Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV


SDN 6 CENDONO DAWE KUDUS

Tito Arizal Bintang


Email: titoarizal6e@gmail.com
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muria Kudus

ABSTRACT

This study aims to (1) describe the improving skills of teachers after
the implementation model of Two Stay-Two Stray on learning social studies in
fourth grade students of SDN 6 Cendono Dawe Kudus; (2) describe the
improvement of student learning activities after the implementation model of Two
Stay- Two Stray in learning social studies in fourth grade students of SDN 6
Cendono Dawe Kudus; (3) describe the learning outcome social studies through
the application of Two Stay-Two Stray models in fourth grade students of SDN 6
Cendono Dawe Kudus.
Sosial learning outcomes is the ability to learn the results obtained by
individuals after learning process, which can changes the good behavior of
knowledge, understanding, attitudes, and skills of students so the students can be
better. Two Stay-Two Stray is the teaching model of cooperative learning. Model
Two Stay- Two Stray is the acquisition of a concept or new information through
teamwork distribution of tasks to sharing information among the group where two
students looking for information on other groups and two students gave
information to other groups then the result of the acquisition of the information
discussed by the group to obtaining results of group discussions.
This research is a classroom action research that has been conducted
in the fourth grade students of SDN 6 Cendono with research subjects fourth
grade teachers and students in fourth grade take 36 students. The research model
in this study is using the spiral model of C. Kemmis and Mc. Taggart. The
studyhas two cycles with each cycle consisting of four steps, including planning,
action, observation, and reflection. The independent variable of the model of
learning Two Stay-Two Stray and the dependent variable is the result of social
studies. Data collection techniques is using observation, interview, testing, and
documentation. The using of analysis data is the data analysis of quantitative and
qualitative data.
The results showed that the application of the model Two Stay-Two
Stray can improve the skills of teachers, learning activities, and learning outcomes
social studies students. It can be knowed from the achievement of the following of
successindicators. (1) Percentage of teachers’ skills in teaching social studies in
the first cycle was obtained 80.20% with qualification "very good" and increased
in the second cycle into 86.45% with the qualification "very good". (2) The
percentage of students learning activities on social studies learning cycle I
obtained 49.18% with a qualified "enough" and increased in the second cycle into
65.54% with the qualification "good". (3) Percentage of completeness of classical
study results on evaluation tests first cycle of 69.4% with the qualification of
"high" and increased in the second cycle to 77.7% with the qualification of "high".
The conclusions in this research is the application of learning model
Two Stay-Two Stray can improve the skills of teachers, learning activities, and
social studies learning outcomes in fourth grade students of SDN 6 Cendono
Dawe Kudus. Suggestions for students should be more active in providing ideas in
the learning process and for Teachers, should apply the active learning.

Keywords : Two Stay-Two Stray, Learning Outcomes, Social Studies

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan peningkatan
keterampilan guru setelah diterapkannya model Two Stay-Two Stray pada
pembelajaran IPS di kelas IV SDN 6 Cendono Dawe Kudus; (2) mendeskripsikan
peningkatan aktivitas belajar siswasetelah diterapkannya model Two Stay-Two
Straypada pembelajaran IPS kelas IV SDN 6 Cendono Dawe Kudus; (3)
mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan model Two
Stay-Two Stray pada siswa kelas IV SDN 6 Cendono Dawe Kudus.
Hasil belajar IPS merupakan kemampuan yang diperoleh individ u
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah
laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Two Stay-Two Stray merupakan bgian dalam
model pembelajaran cooperative learning. Model Two Stay-Two Stray adalah
pemerolehan suatu konsep atau informasi baru melalui kerjasama kelompok
dengan pembagian tugas untuk bertukar informasi antar kelompok dimana dua
siswa mencari informasi di kelompok lain dan dua siswa memberikan informasi
kepada kelompok lain kemudian hasil dari pemerolehan informasi tersebut
didiskusikan oleh kelompok untuk memperoleh hasil diskusi kelompok.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan di kelas IV SDN 6 Cendono dengan subjek penelitian guru kelas IV
dan siswa kelas IV yang berjumlah 36 siswa. Model penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart.
Penelitian ini berlangsung selama dua siklus dengan setiap siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Variabel
bebas yaitu model pembelajaran Two Stay-Two Stray dan variabel terikat yaitu
hasil belajar IPS. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi,
wawanara, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data
kuantitatif dan data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Two Stay-
Two Stray dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas belajar, dan hasil
belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator keberhasilan
sebagai berikut. (1) Persentase keterampilan guru dalam pembelajaran IPS pada
siklus I diperoleh 80,20% dengan kualifikasi “sangat baik” dan meningkat pada
siklus II menjadi 86,45% dengan kualifikasi “sangat baik”. (2) Persentase
aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS siklus I memperoleh 49,18%
dengan kualifikasi “cukup” dan meningkat pada siklus II menjadi 65,54% dengan
kualifikasi “baik”. (3) Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal pada tes
evaluasi siklus I sebesar 69,4% dengan kualifikasi “tinggi” dan meningkat pada
siklus II menjadi 77,7% dengan kualifikasi “tinggi”.
Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran
Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas belajar, dan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 6 Cendono Dawe Kudus. Saran bagi siswa
hendaknya bisa lebih bersemangat dan berperan aktif dalam memberikan ide atau
gagasan pada proses pembelajaran dan bagi guru, hendaknya menerapkan
pembelajaran aktif.

Kata kunci: Two Stay-Two Stray, Hasil Belajar, IPS

A. PENDAHULUAN
IPS merupakan suatu upaya yang membawa kesadaran siswa terhadap
ruang waktu, dan mengangkat lingkungan sebagai tolak ukur keberhasilan
pembelajaran akan membawa ke tingkat kebermaknaan pada pembelajaran IPS
sesuai dengan kompetensi intelektual peserta didik. Dengan demikian
pembelajaran IPS harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk kreatif
menjadikan pengalaman sendiri sebagai sumber belajar atau pembelajaran. IPS
ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk para peserta didik sebagai warga
negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap, dan
nilai (attitude and Values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk
memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil
keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar
menjadi warga negara yang baik (Sapriya, 2009: 12).
Kurikulum IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan, (1) mengenali
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, (2)
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki
kemampuan komunikasi bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global (KTSP, 2006: 82).

Berdasarkan tujuan tersebut guru harus mampu merubah cara mengajar


tidak harus menggunakan cara konvensional, Untuk mewujudkan tujuan tersebut,
hendaknya dirancang dengan cara pembelajaran yang terampil dan mendapat
pengalaman nyata sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman
berharga setelah terjun dalam masyarakat kelak. Untuk itu dalam mentransfer
ilmu pengetahuan (knowledge) guru harus menggunakan model pembelajaran
yang cocok agar materi yang diterima siswa benar-benar dapat diserap dan
melekat pada diri siswa.
Kenyataan yang ada, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pelajaran
yang membosankan dan kurang menarik bagi siswa, karena bukan hanya
disebabkan oleh banyaknya materi yang cenderung teoritis dan bersifat hafalan,
tetapi juga disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher
Centered Learning), sehingga siswa cenderung pasif dan menyebabkan hasil
belajar IPS rendah. Dalam proses pembelajaran, guru hanya sebatas mentransfer
materi kepada siswa tanpa memberi kesempatan kepada siswa agar lebih aktif,
sehingga siswa hanya bergantung pada guru untuk me ndapatkan materi. Jika
siswa tidak bersungguh-sungguh menyimak penjelasan dari guru, maka siswa
tidak akan paham terhadap materi tersebut.
Seperti permasalahan yang terjadi di SDN 6 Cendono Kudus, berdasar
hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas IV dan guru SDN 6 Cendono
Kudus pada tanggal 26 Oktober 2015, peneliti memperoleh informasi bahwa
dalam kegiatan pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran IPS, guru
masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional dan jarang
menggunakan media pembelajaran, hanya guru yang aktif dan kurang melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga tidak ada variasi dalam
pembelajarannya, selain itu guru juga dalam mengajar kurang bersemangat dan
kurang memberikan motivasi kepada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung, sehingga persiapan siswa kurang bersemangat dan kurang antusias
dalam mengikuti pembelajaran.
Dilihat dari segi siswa, bahwa minat baca siswa masih relatif rendah,
pernyataan tersebut peneliti ambil dari hasil wawancara dengan guru kelas IV.
Menurut mereka pelajaran IPS itu terkesan pelajaran yang materinya terlalu
banyak rata-rata teori hafalan. Jadi untuk mengingatnya itu terlalu sulit, sehingga
dengan kondisi tersebut siswa semakin jenuh dan bosan dengan keadaan kelas
mereka yang sempit dan keadaan jumlah siswa yang gemuk. Dari hasil
wawancaara dan observasi tersebut, peneliti juga memperoleh data tentang
rendahnya hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran belum mencapai
KKM pembelajaran dan kurang tepatnya pembelajaran. Berdasarkan data yang
diperoleh dari sekolah bahwa 44% dari jumlah siswa untuk mata pelajaran IPS
nilainya masih dibawah KKM. Siswa yang mendapat nilai <75 berjumlah 16
orang (44%) dengan kriteria belum tuntas atau belum berhasil. Siswa mendapat
nilai >75 berjumlah 20 orang (56%) dengan kriteria tuntas atau berhasil. Dari data
tersebut maka dikatakan bahwa hasil belajar siswa masih rendah pada mata
pelajaran IPS.
Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, Peneliti menggunakan
model pembelajaran Two Stay-Two Stray untuk merubah cara guru yang
konvensional menjadi suasana kelas yang kreatif, inovatif dan menyenangkan
untuk belajar.
Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut, seperti salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakana adalah model
pembelajaran Two Stay-Two Stray karena model pembelajaran tersebut memiliki
banyak kelebihan salah satunya membantu meningkatkan minat dan prestasi
belajar siswa khususnya hasil belajar karena proses belajar menjadi lebih
menyenangkan dan bermakna.
Dengan penerapan model pembelajaran Two Stay-Two Stray guru dapat
membuat suasana pembelajaran yang komunikatif dan menjadikan siswa aktif
dalam mencari informasi pada kelompok diskusi yang lain, jadi pembelajaran
tidak lagi berpusat pada guru akan tetapi pada siswa. Disini peneliti mengambil
materi perkembangan teknologi, siswa diharapkan berperan aktif dalam
pembelajaran, siswa dapat berkerja secara individu maupun secara kelompok
dalam memperoleh informasi dari sebuah permasalahan yang disajikan.
Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1990). Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia peserta didik. Model Two Stay-Two Stray merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling
mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Model ini juga melatih siswa untuk
bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013: 207).
Adapun langkah- langkah model Two Stay-Two Stray adalah dalam
pembelajaran guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri empat siswa. Selanjutnya guru membagi subpokok bahasan
pada tiap-tiap kelompok. Siswa bekerja sama dengan kelompok masing- masing.
Setelah selesai, dua orang dari masing- masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu dari
kelompok lain. Selanjutnya tamu berdiri dan kembali ke kelompok semula untuk
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Masing masing kelompok
mencocokkan dan membahas hasil- hasil kerja mereka. Kemudian setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja mereka.
Model pembelajaran Two Stay Two Stray akan membuat siswa terlibat
aktif dalam kelompok. Selain itu, yang paling khas dari model tersebut adalah
berkunjung kepada tim atau kelompok lain untuk bertanya dan mendapatkan
informasi yang selanjutnya akan disampaikan dan didiskusikan ke kelompok asal
mereka, sehingga secara tidak langsung siswa di ajarkan untuk bersikap tanggung
jawab dengan tugas masing- masing siswa dalam kelompok. Peneliti akan
menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray pada materi mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya. Pada materi tersebut siswa diharapkan dapat mengenal dan
memahami perkembangan teknologi yang terjadi di sekitar mereka. Dengan
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray siswa tidak hanya
mendapatkan pengetahuan dari penjelasan guru seperti dala m pembelajaran
konvensional, tetapi siswa dapat terlibat aktif bekerjasama dengan siswa lain
bahkan dalam kelompok lain dalam bentuk diskusi, informasi yang mereka
peroleh dari kelompok lain akan didiskusikan pada kelompok asal yang nantinya
pada akhir pembelajaran akan dipresentasikan dan disampaikan didepan kelas.
Hasil penelitian yang memperkuat peneliti untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay-Two Stray
adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Cici Indriyani (2011) dengan
judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray pada Siswa Kelas IV SD Tambakaji 05
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”, nilai rata-rata sebelum penerapan model
pembelajaran Two Stay-Two Stray yaitu 61 sehingga siswa belum mencapai
ketuntasan belajar. Setelah dilaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan
model kooperatif teknik Two Stay-Two Stray terjadi peningkatan pada siklus I 70
dan 69% siswa tuntas belajar. 20 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan
mendapat nilai ≥ 65, dan 9 siswa tidak tuntas belajar dengan mendapat nilai
≤65.Pada siklus II terjadi peningkatan nilai ratarata kelas dari 70 pada siklus I
menjadi 78 pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar pada siklus II adalah
82%..Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay-Two Stray berpengaruh terhadap kualitas dan hasil belajar IPS
siswa kelas IV SD Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang tahun
pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan data tersebut diatas, maka peneliti mengadakan Penelitian
Tindakan Kelas pada siswa kelas IV SD N 6 Cendono Kudus dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Two Stay-Two Stray untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa kelas IV SDN 6 Cendono Kabupaten Kudus”.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Model Pembelajaran
Suprijono (2012: 46) menyatakan bahwa model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara bepikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Dari pendapat tersebut model pembelajaran mempunyai peran penting
bagi siswa dan guru dalam jalannya pembelajaran. Sedangkan Aunurrahman
(2010: 146) menyatakan model pembelajaran adalah perangkat rencana atau pola
yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang
melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Jadi dapat model pembelajaran
adalah sebuah rencana guna merangcang aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Two Stay-Two Stray
Djamarah (2010: 405) menyatakan Two Stay Two Stray adalah salah satu
model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992
dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered
Heads). Struktur Two Stay Two Stray yaitu adalah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil
dan informasi kepada kelompok lain. Selaras dengan itu Shoimin (2014: 222)
Model pembelajaran dua tinggal dua tamu adalah dua orang siswa tinggal di
kelompok dan dua orang siswa bertamu ke kelompok lain. Dua orang yang tinggal
bertugas memberikan informasi kepada tamu tentang hasil kelompoknya,
sedangkan yang bertamu bertugas mencatat hasil diskusi kelompok yang
dikunjunginya. Jadi tiap siswa mempunyai peran dalam kelompok sehingga model
pembelajaran ini menjadikan siswa aktif dalam proses belajar.
Huda (2013: 207-208) menguraikan tahap-tahap pelaksanaan model
pembelajaran sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang d ibentuk
merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1
siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1
siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembagian
kooperatif tipe Two Stay-Two Stray bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring)
dan saling mendukung.
2. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk
dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing- masing.
3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
4. Setelah selesai, dua orang masing- masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.
6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
7. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil- hasil kerja mereka.
8. Masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
3. Hasil Belajar
Menurut Rosyid (2006: 41) hasil belajar adalah teknik memperoleh
informasi bagaimana ukuran keberhasilan dan hasil proses pembelajaran. Jadi
sebuah hasil belajar adalah ukuran keberhasilan dari proses belajar. Senada
dengan hal tersebut, Sudjana (2011: 22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi
kemampuan adalah hasil belajar yang diperoleh dari proses pengalaman belajar.
Sudjana (2012: 23) menjelaskan tipe masing- masing ranah sebagai berikut.
1) Ranah Kognitif, (a) pengetahuan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d)
analisis, (e) sintesis, (f) evaluasi,
2) Ranah afektif, (a) receiving/attending, (b) responding atau jawaban, (c)
valuing atau penilaian, (d) organisasi, (e) internalisasi nilai,
3) Ranah psikomotorik, (a) gerak reflek, (b) keterampilan pada gerakan-
gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) kema mpuan fisik, (e)
gerakan-gerakan skill, dan (f) kemampuan komunikasi.
4. Belajar
Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Jadi belajar ditunjukkan dari seseorang tersebut memperoleh suatu
perubahan tingkah laku dan pengalaman. Senada dengan pendapat tersebut
Suyono (2014: 9) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperba iki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dijelaskan bahwa dengan belajar
seseoramg akan memperoleh hasil yakni pengetahuan, keterampilan, dan
meningkatkan kemampuan afektif seseorang tersebut.
5. Aktivitas Belajar
Sardiman (2005: 100) aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat
fisik/jasmani maupun mental/rohani. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas
tersebut harus saling terkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas
belajar yang optimal.
Menurut Hamalik (2008: 90) aktivitas belajar merupakan sebuah aktivitas
yang dilakukan oleh siswa yang dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk menilai untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2003: 101) membuat suatu daftar 177
macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar demosntrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, emmbuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain
berkebun, beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
6. Keterampilan Mengajar Guru
Rusman (2014: 80-92), Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif
indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar, yakni:
1. Keterampilan membuka pelajaran (Set Induction Skills)
2. Keterampilan bertanya (Questioning Skills)
3. Keterampilan memberi penguatan (Reinforcement Skills)
4. Keterampilan mengadakan variasi (Variation Skills)
5. Keterampilan menjelaskan (Explaining Skills)
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan pembelajaran perseorangan
9. Keterampilan menutup pelajaran (Closure Skills)
7. IPS
Suprayogi, dkk (2011 : 36) mengungkapkan bahwa IPS adalah ilmu sosial
atau ilmu- ilmu sosial yang disiapkan untuk keperluan pendidikan atau program
pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah. Sedangkan menurut Trianto
(2010: 171) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Penelitian ini dilaksanakan pada
materi Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman menggunakannya.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas IV SDN 6
Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupatem Kudus. Subjek penelitian ini adalah guru
dan siswa kelas IV SDN 6 Cendono tahun ajaran 2016/2017 yang berj umlah 36
siswa terdiri dari 19 siswa laki- laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Desember 2015 – Maret 2016.
Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari beberapa siklus. Secara umum, te rdapat
empat langkah dalam melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, (Action), pengamatan (Observation), dan refleksi (Reflection).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 tahap siklus.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode tes, observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Instrument yang digunakan adalah lembar
observasi keterampilan mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar
siswa afektif dan psikomotorik. Sedangkan, Validitas diuji dengan menggunakan
rumus korelasi Product Moment, reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus Spearman-Brown. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil
belajar yang mengukur tingkat kognitif siswa dengan cara menghitung perolehan
nilai individu. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan
guru dan siswa, hasil observasi keterampilan guru, hasil observasi aktivitas belajar
siswa, dan hasil observasi penilaian hasil belajar siswa ranah afektif dan
psikomotorik dan hasil dokumentasi foto selama pelaksanaan pembelajaran tiap
siklus.
D. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan selama 2 siklus, ada tiga hal yang ingin
dikaji oleh peneliti, yakni keterampilan mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan
hasil belajar siswa. Setelah melakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran Two Stay-Two Stray diketahui bahwa keterampilan mengajar guru
dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN 6 Cendono mengalami peningkatan.
Pada siklus I rata-rata persentase mencapai 80,20% dengan kriteria sangat tinggi,
meningkat pada siklus II menjadi 86,45% dengan kriteria sangat tinggi. Aktivitas
belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran
Two Stay-Two Stray juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata
persentase mencapai 49,18% dengan kriteria cukup, dan meningkat pada siklus II
menjadi 65,54% dengan kriteria baik. Hasil belajar afektif siswa pada siklus I
memperoleh rata-rata persentase 67,87% dengan kriteria baik, meningkat pada
siklus II menjadi 77,25% dengan kriteria baik. Hasil belajar psikomotorik siswa
pada siklus I memperoleh rata-rata persentase 60,90% dengan kriteria cukup,
meningkat pada siklus II menjadi 76,04% dengan kriteria baik. Selain itu hasil
belajar ranah kognitif siswa dalam pembelajaran IPS setelah menerapkan model
pembelajaran Two Stay-Two Stray di kelas IV SDN 6 Cendono juga mengalami
peningkatan. Pada siklus I hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal 69,4%
dengan kriteria tinggi dan nilai rata-rata sebesar 80,41, dan meningkat pada siklus
II dengan ketutasan klasikal mencapai 77,7% dengan kriteria tinggi dan nilai rata-
rata sebesar 82,2. Progress hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagaram berikut:
Ketuntasan Klasikal
100.00
80.00
60.00 77.70%
Pra Siklus
69.40%
40.00 55.60% Siklus I
20.00 Siklus II
0.00
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 1. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Klasikal


Selama Siklus
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui ketuntasan hasil belajar
klasikal siswa meningkat secara signifikan. Rata-rata siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus II.
E. PEMBAHASAN
1. Keterampilan Mengajar Guru dengan Menerapkan Model
Pembelajaran Two Stay-Two Stray
Rusman (2014: 80-92) mengungkapkan ada 9 keterampilan dasar
mengajar yakni; (1) keterampilan membuka pelajaran (set introduction skills);
(2) keterampilan bertanya (questioning skills); (3) keterampilan memberikan
penguatan (reinforcement skills); (4) keterampilan mengadakan variasi
(variation skills); (5) keterampilan menjelaskan (explanning skills); (6)
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil; (7) keterampilan
mengelola kelas; (8) keterampilan pembelajaran perseorangan; keterampilan
menutup pembelajaran (closure skills). Beberapa keterampilan dasar yang
harus dikuasai oleh guru harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang
dipakai yaitu model pembelajaran Two Stay-Two Stray.
Berdasarkan Hasil pengamatan secara keseluruhan keterampilan
mengajar guru dalam pembelajaran pada materi mengenal perkembangan
teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya menunjukkan bahwa keterampilan mengajar guru
mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan
keterampilan mengajar guru dalam pembelajaran IPS dari siklus I ke siklus II.
Siklus I keterampilan mengajar guru memperoleh rata-rata persentase
mencapai 80,20% dengan kriteria sangat tinggi, dan meningkat pada siklus II
dengan rata-rata persentase sebesar 86,45% dengan kriteria sangat tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa keterampilan mengajar guru dengan menerapkan
model pembelajaran Two Stay-Two Stray sudah berhasil mencapai indikator
keberhasilan yaitu ≥65% dengan kriteria baik.
2. Aktivitas Belajar IPS Sis wa dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Two Stay-Two Stray
Hamalik (2008: 90) aktivitas belajar merupakan sebuah aktivitas
yang dilakukan oleh siswa yang dapat memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, ter masuk menilai
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011:101) aktivitas
belajar mempunyai 8 indikator meliputi: Visual activities, Oral activities,
Listening activities, Writing activities, Drawing activities, Emotional
activities.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas belajar siswa, terdapat
peningkatan yang signifikan pada tiap siklusnya. Pada siklus I aktivitas
belajar memperoleh rata-rata persentase 49,18% dengan kriteria cukup, dan
meningkat pada siklus II menjadi 65,54% dengan kriteria baik. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas IV dengan menerapkan
model pembelajaran Two Stay-Two Stray sudah berhasil mencapai indikator
keberhasilan yaitu ≥60% dengan kriteria baik.
3. Hasil Belajar IPS dengan Menerapkan Model Pembelajaran Two Stay-
Two Stray.
a. Ranah Kognitif
Sudjana (2012: 23) menjelaskan hasil belajar kognitif, berkenaan
dengan hasil belajar intelektual dan diklasifikasikan dalam enam tipe hasil
belajar antara lain: (a) pengetahuan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d)
analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi.
Melalui penerapan model pemelajaran Two Stay-Two Stray hasil
belajar ranah kognitif pada siklus I sudah terjadi peningkatan. Pada hasil
evaluasi siklus I menunjukkan rata-rata nilai hasil belajar sebesar 80,41%
dengan ketuntasan belajar klasikal 69,4%. Nilai minimal 30 dan nilai
maksimal 95. Akan tetapi pada siklus I masih terdapat sebanyak 11 siswa
belum tuntas sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus
selanjutnya. Pada hasil evaluasi siklus II hasil belajar IPS ranah kognitif
siswa menunjukkan peningkatan dengan nilai rata-rata 82,2 dan
ketuntasan klasikal 77,7%. Nilai minimal siswa 50 dan nilai maksimal
100.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa ranah kognitif dan
ketuntasan belajar klasikal sudah berhasil mencapai indikator
keberhasilan yaitu rerata kelas minimal mencapai KKM yang ditetapkan
yaitu 75, dan ketuntasan belajar klasikal mencapai ≥75% dari seluruh
siswa.
b. Ranah Afektif
Sudjana (2012: 23) menjelaskan hasil belajar ranah afektif, ada
beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya
dimulai dari tingkat sederhana sampai yang kompleks antara lain. (a)
receiving/attending, (b) responding atau jawaban, (c) valuing atau
penilaian, (d) organisasi, (e) internalisasi nilai.
Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar ranah afektif pada siklus I
diperoleh rata-rata persentase 67,87% dengan kriteria baik, dan
mengalami kenaikan pada siklus II menjadi 77,25% dengan kriteria baik.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif sudah mencapai indikator
ketercapaian yaitu ≥65% dengan kriteria baik.
c. Ranah Psikomotorik
Sudjana (2012: 23) menjelaskan hasil belajar ranah psikomotorik,
hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill)
individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: (a) gerak reflek, (b)
keterampilan pada gerakan- gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d)
kemampuan fisik, (e) gerakan- gerakan skill, dan (f) kemampuan
komunikasi. Hasil belajar tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu berhubungan satu sama lain.
Berdasar data hasil belajar psikomotorik siklus I dan siklus II
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus I sebesar
60,90% dengan kriteria cukup, dan mengalami peningkatan pada siklus II
menjadi 76,04% dengan kriteria baik. Dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar psikomotorik sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu ≥65%
dengan kriteria baik.
F. SIMPULAN DAN SARAN
1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti pada
siswa kelas IV SDN 6 Cendono Dawe Kudus, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran Two
Stay-Two Stray pada mata pelajaran IPS materi Mengenal perkembangan
teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya. Adapun peningkatannya adalah sebagai berikut :
a. Penerapan model pembelajaran Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan
keterampilan guru dalam mengajar siswa kelas IV SDN 6 Cendono Dawe
Kudus, hal tersebut berdasarkan hasil observasi yang dilaksananakan oleh
oleh peneliti menggunakan lembar observasi keterampilan mengajar guru dan
hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada
siklus I diperoleh rata-rata nilai persentase 80,20% dengan kriteria sangat
tinggi. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata persentase 86,45%
dengan kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa keterampilan guru dalam mengajar semakin meningkat tiap siklus dan
sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan peneliti yakni ≥60%
dengan kriteria tinggi.
b. Penerapan model pembelajaran Two Stay-Two Stray pada pembelajaran IPS
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 6 Cendono Dawe
Kudus. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada siklus I memperoleh
rata-rata nilai persentase sebesar 49,18% dengan kriteria cukup. Pada siklus II
diperoleh rata-rata nilai persentase sebesar 65,54% dengan kriteria tinggi.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa
meningkat tiap siklus dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang
ditentukan peneliti yakni ≥65% dengan kriteria tinggi.
c. Penerapan model pembelajaran Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan
hasil belajar IPS bagi siswa kelas IV SDN 6 Cendono Dawe Kudus. Hal
tersebut berdasarkan data yang diperoleh peneliti selama melakukan
penelitian pada siklus I dan siklus II yakni ketuntasan belajar siswa juga
mengalami peningkatan, pada prasiklus siswa yang tuntas ada 55,6%. Pada
siklus I siswa yang tuntas naik menjadi 69,4%. Pada siklus II yang tuntas
mengalami kenaikan yakni 77,7%, sehingga sudah mencapai indikator
keberhasilan hasil belajar yakni ≥75%. Hasil belajar ranah afektif pada siklus
I memperoleh rata-rata persentase 67,87% dengan kualifikasi baik, sedangkan
pada siklus II memperoleh rata-rata persentase sebesar 77,25% dengan
kualifikasi baik. Hasil belajar ranah psikomotorik siklus I memperoleh rata-
rata persentase 60,90% dengan kriteria cukup, sedangkan pada siklus II
memperoleh rata-rata persentase 76,04% dengan kriteria baik.
2. SARAN
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka saran
yang dapat diberikan sebagai berikut.
a. Bagi Guru
Guru hendaknya menerapkan pembelajaran yang membuat siswa lebih
aktif, seperti halnya model pembelajaran yang berpusat kepada siswa, model
pembelajaran Two Stay-Two Stray sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas.
b. Bagi Siswa
Hendaknya siswa bisa lebih bersemangat dan berperan aktif dalam
memberikan ide atau gagasan pada proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang baik dan
maksimal. Selain itu, kerja sama dalam kelompok siswa perlu ditingkatkan,
karena suatu permasalahan yang sulit jika diselesaikan secara bersama-sama akan
mudah dipecahkan.
c. Bagi Sekolah
Pihak sekolah hendaknya menerapkan model pembelajaran pada kelas-
kelas yang lain. Menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran
seperti halnya media pembelajaran, alat peraga sehingga menciptakan kondisi
dimana kelas menjadi aktif dan menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sri. 2000. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray Pada mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
[http://ejournal.unpak.ac.id/download.php?file=mahasiswa&id=524&na
me=10.%20JURNAL%20SRI%20ANI.pdf] di akses pada hari kamis
tanggal 9 Oktober 2015

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

________________. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ke-4. Bandung:
Alfabeta

Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya


Azwar, Saifuddin. 2002. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Prestasi Belajar Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Darmayasa,dkk. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar PKn.
[http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/922/7
92] di akses pada hari senin tanggal 14 Desember 2015

Djamarah, Syaiful Bahri. Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta

Depdiknas. 2006. KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:


Depdiknas

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.

Gunawan, Rudi. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika


Hardati, Puji. 2010. Pengantar Ilmu Sosial. Semarang: Widya Karya.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Isu-isu


Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Indriyani, Cici. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS dengan Model


Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray pada Siswa Kelas
IV SD Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.
[http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/download/1680/1
886] di akses pada hari kamis tanggal 9 November 2015
Kariadinata, Rahayu. 2012. Dasar-dasar Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT.


Grafindo.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Mulyasa. 2014. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
Morissan, dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: dipublikasikan oleh Depdiknas.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi


Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana

Rosyid, Moh. 2006. Strategi Pembelajaran Demokratis. Semarang. UPT UNNES


Press

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Prefesionalisme


Guru. Jakarta: Rineka Cipta

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Sardiman. 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Suprayogi, dkk. 2011. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Semarang: Widya


Karya

Suprijono, Agus. 2012. Cooperrative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Mas Media Buana


Pustaka

Suyono. Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suwandi, Sarwiji. 2011. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) & Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
________. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta

Syamsiah, Siti dan Ganes Gunansyah. 2014. Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Mata Pelajaran IPS untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV A SDN Simomulyo 8
Surabaya. [http://ejournal.unesa.ac.id/article/13972/18/article.pdf.] di
akses pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2015

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruksivisme


Prestasi. Jakarta: Pustaka Belajar.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Uno, Hamzah B, Dan Satria Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara

Usmaan. 2002. Menjadi Guru Prefesional:Edisi Kedua. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Wismulyani, Endar. 2008. Transportasi di indonesia dari Masa ke Masa. Klaten:


Cempaka Putih.

You might also like