Download as rtf, pdf, or txt
Download as rtf, pdf, or txt
You are on page 1of 14

MAKALAH

QIRA’AT QUR’AN IMAM IBNU KATSIR


Dosen pengampu : Ahmad Bustomi, M.Pd

Disusun oleh :

Hernanda Dwi Agustin (2201010041)


Elisa Indi Rahmadani (2201010030)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan taufik, nikmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
Qiraatul Qur’an yang berjudul “Qira’at Qur’an Imam Ibnu Katsir”. Dengan
terselesaikanya tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ahmad Bustomi, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Qiraatul Qur’an
2. Orang tua yang telah membiayai dan memberikan dukungan serta semangat
kepada penulis.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Dalam hal ini besar kemungkinan makalah yang penulis susun ini masih
kurang dari kesempurnaan yang diharapkan, itu semua karena terbatasnya
kemampuan yang ada pada penulis. Demi penyempurnaan dari isi makalah ini,
maka kritik dan saran dari semua pihak, akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis
khususnya serta kepada semua pihak pembaca makalah ini demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang pendidikan. AmiinYa Rabbal ‘Alamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Metro, 10 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
C. TUJUAN ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

A. BIOGRAFI IMAM IBNU KATSIR..........................................................2


B. ASAS-ASAS QIRA’AT IBNU KATSIR RIWAYAT QUNBUL...............6
C. QIRA’AT IBN KATSIR DALAM SURAT AL- HAQQAH......................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................10

A. SIMPULAN...............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Qiraat adalah ilmu yang membahas bermacam-maca bacaan (qiraat) yang
diterima dari Nabi saw.dan menjelaskan sanad serta penerimaannya dari nabi saw.
Dalam ilmu ini, diungkapkan qiraat yang shahih dan yang tidak shahih seraya
menisbatkan setiap wajah bacaannya kepada seorang Imam Qiraat. Sebagaimana telah
dikatakan dari berbagai sumber bahwa dahulu bangsa Arab ialah bangsa merupakan
kaya akan lahjah (Dialek). Berbeda Kabilah maka berbeda pula lahjah yang
digunakan, baik dari segi intonasi, bunyi maupun hurufnya. Namun dari banyaknya
lahjah yang ada, bahasa Quraisy menjadi bahasa unggulan di Arab. Hal ini bukan
tanpa suatu sebab dan bukan tanpa suatu alasan, hal yang membuat bahasa Quraisy ini
unggul diantara bahasa yang lain ialah karena kaum Quraisy ialah kaum yang tinggal
berdampingan dengan Baitullah, menjadi pengabdi urusan Haji, Umroh, membangun
Masjidil Haram dan tempat persinggahan dalam urusan perniagaan.

Qiraat Sab’ah ini masing-masing dibawa dan dipopulerkan oleh seorang imam
qiraat, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh orang imam qiraat. Sebagai penghargaan
dan agar mudah diingat, nama-nama mereka selanjutnya diabadikan pada qiraatnya
masing-masing. Tetapi patut dipahami, hal ini bukan berarti bahwa merekalah yang
menciptakan qiraatnya sendiri. Qiraat yang mereka anut dan gunakan tetap bersumber
dari Rasulullah saw.yang diperolehnya secara talaqqi dari generasi-generasi
sebelumnya. Pada makalah kali ini, penulis akan mengulas tentang qira’at Imam Ibnu
Katsir riwayat Imam Qunbul dan Imam al-Bazzy.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana sejarah Qiraat Ibnu Katsir?
b. Bagaimana cara baca qiraat Ibnu Katsir

C. TUJUAN
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui car abaca qiraat Ibnu Katsir.
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami qiraat Ibnu Katsir.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI IMAM IBNU KATSIR


1. Kelahiran dan Wafatnya
Abdullah bin Katsir atau dikenal dengan laqob Ibnu Katsir merupakan
Pemimpin Ahli Qira’at. Nama lengkap Ibnu Katsir adalah Imad ad-Din Abu al-
Fida Ismail Ibn Amar Ibn Katsir Ibn Zara’ al-Bushra al-Dimasiqy. Beliau lahir di
Desa Mijdal dalam wilayah Bushra (Basrah) pada tahun 700 H/ 1301 M. Oleh
karena itu, ia mendapat prediket” al-Bushrawi’’ (orang Basrah). 1  Ibnu Katsir
adalah anak dari Shihab Ad-Din Abu Hafsah Amar Ibn Katsir Ibn Dhaw Ibn Zara’
Al-Quraisyi, yang merupakan seorang ulama terkemuka pada masanya. Ayahnya
bermazhab Syafi’i dan pernah mendalami mazhab Mazhab hanafi.2 Dalam usia
kanak-kanak, setelah ayahnya wafat, Ibnu Katsir di bawa kakaknya ( kamal Ad-
Din ‘Abd Al- Wahhab) dari desa kelahirannya ke damaskus. Di Kota inilah dia
tinggal hingga akhir hayatnya. Karena perpindahan ini, ia mendapat predikat A-
Dimasyqi ( orang Damaskus).3
Abdullah bin Katsir senantiasa menjaga penampilan dan kebersihan diri.
Diantara kebiasaannya, beliau selalu memakai wewangian dalam berbagai
kesempatan. Ia merupakan syaikh, qadhi (hakim) dan imam qira’at di Makkah.
Ulama qira’at yang termasuk pada generasi tabiin ini memiliki nama belakang
‘ad-Dari’. Nama tersebut berhubungan dengan nama seorang sahabat bernama
Tamim ad-Dari dan juga berhubungan dengan minyak wangi. Imam Ibn Katsir
merupakan seorang tabi’in yang bertemu dengan para sahabat Nabi, Abdullah bin
az-Zubair, Abu Ayyub al-Anshary, Anas bin Malik, dan Mujahid bin Jabar. Beliau
belajar qira’ah kepada Abdullah bin as-Saib.4
Diriwayatkan, Ibnu Katsir merupakan sosok yang selalu taat kepada guru
dan tak pernah menyelisihi ilmunya. Dengan demikian, ia tak pernah berbeda
pendapat dengan Mujahid bin Jabar mengenai ilmu qira’at. Abdullah bin  Katsir
1
Manna Khalil Al-Qathathan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, trans. Mudzakir (Jakarta: Lintera Antara Nusa, 1990),
242.
2
Ibn Katsir, Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, Jilid XIV (Beirut: Dar Al-Fikr, 1990), 32.
3
Nur Faizan Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibn Katsir (Jakarta: Menara Kudus, 2002), 35.
4
Muhammad Roihan Nasution, Qira’ah Sab’ah (Medan: Perdana Publishing, 2019), 12.

2
menyatakan, Mujahid merupakan guru yang bijak dan cermat dalam memandang
setiap perdebatan yang terjadi diantara para ahli qira’at. Bagi Mujahid, Abdullah
bin Katsir merupakan muridnya yang utama. Betapa tidak, suatu saat Mujahid
pernah mengatakan, “Penduduk Makkah terkadang tidak sepakat dengan metode
bacaan Ibnu Muhaisin, namun mereka sepakat dengan metode bacaan Abdullah
bin Katsir.” Meski hanya seorang budak, Abdullah bin Katsir merupakan tabi’in
yang memiliki kualifikasi keilmuan cukup mumpuni. Tak pelak lagi, dengan
keilmuannya yan bermanfaat bagi bangsa Arab dan umat Islam keseluruhan,
Abdullah bin Katsir adalah ulama besar dalam bidang bacaan al-Qura’an.
Terbukti, banyak ulama-ulama terkenal lainnya yang belajar ilmu qira’at
kepada Abdullah bin Katsir. Antara lain, Ismail bin Abdullah al-Qist, Ismail bin
Muslim, Jarir bin Hazim, al-Harits bin Qudamah, Hammad bin Salamah, Hammad
bin Zaid, Khalid bin al Qasim, al-Khalil bin Ahmad, Sulaiman bin al-Mughirah,
Syibl bin Ibad, anaknya sendiri yang bernama Shadaqah bin Abdullah bin Katsir,
Thalhah bin Amru, Abdullah bin Zaid bin Yazid, Abdul Malik bin Juraiz, Ali bin
al-Hakam, Isa bin Umar al-Tsaqafi, al Qasim bin Abdul Wahid, Qaz’ah bin
Suwaid, Qurrah bin Khalid, Mathruf bin Ma’qil, Ma’ruf bin Misykan, Harun bin
Musa, Wahb bin Zam’ah, Ya’la bin Hakim, Ibnu Abi Fadik, Ibnu Abi Mulaikah,
Sufyan bin Uyaynah, al-Rihal dan Abu Amru bin al-‘Ala.
Imam Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki lidah yang fasih, dan
mempunyai struktur kata yang bagus dan indah bila berbicara, orangnya tenang
dan penuh kharisma, sangat menguasai bahasa Arab, dan beliau adalah imam
dalam bidang al-Qur’an di kota Mekkah pada zamannya. Tubuh beliau cukup
tinggi dan berbadan, mata beliau berwarna coklat, jenggotnya berwarna putih dan
seringkali beliau mewarnainya dengan daun inai. Imam al Ashma’i berkata: Aku
bertanya kepada Abu Amru al-Bashri: Apakah engkau membaca Al-Qur’an
kepada Ibnu Katsir? Ia menjawab: ya, aku mengkhatamkan Al-Qur’an beberapa
kali di hadapan beliau sesudah aku mengkhatamkannya di depan Imam Mujahid.
Dan Ibnu Katsir lebih menguasai bahasa Arab dari Mujahid.5
Abdullah bin Katsir sanggup tampil sebagai pemimpin para qari di
Makkah. Ini mengingat, beliau hidup semasa dengan banyak tokoh yang
mengkonsentrasikan diri pada ilmu qira’at. Hampir seluruh tokoh tersebut
mempelajari dan memperbaiki bacaan al-Qur’an disetiap waktu. Diantara nama-
5
Khairunnas Jamal and Afriadi Putra, Pengantar Ilmu Qiraat (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2020), 59–60.

3
nama tokoh itu adalah Muhammad bin Abdurrahman bin Muhaishin as-Sahmi,
salah seorang dari empat belas pakar qira’at Makkah. Tokoh yang wafat pada 123
H ini merupakan sahabat dekat Abdullah bin Katsir.6
Abdullah bin Katsir mengembangkan beberapa prinsip yang dijalankan
dalam membaca al-Qur’an yang sejalan dengan sunnah Rasulullah saw.
Diantaranya :

a. Beliau selalu membaca basmallah dalam setiap awal surat, kecuali surat Al-
Anfal dan surat at-Taubah. Keharusan ini juga dilakukan Qalun, seorang  qari
dan pakar ilmu Nahwu dari Madinah yang merupakan salah seorang dari tujuh
ulama qira’at terkenal.
b. Membaca mad munfashil dengan pendek dan mad muttashil dengan kecepatan
sedang. Hal ini disepakati ulama tanpa ada perbedaan.
c. Membaca ringan hamzah (tanda baca) yang bertemu dalam satu kata tanpa
memasukkan alif diantara keduanya.

Untuk menggambarkan keutamaan Ibnu Katsir, sangat tepat penjelasan


Sufyan bin Uyainah bahwa di Makkah tidak ada yang lebih bagus bacaan al-
Qura’an melebihi dia. Jarir bin Hazim berkata tentang Ibnu Katsir, “Dia adalah
orang yang fasih membaca al-Qur’an.” Pada perkembangan selanjutnya, buah dari
keilmuan tinggi dan pengakuan banyak orang, tak sedikit yang berguru pada
Abdullah bin Katsir. Tak heran jika dikemudian hari, madrasah dan metode
qira’atnya berhasil melahirkan dua muridnya yang terkenal, al-Bazzi dan Qunbul.
Al-Bazzi lahir pada 170 H, yaitu 50 tahun setelah wafatnya Abdullah bin Katsir di
Makkah pada tahun 120 H.

2. Pendidikan
Pada usia 11 tahun Ibnu Katsir menyelesaikan hafalan al-Qur’an,
dilanjutkanmemperdalam Ilmu Qiraat, dari studi Tafsir dan Ilmu Tafsir dari
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah (661 – 728 H).7 Para ahli meletakkan beberapa
gelar keilmuan kepada Ibnu Katsir sebagai kesaksian atas kepiawaiannya dalam
beberapa bidang keilmuaan yang ia geluti yaitu:

6
Nur Faizan Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibn Katsir, 37.
7
Ibn Katsir, Al-Bidayah Wa Al-Nihayah, Jilid XIV (Beirut: Dar Al-Fikr, 1990), 39.

4
a. Al-Hafidzh, orang yang mempunyai kapasitas hafal 100.000 hadits, matan
maupun sanad.
b. Al-Muhaddits, orang yang ahli mengenai hadits riwayah dan dirayah, dapat
membedakan cacat atau sehat, mengambilnya dari imam-imamnya, serta dapat
menshahehkan dalam mempelajari dan mengambil faedahnya.
c. Al-faqih, gelar bagi ulama yang ahli dalam Ilmu Hukum Islam namun tidak
sampai pada mujtahid.
d. Al-Mu’arrikh, seorang yang ahli dalam bidang sejarah atau sejarawan.
e. Al-Mufassir, seorang yang ahli dalam bidang Tafsir yang menguasai beberapa
peringkat berupa Ulum al-Qur’an dan memenuhi syarat- syarat mufassir.

Diantara lima predikat tersebut, al-Hafidzh merupakan gelar yang paling


sering disandangkan pada Ibnu Katsir. Ini terlihat pada penyebutan namanya pada
karya – karyanya atau ketika menyebut pemikiranya.

3. Guru-guru
Ibnu Katsir dibesarkan di kota Damaskus. Disana beliau banyak menimba
Ilmu dari para ulama di kota tersebut, salah satunya adalah Burhan al-Din al-
Fazari (660-729 H) yang merupakan guru utama Ibnu Katsir, seorang ulama
terkemuka dan penganut mazhab Syafi’i. Kemudian yang menjadi gurunya adalah
Kamal al-Din Ibnu Qadhi Syuhbah.
Kemudian dalam bidang Hadits, beliau belajar dari Ulama Hijaz dan
mendapat ijazah dari Alwani serta meriwayatkannya secara langsung dari Huffadz
terkemuka di masanya, seperti Syeikh Najm al-Din ibn al- ‘Asqalani dan Syhihab
al-Din al-Hajjar yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu al-Syahnah. Dalam
bidang Sejarah, peranan al-Hafizh al-Birzali (w. 730 H), sejarawan dari kota
Syam, cukup besar.
Dalam mengupas peristiwa– peristiwa Ibnu Katsir mendasarkan pada kitab
Tarikh karya gurunya tersebut.Berkat al-Birzali dan Tarikh nya, Ibnu Katsir
menjadi sejarawan besar yang karyanya sering dijadikan rujukan utama dalam
dalam penulisan sejarah Islam.8

B. ASAS-ASAS QIRA’AT IBNU KATSIR RIWAYAT QUNBUL

8
Manna Khalil Al-Qathathan, Ulum Al-Qur’an, trans. Mudzakir (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), 257.

5
Nama asli Imam Qunbul adalah Imam Muhammad bin `Abdurrahman bin
Khalid bin Muhammad bin Sa`id al-Makki al-Makhzumi ra. Beliau belajar qira'ah
kepada Imam `Abdullah bin Katsir bin `Amru bin `Abdullah ra, seorang ahli qira'at
yang bermukim di Mekah. Pada saat itu, penduduk Mekah beramairamai belajar
qira'ah kepada Imam Ibnu Katsir ra. Akan tetapi, Ibnu Mujahid ra hanya memasukkan
dua murid Imam Ibnu Katsir ra dalam bukunya yang membahas mengenai qira'at
sab`ah. Mereka berdua adalah Imam Ahmad bin Muhammad bin `Abdullah bin Abu
Bazzah ra (Imam Al-Bazzi) dan Imam Muhammad bin `Abdurrahman bin Khalid bin
Muhammad bin Sa`id al-Makki al-Makhzumi ra (Imam Qunbul). 9 Berikut adalah
kaidah-kaidah dalam qira’at imam Qunbul :
1. Miim Al-Jama'
Miim Al-Jama' adalah miim yang berada di akhir kata yang menunjuk kepada
Jama' Al-Mudzakkar (jamak laki-laki). Imam Qunbul ra membaca Miim Al-Jama'
dengan Miim yang didhammah dan dipanjangkan 2 harakat. Contoh:

ࣖ َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم وَاَل الض َّۤالِّ ْين‬


ِ ْ‫ۙ َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
Dan

ۙ َ‫ب َويُقِ ْي ُموْ نَ الص َّٰلوةَ َو ِم َّما َرزَ ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬


ِ ‫الَّ ِذ ْينَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِ ْال َغ ْي‬
2. Haa' Adh-Dhamiir
Imam Hafsh ra membaca panjang huruf Haa' Dhamiir jika huruf sebelumnya
berharakat dan membaca pendek jika huruf sebelumnya tidak berharakat (sukun),
kecuali dalam Surah Al-Furqan : 69. Hal ini berbeda dengan Imam Qunbul ra,
beliau membaca huruf Haa' Dhamiir dua harakat dalam semua keadaan. Contoh:
َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْي ۙن‬ َ ِ‫ٰذل‬
َ ‫ك ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
Dan

‫َو ُِّأم ِه ۧ َوَأبِ ِيه‬

3. Tashil
Secara bahasa, Tashil berarti meringankan atau memberi kemudahan. Menurut
istilah, Tashil adalah meringankan/melunakkan Hamzah kedua ketika dua

9
Ishaq Asri, “Asas-Asas Qira’at Ibnu Katsir Riwayat Qunbul,” n.d., 2.

6
Hamzah berdekatan. Tashil dalam qira'at `Ashim riwayat Hafsh hanya terdapat
dalam Surah al-Fushshilat ayat 44, yaitu lafadzh:

‫يِب‬
‫ر‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ي‬ ِ
‫م‬ ‫ج‬ ‫ع‬َ ‫ا‬۬‫ء‬
ٌّ ََ َّ ٌّ َ ْ َ
Selain pada ayat di atas, Imam Hafsh membaca tahqiq yaitu membaca dengan
tekanan suara yang kuat. Namun, Imam Qunbul ra membaca tashil setiap ada dua
Hamzah yang berdekatan. Contoh:

‫اِ َّن الَّ ِذيْ َن َك َفُرْوا َس َواۤءٌ َعلَْي ِه ُمو ءَاَنْ َذ ْرَت ُه ُمو اَْم مَلْ ُتْن ِذ ْرمُهُو اَل يُْؤ ِمُن ْو َن‬
Dan

ِ ِ ‫َأنْبِ ويِن بَِأمْس ِاء ٰه ٓاَل ِء ِٕا ْن ُكْنتمو‬


َ ‫صادقنْي‬
َ ُُ ‫َ َ ُؤ‬ ‫ُئ‬
4. Yaa' Al-Mutakallim Bertemu Hamzah Qatha'
Yaa' Al-Mutakallim adalah huruf yaa' yang menunjuk kepada yang berbicara.
Apabila Yaa' Al-Mutakallim bertemu dengan huruf Hamzah qatha' yang menjadi
huruf awal pada kata berikutnya maka huruf Yaa' tersebut berharakat fathah.
Contoh:

ِ ‫اَأْلر‬
‫ض‬ ِ َّ ‫َأعلَم َغيب‬ ‫ِٕا‬
ْ ‫الس َٰم َٰوت َو‬ َ ْ ُ ْ َ‫يِّن‬

7
5. Yaa'aat Al-Atiyyah Bertemu Hamzah
Jika terdapat Yaa'aat Al-Atiyyah bertemu Hamzah yang menjadi awal pada
kata berikutnya maka huruf Yaa' tersebut berharakat fathah. Contoh:10

ِ ‫الس ٰم ٰو‬
ِ ‫اَأْلر‬
‫ض‬ ْ َ َ َ َّ ‫ب‬
‫و‬ ‫ت‬ ْ َ‫ِٕايِّن‬
َ ‫َأعلَ ُم َغْي‬
Dan

‫ي امْسُ ُهو َأمْح َ ُد‬ ِ ‫ول يْأيِت ِمن بع‬


‫د‬ ٍ ‫ومبشِّرا بِرس‬
َ ْ َ ْ َ ُ َ ً َُ َ
C. QIRA’AT IBN KATSIR DALAM SURAT AL- HAQQAH
Dalam Qur’an Surat Al-Haqqah juga dapat menjadi contoh untuk dilihat
bagaimana penggunaan qira’at Ibn Katsir dalam surat tersebut, dalam surat Al-
Haqqah sendiri terdapat beberapa Ayat yang dapat kita cermati untuk dapat
disesuaikan dengan qira’at Ibn Katsir. Antara lain :
1. Pada Ayat ke- 7

‫صْر ٰعىۙ َكاَنَّ ُه ْم‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬ِ‫س َّخرها علَي ِهم سبع لَي ٍال َّومَثٰنِيةَ اَيَّا ۙ ٍم حسوما َفترى الْ َقوم ف‬
َ َ ْ َ ْ ََ ً ْ ُ ُ َ َ َ َْ ْ ْ َ ََ َ
‫اَ ْع َج ُاز خَن ْ ٍل َخا ِويَ ۚ ٍة‬
Dalam qira’at Ibn Katsir dibaca

‫ص ْر ٰعىۙ َكاَنَّ ُه ُمو‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬ِ‫س َّخرها علَي ِهمو سبع لَي ٍال َّومَثٰنِيةَ اَيَّا ۙ ٍم حسوما َفترى الْ َقوم ف‬
َ َ ْ َ ْ ََ ً ْ ُ ُ َ َ َ َْ ُ ْ َ ََ َ
‫اَ ْع َج ُاز خَن ْ ٍل َخا ِويَ ۚ ٍة‬
2. Pada Ayat ke- 8

‫َف َه ْل َت ٰرى هَلُ ْم ِّم ۢ ْن بَاقِيَ ٍة‬

Dalam qira’at Ibn Katsir dibaca


10
Ishaq Asri, 3–4.

8
‫َف َه ْل َت ٰرى هَلُُمو ِّم ۢ ْن بَاقِيَ ٍة‬
3. Pada ayat ke- 10

ً‫ص ْوا َر ُس ْوَل َرهِّبِ ْم فَاَ َخ َذ ُه ْم اَ ْخ َذ ًة َّرابِيَة‬


َ ‫َف َع‬
Dalam qira’at Ibn Katsir dibaca

ً‫ص ْوا َر ُس ْوَل َرهِّبِ ْم فَاَ َخ َذمُهُو اَ ْخ َذ ًة َّرابِيَة‬


َ ‫َف َع‬
Dari beberapa contoh diatas maka dapat kita cermati dan membedakan cara
baca yang digunakan oleh Ibn Katsir dan periwayatnya dalam membaca Al-Qur’an,
lebih lengkapnya silahkan dengarkan bacaan Surah Al-Haqqah Oleh Syeikh Minsyari
Rasyid Al Afasy dengan menggunakan qira’at Ibn Katsir pada kanal Youtube.

9
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Ahruf sab’ah dan qiraat sab’ah memiliki makna yang berbeda, namun kedua
istilah tersebut saling berkaitan. Karena pemahaman terhadap istilah ahruf sab’ah
tersebut sebagai akibat munculnya bermacam-macam bacaan. Macammacam bacaan
para imam Qurra tersebut muncul setelah masa Tabiin yang bersumber pada sahabat.
Namun setelah dilakukan penelitian dengan syarat-syarat tertentu, maka hanya tujuh
qiraat yang diangap mutawatir yaitu Qiraat Imam Nafi’, Abu Amr, Ashim, Ibnu
Katsir, Al-Kisa’i, Hamzah, dan Ibnu Amir. Karena jumlah para imam tersebut ada
tujuh orang imam, maka qiraat tersebut dikenal dengan qiraat sab’ah. Dengan
demikian bahwa ahruf sab’ah merupakan bukan Qiraat sab’ah. Juga qiraat Ibn Katsir
yang diriwayatkan Oleh dua perawinya memiliki ciri yang berbeda dengan qiraat lain
seperti qiraat Al Hafs.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibn Katsir. Al-Bidayah Wa Al-Nihayah. Jilid XIV. Beirut: Dar Al-Fikr, 1990.

———. Al-Bidayah Wa Al-Nihayah. Jilid XIV. Beirut: Dar Al-Fikr, 1990.

Ishaq Asri. “Asas-Asas Qira’at Ibnu Katsir Riwayat Qunbul,” n.d.

Khairunnas Jamal and Afriadi Putra. Pengantar Ilmu Qiraat. Yogyakarta: KALIMEDIA,

2020.

Manna Khalil Al-Qathathan. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Translated by Mudzakir. Jakarta:

Lintera Antara Nusa, 1990.

———. Ulum Al-Qur’an. Translated by Mudzakir. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009.

Muhammad Roihan Nasution. Qira’ah Sab’ah. Medan: Perdana Publishing, 2019.

Nur Faizan Maswan. Kajian Diskriptif Tafsir Ibn Katsir. Jakarta: Menara Kudus, 2002.

11

You might also like