Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

PENGARUH VARIASI KECEPATAN AGITASI PADA PRODUKSI

Β-GLUKAN DARI Saccharomyces cerevisiae


Laras Cempaka
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Bakrie, Kuningan Jakarta 12920, Indonesia

*Corresponding author: laras.cempaka@bakrie.ac.id

Abstract

β-glucan is very interesting to study because of a variety of benefits that it provides. Saccharomyces
cerevisiae is a unicellular yeast which has a β-glucan component of the biggest in the cell wall.
This study aimed to describe the effect of agitation speed on the production of β-glucan from S.
cerevisiae. Agitation speed plays an important role in cell growth. This research used agitation
speed at 80 rpm, 120 rpm and 200 rpm. The research design used was a completely randomized
design with three replications. During the fermentation in sixteen hours, several parameters were
examined including cell number, pH, glucose and protein of the medium and the crude β-glucan. β-
glucan extraction procedures done by adding NaOH 2% solution to the fermented product. Then,
the supernatant was neutralized with acetic acid solution. To get the crude deposits of β-glucan,
ethanol 96% was added in volume as three times of the supernatant. Production of β-glucan was
increas along with the growth of the cell.Data analysis was performed using one way ANOVA test
followed by LSD analysis. Production of β-glucan increases with cell growth. pH value, the
concentration of carbon source and nitrogen source on the substrate decreased during the
fermentation process. β-glucan production also increased as the rising of agitation speed from the
80 rpm until 200 rpm. Rate of β-glucan production in 80 rpm, 120 rpm and 200 rpm were 18.19
μgL-1/ hour, 40.42 μgL-1/ hour, 44.03 μgL-1/ hour, respectively. Based on the experiment results, the
most optimum agitation speed for beta-glucan were respectively 200 rpm with beta-glucan content
reached 1624.44 µg/L.

Keywords : Agitation, β-glucan, fermentation, Saccharomyces cerevisiae

PENDAHULUAN efektif diperoleh dari dinding sel ragi


β-glukan menjadi bahan yang sangat dibandingkan sumber lainnya (Thontowi,
menarik untuk dikaji karena beragam manfaat 2007). Saccharomyces cerevisiae termasuk
yang diberikannya. β-glukan berpotensi ragi uniseluler yang merupakan galur
sebagai stimulator sistem imun yang potensial penghasil β-glukan, karena sebagian
melindungi tubuh dari infeksi patogen (virus, besar dinding selnya tersusun atas β-glukan
bakteri, fungi) sebagai antitumor juga sebagai (Lee, 2001; Cabib, 2001; Lesage dan Bussey,
antioksidan yang mampu menangkap radikal 2006). S. cerevisiae ini menjadi sangat
bebas. Selain itu, β-glukan dapat pula sebagai intensif dipelajari terutama aspek biologis
zat penambah keefektifan suatu antibiotik dan yang berkaitan dengan dinding selnya
penurun kolesterol LDL di dalam tubuh (Reclavsky, 1998; Thontowi, 2007).
(Thontowi, 2007). β-glukan ini dapat ditingkatkan pro-
β-glukan dapat diperoleh dari berbagai duksinya dengan memperhatikan segala aspek
macam organisme diantaranya bakteri, jamur yang mendukung pertumbuhan sel ragi
maupun tumbuhan, namun β-glukan lebih (Pelczar, 1988; Black, 1999; Madigan &

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor1, April 2015 21


Laras Cempaka Pengaruh Kecepatan Agitasi

Martinko, 2006). Oleh karena itu, perlu dikaji Selama fermentasi berlangsung dilakukan
hal-hal yang mendukung pertumbuhan sel pengambilan sampel setiap 4 jam sekali.
seperti ketepatan dalam menentukan kompo- Metode penghitungan jumlah sel dila-
sisi medium maupun pengondisian lingkung- kukan dengan pencuplikan sampel setiap dua
an saat proses fermentasi berlangsung. Hal jam sekali selama 24 jam proses fermentasi.
tersebut penting dalam kaitannya dengan Sampel sebanyak 1 tetes dituangkan ke atas
transfer nutrien dan oksigen ke dalam sel. counting chamber, kemudian jumlah populasi
Metabolisme secara aerob adalah pilih- mikroba diamati dengan mikroskop. Peng-
an yang tepat untuk mendukung pertumbuhan ukuran nilai pH dilakukan dengan
sel, karena ATP yang terbentuk akan jauh menggunakan pH meter. Penentuan kadar
lebih besar dibandingkan pada metabolisme glukosa dengan metode Somogyi Nelson
anaerob. Energi dari sumber tersebut yang yaitu sebanyak 2 mL sampel ditambahkan
dibutuhkan untuk membangun konstituen sel. reagen Somogyi I sebanyak 1,6 mL dan
Sebaliknya jika kondisi anaerob yang terjadi, reagen Somogyi II sebanyak 0,4 mL.
maka sel akan merespon dengan cara Kemudian dikocok dan dipanaskan dalam
mengeluarkan metabolit sekunder sebagai penangas air selama 15 menit. Setelah itu
mekanisme pertahanan kehidupan sel terha- sampel didinginkan dalam air es, lalu
dap kondisi yang tidak sesuai dengan ditambahkan dengan larutan Nelson sebanyak
pertumbuhannya, dalam hal ini S. cerevisiae 2 mL dan akuades sebanyak 4 mL. Campuran
akan mengeluarkan metabolit berupa etanol tersebut kemudian dikocok dengan menggu-
dalam kondisi anaerob pada kadar etanol nakan vorteks hingga homogen. Nilai
tertentu, sel akan mengalami kematian. Salah absorbansi diukur pada panjang gelombang
satu cara mempertahankan kondisi yang aerob 520 nm. Penentuan kadar protein dengan
adalah dengan memberikan pengadukan pada menggunakan metode Lowry yaitu Sampel
kultur fermentasi, karena peranan agitasi kultur sebanyak 0,1 mL ditambahkan 3,9 mL
diantaranya adalah menaikan kecepatan kela- akuades dan 5,5 mL larutan Lowry kemudian
rutan oksigen, mempercepat transfer nutrien dilakukan homogenisasi dengan mengguna-
dan oksigen ke dalam sel, sehingga agitasi kan vorteks dan didiamkan selama 15 menit.
perlu dilakukan untuk mengoptimalkan poten- Setelah itu dilakukan penambahan larutan
si pembentukan β-glukan. Penelitian ini Folin ciocalteau akuades (1:1) sebanyak 0,5
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kece- mL, lalu dilakukan homogenisasi kembali dan
patan agitasi terhadap pembentukan β-glukan didiamkan selama 30 menit. Blanko dibuat
oleh S. cerevisiae, serta menentukan kecepat- dengan mengganti sampel dengan 0,1 mL
an agitasi yang terbaik akuades. Pengukuran absorbansi protein dila-
kukan pada panjang gelombang 650 nm
MATERIAL DAN METODE dengan menggunakan spektrofotometer Spe-
Media fermentasi cair sebanyak 100 mL ktronik 20.
dibuat dengan komposisi sebagai berikut: Penentuan kadar β-glukan kasar sebagai
Konsentrasi glukosa sebesar 4% diperoleh berikut sampel kultur sebanyak 15 mL
dari penelitian sebelumnya (Cempaka, 2014). disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm
Semua bahan dilarutkan dalam air, dipa- selama 20 menit pada suhu 15°C. Supernatan
naskan sambil diaduk hingga homogen. dibuang, pelet biomassa sel ditambahkan 5
Media disterilkan dengan autoklaf pada suhu mL NaOH 2%, lalu dipanaskan selama 5 jam
121°C selama 15 menit. Setelah preparasi, pada suhu 90°C. Proses pembasaan tersebut
inokulum sebanyak 106 sel/mL diinokulasi- berfungsi untuk memisahkan komponen
kan. Fermentasi berlangsung selama 16 jam mannoprotein dari komponen sel lainnya serta
dengan kondisi suhu 28°C, pH medium. proses pembasaan tersebut mampu menaikan
kelarutan dari β-glukan. Suspensi biomassa

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor1, April 2015 22


Laras Cempaka Pengaruh Kecepatan Agitasi

sel disentrifugasi kembali dengan kecepatan lebih mudah digunakan dibanding yeast dan
5000 rpm selama 10 menit. Ke dalam pepton sebagai sumber protein.
supernatan yang diperoleh ditambahkan Pada awal fermentasi masing-masing
CH3COOH tetes demi tetes hingga pH larutan perlakuan memiliki kandungan β-glukan yang
sekitar 6,8-7, setelah itu diendapkan dengan 3 berbeda, seharusnya berada pada jumlah yang
kali volume etanol 96%. Penambahan etanol sama dikarenakan jumlah inokulum yang di-
96% ini berfungsi untuk membentuk endapan inokulasikan sama yaitu 106 sel/ml.
β-glukan. Endapan yang terbentuk dipisahkan Terjadinya perbedaan ini dapat disebab-
melalui sentrifugasi dengan kecepatan 5000 kan telah terjadinya perubahan morfologis sel
rpm selama 10 menit. Endapan yang terdapat yang diakibatkan pengocokan dengan putaran
diujung tabung sentrifugasi dipindahkan pada per menit yang berbeda-beda. Secara visual,
kertas saring Whatman No. 1 yang sudah kecepatan agitasi 80 rpm ini memperlihatkan
diketahui bobotnya kemudian dibilas dengan endapan berupa serabut yang disinyalir
etanol.Terakhir keringkan pada suhu ruang sebagai komponen sel terdegradasi, sedang-
semalaman sehingga diperoleh glukan kasar. kan pada 120 rpm dan 200 rpm tidak
Setelah kering glukan ditimbang untuk didapatkan hal tersebut. Pengocokan yang
kemudian diukur beratnya dengan cara kurang homogen terjadi pada 80 rpm, hanya
menghitung selisih berat kertas saring. sebagian kecil dari keseluruhan kultur
terkocok, sel yang mengendap mengakibatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN ruang gerak antar sel yang kecil sehingga
Laju pertumbuhan tertinggi pada kontak nutrien maupun oksigen menjadi tidak
perlakuan kecepatan agitasi 80 rpm, 120 rpm, merata. Dari hal tersebut beberapa sel
200 rpm masing-masing sebesar 0,237 sel ml- diantaranya mengalami kematian, kemudian
1/jam, 0,243 sel ml-1/jam, 0,323 sel ml- komponen selnya terdegradasi dan dapat
1/jam. Dengan demikian, semakin besarnya dimanfaatkan sebagai suplai nutrien untuk
putaran per menit pada proses agitasi, maka sel-sel yang masih hidup.
laju pertumbuhan sel akan semakin tinggi. Terjadinya penurunan jumlah glukan
Pertambahan jumlah glukan seiring dengan dapat disebabkan oleh adanya pelepasan
pertambahan jumlah sel, hal ini menunjukkan eksoenzim 1,3 β-D glukanase. Enzim 1,3 β-D
bahwa glukan merupakan metabolit primer glukanase ini merupakan enzim yang dapat
yang menyusun dinding sel (Griffin, 1993). mengkatalisis proses hidrolisis glukan
Nilai pH masing-masing perlakuan (Aryani, 2001).
menunjukkan pola yang sama yaitu meng- Laju pembentukan β-glukan rata-rata
alami penurunan sepanjang proses fermentasi dari masing-masing perlakuan 80 rpm, 120
kemudian terjadi peningkatan pada saat rpm dan 200 rpm yaitu 18,19 μgL-1/jam,
menjelang akhir fermentasi (16 jam waktu 40,42 μgL-1/jam dan 44,03 μgL-1/jam. Sema-
fermentasi). Pada pengukuran konsentrasi kin tingginya putaran pada proses agitasi
glukosa dan protein, keduanya memiliki pola semakin besarnya laju pembentukan β-
yang serupa yaitu terjadi penurunan selama glukan. Berdasarkan hasil uji statistik
fermentasi berlangsung. Laju penurunan pada menggunakan one way ANOVA yang
glukosa jauh lebih tinggi dibandingkan laju dilanjutkan dengan analisis LSD (Sarwono,
penurunan pada protein. Hal ini disebabkan 2005) terhadap perlakuan kecepatan agitasi i,
telah terjadi penggunaan kedua substrat P value yang diperoleh yaitu 0,520 (P>0,05),
tersebut sebagai nutrient pertumbuhan bagi sehingga Ho diterima.
ragi. Glukosa yang merupakan monosakarida

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor1, April 2015 23


Laras Cempaka Pengaruh Kecepatan Agitasi

B
A

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan S. cerevisiae (A), penurunan konsentrasi sumber karbon (B) dan
penurunan konsentrasi sumber nitrogen

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor1, April 2015 24


Laras Cempaka Pengaruh Kecepatan Agitasi

Gambar 2. Kurva perbandingan pembentukan β-glukan dan pertumbuhan sel pada variasi kecepatan
agitasi 80 rpm, 120 rpm dan 200 rpm

Pada perlakuan kecepatan agitasi ini 200 rpm dengan laju rata-rata sebesar 18,19
tidak terdapat perbedaan yang signifikan di μgL-1/jam, 40,42 μgL-1/jam, 44,03 μgL-1/jam.
antara perlakuan 80 rpm, 120 rpm dan 200 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
rpm. Dari hasil penelitian, produksi tertinggi kecepatan agitasi optimum untuk meng-
dan laju pembentukan β-glukan tertinggi ada hasilkan β-glukan adalah 200 rpm dengan
pada perlakuan kecepatan agitasi 200 rpm. kandungan β-glukan sebesar 1624,44 μgL-1.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


β-glukan yang terbentuk semakin Aryani, D. (2001). Analisis kualitatif
meningkat laju pembentukannya seiring keberadaan eksoenzim 1,3 -D glukanase
dengan bertambahnya jumlah putaran per dari miselium Ganoderma tropicum
menit pada proses agitasi, 80 rpm, 120 rpm, menggunakan elektroforesis PAGE.

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor1, April 2015 25


Laras Cempaka Pengaruh Kecepatan Agitasi

Skripsi Institut Teknologi Bandung. Lesage, G., Bussey H. (2006). Cell Wall
Bandung Assembly in Saccharomyces cerevisiae.
Black, B. (1999). Microbiology Principle and Microbiology and molecular biology
Exploration.Prentice Hall.New Jersey. reviews, 317-343.
Cabib, E. A. (2001). The yeast cell wall and Madigan, M. T., Martinko. J. M. (2006).
septum as paradigms of cell growth and Brock: Biology of Microorganisms.
morphogenesis. J Biol Chem, 276, Prentice Hall, International, Inc.London.
19679-19682. Pelczar, M. J. (1988). Dasar-Dasar Mikrobio-
Cempaka, L., Aryantha, I. N. P. (2014). logi. UI-Press. Jakarta.
Effect of Glucose Concentration on the Reclavsky. (1998). Signalling towards cell
Produc-tion of β-Glucan by Saccharo- wall synthesis in budding yeast. Acta
myces cerevisiae.The 2nd Asian- Univ Palacki Olomuc Fac Med, 141, 7-
Australasian Dairy Goat Conference (p. 14.
202). Faculty of Animal Science, Bogor Sarwono, J. (2009). Statistik itu mudah: pan-
Agricultural University. Bogor. duan lengkap untuk belajar komputasi
Griffin, D. (1993). Fungal physiology, 2nd statistik menggunakan SPSS 16.
ed. Willey-Liss, Inc. United States of Penerbit Andi. Yogyakarta.
America. Thontowi, A. K. (2007). Produksi β-Glukan
Lee, J. L. H. E. (2001). Purification of soluble Saccharomyces cerevisiae dalam Media
β-Glucan with immuno-enhancing dengan Sumber Nitrogen Berbeda pada
activity from the cell wall of yeast. Air-Lift Fermentor. Biodiversitas, 253-
Bioscience Biotechnology and Bioche- 256.
mistry, 65 (4), 837-841.

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor1, April 2015 26

You might also like