Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

DAMPAK ZAKAT INFAQ DAN SEDEKAH TERHADAP

KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA


(Studi Pada LAZ EL-ZAWA Kota Malang)

Jurnal Ilmiah

Disusun oleh :

Coky Sandra Pradana Achmad Gaffar


135020507111012

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
THE EFFECT OF ZAKAT (ALMS), INFAQ
(DISBURSEMENT), AND SHADAQA (GIVING IN
CHARITY) HOUSEHOLD’S WELLFIRE
(A Study on the Micro Enterprises Under the Supervision LAZ
EL-ZAWA Malang)

SCIENTIFIC JOURNALS
by :

Coky Sandra Pradana Achmad Gaffar


135020507111012

DEPARTMENT OF ECONOMICS
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
UNIVERSITY OF BRAWIJAYA
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan Judul:


DAMPAK ZAKAT INFAQ DAN SEDEKAH TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH
TANGGA
(Studi Pada LAZ EL-ZAWA Kota Malang)

Yang disusun oleh:


Nama : Coky Sandra Pradana Achamd Gaffar
NIM : 135020507111012
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan didepan
Dewan Penguji pada tanggal 10 Juli 2017

Malang, 10 Juli 2017


Dosen Pembimbing

Aji Purba Trapsila, SE.I, ME.I.


NIP. 198401232015041002
DAMPAK ZAKAT INFAQ DAN SEDEKAH TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA
(Studi Pada LAZ EL-ZAWA Kota Malang)
Coky Sandra Pradana Achmad Gaffar
Aji Purba Trapsila, SE.I., ME.I.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang


Email: cokysandrapradana@gmail.com

ABSTRACT
Amil Zakat Institute (LAZ) El-Zawa City of Malang through ZIS fund distribution program, in the form
of UMKM program provides assistance in the form of business capital using Zakat, Infaq and Sedekah (ZIS)
funds to household business owners (mustahik). With the help of venture capital along with systematic
empowerment is expected to improve the welfare of the household. The objectives of this research are: To know
the impact of ZIS funding on household welfare seen from Asset, Food Security and Financial Access level. The
variables that represent these three indicators are income to represent Assets, consumption to represent Food
Security, and savings to represent Financial Access. The approach used in this research is descriptive
quantitative approach with the number of respondents as much as 33 samples of beneficiary households funding
ZIS program UMKM LAZ El-Zawa Malang. The result pointed out that the mechanism that Laz El-Zawa carried
out in the form of capital, supervision and training. Based on the results of different test analysis using SPSS21,
showed that the impact of ZIS on welfare is a positive effect seen from 2 indicators of Asset and Food Security.
However, negative results are shown from the Financial Acces indicator.
Keywords: ZIS, Welfare, Income, Consumption, Savings

ABSTRAK
Lembaga Amil Zakat (LAZ) El-Zawa Kota Malang melalui program pendistribusian dana ZIS, berupa program
UMKM memberikan bantuan berupa modal usaha menggunakan dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) kepada
rumah tangga pemilik usaha (mustahik). Dengan adanya bantuan modal usaha beserta pemberdayaan yang
sistematis ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui dampak pemberian dana ZIS terhadap kesejahteraan rumah tangga yang dilihat dari tingkat
Asset,Food Security, dan Financial Acces. Adapun variable yang mewakili ketiga indikator tersebut adalah,
pendapatan untuk mewakili Asset, konsumsi untuk mewakili Food Security, dan tabungan untuk mewakili
Financial Acces. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif deskriptif dengan
jumlah responden sebanyak 33 sampel rumah tangga penerima bantuan dana ZIS program UMKM LAZ El-
Zawa Malang. Hasil peneltitian menujukan bahwa mekanisme yang dilakukan Laz El-Zawa berupa pemberian
modal, pengawasan dan pelatihan. Berdasarkan hasil analisis uji beda menggunakan SPSS21, menunjukan
bahwa dampak ZIS terhadap kesejahteraan adalah berpengaruh positif dilihat dari 2 indikator yaitu Asset dan
Food Security. Namun hasil negative ditunjukan dari indikator Financial Acces.

Kata Kunci: ZIS, Kesejahteraan, Pendapatan, Konsumsi, Tabungan


A. PENDAHULUAN
Masalah kesejahteraan merupakan masalah umum dan juga tantangan bagi pembangunan yang dihadapi
oleh hampir semua negara, terutama di negara-negara berkembang. Bagi Indonesia, kesejahteraan masysarakat
merupakan masalah yang sangat pelik. Salah satu faktor yang menyebabkan kurang sejahteranya masyarakat
terutama di negara-negara berkembang ialah krisis ekonomi dunia yang menyebabkan banyaknya tenaga kerja
di PHK dan model pembangunan yang mengikuti system ekonomi kapitalis yang nampak pada penguasaan
modal besar dalam perdagangan (Cholisoh, 2011).
Untuk meningkatkan kesejahteraan, dalam Islam sudah dijelaskan secara jelas. Islam sebagai agama
rahmah lil alamin yaitu mencakup ajaran-ajaran yang bersifat manusiawi dan universal. Oleh karena itu Islam
memiliki solusi atas masalah kesejahteraan. Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntuntan agar
manusia berupaya menjalani kehidupan secara seimbang antara dunia dan akhirat. Sebagai prasayarat
kesejahteraan hidup didunia adalah bagaimana sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan merata dalam kerangka Islam. Islam memberikan peluang besar bagi umatnya dalam
mengantisipasi persoalah yang dihadapi dalam bidang ekonomi. Ajaran Islam yang menjadi solusi atas
permasalahan ini adalah zakat, infaq dan sedekah. Zakat sebagai rukun islam yang ketiga merupakan instrumen
utama dalam ajaran islam yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan muzakki kepada
mustahik.
Potensi zakat, infaq dan sedekah di Indonesia sendiri sangatlah besar, dilihat dari jumlah penduduknya
Indonesia yang memiliki 250 juta penduduk dan mayoritas muslim bisa memanfaatkan potensi ZIS yang ada,
dan bila itu terjadi Indonesia bisa sejahtera dan masyarakat sudah mentas dari kemiskinan. Berdasarkan data
dari baznas bahwa potensi zakat Indonesia adalah tidak kurang dari 217 triliun rupiah setiap tahun (Baznas,
2013), maka dari itu jika umat muslim mampu menunaikan zakat, Indonesia diprediksi akan bisa meningkatkan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam risetnya Baznas bekerja sama dengan FEM IPB untuk mengklasifikasikan
potensi zakat secara nasional dalam tiga kelompok. Yaitu potensi zakat rumah tangga, potensi zakat industry
menengah-besar serta BUMN, dan potensi zakat tabungan. Khusus dalam zakat rumah tangga, standar nishab
yang dipakai adalah nishab zakat pertanian sebesar 524 kg dan kadarnya 2,5 %. Sedangkan zakat industri dan
BUMN dihitung berdasarkan dari laba perusahaan.
Dari penelitian Baznas tersebut, potensi zakat rumah tangga mencapai 82,7 triliun. Sedangkan potensi zakat
industri mencapai angka 114 triliun yang 22 trilun berasal dari industri pengolahan, serta zakat BUMN
mencapai 22 triliun. Sementara itu potensi zakat rumah tangga mencapai angka 17 triliun. Angka itu diperoleh
dari berbahai aspek antara lain tabungan di bank syariah, tabungan BUMN dan tabungan lain-lain. Dari
penelitian yang dilakukan oleh baznas tersebut juga diketahui bahwa potensi zakat Jawa Timur merupakan
tertinggi kedua di Indonesia dengan 15,49 triliun. (Baznas, 2013)
Dengan besarnya potensi zakat Indonesia, namun akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan penyaluran yang
baik oleh lembaga zakat. Menurut Ali dalam Cholisoh (2011) asas pengelolaan zakat didasarkan pada firman
Allah dalam QS. At-Taubah: 60 yang menjelaskan bahwa pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan
secara individual yang berarti penyerahan zakat langusng diberikan dari muzakki kepada mustahik, tapi
disalurkan melalui lembaga khusus yang menangani zakat, yang sudah memenuhi persyaraatan tertentu yang
disebut ‘amil zakat’. Amil zakat inilah yang bertugas melakukan sosialisasi, penagihan, pengambilan, dan
pembagian zakat secara tepat benar dan amanah.
Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia sangat banyak, namun di Jawa Timur sebagai salah satu provinsi
yang besar dan merupakan daerah dengan potensi zakat tertinggi di Indonesia (Baznas, 2013) terdapat salah
satu LAZ di kota Malang yang yang dinilai memiliki tingkat pengelolaan zakat yang baik. Di Kota Malang
terdapat beberapa Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil Zakat Nasional yang sangat kredibel dan profesional.
Namun salah satu lembaga zakat yang memiliki pengelolaan ZIS terbaik adalah LAZ El-Zawa Malang,
Lembaga zakat ini memiliki sudah mengelola ZIS sejak tahun 2007. Laz El-Zawa Malang sendiri dipilih
dikarenakan memiliki laporan tahunan mengenai aktifitas zakat produktif yang sangat bagus. Pada tahun 2013,
LAZ El-Zawa telah ditetapkan menjadi salah satu Lembaga pengelola zakat percontohan tingkat nasional
menurut Jawa Pos, hal ini tentu saja tak lepas dari kinerja profesional lembaga tersebut.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh ZIS terhadap Kesejahteraan
Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, ZIS merupakan salah satu instrument pemerataan
pendapatan. Dengan zakat yang dikelola baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan pendapatan. Hal ini dikarenakan zakat merupakan komitmen seorang muslim dalam bidang sosial
ekonomi yang tak terhindarkan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi semua orang, baik golongan kaya
maupun golongan miskin. Monzer Khaf dalam Puspitasari (2013) meyatakan bahwa Zakat dan sistem
pewarisan Islam cenderung mengarah kepada distribusi harta yang egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari
pelaksanaan syariat zakat tersebut adalah harta akan selalu beredar dan berputar.
Menurut Metwally (1995) dalam penelitiannya, di Malaysia pendistribusian zakat berbeda di setiap
Negara bagian. Masing masing Negara bagian memiliki otoritas penuh dalam menyalurkan zakat. Mereka
menganut sistem otonomi daerah, dimana tiap-tiap Negara bagian bisa menerima, mengelola dan menyalurkan
dengan sistem tertentu tanpa melalui lembaga zakat di Negara pusat. Sebagai contoh, di Kuala Lumpur dan
Negeri 9 zakat dikumpulkan oleh lembaga zakat pusat dan didistribusikan oleh baitul maal pusat. Sedangkan di
Selangor, zakat dikumpulkan oleh lembaga pengumpul zakat dan disalurkan oleh lembaga zakat di daerah
Selangor tersebut.
Distribusi zakat di Malaysia, terutama untuk masyarakat miskin lebih terasa seperti memberikan
bantuan dan dukungan swasembada untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-harinya. Diantara bentuk
zakat yang didistribusikan adalah bantuan bulanan makanan, bantuan bulanan keuangan dan bantuan yang
diberikan ketika ada acara keagamaan. Zakat yang dibagikan kepada masyarakat miskin pada kenyataannya
memberikan tambahan penghasilan bagi mereka, dan secara langsung memberikan tambahan daya beli. Dengan
demikian, efek pertama zakat pada tingkat makro adalah peningkatan daya beli. Secara teori konsumsi marjinal
dari orang miskin jauh lebih besar dari pada konsumsi marjinal dari masyarakat kaya. Ini berarti bahwa jika
orang miskin yang menerima bantuan zakat ini sebagian besar akan digunakan untuk konsumsi kebutuhan dasar.
Misalnya dalam bulan Ramadhan, disrtribusi zakat akan meningkatkan daya beli masyarakat miskin.
Kesejahteraan
Amanat UUD 1945, kesejahteraan rakyat merupakan hal yang amat sentral dalam cita-cita perjuangan
bangsa Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan bukan merupakan hal yang statis kesejahteraan
dinamis, berkembang dan selalu begerak. Kesejahteraan bukan juga hal yang sederhana, namun merupakan hal
yang kompleks dan interdependen. Pembangunan Nasional adalah salah satu wujud dari pengamalan pancasila
yang akan selalu bermuara pada kesejahteraan. Maka dari itu ada keterkaitan yang sangat erat antara
kesejahteraan dan pembangunan. Karena itu, pembangunan kesejahteraan rakyat tidak dapat berjalan diluar
Trilogi Pembangunan nasional: Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, dan
Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya (Roestam, 1993).
Dalam paradigma pembangunan ekonomi juga dijelaskan bahwa perubahan kesejahteraan masyarakat merupakan
bagian yang tidak dapat terpisahkan. Artinya, pembangunan ekonomi dapat dianggap berhasil jika tingkat kesejahteraan
masyarakat juga semakin baik. Keberhasilan pembangunan ekonomi tanpa menyertakan peningkatan kesejahteraan akan
mengakibatkan kesenjangan sosial dan ketimpangan kehidupan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat menurut pigou
seperti dikutip oleh copra dalam Cholisoh (2011) adalah kepuasan agregat dari semua individu dalam masyarakat.

Dalam tulisan yang berjudul “wealth and welfare´ tahun 1912 Pigou menyatakan bahwa kesejahteraan individu
ditujukan oleh kepuasan individu atas konsumsi barang dan jasa yang dihubungkan dengan pendapatan riil. Dalam hal ini
kepuasan individu dapat diukur secara cardinal sehingga kesejahteraan sifatnya subjektif dan tidak hanya ditentukan dari
aspek ekonomi sehingga definisi tersebut dibatasi menjadi ekonomi kesejahteraan dan tulisan sebelumnya selanjtunya
ditranformasikan menjadi “the economic of welfare” dalam Cholisoh (2011)

Dalam rumah tangga, hal yang paling penting dari kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah.
Semakin tinggi pendaptan rumah tangga maka presentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata
lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya,
apabila peningkatan pendapatan rumah tangga mengakibatkan perubahan pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak
sejahtera. (Mosher dalam Barus, 2016)

Menurut Fransen (2014) dalam penelitiannya, indikator kesejahteraan ada 6 macam, diantaranya adalah Asset,
Financial Acces, Food Security, Living Condition, Educational Attaitment, dan Subjective Wealth. 6 indikator tersebut
cocok untuk menggambarkan kesejahteraan yang ada di Indonesia, dan sesuai dengan Trilogi pembangunan Indonesia.
Selain itu teori Fransen (2014) juga didukung oleh Pigou yang menyatakan bahwa kesejahteraan individu ditujukan oleh
kepuasan individu atas konsumsi barang dan jasa. Hal itu juga dijelaskan kembali oleh teori dari Mosher yang menyatakan
dalam kesejahteraan rumah tangga, hal yang terpenting adalah pendapatan, karena pendapatan dapat mempengaruhi
konsumsi dan lain-lain. Dan didukung oleh Roestam (1993) yang menayatakan bahwa kesejahteraan sangat dekat dengan
pembangunan, maka pembangunan kesejahteraan rakyat tidak dapat berjalan diluar Trilogi Pembangunan nasional:
Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, dan Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya.

Oleh karena itu, dipilih 3 indikator dari teori Fransen (2014) yaitu: Asset, Financial Acces dan Food Security.
Dikarenakan 3 indikator tersebut didukung oleh beberapa teori lain sebagai penguat, dinilai mampu merepresentasikan
kesejahteraan rumah tangga di Indonesia dan dapat dihitung menggunakan alat analisis uji beda yang harus menggunakan
angka.

Kemiskinan

Menurut Bank Dunia, kemiskinan adalah masalah yang terjadi sudah sejak lama, dan hampir dapat dikatakan
kenyataan abadi dalam kehidupan umat manusia. Ukuran kemiskinan dapat diketahui dengan tingkat pendapatan dan
kebutuhan, jika tingkat pendapatan dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum, maka orang atau rumah tangga tersebut
dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan dapat diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang atau
rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya (Khasanah, 2010).Sedangkan
menurut Unicef dalam Fathullah (2016) kemiskinan sebagai ketidak milikan halhal secara materi kebutuhan minimal
manusia termasuk kesehatan, pendidikan dan jasa lainnya yang dapat menghindarkan manusia dari kemiskinan. Revalion
menyatakan dalam tahun 1970 an merumuskan bahwa garis kemiskinan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar setiap orang berupa kebutuhan makan, pakaian, serta perumahan
sehingga dapat menjamin kelangsungan hidupnya (Ravalion dalam Fathullah , 2016)

Sedangkan dalam Islam, Nor (2013) mengutip dari Muskin (2004) dan Shahbudin (1997), fakir dan
miskin adalah dua kaum dhuafa yang berbeda tetapi statusnya hampir sama. Kedua golongan ini tidak mampu
memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari mereka karena perekonomian mereka lemah. Shahbudin dalam
tulisan Nor (2013) mengutip fenomena miskin dan fakir semuanya menggambarkan kemiskinan. Perkara yang
berbeda diantara golongan miskin denga golongan fakir adalah tahapannya sahaja, yaitu dari pada individu yang
memiliki sedikit harta dan sama sekali tidak memilki harta atau individu yang memiliki sedikit pendapatan
dengan individu yang sama sekali tidak memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Ibrahim
(2007) mendefiniskan kemiskinan secara singkat yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau dapat juga
didefiniskan sebagai standar hidup yang rendah.
Dari kedua pendapat diatas menjelaskan bahwasannya kemiskinan dapat di jadikan menjadi dua golongan
yaitu fakir dan miskin. Secara prinsip kedua golongan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-
harinya mulai dari sandang, pangan papan. Namun di lain sisi terdapat pengertian didalam islam yang
memandang fakir dan miskin. Orang fakir masih memiliki potensi untuk mengaktualisasikan dirinya, sedangkan
orang miskin tidak memiliki potensi tersebut. (Afifah, 2015)
Zakat, Infaq dan Sedekah
Zakat menurut bahasa berarti kata dasar dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Zakat
dari segi fiqh berarti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak”. Jumlah yang dikeluarkan dari harta tersebut disebut zakat karena yang dikeluarkan menambah banyak
harta, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan dari kebinasaan (Khasanah, 2010).
Hafifudin dalam Mufraini (2006) mengungkapkan bawha infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti
mengeluarkan harta untuk suatu keepntingan, sedangkah sedekah berasalndari kata shadaqa yang berarti benar.
Dalam termonologi syariah pengertian infaq dan sedekah berarti mengeluarkan sebagian harta untuk
kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Hukum yang berlaku bagi infaq dan sedekah adalah sunnah
sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya “dalam harta seseorang terdapat Hak Allah dan Rasul-Nya
disampang zakat”
Zakat, Infaq dan Sedekah adalah suatu yang diberikan sebagai hak Allah kepada yang berhak
menerima. Menurut Asqar dalam Cholisoh (2011) dalam menunaikan ibadah zakat infaq, harta yang
dikeluarkan untuk berzakat dan berinfaq harus harta yang baik, terpilih dan tertentu. Khusus untuk zakat,
ketentuan penerima harus sesuai dengan 8 ashnaf yang ditentukan. Sedangkan infaq dan sedekah, peraturan
bagi kategori kelompok penerima lebih longgar ketimbang zakat, artinya distribusi infaq dan sedekah dapat
diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan. Pada dasarnya pemetaan lokasi dana dari hasil zakat indaq dan
sedekah pada prakteknya berbeda satu sama lain, artinya tanggung jawab moral sebagai muslim yang diminta
peduli pada pemerataan pendapatan terlebih dahulu diupayakan untuk memenuhi kewajiban zakat, jika dana
zakat belum memenuhi kebutuhan masyarakat maka tanggung jawab moral muslim surplus dialihkan pada infaq
dan sedekah (Mufraini, 2006).
Manajemen Pengelolaan Zakat Infaq dan Sedekah
Manajemen Pengelolaan ZIS adalah suatu kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Oleh karena itu manajemen
zakat sangat dibutuhkan karena dana zakat yang ada dalam pendayagunaan zakt bermacam-macam agar dana
zakat itu benar-benar dapat tersalurkan secara tepat kepada masyarakat yang berhak menerimanya.

C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Sumber data penelitian ini terbagi menjadi 2
bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui metode survey langsung dengan
responden penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh melalui survey literature, seperti jurnal, buku, dan
data dari LAZ EL-ZAWA
Waktu dan Termpat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 1 April 2017- 1 Mei 2017. Pemilihan lokasi berada di
daya jangkau LAZ El-Zawa Malang.
Definisi Operasional dan Proxy Penelitian
Dalam Mengukur tingkat kemiskinan, penelitian ini akan menggunakan 3 proxy yaitu Asset, Financial
Acces dan Food Security.
a.Asset
Asset menurut Fransen (2014) Asset adalah harta bergerak dan tidak bergerak meliputi rumah, tanah, usaha,
pendaptan dan lain-lain. Dalam peneltiian ini akan diwakili oleh Pendapatan, dalam penelitian dilihat dari
pendapatan sebelum dan sesudah diberikan ZIS.
b.Financial Acces
Financial Acces menurut Fransen (2014) disini adalah kemampuan masyakat dalam menggapai akses layanan
keuangan seperti Bank. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan adalah jumlah dana (rupiah) yang dapat
tabungan di Bank sebelum dan sesudah diberi ZIS
c.Food Security
Food Security menurut Fransen (2014) adalah ukuran dalam masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan
sehari-harinya. Dalam penelitian ini indikatornya adalah berapa uang yang dikeluarkan untuk konsumsi dalam
satu bulan sebelum dan sesudah diberi ZIS.
Populasi dan Sample
Populasi penelitian ini didefinisikan sebagai kelompok orang yang menerima ZIS melalui program
LAZ El-Zawa dan bertempat tinggal di Malang Raya. Peneliti akan menggunakan data penerima ZIS mulai
tahun 2014-2016 yang berjumlah 33 orang. Populasi penelitian ini sebanyak 33 orang. Menurut Arikunto (2008)
apabila populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hal ini
didasarkan pada ketersediaan data sekunder pada LAZ El-Zawa Malang. Data Primer adalah data yang
diperoleh langsung dari sumber utama, yaitu jawaban responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang
telah dikumpulkan pihak lain diolah dan dipublikasikan untuk kepentingan tertentu.
Berkaitan dengan bagaimana data dalam penelitian ini diperoleh. Metode atau cara pengumpulan data
yang dighunkanan dalam penelitian ini adalah:
1.Studi Dokumentasi, Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari atau menggunakan catatan instansi
yang telah diteliti.
2.Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal ini,
peneliti melakukan.
3.Data lain yang bersumber dari referensi studi kepustakaan melalui jurnal, artkel dan bahan lain dari berbagai
situs website yang mendukung.
4.Kuisioner, angket berisi seperangkat pertanyaan yang sifatnya terbuka.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah model analisis uji dua sampel berpasangan (paired sample T-Test).
Analisis ini dilakiukan dengan menggunakan software SPSS 24.0. Sebelumnya data yang terkumpul akan
dianalisis secara bertahap dengan menggunakan analisis statistik deskriptif terlebih dahulu. Selanjutnya
dilakukan uji normalitas dengan dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk test. Tahap selanjutnya
dilakukan pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan uji analsisis paired sampe T-Test untuk hipotesis
yang digunakan. Namun jika data tidak terdistribusi secara normal, maka akan dilakukan analisis menggunakan
metode wilcoxon. Pada peneletian ini ditetapkan tingkat signifikansi atau probabilitas kesalahan untuk menilai
H_0 untuk seluruh pengujian adalah sebesar 0,05% atau 5%.
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable penganggu atatu residual
memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual normal atau tidak dengan analisis
grafik dan uji statistic. Analisis grafik yaitu dengan melihat histogram yang membandingkan antara observasi
data dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Uji statistic yaitu metode uji Shapiro-Wilk yang
digunakan untuk menguji normalitas data dengan melihat tingkatan signifikasnsinya. Untuk mendeteksi data
apakah terdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena metode analsisi gerak
yang hanya dengan melihat histogram dapat menyesatkan. Uji ini dilakukan sebelum data diolah. Resudial
dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Shapiro-Wilk diatas 0,05
Statistik Deskriptif
Statistik ini digunkan untuk menggambarkan deskriptif variable – variable yang ada dalam peneltitian ini.
Statistik deskriptif akan memberikan gambaran umum setiap variable penelitian. Alat analisis yang digunakan
adalah nilai rata-rata, distribusi frekuensi, nilai minimum, nilai maksismum dan standart deviasi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Uji Normalitas
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalias

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Pendapatan1 .937 33 .056

Pendapatan2 .951 33 .145

Konsumsi1 .952 33 .151

Konsumsi2 .929 33 .033

Simpanan1 .401 33 .000

Simpanan2 .610 33 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Sumber: Data Spss diolah, 2017

Pada tabel 1 terdapat variable pendapatan 1-2 konsumsi 1-2 dan simpanan 1-2. Angka 1 adalah
sebelum diberi dana ZIS, sedangkan angka 2 adalah sesudah diberi dana ZIS. Hasil uji normalitas diatas
menunjukan sig Pendapatan 1,2 dan Konsumsi 1,2 berada diatas 0.005 yang berarti data penelitian tersebut
terdistribusi normal. Variable Pendapatan 1,2 dan Konsumsi 1,2 dijelaskan terdistribusi secara normal maka
akan dilanjutkan dengan uji paired sampel t-test. Sedangkan untuk simpanan 1 dan 2 dibawah 0.005 yang berarti
tidak terdistribusi normal. Hal ini dikarenakan data dari simpanan 1 dan 2 didominasi oleh satu nominal saja
yaitu (0.00). Oleh karena itu, untuk variable simpanan 1 dan 2 yang tidak terdistribusi secara normal maka akan
dilakukan uji wilcoxon.

Uji Paired Sample T-Test

Tabel 2 Paired Samples Test

Std. Std. Error 95% Confidence Interval of the


Deviation Mean Difference
Mean Lower Upper t df Sig. (2- tailed)
Pair 1 704545.455 529646.645 92199.646 892349.989 516740.921 7.642 32 .000
Pair 2 210606.061 223871.327 38970.996 289987.382 131224.740 5.404 32 .000
Sumber: Data SPSS diolah, 2017
Berdasarkan tabel 2 diketahui terdapat 2 pasangan (2 pair). Pair 1 adalah pendapatan sebelum dan sesudah.
Sedangkan Pair 2 adalah Konsumsi sebelum dan sesudah. Diketahui pair 1, diketahui tingkat sig = 0.00 maka
dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk uji hipotesis tentang pendapatan maka H0 ditolak karena
nilai sig < 0.05 yang berarti H1 diterma = Tingkat Asset sebelum dan sesudah menerima ZIS adalah berbeda.
Untuk pair 2, diketahui tingkat sig = 0.00 maka dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk uji hipotesis
tentang Food Security maka H0 ditolak karena nilai sig < 0.05 yang berarti H1 diterma = Tingkat Food Security
sebelum dan sesudah menerima ZIS adalah berbeda
Hasil T tabel untuk kolom pendapatan yang diwakili Pair 1 pada tabel statistic pada tingkat signifikansi 0,005:2
= 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan sebesar (df) n-1 = 32, Hasil yang diperoleh untuk T-Tabel sebesar
2,037. Karena nilai t-hitung > t-tabel = 7.642 > 2.037 dan tingkat signifikansinya sebesar 0.000 < 0,05. Hal ini
menunjukan adanya perbedaan pendapatan yang semakin meningkat antara sebelum dan sesudah pemberian
Dana ZIS
Untuk hasil t tabel pada Pair 2 yang mewakili Konsumsi, diketahui Hasil T-Tabel tingkat signifikansi
0,005:2 = 0,025 (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan sebesar (df) n-1 = 32, Hasil yang diperoleh untuk T-Tabel
sebesar 2,037. Karena nilai t hitung > t tabel = 5.404 > 2.037 dan tingkat signifikansinya sebesar 0.000 < 0,05.
Hal ini menunjukan adanya perbedaan konsumsi yang semakin meningkat antara sebelum dan sesudah
pemberian Dana ZIS.
Uji Wilcoxon
Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon terhadapt variable Simpanan

Test Statisticsa
Simpanan2 -
Simpanan1
Z -2.527b
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Sumber: Data Spss diolah, 2017

Berdasarkan tabel 3 diketahui tingkat sig variable simpanan = 0.12 maka dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk uji hipotesis tentang simpanan maka H1 ditolak karena nilai sig > 0.05 yang berarti H0 diterma =
Tingkat Financial Acces sebelum dan sesudah menerima ZIS adalah tidak berbeda

Dampak Dana ZIS pada Pendapatan, Konsumsi, dan Simpanan


Tabel 4 Perbandingan Variabel sebelum dan sesudah diberi dana ZIS (dalam rupiah)

Variabel Rata-rata Sebelum Rata-rata Sesudah Presentase

Pemberian Dana ZIS Pemberian Dana ZIS Kenaikan (%)

Pendapatan 1.953.030,30 2.657.575,76 36%

Konsumsi 930.303,03 1.130.303,03 21%

SImpanan 36.363,64 140.909,09 287%

Sumber: Data Spss diolah, 2017

Pada tabel 4 dapat di lihat rata-rata perubahan nominal rupiah pada ketiga variable (pendapatan,
konsumsi, dan simpanan) sebelum dan sesudah adanya pemberian dana ZIS. Pada sektor pendapatan, dari
sampel yang telah di teliti, sebelum adanya bantuan program UMKM dari El-Zawa rata-rata pendapatan rumah
tangga adalah Rp. 1.953.030 rupiah. Lalu pendapatan itu berubah setelah mendapatkan bantuan dana ZIS
menjadi Rp. 2.657.575 ada kenaikan hingga 36%. Kenaikan ini merupakan dampak dari perputaran usaha yang
dilakukan oleh mustahik yang menerima tambahan modal dari program umkm EL-ZAWA berkembang dan
menghasilkan pertambahan pendapatan yang diputar terus menerus, hal ini didukung oleh penelitian dari
Cholisoh (2011) yang menyatakan bahwa pendistribusian zakat secara umum berpengaruh pada tingkat
pendapatan yang lebih baik.
Di Lapangan, mayoritas rumah tangga mengalami perubahan pendapatan yang cukup tinggi, namun
tetap ada rumah tangga yang hanya mengalami sedikit kenaikan pendapatan, hal itu dikarenakan adanya salah
manajemen seperti ada salah satu rumah tangga yang memiliki usaha pembuatan batu bata sempat mengalami
kerugian dikarenakan terkena tipu oleh pembeli. Sesudah mendapat bantuan dana ZIS, rumah tangga tersebut
menggunakannya untuk meningkatkan produksi batu bata namun saat dijual, pembeli tidak segera
membayarkan uang pembelian dan membawa kabur batu bata yang sudah dikirim.
Secara rata-rata kenaikan 36% pendapatan yang dialami oleh rumah tangga sangat besar, dengan
kenaikan tersebut rumah tangga bisa hidup lebih layak dan lepas dari jerat kemiskinan. Rumah tangga juga
dapat berubah dari mustahik ke muzakki dikarenakan sudah dipandang mampu untuk memberi zakat, bukan
lagi sebagai penerima zakat. Hal ini membuktikan bahwa ada dampak yang diberikan kepada variable
pendapatan dari hasil pembagian dana ZIS.
Dari sisi konsumsi, dijelaskan pada tabel 4 juga terdapat kenaikan rata-rata. Pada saat rumah tangga
belum mendapatkan bantuan dana ZIS rata-rata pengeluaran konsumsi mereka adalah Rp. 930.303 lalu setelah
mendapatkan bantuan dana ZIS konsumsi rumah tangga meningkat menjadi Rp. 1.130.303. hal ini terjadi karena
terdapat peningkatan pendapatan bulanan yang memungkinkan bagi rumah tangga meningkatkan mutu dan
kuantitas dari konsumsi bulannya. Ada sekitar peningkatan sebesar 21% dari sebelum adanya pemberian
bantuan dana ZIS El-Zawa. Hasil ini sesuai dengan penelitian Metwally (1995) yang menyatakan bahwa
dampak pertama dari pendistribusian zakat adalah meningkatkan daya beli (konsumsi).
Pada prakteknya, rumah tangga mengaku bahwa dengan pemberian dana ZIS tersebut, rumah tangga
mampu meningkatkan kualitas makanan yang dimakan sehari-hari. Jika dahulu hanya bisa makan nasi, tempe
dan telor maka rumah tangga sekarang bisa menambah lauk sepertin ayam, ikan atau bahkan daging sapi. Hal
ini tentu saja merupakan dampak positif dari kenaikan kualitas konsumsi makanan rumah tangga. Karena
dengan meningkatnya kualitas makanan yang dimakan tentu saja akan mempengaruhi kesehatan dan kondisi
anggota rumah tangga untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Selain dari kualitas, terdapat juga perubahan dari sisi kuantitas. Beberapa rumah tangga hanya bisa
makan 1-2 kali sehari, namun setelah ada kenaikan dari variable konsumsi ini, rumah tangga bisa makan 2-3
kali. Hal ini tentu juga akan berdampak baik bagi rumah tangga dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Hal ini
dapat diketahui karena ada perubahan anggaran konsumsi yang dikeluarkan beberapa rumah tangga yang
mengalami peningkatan untuk pembelian konsumsi yang secara kualitas lebih bagus dan secara kuantitas lebih
banyak. Namun tidak semua rumah tangga mengalami perubahan konsumsi yang signifikan, hal ini dikarenakan
beberapa rumah tangga lebih memilih untuk tidak meningkatkan konsumsi guna menambahkannya pada modal
usaha untuk meningkatkan usahanya agar lebih berkembang.
Mayoritas rumah tangga juga memiliki pertanian di lahan tak bertuan, hal ini sangat membantu rumah
tangga dalam mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Maka dari itu bisa dikatakan tingkan pengeluaran
konsumsi rata-rata rendah. Hal ini dikarenakan ruamh tangga tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli
beras, cabe, dan tanaman lain hasil pertanian karena mereka menanamnya sendiri diladang.
Pada sisi simpanan, dapat dilihat pada tabel 4.11 alokasi dana simpanan yang dapat disimpan kepada
lembaga keuangan oleh rumah tangga sebelum adanya program UMKM EL-Zawa hanya sebesar Rp. 36.363
dan berubah menjadi Rp. 140.909 atau ada kenaikan sebesar 287%. Kenaikan sebesar itu terjadi dikarenakan
banyak rumah tangga yang awalnya tidak dapat menyisihkan uang untuk di tabung ke lembaga keuangan,
namun setelah ada bantuan program UMKM ini rumah tangga bisa menyisihkan sebagian kecil untuk ditabung.
Dalam uji normalitas, data dari variable simpanan tidak terdistribusi secara normal. Hal tersebut
dikarenakan didominasinya data pada suatu angka, yaitu angka “0”. Data tidak terdistribusi secara normal
terjadi karena pada variabel simpanan sebelum pemberian dana ZIS, mayoritas rumah tangga tidak dapat
menjangkau lembaga keuangan, bahkan untuk tingkat mikro sekalipun seperti koperasi desa. Masalah tersebut
yang menyebabkan dominasi angka “0” dan mengakibatkan data tidak terdistribusi secara normal.
Hal tersebut juga terjadi untuk variable simpanan setelah pemberian dana ZIS yang tidak dapat
terdistribusi secara normal. Permasalahan juga disebabkan dominasi angka “0”. Dalam uji Wilcoxon, variable
simpanan juga tidak signifikan dan dinyatakan bahwa dana ZIS tidak mempengaruhi variable simpanan. Sesuai
dengan hiposetis yang dijelaskan pada bab III. Berdasarkan wawancara secara langsung, hal ini dikarenakan 2
faktor, faktor dari rumah tangga dan juga faktor dari pihak lembaga keuangan. Dari faktor rumah tangga
mayoritas rumah tangga memutuskan tidak menggunakan variable simpanan karena rumah tangga lebih
memprioritaskan dana dialokasikan untuk pertambahan modal usaha yang berujung pada peningkatan
pendapatan dari hasil usaha. Dilain sisi, lembaga keuangan bank dan koperasi juga tidak terlalu menguntungkan
rumah tangga sebagai nasabah, dikarenakan bunga/bagi hasil yang diberikan koperasi atau bank tidak begitu
besar. Selain itu banyaknya persyaratan dalam membuka rekeninng, adanya potongan bulanan, biaya
administrasi, biaya simpanan pokok dan berbagai potongan lain yang merugikan rumah tangga. Hal ini lah yang
membentuk pola pikir rumah tangga untuk mengalokasikan dana lebihnya untuk akumulasi modal agar usaha
semakin berkembang dibanding disimpan di bank.
Sedangkan faktor dari lembaga keuangan adalah lokasi perumahan tempat rumah tangga tinggal tidak
terdapat satu bank pun disekitar, tidak ada bank yang menjangkau daerah tempat rumah tangga tinggal, jika ada
rumah tangga harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Begitu juga untuk koperasi, senagai lembaga
keuangan mikro koperasi belum menjangkau tempat rumah tangga tinggal. Hanya ada beberapa koperasi dan
itu berada di desa sebelah yang membutuhkan biaya lebih bagi rumah tangga hanya sekedar untuk menabung,
tentu biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk menjangkau koperasi tidak sebanding dengan keuntan nanti
yang akan diperoleh jika rumah tangga menabungkan uangnya pada koperasi tersebut.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahsan tentang dampak dana ZIS terhadap kesejahteraan Rumah Tangga (studi
kasus El-Zawa Malang), maka dapat diambil kesimpulan antara lain:
1.Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah mushtaiq menerima dana ZIS dari EL-Zawa. Pendapatan,
Konsumsi, dan SImpanan naik secara signifikan hal ini menunjukan adanya perubahan kesejahteraan dalam
Rumah Tangga.
2.Dana ZIS yang dibagikan kepada rumah tangga mempengaruhi sektor pendapatan yang diterima rumah
tangga. Hal ini terjadi karena dengan adanya dana ZIS, rumah tangga dapat menambahkan modal usaha
mereka, selain itu LAZ El-Zawa juga telah memberikan bimbingan dan pengawasan agar dana ZIS yang
disalurkan dan digunakan rumah tangga untuk pertambahan modal dapat berguna secara maksimal. El-Zawa
juga memberikan bimbingan berupa pelatihan manajemen keuangan guna mengatur keuangan dari rumah
tangga. Hal ini sangat membantu rumah tangga dalam mengalokasikan dana tersebut untuk kebutuhan yang
lebih penting.
3.Dana ZIS juga mempengaruhi sisi konsumsi rumah tangga, hal initerjadi karena saat pembagian dan ZIS
tentu saja ada sebagian porsi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi
rumah tangga tersebut. Selain itu dengan adanya pertambahan pendapatan hasil usaha tersebut, rumah tangga
juga dapat mengalokasikan pertambahan tersebut unutk sektor kunsumsi. Pada pratekt dilapangan, rumah
tangga mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Hal tersebut sangat bagus untuk menjaga gizi dan
kesehatan rumah tangga agar selalu prima dalam kehidupan sehari-hari. Rumah tangga juga memiliki
pertanian, sehingga untuk kebutuhan seperti beras dan sayur mayor rumah tangga dapat memproduksinya
sendiri dan alokasi dana konsumsi dapat diberlikan untuk kebutuhan lauk pauk seperti telor, ayam, ikan dan
daging.
4.Dana ZIS tidak terlalu mempengaruhi variable simpanan rumah tangga, di lapangan pembagian dana ZIS
akan digunakan untuk penignkatan modal usaha da nada yang dikonsumsi. Setelah adanya peningaktan
pendapatan, mayoritas rumah tangga memilih untuk mengalokasikan dana tersebut untuk pertamabahan
modal dan juga konsumsi sehari-hari. Halnin yang membuat variable simnpanan tidak terpengaruh dengan
adanya dana ZIS. Selain itu faktor eksternal juga sangat mempengaruhi, daya jangkau lembaga keuangan
seperti bank dan koperasi tidak dapat menjangkau daerah tempat rumah tangga tinggal. Akses terhadap
lembaga keuangan yang minim ini juga mempengaruhi pilihan rumah tangga untuk lebih mengalokasikan
dananya kepada modal usaha disbanding lembaga keuangan. Selain itu hasil/bunga yang diberikan lembaga
keuangan sangat lah kecil, hasil akan lebih besar jika dana dialokasikan kepada usaha. Berbagai pertimbangan
tersebut lah yang membuat prilaku rumah tangga yang mengabaikan variabel simpanan.
5.Dana ZIS yang disalurkan oleh El-Zawa juga disertai dengan pengawasan dan bimbingan. Hal ini dirasakan
mustahik sangat membantu untuk pengembangan usaha.
6. Mustahik dilapangan sangat puas terhadap program UMKM dari El-Zawa ini, dan mengharapkan semakin
banyak program seriupa dalam meningkatkan kesejahteraan yang sesuai dengan syariat Islam.
Saran
Setelah pembahasan dilakukan dan ditarik kesimpulan, maka peneliti mengajukan saran untuk kemajuan
penyaluran zalat produktif antara lain:
1.Dengan hasil penelitian yang menujukan bahwa penyaluran dana ZIS dalam bentuk program UMKM berhasil
meningkatkan kesejahteraan rumah tangga, maka perlu diperluas lagi jangkuan dan penyebaran dana ZIS
tersebut, agar semakin banyak rumah tangga yang dapat merasakan manfaat dari dana ZIS tersebut.
2.Perlunya bimbingan yang spesifik, seperti manajemen pertanian dan lainlain. Dikarenakan mustahik berasal
dari banyak jenis profesi yang membutuhkan ilmu secara spesifik mengenai bidang profesi mereka.
3.El-Zawa perlu juga secara bertahap untuk memberikan dana ZIS tersebut berupa pemberian (hibah) dan juga
tetap bersama pengawasan dan bimbingan, namun setelah terdapat perhitungan bahwa kecukupan dana dari
EL-Zawa mampu.
Daftar Pustaka
Afifah, Fajri Mas. 2015. Peran Lembaga Islam Dalam Memngentaskan Kemiskinan Studi Kasus Lembaga
Baitul Maal Hidayatullah Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Brawijaya
Barus, Pebriyani. 2016. Analisis Tingkat KEsejahteraan Rumah Tangga Petani di Desa Tiga Juhar Kabupaten
Deli Serdang. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatra Utara

Baznas. 2013. Mengoptimalkan Potensi Zakat dengan Sistem. Jakarta: Majalah Baznas
Cholisoh, Nur. 2011. Peran Badan Amil Zakat (BAZ) dan Implikasi Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Studi Kasus BAZ Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Brawijaya

Fransen, Sonja. 2014. Remittances and Household Welath after Conflict: A Case Study on Urban Burundi.
Journal World Development, World Bank.

Fathullah, Haikal Luthfi. 2016. Pengatuh Bantuan Zakat Produktif Oleh Lembaga Amil Zakat Terhadap
Pendapatan Mustahik. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Universitas Brawijaya
Ibrahim, Saad. 2007. Kemiskinan dalam Perspektif Alquran. Malang: UIN Malang Perss
Khasanah, Umrotul. 2010. Manajemen Zakat Modern. Malang: UIN Maliki Press

Metwally, MM.1995. Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: PT Bangkit Dara
Mufraini, M. Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomuniaksikan Kesadaran dan Membangun
Jaringan. Jakarta: Kencana
Nor, Radieah Mohd. 2013. . Perbandingan tentang Konsep Kemiskinan Pendekatan Konvensional dan Islam.
Malaysia: Universiti sains Malaysia Pusat kajian pengurusan pembangunan islam (isdev)
Puspitasari, Rahma. 2013. Praktik Distribusi Zakat Melalui Sistem Kekerabatan dan Implikasinya Terhadap
KEsejahteraan Masyarakat (Studi di KElurahan SIdomukti Kecamtan Kraksaaan Kabupaten
Probolingo). Thesis. Universitas Brawijaya: Malang
Roestam, Soepardjo. 1993. Pembangunan Nasional untuk Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Kantor Kementrian
Kesejahteraan Rakyat

You might also like