2931 6113 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA


TERHADAP DIREKTUR PERSEROAN
YANG DAHULU BERSTATUS SEBAGAI PEKERJA
PADA PERSEROAN YANG SAMA
Agus Suprayogi, Sulaiman Tjoa
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul
Jln. Arjuna Utara No.9, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta - 11510
suprayogiagus78@gmail.com

Abstract
The legal relationship between Worker/Labour and Entrepreneur is a subordinate working
relationship based on the Employment Agreement between the parties. The economic and social
position differences between Worker/Labour and Entrepreneur poses an unbalanced position.
Therefore, in the industrial relations there is a government intervention as regulators or
policymakers have an obligation to create a balanced industrial relationship among the interests of
Worker/Labour, Entrepreneur, and governments. In the event of termination of employment which
should be avoided and can only occur based on the agreement of the parties or the decision of the
settlement institution of industrial relations dispute as stipulated in Law No. 3 of 2013
concerning Employment. While the legal relationship of Board of Directors and Board of
Commissioners with the General Meeting of Shareholders (GMS) of a limited liability company is
the civil law stipulated in the Law of the Republic of Indonesia No. 40 of 2007 concerning Limited
Liability Company. The appointment and dismissal of a Member of the Board of Directors by the
General Meeting of Shareholders (GMS) is as the fiduciary duty holder who is solely responsible
for the management of the company for the purposes and objectives of the company and represents
the company both inside and outside the court. Therefore, a Member of the Board of Directors is
not the Worker/Labour or employee governed by the Law of the Republic of Indonesia No. 13 of
2003 concerning Employment. If a Worker/Labour or employee in a working relationship is
appointed by the General Meeting of Shareholders (GMS) to be a Member of the Board of
Directors/Commissioners, since the appointment, the legal status of the employee concerned,
changed from an employment relationship (as a worker) to a (purely) civil relations, even though
he/she is not a shareholder.

Keywords: Termination, company director, right arises

Abstrak
Hubungan hukum antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha adalah hubungan kerja
yang bersifat subordinasi yang didasari oleh Perjanjian Kerja diantara para pihak.
Perbedaan kedudukan secara ekonomi dan sosial antara pekerja/buruh dan pengusaha
menimbulkan posisi yang tidak seimbang. Oleh karena itu di dalam hubungan industrial
terdapat campur tangan Pemerintah sebagai regulator atau pembuat kebijakan
mempunyai kewajiban untuk menciptakan hubungan industrial yang seimbang antara
kepentingan pekerja/buruh, pengusaha, dan pemerintah. Dalam hal Pemutusan
Hubungan Kerja, ini merupakan langkah yang harus dihindari dan hanya dapat terjadi
atas kesepakatan para pihak atau putusan dari lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2013
tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan hubungan hukum Anggota Direksi dan Komisaris
dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada suatu Perseroan Terbatas adalah
hubungan hukum perdata yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.Pengangkatan dan pemberhentian
seorang AnggotaDireksioleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah sebagai
pemegang amanat(fiduciary duty) yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusanPerseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan mewakiliPerseroan
baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian, seorang anggota Direksi
bukanlah Pekerja/Buruh atau karyawan yang diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Apabila seorang
Pekerja/Buruh atau karyawan yang berada dalam hubungan kerja diangkat Rapat

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 182


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja
Umum Pemegang Saham (RUPS) menjadi Anggota Direksi/Komisaris, maka sejak
pengangkatan tersebut, status hubungan hukum karyawan yang bersangkutan, berubah
dari hubungan kerja (sebagai Pekerja) menjadi (murni) hubungan perdata, walaupun ia
bukan Pemegang Saham.

Kata kunci: Pemutusan hubungan kerja, direktur persero, muncul hak

Pendahuluan hukum, atau badan-badan lainnya yang


Pembangunan nasional dilaksanakan mempekerjakan Tenaga Kerja dengan
dalam rangka pembangunan manusia membayar upah atau imbalan dalam bentuk
Indonesia seutuhnya dan pembangunan lain. Sedangkan Pengusaha adalah:
masyarakat Indonesia seluruhnya melibatkan a. orang perseorangan, persekutuan, atau
Tenaga Kerja yang memiliki peran dan badan hukum yang menjalankan suatu
kedudukan yang penting. Peningkatan Perusahaan milik sendiri;
perlindungan terhadap Tenaga Kerja b. orang perseorangan, persekutuan, atau
dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar badan hukum yang secara berdiri sendiri
Pekerja/Buruh dan menjamin kesamaan menjalankan Perusahaan bukan miliknya;
kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi c. orang perseorangan, persekutuan, atau
atas dasar apapun untuk mewujudkan badan hukum yang berada di Indonesia
kesejahteraan Pekerja/Buruh dan keluarganya mewakili Perusahaan sebagaimana
dengan tetap memperhatikan perkembangan dimaksud dalam huruf a dan b yang
kemajuan dunia usaha. berkedudukan di luar wilayah
Di beberapa negara, Tenaga Kerja juga Indonesia.(Indonesia 2003)
dijadikan aset terpenting karena memberikan Pada prinsipnya Pengusaha adalah
pemasukan kepada negara yang bersangkutan. pihak yang menjalankan Perusahaan baik milik
Sangat beruntung sekali bagi negara-negara sendiri maupun bukan. Secara umum istilah
yang memiliki jumlah penduduk yang besar, Pengusaha adalah orang yang melakukan suatu
karena negara tersebut pasti memiliki jumlah usaha. Istilah yang dipergunakan dalam per-
Tenaga Kerja yang besar pula. Dalam aturan perundang-undangan adalah majikan
pelaksanaan pembangunan nasional Tenaga yaitu orang atau badan yang mempekerjakan
Kerja mempunyai peranan dan kedudukan Buruh.
yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan Sebagai pemberi kerja, Pengusaha
pembangunan.(Sulistiyo 2018, 1) adalah seorang majikan dalam hubungannya
Menurut Undang-Undang Nomor 13 dengan Pekerja/Buruh. Pada sisi yang lain,
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Tenaga Pengusaha yang menjalankan Perusahaan
Kerja adalah setiap orang yang mampu bukan miliknya adalah seorang Pekerja/Buruh
melakukan pekerjaan guna menghasilkan dalam hubungannya dengan pemilik Peru-
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi sahaan atau pemegang saham karena bekerja
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. dengan menerima upah atau imbalan dalam
Sedangkan Pekerja/Buruh adalah setiap orang bentuk lain. Harus dibedakan pula antara
yang bekerja dengan menerima upah atau Pengusaha dan Perusahaan karena ada
imbalan dalam bentuk lain. Pekerja/Buruh Pengusaha yang sekaligus pemilik Perusahaan
merupakan bagian dari Tenaga Kerja yaitu dan ada yang tidak.
Tenaga Kerja yang bekerja di dalam Hubungan Hubungan kerja yaitu hubungan antara
kerja, dibawah perintah pemberi kerja. Se- Pekerja/Buruh dan Pengusaha, terjadi setelah
hingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan diadakan Perjanjian Kerja antara Pekerja/
bahwa Pekerja/Buruh adalah orang yang Buruh dan Pengusaha, Pekerja/Buruh menya-
bekerja kepada seseorang dengan perjanjian takan kesanggupannya untuk bekerja pada
tertentu untuk mendapatkan upah dari orang majikan dengan menerima upah dan majikan
yang mempekerjakan. menyatakan kesanggupannya untuk memper-
Pemberi kerja memiliki arti yang luas, kerjakan Pekerja/Buruh dengan membayar
yaitu orang perseorangan, Pengusaha, badan upah. Hubungan kerja timbul jika ada

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 183


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

Pengusaha dan Pekerja/Buruh, setelah terjadi Pengusaha karena akibat dari kesalahan dari
setelah adanya perjanjian dimana Pekerja/ pihak pekerja. Dari penjelasan diatas bahwa
Buruh mengikatkan diri untuk bekerja dan Pemutusan Hubungan Kerja dapat dilakukan
menerima upah pada pihak Pengusaha yang oleh Pengusaha dan dapat juga dilakukan oleh
mengikatkan diri untuk memperkerjakan pekerja.
Pekerja/Buruh dengan memberikan upah. Ciri Perseroan Terbatas, menurut Undang-
khas dari hubungan kerja adalah dibawah Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perintah orang lain dengan menerima upah. Perseroan Terbatas memberi definisi badan
Dari hubungan kerja yang timbul antara hukum yang merupakan persekutuan modal,
Pekerja/Buruh dan Pengusaha tidak berjalan didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
mulus, kadang sering terjadi sengketa atau kegiatan usaha dengan modal dasar yang
perselisihan antara keduanya dan penyele- seluruhnya terbagi dalam saham dan meme-
saiannya bisa berakhir di jalur hukum. nuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Berdasarkan pasal 61 ayat (1) Undang- Undang-Undang ini serta peraturan pelaksa-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang naannya. Dimana terdapat Organ Perseroan
Ketenagakerjaan bahwa Perjanjian Kerja adalah Rapat Umum Pemegang Saham,
berakhir apabila: Direksi, dan Dewan Komisaris.
a. pekerja meninggal dunia; Dari adanya organ seperti Rapat Umum
b. berakhirnya jangka waktu Perjanjian Kerja; Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan
c. adanya putusan pengadilan dan/atau Direksi itulah suatu Perseroan dapat dikatakan
putusan atau penetapan lembaga bulat sebagai Perseroan, tanpa adanya organ
penyelesaian Perselisihan Hubungan tersebut maka suatu Perseroan tidak dapat
Industrial yang telah mempunyai kekuatan dikatakan sebagai Perseroan, dengan kata lain
hukum tetap; atau yang disebut Perseroan adalah Organ
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang Perseroan.
dicantumkan dalam Perjanjian Kerja, Rapat Umum Pemegang Saham adalah
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Organ Perseroan yang mempunyai wewenang
Bersama yang dapat menyebabkan yang tidak diberikan kepada Direksi atau
berakhirnya hubungan kerja. Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
Dari pengertian hubungan kerja dan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Perjanjian Kerja, maka jelaslah bahwa tentang Perseroan Terbatas dan/atau anggaran
hubungan kerja sebagai bentuk hubungan dasar. Sedangkan Direksi adalah Organ
hukum, baru lahir setelah adanya Perjanjian Perseroan yang berwenang dan bertanggung
Kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
sehingga dapat disimpulkan bahwa Perjanjian kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud
Kerja merupakan dasar dari lahirnya dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
Hubungan kerja.(Taufiq dan Hidayat 2011) baik di dalam maupun di luar pengadilan
Pemutusan Hubungan Kerja yaitu sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal Pasal 105 ayat (1) Undang-Undang
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
dan kewajiban antara Pekerja/Buruh dan Terbatas menyebutkan bahwa anggota Direksi
Pengusaha. Pemutusan Hubungan Kerja juga dapat diberhentikan sewaktu-waktu berda-
dibagi menjadi dua yaitu Pemutusan Hubu- sarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan
ngan Kerja secara sukarela dan Pemutusan alasannya. Keputusan RUPS untuk member-
Hubungan Kerja tidak sukarela. Pemutusan hentikan anggota Direksi dapat dilakukan
Hubungan Kerja secara sukarela adalah dengan alasan yang bersangkutan tidak lagi
Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan memenuhi persyaratan sebagai anggota Direksi
oleh Pekerja, Pekerja dapat mengajukan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini,
pengunduran diri kepada Pengusaha secara antara lain melakukan tindakan yang
tertulis tanpa paksaan/intimidasi dari pihak merugikan Perseroan atau karena alasan lain
Pengusaha atau majikan. Pemutusan Hubu- yang dinilai tepat oleh RUPS.
ngan Kerja secara tidak sukarela Pemutusan Pengembangan adalah peningkatan
Hubungan Kerja yang dilakukan oleh pribadi yang dilakukan seseorang untuk

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 184


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

mencapai suatu rencana karir dan peningkatan Dengan demikian terdapat benang
oleh departemen personalia untuk mencapai merah yang memisahkan Pekerja menurut
suatu rencana kerja sesuai dengan jalur atau Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
jenjang organisasi.(Ardana, Mujiati, dan Utama Ketenagakerjaan dan direktur/Direksi yang
2012, hlm. 117) merupakan organ Perusahaan menurut
Karir adalah keseluruhan jabatan/ Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
pekerjaan/posisi yang dapat diduduki sese- Perseroan Terbatas.
orang selama kehidupan kerjanya dalam Berdasarkan uraian latar belakang
organisasi atau dalam beberapa organisasi. tersebut di atas, maka terdapat beberapa pokok
(Hariandja 2005, hlm. 219) Dari sudut pandang permasalahan yang dirumuskan, yaitu:
pegawai, jabatan merupakan suatu hal yang 1. Bagaimana status Pekerja/Buruh yang
sangat penting sebab setiap orang mengi- diangkat menjadi anggota Direksi melalui
nginkan suatu jabatan yang sesuai dengan Rapat Umum Pemegang Sahampada
keinginannya dan menginginkan jabatan Perseroan yang sama ?
setinggi mungkin sesuai dengan kemam- 2. Kapan hak atas Uang Pesangon muncul
puannya. Jabatan yang lebih tinggi biasanya ketika Pekerja/Buruh diangkat menjadi
mengakibatkan gaji yang lebih besar, tanggung anggota Direksi melalui Rapat Umum
jawab yang lebih besar, dan pengetahuan yang Pemegang Saham pada Perseroan yang
lebih baik, yang biasanya diharapkan oleh sama ?
pegawai. Oleh karena itu, ketika seseorang
memasuki dunia kerja, orang tersebut mungkin Metode Penelitian
akan bertanya apakah tujuan karirnya (sebagai Penelitian akan senantiasa bermula dari
jabatan tertinggi yang diharapkan) akan dapat rasa ingin tahu (niewgierigheid) untuk
dicapai di organisasi tempat dia bekerja. menemukan jawaban terhadap suatu
Bilamana seseorang melihat bahwa tujuan permasalahan aktual yang dihadapi. Jika
karirnya tidak dapat dicapai di organisasi jawaban terhadap suatu permasalahan telah
tersebut, orang tersebut mungkin tidak akan diketahui, maka tidak perlu lagi diadakan
mempunyai semangat kerja yang tinggi atau penelitian.(Efendi dan Ibrahim 2016, hlm. 123)
tidak termotivasi untuk bekerja atau bahkan Metode pendekatan yang digunakan
akan meninggalkan organisasi. dalam penelitian ini adalah dengan meng-
Promosi adalah suatu perubahan posisi gunakan metode pendekatan normatif, yakni
atau jabatan dari tingkat yang lebih rendah ke bagaimana hukum didayagunakan sebagai
tingkat yang lebih tinggi, perubahan ini instrumen mewujudkan teori atau asas
biasanya akan diikuti dengan meningkatnya kausalitas dalam perselisihan Pemutusan
tanggung jawab, hak, serta status sosial sese- Hubungan Kerja antara Perusahaan dan
orang. Telah menjadi harapan bagi Pekerja/ Pekerja/Buruh.
Buruh Perusahaan, jika mendapatkan promosi Dengan menggunakan pendekatan
yang membawa dirinya ke jenjang yang lebih undang-undang (statute approach), penulis
tinggi. Apalagi jika bisa menduduki jabatan di melakukan kajian terhadap kasus perselisihan
jajaran manajemen Perusahaan, seperti seorang Pemutusan Hubungan Kerja terkait hak-hak
direktur yang pada umumnya di Indonesia Pekerja yang seharusnya diperoleh (uang
diduduki oleh pemegang saham atau orang- pesangon, uang penghargaan masa kerja dan
orang kepercayaan mereka. uang penggantian hak).
Direksi dan pemilik Perusahaan atau Dalam penulisan ini, penulis hanya
pemegang saham memiliki hubungan yang menggunakan data sekunder yang mencakup:
dibangun berdasarkan prinsip kepercayaan a. Bahan hukum primer, yakni data yang
(fiduciary duties) dan pemberian amanat (legal bersumber pada peraturan perundang-
mandatory). Tidak seperti karyawan dan mana- undangan yang berhubungan dengan
jemen Perusahaan yang bersifat subordinasi, obyek yang diteliti.
Direksi dan pemegang saham sama-sama b. Bahan hukum sekunder, bersumber pada
membangun koordinasi atau partnership yang buku-buku literatur, dan arsip penulisan
setara dan saling berhubungan. terdahulu yang berkaitan dengan obyek
atau materi penulisan.

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 185


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang Berdasarkan ketentuan Pasal 50


memberikan petunjuk maupun penjelasan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
terhadap bahan hukum primer dan Ketenagakerjaan, hubungan kerja terjadi karena
sekunder, contohnya adalah kamus. adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha
Data sekunder dikumpulkan dengan dengan Pekerja/Buruh. Unsur-unsur Perjanjian
cara melakukan studi kepustakaan dan studi Kerja yang menjadi dasar hubungan kerja
dokumen, yaitu pengambilan data yang sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 4
berdasarkan pada Peraturan Perundang- Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013:
undangan, buku-buku literatur, karya ilmiah a. Adanya pekerjaan/arbeid, yaitu pekerjaan
sarjana dan dokumen-dokumen yang berkaitan itu bebas sesuai dengan kesepakatan antara
dengan pokok permasalahan yang sedang Buruh dan majikan, asalkan tidak
diteliti untuk selanjutnya dipelajari sebagai satu bertentangan dengan peraturan perundang-
kesatuan yang utuh. undangan, kesusilaan, dan ketertiban
Data yang diperoleh kemudian di- umum;
sajikan dalam bentuk teks naratif yang disusun b. Di bawah perintah/gezag ver houding, dalam
secara sistematis, sebagai satu kesatuan yang hubungan kerja kedudukan majikan adalah
utuh. pemberi kerja, sehingga ia berhak dan
Data yang diperoleh akan dianalisis sekaligus berkewajiban untuk memberikan
secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan perintah-perintah yang berkaitan dengan
dengan memahami dan merangkai data yang pekerjaan. Kedudukan Buruh sebagai pihak
telah dikumpulkan dan disusun secara siste- yang menerima perintah untuk
matis, kemudian ditarik kesimpulan. Kesim- melaksanakan pekerjaan. Hubungan antara
pulan yang diambil dengan menggunakan cara Buruh dan majikan adalah hubungan yang
berpikir deduktif. dilakukan antara atasan dan bawahan,
sehingga bersifat subordinasi (hubungan
Hail dan Pembahasan yang bersifat vertikal, yaitu atas ke bawah);
Hubungan Kerja c. Adanya upah tertentu/loan, yaitu imbalan
Hubungan kerja yang terjadi antara atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh
Pengusaha dan Pekerja memiliki beberapa Buruh, yang dalam pasal 1 angka 30
pengertian, yaitu: disebutkan upah adalah hak Pekerja/Buruh
a. Dalam pasal 1 angka 15 Undang-Undang yang diterima dan dinyatakan dalam
Nomor 13 Tahun 2003 tentang bentuk uang sebagai imbalan dari
Ketenagakerjaan menyebutkan hubungan Pengusaha atau pemberi kerja kepada
kerja adalah hubungan antara Pengusaha Pekerja/Buruh yang ditetapkan dan
dengan Pekerja/Buruh berdasarkan dibayarkan menurut suatu Perjanjian Kerja,
Perjanjian Kerja yang mempunyai unsur kesepakatan, atau peraturan perundang-
pekerjaan, upah, dan perintah. undangan, termasuk tunjangan bagi
b. Menurut Zainal Asikin, hubungan kerja Pekerja/Buruh dan keluarganya atas suatu
adalah hubungan antara Buruh dan pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
Majikan setelah adanya Perjanjian Kerja, akan dilakukan;
yaitu suatu perjanjian dimana pihak kesatu, d. Dalam waktu/tijd yang ditentukan, artinya
si Buruh mengikatkan dirinya pada pihak Buruh bekerja untuk waktu yang
lain, si majikan untuk bekerja dengan ditentukan atau untuk waktu yang tidak
mendapatkan upah, dan majikan tentu atau selama-lamanya. Untuk waktu
menyatakan kesanggupannya untuk tertentu dikenal dengan istilah kontrak
memperkerjakan si Buruh dengan kerja dan Pekerja harian lepas. Sedangkan
membayar upah.(Asikin et al. 2016, hlm. 65) untuk waktu yang tidak tertentu dikenal
c. Menurut Lalu Husni, hubungan kerja dengan Pekerja tetap.
adalah hubungan antara Pekerja dengan
Pengusaha yang terjadi setelah adanya Perjanjian Kerja yang dibuat antara
Perjanjian Kerja.(Husni 2019, hlm. 61) Pekerja dan Perusahaan menyebabkan adanya
hubungan kerja antara keduanya. Berikut ini
pengertian tentang Perjanjian Kerja:

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 186


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

a. Dalam pasal 1 angka 14 Undang-Undang Pemutusan Hubungan Kerja, yaitu:


Nomor 13 Tahun 2003 tentang a. Pemutusan Hubungan Kerja demi hukum
Ketenagakerjaan menyebutkan Perjanjian Pemutusan Hubungan Kerja demi hukum
Kerja adalah perjanjian antara terjadi bila karena satu dan lain hubungan
Pekerja/Buruh dengan Pengusaha atau kerja oleh hukum dianggap sudah tidak ada
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat dan oleh karena itu tidak ada alas hak yang
kerja, hak, dan kewajiban para pihak. cukup dan layak bagi satu pihak untuk
b. Menurut Imam Soepomo yang dikutip oleh menuntut pihak lainnya guna tetap
Lalu Husni dalam buku yang berjudul mengadakan hubungan kerja. Pemutusan
Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja demi hukum dapat terjadi
Indonesia, Perjanjian Kerja adalah suatu dalam hal:
perjanjian dimana pihak kesatu Buruh, 1. Perjanjian Kerja jangka waktu
mengikatkan diri untuk bekerja dengan tertentu berakhir setelah selesainya
menerima upah pada pihak lain yakni jangka waktu atau tercapainya
majikan, dan majikan mengikatkan diri pekerjaan tertentu yang
untuk memperkerjakan Buruh dengan diperjanjikan.
membayar upah. 2. Pekerja/Buruh meninggal dunia,
menurut pasal 61 ayat (1) huruf a
Suatu Perjanjian Kerja dapat meliputi Undang-Undang Nomor 13 Tahun
berbagai jenis pekerjaan, sepanjang pekerjaan 2003 tentang Ketenagakerjaan,
tersebut diperlukan oleh pemberi kerja. Perjanjian Kerja berakhir apabila
Perjanjian Kerja yang diatur oleh Undang- Pekerja meninggal dunia.
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang 3. Pekerja/Buruh memasuki masa
Ketenagakerjaan dapat dibagi menjadi dua, pensiun sebagaimana telah
yakni:(Suprayogi 2019, hlm.4-5) ditetapkan dalam Perjanjian Kerja,
a. Berdasarkan bentuk, yang dapat dibuat: peraturan Perusahaan, atau
1. Secara tertulis dan Perjanjian Kerja bersama maka
2. Secara lisan hubungan kerjanya berakhir demi
b. Berdasarkan jenisnya terdiri dari: hukum.
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu b. Pemutusan Hubungan Kerja oleh pihak
(PKWT) dan Buruh.
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Pekerja/Buruh sebagai manusia merdeka
Tertentu (PKWTT). berhak memutuskan hubungan kerja
dengan cara mengundurkan diri atas
Perbedaan yang paling mendasar antara kemauan sendiri, tanpa paksaan dan tanpa
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan penetapan oleh lembaga Penyelesaian
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu Perselisihan Hubungan Industrial (Pasal
(PKWTT) adalah pada jangka waktunya dan 154 huruf b Undang-Undang Nomor 13
haknya. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).
dapat diperpanjang satu kali dan diperbarui c. Pemutusan Hubungan Kerja oleh pihak
satu kali, sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Pengusaha;
Tidak Tertentu hubungan kerjanya berakhir Pengusaha dapat melakukan Pemutusan
sampai batas usia pensiun yang diatur dalam Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh
Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja dengan alasan:
Bersama. Dari segi hak apabila hubungan kerja 1. Melakukan kesalahan berat
berakhir karyawan Perjanjian Waktu Tidak sebagaimana yang tercantum dalam
Tertentu (PKWTT) berhak atas pesangon, pasal 158 ayat (1) Undang-Undang
penghargaan masa kerja dan penggantian Nomor 13 Tahun 2003 tentang
pengobatan dan perumahan, sedangkan Ketenagakerjaan;
karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu 2. Pekerja/Buruh ditahan pihak yang
(PKWT) tidak berhak. berwajib karena diduga melakukan
Dalam teori Hukum Perburuhan tindak pidana bukan atas
dikenal dengan adanya 4 (empat) jenis pengaduan Pengusaha dan pekerja/

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 187


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

Buruh tidak dapat melaksanakan untuk memberi sesuatu yang semestinya


pekerjaan sebagaimana mestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak
(Pasal 160 Undang-Undang Nomor tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun
13 Tahun 2003 tentang yang pada prinsipnya dapat dituntut secara
Ketenagakerjaan). paksa oleh yang berkepentingan.(Nurwardani
3. Karena perubahan status, et al. 2016, hlm. 117)
penggabungan, peleburan, atau Pasal 156 Undang-Undang Nomor 13
perubahan kepemilikan Perusahaan Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(pasal 163 ayat (1) dan ayat (2) menyebutkan bahwa dalam hal terjadi
Undang-Undang Nomor 13 Tahun Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha
2003 tentang Ketenagakerjaan). diwajibkan membayar uang pesangon dan atau
4. Karena Perusahaan tutup karena uang penghargaan masa kerja dan uang
mengalami kerugian selama 2 tahun penggantian hak yang seharusnya diterima.
berturut-turut dibuktikan dengan Untuk mendapatkan perhitungan ini terdapat 3
laporan keuangan yang diaudit oleh komponen variabel yang menjadi dasar
akuntan publik, karena keadaan perhitungan, yaitu:
memaksa (force majeur) atau karena a. Komponen upah, yang terdiri dari:
melakukan efisiensi (pasal 164 1. Upah pokok adalah imbalan dasar yang
Undang-Undang Nomor 13 Tahun dibayarkan kepada Pekerja menurut
2003 tentang Ketenagakerjaan). tingkat atau jenis pekerjaan yang
d. Pemutusan Hubungan Kerja oleh besarnya ditetapkan berdasarkan
pengadilan. kesepakatan.
Pemutusan Hubungan Kerja oleh 2. Tunjangan tetap adalah suatu
pengadilan merupakan akibat dari sengketa pembayaran yang teratur berkaitan
antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh yang dengan pekerjaan yang diberikan secara
berlanjut sampai ke proses pengadilan. tetap untuk Pekerja dan keluarganya
Selama putusan oleh lembaga penyelesaian serta dibayarkan dalam satuan waktu
perselisihan hubungan industrial belum yang sama, dengan pembayaran upah
ditetapkan, Pengusaha maupun pokok, seperti Tunjangan Istri;
Pekerja/Buruh harus tetap melaksanakan Tunjangan Anak; Tunjangan
kewajiban masing-masing. Apabila Perumahan; Tunjangan Kemahalan;
Pengusaha tidak melakukan skorsing Tunjangan Daerah dan lain-lain.
selama proses Pemutusan Hubungan Kerja Tunjangan Makan dan Tunjangan
maka upah beserta hak-hak lain yang biasa Transport dapat dimasukkan dalam
diterima Pekerja/Buruh wajib tetap komponen tunjangan tetap apabila
dibayarkan oleh Pengusaha. pemberian tunjangan tersebut tidak
dikaitkan dengan kehadiran, dan
Di dalam Undang-Undang Nomor 13 diterima secara tetap oleh Pekerja
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menurut satuan waktu, harian atau
menjelaskan tentang hak dan kewajiban dari bulanan.
Pekerja/Buruh dalam melaksanakan b. Masa kerja, dihitung sejak pertama kali
pekerjaannya, hal ini bertujuan untuk terjadinya hubungan kerja antara
melindungi dan membatasi status hak dan Pekerja/Buruh dengan Pengusaha,
kewajiban dari Pekerja/Buruh dari Pengusaha berdasarkan Perjanjian Kerja (Pasal 50
yang sesuai dengan harkat dan martabat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
kemanusiaan dalam lingkungan kerja. Menurut tentang Ketenagakerjaan) dan Perjanjian
Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S.H., menyebutkan Kerja dapat dibuat secara tertulis atau lisan
hak adalah kekuasaan untuk menerima atau (Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor
melakukan sesuatu yang semestinya diterima 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan c. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja,
tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang menentukan besaran koefisien pengali
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa dalam memperoleh uang pesangon dan
olehnya. Sedangkan kewajiban adalah beban uang penghargaan masa kerja sebagaimana

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 188


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

yang ditentukan dalam ketentuan Undang- Dewan Komisaris dalam batas yang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ditentukan dalam Undang-Undang ini
Ketenagakerjaan. dan/atau anggaran dasar.
b. Direksi adalah Organ Perseroan yang
Perseroan Terbatas berwenang dan bertanggung jawab penuh
Menurut pasal 1 angka 1 Undang- atas pengurusan Perseroan untuk
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang kepentingan Perseroan, sesuai dengan
Perseroan Terbatas menyebutkan Perseroan maksud dan tujuan Perseroan serta
Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, mewakili Perseroan, baik di dalam maupun
adalah badan hukum yang merupakan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan anggaran dasar.
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan c. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam yang bertugas melakukan pengawasan
saham dan memenuhi persyaratan yang secara umum dan/atau khusus sesuai
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta dengan anggaran dasar serta memberi
peraturan pelaksanaannya.(Indonesia 2007) nasihat kepada Direksi.
Dari definisi yang dinyatakan dalam
pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Adapun yang menjadi fungsi dan
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dapat kewenangan masing-masing organ perusahaan
ditarik beberapa unsur dari pengertian sebagai berikut:
Perseroan Terbatas, yaitu:(Sardjono et al. 2014, a. Rapat Umum Pemegang Saham
hlm.70-71) Rapat Umum Pemegang Saham merupakan
a. Perseroan Terbatas adalah badan hukum Organ Perseroan Terbatas yang memiliki
b. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan kewenangan yang oleh undang-undang
perjanjian tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan
c. Perseroan Terbatas adalah persekutuan Komisaris. Artinya Rapat Umum Pemegang
modal Saham mempunyai wewenang selain dari
d. Perseroan Terbatas tunduk pada Undang- wewenang pengurusan (managing) Perse-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang roan Terbatas. Wewenang Rapat Umum
Perseroan Terbatas. Pemegang Saham antara lain mengangkat
Karakteristik Perseroan Terbatas yang dan memberhentikan Direksi dan Dewan
utama adalah bahwa Perseroan Terbatas Komisaris, meminta pertanggungjawaban
merupakan badan hukum (legal entity). Sebagai Direksi dan Dewan Komisaris, menetapkan
pribadi ciptaan hukum, tentu saja wujud pembagian deviden dan dana cadangan,
Perseroan Terbatas bersifat abstrak (artificial). mengubah Anggaran Dasar, menetapkan
Perseroan Terbatas sebagai subjek hukum kebijakan umum Perseroan seperti
artifisial tentu saja tidak dapat melakukan memutuskan untuk merger, konsolidasi,
kegiatan apa-apa, karena wujud nyatanya tidak atau mengakuisisi Perusahaan lainnya, dan
ada. Oleh karena itu, agar Perseroan Terbatas sebagainya.(Sardjono et al. 2014, hlm.79)
dapat melakukan tindakan hukum dalam Agar Rapat Umum Pemegang Saham dapat
mencapai tujuannya, diperlukan organ untuk menjalan fungsi dan wewenangnya, maka
menjalankan usahanya.(Sardjono et al. 2014, persyaratan mengenai keabsahan Rapat
hlm.79) Umum Pemegang Saham harus terpenuhi
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang- terlebih dahulu, antara lain:
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang 1. Mengenai prosedur penyeleng-
Perseroan Terbatas, Organ Perseroan adalah garaannya karena berdampak pada
Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan keabsahan putusan-putusannya;
Dewan Komisaris dengan pengertian sebagai 2. Kuorum rapat juga menentukan
berikut: keabsahan hasil putusan.
a. Rapat Umum Pemegang Saham, yang 3. Jumlah suara yang dibutuhkan
selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ untuk pengambilan keputusan
Perseroan yang mempunyai wewenang (voting) yang mengikat Perseroan
yang tidak diberikan kepada Direksi atau Terbatas.

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 189


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

Pasal 91 Undang-Undang Nomor 40 Tahun c. Dewan Komisaris


2007 tentang Perseroan Terbatas Dewan Komisaris bertanggung jawab atas
memberikan ruang bagi pemegang saham pengawasan Perseroan serta dengan itikad
untuk mengambil keputusan di luar Rapat baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab
Umum Pemegang Saham yang mengikat dalam menjalankan tugas pengawasan dan
Perseroan Terbatas yang bersangkutan. pemberian nasihat kepada Direksi untuk
Caranya dengan mengedarkan surat berisi kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
usulan yang harus diputuskan oleh para maksud dan tujuan Perseroan.
pemegang saham. Cara ini biasanya disebut Jika di dalam Anggaran Dasar Perseroan
dengan istilah keputusan ‘sirkuler’. Agar Terbatas yang bersangkutan ditetapkan
keputusan para pemegang saham ini pemberian wewenang kepada Dewan
mengikat Perseroan Terbatas yang Komisaris untuk memberikan persetujuan
bersangkutan, syaratnya semua pemegang atau bantuan kepada Direksi dalam
saham (100%) harus menyetujui secara melakukan perbuatan hukum tertentu,
tertulis usulan yang bersangkutan dengan maka hal ini harus dipatuhi oleh
menandatangani surat yang berisi usulan DireksiPerseroan Terbatas.
tersebut.
b. Direksi Direksi Bukanlah Pekerja
Direksi berwewenang menjalankan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan Terbatas menyebut Direksi adalah Organ
tujuan Perseroan. Dalam menjalankan Perseroan yang berwenang dan bertanggung
kegiatan usaha Perseroan, Direksi wajib jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk
melaksanakan tugasnya dengan itikad baik kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud
dan penuh tanggung jawab, serta dilakukan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan,
sepenuhnya untuk kepentingan Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang bersangkutan. Jadi dapat disimpulkan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
bahwa kewenangan Direksi dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
menjalankan pengurusan Perseroan Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dibatasi oleh: juga menyatakan bahwa Direksi (pengelola
1. Peraturan perundang-undangan; Perseroan) adalah Pengusaha.
2. Maksud dan tujuan Perseroan Pengusaha adalah:
sebagaimana dirumuskan dalam a. orang perseorangan, persekutuan, atau
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas; badan hukum yang menjalankan suatu
3. Pembatasan-pembatasan lain yang
perusahaan milik sendiri;
diatur dalam Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas. b. orang perseorangan, persekutuan, atau
badan hukum yang secara berdiri
Tugas utama Direksi adalah:(Sardjono et al. sendiri menjalankan perusahaan
2014, hlm.81) bukan miliknya;
a. Mengelola (managing) kegiatan c. orang perseorangan, persekutuan, atau
Perusahaan sehingga tujuan utama
badan hukum yang berada di
untuk mencari laba dapat terwujud;
Indonesia mewakili perusahaan
b. Mencatat atau membuat
pembukuan (administration) atas sebagaimana dimaksud dalam huruf a
seluruh kekayaan (assets) dan b yang berkedudukan di luar
Perusahaan; wilayah Indonesia.
c. Mewakili Perusahaan (representing as
an agent) dalam melakukan tindakan Menurut teori organisme dari Otto von
hukum untuk kepentingan Gierke, pengurus adalah organ atau alat
Perusahaan. kelengkapan dari badan hukum. Seperti halnya
manusia mempunyai organ seperti: kaki,
tangan, pancaindera, dan karena setiap gerakan

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 190


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

organ-organ itu dikehendaki atau perbuatan hukumnya mewakili pemberi kuasa.


diperintahkan oleh otak manusia, maka setiap Sedangkan menyeluruh, pertanggung jawaban
gerakan atau aktivitas pengurus badan hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan
dikehendaki atau diperintah oleh badan hukum penerima kuasa tersebut harus secara utuh,
sendiri, sehingga pengurus adalah personifikasi tidak perbagian-bagian dari perbuatan hukum
dari badan hukum sendiri. Sebaliknya menurut yang dilakukannya, pertanggung jawaban
Paul Scholten dan Bregstein, pengurus mewa- tersebut dapat diukur dari dampak perbuatan
kili badan hukum. Analog dengan pendapat hukum yang dilakukan.
Gierke dan Paul Scholten maupun Bregstein Dari rumusan tersebut, kuasa atau
tersebut, maka DireksiPerseroan Terbatas perwakilan dalam pengertian hukum perdata,
bertindak mewakili Perseroan Terbatas sebagai diartikan mewakili hal substantif atas apa yang
badan hukum. Hakikat dari perwakilan adalah mewakilinya. Apabila kuasa atau perwakilan
bahwa seseorang melakukan sesuatu perbuatan hanya diartikan secara harafiah, maka kuasa
untuk kepentingan orang lain atas tanggung atau perwakilan hanya merupakan perwakilan
jawab orang tersebut.(Shubhan 2014, hlm.226) saja tanpa adanya wewenang melakukan
Pasal 94 Undang-Undang Nomor 40 perbuatan hukum, sehingga tidak ada
Tahun 2007 mengatur bahwa anggota Direksi pertanggung jawaban hukum atas perwakilan
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham tersebut. Dalam kuasa atau perwakilan yang
untuk jangka waktu tertentu dan dapat melekat pada Direksi, diberikan kewenangan
diangkat kembali. Anggaran dasar mengatur untuk melakukan perbuatan hukum atas nama
tata cara pengangkatan, penggantian, dan Perseroan, dan kewenangan untuk menjaga
pemberhentian anggota Direksi dan dapat juga kepentingan Perseroan baik ke dalam atau pun
mengatur tentang tata cara pencalonan anggota keluar Perseroan. Dilihat dari kuasa atau
Direksi. Keputusan Rapat Umum Pemegang perwakilan yang melekat pada Direksi tersebut,
Saham mengenai pengangkatan, penggantian, maka hubungan hukum antara Direksi
dan pemberhentian anggota Direksi juga Perseroan dengan Perseroan yang diwakilinya
menetapkan saat mulai berlakunya pengang- adalah perwakilan untuk melakukan hal yang
katan, penggantian, dan pemberhentian bersifat substantif. Terhadap hal yang
tersebut. substantif ini berarti Direksi dalam melakukan
Keputusan Rapat Umum Pemegang perbuatan hukum mewakili Perseroan dapat
Saham untuk mengangkat anggota Direksi dimintai pertanggungjawaban hukum secara
biasanya disertai dengan penetapan gaji, absolut. Bila dilihat dari rumusan ini maka
honorarium dan fasilitas lainnya. Bisa juga kuasa atau perwakilan pada Direksi bukan
dalam praktik penetapan gaji, dan fasilitas hubungan antara Buruh dengan majikan. Di
lainnya didelegasikan kepada Dewan Komi- sini berarti tidak ada hubungan subordinasi,
saris. Jika penerapan gaji, honorarium tersebut hubungan antara atasan dengan bawahan.
didelegasikan kepada Dewan Komisaris, maka Namun jika kuasa atau perwakilan tersebut
diputuskan dengan keputusan kolektif rapat diartikan secara harfiah, maka hubungan
Dewan Komisaris.(Wibowo 2014, hlm.198) hukum yang timbul dapat diartikan sebagai
Pengertian kuasa atau perwakilan hubungan perburuhan antara Buruh dan
dalam lingkup hukum perdata, merupakan majikan.
perwakilan untuk melakukan suatu perbuatan Undang-undang Perseroan Terbatas
hukum. Dari rumusan tersebut, maka terhadap juga dengan tegas mengatakan bahwa Direksi
seseorang yang melakukan perbuatan hukum, adalah Organ Perseroan, yang merupakan satu
memiliki konsekuensi terhadap tanggung kesatuan dengan Organ Perseroan lainnya
jawab hukum secara absolut atas perbuatan seperti Dewan Komisaris dan Rapat Umum
hukum yang dilakukan, artinya terhadap Pemegang Saham. Dari rumusan tersebut maka
tindakan yang dilakukan oleh pihak penerima penafsiran bahwa Direksi merupakan Buruh
kuasa, dapat dimintai pertanggungjawaban atau karyawan tidaklah tepat. Dari adanya
secara mandiri dan menyeluruh. Mandiri Organ Perseroan seperti Rapat Umum
artinya penerima kuasa harus dapat Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan
mempertanggungjawabkan secara hukum atas Direksi itu lah suatu Perseroan dapat dikatakan
perbuatan hukum yang dilakukannya dalam bulat sebagai Perseroan, tanpa adanya organ

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 191


Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

tersebut maka suatu Perseroan tidak dapat menjadi Direksi harus melepas status
dikatakan sebagai Perseroan, dengan kata lain karyawannya. Namun jika dalam praktik
yang disebut Perseroan adalah Organ kemudian Direksi tersebut membuat suatu
Perseroan. Bila dikaitkan dengan ketentuan kebijakan yang terdapat konflik kepentingan di
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang dalamnya sehingga Perseroan dirugikan, maka
Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 4, yang Direksi tersebut dapat dituntut.(Wibowo 2014,
menjelaskan “Pekerja/Buruh adalah setiap hlm.204-406)
orang yang menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain”, maka bila diartikan secara Munculnya Hak Pekerja atas Uang
harfiah, Direksi dapat dikatakan sebagai Pesangon berkaitan dengan Pemutusan
Pekerja/Buruh. Namun ketentuan dalam Hubungan Kerja
Undang-undang Ketenagakerjaan ini tidak Pekerja/Buruh yang diangkat menjadi
dapat diartikan tanpa mengindahkan ketentuan anggota Direksi pada Perseroan yang sama,
peraturan dalam Undang-Undang Perseroan maka pada hakikatnya secara hukum telah
Terbatas. terjadi Pemutusan Hubungan Kerja. Hal ini
Bila melihat dalam kerangka Undang- dikarenakan tidak mungkin seorang anggota
Undang Perseroan Terbatas maka wajar jika Direksi Perseroan pada saat yang sama juga
Direksi yang mewakili dan bertindak untuk merangkap berstatus sebagai Pekerja/Buruh
dan menjaga kepentingan Perseroan diberikan pada Perseroan yang sama, karena
gaji, honor, tunjangan, kompensasi atau mengakibatkan terjadinya benturan
sejenisnya, sehingga pengertian menerima kepentingan (conflict of interest).
upah atau imbalan dalam rumusan Undang- Hal ini dapat dilakukan dengan 2 (dua)
Undang Ketenagakerjaan tidak bisa diartikan cara, yaitu :
begitu saja kepada Direksi. Hal ini semakin a. Pemutusan Hubungan Kerja berdasarkan
menguatkan posisi Direksi bahwa Direksi Persetujuan Bersama, dengan alasan ini
bukan Pekerja/Buruh Perseroan. Direksi Pekerja/Buruh uang kompensasi yang
Perseroan adalah organ atau bagian dari jumlahnya berdasarkan kesepakatan antara
Perseroan. Dia yang diberi wewenang oleh Pekerja dengan Pengusaha (Perusahaan);
Perseroan melalui Organ Perseroan yang atau
disebut Rapat Umum Pemegang Saham untuk b. Perusahaan melakukan Pemutusan
mengurus dan memelihara Perseroan untuk Hubungan Kerja, dengan alasan tidak ada
kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud kesalahan melainkan karena diangkat
dan tujuan Perseroan dengan mengacu pada menjadi anggota Direksi, maka Pemutusan
Anggaran Dasar Perseroan. Hubungan Kerja (PHK) dengan kualifikasi
Karena pada hakikatnya Direksi adalah tanpa kesalahan Pekerja berhak atas uang
bukan karyawan, maka seorang karyawan yang kompensasi 2 kali uang pesangon, 1 kali
kemudian diangkat menjadi Direksi haruslah uang penghargaan masa kerja dan uang
mengundurkan diri atau diberhentikan sebagai penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
karyawan Perseroan. Namun bagaimana jika ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-
dalam praktik terjadi negosiasi antara Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
karyawan dengan Perseroan, dimana ketika Ketenagakerjaan.
Karyawan tersebut diangkat menjadi Direksi ia
tetap mendapat status karyawannya. Jika Kesimpulan
Direksi yang diangkat tetap memperoleh status Bagi Perseroan Terbatas, Direksi adalah
karyawannya, maka hal ini akan terjadi trustee sekaligus agent. Dikatakan sebagai
berbenturan atau terjadi konflik kepentingan trustee karena Direksi adalah organ Perseroan
antara ia sebagai Direksi yang merupakan yang berwenang melakukan pengurusan
pelaksana tugas Komisaris dan Rapat Umum terhadap harta kekayaan Perseroan, dan
Pemegang Saham dalam menjalankan Persero, dikatakan sebagai agent, karena Direksi
dengan kepentingannya sebagai Karyawan. berwenang bertindak keluar untuk dan atas
Memang tidak ada larangan dalam Undang- nama Perseroan Terbatas, selakuPemegang
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Kuasa Perseroan Terbatas, yang mengikat
Perseroan Terbatas, bahwa karyawan yang Perseroan Terbatas dengan pihak ketiga.
Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 192
Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Direktur Perseroan Yang Dahulu Berstatus Sebagai Pekerja

Artinya, terdapat hubungan kepercayaan yang Hariandja, Marihot Tua Efendi. (2005).
melahirkan kewajiban kepercayaan (fiduciary Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
duty) antara Direksi dan Perseroan dan oleh PT. Grasindo.
karenanya Direksi wajib memiliki kesetiaan
dan itikad baik (duty of loyalty and good faith) Husni, Lalu. (2019). Pengantar Hukum
dan kewajiban untuk bertindak cermat dan Ketenagakerjaan. Revisi. Depok: Rajawali
hati-hati (duty of diligence and care) terhadap Pers.
Perseroan Terbatas, yang menjadi pembeda
utama antara Direksi (Pengusaha dengan Indonesia. (2003). Undang-Undang Tentang
Pekerja/Buruh.Dengan demikian, seorang Ketenagakerjaan.
anggota Direksi bukanlah Pekerja/Buruh atau
karyawan yang diatur dalam Undang-Undang ———. (2007). Undang-Undang Tentang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Perseroan Terbatas.
tentang Ketenagakerjaan.
Apabila seorang Pekerja/Buruh atau Nurwardani, Paristiyanti et al. (2016).
karyawan yang semula memiliki hubungan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
kerja dengan Perseroan kemudian diangkat Perguruan Tinggi. 1 ed. Jakarta: Direktorat
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Jenderal Pembelajaran dan
menjadi Anggota Direksi dari Perseroan yang Kemahasiswaan Kementerian Riset,
sama, maka sejak pengangkatan tersebut, status Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
hubungan hukum karyawan yang Republik Indonesia.
bersangkutan, berubah dari hubungan kerja
(sebagai Pekerja) menjadi (murni) hubungan Sardjono, Agus, Yeti Komalasari Dewi,
perdata antara dirinya dengan RUPS (organ Rosewitha Irawaty, dan Togi Pangaribuan.
Perseroan yang mengangkatnya), walaupun ia (2014). Pengantar Hukum Dagang. Jakarta:
bukan Pemegang Saham. Dengan perkataan Rajawali Pers.
lain pada saat yang sama Pekerja dimaksud
berhak atas uang pesangon , uang penghargaan Shubhan, Handi. (2014). Hukum Kepailitan:
masa kerja dan uang penggantian hak Prinsip, Norma, Dan Praktik Di Pengadilan.
sebagaimana diatur dalam pasal 156 Undang- Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Undang Ketenagakerjaan.
Hak-hak Pekerja yang muncul sebagai Sulistiyo, Eko. (2018). “Tinjauan Hukum Atas
akibat perubahan status ini idealnya segera Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
diselesaikan pada saat sebelum pengang- Antara Para Pekerja Melawan PT. Dupalindo
katannya sebagai anggota Direksi oleh Rapat Perkasa (Putusan PHI Nomor:
Umum Pemegang Saham. 53/PDT.SUS-PHI/2016/PN.SRG).”
Universitas Esa Unggul.
Daftar Pustaka
Ardana, I Komang, Ni Wayan Mujiati, dan I Suprayogi, Agus. (2019). Laporan Pengabdian
Wayan Mudiartha Utama. (2012). Masyarakat Penyuluhan Hukum
Manajemen Sumber Daya Manusia. Ketenagakerjaan Pada Masyarakat Desa
Yogyakarta: Graha Ilmu. Mekarbuana, Karawang. Jakarta.

Asikin, Zainal, Agusfian Wahab, Lalu Husni, Taufiq, Muchamad, dan Zainul Hidayat. (2011).
dan Zaeni Asyhadie. (2016). Dasar-Dasar “Kajian Hukum Terhadap Perselisihan
Hukum Perburuhan. Depok: PT. Grafindo Pemutusan Hubungan Kerja Secara
Perkasa. Sepihak Pada Perusahaan.” Jurnal WIGA
2(2): 74–87.
Efendi, Jonaedi, dan Johnny Ibrahim. (2016).
Metode Penelitian Hukum Normatif Dan Wibowo, Haryo Budi. (2014). Aspek Hukum
Empiris. Jakarta: Kencana. Perseroan Terbatas Dalam Praktek.
Yogyakarta: Trussmedia Grafika.

Lex Jurnalica, Volume 16 No. 3, Desember 2019 193

You might also like