Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

KAJIAN KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL

KOTA PEMATANGSIANTAR

Fauzi
Universitas Islam Sumatera Utara
fauzi@fe.uisu.ac.id

ABSTRACT

Today, the presence of the urban informal sector is considered one of the emerging economic
sectors as a result of the city's high employment growth situation. Those who enter this small-scale
business, initially aimed at finding job opportunities and creating income. Identify the distribution
of informal sector of Pematangsiantar City, using data from plotting surveys using GPS (Global
Positioning System). The distribution of business actors / informal sector activities is identified
based on the number of samples taken in conjunction with the dissemination of questionnaires. The
number of samples itself is determined using sampling method. The calculation itself is done by
means of the number of respondents who choose one of the variables divided by the total number of
respondents, namely 50 (fifty) correspondents. Weighting on internal factors of importance is
based on the large influence of strategic factors on its strategic position (Freddy Rangkuti, 2001 :
22-24). The number of weights on each internal factor must amount to = 1 (one) : Total Internal
Score → Total Strength Weight + Total Weight Weakness = 1. While the value of weight according
to Freddy Rangkuti (2001: 22-24) and Training Spama (2000: 13-14) based on the following
provisions: "Scale 1.0 (very important) up to 0.0 (not important)". The average weight value
depends on the number of strategic factors (5-10 strategic factors) used After doing the analysis, it
can be known that in strengths variables that have the highest sub total is creativity with a value of
0.640. And for weaknesses that have the highest sub total is the source of capital with a value of
0.270. Conclusions based on the results of identification and analysis of the Study of Development
and Informal Sector Of Pematangsiantar City, then some conclusions that can be drawn as follows,
the Internal Development factor of informal sector of the City of Pematangsiantar consists of
several factors of strengths and weaknesses. Variables of the strength of the informal sector of
Pematangsiantar City are: motivation, creativity, many kinds / types of business, small capital, and
work experience. The variables of the weakness of the informal sector of pematangsiantar city are:
level of education, lack of permits, availability of raw materials, facilities and infrastructure, as
well as sources of capital.

Keywords : Policy, Development, informal sector

ABSTRAK : Dewasa ini, kehadiran sektor informal perkotaan dianggap sebagai salah satu sektor
ekonomi yang muncul sebagai akibat dari situasi pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi di kota.
Mereka yang memasuki usaha berskala kecil ini, pada mulanya bertujuan untuk mencari
kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Identifikasi persebaran sektor informal Kota
Pematangsiantar, menggunakan data hasil survei plotting menggunakan GPS (Global Positioning
System). Adapun persebaran pelaku usaha/kegiatan sektor informal diidentifikasi berdasarkan
jumlah sampel yang diambil bersamaan dengan penyebaran kuisioner. Jumlah sampel sendiri
ditentukan menggunakan metode pengambilan sampling. Perhitungan sendiri dilakukan dengan
cara jumlah responden yang memilih salah satu variabel dibagi total jumlah responden yaitu 50
(lima puluh) koresponden. Pembobotan pada faktor internal tingkat kepentingannya didasarkan
pada besarnya pengaruh faktor strategis terhadap posisi strategisnya (Freddy Rangkuti, 2001 : 22-
24). Jumlah bobot pada masing-masing faktor internal harus berjumlah = 1 (satu) : Skor Total
Internal → Total Bobot Kekuatan + Total Bobot Kelemahan = 1. Sedangakan nilai bobot menurut
Freddy Rangkuti (2001 : 22-24) dan Diklat Spama (2000 : 13-14) berdasarkan ketentuan sebagai
berikut :“Skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting)”. Besarnya rata-rata nilai
bobot bergantung pada jumlah faktor-faktor strategisnya (5-10 faktor strategis) yang dipakai
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 100
Setelah melakukan analisis, dapat diketahui bahwa pada variabel kekuatan (strengths) yang
memiliki sub total tertinggi adalah kreatifitas dengan nilai 0,640. Dan untuk variabel kelemahan
(weaknesses) yang memiliki sub total tertinggi adalah sumber modal dengan nilai 0,270.
Kesimpulan berdasarkan hasil identifikasi dan analisa Kajian Pengembangan dan Sektor Informal
Kota Pematangsiantar, maka beberapa kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut ini, faktor
Internal Pengembangan Sektor Informal Kota Pematangsiantar terdiri dari beberapa faktor
kekuatan dan kelemahan. Variabel dari kekuatan sektor informal Kota Pematangsiantar adalah:
motivasi, kreatifitas, banyak macam/jenis usaha, modal kecil, serta pengalaman kerja. Adapun
variabel kelemahan sektor informal Kota Pematangsiantar adalah: tingkat pendidikan, tidak
memiliki izin, ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, serta sumber modal.

Kata Kunci : Kebijakan, Pengembangan, sektor informal

1. Pendahuluan Sektor informal masih dianggap sebagai


Dewasa ini, kehadiran sektor informal black economy, tidak resmi, mengganggu
perkotaan dianggap sebagai salah satu sektor ketertiban kota, dan bahkan dianggap merusak
ekonomi yang muncul sebagai akibat dari pranata formal. Misalnya, kebijakan penataan
situasi pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi di Pedagang Kaki Lima (PKL) selama ini lebih
kota. Mereka yang memasuki usaha berskala banyak menonjolkan matra "menggusur
kecil ini, pada mulanya bertujuan untuk kemiskinan dan ketimpangan dalam distribusi
mencari kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan di kota". Adanya fenomena
pendapatan. Kebanyakan dari mereka yang paradoksi antara pemerintah pusat dan
terlibat adalah orang-orang migran dari pemerintah daerah terhadap sektor informal
golongan miskin, berpendidikan rendah dan tersebut, melahirkan kebijakan yang tidak
kurang terampil. Latar belakang mereka sejalan antara pemerintah pusat dan pemerintah
bukanlah pengusaha dan juga bukan kapitalis daerah, implikasinya adalah pengelolaan
yang mengadakan investasi dengan modal yang terhadap sektor informal menjadi tidak efektif.
besar. Namun harus diakui bahwa banyak di Kota Pematangsiantar yang merupakan
antara mereka telah berhasil mengembangkan salah satu kota berkembang di Provinsi
usahanya dan secara perlahan-lahan memasuki Sumatera Utara, terdapat kegiatan sektor-sektor
dunia usaha berskala menengah bahkan informal yang menjadi salah satu penggerak
berskala besar. perekonomian Kota Pematangsiantar. Untuk itu
Pengertian sektor informal sendiri lebih sudah seharusnya kegiatan pada sektor informal
sering dikaitkan dengan dikotomi sektor perlu ditangani/ditata secara terpadu dengan
formal-informal. Badan Tenaga Kerja Dunia melibatkan semua pihak yang berkepentingan
mengidentifikasi sedikitnya tujuh karakter yang (stake holders) dan berorientasi pada
membedakan kedua sektor tersebut: (1) pemberdayaan para pelaku sektor informal
kemudahan untuk masuk (ease of entry), (2) tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka akan
kemudahan untuk mendapatkan bahan baku, (3) dilakukan kegiatan berupa “Kajian Kebijakan
sifat kepemilikan, (4) skala kegiatan, (5) dan Pengembangan Sektor Informal Kota
penggunaan tenaga kerja dan teknologi, (6) Pematangsiantar”.
tuntutan keahlian, dan (7) deregulasi dan Dimana nantinya diharapkan Kajian
kompetisi pasar Kebijakan dan Pengembangan Sektor Informal
Sektor informal, secara nyata mampu Kota Pematangsiantar ini dapat memberikan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan arahan dan rekomendasi kepada Pemerintah
masyarakat yang berpenghasilan rendah, Daerah Kota Pematangsiantar dalam mengelola
sehingga dengan demikian tercipta suatu dan mengembangkan kegiatan sektor infomal,
kondisi pemerataan hasil-hasil pembangunan. dengan sasaran pedagang ataupun pelaku usaha
Selain itu, Sektor informal mempunyai potensi yang belum terdaftar atau belum berbadan
yang cukup besar untuk memberikan kontribusi hukum yang tersebar di Kota Pematangsiantar.
terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah 2. Landasan Teori
(PAD) di sektor penerimaan retribusi daerah 2.1. Konsep Sektor Informal
seiring dengan kebutuhan daerah dalam rangka Konsep sektor informal muncul dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. konsep keterlibatan pakar-pakar internasional
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 101
dalam perencanan pembangunan di Dunia sebagian besar pekerja adalah keluarga dan
Ketiga. Gejala ini muncul setelah kelahiran pemilikan usaha oleh keluarga; (ix) mudahnya
negara-negara maju setelah berakhirnya Perang keluar masuk usaha; dan (x) kurangnya
Dunia kedua. Pada waktu itu muncullah dukungan dan pengakuan pemerintah.
gagasan-gagasan di tingkat internasional
maupun nasional untuk mempercepat laju 2.3. Munculnya Kegiatan Sektor Informal
pertumbuhan ekonomi pada negara-negara Ulasan tentang kegiatan-kegiatan sektor
dimaksud. Melalui lembaga-lembaga informal selama ini umumnya terfokus secara
internasional didirikanlah lembaga-lembaga eksklusif pada konteks kontemporernya, yaitu
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di membahas tentang tingkat penghasilan
negara-negara berkembang seperti The World pengusaha, jumlah tenaga kerja, latar belakang
Bank, International Monetary Found (IMF) dan sosial ekonomi para pekerja dan sebagainya.
juga International Labour Organization (ILO). Ulasan-ulasan tersebut ternyata belum mampu
Lembaga-lembaga tersebut melakukan berbagai memberikan gambaran yang utuh tentang
studi mengusulkan kebijakan dan turut campur fenomena informalitas. Oleh karena itu dalam
tangan dalam pengambilan keputusan hal ini perlu dijelaskan munculnya gejala sektor
menyangkut berbagai bidang yang dianggap informal dalam konteks sejarah karena melalui
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu sejarah ini dapat menyingkap akar-akar
negara berkembang. ILO meluncurkan program kegiatan sektor informal serta keterkaitannya
untuk World Employment Programme (WEP) dengan perkembangan-perkembangan makro
sebagai konsep sektor informal yang pertama dalam sistem sosial ekonomi yang lebih luas.
kali diperkenalkan di dunia Internasional (ILO, Sektor informal dengan segala persamaan
1972). dan perbedaan dengan sektor formal sering
dipertukarkan dengan beragam istilah,
2.2. Ciri-ciri Sektor Informal diantaranya aktivitas informal (informal
Adapun ciri-ciri kegiatan sektor informal activity), kesempatan kerja yang diciptakan
dapat disimpulkan sebagai berikut: (i) sendiri (self employment), ekonomi bawah
manajemennya sederhana; (ii) tidak tanah (underground economy), ekonomi pasar
memerlukan izin usaha; (iii) modal rendah; (iv) gelap (black market economy), ekonomi
padat karya; (v) tingkat produktivitas rendah; bayangan (shadow economy) maupun kerja
(vi) tingkat pendidikan formal biasanya rendah; sampingan (causal work) (Subarsono;2002;25).
(vii) penggunaan teknologi sederhana; (viii)
Tabel 1. Persamaan dan Perbedaan Sektor Informal dengan Sektor Formal Perkotaan
Aspek Sektor Informal Sektor Formal
Menengah hingga besar dan
Skala Usaha Kecil dan tak berbadan hukum
berbadan hukum
Kelayakan Usaha Tidak ada/seadanya Ada dan diprioritaskan
Pembukuan Usaha Tidak ada/sederhana Ada sesuai standar
Permodalan Kecil Menengah hingga besar
Perencanaan Usaha Ada sambil jalan Ada dan terus menerus
- Milik sendiri/patungan - Milik sendiri/patungan
Sumber Modal - Bermitra dengan bank plecit - Bermitra dengan bank umum
(lembaga keuangan tidak resmi) (lembaga keuangan resmi)
Perputaran Modal Cepat Lambat
Pengakuan Negara Tidak ada/kecil Diakui
Perlindungan Hukum Tidak ada/kecil Dilindungi
Bantuan Negara Tidak ada/tidak sampai Rutin
Izin Usaha Tidak resmi Resmi dan negara
Pemberi Izin RT/RW/tetangga usaha Negara
Unit Usaha Mudah berganti Relatif Tetap
Kegiatan Usaha Kurang terorganisasi Sangat terorganisasi
Organisasi Kekeluargaan Birokrasi
Teknologi Sederhana dan padat karya Modern dan padat modal
Pendidikan Formal Tidak begitu diperlukan Sangat diperlukan
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 102
Aspek Sektor Informal Sektor Formal
Tidak berasal dari lembaga
Keterampilan Berasal dari lembaga formal
formal/alamiah
Jam Kerja Tidak tentu Rutin, proesional
Stok Barang Sedikit hingga sedang Sedang hingga besar
Kualitas Barang Rendah hingga menengah Standar
Tidak tentu akan tetapi dapat
Omzet Tidak tentu dan sulit diprediksi
diprediksi
Khalayak Pasaran Kelas bawah, menengah, atas Kelas bawah, menengah, atas
Jumlah Karyawan Tidak tentu,biasanya 1-5 orang Tidak tentu, lebih dari 5 orang
Kekeluargaan dan saling Berdasarkan kontrak yang
Hubungan Kerja
percaya disepakati
Hubungan Majikan Bebas memilih karyawan sesuai
Kekeluargaan, teman, tetangga
Karyawan kebutuhan
Tempat Usaha Mudah berpindah dan sempit Permanen dan luas
Kontribusi Negara Relati kecil Relatif besar
Karakteristik Usaha Mudah dimasuki Sulit dimasuki
Sumber: Alisjahbana dalam Bagong dan Karnaji, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial,
Surabaya: Airlangga University Press, 2005, halaman 49
Senada dengan pembedaan Alisjahbana Jumlah sampel sendiri ditentukan menggunakan
diatas, Hyla Mynt membedakan sektor modern metode pengambilan sampling.
dengan sektor tradisional kedalam beberapa Dari hal-hal di atas, maka ditentukan
karakteristik (Hyla Mint; 1985;30). Pertama, penarikan sampel untuk sektor informal di Kota
unit ekonomi dalam sektor modern sangat Pematangsiantar menggunakan Purposive
terspesialisasi dan terintegrasi penuh, Sampling sebanyak 50 (lima puluh) responden
sedangkan pada sektor tradisional memiliki yang dianggap sudah mewakili seluruh
derajat spesialisasi yang rendah. Kedua, sektor kegiatan/usaha sektor informal di Kota
modern mencakup usaha-usaha besar yang Pematangsiantar.
padat modal dengan teknologi modern, Berdasarkan hasil survei yang telah
sementara di sektor tradisional penggunaan dilakukan, maka diketahui bahwa persebaran
alat-alat teknologi masih sederhana dan padat dari kegiatan/usaha sektor informal tersebar ke
karya. Ketiga, usaha bisnis modern seluruh kecamatan Kota Pematangsiantar yaitu
mempekerjakan tenaga kerja atas dasar regulasi pada Kecamatan Siantar Barat terdapat
dan membayar atas dasar produktivitas sebanyak 11 unit sektor informal, Kecamatan
marjinal, sedangkan di sektor tradisional Siantar Marihat terdapat sebanyak 3 unit sektor
menyerap tenaga kerja dari lingkungan keluarga informal, Kecamatan Siantar Marimbun
dan dibayar atas dasar produktivitas rata- terdapat sebanyak 5 unit sektor informal,
ratanya. Keempat, unit ekonomi di sektor Kecamatan Siantar Martoba terdapat sebanyak
modern memiliki akses ke lembaga keuangan 3 unit sektor informal, Kecamatan Siantar
resmi, sedangkan sektor tradisional memiliki Selatan terdapat sebanyak 5 unit sektor
akses terbatas terhadap lembaga keuangan informal, Kecamatan Siantar Sitalasari terdapat
resmi, dan sering terjerat bunga mencekik dari sebanyak 6 unit sektor informal, Kecamatan
lembaga keuangan tidak resmi. Siantar Timur terdapat sebanyak 10 unit sektor
informal, dan pada Kecamatan Siantar Utara
2.4. Identifikasi Persebaran Sektor Informal terdapat sebanyak 7 unit sektor informal. Dari
Kota Pematangsiantar data tersebut diketahui juga bahwa
Identifikasi persebaran sektor informal kegiatan/usaha sektor informal di Kota
Kota Pematangsiantar, menggunakan data hasil Pematangsiantar terpusat pada Kecamantan
survei plotting menggunakan GPS (Global Siantar Barat dan Kecamatan Siantar Timur.
Positioning System). Adapun persebaran pelaku
usaha/kegiatan sektor informal diidentifikasi 2.5. Identifikasi Potensi dan Permasalahan
berdasarkan jumlah sampel yang diambil Sektor Informal Kota Pematangsiantar
bersamaan dengan penyebaran kuisioner. Sektor informal, dengan segala
keterbatasan yang dimiliki, tetapi juga
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 103
tersimpan kekuatan luar biasa sebagai kerja di sektor pertanian dan semakin langkanya
penyangga ribuan bahkan jutaan kelangsungan lahan-lahan pertanian di pedesaan, maka
hidup warga. Dalam banyak penelitian, sektor banyak tenaga kerja yang memilih alternatif
ini mampu menjadi tempat berlindung hingga lain untuk urbanisasi dan bekerja di sektor non
mencapai 70 persen tenaga kerja di negara pertanian. Dalam hubungan ini ternyata
sedang berkembang. Di kota-kota berkembang sebagian besar angkatan kerja terserap pada
seperti Kota Pematangsiantar juga sektor informal.
menunjukkan trend yang sama, mengalami Pada RPJP (Rencana Pembangunan Jangka
kenaikan tiap tahunnya. Panjang) Daerah Kota Pematangsiantar Tahun
Bila kita meninjau sektor informal Kota 2005-2025 dan di dalam RTRW (Rencana Tata
Pematangsiantar berdasarkan kondisi Ruang Wilayah) Kota Pematangsiantar Tahun
karakteristiknya, maka terdapat potensi dan 2012-2032 menyebutkan bahwa kota ini
juga permasalahan yang dimiliki oleh sektor ini. bertujuan untuk menjadi pusat tengah kegiatan
Identifikasi potensi dan permasalahan sektor perdagangan dan jasa di Provinsi Sumatera
informal Kota Pematangsiantar sendiri Utara. Terdapat juga beberapa kebijakan yang
menggunakan metode deksriptif kualitatif yang mendukung keberadaan serta pengembangan
membandingkan keadaan sebenarnya antara sektor informal. Dengan adanya kebijakan yang
yang terjadi pada sektor informal di Kota dibuat oleh Pemerintah Daerah Kota
Pematangsiantar dengan teori/literatur terkait Pematangsiantar ini, maka potensi dari sektor
sektor informal. informal di kota ini semakin besar terhadap
roda pergerakkan perekonomian. Sektor ini
2.6. Potensi Sektor Informal Kota akan ikut menyumbang pendapatan daerah yang
Pematangsiantar dihasilkan dari pajak atau retribusi dengan
Berdasarkan hasil survei dan kuisioner catatan bahwa hal tersebut untuk
terhadap 50 (lima puluh) orang responden, mengembangkan dan mendukung keberadaan
maka diketahui bahwa kegiatan/usaha sektor sektor ini sendiri.
informal Kota Pematangsiantar memiliki
potensi yang besar untuk menunjang kegiatan 2.7. Identifikasi Faktor Internal dan
perekonomian di kota ini. Sektor ini mampu Eksternal Sektor Informal Kota
membuka lapangan pekerjaan baru untuk Pematangsiantar
menjadi alternatif sumber mata pencaharian Teori tentang sektor informal pertama kali
penduduk di Kota Pematangsiantar. diperkenalkan Keith Harth, seorang antropolog
Selain penduduk asli Kota Pematangsiantar Inggris dari Manchester University. Harth
sendiri, hasil kuisioner yang dilakukan juga menggambarkan sektor informal sebagai
menunjukkan bahwa pelaku kegiatan/usaha angkatan kerja perkotaan (urban labour force),
pada sektor informal ini juga berasal dari luar yang berada di luar pasaran tenaga kerja yang
wilayah Kota Pematangsiantar. Hal ini sendiri terorganisir dan teratur. Menyatakan bahwa
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh sektor informal perkotaan di Indonesia
Bappenas pada Tahun 2009 yang menyatakan disamping merupakan urban labour force yang
bahwa munculnya sektor informal di kota tidak berada di luar pasaran tenaga kerja yang
terlepas dari latar belakang sejarah terorganisir dan teratur, juga tidak mempunyai
perekonomian tradisional yaitu perekonomian hubungan formal dengan pemerintah dan tidak
pedesaan yang sebagian besar didasarkan pada tergantung pada bahan-bahan atau teknologi
struktur pertanian dengan pola bercocok tanam impor, serta jangkauan (radius) pemasarannya
sederhana. Oleh karena rendahnya upah tenaga tidak terlalu luas.
Tabel 2. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Sektor Informal
Faktor Internal Sektor Informal Faktor Eksternal Sektor Informal
Motivasi Lapangan kerja baru
Kreatifitas Pendapatan kota
Kekuatan Banyak macam/jenis usaha Peluang Tahan krisis ekonomi
Modal kecil Perkembangan kota
Pengalaman kerja Permintaan konsumen tinggi
Tingkat pendidikan Penggusuran/relokasi
Kelemahan Ancaman
Tidak memiliki izin Perdagangan bebas
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 104
Faktor Internal Sektor Informal Faktor Eksternal Sektor Informal
Ketersediaan bahan baku Persaingan sektor formal
Sarana dan Prasarana Biaya sewa
Sumber Modal Kebijakan pembangunan
Sumber : ILO, Tahun 1972:11

Pembahasan mengenai identifikasi faktor 2. Tidak memiliki izin


internal dan faktor eksternal terhadap 3. Ketersedian bahan baku
pengembangan sektor informal di Kota 4. Sarana dan prasarana
Pematangsiantar diperlukan untuk mengetahui 5. Sumber modal
kekuatan dan kelemahan serta peluang maupun Setelah menentukan setiap variabel dari
ancaman yang dimiliki oleh para pelaku faktor internal tersebut, tahapan selanjutnya
kegiatan/usaha sektor informal. Berdasarkan adalah melakukan pembobotan dan skoring
Tabel Faktor Internal dan Faktor Eksternal yang terhadap variabel-variabel tersebut.
dikemukakan oleh ILO/UNDP (International Pembobotan sendiri dilakukan berdasarkan
Labour Organization/United Nations jumlah responden yang memilih salah satu
Development Programme) pada Tahun 1972, variabel yang telah ditetapkan sebelumnya.
maka faktor-faktor tersebut ditentukan dan Perhitungan sendiri dilakukan dengan cara
dijadikan variabel terhadap pertanyaan yang jumlah responden yang memilih salah satu
ada di dalam kuisioner yang diambil secara variabel dibagi total jumlah responden yaitu 50
acak dengan jumlah yang telah ditentukan pada (lima puluh) koresponden. Pembobotan pada
pembahasan sebelumnya yaitu sebanyak 50 faktor internal tingkat kepentingannya
(lima puluh) koresponden. didasarkan pada besarnya pengaruh faktor
strategis terhadap posisi strategisnya (Freddy
2.8. Faktor Internal Sektor Informal Rangkuti, 2001 : 22-24). Jumlah bobot pada
(Kekuatan dan Kelemahan) masing-masing faktor internal harus berjumlah
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, = 1 (satu) :
faktor internal sektor informal terdiri dari Skor Total Internal → Total Bobot
kekuatan dan kelemahan. Variabel-variabel dari Kekuatan + Total Bobot Kelemahan
faktor internal ini dijadikan pertanyaan di dalam =1
kuisioner. Responden akan disuruh memilih Sedangakan nilai bobot menurut Freddy
mana dari variabel-variabel yang telah Rangkuti (2001 : 22-24) dan Diklat Spama
ditentukan yang menjadi kekuatan dan (2000 : 13-14) berdasarkan ketentuan sebagai
kelemahan yang dimiliki oleh kegiatan/usaha berikut :
mereka. Berikut ini adalah faktor internal sektor “Skala 1,0 (sangat penting) sampai
informal Kota Pematangsiantar: dengan 0,0 (tidak penting)”.
a. Kekuatan (Strengths) Besarnya rata-rata nilai bobot bergantung
1. Motivasi pada jumlah faktor-faktor strategisnya (5-10
2. Kreatifitas faktor strategis) yang dipakai. Hal ini
3. Banyak macam/jenis usaha menunjukkan bahwa tingkat kepentingan relatif
4. Modal kecil untuk masing-masing faktor. Untuk lebih
5. Pengalaman kerja jelasnya mengenai pembobotan faktor internal
b. Kelemahan (Weaknesses) sektor informal Kota Pematangsiantar dapat
1. Tingkat pendidikan dilihat pada
Tabel 3. Pembobotan Faktor Internal Sektor Informal Kota Pematangsiantar
Responden
No. Faktor Internal Pembobotan
(org)
A Kekuatan (No.Pertanyaan: 20)
1 Motivasi 12 0,120
2 Kreatifitas 16 0,160
3 Banyak macam/jenis usaha 10 0,100
4 Modal kecil 4 0,040
5 Pengalaman kerja 8 0,080
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 105
Jumlah 50 0,50
B Kelemahan (No.Pertanyaan: 21)
1 Tingkat pendidikan 6 0,060
2 Tidak memiliki izin 5 0,050
3 Ketersediaan bahan baku 13 0,130
4 Sarana dan prasarana 17 0,170
5 Sumber modal 9 0,090
Jumlah 50 0,50
Total 1,00
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Dan untuk melakukan skoring terhadap Nilai skoring ditentukan berdasarkan besarnya
faktor internal sektor informal Kota pengaruh faktor strategis terhadap kondisi
Pematangsiantar adalah berdasarkan jumlah dirinya (Freddy Rangkuti, 2001 : 22-24) dengan
responden yang memilih salah satu variabel. kententuan sebagai berikut :
Tabel 4. Interval Kelas Skoring Faktor Internal
Faktor Internal Skor Kelas Interval Keterangan
1 1 – 4 responden Lemah
2 5 – 9 responden Rata-rata
Kekuatan (+)
3 10 – 14 responden Kuat
4 >15 responden Sangat kuat
4 1 – 4 responden Lemah
3 5 – 9 responden Rata-rata
Kelemahan (-)
2 10 – 14 responden Kuat
1 >15 responden Sangat kuat
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Variabel yang bersifat positif (variabel sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai
kekuatan) diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 kelemahan kecil/di bawah rata-rata pesaing-
dengan membandingkan dengan rata-rata pesaingnya nilainya 4. Untuk lebih jelasnya
pesaing utama. Sedangkan variabel yang mengenai skoring faktor internal sektor
bersifat negatif kebalikannya, jika kelemahan informal Kota Pematangsiantar dapat dilihat
besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing pada Tabel 5.
Tabel 5. Skoring Faktor Internal Sektor Informal Kota Pematangsiantar
No. Faktor Internal Responden (org) Skoring
A Kekuatan (No.Pertanyaan: 20)
1 Motivasi 12 3
2 Kreatifitas 16 4
3 Banyak macam/jenis usaha 10 3
4 Modal kecil 4 1
5 Pengalaman kerja 8 2
Jumlah 50
B Kelemahan (No.Pertanyaan: 21)
1 Tingkat pendidikan 6 3
2 Tidak memiliki izin 5 3
3 Ketersediaan bahan baku 13 2
4 Sarana dan prasarana 17 1
5 Sumber modal 9 3
Jumlah 50
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017

Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 106
Setelah melakukan pembobotan dan variabel dikalikan dengan nilai skor masing-
skoring, hal yang dilakukan selanjutnya adalah masing variabel. Matriks Faktor Strategi
melakukan matriks terhadap faktor internal Internal (IFAS: Internal Factors Analysis
sektor informal Kota Pematangsiantar. Di Summary) Sektor Informal Kota
dalam matriks ini adalah merupakan Pematangsiantar.
perhitungan dari nilai bobot masing-masing
Tabel 6. Matriks Faktor Strategi Internal Sektor Informal Kota Pematangsiantar
Sub
No. Faktor Internal Bobot Skor
Total
A Kekuatan (No.Pertanyaan: 20)
1 Motivasi 0,120 3 0,360
2 Kreatifitas 0,160 4 0,640
3 Banyak macam/jenis usaha 0,100 3 0,300
4 Modal kecil 0,040 1 0,040
5 Pengalaman kerja 0,080 2 0,160
Jumlah 0,50 1,50
B Kelemahan (No.Pertanyaan: 21)
1 Tingkat pendidikan 0,060 3 0,180
2 Tidak memiliki izin 0,050 3 0,150
3 Ketersediaan bahan baku 0,130 2 0,260
4 Sarana dan prasarana 0,170 1 0,170
5 Sumber modal 0,090 3 0,270
Jumlah 0,50 1,03
Total 1,00 2,53
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017

Setelah melakukan analisis, dapat e) Permintaan konsumen tinggi


diketahui bahwa pada variabel kekuatan B. Ancaman (Threats)
(strengths) yang memiliki sub total tertinggi a. Penggusuran
adalah kreatifitas dengan nilai 0,640. Dan untuk b. Perdagangan bebas
variabel kelemahan (weaknesses) yang c. Persaingan dengan sektor formal
memiliki sub total tertinggi adalah sumber d. Biaya sewa
modal dengan nilai 0,270. e. Kebijakan pembangunan
Setelah menentukan setiap variabel dari
2.9. Faktor Eksternal Sektor Informal faktor eksternal tersebut, tahapan selanjutnya
(Peluang dan Ancaman) adalah melakukan pembobotan dan skoring
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, terhadap variabel-variabel tersebut.
faktor eksternal sektor informal terdiri dari Pembobotan sendiri dilakukan berdasarkan
peluang dan ancaman. Variabel dari faktor jumlah responden yang memilih salah satu
eksternal ini dijadikan pertanyaan di dalam variabel yang telah ditetapkan sebelumnya.
kuisioner. Responden akan disuruh memilih Perhitungan sendiri dilakukan dengan cara
mana dari variabel-variabel yang telah jumlah responden yang memilih salah satu
ditentukan yang menjadi kekuatan dan variabel dibagi total jumlah responden yaitu 50
kelemahan yang dimiliki oleh kegiatan/usaha (lima puluh) koresponden. Pembobotan pada
mereka. Berikut ini adalah faktor eksternal faktor eksternal tingkat kepentingannya
sektor informal Kota Pematangsiantar: didasarkan pada besarnya pengaruh faktor
A. Peluang (Opportunities) strategis terhadap posisi strategisnya (Freddy
a) Lapangan kerja baru Rangkuti, 2001 : 22-24). Jumlah bobot pada
b) Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing faktor eksternal harus berjumlah
c) Tahan akan krisis ekonomi = 1 (satu) :
d) Perkembangan kota
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 107
Skor Total Eksternal → Total Bobot Besarnya rata-rata nilai bobot bergantung
Peluang + Total Bobot Ancaman = 1 pada jumlah faktor-faktor strategisnya (5-10
Sedangakan nilai bobot menurut Freddy faktor strategis) yang dipakai. Hal ini
Rangkuti (2001 : 22-24) dan Diklat Spama menunjukkan bahwa tingkat kepentingan relatif
(2000 : 13-14) berdasarkan ketentuan sebagai untuk masing-masing faktor. Untuk lebih
berikut : jelasnya mengenai pembobotan faktor eksternal
“Skala 1,0 (sangat penting) sampai sektor informal Kota Pematangsiantar dapat
dengan 0,0 (tidak penting)”. dilihat
Tabel 7. Pembobotan Faktor Eksternal Sektor Informal Kota Pematangsiantar
Responden
No. Faktor Eksternal Pembobotan
(org)
A Peluang (No.Pertanyaan: 22)
1 Lapangan kerja baru 17 0,170
2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 10 0,100
3 Tahan akan krisis ekonomi 3 0,030
4 Perkembangan kota 7 0,070
5 Permintaan konsumen tinggi 13 0,130
Jumlah 50 0,50
B Ancaman (No.Pertanyaan: 23)
1 Penggusuran 16 0,160
2 Perdagangan bebas 3 0,030
3 Persaingan dengan sektor formal 10 0,100
4 Biaya sewa 13 0,130
5 Kebijakan pembangunan 8 0,080
Jumlah 50 0,50
Total 1,00
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Dan untuk melakukan skoring terhadap Nilai skoring ditentukan berdasarkan besarnya
faktor eksternal sektor informal Kota pengaruh faktor strategis terhadap kondisi
Pematangsiantar adalah berdasarkan jumlah dirinya (Freddy Rangkuti, 2001 : 22-24) dengan
responden yang memilih salah satu variabel. kententuan sebagai berikut :
Tabel 8. Interval Kelas Skoring Faktor Eksternal
Faktor Skor
Interval Keterangan
Eksternal Kelas
1 1 – 4 responden Lemah
Peluang 2 5 – 9 responden Rata-rata
(+) 3 10 – 14 responden Kuat
4 >15 responden Sangat kuat
4 1 – 4 responden Lemah
Ancaman 3 5 – 9 responden Rata-rata
(-) 2 10 – 14 responden Kuat
1 >15 responden Sangat kuat
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Variabel yang bersifat positif (variabel sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai
peluang) diberi nilai dari 1 sampai dengan 4 ancaman kecil/di bawah rata-rata pesaing-
dengan membandingkan dengan rata-rata pesaingnya nilainya 4. Untuk lebih jelasnya
pesaing utama. Sedangkan variabel yang mengenai skoring faktor eksternal sektor
bersifat negatif kebalikannya, jika ancaman informal Kota Pematangsiantar dapat dilihat
besar sekali (dibanding dengan rata-rata pesaing

Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 108
Tabel 9. Skoring Faktor Eksternal Sektor Informal Kota Pematangsiantar
Responden
No. Faktor Eksternal Skoring
(org)
A Peluang (No.Pertanyaan: 22)
1 Lapangan kerja baru 17 4
2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 10 3
3 Tahan akan krisis ekonomi 3 1
4 Perkembangan kota 7 2
5 Permintaan konsumen tinggi 13 3
Jumlah 50
B Ancaman (No.Pertanyaan: 23)
1 Penggusuran 16 1
2 Perdagangan bebas 3 4
3 Persaingan dengan sektor formal 10 2
4 Biaya sewa 13 2
5 Kebijakan pembangunan 8 3
Jumlah 50
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Setelah melakukan pembobotan dan variabel dikalikan dengan nilai skor masing-
skoring, hal yang dilakukan selanjutnya adalah masing variabel. Matriks Faktor Strategi
melakukan matriks terhadap faktor eksternal Eksternal (EFAS: External Factors Analysis
sektor informal Kota Pematangsiantar. Di Summary) Sektor Informal Kota
dalam matriks ini adalah merupakan Pematangsiantar.
perhitungan dari nilai bobot masing-masing
Tabel 10. Matriks Faktor Strategi Eksternal Sektor Informal Kota Pematangsiantar
Sub
No. Faktor Eksternal Bobot Skor
Total
A Peluang (No.Pertanyaan: 22)
1 Lapangan kerja baru 0,170 4 0,680
2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 0,100 3 0,300
3 Tahan akan krisis ekonomi 0,030 1 0,030
4 Perkembangan kota 0,070 2 0,140
5 Permintaan konsumen tinggi 0,130 3 0,390
Jumlah 0,50 1,54
B Ancaman (No.Pertanyaan: 23)
1 Penggusuran 0,160 1 0,160
2 Perdagangan bebas 0,030 4 0,120
3 Persaingan dengan sektor formal 0,100 2 0,200
4 Biaya sewa 0,130 2 0,260
5 Kebijakan pembangunan 0,080 3 0,240
Jumlah 0,50 0,98
Total 1,00 2,52
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Setelah melakukan analisis, dapat ancaman (threats) sektor informal yang
diketahui bahwa pada variabel peluang memiliki sub total tertinggi adalah biaya sewa
(opportunities) sektor informal yang memiliki dengan nilai 0,260.
sub total tertinggi adalah lapangan kerja baru Setelah melakukan tahapan identifikasi
dengan nilai 0,680. Dan untuk variabel faktor internal dan faktor eksternal sektor
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 109
informal Kota Pematangsiantar, maka dapat pembobotan dan skoring sehingga membentuk
disimpulkan bahwa: matriks IFAS dan EFAS, maka hasilnya adalah:
Faktor Internal (IFAS) Sektor Nilai IFAS:
Informal Kota Pematangsiantar  Kekuatan (strenghts) = 1,50
Diketahui bahwa sub total dari variabel-  Kelemahan (weaknesses) = 1,03
variabel pada kekuatan sektor informal Kota  Sub total pembobotan dan skoring = 2,53
Pematangsiantar memiliki jumlah nilai sebesar Nilai EFAS:
1,50, dan untuk variabel-variabel pada  Peluang (opportunities) = 1,54
kelemahan sektor informal Kota  Ancaman (threats) = 0,98
Pematangsiantar memiliki jumlah nilai sebesar  Sub total pembobotan dan skoring = 2,52
1,03. Hal ini menjelaskan bahwa variabel Keseluruhan faktor internal dan eksternal
kekuatan sektor informal Kota Pematangsiantar yang telah diidentifikasi dalam matriks EFAS
masih lebih strategis bila dibandingkan dengan dan IFAS dikelompokkan dalam matriks
variabel kelemahan yang dimiliki oleh sektor SWOT yang kemudian secara kualitatif
ini. dikombinasikan untuk menghasilkan klasifikasi
Faktor Eksternal (EFAS) Sektor strategi yang meliputi empat set kemungkinan
Informal Kota Pematangsiantar alternatif strategi, yaitu:
Diketahui bahwa sub total dari variabel- a. Strategi S-O (Strengths – Opportunities)
variabel pada peluang sektor informal Kota Kategori ini mengandung berbagai
Pematangsiantar memiliki jumlah nilai sebesar alternatif strategi yang bersifat memanfaatkan
1,54, dan untuk variabel-variabel pada ancaman peluang dengan mendayagunakan
sektor informal Kota Pematangsiantar memiliki kekuatan/kelebihan yang dimiliki. Strategi SO
jumlah nilai sebesar 0,98. Hal ini menjelaskan dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang
bahwa variabel peluang sektor informal Kota yang tersedia dalam faktor eksternal. Dengan
Pematangsiantar masih lebih strategis bila kata lain, Pemerintah Daerah Kota
dibandingkan dengan variabel ancaman yang Pematangsiantar harus mampu meraih semua
dimiliki oleh sektor ini. peluang sektor informal berdasarkan kekuatan-
kekuatan yang dimiliki. Setiap peluang harus
3. Analisis Strategi Pengembangan Sektor ditangkap berdasarkan pertimbangan kekuatan
Informal Kota Pematangsiantar yang dimiliki sektor informal, bukan sekedar
Setelah melakukan tahapan identifikasi karena adanya peluang tersebut. Strategi ini
faktor internal dan faktor eksternal dipilih bila sub total penilaian matriks EFAS
kegiatan/usaha sektor informal Kota (Faktor Eksternal) lebih besar dari pada 2 dan
Pematangsiantar, maka langkah selanjutnya sub total penilaian matriks IFAS (Faktor
adalah melakukan analisis SWOT guna Internal) lebih besar daripada 2.
mendapatkan strategi pengembangan sektor b. Strategi W-O (Weaknesses –
informal Kota Pematangsiantar yang tepat Opportunities)
sasaran. Matriks SWOT pada intinya adalah Kategori yang bersifat memanfaatkan
mengkombinasikan peluang, ancaman, peluang eksternal untuk mengatasi kelemahan.
kekuatan, dan kelemahan dalam sebuah Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
matriks. Dengan demikian, matriks tersebut kelemahan sektor informal Kota
terdiri atas empat kuadran, dimana tiap-tiap Pematangsiantar dengan memanfaatkan peluang
kuadran memuat masing-masing strategi. dari faktor yang terdapat di luar. Setiap peluang
Matriks SWOT merupakan pendekatan yang yang tidak dapat dipenuhi karena adanya
paling sederhana dan cenderung bersifat kekurangan yang dimiliki, harus dicari jalan
subyektif-kualitatif. Matriks ini keluarnya dengan memanfaatkan kekuatan-
menggambarkan secara jelas bagaimana kekuatan lainnya yang tersedia. Strategi ini
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dipilih bila sub total penilaian matriks EFAS
organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan (Faktor Eksternal) lebih besar dari pada 2 dan
dan kelemahan yang dimilikinya. sub total penilaian matriks IFAS (Faktor
Dari tahapan identifikasi faktor internal Internal) lebih kecil atau sama dengan 2.
dan faktor eksternal sektor informal Kota c. Strategi S-T (Strengths – Threats)
Pematangsiantar yang didapatkan dari hasil Kategori alternatif strategi yang
memanfaatkan atau mendayagunakan kekuatan
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 110
untuk mengatasi ancaman. Strategi ST yang diusahakan dengan memperkecil
digunakan untuk menghindari, paling tidak kelemahan sektor informal Kota
memperkecil dampak negatif dari ancaman Pematangsiantar dan menghindari ancaman.
terhadap sektor informal Kota Pematangsiantar Dengan kata lain, jika sekiranya ancaman yang
atau tantangan yang akan datang dari luar. Jika akan datang lebih kuat dari upaya
ancaman tersebut tidak bisa diatasi dengan pengembangan, maka hal yang perlu dilakukan,
kekuatan internal maupun kekuatan eksternal adalah dengan menghentikan sementara usaha
yang ada, maka perlu dicari jalan keluarnya, ekspansi pengembangan, dengan menunggu
agar ancaman tersebut tidak akan memberikan ancaman eksternal yang datang menjadi hilang
dampak negatif yang terlalu besar. Strategi ini atau reda. Strategi ini dipilih bila sub total
dipilih bila sub total penilaian matriks EFAS penilaian matriks EFAS (Faktor Eksternal)
(Faktor Eksternal) lebih kecil atau sama dengan lebih kecil atau sama dengan 2 dan sub total
2 dan sub total penilaian matriks IFAS (Faktor penilaian matriks IFAS (Faktor Internal) lebih
Internal) lebih besar dari pada 2. kecil atau sama dengan 2.
d. Strategi W-T (Weaknesses – Threats) Dari penjelasan sebelumnya, maka berikut ini
Kategori alternatif strategi sebagai solusi adalah Matriks Analisis SWOT terkait strategi
dari penilaian atas kelemahan dan ancaman pengembangan sektor informal di Kota
yang dihadapi, atau usaha menghindari Pematangsiantar. Untuk lebih jelasnya dapat
ancaman untuk mengatasi kelemahan. Strategi dilihat.
WT adalah taktik mempertahankan kondisi
Tabel 10. Matriks Analisis SWOT Sektor Informal Kota Pematangsiantar
Faktor Strategis Strenghts (S) Weaknesses (W)
Internal Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan
 Motivasi  Tingkat pendidikan
 Kreatifitas  Tidak memiliki izin
 Banyak macam/jenis usaha  Ketersediaan bahan baku
 Modal kecil  Sarana dan prasarana
 Pengalaman kerja  Sumber modal
Faktor Strategis
Eksternal
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
Daftar Peluang 1. Pemerintah Daerah Kota 1. Memberikan pelatihan
 Lapangan kerja baru Pematangsiantar harus membuat keterampilan (soft skill)
 Pendapatan Asli Daerah kebijakan berupa Peraturan kepada pelaku usaha sektor
(PAD) Daerah (Perda) yang mengatur informal: pelatihan
 Tahan akan krisis terkait pelaksanaan dan kewirausahaan, pelatihan
ekonomi pengembangan sektor informal. teknis produksi maupun
 Perkembangan kota 2. Pemerintah Daerah Kota pelatihan teknis pembukuan.
 Permintaan konsumen Pematangsiantar harus 2. Mendirikan paguyuban
tinggi melakukan pendataan agar (kelembagaan) dalam bentuk
kegiatan/usaha sektor informal koperasi atau yang lainnya,
dapat terkoordinir secara baik. dan diatur di manajemen
3. Pemerintah Daerah Kota sendiri oleh para pelaku
Pematangsiantar harus kegiatan/usaha sektor
melakukan penyuluhan kepada informal Kota
pada pelaku kegiatan/usaha Pematangsiantar.
sektor informal terkait informasi 3. Menjadikan sumber daya
peluang pasar. (bahan baku) lokal sebagai
4. Meningkatkan produktifitas basis utama agar lebih efisien,
sektor informal, dari yang 4. Pemerintah Daerah Kota
awalnya kurang potensial Pematangsiantar melakukan
menjadi usaha yang ekonomis pendekatan terhadap para
dan padat karya. pelaku kegiatan/usaha sektor
5. Pemerintah Daerah Kota informal yang melakukan
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 111
Faktor Strategis Strenghts (S) Weaknesses (W)
Internal Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan
 Motivasi  Tingkat pendidikan
 Kreatifitas  Tidak memiliki izin
 Banyak macam/jenis usaha  Ketersediaan bahan baku
 Modal kecil  Sarana dan prasarana
 Pengalaman kerja  Sumber modal
Faktor Strategis
Eksternal
Pematangsiantar membantu usaha di tempat/lokasi yang
melakukan promosi terhadap tidak seharusnya, untuk mau
kegiatan/usaha sektor informal. direlokasi dan direvitalisasi.
5. Menghadirkan lembaga
penjamin kredit dari
pemerintah bisa dalam bentuk
uang tunai maupun modal
peralatan.
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
Daftar Ancaman 1. Pemerintah Daerah Kota 1. Menyelenggarakan
 Penggusuran Pematangsiantar melakukan pendidikan formal maupun
 Perdagangan bebas penataan ruang kota untuk non formal yang berbasis
 Persaingan dengan menyediakan lahan kepada enterpreneurship
sektor formal kegiatan/usaha sektor informal. (kewirausahaan), sehingga
 Biaya sewa 2. Pemerintah Daerah Kota akan muncul manusia-
 Kebijakan pembangunan Pematangsiantar harus manusia yang berjiwa usaha
menumbuhkan pusat-pusat mandiri yang tidak
pertumbuhan kota, sehingga membutuhkan lapangan
tidak tersentral pada satu titik pekerjaan melainkan
yang mengakibatkan menciptakan lapangan kerja.
melonjaknya pertumbuhan 2. Pembentukan infrastruktur
jumlah kegiatan/usaha sektor pendamping yang dapat
informal ini. membantu pelaku sektor
3. Pemerintah Daerah Kota informal dalam menghadapi
Pematangsiantar harus lembaga pembiayaan,
mempermudah izin membuka mengadopsi teknologi, dan
dan membangun usaha baru, mengakses pasar luas. Pusat
baik untuk usaha yang bergerak inkubasi bisnis dapat dimulai
di sektor formal maupun yang dari masyarakat, tapi harus
bergerak di sektor informal, hal didukung penuh Pemerintah
ini untuk membuka dan Daerah Kota Pematangsiantar.
menstabilkan lapangan usaha 3. Kebijakan pengembangan
baru bagi tenaga kerja yang sektor informal Kota
membutuhkan. Pematangsiantar lebih
4. Pemerintah Daerah Kota diarahkan pada pemberdayaan
Pematangsiantar harus bisa ekonomi rakyat.
bekerjasama dan bersinergi 4. Mobilisasi sumber daya, baik
dengan kabupaten atau kota manajemen, keahlian, maupun
disekitar Kota Pematangsiantar keuangan. Kelembagaan
sendiri. Hal ini diperlukan agar pemerintah untuk mengatasi
tidak terjadi pusat pertumbuhan masalah sektor informal Kota
ekonomi yang tidak seimbang Pematangsiantar diperkuat
yang bisa menyebabkan tingkat dengan membuat kebijakan
urbanisasi meningkat. dan program, yang mampu
5. Dengan berkembangnya sektor memobilisasi berbagai sumber
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 112
Faktor Strategis Strenghts (S) Weaknesses (W)
Internal Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan
 Motivasi  Tingkat pendidikan
 Kreatifitas  Tidak memiliki izin
 Banyak macam/jenis usaha  Ketersediaan bahan baku
 Modal kecil  Sarana dan prasarana
 Pengalaman kerja  Sumber modal
Faktor Strategis
Eksternal
informal, maka Pemerintah daya tersebut.
Daerah Kota Pematangsiantar 5. Mendirikan komunitas yang
dapat menerapkan insentif dan di dalamnya terdiri dari
disentif terhadap para pelaku kerjasama sektor informal,
kegiatan/usaha sektor informal pihak swasta, LSM, maupun
terkait biaya sewa lahan Pemerintah Daerah Kota
berjualan mereka. Pematangsiantar itu sendiri.
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017
Dari tahapan analisis yang menghasilkan
matriks SWOT Pengembangan Sektor Informal 3.1. Analisis Arahan Pengembangan dan
Kota Pematangsiantar, maka dianggap bahwa Konsep Penataan Sektor Informal
nilai yang paling strategis (Stategi Prioritas) Kota Pematangsiantar
berdasarkan Nilai IFAS = 2,53 dan Nilai EFAS Pada identifikasi potensi dan permasalahan
= 2,52 adalah Strategi S-O (Strenghts- sektor informal Kota Pematangsiantar,
Opportunities) yang meggunakan kekuatan diketahui bahwa potensi yang dimiliki adalah
yang dimiliki oleh sektor informal Kota pertama sektor ini dapat menjadi alternatif
Pematangsiantar dipadu dengan peluang- pilihan penduduk Kota Pematangsiantar sebagai
peluang yang ada. Diketahui juga bahwa nilai mata pencaharian, yang artinya sektor ini dapat
total dari kekuatan (strenghts) = 1,50 adalah menciptakan lapangan kerja baru. Selanjutnya,
yang paling besar di dalam faktor internal dan hal ini diperkuat oleh kebijakan-kebijakan
nilai total dari peluang (opportunities) = 1,54 Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar yang
adalah yang paling besar di dalam faktor mendukung keberadaan dan pengembangan
eksternal. sektor ini. Dengan adanya potensi-potensi yang
Adapun strategi prioritas yang harus telah diuraikan sebelumnya, maka potensi
diutamakan implementasinya terkait selanjutnya adalah sektor ini dapat menjadi
Pengembangan oleh Sektor Informal Kota pemasukan bagi Kota Pematangsiantar berupa
Pematangsiantar adalah antara lain: pendapatan asli daerah (PAD). Dan untuk
1. Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar permasalahan yang dimiliki oleh sektor
menetapkan kebijakan berupa Peraturan informal Kota Pematangsiantar adalah yang
Daerah (Perda) yang mengatur tentang pertama rendahnya kualitas tenaga kerja,
pelaksanaan dan pengembangan sektor maksud dari hal ini adalah bahwa keterampilan
informal. yang dimiliki oleh para pelaku kegiatan/usaha
2. Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar sektor informal Kota Pematangsiantar masih
harus melakukan penyuluhan dan pendataan sangat rendah.
kepada pada pelaku kegiatan/usaha sektor Berdasarkan beberapa sampel best practice
informal terkait informasi peluang pasar. keberhasilan pengembangan dan penataan
3. Meningkatkan produktifitas sektor informal, sektor informal di daerah lainnya, maka dapat
dari yang awalnya kurang potensial menjadi dirumuskan beberapa strategi yang dapat
usaha yang ekonomis dan padat karya. diberikan terkait arahan pengembangan dan
4. Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar penataan sektor informal Kota Pematangsiantar
membantu melakukan promosi terhadap dengan kombinasi strategi pada Analisis SWOT
kegiatan/usaha sektor informal. sebelumnya yang juga telah dilakukan. Adapun
rumusan strategi yang dihasilkan antara lain:
1. Rendahnya kualitas tenaga kerja, kebijakan
yang dapat dilakukan adalah memberikan
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 113
pelatihan keterampilan (soft skill) kepada Pematangsiantar adalah: motivasi,
pelaku usaha sektor informal: pelatihan kreatifitas, banyak macam/jenis usaha,
kewirausahaan, pelatihan teknis produksi modal kecil, serta pengalaman kerja.
maupun pelatihan teknis pembukuan. Adapun variabel kelemahan sektor informal
2. Tidak memiliki izin usaha, kebijakan yang Kota Pematangsiantar adalah: tingkat
dapat dilakukan adalah melakukan pendidikan, tidak memiliki izin,
pendataan terhadap para pelaku ketersediaan bahan baku, sarana dan
kegiatan/usaha sektor informal, agar dapat prasarana, serta sumber modal. Faktor
dimonitoring, dievaluasi dan dibantu dalam Internal yang paling berpengaruh terhadap
usaha, pendirian kelembagaan berupa sektor informal di Kota Pematangsiantar
paguyuban ataupun koperasi yang mampu adalah faktor Kreatifitas dan Sumber Modal.
menjadi penyangga dan rumah bagi 2) Faktor Eksternal Pengembangan Sektor
bertumbuhnya kreativitas di sektor informal. Informal Kota Pematangsiantar terdiri dari
3. Menjadikan citra kota dan dampak beberapa faktor peluang dan ancaman.
lingkungan yang buruk, kebijakan yang Variabel dari peluang sektor informal Kota
dapat dilakukan adalah melalui pendekatan Pematangsiantar adalah: lapangan kerja
terhadap para pelaku kegiatan/usaha sektor baru, pendapatan asli daerah (PAD), tahan
informal yang melakukan usaha di akan krisis ekonomi, perkembangan kota,
tempat/lokasi yang tidak seharusnya, agar serta permintaan konsumen tinggi. Dan
mau direlokasi dan direvitalisasi. untuk variabel ancaman sektor informal
4. Sumber modal, kebijakan yang dapat Kota Pematangsiantar adalah: penggusuran,
dilakukan adalah menghadirkan lembaga perdagangan bebas, persaingan dengan
penjamin kredit dari pemerintah baik dalam sektor formal, biaya sewa, dan juga
bentuk uang tunai maupun modal peralatan. kebijakan pembangunan. Faktor Eksternal
5. Belum ada peraturan yang jelas dan yang paling berpengaruh terhadap sektor
mengikat, kebijakan yang dapat dilakukan informal di Kota Pematangsiantar adalah
adalah dengan membuat dan menetapkan faktor Lapangan Kerja Bbru dan biaya sewa.
sebuah Peraturan Daerah (Perda) yang berisi 3) Arahan Pengembangan Sektor Informal
tentang pengaturan keberadaan sektor terdiri dari beberapa strategi antara lain
informal dan juga pengembangan sektor Strategi S-O, Strategi W-O, Strategi S-T,
tersebut di Kota Pematangsiantar. dan juga Strategi W-T.
4) Berdasarkan rumusan hasil identifikasi
Sebagai acuan yang dapat digunakan oleh faktor internal dan eksternal sektor informal
Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar di Kota Pematangsiantar dan juga analisis
dalam mengimplementasikan Strategi strategi pengembangan sektor informal Kota
Pengembangan Sektor Informal di Kota Pematangsiantar, maka ditentukan bahwa
Pematangsiantar, maka dalam kajian ini akan Strategi S-O menjadi strategi prioritas yang
merekomendasikan Arahan Pengembangan dan harus diutamakan pengimplementasinnya
Konsep Penataan Sektor Informal Kota oleh Pemerintah Daerah Kota
Pematangsiantar berdasarkan analisis strategi Pematangsiantar.
pengembangan sebelumnya berupa indikasi
program yang di dalam tiap program-program DAFTAR PUSTAKA
tersebut akan dijabarkan tahapan kegiatannya. Breman,Jan.2000. The informal sector in
research: theory and practice.
4. Kesimpulan Rotterdam:The Comparative Asian Studies
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa Programme (CASP), University of
Kajian Pengembangan dan Sektor Informal Rotterdam.
Kota Pematangsiantar, maka beberapa Effendi, 1996. Sumber Daya Manusia, Peluang
kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut Kerja dan Kemiskinan, cetakan ke-2, Tiara
ini: Wacana Yogya. Yogyakarta.
1) Faktor Internal Pengembangan Sektor Effendi, Tadjuddin Noer.1997. Pertumbuhan
Informal Kota Pematangsiantar terdiri dari Ekonomi, Sektor Informal dan Kemiskinan
beberapa faktor kekuatan dan kelemahan. di Kota, dalam Kumpulan Tulisan DR.
Variabel dari kekuatan sektor informal Kota Tadjuddin Noer Effendi, Yogyakarta: Pusat
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 114
Penelitian Kependudukan Universitas Penelitian Kependudukan UGM,
Gadjah Mada Yogyakarta. Manning, Chris dan Tadjuddin
Evers, Hans Dieter, 1992. Informal Sector Noer Effendi (2001). Urbanisasi,
Trade in Central Java, Productive Pengangguran dan Sektor Informal di Kota.
Employment, Labour Absorption Capacity Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
and Policy Implications. Yogyakarta : PPK Mustafa, Ali, 2008. Model Transformasi Sektor
UGM. Evers, Hans Dieter and Tadjuddin Informal : Sejarah, Teori dan Praksis
Noer Effendi, 1992. Trade and Informal Pedagang Kaki Lima. PT. Inspire Indonesia,
Sector Policy in Central Java. Population Malang
Studies Center, Gadjah Mada University, Nasution, M.Zein. 1988. “Sektor Informal di
Yogyakarta Perkotaan:Rumusan Permasalahan sebagai
ILO.1972. “Development of the Rural Informal Prahipotesis Pembinaan.” Dalam Kumpulan
Sectors : Policies and Strategies (A Makalah Seminar Mobilitas Penduduk dan
Discussion Paper)”. Makalah dalam Asian Sektor Informal. Novena, 2003.
Sub-regional seminar on Employment Marginalisasi Sektor Informal,
Policies for the rural Informal sector in East www.pastionline.com, (1 Juni 2004)
and Southeast Asia, 24-28 May, Yogyakarta. Ramli Rusli, 2000. Penciptaan Kesempatan
Luthfi, Asrizal. 2008. Kemiskinan Kota dan Kerja Sektor Informal Pedagang Kaki Lima
Sektor Informal, Surabaya. di DKI Jakarta, Unpad, Bandung
Manning, Chris, 1984. Struktur Pekerja Sektor
Informal dan Kemiskinan Di Kota, Pusat

Jurnal Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Publik Volume 2, No 2, Desember 2020 115

You might also like