Professional Documents
Culture Documents
OSIDAIbanten Difteri - DR DR Djatnika
OSIDAIbanten Difteri - DR DR Djatnika
• Semua isi dan materi presentasi adalah hak cipta dari narasumber,
CABANG BANTEN digunakan untuk kalangan terbatas dalam kepentingan edukasi
kesehatan di bidang terkait.
DISCLAIMER
• The presentation slides are the intellectual property of the individual presenter and are protected under the
copyright laws of IDI & IDAI. Used by permission. All right reserved. All other trademarks are the property of
their respective owners.
• This presentation is provided on a strictly private and confidential basis for information purposes on limited
medical community only. By reading this presentation, you will be deemed to have agreed to the obligations
and restrictions set out below. Without the express prior written or verbal consent of the author, the
presentation and any information contained within it may not be (i) reproduced (in whole or in part), (ii) for
any purpose other than medical education.
• The information on this presentation is not intended or implied to be a substitute for professional medical
advice, diagnosis or treatment. All content, including text, graphics, images and information, contained on or
available through this presentation is for limited medical information purposes only. You are encouraged to
confirm any information obtained from or through this presentation with other sources, and review all
information regarding any medical condition or treatment with your colleague.
• NEVER DISREGARD PROFESSIONAL MEDICAL ADVICE OR DELAY SEEKING MEDICAL TREATMENT BECAUSE
OF SOMETHING YOU HAVE READ ON OR ACCESSED THROUGH THIS PRESENTATION.
Curriculum Vitae
Nama : Dr. dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A(K), MCTM (Trop Ped)
Djatnika Setiabudi
Komite Ahli Difteri Kemenkes RI
Outline
Pendahuluan
Milestones in the history of diphtheria
Etiologi
Transmisi and patogenesis
Epidemiologi
Faktor Risiko
Diagnosis Klinis dan Diagnosis Banding
Kriteria Diagnosis Klinis dan Surveilans
Pendahuluan
• Difteri masih merupakan masalah Kesehatan global dan nasional
Sharma NC, et al. Diphtheria. Nat Rev Dis Primers 5, 81 (2019). https://doi.org/10.1038/s41572-019-0131-y
Etiologi: Corynebacterium diphtheriae
Klasifikasi ilmiah : • Secara morfologinya bakteri ini berbentuk
Kingdom : Bacteria batang dengan panjang antara 1 – 8 μm dan
Filum : Actinobacteria diameter 0,5 – 1 μm
Ordo : Actinomycetales • termasuk dalam golongan bakteri gram positif.
Familia : Corynebacteriaceae • tidak memiliki kapsul, tidak memiliki spora, dan
Genus : Corynebacterium tidak dapat bergerak (nonmotil)
Spesies: • Gambaran pleomorfik, ujung bentuk tabuhm
Corynebacterium diphtheriae menyerupai huruf China
Etiologi lain:
C. ulcerans
C. pseudotuberculosis
• Cara penularan:
- Droplet: (batuk, bersin, berbicara)
- Kontak:
menyentuh alat/barang/benda yang
mengandung sekret percikan dari
pasien, kemudian tangan (yang tidak
dicuci) menyentuh selaput mukosa
hidung atau mata
• Portal of entry :
• Saluran pernafasan
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
• Konjungtiva, mukosa atau kulit yang Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable
tidak utuh (luka) Diseases, 1996d.
Epidemiologi
• Tersebar luas di seluruh dunia
• Pasca imunisasi difteri secara global: morbiditas
• Dapat terjadi outbreak/KLB : bila cakupan imunisasi menurun
KLB Rusia dan Negara-Negara pecahan Uni Sovyet: 1990 - 1993
KLB Indonesia tahun: 2017 - 2018
KLB di pengungsian Rohingya (Cox’s Bazar): 2017 - 2019
Reported cases of diphtheria per Joint Reporting Form,
by World Health Organization region and worldwide, 2000–2017
Kristie E.N. Clarke KEN, et al. Global Epidemiology of Diphtheria, 2000–2017. Emerging Infectious Diseases. 25(10):1834-42
Global DTP vaccine coverage and number of cases
of diphtheria (2018)
Sharma NC, et al. Diphtheria. Nat Rev Dis Primers 5, 81 (2019). https://doi.org/10.1038/s41572-019-0131-y
Development of diphtheria cases in Indonesia
Karyanti MR, Nelwan EJ, Assyidiqie IZ, Satari HI, Hadinegoro SR. Diphtheria Epidemiology in Indonesia
During 2010 – 2017. Acta medica Indonesiana. 51(3):205-13
Distribution of diphtheria cases in Indonesia 2017
Karyanti MR, Nelwan EJ, Assyidiqie IZ, Satari HI, Hadinegoro SR. Diphtheria Epidemiology in Indonesia
During 2010 – 2017. Acta medica Indonesiana. 51(3):205-13
Trend Suspect Diphteria Cases and DPT3 & DPT4 Coverage
2011 - 2022
2000 110
67,9
1200 63,7
60,4 60
1000 944
51,8
816 50
775
800
38 37,1
40
541 581
600 33,2
430 30
400
259 235 20
200 10
30
0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Year
Suspected Diphteria Cases DPT3 Coverage DPT4 Coverage Target cakupan
Sumber:
Data kasus: lap PHEOC dan DIF-03 s/d 06 Feb 2022
Data imunisasi: Buletin Data Imunisasi per tgl 01 Feb 2022
Sebaran KLB Difteri per Provinsi
2021
Aceh
- Kota Banda Aceh (1 kasus) Kalimantan Barat Wilayah Kluster:
- Kab. Aceh Timur (1 kasus) - Kota Singkawang (12 kasus) 1. Kalimantan Barat (Kota
- Kota Pontianak (1 kasus) Singkawang, Kota Pontianak)
- Mempawah (1 kasus 2. Sulawesi Tenggara (Kab. Buton)
- Benkayang (2 kasus)
Kalimantan Tengah
- Kab. Kapuas (1 kasus)
Sulawesi Tenggara
- Kab. Buton (3 kasus)
Jambi
- Kab. Muaro Jambi (2 kasus)
Lampung
- Kab. Lampung Utara (2 kasus)
Sulawesi Selatan
Banten - Kab. Bulukumba (1 kasus)
- Kab. Tangerang (2 kasus)
Jawa Barat
- Kab. Bogor (2 kasus) Jawa Timur
DKI Jakarta - Kota Bekasi (1 kasus) - Kota Surabaya (1 kasus)
- Kota Jakarta Timur (2 kasus)
Data as received on 30 Jan 2021 - Kab. Bandung Barat (1 kasus) Kriteria KLB: hasil laboratorium kultur positif
- Kota Jakarta Barat (1 kasus)
- Kota Depok (1 kasus) (tidak termasuk hasil lab PCR)
Kab/Kota Terdampak Difteri Tahun 2021; 96 Kab/Kota di 23 Provinsi
Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Kota Pontianak 1. Kapuas 1. Kota Balikpapan
1. Kota Banda Aceh 1. Kota Kendari Provinsi Gorontalo
2. Kota Singkawang 2. Penajam Paser Utara 2. Buton
2. Aceh Timur 1. Pohuwato
3. Sintang Provinsi Kalimantan Selatan
3. Bireun
4. Sambas 1. Kota Baru
4. Kota Lhokseumawe Provinsi Sulawesi Selatan
5. Mempawah 2. Kota Banjar Baru
5. Nagan Raya 1. Kota Makassar
6. Melawi
7. Bengkayang 2. Luwu Provinsi Maluku
Provinsi Sumatera Utara 8. Kubu Raya 3. Bulukumba 1. Maluku Tenggara Barat
1. Langkat
2. Mandailing Natal Provinsi Papua Barat
3. Kota Medan 1. Kota Sorong
2. Raja Amat
Provinsi Sumatera Barat
1. Kota Pariaman Provinsi Papua
2. Solok Provinsi Lampung 1. Kota Jayapura
3. Kota Padang 1. Lampung Selatan
2. Lampung Utara
Provinsi Riau 3. Lampung Tengah Provinsi Jawa Barat
1. Kota Pekanbaru 4. Lampung Timur 1. Kota Bandung
5. Tulang Bawang 2. Kota Bogor
Provinsi Jambi 3. Bogor Provinsi Jawa Timur : Difteri konfirmasi lab
1. Kota Jambi 4. Cianjur Provinsi Jawa Tengah 1. Gresik 12. Kota Surabaya : Difteri klinis
2. Muaro Jambi 5. Majalengka 1. Sragen 2. Sidoarjo 13. Kota Madiun
Provinsi DKI Jakarta
6. Bekasi 2. Wonosobo 3. Jombang 14. Sampang
Provinsi Sumatera Selatan 1. Jakarta Utara Suspek difteri secara klinis sudah
7. Purwakarta 3. Temanggung 4. Tuban 15. Malang
2. Jakarta Barat termasuk kasus difteri namun sampel
1. Kota Palembang 8. Bandung 4. Kota Semarang 5. Ngawi 16. Nganjuk
3. Jakarta Selatan tidak diperiksa karena kasus meninggal,
2. Empat Lawang 9. Kota Bekasi 5. Kudus 6. Magetan 17. Kota Batu
4. Jakarta Timur atau pasien tidak mampu membuka
3. Musi Banyuasin 7. Blitar 18. Kota Blitar
5. Jakarta Pusat 10. Kota Depok
8. Pasuruan 19. Kota Mojokerto mulut karena kesakitan, atau sampel
11. Bandung Barat
Provinsi Bangka Belitung 9. Lumajang 20. Bangkalan diambil namun sudah tidak adekuat
12. Indramayu
1. Bangka 10. Situbondo 21. Bojonegoro untuk pemeriksaan laboratorium
Provinsi Banten 13. Kota Sukabumi
2. Bangka Tengah 1. Kab Tangerang 14. Karawang 11. Sumenep 22. Lamongan Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
15. Sukabumi 23. Tulungagung Data as received at Central on 30 Jan 2021
Suspek Difteri Per Minggu di Indonesia
Minggu 01, 2021 – Minggu 05, 2022
14
2021 = 235 suspek
2022 = 30 suspek
12
10
Jumlah kasus
0
Mg 1 - 2021
Mg 1 - 2022
2
3
4
5
6
7
8
9
2
3
4
5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Minggu Epid
Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
Data as received at Central on 06 Feb 2022
Kasus Difteri Per Provinsi di Indonesia
Perbandingan Week 05, 2021 dan 2022
2021
Difteri Konfirmasi Hubungan Epidemiologi
8
7 Difteri Kompatibel Klinis
6
Jumlah kasus
5 Difteri Konfirmasi Lab
4
3
2
1
JAKARTA 1 1
0
JAWA_TIMUR 7
JAWA_TENGAH 1
PAPUA 1
ACEH 2
LAMPUNG 1
KALIMANTAN_TE 1
JAWA_BARAT
2021 Week 05
NGAH
21 kasus
2022
Difteri Konfirmasi Hubungan Epidemiologi
7
6 Difteri Kompatibel Klinis
Jumlah kasus
5
Difteri Konfirmasi Lab
4
1
3
2
1
3
2022 Week 05 0
KALIMANTAN_BA 1
ACEH 3
SUMATERA_BAR 2
JAMBI 1
JAKARTA 1
SULAWESI_SELAT 1
NUSA_TENGGAR 1
BANTEN 1
30 kasus
JAWA_TIMUR
JAWA_BARAT
A_TIMUR
: 1 Diphtheria case
RAT
AT
AN
*Dots are randomly placed within provinces
Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
Data as received at Central on 06 Feb 2022
Kab/Kota Terdampak Difteri Tahun 2022; 20 Kab/Kota di 10 Provinsi
Minggu 05, 2022
Provinsi Aceh Provinsi Kalimantan Barat
1. Aceh Utara 1. Kota Pontianak
2. Bireun 2. Kota Singkawang Provinsi Sulawesi Selatan
3. Pidie 3. Sambas 1. Bone
4. Kubu Raya
Provinsi Jambi
1. Tanjung Jabung Barat
: Difteri konfirmasi lab
: Difteri klinis
Provinsi Banten
1. Pandeglang
Suspek difteri secara klinis sudah
termasuk kasus difteri namun sampel
Provinsi DKI Jakarta Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Jawa Barat tidak diperiksa karena kasus meninggal,
1. Kota Jakarta Timur 1. Ende
1. Bogor Provinsi Jawa Timur atau pasien tidak mampu membuka
2. Cirebon 1. Sampang mulut karena kesakitan, atau sampel
3. Karawang diambil namun sudah tidak adekuat
4. Sumedang untuk pemeriksaan laboratorium
5. Bekasi
Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
Data as received at Central on 06 Feb 2022
Common risk factors in the development of diphtheria
Lack of immunization
History of contact with diphtheria patients
History of chronic health conditions
History of travel to areas endemic for diphtheria
Overcrowding
Exposure to poor sanitary conditions
Poor personal hygiene
Sharing utensils and fomites with person suffering from diphtheria
Presence of skin lesion or eczema
Faktor Risiko terjadi KLB Difteri
Risk factors of
transmission
immunocomprom Overcrowding
ised states
Karier
Incomplete
Poor health
immunization
• Tempat jauh
• Ibu sibuk
Substandard
• Takut efek samping
living conditions
• Menolak imunisasi
WHO, 2009
SRH24/12/17
Perjalanan penyakit Difteri
Penularan difteria
Masa inkubasi (2–5 hari)
Gejala awal
● Demam tidak tinggi
● Lesu, kurang beraktifitas
● Tampak pseudomembran selaput keabuan di farings
Days to months
14-21 hari 1. Wharton & Vitek 2004, In: Vaccines (Ch 13)
Penyembuhan 2. CDC Pink Book. 2008:59–70
Klasifikasi Berdasar Lokasi
Difteri Tonsil Faring Difteri Laring Difteri Kulit:
(Faucial diphtheria) Merupakan perluasan difteri faring Tukak di kulit dengan pseudo-
membran pada dasarnya
Anoreksia, malaise, demam Gejala obstruksi saluran nafas atas
ringan, nyeri menelan (OSNA) lebih mencolok
Difteri Tidak lazim
Pseudomembran putih Lesi konjungtiva : kemerahan,
keabuan, sulit dilepaskan Stridor (inspriratoir) progresif
edema, pseudomembran pada
dari dasarnya.Usaha
melepaskan membran Retraksi supraklavikular / interkostal konjungtiva palpebra
perdarahan
Membran lepas OSNA berat Otitis eksterna: sekret purulen /
Dalam 2 – 3 hari perlu trakeostomi bau
pseudomembran melebar,
dapat menutupi tonsil / Difteri Hidung Vulvovaginal : hygiene yang
dinding faring, uvula, sangat buruk
Awal menyerupai common cold
palatum molle, laring,
Sekret hidung: Sexual transmitted diphtheria:
Limfadenitis servikalis /
submandibularis serosanguinus --> mukopurulen - ulkus multipel pada kulit skrotum
dan penis
Pseudomembran pada septum nasi
Edema jaringan lunak - satu kasus berupa non gono-
Bull neck Absorpsi fibrin lambat coccal urethritis
Diagnosis Banding Difteri
• Laryngotracheobronchitis
• Viral membranous tonsillitis :
demam tinggi, membran mudah dilepaskan • Peritonsillar abscess
• Retropharyngeal abscess
• Herpetic tonsillitis ( Gingivitis dan stomatitis )
Nasal diphtheria :
• Infectious mononeucleosis : Foreign body in nose
Disertai ruam kulit dan lymphadenopathy
Rhinorrhea
PEDOMAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIFTERI
Kementrian Kesehatan RI
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2017
Kriteria Klinis Difteri
Suspek Difteri Probable Difteri Kasus Konfirmasi
Orang dengan gejala faringitis, Kasus Suspek Difteri ditambah salah Kasus konfirmasi
tonsilitis, laringitis, trakeitis atau satu dari: laboratorium: kasus suspek
kombinasinya disertai: Pernah kontak dengan kasus dengan hasil kultur positif
(< 2 minggu) Corynebacterium diphtheriae
Demam tidak tinggi Imunisasi tidak lengkap, termasuk strain toksigenik
belum booster atau
Terdapat pseudomembran Berada di daerah endemis Difteri PCR positif Corynebacterium
putih keabu-abuan yang Stridor , Bullneck diphtheriae yang telah
sulit dilepaskan, mudah Miokarditis dan/ atau komplikasi dikonfirmasi dengan Elek test
berdarah bila dilepas atau lain
bila dilakukan manipulasi Perdarahan submukosa atau * Kasus konfirmasi hubungan
petekie pada kulit epidemiologi: kasus suspek
Gagal jantung toksik, gagal ginjal dan mempunyai hubungan
akut epidemiologi dengan kasus
Meninggal konfirmasi laboratorium
• Siapapun yang kontak erat dengan kasus dalam 7 hari terakhir dianggap
berisiko tertular.
• Kontak erat penderita dan karier meliputi
Anggota keluarga serumah
Teman, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi rumah
Teman di sekolah, teman les, teman mengaji, teman sekerja
Petugas kesehatan di lapangan dan di rumah sakit
(tanpa menggunakan APD sesuai prosedur)
Carrier diphtheria
• discarded : kasus suspek difteri yang setelah dikonfirmasi oleh ahli tidak
memenuhi kriteria suspek difteri
• Faktor risiko utama KLB adalah menurunnya kekebalan komunitas akibat cakupan
imunisasi difteri yang rendah
TERIMA KASIH