Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

PERENCANAAN PINTU AIR TERSIER OTOMATIS BERBAHAN

FIBER RESIN DI DAERAH IRIGASI PASANG SURUT KECAMATAN


LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Jonizar1, Nurnilam Oemiati2, Yudi Setiawan3
Program Studi Teknik Sipil,Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Jenderal A. Yani 13 Ulu Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Email : Bearing@um-palembang.ac.id

Abstract

In this rice field area, an irrigation system and a drainage system are needed, because it will greatly affect the
production of food crops. Irrigation systems are an important component for agricultural activities in
Indonesia, most of which are located in rural areas. And drainage is one of the technical efforts by making
drains or drains to reduce excess water originating from rainwater, seepage, and excess irrigation water due
to tides from tertiary canals whose water is sourced from the Musi River in an area or rice fields of Lalan
District.
From the results of measuring the cross-sectional area and flow velocity, the channel length when the
water level rises (tide) is 396 m or 0.396 km. And the water discharge in the tertiary (waste) channel reaches a
minimum value at low tide of 11.44 m3/s, the maximum discharge at high tide is 125.84 m3/s, while the average
capacity that can be accommodated by the channel is only of 45.76 m3/sec. This means that from the results of
these calculations the water discharge that enters the canal is greater than the water discharge that comes out
of the canal, so that the canal in the rice field area overflows and cannot hold water during high tides.
Therefore it is planned that the sluice gate uses an automatic sluice gate made of fiber resin with
planned calculations and modeling which gives good results in the field, this can be seen from the pictures that
have been outlined in the discussion chapter. So that it can regulate the incoming and outgoing water in the
channel. From the planning results obtained some data including the height of the door guard is 20 cm or 0.20
m height of the channel hole at the door (h) 0.43 m high along with the width of the door (H Door) 0.81 m high
h the difference in water level is 0. 24 m with a planned weight of the door itself at 31.44 kg.

Keywords : Tidal Channel Capacity Automatic Sluice Gate Plan,


Fiber Resin, Hydrostatic Sluice

1. PENDAHULUAN genangan air yang dapat mengganggu dan


Lahan sawah merupakan salah satu tipe mengurangi hasil produksi mutu padi dengan
penggunaan lahan yang penting, fungsi lahan memanfaatkan sistem irigasi sehingga petani
sawah selain sebagai media produksi dapat meningkatkan hasil tanaman pangan
(penghasil padi) juga dapat berfungsi sebagai (padi). Dengan sistem irigasi ini petani dapat
media pengatur lingkungan (menekan laju meningkatkan atau merasakan peningkatan
sedimentasi) sekaligus dapat berperan dalam hasil panen yang semula menghasilkan 5 ton
mengatur tata air untuk memodifikasi menjadi 10 ton dalam setiap panen. Dan dapat
karakteristik hidrologi, sedangkan fungsi meningkatkan kuantitas panen, yang semula 2
lainnya terutama dalam modifikasi sistem kali dalam satu tahun dapat menjadi kali dalam
irigasi belum secara optimal dipahami oleh satu tahun.
masyarakat setempat. Suatu kawasan Pada kawasan persawahan ini sangat
persawahan yang tertata dengan baik haruslah diperlukan sistem irigasi dan sistem drainase,
juga diikuti dengan penataan sistem irigasi karena akan sangat berpengaruh terhadap
yang berfungsi untuk mengurangi atau produksi tanaman pangan. Sistem Irigasi
membuang air pada kawasan persawahan merupakan komponen penting bagi kegiatan
tersebut sehingga tidak menimbulkan pertanian di Indonesia yang sebagian besar

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 1


berada di wilayah perdesaan. Dan drainase bumi. Penyebaran uap air ke seluruh bola
adalah salah satu upaya teknis dengan membuat bumi tidak merata, hal ini disebabkan oleh
saluran air atau jalur pembuangan air untuk beberapa faktor antara lain: ukuran dan
mengurangi kelebihan air yang berasal dari air penyebaran daratan serta badan air,
hujan, rembesan, dan kelebihan air irigasi
topografi, elevasi, serta posisi geografis.
akibat pasang dari saluran tersier yang sumber
Apabila keadaan atmosfer memungkinkan,
airnya dari Sungai Musi pada suatu kawasan
atau lahan persawahan Kecamatan Lalan. sebagian dari uap air tersebut akan
Berdasarkan observasi peneliti pada terkondensasi dan turun sebagai air hujan.
Kawasan Persawahan Kecamatan Lalan ini, b. Pengertian Sungai
dalam beberapa musim pada Kawasan
Sungai adalah aliran air yang besar dan
Persawahan ini mengalami kelebihan air
memanjang yang mengalir secara terus –
sehingga menyebabkan fungsi lahan sawah
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir
sebagai media pengatur tata air belum
(muara). Pada beberapa kasus, sebuah sungai
dimanfaatkan secara optimal. Maka dari itu,
secara sederhana mengalir meresap ke dalam
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tanah sebelum menemukan badan air lain.
dengan judul “Perencanaan Pintu Air Tersier
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula
Otomatis Berbahan Fiber Resin Di Daerah
dari mata air yang mengalir ke anak sungai.
Irigasi Persawahan Pasang Surut
Beberapa anak sungai akan bergabung untuk
Kecamatan Lalan Kabupaten Musi
membentuk sungai utama.
Banyuasin”
Aliran air sungai ini biasanya berbatasan
dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri
2. TINJAUAN PUSTAKA dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai
a. Daur Hidrologi bertemu laut di kenal sebagai muara sungai.
Manfaat dari sebuah sungai adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah,
bahkan sebenarnya potensial untuk di jadikan
objek wisata sungai (Ahira, 2011).

Gambar 2.1 Daur Hidrologi c. Komponen Pasang Surut


Menurut Asdak (2007: 7), air yang Komponen pasut dapat dianalisa dengan
terdapat di bumi berada dalam suatu metode harmonik, dengan dasar bahwa pasang
lapisan hidrosfer dan seluruh air yang surut yang terjadi adalah superposisi atau
terdapat di lapisan hidrosfer ini akan penjumlahan dari berbagai komponen pasut.
mengikuti siklus hidrologi, yaitu suatu Karena sifat pasang surut yang periodik, maka
ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang
sirkulasi yang sangat komleks dari air di
surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase
antara lautan, atmosfer dan daratan. Dalam dari masing-masing komponen pembangkit
hal ini air yang berada di lautan dapat pasang surut.
disebut sebagai reservoir dan oleh energi Komponen-komponen utama pasang surut
radiasi matahari, air di lautan maupun terdiri dari komponen tengah harian dan harian.
daratan akan mengalami penguapan Namun demikian, karena interaksinya dengan
(evaporasi) masuk ke dalam atmosfer. bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar
Sebagaimana diketahui bahwa penguapan gelombang pasang surut komponen utama,
air sangat ditentukan oleh temperature akan terbentuklah komponen-komponen
udara dan temperatur permukaan air laut pasang surut yang baru.
serta kecepatan angin. Uap air yang masuk Pada buku peramalan pasang surut yang
dikeluarkan oleh Dishidros-TNI AL (Dinas
ke atmosfer/udara kemudian akan dialirkan
Hidro-Oseanografi) dan National Ocean
oleh masa udara ke seluruh bagian dari bola Service tertulis nilai komponen pasut tersebut

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 2


baik amplitudo maupun fase pada beberapa Bentuk pasang surut di berbagai daerah
lokasi di perairan Indonesia. Dengan tidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari
mengetahui amplitudo komponen tersebut, dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang
maka dapat dihitung nilai bilangan Formzalnya surut. Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di
dan kemudian tipe pasutnya dapat ditentukan. Indonesia di bagi menjadi empat yaitu:
1. Pasang Surut Harian Ganda (semi diurnal
JENIS
NAMA
FENOMENA
tide)
KOMPONEN Pasang Surut Harian Ganda Dalam
M2 (Principal
Gravitasi bulan dengan orbit sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali
lingkar dan sejajar ekuator
Lunar)
bumi
surut secara berurutan. Periode pasang surut
gravitasi matahari dengan
rata – rata 12 jam 24 menit. Pasang surut
S2 (Principal jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai
Semi- orbit lingkaran dan sejajar
Solar)
diurna ekuator bumi laut Andaman.
l perubahan jarak bulan ke 2. Pasang Surut Harian Tunggal (diurnal tide)
N2 (Larger
bumi akibat lintasan yang
Lunar Elluptic) Pasang Surut Harian Tunggal Dalam
berbentuk elips
K2 (Luni-Solar
Perubahan jarak bulan ke satu hari terjadi satu kali pasang dan 4 satu
bumi akibat lintasan yang
Semi-Diurnal)
berbentuk elips
kali surut. Periode pasang surut adalah 24
Diurn K1 (Luni-Solar Deklinasi sistem bulan dan jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di
al Diurnal) matahari perairan Selat Karimata.
O1 (Principal
Deklinasi Bulan
3. Pasang Surut Campuran Condong Keharian
Lunar Diurnal) Ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)
P1 (Principal
Solar Diurnal)
Deklinasi matahari Pasang Surut Campuran Condong
Mf (Lunar
Keharian Ganda Dalam satu hari terjadi dua
Period Variasi setengah bulan kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi
Fornightly)
a Mm (Lunar tinggi periodenya berbeda. Pasang surut
Panja Variasi Bulanan
Monthly) jenis ini banyak terdapat di perairan
ng
Ssa Variasi semi tahunan Indonesia Timur.
2SM2 Interaksi bulan dan matahari 4. Pasang Surut Campuran Condong Keharian
Interaksi bulan dan matahari Tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
dengan perubahan jarak
MNS2
akibat lintasan berbentuk Pasang Surut Campuran Condong
Perair elips Keharian Tunggal Pada tipe ini dalam satu
an Interaksi bulan dan matahari hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali
Dangk dengan perubahan jarak
al MK3
akibat lintasan berbentuk air surut, tetapi kadang – kadang untuk
elips sementara waktu terjadi dua kali pasang dan
M4 2x kecepatan sudut M2 dua kali surut dengan tinggi dan periode
MS4 Interaksi M2 dan S2 yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini
biasa terdapat di daerah Selat Kalimantan
dan pantai Utara Jawa Barat.
e.
d. Tipe-tipe Pasang Surut

Gambar 2.8 Pintu Otomatis Berbahan


Fiber Resin
Gambar 2.2 Tipe-tipe Pasang Surut Pintu Air Otomatis fiber resin
merupakan pintu klep otomatis yang

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 3


terbuat dari bahan dasar fiber resin, yang d. Pembuatan dan control mutu
berfungsi sebagai bangunan pintu air buka- (pabrikasi, pemasangan,
tutup atau klep otomatis sesuai dengan operasional, dan pemeliharaan
pergerakan tekanan air sebagai akibat dari yang praktis/efisien.
aliran pasang surut air. Pintu klep dapat 2. Kelebihan Pintu Klep
membuka otomatis apabila muka air hulu a. Bobot pintu (berat jenis yang
melebihi tinggi air yang berada pada relatif lebih kecil dibandingkan
kantong air, artinya gaya yang bekerja bahan lain.
harus lebih besar dari gaya yang bekerja b. Lebih tahan terhadap keretakan
pada pintu air. (fracture) dibandingkan bahan
kayu.
c. Pembuatan dan control mutu
(pabrikasi) lebih terjamin.
d. Mobilisasi dan transportasi
relative lebih rendah.
e. Pemasangan dan pengoperasian
lebih muda.
Gambar 2.9 Pemasangan Pintu Air f. Kebocoran yang terjadi lebih
Otomatis Fiber Resin kecil, sehingga mengurangi biaya
Pintu klep otomatis ini biasanya pemeliharaan (maintenance).
dipakai pada ruas sungai yang terbatas baik 3. Kekurangan Pintu Klep
kedalamannya maupun lebarnya. Pada a. Dari segi kekuatan tekan (durabi
umumnya digunakan pada ruas sungai atau lity), pintu dari bahan beton/ferro
saluran yang kecil, menyesuaikan kondisi cemet lebih kuat dibandingkan
bahan pintu. Pengoperasian pintu ini dengan pintu dari bahan fiber
dilakukan secara otomatis dengan resin.
memanfaatkan fungsi tekan yang ada. Beda b. Dari segi harga pabrikasi, bahan
tekanan yang ada di bagian hulu dan hilir fiber resin lebih mahal dari pada
pintu akan menggerakkan pintu sehhingga bahan kayu ataupun beton/ferroc
terjadi aliran air yang melalui pintu. ement, terutama untuk produksi
Apabila tinggi tekan di hulu lebih besar jumlah sedikit.
maka pintu akan terbuka ke arah hilir, 4. Keunggulan Pintu Klep
namun apabila tinggi tekan di hilir lebih Dengan membandingkan
besar pintu akan tertutup, sehingga air di kelebihan dan kekurangan antara
hilir tidak dapat mengalir. pintu fiber terhadap pintu beton
Pintu klep adalah salah satu pintu air dan pintu kayu melalui parameter,
yang pengoperasiannya dilakukan secara maka diketahui bahwa secara
otomatis dengan membuka dan keseluruhan pintu fiber lebih unggul
menutupnya pintu pada setiap perubahan dari pintu kayu, atau pintu beton
muka air baik diudik/hulu maupun dihilir. dengan perbandingan lebih unggul
1. Fungsi dan Manfaat Pintu Klep secara efisiensi.
a. Menahan intrusi salinitas. 5. Prinsip Kerja Pintu Klep
b. Mampu bekerja pada tinggi muka Prinsip kerja dari pintu klep tersebut
air (head) yang rendah. pada dasarnya pada perioda AB dapat
c. Menunjang system tata air satu membuka dan menutup secara otomatis
arah. karena Muka Air di udik/hulu pintu lebih
tinggi dari muka air di hilir pintu, tetapi hal

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 4


ini tidak akan terjadi tepat pada titik
A, disebabkan adanya
gesekan pada pintu dan besarnya
komponen berat sendiri dari pintu. Pintu
klep akan menutup secara otomatis pada
titik B, padasaat air di hilir pintu lebih
tinggi dari muka air di udik pintu.
Pengoperasian pintu ini dilakukan
secara otomatis dengan memanfaatkan
tinggi tekan yang ada. Beda tekan yang ada
dibagian hulu dan hilir pintu atau
menggerakkan pintu, sehingga terjadialiran
air melalui pintu. Apabila tinggi muka air
di muara lebih tinggi, sehingga tinggi tekan Gambar 3.2 Skema Jaringan
dihilir pintu akan menyebabkan pintu akan (Sumber: Google Maps 2023)
tertutup sehingga air dibagian hilir tidak
akan mengalir. Semikian pula sebaliknya, b. Teknik Pengumpulan Data
apabila tinggi Muka Air di bagian hulu Pada tahap teknik pengumpulan data
pintu lebih tinggi, sehingga tinggi tekan di yang digunakan dalam penelitian ini yang
bagian hulu pintu akan lebih tinggi berhubungan dengan Saluran tersier pada
daripada dibagian hilir pintu yang Kawasan Persawahan Di Desa Karang
meyebabkan pintuakan terbuka dan air dari Makmur Kecamatan Lalan Kabupaten
bagian hulu pintu akan mengalir keluar. Musi Banyuasin, yaitu dengan cara terjun
langsung ke lokasi penelitian.
1) Pengumpulan data secara Primer
3. METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan data secara primer
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Kawasan ialah yang digunakan untuk
Persawahan Kecamatan Lalan Kabupaten mendapatkan data secara langsung
Musi Banyuasin. yaitu:
a) Metode Observasi, pengamatan dan
pencatatan suatu objek dengan
sistematika fenomena lokasi
penelitian.
b) Metode Dokumentasi, pengumpulan
data dengan cara meminta data yang
telah ada dan pengambilan gambar di
lokasi penelitian.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian c) Data Pasang Surut, data yang diambil
(Sumber: Google Maps 2023) dengan cara mengukur langsung ke
lapangan.
d) Data penampang yang sesuai untuk
Perencanaan Pintu Air Tersier
Otomatis Berbahan Fiber Resin pada
lokasi tersebut.

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 5


2) Pengumpulan data secara Sekunder 1) Menghitung Kecepatan Aliran
Data sekunder merupakan data-data Hasil penelitian pada Saluran Tersier
pendukung yang di dapat dari instansi Kawasan Persawahan Desa Karang
terkait seperti, stasiun curah hujan Makmur, Kecamatan Lalan, Kecamatan
didapat dari BMKG, atau dinas Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin
pemerintahan setempat yang bertujuan diperoleh data kecepatan aliran sungai baik
untuk menunjang dan mendukung minimum maupun maksimum sehingga
laporan penelitian. diperoleh data pasang surut. Peneliti
c. Analisa Data melakukan penelitian selama 72 jam atau
Analisa saluran ini bertujuan untuk tiga hari di lapangan untuk mendapatkan
mengetahui kecukupan Saluran dalam data di lapangan yang masih menggunakan
menampung aliran air di permukaan. Data pengukuran secara manual dengan
yang diperoleh, baik data Primer maupun menggunakan metode pelampung yang
data Sekunder, diolah secara manual diimplementasikan langsung di lapangan
menggunakan Microsoft Office dan dengan beberapa pengaruh tentunya,
Microsoft Excel dengan bantuan komputer sehingga dapat diketahui minimum dan
yang dilengkapi dengan narasi. maksimum tinggi permukaan air dan
Analisa data dilakukan setelah semua ketenangan air pada saluran pepmbuang
data yang dibutuhkan terkumpul. Data (tersier) dan pada waktu-waktu tertentu.
Curah Hujan, digunakan untuk menentukan hasil penelitian dari lapangan peneliti
rencana pintu air (Penelitian), Intensitas sajikan pada table 4.6 dengan beberapa
Curah Hujan, dan Kapasitas Maksimum perhitungan yang telah dilakukan oleh
Curah Hujan dengan menggunakan metode peneliti.
Distribusi Normal, Log Pearson III, dan Tabel 4.8 Hasil Penelitian Kecepatan
Metode Gumbel (Perhitungan). Aliran di Lapangan Lokasi Hari Ke-1
TINGGI WAKTU TEMPUH
Selanjutnya menghitung kecepatan aliran PUKUL
(WIB)
MUKA
AIR (m) 1
(det)
2 3
S (m)
KECEPATAN (m/det) Jumlah Kecepatan
1 2 3
(m/det)
Kecepatan Rata-
rata (m/det)

10:00:00 0,58 241,25 239,36 228,46 3 0,01 0,01 0,01 0,04 0,01

air pada Saluran. Menghitung Debit aliran 11:00:00


12:00:00
0,49
0,34
189,25 184,23 195,32
123,23 114,49 119,28
3
3
0,02
0,02
0,02
0,03
0,02
0,03
0,05
0,08
0,02
0,03
13:00:00 0,24 117 111 115,26 3 0,03 0,03 0,03 0,08 0,03

air biasanya menggunakan alat ukur flow 14:00:00


15:00:00
16:00:00
0,13
0,06
0,02
85,1 87,23 87,22
61,24 61,33 61,02
50,12 49,45 49,32
3
3
3
0,04
0,05
0,06
0,03
0,05
0,06
0,03
0,05
0,06
0,10
0,15
0,18
0,03
0,05
0,06
17:00:00 0,01 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
watch, atau secara sederhana penelitian ini 18:00:00
19:00:00
0,01
0,05
0
146
0 0
146,2 145,59
0
3
0,00
0,02
0,00
0,02
0,00
0,02
0,00
0,06
0,00
0,02
20:00:00 0,14 132,26 133,12 134,09 3 0,02 0,02 0,02 0,07 0,02
dilakukan menggunakan Metode Bola 21:00:00
22:00:00
0,21
0,28
124,57 123,21 125,56
115 116,01 114,57
3
3
0,02
0,03
0,02
0,03
0,02
0,03
0,07
0,08
0,02
0,03
23:00:00 0,31 108,45 109,01 108,02 3 0,03 0,03 0,03 0,08 0,03

Pimpong yang dialirkan pada saluran 00:00:00


01:00:00
0,355
0,38
95,54 95,21 94,01
82,15 81,59 82,49
3
3
0,03
0,04
0,03
0,04
0,03
0,04
0,09
0,11
0,03
0,04
02:00:00 0,405 71,59 70,26 69,58 3 0,04 0,04 0,04 0,13 0,04

tersier (pembuang) dan dihitung 03:00:00


04:00:00
05:00:00
0,45
0,49
0,525
64,23 66,12 65,45
54,23 53,26 53,45
46,26 45,12 46,09
3
3
3
0,05
0,06
0,06
0,05
0,06
0,07
0,05
0,06
0,07
0,14
0,17
0,20
0,05
0,06
0,07

kecepatannya pada setiap titik tinjauan 06:00:00


07:00:00
08:00:00
0,565
0,59
0,63
32,15 31,36 33,59
26,45 25,36 27,02
0 0 0
3
3
0
0,09
0,11
0,00
0,10
0,12
0,00
0,09
0,11
0,00
0,28
0,34
0,00
0,09
0,11
0,00
09:00:00 0,63 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
sehingga didapatkan kecepatan (waktu) Jumlah
Rata-Rata
15,28
0,11
5,09
0,04

permukaan air tersebut mengalir. Setelah


itu dilanjutkan dengan menghitung Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa
perencanaan Pintu Air Otomatis yang akan terjadi perubahan tinggi permukaan dan
diimplementasikan di lapangan nantinya. kecepatan aliran yang bervariasi pada
setiap jamnya. Dengan penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan metode manual atau
a. Analisa Debit Alir Pasang Surut pelampung, didapatkan hasil perhitungan

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 6


kecepatan rata-rata aliran sungai setiap 𝑆
V = 𝑡 = ….. (m/det)
harinya pada waktu tertentu. Pada pukul 3
V1 = 26.45 = 0,11 m/det
09.00 – 16.00 WIB turunnya tinggi muka
3
air pada saluran tersebut maka terjadi surut V2 = 25.36 = 0,11 m/det
dengan kecepatan minimum 0,01 m/det dan 3
V3 = 27.02 = 0,11 m/det
kecepatan maksimum 0,06 m/det. Pada
16.00 WIB sampai 18.00 WIB terjadi Jumlah Kecepatan pada lokasi hari ke-1
waktu tenang dengan tinggi permukaan 1 adalah V1 + V2 + V3 = 0,34 m/det
cm atau 0,01 m, Pada pukul 19.00 – 07.00 Kecepatan rata-rata aliran pada lokasi
V1 + V2 + V3 0,34
WIB naiknya tinggi muka air pada saluran hari ke-1adalah V = = =
𝑛 3
tersebut maka terjadi pasang dengan 0,11 m/det.
kecepatan minimum 0,02 m/det dan c. Perhitungan Kecepatan Aliran
kecepatan maksimum 0,11 m/det. Minimum pada saat muka air turun atau
Sedangkan pada jam 07.00 wib sampai Surut diambil pada pukul 15.00 wib:
09.00 wib terjadi waktu tenang kembali 𝐿
V = 𝑡 = ….. (m/det)
tetapi dengan tinggi permukaan 0.63 m. 3
Artinya disini terjadi kenaikan permukaan V1 = 259.12 = 0,01 m/det
3
air di lokasi karena sungai tersebut adalah V2 = 246.23 = 0,01 m/det
sungai pasang surut. 3
V3 = = 0,01 m/det
Perhitungan kecepatan aliran 254.12

merupakan hasil bagi antara jarak lintasan Jumlah Kecepatan pada lokasi haei ke-1
dengan waktu tempuh atau dapat di adalah V1 + V2 + V3 = 0,04 m/det
tuliskan dari persamaan 2.1 di lokasi hari Kecepatan rata-rata aliran pada lokasi 1
V1 + V2 + V3 0,04
ke-1 pada pukul 01.00 wib sebagai berikut adalah V = = = 0,01
𝑛 3
: m/det.
a. Perhitungan Kecepatan Aliran rata-rata: d. Perhitungan Panjang Saluran
𝑆
V = 𝑡 = ….. (m/det) Maksimum pada saat Muka Air Naik
3 Atau Pasang
V1 = 71.59 = 0,04 m/det
S =vxt
3
V2 = = 0,04 m/det S = 0,11 m/det x 3600 detik
70.26
3 S = 396 meter
V3 = 69.58 = 0,04 m/det
Berdasarkan hasil data table 4.6
Jumlah Kecepatan pada lokasi hari ke-1
untuk nilai kecepatan aliran pada Saluran
adalah V1 + V2 + V3 = 0,13 m/det
Tersier Kawasan Persawahan Desa Karang
Kecepatan rata-rata aliran pada lokasi
V1 + V2 + V3 0.13 Makmur, Kecamatan Lalan, Kabupaten
hari ke-1 adalah V = = = Musi Banyuasin cukup bervariasi antara
𝑛 3
0,04 m/det. 0,00 – 0,11 m/det dengan rata-rata 0,04
b. Perhitungan Kecepatan Aliran m/det. Proses pengukuran tinggi muka air
Maksimum pada saat muka air naik atau dilakukan secara manual dengan mengukur
Pasang diambil pada pukul 07:00 wib: ketinggian permukaan air diatas satu titik
tetap penampang basah sungai

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 7


menggunakan alat sederhana yaitu rambu terlihat bahwa perubahan tinggi muka air
ukur, dan terlihat bahwa fluktuasi yang terdapat pada suatu titik saluran
kecepatan aliran yang mengalir pada tersier. Hal ini dilihat dari adanya
Saluran tersier berbeda-beda. Hal ini dilihat perbedaan nilai tinggi muka air maksimum
dari adanya perbedaan nilai kecepatan maupun tinggi muka air minimum selama
aliran maksimum Ketika pasang maupun periode penelitian.
nilai kecepatan aliran minimum ketika Untuk lebih jelasnya mengenai
surut selama periode penelitian. perubahan tinggi muka air selama
Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian tersaji pada gambar 4.2 berikut:
fluktuasi kecepatan aliran atau grafik yang
di peroleh langsung dari lapangan
mengenai perbandingan waktu dan
kecepatan di lokasi penelitian yang telah di
lakukan oleh peneliti selama 3 hari
berturut-turut (terlampir) dan yang Gambar 4.2 Grafik Fluktuasi Tinggi
disajikan pada bab ini hanya pada hari Muka Air di Lokasi selama 24 jam
pertama penelitian yang cukup mewakili Dari grafik diatas menunjukkan
hasill perhitungan peneliti selama 24 jam bahwa dalam penelitian terjadi Pasang
atau satu hari penelitian menghitung Surut, kecepatan aliran memiliki pola yang
kecepatan aliran tersaji pada gambar 4.1 sama selama waktu penelitian dengan nilai
berikut: yang bervariasi. Ketika tinggi permukaan
minimum, maka di lokasi penelitian terjadi
surut, namun ketika tinggi permukaan
meningkat maka di lokasi penelitian terjadi
pasang.
2) Menghitung Debit Aliran
240
Gambar 4.1 Grafik Fluktuasi Kecepatan
Aliran di Lokasi selama 24 jam
55

Berdasarkan hasil data tabel 4.6


untuk tinggi muka air pada Saluran Tersier
176
Kawasan Persawahan Desa Karang
Makmur, Kecamatan Lalan, Kecamatan
Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin selama A = ½ (a+b) h
A = ½ (2,40+1,76) 0,55
periode penelitian diperoleh nilai tinggi
A = ½ x 4,16 x 0,55
muka air bervariasi antara 0,01 – 0.63 m
dengan rata-rata 0,32 m. Proses A = 1,144 m2
Jadi luas penampang Saluran ini adalah
pengukuran tinggi muka air dilakukan
1,144 m2
secara manual dengan mengukur
ketinggian permukaan air diatas satu titik Dengan panjang saluran 1000 m, maka di
dapatkan volume pada saluran sebesar :
tetap penampang basah sungai
menggunakan alat rambu ukur buatan,

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 8


Volume Penampang (V) = Luas dari hasil perhitungan tersebut debit air
Penampang Saluran x Panjang Saluran yang masuk ke Saluran lebih besar dari
Maka perhitungannya adalah : debit air yang keluar dari drainase tersebut,
V = 1,144 m2 x 1000 m sehingga Saluran pada kawasan
V = 144,400 m3 persawahan ini terjadinya peluapan dan
Perhitungan debit alir menggunakan tidak dapat menampung air pada saat air
persamaan 2.2 sebagai berikut : sungai pasang.
Q=𝑣𝑥𝐴 Tabel 4.10 Perbandingan Tinggi Saluran
a. Perhitungan Debit Air rata-rata : dan Tinggi Muka Air Pasang Surut
Q=𝑣𝑥𝐴 Tinggi Tinggi Tinggi
Q = 0,04 𝑚/𝑑𝑒𝑡 𝑥 1,144 m2 = 45,76 Saluran Maksimum Minimun
tersier Pasang Surut
m3/det
b. Perhitungan Debit Air Maksimum pada 0,55 m (rata- 0,63 m 0,01 m (Tidak
saat muka air naik atau Pasang diambil rata) (Meluap) Meluap)
pada pukul 07:00 wib:
Q=𝑣𝑥𝐴
Dari tabel di atas, Saluran dengan
Q = 0,11 𝑚/𝑑𝑒𝑡 𝑥 1,144 m2 = 125,84
penampang trapesium dengan ketinggian
m3/det penampang sebesar 0,55 m, tinggi muka air
c. Perhitungan Debit Air Minimum pada
(Pasang) maksimum adalah sebesar 0,63 m
saat muka air turun atau Surut diambil sedangkan tinggi muka air (Surut)
pada pukul 15.00 wib:
minimum sebesar 0,01 m. Artinya, dari
Q=𝑣𝑥𝐴 hasil tabel tersebut tinggi air yang masuk ke
Q = 0,01 𝑚/𝑑𝑒𝑡 𝑥 1,144 m2 = 11,44 Saluran lebih tinggi ketika pasang terjadi,
m3/det sehingga Saluran pada kawasan
Tabel 4.9 Perbandingan Debit Saluran dan persawahan ini terjadinya peluapan dan
Debit Pasang Surut tidak dapat menampung air pada saat air
Debit Debit Debit
sungai pasang.
Saluran Maksimum Minimun
tersier Pasang (m3/det) Surut 3) Perencanaan Pintu Air Tersier
(m3/det) (m3/det) Otomatis Fiber Resin
Menentukan Tinggi dan lebar Pintu
45,76 (rata- 125,85 (Meluap) 11,44 (Tidak
Air Tersier Otomatis dari sata yang di dapat
rata) Meluap)
dari hasil perhitungan dan pengamatan di
lapangan :
Dari hasil perhitungan diatas, a. Tinggi Curah Hujan Minimum
Saluran dengan penampang trapesium : 0,05 m
didapatkan rata-rata debit saluran 45,76 b. Muka Air Maksimum
m3/det, debit muka air naik (Pasang) : 0,63 m
maksimum adalah sebesar 125,84 m3/det. c. Pasang Maksimum
Sedangkan nilai debit air turun (Surut) : 0,63 m
minimum sebesar 11,44 m3/det. Artinya,

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 9


d. Pasang Maksimum + tinggi hujan h selisih =𝑃𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 +
minimum : 0,68 m 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 −
e. Surut Minimum 𝑀𝑢𝑘𝑎 𝐴𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
: 0,01 m h selisih = 0,63 + 0,005 – 0,40
f. Elavasi lahan Sawah h selisih = 0,24 m
: 0,30 m 1. Luas Penampang Pintu (A)
g. Muka air maksimum di saluran di A = H2
tentukan A = 0,432 m
dengan tinggi muka air sawah terendah A = 0,67 m
: 0,10 m Dengan :
h. Kebutuhan Air (elevasi sawah + A = Luas pintu air (m2)
MA maks) : 0,40 m H = sisi pintu (m)
i. Direncanakan tinggi ambang pintu 2. Pusat Berat (Yo)
: 0,20 m ℎ
y = 𝐶𝑜𝑠 𝛼
j. Tinggi kenaikan air pasang per jam 0,43 𝑚
: 0,04 m y = 𝐶𝑜𝑠 45°
k. Kemiringan Pintu Direncanakan y = 0,81
: 45o a. letak tekanan air di hilir (m)
yo1 = ho1 = ½ h
Untuk kedalaman air di hilir dan hulu:
yo1 = ho1 = ½ 0,43
Menentukan perhitungan h (tinggi pintu
yo1 = ho1 = 0,215
air) yang telah direncanakan :
b. letak tekanan air di hulu (m)
h = 𝑀𝑢𝑘𝑎 𝐴𝑖𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 −
yo2 = 𝑦 + ½ h
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐴𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑖𝑛𝑡𝑢 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
yo2 = 0,45 + ½ 0,215
h = 0,63 𝑚 − 0,20 𝑚
yo2 = 1,03 𝑚
h = 0,43 𝑚
Dengan :
Tinggi pintu direncanakan berbentuk
yo1 = letak tekanan air di hilir (m)
persegi atau bujur sangkar maka tinggi dan
yo2 = letak tekanan air di hulu (m)
lebar pintu sama dengan 0,43 m.
𝛼 = sudut kemiringan

H Pintu = 3. Momen Inersia (Io)
𝐶𝑜𝑠 𝛼 1
0,43 𝑚 I = ℎ4
H Pintu = 12
𝐶𝑜𝑠 45° 1
H Pintu = 0,81 𝑚 I = 0,434
12
Tinggi pintu direncanakan berbrntuk I = 0,00047 m4
persegi atau bujur sangkar maka tinggi dan Dengan :
lebar pintu sama dengan 0,81 m, Io = Momen Inersia (m4)
Menghitung h selisih dengan tinggi h = tinggi pintu (m)
maksimum rata-rata ditambah dengan 4. Tinggi muka air di hilir dan hulu
tinggi curah hujan minimum harian, adalah a. Perhitungan tinggi muka air di hilir
: (h1)
h hilir (h1) = h 𝐶𝑜𝑠 𝛼

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 10


h hilir (h1) = 0,43 x 𝐶𝑜𝑠 45° A = Luas pintu air (m2)
h hilir (h1) = 0,23 m ho1 = kedalaman air di hilir (m)
b. Perhitungan tinggi muka air di hulu ho2 = kedalaman air di hulu (m)
(h2) 7. Letak pusat tekanan
h hulu (h2) = h + h1 a. Letak tekanan air di hilir
𝐼𝑜
h hulu (h2) = 0,43 + 0,23 y p1 = 𝑌𝑜1 +
𝐴 .𝑦𝑜1
h hulu (h2) = 0,66 m 0,00047
y p1 = ,0215 +
Dengan : 0,67 . 0,215
h1 = tinggi muka air di hilir (m) y p1 = 0,218 m
h2 = tinggi muka air di hulu (m) b. Letak tekanan air di hulu
𝐼𝑜
h = tinggi pintu (m) y p2 = 𝑌𝑜2 + 𝐴 .𝑦𝑜2
𝛼 = sudut kemiringan 0,00047
y p2 = 1,034 +
0,67 . 1,03
5. Kedalaman air di hulu dan di hilir y p2 = 1,034 m
a. Kedalaman air di hilir Dengan :
ho1 = yo1 = ½ h yo1 = letak tekanan air di hilir (m)
ho1 = yo1 = ½ 0,43 yo2 = letak tekanan air di hulu (m)
ho1 = yo1 = 0,215 yp1 = letak pusat tekanan di hilir (m)
b. Kedalaman air di hulu yp2 = letak pusat tekanan di hulu (m)
ho2 = h + ½ h1 Io = Momen Inersia (m4)
ho2 = 0,43 + 0,23 A = Luas pintu air (m2)
ho2 = 0,66 8. Gesekan pada engsel
Dengan : Pengaruh momen akibat gesekan engsel
ho1 = kedalaman air di hilir (m) dapat diabaikan karena engsel dianggap
ho2 = kedalaman air di hulu (m) licin sempurna.
6. Gaya tekanan hidrostatis di hilir dan 9. Gaya akibat dari gelombang
hulu Momen yang timbul akibat pengaruh
a. Gaya tekan hidrolis di hilir gelombang saluran kecil, sehingga
F1 = A x ρ x g x ho1 pengaruh juga diabaikan
F1 = 0,67 x 1000 x 9,81 x 0,215 Ms1 = -F1 x yp1
F1 = 1413,17 N Ms1 = -1413,17 x 0,218
b. Gaya tekan hidrolis di hulu Ms1 = -308,39
F2 = A x ρ x g x ho2
F2 = 0,67 x 1000 x 9,81 x 0,66 Ms2 = F2 x yp2
F2 = 3568,7 N Ms2 = 3568,7 x 1,034
Dengan : Ms2 = 3690,81
F1 = Gaya tekan hidrolis di hilir (N) Pada saat pintu mulai membuka, momen
F2 = Gaya tekan hidrolis di hulu (N) statis terhadap sendi adalah nol,
g = Gravitasi bumi ( 9,81 m/s2) ∑ Ms = 0 maka :
ρ = Rapat massa / massa jenis air
(1000 kg/m3)

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 11


𝑦
-F1 x yP1 - W + 2 + 𝐹2 𝑥 (𝑌𝑃2 −
𝑦) = 0
-1413,17 x 1,034 - W +
0,82
+ 3568,7 𝑥 (1,034 − 0,82) = 0
2
W = 308,39 𝑁
W = 31,44 𝑘𝑔
Dari beberapa hasil perhitungan di
dapatkan rencana untuk pintu air otomatis
dalam tugas akhir perencanaan pintu air
otomatis.
Dari gambar tinggi jagaan pintu Gambar 4.5 Denah Rencana Pintu Air
Otomatis
adalah 20 cm atau 0,20 m tinggi lubang
saluran pada pintu (h) 0,43 m tinggi beserta
lebar pintu (H Pintu ) 0,81 m tinggi h selisih
muka air adalah 0,24 m dengan berat pintu
sendiri direncanakan sebesar 31,44 kg.

Gambar 4.6 Tampak Rencana Pintu Air


Otomatis

Gambar 4.3 Pintu Air Rencana tipe segiempat

Gambar 4.7 Potongan Rencana Pintu Air


Otomatis

Gambar 4.4 Gaya-gaya yang bekerja pada 5. KESIMPULAN


pintu air rencana
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 12


1. Dari hasil pengukuran luas b. Saran
penampang dan kecepatan aliran Adapun beberapa saran yang
maka didapatkan Panjang Saluran disampaikan oleh peneliti dari hasil
pada saat muka air naik (Pasang) penelitian adalah sebagai berikut :
sebesar 396 m atau 0,396 Km. Dan 1. Data pengukuran perencanaan pintu
debit air pada saluran tersier air yang di teliti oleh peneliti dapat
(pembuang) ini mencapai nilai ditindak lanjut dan dapat di
minimum pada saat air surut 11,44 realisasikan dalam melaksanakan
m3/det, debit maksimum pada saat air berbagai proyek bangunan air pada
sungai pasang sebesar 125,84 m3/det, Saluran (Sungai Lalan) ini karena
sementara rata-rata kapasitas yang masih perlunya perhatian pemerintah
dapat ditampung oleh saluran hanya untuk pemanfaatan sungai.
sebesar 45,76 m3/det. Artinya, dari 2. Perlunya pemeliharaan secara berkala
hasil perhitungan tersebut debit air di setiap saluran agar saluran dapat
yang masuk ke Saluran lebih besar bermanfaat bagi masyarakat sekitar
dari debit air yang keluar dari saluran dan berfungsi sebagai mestinya.
tersebut, sehingga Saluran pada 3. Agar lebih efisien dalam perhitungan
kawasan persawahan ini terjadi data, sebaiknya pengambilan data di
peluapan dan tidak dapat lapangan lebih di perpanjang dalam
menampung air pada saat air sungai hitungan waktu.
pasang.
2. Maka dari itu direncanakan pintu air
REFERENSI
dengan menggunakan Pintu Air
Tersier Otomatis berbahan fiber resin Alkaff, M Firdaus. 2004. MATLAB 6
dengan perhitungan rencana dan Untuk Teknik Sipil. CV.Maxicom.
pemodelan yang direncanakan Palembang
memberikan hasil yang cukup baik di Asdak, Chay. 2004. Hidrologi dan
lapangan, hal ini dapat dilihat dari Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
gambar yang telah di tuangkan pada Yogyakarta. Gadjah Mada University
bab pembahasan. Sehingga dapat Press.
mengatur air yang masuk maupun Away, Gunaidi Abdia. 2004. MATLAB.
yang keluar pada saluran. Dari hasil Erlangga. Bandung
perencanaan didapatkan beberapa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
data diantaranya tinggi jagaan pintu Geofisika (BMKG), Stasiun
adalah 20 cm atau 0,20 m tinggi Klimatologi Kelas 1 Palembang,
lubang saluran pada pintu (h) 0,43 m Informasi Iklim Curah Hujan Tahun
tinggi beserta lebar pintu (H Pintu ) 2018-2022
0,81 m tinggi h selisih muka air Bambang Triatmojo., 2011, Hidraulika I,
adalah 0,24 m dengan berat pintu II, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.
sendiri direncanakan sebesar 31,44 C.D. Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik.
kg. Erlangga.

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 13


Chow, Ven Te. 1992. Hidrolika Saluran Triarmodjo, Bambang. 1992. Hidrolika I.
Terbuka. Erlangga. Jakarta Beta Offset. Yogyakarta
Darmawani. 2008. Analisis Sistem Tata Air Zainul Bahri. “Aplikasi Program Matlab
Pasang Surut di Kabupaten Barito Pada Perhitungan Beda Tinggi Muka
Kuala (Studi Kasus Unit Air Terhadap Berat Dan Sudut
Tabunganen). Tesis. Program Kemiringan Pintu Air Tersier
Magister Teknik Universitas Otomatis Tipe Segiempat” Jurusan
Lambung Mangkurat Banjarmasin. Teknik Sipil Fakultas Teknik
Banjarmasin. Universitas Muhammadiyah
Husaini, Sarbaini. 2010. Studi Palembang
Karakteristik Pasang Surut Air Cara Zainul Bahri, Erliza Yuniarti. “Model Pintu
Amiralty pada Muara Saluran Primer Air Tersier Otomatis Counter Weight
di Daerah Rawa Unit Sei Seluang Di Areal Persawahan Pasang Surut
Kabupaten Barito Kuala. Tugas Untuk Mengatasi Tanaman Padi
Akhir. Program Diploma IV Teknik Tenggelam Pada Saat Air Pasang”
Bangunan Rawa Politeknik Negeri Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Banjarmasin. Banjarmasin. Teknik, UMP.
Inacid., 2014, Strategi Pengelolaan Irigasi Website:Jurnal.Umj.Ac.Id/Index.Ph
dan Rawa Berkelanjutan Mendukung p/Semnastek
Ketahanan Pangan Nasional Dalam
Perspektif Perubahan Iklim Global,
Seminar Nasional Inacid,
Palembang.
Isnugroho., 2013. Teknik Sungai dan Rawa
Magister Teknik Sipil Program Pasca
Sarjana Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Mochammad Bardan., 2014, Irigasi I, II,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Najla Anwar Fuadi1), M. Yanuar J.
Purwanto, Suria Darma Tarigan.
2016. Kajian Kebutuhan Air Dan
Produktivitas Air Padi Sawah
Dengan Sistem Pemberian Air Secara
Sri Dan Konvensional Menggunakan
Irigasi Pipa. )Departemen Ilmu
Tanah Dan Sumberdaya Lahan, Ipb
Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor

YUDI SETIAWAN, 112017002, 23 APRIL 2023 14

You might also like