrimihi”. Asal persoalan mu‘amalat adalah boleh sehingga ada dalil yang
mengharamkannya.51 Berdasarkan QS. Al-Baqarah [2]: 275, hadits Rasulullah Riwayat
muslim hadits dan kaidah ushul fiqih, mayoritas ulama menyimpulkan bahwa tawarruq
adalah halal.52 Adapun ulama yang berpandangan bahwa tawarruq itu haram antara lain
madzhab imam Maliki. Argumentasinya karena tawarruq tidak berbeda dengan akad
ba’i al-inah yang haram karena mengandung unsur riba. Ba’i al-‘inah adalah membeli
barang dengan cara nyicil tetapi dijual kembali kepada sipenjual dengan harga yang
lebih rendah. Kesamaanya terletak pada motifnya yakni ingin memperoleh uang tunai,
sehingga tawarruq sebenarnya hanya sebagai hillah (siasat) untuk menghindari riba
dengan cara bermain-main berkelok-kelok di area riba. Bedanya jika b’ai al-inah barang
yang sudah dibeli secara nontunai dijual kembali kepada pihak ketiga (bukan kepada
penjual pertama). Selain madzhab Malikiyah, Umar bin Abdul Aziz, Muhammad bin al-
Hasan, Ibnul Qayim, dan Ibnu Taimiyah dari mazhab Hanbali menyatakan bahwa akad
tawarruq itu tidak boleh.
Dalam persoalan tawarruq, lebih jauh para ulama membedakan antara dua macam
tawarruq, yakni tawarruq Munazzam dan tawarruq Fiqhi. Tawarruq yang disebutkan
dimana jika seseorang membeli barang dari seorang penjual dengan harga kredit lalu ia
menjual barang tersebut secara kontan kepada pihak ketiga selain dari penjual (tanpa
diatur/diskenariokan terlebih dahulu). 2. Tawarruq Munadzzam/Organized Tawarruq
dimana pihak ketiga telah di tunjuk terlebih dahulu atau diskenariokan yang biasanya
dilakukan oleh pihak perbankan. Contohnya adalah ketika nasabah (pihak A) membeli
sebuah komoditas kepada pihak bank (pihak B), biasanya kendaraan bermotor, besi,
barang elektronik, dll, lalu pihak bank memerintahkan seorang agen untuk menjualkan
barang tersebut yang kemudian uangnya diserahkan pada pihak A tadi. 53
Adapun relevansi beberapa Qowaid fiqhiyyah terhadap praktek tawarruq. Pertama,
Al-Umuru Bimaqasidiha )‫مبقصدىا‬ ‫(األمور‬ semua perkara bergantung pada

niatnya.54Dasar dari kaidah ini adalah hadist nabi yang diriwayatkan oleh Umar Bin
Khatab, berstatus shahih dan msyhur, yang berbunyi:55

50
Muslim Bin Al-Hajjaj, Shahih Muslim, Vol 3. (Beirut: Dar Al-Hadis, 1997). P. 70, Hadist
No.1595
51
Muhammad Bin Ahmad Bin Al-Azhar Al-Azhari Al-Harawi Abu Mansur, Al-Zahir Fi Gharib
Alfaz Syafi’i (Kwait: Kementerian Wakaf Dan Urusan Agama, 1399). 216
52
Abdullah Bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram, Penerjemah Thahirin
Suparta,Dkk, Cetakan 1, (Pustaka Azzam, 2006).P. 419
53
Ali Samsuri, ―Membincang Konsep Tawarruq Dalam Dunia Perbankan Dewasa Ini,‖
Universum: Jurnal Keislaman Dan Kebudayaan 9, No. 1 (2015): 29–36.
54
Dawud, Dhawabit Fi Muhadharat Alfiqh Alkulli.65
55
Muhammad Sidqi Bin Ahmad Al-Burnu, ―Al-Wajiz Fi Idah Qawa‘id Al-Fiqh Al-Kulliyyah,‖
1996.122

12
‫إمن األعمال ابلنيات‬
―Sesungguhnya suati perkara bergantung dengan niatnya‖
Maka ditinjau dari kaidah ini, praktek tawaruuq dapat diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan bergantung dengan niatnya. Apabila niatnya semata-mata untuk
mendapatkan uang maka tidak boleh, namun jika hanya untuk menjual barang maka
tidak dipermasalahkan/ diperbolehkan. Adapun tertera dalam fatwa DSN no.82/DSN-
MUI/VII/2011 tentang perdangan komoditi berdasarkan prosnip Syariah di bursa
komoditi dalam fatwa tersebut menggunakan akad tawarruq dalam peraktiknya yang
memiliki tujuan untuk likuiditas manajemen, sehingga menjadi mubah hukumnya.
Kedua, Ad-Dhararu Yuzalu )‫يزال‬ ‫(الضرار‬ segala madharat (bahaya, kerugian)

harus dihilangkan.56 Didalamnya terdapat qoidah fariyyah yakni Al-dharar yudfa’ bi


qadril imkan )‫امكان‬ ‫(الضرار يدفع بقدر‬ segala madharat (bahaya, kerugian) harus
dihindarkan sedapat mungkin.57 Landasan dasar kaidah ini adalah Q.S Al-anfal ayat
60:58
‫استَطَ ْعتُم ِّم ْن قُ َّوةٍ َوِم ْن ِرَاب ٍط الَْي ِل تَ ْرَىبُ ْو َن بِِو َع ُد َّو للاِ َو َع ُد َّوُك ْم‬ ِ
ْ ‫َوأَعدوا َلُم َّما‬
―Dan bersiaplah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan
kekuatan yang kamu miliki dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh
Allah‖.
Kendala seseorang dalam mendapatkan pinjaman tanpa riba untuk kebutuhan
yang urgen (dharuriyyah) membuat masyarakat kesulitan (masyaqqah) dalam
mendapatkan pinjaman, Sehingga menjerumuskannya dalam praktik ribawi. Disini jelas
bahwa hal tersebut dapat mendatangkan kemudharatan.
Qawaid fiqhiyya juga merupakan hukum syara dalam bentuk qadhiyah
(preposisi) yang bersifat dominan. Dengan qawaid fiqhiyyah dapat diketahui ketentuan
hukum yang berada dalam ruang lingkupnya. 59 Qawaid fiqhiyyah dalam penggunaanya
dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu sebagai ta’kid/muta’akid, jika persolan hukum
sudah ada nashnya kemudian digunakan sebagai dalil untuk menyelesaikan persoalan
tersebut. Kemudian sebagai tabyin/mubayyin, jika nash bersifat umum. Dan sebagai
taqrir/taqnin jika tidak ditemukan nashnya secara tekstual maupun qat‘i. sehingga
qawaid fiqhiyyah menjadi pertimbangan utama (dalil mandiri) untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.60

56
Al-Burnu.251
57
Al-Burnu.267
58
Al-Qur’an Al-Karim.
59
Muhammad Hizbullah, ―Penggunaan Qawaid Fiqhiyyah Pada Fatwa Yang Dikeluarkan Dewan
Fatwa Al Jam‘iyatul Washliyah,‖ Taqnin: Jurnal Syariah Dan Hukum 1, No. 2 (2019): 14–24,
https://doi.org/10.30821/taqnin.v1i2.5900.
60
Moh Mundzir, ―Metode Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (Analisis Penggunaan
Qawaid Fiqhiyyah Sebagai Dalil Mandiri Dalam Fatwa),‖ The Indonesian Journal Of Islamic Law And
Civil Law 2, No. 1 (2021): 1–18, https://doi.org/10.51675/jaksya.v2i1.161.

13
D. Kesimpulan
Qowaid fiqhiyyah merupakan kaidah baru yang lahir setelah munculnya fikh dan
usul fikh. Dalam praktik muamalah maliyyah qowaid fiqhiyyah digunakan oleh para
usul dan ahli fiqh sebagai landasan untuk berijtihad mengenai berbagai macam
kebenaran atas permasalahan kontemporer dengan menyesuaikan lingkungan dari waktu
kewaktu terutama dalam permasalahan ekonomi. Para ahli Ushul (Ushuliyyun) dan ahli
fiqh (Fuqaha) melakukan ijtihad dengan berbagai macam cara yang diturunkan oleh
Rasulullah, untuk mencapai kebenaran yang belum dijelas dalam al-Qur‘an dan hadist
secara rinci dengan cara ijma‘, qiyas, istihsan, istishab, istislah (masalih-mursalah) dan
lain-lain. Ibnu Taimiyah mengklasifikasi qawaid al-kubra menjadi 5 kaidah. Yakni: 1)
Al-Umur Bi Maqashidiha, 2) Al-Yaqinu La Yazalu Bi Syakk, 3)Al-Masyaqqah Tajlibu
Taisir, 4) Al-Dhararu Yuzalu, dan 5)Al-‘Adah Al-Muhakkamah.
Beberapa ulama berpandangan bahwa tawarruq itu haram antara lain madzhab
imam Maliki. Argumentasinya karena tawarruq tidak berbeda dengan akad ba’i al-inah
yang haram karena mengandung unsur riba. Selain madzhab Malikiyah, Umar bin
Abdul Aziz, Muhammad bin al-Hasan, Ibnul Qayim, dan Ibnu Taimiyah dari mazhab
Hanbali menyatakan bahwa akad tawarruq itu tidak boleh. Akan tetapi menurut kaidah
fiqhiyyah: ―Al-Aslu fi-l mu’amalati al-ibahah hatta dalilun ‘ala tahrimihi”. Menjadi
landasan diperbolehkan bai tawarruq karena hingga saat ini tidak ada dalil yang
mengharamkan tawarruq.
Kemudian, ditinjau dari Qowaid fiqhiyyah, Al-Umuru Bimaqasidiha (semua
perkara bergantung pada niatnya). Praktek tawaruuq dapat diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan bergantung dengan niatnya. Apabila niatnya semata-mata untuk
mendapatkan uang maka tidak boleh, namun jika hanya untuk menjual barang maka
tidak dipermasalahkan/diperbolehkan. Selanjutnya qowaid fiqhiyyah Ad-Dhararu
Yuzalu (segala madharat bahaya/kerugian harus dihilangkan) didalamnya terdapat
qowaid Al-dharar yudfa’ bi qadril imkan (segala bahaya/kerugian harus dihindarkan
sedapat mungkin). Kaidah ini menjelaskan secara jelas bahwa kerugian mudharat harus
dihindarkan. Dalam hal ini masyarakat yang kesulitan mendapatkan pinjaman tanpa
adanya riba, akan kesulitan apabila tidak ada yang ingin meminjamkan. Maka praktek
tawaruuq bisa menjadi saran untuk mendapatkan uang secara tunai tanpa ada riba
terutama dalam keadaan genting, namun harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim, n.d.
AAOIFI. Shari’ah Standars For Islamic Financial. Bahroin, 2017.
Abdillah, Muhamad Yusuf, and Mighfari Elsha Rabi. ―Tawarruq Application In Islamic
Banking : A Comparative Study Between Malaysia And Indonesia.‖ Al-Arbah:
Journal of Islamic Finance and Banking 2, no. 1 (2020): 17–32.
https://doi.org/10.21580/al-arbah.2020.2.1.5540.
Academy, The International Council of Fiqih. ―Tawarruq: Its Meaning and Types
(Classical Applications and Organized Tawarruq, 2009), No. 179. Fatwa Dewan

14
Akademi Fikih OKI No. 179, Tawarruq Dalam Perspektif Hukum Islam.,‖ 2018.
http://duscikceolah.wordpress.com/2009/08/03/hukum-tawarruq-berdasarkan-
kajian-fiqih-terpadu/.
Ahmad, Ellida Fauziah, Mariyam Shihama, NurSulaim Ashikin Mohamad Tarmizi,
Saidu Mudi Saidu Mudi, Samia Ibrahim Djama, and Aishath Muneeza. ―Tawarruq
as a Product for Financing within the Islamic Banking System: A Case Study of
Malaysian Islamic Banking System.‖ International Journal Of Management and
Applied Research 4, no. 1 (2017). https://doi.org/10.18646/2056.41.17-004.
Al-Bassam, Abdullah Bin Abdurrahman. Syarah Bulughul Maram, Penerjemah
Thahirin Suparta,Dkk, Cetakan 1,. Pustaka Azzam, 2006.
Al-Burnu, Muhammad Shidqi. Al-Wajiz Fi Idhahil Qawa’id Fiqh Al-Kulliyyah. Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1996.
Al-Burnu, Muhammad Sidqi bin Ahmad. ―Al-Wajiz Fi Idah Qawa‘id Al-Fiqh Al-
Kulliyyah,‖ 1996.
Al-Ghazali, Nasrun Bin Mohamad. ―TAWARRUQ IN MALAYSIAN FINANCING
SYSTEM: A CASE STUDY ON COMMODITY MURABAHAH PRODUCT AT
MAYBANK ISLAMIC BERHAD.‖ University og Malaya Kuala Lumpur, 2014.
Al-Hajjaj, Muslim bin. Shahih Muslim, Vol 3. Beirut: Dar al-Hadis, 1997.
Al-husain, Abdu as salam bin Ibrahim bin Muhammad. Al-Qowaid Wa Adhawabit Al-
Fiqhiyyah Lilmuamalat Al Maliyah Inda Ibnu Taimiyah, Juz 1. kairo: Dar At-ta‘sil,
1422.
Al-Khatslan, Sa‘ad bin Turki. Fiqh Al-Mu’amalat Al-Maliyah Al-Mu’ashirah, Cet-2.
Riyadh: Daru-s Shomai, n.d.
Al-qurays, Abdillah bin Muhammad idris al-matholabi. Tafsir Imam As-Syafi’i Juz 1.
Riyadh: dal at-tadmuriyyah, n.d.
Al-Sacdi, Syaikh Abd Al-Rahman. Fiqih Jual-Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah
Abu Muhammad Ashraf Ibn Abd Al- Maqsud Terj. Abdullah. Jakarta: Senayan
Publishing, 2008.
Al-Zuhayli, Wahbah. Ushul Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu. Beirut: Dar Al-Fiq, 2004.
As-Syuyuti, Imam Jalaluddin Abdu Ar-Rahman. Asbahu Wa An-Nadair Fii Qowaid Wa
Furu’ Fiqhi As-Syafi’iyyah. Beirut-Libanon: Dar Al-Kitab al-Ilmiah, n.d.
Az-Zuhaily, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islāmī Wa Adillatuhu Juz 4. Darul Fikr, 1985.
Dawud, Najah sayid. Dhawabit Fi Muhadharat Alfiqh Alkulli, n.d.
Hamzawi, M. Adib. ―QAWA‘ID USULIYYAH & QAWA‘ID FIQHIYYAH (Melacak
Konstruksi Metodologi Istinbath Al-Ahkam ).‖ Inovatif: Jurnal Penelitian
Pendidikan, Agama Dan Kebudayaan 2, no. 2 (2016): 91--111.
Hizbullah, Muhammad. ―Penggunaan Qawaid Fiqhiyyah Pada Fatwa Yang
Dikeluarkan Dewan Fatwa Al Jam‘Iyatul Washliyah.‖ TAQNIN: Jurnal Syariah
Dan Hukum 1, no. 2 (2019): 14–24. https://doi.org/10.30821/taqnin.v1i2.5900.
Ibrahim, Sami Bin. At-Tawarruq Wa At-Tawarruq Al-Munazham. Mekkah: Rabithat
Alam Islami, 2003.
Jabu, Muhammad Al-Mustafa Abdu Al-Jabbarullahu. ―Ilmu Al-Qowaid Al-Fiqhiyyah,
Dirasah Nadzoriyyah Wa Numadaj Tatbiqiyyah Muashirah.‖ Rayah Al-Islam 4, no.
1 (2020): 130–48.
Kamaluddin, Imam, and Nurul Rahmania. ―Implementasi Qowaidh Fiqhiyyah Pada
Bagi Hasil Perbankan Syariah Melalui Akad Musyarakah.‖ Al-Muamalat: Jurnal
Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah 9, no. 2 (2022): 112–29.
M. Yoeki Hendra, and Ach. Alif Saiful Arif. ―Nalar Kritis Ushul Fiqh Terhadap

15
Argumentasi Sebagian Ulama Yang Menolak Hak Cipta.‖ Wasathiyyah 4, no. 2
(2022): 38–50. https://doi.org/10.58470/wasathiyyah.v4i2.31.
Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. 2nd ed. Jakarta: Kencana, 2013.
Maulana, Irwan. ―Implementasi Qawaid Fiqhiyyah Dalam Ekonomi Dan Industri
Keuangan Syariah.‖ Jurnal Asy-Syukriyyah 19, no. 2 (2018): 77–90.
https://doi.org/10.36769/asy.v19i2.34.
Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhar Al-Azhari al-Harawi Abu Mansur. Al-Zahir Fi
Gharib Alfaz Syafi’i. Kwait: Kementerian Wakaf dan Urusan Agama, 1399.
Muiz, Abdul. ―Landasan Dan Fungsi Al-Qawa‘Id Al-Fiqhiyyah Dalam Problematika
Hukum Islam.‖ Al-Afkar Journal 3, no. 1 (2020): 103–14. https://al-
afkar.com/index.php/Afkar_Journal/issue/view/4https://al-
fkar.com/index.php/Afkar_Journal/issue.
Mundzir, Moh. ―Metode Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (Analisis
Penggunaan Qawaid Fiqhiyyah Sebagai Dalil Mandiri Dalam Fatwa).‖ The
Indonesian Journal of Islamic Law and Civil Law 2, no. 1 (2021): 1–18.
https://doi.org/10.51675/jaksya.v2i1.161.
Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat, Cetakan 1. Jakarta: PT. Amzah, 2010.
Noor, Erla Sharfina Permata. ―Filosofi , Paradigma Modern Hukum Islam , Dan
Analısıs Progresivitas Kaıdah Fıqıh Dalam Fatwa Dewan Syarıah Nasıonal.‖
International Conference on Islam, Law, and Society, 2021, 1–11.
Rohmad, Muhammad Iman Sastra Mihajat, Aznan Hasan. ―TAWARRUQ PRACTICE
FOR LIQUIDITY MANAGEMENT IN ISLAMIC MONEY.‖ Equilibrium: Jurnal
Ekonomi Syariah 1, no. 2 (2013): 217–40.
Sabiq, Al-Sayyid. Fiqh Al-Sunnah, Vol.3. Bairut: Dar Fikr, 1983.
Samsuri, Ali. ―Membincang Konsep Tawarruq Dalam Dunia Perbankan Dewasa Ini.‖
Universum: Jurnal KeIslaman Dan Kebudayaan 9, no. 1 (2015): 29–36.
———. ―MEMBINCANG KONSEP TAWARRUQ DALAM DUNIA PERBANKAN
DEWASA INI.‖ Universum: Jurnal KeIslaman Dan Kebudayaan 9, no. 1 (2015):
29–36.
Shaharuddin, Amir. ―Bay Al-Tawarruq Application In Malaysian Islamic Bank: A
Critical Assessment.‖ Labuan E-Journal of Muamalat and Society, 2019.
https://oarep.usim.edu.my/jspui/handle/123456789/10448.
Shofa Robbani. ―DIFERENSIASI AL-TAWARRUQ AL-MASRAFI DAN AL-
TAWARRUQ AL-FIQHI MENURUT HUKUM EKONOMI SYARIAH.‖ At-
Tuhfah: Jurnal Studi Keislaman 10, no. 1 (2021): 12–26.
Suganda, Asep Dadan. ―ANALISIS TEORI BAI‘ TAWARRUQ DALAM
MUAMALAH MALIYAH.‖ Jurnal Islamiconomic 6, no. 1 (2015): 1–14.
Taimiyah, Ibnu. Majmu’ Fatawa, Al-Munawwir, Jilid 29,. Madinah, n.d.
Taufik, Taufik, and Sofian Muhlisin. ―Hutang Piutang Dalam Transaksi Tawarruq
Ditinjau Dari Perspektif Al-Qur‘an Surat Al-Baqarah Ayat 282.‖ Jurnal Syarikah :
Jurnal Ekonomi Islam 1, no. 1 (2015): 35–42.
https://doi.org/10.30997/jsei.v1i1.260.
Zaenal, Muhammad Hasbi, and Abdul Hakam. ―Aplikasi Dan Analisis Konsep
Tawarruq Pada Produk Perbankan; Studi Kasus Di CIMB Islamic Bank Bhd.
Malaysia.‖ Al-Amwal-Jurnal Kajian Ekonomi Dan Perbankan Syari’ah 6, no. 2
(2014).
Zahara, Fatimah, and R D Harryanto. ―Implementasi Akad Tawarruq Dalam Perbankan
Syari‘ah Indonesia.‖ IJTIHAD, 2019.

16
https://journals.fasya.uinib.org/index.php/ijtihad/article/view/17.
Zahro, Muhammad abu. Ushul Al-Fiqh. Libanon: dar al-fikr al-‗arabi, 1985.
Zakaria, Abu al-Husain Ahmad Ibnu Faris. Mu’jam Maqayis Al-Lugah Jilid 6. Beirut:
Darul Fikr, 1979.
Zaki, Muhammad. ―Bentuk Dan Jenis Kontrak Jual Beli: Al-Wafa, Al-Inah, Al-Dayn,
Dan Al-Dayn.‖ ISTIKHLAF 1, no. 2 (2019): 87–101.

17

You might also like