Professional Documents
Culture Documents
TP 2 Intro To Money Market
TP 2 Intro To Money Market
TP 2 Intro To Money Market
Sumber : https://www.bbc.com/news/business-61569559
14 June
Share
Last year, businesses around the world started raising prices at a pace not seen in decades. Among
major economies, one country was hit the worst - the United States.
Prices jumped at an annual rate of 4.7% last year - faster than any other country in the Group of
Seven (G7) advanced economies, according to the Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD). In the UK, for example, inflation was just 2.5%.
Last month, inflation in the US hit 8.6%, one of the highest rates in the world.
Many of the forces driving inflation last year - such as supply disruptions from Covid and higher
food prices after severe storms and drought hurt harvests - were not unique to the US.
The reason the US fared worse? In two words - high demand.
That was driven by the massive $5tn (£4.1tn) in spending the US government approved to
shield households and businesses from the economic shock of the pandemic.
Government spending
By cushioning family finances, the aid - which included direct cheques to households - helped
people keep buying.
Goods like furniture, cars and electronics saw a surge of orders, as shoppers redirected money
they might otherwise have spent on restaurants and travel.
And as unusually high demand collided with supply issues stemming from Covid, businesses
raised prices.
A recent study by the Federal Reserve Bank of San Francisco concluded that pandemic relief
packages probably contributed to 3 percentage points of the rise in inflation until the end of
2021 - a factor that goes a long way to explaining why US inflation outpaced the rest of the
world.
Oscar Jorda, senior policy adviser at the bank and one of the people who worked on the study,
cautioned against reading too much into the exact percentages, but said the overall picture is
clear.
"These programmes... were a considerable infusion of liquidity into consumers' pockets at a
time when perhaps industry wasn't quite ready to respond to an increase in demand," he said in
an interview in May. They "signified a big push of what I would call demand push inflation".
IMAGE SOURCE,REUTERS
Image caption,
Mr Biden in turn has pointed the finger at the war in Ukraine, which has hit oil supplies and
exports of commodities like wheat, driving up prices and spreading the pain around the world.
In the Euro area, prices climbed at an annual rate of 8.1% in May, led by countries that are
close to Russia and relied on its oil and gas like Estonia, where prices were up 20.1%.
In the UK, also heavily reliant on food and energy imports, inflation hit 7.8% in April, just behind
the US among advanced economies, after a price cap that had limited energy bills was raised,
the OECD said.
Consumer price figures from the UK government, which exclude a measure of housing costs
factored into the OECD figure, showed an even faster increase of 9%.
Even Japan - which has struggled to keep its inflation rates above zero - is seeing prices climb,
up 2.5% in April.
The OECD expects inflation to peak this year, averaging 5.5% among advanced economies and
8.5% for all of the 38 countries in the organisation, before falling back in 2023.
Prof Reis said he is encouraged by steps the Federal Reserve, Bank of England and others
have taken to tackle the problem, including raising interest rates.
By making borrowing more expensive, such moves help cool demand from households and
businesses, easing price pressures.
"I hope - but that is a little more uncertain - that this can happen without causing a recession,"
he said, adding that a return to the typical 2% target is unlikely. "That's the big question."
Image caption,
Prices for cars - a big part of US inflation calculations - soared last year
In the short-term, rate rises may only add to economic uncertainty - especially in smaller
countries, which are vulnerable to sudden shifts in money flows and exchange rate fluctuations,
which are often triggered by rate rises.
Even in the biggest economies, politicians are scrambling to find ways to offset the costs of
inflation for households hit by the skyrocketing cost of living.
The UK government recently announced a £15bn aid package, funded by a windfall tax on oil
and gas firms, to help with rising energy bills.
Some countries in Europe, such as Spain and Portugal, have instituted price caps on gas - the
kind of response that economists generally advise against, since caps tend to keep demand
high by subsidising consumption.
In the US, Mr Biden has released unprecedented amounts of oil from national stockpiles to try to
lower petrol prices - outside of the grocery store, the most immediate point of pain.
But as the war in Ukraine pushes supply issues to the fore, the power of politicians - and central
banks - is limited, analysts said.
"In the long run, they can do a lot of things in terms of investing in different energy transition
policies and things of that nature," says Mr Jorda. "But in the short run there's really not much
that can be done."
Artikel di atas adalah acuan dalam menjawab pertanyaan di bawah ini, mahasiswa dapat
mencari referensi lain untuk mempermudah menjawab pertanyaan, mohon sertakan sumber
artikel referensi. Jawab dengan file Microsoft word, font Times New Roman size 12, 2 lembar.
Pertanyaan:
1. Jelaskan apa yang menyebabkan inflasi di Amerika mengalami kenaikan tinggi?
Jawab:
Sebagaimana disampaikan US Federal Reserve Chair, Jerome Powell dalam pertemuan
di Jackson Hole, the Fed akan tetap keukeuh pada pandirian semula untuk menekan laju
inflasi AS hingga mencapai target 2%.
Dengan demikian langkah gubernur bank sentral AS dalam mengendalikan laju inflasi AS
dipastikan akan dengan cara menekan sisi demand-nya. Akibat dari kebijakan moneter
super ketat AS tersebut, mendorong dolar AS semakin menguat hingga mencapai nilai
paritasnya terhadap euro dan pounsterling, serta mencapai nilai tertinggi dengan yen
selama 20 tahun, yang pada akhirnya menekan inflasi yang dipicu oleh harga barang-
barang impor.
Namun perlu diingat bahwa saat ini melonjaknya inflasi global, khususnya di AS, bukan
semata-mata dipicu oleh kenaikan permintaan domestik. Faktor lain yang signifikan
mendorong laju inflasi di AS adalah tertekannya sisi penawaran, seperti terganggunya
rantai produksi global karena China’s restrictive zero-Covid policy, dampak perang Rusia
vs Ukraina terhadap harga energi dan makanan, serta peningkatan upah pekerja di AS.
Faktor penyebab inflasi yang bersumber dari sisi penawaran tersebut di luar kontrol
kebijakan bank sentral AS (the Fed). Akan tetapi uniknya, ekonomi AS berada pada posisi
yang secara potensial akan mampu mengatasi sumber penyebab inflasi dari sisi
penawaran tersebut. Sebab, AS masih relatif mandiri dalam kebutuhan energi dan
sumber bahan makanannya, berlimpah dengan pekerja migran, kapasitas produksi yang
memadai, serta tersedianya sumber kapital yang dibutuhkan untuk meningkatkan
sektor manufaktur.
(Sumber: https://investor.id/opinion/309011/inflasi-as-membandel)
2. Jelaskan secara umum, apa saja yang berpengaruh pada inflasi suatu negara?
Jawab:
Inflasi merupakan suatu masalah ekonomi yang sangat besar, terutama bagi negara-
negara berkembang karena potensi Inflasi itu memang rawan di negara-negara
berkembang. Sumber utama terjadinya inflasi di negara berkembang ada beberapa
faktor, seperti defisit anggaran belanja pemerintah yang kemudian berimbas pada
peningkatan jumlah uang beredar. Dilihat dari faktor-faktor utama yang menyebabkan
inflasi, probabilitas inflasi dapat disebabkan permintaan, sisi penawaran dan ekspektasi.
Penyebab Inflasi yang pertama disebabkan oleh permintaan yang timbul karena adanya
pertambahan jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Bertambahnya jumlah uang
yang beredar jangka pendek ini bisa berdampak terhadap suku bunga bisa mengalami
penurunan sehingga jumlah konsumsi dan investasi meningkat secara keseluruhan.
Dengan meningkatnya peredaran mata uang jangka pendek maka perubahan harga
barangpun kan naik secara signifikan.
Faktor yang ke dua disebabkan penawaran yang memicu kenaikan harga penawaran
atas suatu barang, termasuk barang-barang yang harus diimpor, serta harga barang-
barang yang dikendalikan oleh pemerintah seperti kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM), kenaikan harga minyak dunia, dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Aktivitas
penawaran sendiri memanglah memiliki dampak yang signifikan terhadap potensi inflasi
di suatu negara. Selain hal itu kenaikan biaya produksi secara terus-menerus dalam
jangka waktu tertentu juga mampu memicu terjadinya suatu inflasi. Namun secara
sederhana, dampak yang secara langsung terjadi pada penawaran barang.
Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan
kenaikan penawaran, perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang ataupun
permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal itu menjadikan faktor produksi
dan ketersediaan barang akan down, dan barang pengganti akan di kurangi, terbatas,
dihilangkan. Momen ini biasanya digunakan oleh para penjual untuk menaikkan harga
barang secara drastis.
Umumnya perilaku masyarakat memang haruslah forward looking dan adaptif terhadap
isu-isu nasional atupun global terhadap ekonomi. Penilaian masyarakat terhadap
perkembangan ekonomi masa depan tentu lebih baik jika dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Hal seperti inilah yang disebut sebagi ekspetasi masyarakat terhadap
ekonimi, namun karena faktor inilah ada probabilitas inflasi. Harapan atau ekspetasi
masyarakat tersebut memungkinkan menyebabkan terjadinya demand pull inflation
ataupun cost push inflation, namun masih tergantung pada harapan masyarakat dan
kondisi stok barang dan juga faktor relevansi produksi waktu itu dan waktu mendatang.
(Sumber: https://komputerisasi-akuntansi-d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Kenapa-Bisa-
Terjadi-Inflasi-di-Suatu-Negara-Apa-Penyebabnya)
(Sumber: https://katadata.co.id/amp/intan/berita/6306e7f94a120/mengenal-dampak-
positif-dan-negatif-inflasi-suatu-negara)
Mengurangi ketidakpastian
Ketidakpastian dapat memiliki efek negatif pada keuntungan yang diharapkan
dari suatu investasi pada pertumbuhan jangka panjang. Ketidakpastian yang
lebih besar juga menyebabkan ketidakpastian terhadap harga barang atau jasa.
Mendorong investasi
Keputusan paling penting yang diambil oleh individu dan bisnis biasanya adalah
keputusan jangka panjang, keputusan untuk membangun pabrik, memulai bisnis,
melanjutkan pendidikan, memiliki rumah sendiri. Keputusan ini sangat
tergantung pada tingkat ketidakpastian mengenai masa depan. Inflasi yang
rendah dan stabil merupakan indikator stabilitas makro ekonomi yang
berkontribusi besar terhadap kepercayaan masyarakat dan dunia usaha untuk
mengambil keputusan investasi.
Stabilitas
Keuntungan dari penurunan inflasi membuat perusahaan dapat memprediksi
biaya dan harga di masa depan.
Daya saing
Inflasi yang rendah mempunyai dampak yang positif dimana kegiatan ekspor
suatu negara relative lebih kompetitif.
***