Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 99

Green Pavement is not a Chasing

Pavement thing
The Perspective ..

Green Pavement

Input Process Output


Pavement System with
Pavement Material
longer service life à
that not create or give New Pavement
lower rate of
less negative impact to Construction or
resource(s) utlization
the environment Maintenance Process
that that not create or
Pavement System with
Pavement Material give less negative
less maintenance
that solve impact to the
needed à lower
environmental environment
interruption to the
problem
road users
Outline Pelatihan
• Pendahuluan
• Dasar Perkerasan
• Konsep Pembangunan Kinerja Sistem Perkerasan
• Konsep Green Pavement (Perkerasan Berwawasan Lingkungan)
• Aspek Green Input
• Material Agregat
• Campuran
• Material Aspal
• Aspek Green Process
• Konstruksi Perkerasan Baru
• Perkerasan Daur Ulang
• Aspek Green Output/Outcome
• Kerusakan dan Penurunan Kinerja Perkerasan
• Perkerasan Perpetual
• Preservasi Perkerasan
• Penutup
Aspek Green Input
Material Agregat
Green Pavement Indonesia
from the Input Perspective
• Utilization of Coal Powerplant By Product on Aggregate System:
• ITB and Ministry of Public Works and Human Settlements has been working together in researches on
utilizing Fly Ash and Bottom Ash (FABA) as replacement of Filler and Aggregates.
• Beside the benefit of managing the waste, the FABA also could reduce the demand of Filler and Aggregates.
• The FA also improving the grading characteristics that further will Increase the Service Life of the Pavement
System.
• Projected target of application is for the roads and airports close to the Powerplants.

FABA Pen 60/70 Bitumen More Durable Mix


Green Pavement Indonesia
from the Input Perspective
• Utilization of Tire Waste on Bitumen and Aggregate System:
• ITB has been involving in researches on utilizing Crumb Rubber as replacement of Aggregates and as
additives for Bitumen Pen 60/70.
• The best role of Crumb Rubber is as Flexible Aggregate that will Increase the Durability of Pavament
System.
• The major benefit from the process is improving the Elasticity of the Bitumen.
• As Bitumen Additives the best role of Crumb Rubber is as Elastomer Modifier.
• Projected target of application is for the roads and airports close to the Waste Collectors and Processors.

Crumb Rubber More Durable Mix


Pemadatan
Siklus Batuan Sementasi
Kristalisasi

Sedimentasi

Batuan
Sedimen Pemindahan
(Transport)
Erosi
Pelapukan
Pelapukan
Sempurna
Metamorfosis

Batuan
Beku Tanah
Batuan
Malihan

Pemanasan Pendinginan
Magma
Pemeriksaan/Pengujian Laboratorium

1. Ukuran dan gradasi (size and grading)


2. Kekerasan/keausan (toughness)
3. Ketahanan terhadap pelapukan (soundness)
4. Daya pelekatan terhadap aspal (affinity for asphalt)
5. Bentuk butir (shape)
6. Susunan/bentuk permukaan (surface texture)
7. Daya absorpsi (absorption)
8. Kebersihan (cleaness)
9. Berat jenis (specific gravity)
Contoh Grafik Gradasi
100%

90%

80%

70%

60%

% Lolos
50%

40%

30%

20%

10%

0%
0,01 0,1 1 10 100
No. Saringan
Zona Gradasi Kerusakan terkait Void System:

1. Terlalu sedikit halus à Void (VIM) terisi aspal yang tidak


punya peran menyelimuti (coating) agregat (halus) à
Fenomena kerusakan à Bleeding, Plastic Flow, Kurang
Kepadatan dan Penurunan Setempat.

2. Terlalu banyak kasar à Void Agregat (VMA) terlalu


tinggi à Void Campuran (VIM) terlalu rendah à
Zona Zona Zona Fenomena kerusakan à Lepasan Butir dan Retak
Proporsi

Ukuran Halus Ukuran Sedang Ukuran Kasar Prematur.

Pendekatan:

1. Perbaikan gradasi agregat dengan menambahkan


halus dari material limbah Fly Ash (FA).
Ukuran Agregat
2. Perbaikan gradasi dengan menambah agregat
Proporsi: Rotasi: Proporsi: ukuran sedang dari material limbah Bottom Ash
Menentukan Utilisasi Menentukan Menentukan (BA).
(Kadar) Aspal Fleksibilitas Campuran Maksimum Modulus
Catatan:

Ketahui berat jenis masing-masing fraksi dan lakukan


pencampuran dengan priinsip proporsi volume
Sumber:
Pataras 2022
g a b u n g a n h a ru s m e m p u n y a i j a r a k te rh a d a p b a ta s -b a ta s y a n g d ib e rik a n d a la m T a b e l
6 .3 .2 .3 ).

U n tu k m e m p e ro le h g ra d a s i H R S -W C a ta u H R S -B a s e y a n g s e n ja n g , m a k a p a lin g
s e d ik it 8 0 % a g re g a t lo lo s a y a k a n N o .8 (2 ,3 6 m m ) h a ru s lo lo s a y a k a n N o .3 0 (0 ,6 0 0
m m ). B ila m a n a g ra d a s i y a n g d ip e ro le h tid a k m e m e n u h i k e s e n ja n g a n y a n g d is y a ra tk a n
T a b e l 6 .3 .2 .4 ) d i b a w a h in i, P e n g a w a s P e k e rja a n d a p a t m e n e r im a g r a d a s i te r s e b u t

Pilihan Gradasi 1 a s a lk a n s ifa t-s ifa t c a m p u ra n n y a m e m e n u h i k e te n tu a n y a n g d is y a ra tk a n d a la m T a b e l


6 .3 .3 .1 b ).

T a b e l 6 .3 .2 .3 ) A m p lo p G ra d a s i A g r e g a t G a b u n g a n U n tu k C a m p u ra n B e ra s p a l

% B e ra t Y a n g L olos te r h a d a p T o ta l A g re g a t
U k u ra n A y a k a n S to n e M a trix A sp h a lt L a ta s to n L a sto n
(SM A ) (H R S) (A C )
A STM (m m ) T ipis H a lu s K asar WC B ase WC BC B a se
1 /” 37,5 100
1” 25 100 100 90 - 100
%” 19 100 90 - 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90
/ ” 12,5 100 90 - 100 50 - 88 90 - 100 90 - 100 90 - 100 75 - 90 60 - 78
/ ” 9,5 70 - 95 50 - 80 25 - 60 75 - 85 65 - 90 77 - 90 66 - 82 52 - 71
N o.4 4,75 30 - 50 20 - 35 20 - 28 53 - 69 46 - 64 35 - 54
N o.8 2,36 20 - 30 16 - 24 16 - 24 50 - 72 35 - 55 33 - 53 30 - 49 23 - 41
N o.16 1,18 14 - 21 21 - 40 18 - 38 13 - 30
N o.30 0,600 12 - 18 35 - 60 15 - 35 14 - 30 12 - 28 10 - 22
N o.50 0,300 10 - 15 9 - 22 7 - 20 6 - 15
N o.100 0,150 6 - 15 5 -13 4 - 10 SU 2018
N o.200 0,075 8 - 12 8 - 11 8 - 11 6 - 10 2 -9 4-9 4 -8 3- 7
Bab 6.3.2
T a b e l 6 .3 .2 .4 ) C o n to h B a ta s -b a ta s “ B a h a n B e rg ra d a s i S e n ja n g ” Tabel 6.3.2.3
Pilihan Gradasi 2

Spesifikasi FAA AC No:


150/5370-10F (P-401)
Gradasi Agregat Perkerasan Lapis Aus (Wearing)
Kontribusi
Limbah
Fly Ash (FA)

Kontribusi Limbah
Bottom Ash (BA)
Gradasi Agregat Perkerasan Lapis Pengikat
(Binder)
Kontribusi
Limbah
Fly Ash (FA)

Kontribusi Limbah
Bottom Ash (BA)
ACV
Kekerasan (Toughness) 1
tekan

Retakan
dari kulit ke inti

Aggregate Crushing Machine

tekan
AIV
Kekerasan (Toughness) 2

Tinggi
jatuh
2

Retakan
dari inti ke kulit

Aggregate Impact Machine


Bidang Stabil
LAAV
Kekerasan (Toughness) 3

Bola Besi

Efek
Abrasi

Tekanan
Tambahan
Agregat

Los Angeles Abrasion Test


Bentuk Agregat 1

i.Rounded;
ii. Irregular;
iii. Angular;
iv. Flaky;
v. Elongated;
vi. Flaky and Elongated
Bentuk Agregat 2

Alat Pengukur Kelonjongan Agregat


Alat Pengukur Kepipihan Agregat
Karakteristik Rongga
Rongga dalam Campuran 1

Ilustrasi Umum

0 Rongga Vr = Vtotal – (Vy + Vx)

Wtotal Y Aspal Vy = Y/(SGaspal x gair) Vtotal

X Agregat Vx = X/(SGagregat x gair)

Berat Volume
Rongga dalam Campuran 2

Rongga VIM

Kadar VMA VFA


Aspal Aspal

Absorbed
Note:
VMA = Void in Mineral Aggregate
Agregat
VIM = Void In Mixture
VFA = Void Filled with Asphalt
Pori dalam Agregat 1

Apparent & Bulk SG

Water-permeable
0 Vp
Pores

Water-impermeable
Wtotal 0 Pores Vi Vtotal

Ws Solid Vs
Aggregate
SG Apparent = Ws / ((Vs + Vi) x gwater)
Berat Volume SG Bulk = Ws / ((Vs + Vi + Vp) x gwater)
Pori dalam Agregat 2

Apparent SG:
Rongga Permeable diisi bitumen sebanyak air yang bisa mengisinya

Bulk SG:
Rongga Permeable tidak terisi bitumen sama sekali

Effective SG:
Rongga Permeable terisi bitumen sebanyak bitumen yang bisa mengisinya
Pori dalam Agregat 3

Effective SG

Bitumen-permeable
0 Vb
Pores

Bitumen-impermeable
Wtotal 0 Vc Vtotal
Pores

Ws Solid Vs
Aggregate
SG Effective = Ws / ((Vs + Vc) x gwater)

Berat Volume SG Effective = (Apparent SG + Bulk SG)/2


Aspek Green Input
Campuran
Gradasi Campuran
Perkerasan Lentur 1
1. Gradasi Menerus (skematis) Visual Gelaran
Proporsi

Grafik
Komulatif

Ukuran - Prinsip Interlocking


Butir - Sifat Kaku
Grafik - Kebutuhan Aspal Sedang

Ilustrasi Setting Catatan:

Materisl limbah FABA sangat


prospektif menjadi substitusi dan
aditif untuk memperbaiki
Gradasi Campuran.
Ilustrasi Gradasi
Gradasi Campuran
Perkerasan Lentur 2 Visual Gelaran

2. Gradasi Senjang (skematis)


Proporsi

Grafik
Komulatif

- Prinsip Suspensi Mortar


Ukuran
Butir
- Sifat Lentur
Grafik Ukuran - Kebutuhan Aspal Tinggi
yang hilang
Catatan:
Ilustrasi Setting
Materisl limbah FA sangat
prospektif menjadi substitusi dan
aditif memenuhi kebutuhan Filler
yang tinggi untuk meningkatkan
Ilustrasi Gradasi Kadar Aspal Campuran.
Gradasi Campuran
Perkerasan Lentur 3 Visual Gelaran

3. Gradasi Seragam (skematis)


Proporsi

Grafik
Komulatif

Ukuran - Prinsip Max Tekstur Makro


Butir - Sifat Kasar
Grafik
- Kebutuhan Aspal Khusus
Dominasi
Ukuran Catatan:
Ilustrasi Setting
Materisl limbah FA sangat prospektif
menjadi substitusi memenuhi
kebutuhan Filler tinggi yang juga
memiliki prospek sebagai aditif fiber
Ilustrasi Gradasi (serat)
Karakteristik Campuran
N Karakteristik Aspek Pelaksanaan Aspek Pemeliharaan Aspek Pelayanan
o. Jalan
1. Kekakuan Kebutuhan Aspal Sedang dan Tidak Banyak Durabilitas Tinggi sehingga Biaya Operasi Kendaraan
Tinggi. Limbah Agregat. Kebutuhan Pemeliharaan Tinggi.
(US) Tidak Terlalu Tinggi.
Tidak Terlalu Sensitif terhadap Kesalahan
Pekerjaan.

2. Flexibilitas dan Kebutuhan Aspal Tinggi dan Banyak Durabilitas Sedang sehingga Biaya Operasi Kendaraan
Kualitas Limbah Agregat. Kebutuhan Pemeliharaan Rendah.
Berkendara Intensif
Tinggi. Sensitif terhadap Kesalahan Pekerjaan.
(UK)
3. Keselamatan Kebutuhan Aspal-Agregat Khusus dan Durabilitas Tinggi namun Tinggi Keselamatan TInggi.
Tinggi. Banyak Limbah Agregat. Membutuhkan
(GER dan JAP) Pemeliharaan Khusus
Sensitif terhadap Kesalahan Pekerjaan.
Definisi ..

• Asphalt is a sticky, black and highly viscous liquid or semi-solid that is present in most crude petroleums and
in some natural deposits. It is most commonly modeled as a colloid, with asphaltenes as the dispersed phase
and maltenes as the continuous phase (though there is some disagreement amongst chemists regarding its
structure). In U.S. terminology, asphalt (or asphalt cement) is the carefully refined residue from the distillation
process of selected crude oils. Outside North America, the product is called bitumen.
Wikipedia

• Asphalt is a dark brown-to-black cement-like material obtained by petroleum refining and containing bitumens
as the predominant component. Bitumen is a generic term for natural or manufactured black or dark-colored
solid, semisolid, or viscous cementitious materials that are composed mainly of high-molecular weight
hydrocarbons. The term includes tars and pitches derived from coal. Asphalt is used primarily for road
construction and roofing materials due to its remarkable waterproofing and binding properties. The hard
surfaces of roads, for example, depend on the ability of asphalt to cement together aggregates of stone and
sand.
Encyclopedia of Earth
Aspek Green Input
Material Aspal
Overview
Kebutuhan Aspal setiap tahun rata – rata 1,2 juta ton (KemenPUPR, 2019)
à Pemenuhan kebutuhan aspal 70% Impor

Menekan penggunaan
RAP 30 % RAP (Maha, 2015)
aspal baru

Menemukan sumber daya baru


Mengurangi Impor 1% dari 100% Asmin sebagai
yang dapat diperbaharui dan BIOASPAL
Aspal berkelanjutan bahan pengikat (Sa’idah, 2014)

ASBUTON Asbuton B 50/30, 75% substitusi


Sumber: Memanfaatkan Sumber
Asbuton Aspal minyak
Sihombing 2021 Daya Alam yang Ada Butir (Yamin, 2014)
Green Pavement Indonesia
from the Input Perspective
• Utilization of Plastic Waste on Bitumen System:
• Since early 2010 ITB has been involving in researches on modifying Pen 60/70 Bitumen with Plastic
Waste.
• The best role of Plastic Waste is as Plastomer Modifier.
• The major benefit from the process is improving the Stiffness Modulus of the Bitumen.
• Projected target of application is for heavily loaded roads that tend to have (trucks) overloading problems.
• Other target is for heavily loaded with very low speed characteristics of (aircrafts) traffic on the Parallel
Taxiway System.

Plastic Waste Pen 60/70 Bitumen Stiffer Bitumen


Green Pavement Indonesia
from the Input Perspective
• Utilization of Latex and other Rubber Derivative(s) Product on Bitumen System:
• Since 2015 ITB has been involving in researches on modifying Pen 60/70 Bitumen with Rubber Derivatives
Product(s).
• The best role of Plastic Waste is as Elastomer Modifier.
• The major benefit from the process is improving the Elasticity of the Bitumen.
• Projected target of application is for high speed with high frequency of roads that tend to have fatigue
problems.
• Other target is for high frequency of (aircrafts) traffic on the Runway System.

Over-supplied Rubber Product Pen 60/70 Bitumen More Elastic Bitumen


Green Pavement Indonesia
from the Input Perspective
• Utilization of Tire Waste on Bitumen and Aggregate System:
• ITB has been involving in researches on utilizing Crumb Rubber as replacement of Aggregates and as
additives for Bitumen Pen 60/70.
• The best role of Crumb Rubber is as Flexible Aggregate that will Increase the Durability of Pavament
System.
• The major benefit from the process is improving the Elasticity of the Bitumen.
• As Bitumen Additives the best role of Crumb Rubber is as Elastomer Modifier.
• Projected target of application is for the roads and airports close to the Waste Collectors and Processors.

Crumb Rubber More Durable Mix


Reologi 101
Dari Berbagai Sumber

Reologi (Rheology) adalah sifat pengaliran bahan. Disamping dalam bentuk/format zalir (liquid),
bahan yang ditinjau sifat reologinya dapat juga mencakup bahan lunak-padat (soft-solid) dan padat
(solid), dibawah kondisi dimana bahan tersebut akan lebih bersifat mengalir daripada berdeformasi
elastis. Kondisi ini berlaku pada bahan-bahan yang memiliki struktur kompleks, termasuk lumpur,
polimer, bahan dalam bentuk suspensi, bahan organik serta bahan yang dijadikan objek
pembahasan yaitu bahan bitumen.

Dalam disiplin ilmu bahan perkerasan, objek utama dari penelitian terhadap sifat reologi adalah
bitumen. Hal ini karena bitumen memiliki sifat berubah dari mengalir secara pseudoplastic hingga
menjadi newtonian yaitu kental ideal (ideal-viscous), akibat suhu (T) dan waktu pembebanan (t).
Sifat Viscoelasticity Bahan Aspal 1

VISCO-
VISCOUS ELASTIC
ELASTIC

Hukum Newton Hukum Hooke


Sifat Viscoelasticity Bahan Aspal 2

1.

Model Dashpot 2a.

2b.

Model Pegas
3.

Model Maxwell
Sifat Viscoelasticity Bahan Aspal 3

s Elastic Strain Viscous Strain

Viscous Ev
Stress
Catatan:

Materisl Bio Aspal


Ee dapat menambah
Elastic Elastic Strain
Stress Capacity dari
Penambahan Lignin

er1 er2 e
Klasifikasi Aspal
Berdasarkan Sumber Dan Penggunaannya

Aspal Buatan Aspal Keras atau Aspal Panas


(petroleum asphalt) (AC, asphalt cement)
• Asphaltic Base Crude Oli
• Parafin Base Crude Oli Aspal Cair (cut back)
• Mixed Base Crude Oli • Rapid Curing (AC+benzene)
• Medium Curing (AC+kerosene)
• Slow Curing (AC+minyak berat)

ASPAL
Aspal Emulsi (AC+air+asam/basa)
• Cathionic/Anionic Rapid Setting
Aspal Alam
• Cathionic/Anionic Medium Setting
(Native Asphalt)
• Cathionic/Anionic Slow Setting
• Lake Asphalt (Trinidad Lake)
• Rock Asphalt (Perancis,
Swiss, Pulau Buton)
Skema Analisis
Struktur Hidrokarbon Aspal

Potensi Limbah:

1. Sisa Produk
Kelapa Sawit
2. Sisa Produk
Kelapa

Catatan:

Limbah Organik yang


banyak mengandung
Lignin sangat
berpotensi
memperbaiki sifat
aspal sebagai
rejuvenator.
Pemeriksaan/Pengujian Laboratorium
1. Pengujian Penetrasi
2. Pengujian Daktilitas
3. Pengujian Titik Lembek
4. Kepekaan Aspal terhadap Perubahan Suhu
5. Pengujian Viskositas
6. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
7. Pengujian Berat Jenis
8. Hilang dalam Pemanasan
9. Penyulingan Aspal Cair
10. Kadar Air dalam Minyak Bumi dan Bahan yang Mengandung Bitumen
11. Kelekatan Aspal dalam Batuan
Alat Uji – Penetrasi
Penetration Point

Potensi Limbah:

1. Sampah Plastik
HDPE.
1. Dilepas selama 5 detik 2. Sampah Ban
2. Berat Beban dan Jarum = 100 gr Bekas.
3. Temperatur Pengujian 25oC
Catatan:
4. Satuan = dmm
Menambah
komponen solid dari
sistem aspal
(asphaltene) akan
dapat menurunkan
nilai Penetrasi
Alat Uji - Titik Melembek
Softening Point

Pengujian
Titik Melembek Potensi Limbah:
Ring and Ball
1. Sampah Plastik
HDPE.
2. Sampah Ban
Bekas.

Catatan:

Menambah
komponen solid dari
sistem aspal
(asphaltene) akan
dapat meningkatkan
Softening Point.
Konsep Temperature Susceptibility 1

log PEN (dmm)

log PEN = AT + K

log PEN T2

log PEN T1
Hubungan Suhu
A dan log Pen Aspal

T (oC)
T1 T2
Konsep Temperature Susceptibility 2

Persamaan dasar:

logP = AT + K

A = (log pen T1 – log pen T2)/(T1 – T2)


A = (log pen T1 – log 800)/(T1 – SP)
A à 0,015 sampai 0,06
Persamaan PI:

50 A = (20 – PI)/(10 + PI)

?
PI = (1952 – 500 log pen – 20SP)/(50log pen – SP – 120)
Konsep Viskositas
log Viskositas
(cSt)

Hubungan Suhu
dan Viskositas Aspal
log (280 ± 30)

log (170 ± 20)

SU 2018
T(oC) Bab 6.3.4
Suhu pemadatan Suhu pencampuran Gambar 6.3.5.1
Alat Uji - Ductility

Potensi Limbah:

1. Sisa Produk
Pengujian Daktilitas Aspal Kelapa Sawit
2. Sisa Produk
Kelapa

Catatan:

Limbah Organik yang


banyak mengandung
Lignin sangat
berpotensi
memperbaiki
Daktilitas Aspal
Cetakan Benda Uji dalam Pengujian Daktilitas
d ig u n a k a n , s e te la h k o n s e n tra s i la ru ta n a sp a l y a n g te re k s tra k s i m e n c a p a i 2 0 0
m m , p a rtik e l m in e ra l y a n g te rk a n d u n g h a ru s d ip in d a h k a n k e d a la m s u a tu a la t
s e n trifu g a l.P e m in d a h a n in i d ia n g g a p m e m e n u h i b ila m a n a k a d a r a b u d a la m
b a h a n a sp a l y a n g d ip e ro le h k e m b a li tid a k m e le b ih i 1% (d e n g a n p e n g a p ia n ).
J ik a b a h a n a sp a l d ip e rlu k a n u n tu k p e n g u jia n le b ih la n ju t m a k a b a h a n a sp a l itu
h a ru s d ip e ro le h k e m b a li d a ri la ru ta n s e su a i d e n g a n p r o s e d u r S N I 0 3 - 6 8 9 4
2002.

Spesifikasi Bitumen
c) A s p a l T ip e I h a ru s d iu ji p a d a s e tia p k e d a ta n g a n d a n s e b e lu m d itu a n g k a n k e
ta n g k i p e n y im p a n A M P u n tu k p e n e tra s i p a d a 25 oC (S N I 2 4 5 6 :2 0 1 1 ). T ip e II
h a ru s d iu ji u n tu k sta b ilita s p e n y im p a n a n s e su a i d e n g a n A S T M D 5 9 7 6 -0 0 P a rt
6 .1 . S e m u a T ip e a sp a l y a n g b a r u d a ta n g h a ru s d ite m p a tk a n d a la m ta n g k i
s e m e n ta ra sa m p a i h a s il p e n g u jia n te r s e b u t d ik e ta h u i. T id a k a d a a s p a l y a n g
b o le h d ig u n a k a n sa m p a i a sp a l te r s e b u t te la h d iu ji d a n d ise tu ju i.
SPESIFIKASI UMUM 2018

T a b e l 6 .3 .2 .5 ) K e te n tu a n u n tu k A s p a l K e ra s

T ip e I I A sp al T ip e I I A s p a l
T ip e I T ip e I M o d if ik a s i
M o d ifik asi
N o. J e n is P e n g u j ia n M e t o d a P e n g u j ia n A sp al
No. J e n is P e n g u jia n M e to d a P e n g u jia n A sp al E la s t o m e r S in t e t is
E la s to m e r S in tetis
P e n .6 0 - 7 0
P en .6 0 -7 0
PG 70 PG 76
PG 70 PG 76
10. K ad ar P arafin L ilin (% ) SN I 03-3639-2002 <2
1. P en etrasi p ad a 25°C (0,1 m m ) SN I 2456:2011 60-70 D ilap o rk an (1)
P en g u jia n R esid u h a sil T F O T (S N I-0 6 -2 4 4 0 -1 9 9 1 ) atau R T F O T (S N I-0 3 -6 8 3 5 -2 0 0 2 ) :
T em p eratu r yang m en g h asilk an G eser
4. D in am is (G */sinS) p ad a o silasi 10 SN I 06-6442-2000 - 70 76 11. B e ra t yang H ilan g (% ) SN I 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8
rad /d etik > 1,0 kP a, (°C)
T em p eratu r yang m en g h asilk an G eser
3. V isk o sitas K in em atis 135°C (cS t) (3) A S T M D 2 170-10 > 300 < 3000 12. D in am is (G */sinS) p a d a o silasi 10 SN I 06-6442-2000 - 70 76
rad /d etik > 2,2 kP a, (°C)
4. T itik L em b ek (°C ) SN I 2434:2011 > 48 D ilap o rk an (2)
13. P en etrasi p ad a 25°C (% sem ula) SN I 2456:2011 > 54 > 54 > 54
5. D ak tilitas p ad a 25 °C, (cm ) SN I 2432:2011 > 100 -
14. D ak tilitas p ad a 25 °C (cm ) SN I 2432:2011 > 50 > 50 > 25
6. T itik N y a la (°C ) SN I 2433:2011 > 232 > 230
R esid u aspal seg a r setelah P A V (S N I 03-6 8 3 7 -2 0 0 2 ) pada tem p era tu r 100oC dan tek an an 2,1 M P a
K elaru tan d alam T richloroethylene
7. A A S H T O T 44-14 > 99 > 99
(% ) T em p eratu r yang m en g h asilk an G eser
15. D in am is (G *sinS) p ad a o silasi 10 SN I 06-6442-2000 - 31 34
8. B e ra t Jenis SN I 2441:2011 > 1,0 - rad /d etik < 5000 kP a, (°C)
A S T M D 5976-00
S tabilitas Penyim panan: P erb ed aan
9. P a rt 6.1 dan - < 2,2 C atatan :
T itik L em b ek (°C )
SN I 2434:2011 1. P en g u jian sem ua sifat-sifat h aru s dilak san ak an seb agaim ana yang disy aratk an p a d a P asal 6.3.2.6).a).
S edangkan u n tu k p en g en d alian m u tu d i lapangan, k eten tu an u n tu k aspal den g an p en etrasi > 50 ad alah ± 4 (0,1
m m ) d an u n tu k asp al d en g an pen etrasi < 50 ad alah ± 2 (0,1 m m ), m asing-m asing d ari n ilai p en etrasi yang
dilap o rk an p ad a saat p en g u jian sem ua sifat-sifat aspal keras.
6 - 40 2. P en g u jian sem ua sifat-sifat h aru s dilak san ak an seb agaim ana yang disy aratk an p a d a P asal 6.3.2.6).a).

SU 2018
S edangkan u n tu k p en g en d alian m u tu d i lapan g an , k eten tu an titik lem b ek diterim a ad alah ± 1 °C d ari n ila i titik
lem b ek yang d ilap o rk an p a d a saat p en g u jian sem ua sifat-sifat asp al keras.

Bab 6.3.2
3. V isk o sitas d iuji ju g a p ad a tem p eratu r 100°C dan 160°C u n tu k tip e I, u n tu k tip e II p a d a tem p eratu r 100 °C
d an 170 °C u n tu k m en etap k an tem p eratu r yang ak an d iterap k an p ad a P asal 6.3.5.5).

Tabel 6.3.2.5
4. Jik a u n tu k p en g u jian visk o sitas tid ak d ilak u k an sesuai den g an A A S H T O T 201-15 m ak a h asil p en g u jian haru s
dik o n v ersik an ke satuan cSt.

7) B a h a n A n ti P e n g e lu p a s a n
Aspek Green Input
Karakteristik Marshall
Konsep Pengujian 1
• Pendekatan Empirik.

• Menilai kinerja berdasarkan parameter turunan (tidak fundamental):


• Stabilitas à Kekuatan (Strength)
• Flow à Kelenturan (Flexibility)
• MQ à Kekakuan (Stiffness)
• Rongga à Sifat Campuran dan Dinamika Aspal

• Pengkondisian spesimen berupa peningkatan kepadatan dengan suatu tingkat energi


tertentu dalam tinggi, berat dan jumlah tumbukan.

• Pemadatan dilakukan tidak searah dengan arah pembebanan-pengujian.

• Hasil pengujian utamanya digunakan untuk menentukan Kadar Aspal Optimum


(KAO).
Konsep Pengujian 2
Arah
Pembebanan-Pengujian
Arah
Pemadatan

Spesimen
Spesimen

Arah Arah
Pemadatan Pembebanan-Pengujian
Parameter Uji
• Stabilitas à Tingkat kekuatan (relatif)

• Flow/Kelelehan à Tingkat kelenturan (relatif)

• MQ (Marshall Quotient) à Tingkat kekauan (relatif)

• Rongga:

• VMA (Void in Mineral Aggregates) adalah rongga natural turunan dari gradasi agregat yang
dipilih
• VIM (Void In Mixture) adalah rongga udara yang tersisa setelah VMA terisi (sebagian) oleh
bahan aspal
• VFA (Void Filled with Asphalt) adalah rongga yang terisi aspal
Parameter Uji 1 - Stabilitas
Stabilitas
(Kg)

• Nilai Stabilitas dalam Kg atau


Newton
• Kurva bersifat Memuncak
Spesifikasi • Spesifikasi adalah nilai minimum
Stabilitas yang harus dicapai
untuk menjamin Tingkat
Kekuatan Campuran

Kadal Aspal
Rentang Kadar Aspal (%)
yang Masuk Spesifikasi
Parameter Uji 2 – Flow / Kelelehan
Flow
(mm)

Spesifikasi Max • Nilai Flow dalam mm


• Kurva bersifat Terus Naik,
seiring penambahan Kadar Aspal
• Spesifikasi adalah nilai minimum
dan maximum Flow yang harus
dicapai untuk menjamin Tingkat
Kelenturan Campuran

Spesifikasi Min
Kadal Aspal
Rentang Kadar Aspal (%)
yang Masuk Spesifikasi
Parameter Uji 3 – Marshall Quotient
(MQ)
MQ
(Kg/mm)

• Nilai MQ dalam Kg/mm


• Kurva bersifat Memuncak
Spesifikasi cenderung Menurun
• Spesifikasi adalah nilai minimum
MQ yang harus dicapai untuk
menjamin Tingkat Kekakuan
Campuran

Kadal Aspal
Rentang Kadar Aspal (%)
yang Masuk Spesifikasi
Parameter Uji 4 – Void in Mineral
Aggregate (VMA)
VMA
(%)

• Nilai VMA dalam % Campuran


• Kurva bersifat Naik atau
Mendatar, seiring penambahan
Kadar Aspal
• Spesifikasi adalah nilai minimum
VMA yang harus dicapai untuk
menjamin Karakteristik
Spesifikasi Min Campuran
Kadal Aspal
Rentang Kadar Aspal (%)
yang Masuk Spesifikasi
Parameter Uji 5 – Void In Mixture
(VIM)
VIM
(%)

Spesifikasi Max • Nilai VIM dalam % Campuran


• Kurva bersifat Terus Turun,
seiring penambahan Kadar Aspal
• Spesifikasi adalah nilai minimum
dan maximum VIM yang harus
tersedia untuk menjamin
Gerakan Aspal Dalam Sistem
pada saat Muai dan Susut
Spesifikasi Min
Kadal Aspal
Rentang Kadar Aspal (%)
yang Masuk Spesifikasi
Parameter Uji 6 – Void Filled with
Asphalt (VFA)
VFA
(%)

• Nilai VFA dalam % Rongga


• Kurva bersifat Terus Naik,
seiring penambahan Kadar Aspal
• Spesifikasi adalah nilai minimum
VFA yang harus dicapai untuk
menjamin Ketebalan Film Aspal
pada Agregat
Spesifikasi Min
Kadal Aspal
Rentang Kadar Aspal (%)
yang Masuk Spesifikasi
Kadar Aspal Optimum (KAO)
Paramater Kadar Aspal yang Masuk
Spesifikasi
4% 5% 6% 7% 8% • Rentang KAO adalah Nilai
Stabilitas Rentang Kadar Aspal yang
Seluruhnya Masuk Spesifikasi
Flow/ Kelelehan
• Nilai KAO menurut Spesifikasi
MQ (Marshall Quotient) PU adalah Nilai Tengah
VMA (Void in Mineral Aggregates) Rentang KAO
VIM (Void In Mixture)
VFA (Void Filled with Asphalt)

Rentang Kadar Aspal


yang Masuk Spesifikasi
s u a tu d o k u m e n y a n g m e n y a ta k a n b a h w a ra n c a n g a n c a m p u ra n
la b o ra to riu m y a n g te r te r a d a la m D M F d a p a t d ip ro d u k s i d e n g a n
in s ta la s i p e n c a m p u r a sp a l (Asphalt Mixing Plant, A M P ), d ih a m p a r
d a n d ip a d a tk a n d i la p a n g a n d e n g a n p e ra la ta n y a n g te la h d ite ta p k a n
d a n m e m e n u h i d e ra ja t k e p a d a ta n la p a n g a n te rh a d a p k e p a d a ta n
la b o ra to riu m h a s il p e n g u jia n M a rs h a ll d a ri b e n d a u ji y a n g c a m p u ra n

Spesifikasi Marshall 1
b e r a s p a ln y a d ia m b il d a ri A M P .

T a b e l 6 .3 .3 .1 a ) K e te n tu a n S ifa t-s ifa t C a m p u ra n Stone Matrix Asphalt

SM A SM A M od
Sifat-sifat C am puran
Tipis, H alus Tipis, H alus
d an K asar d an K asar
Jum lah tum b u k an p er bidang 50
M in. 4,0
R ongga dalam cam puran (%) (4)
M aks. 5,0
R ongga dalam A gregat (V M A ) (%) M in. 17
R asio V C A m ix /V C A d rc (1) < 1
SPESIFIKASI UMUM 2018
D raindow n p ad a tem peratur produksi, % b erat dalam
M aks. 0,3
cam puran (w aktu 1 jam ) (2)
Stabilitas M arshall (kg) M in. 600 750
SM A SM A M od
Sifat-sifat C am puran M in. 2
P elelehan (mm) Tipis, H alus Tipis, H alus
M aks. 4,5
d an K asar d an K asar
Stabilitas M arshall Sisa (%) setelah p erendam an selam a 24 SU 2018
Min. 90
jam, 60 °C (5) Bab 6.3.3
6 - 44
Stabilitas D inam is (lintasan/m m (7)) Min. 2500 3000 Tabel 6.3.3.1
SM A SM A M od
Sifat-sifat C am puran
Tipis, H alus Tipis, H alus
d an K asar d an K asar
Stabilitas M arshall Sisa (%) setelah p erendam an selam a 24
Spesifikasi Marshall 2
jam, 60 °C (5)
Stabilitas D inam is (lintasan/m m (7))
Min.

Min. 2500
90

3000

T a b e l 6 .3 .3 .1 b ) K e te n tu a n S ifa t-s ifa t C a m p u ra n L a ta s to n

L ataston
Sifat-sifat C am puran
L apis Aus L apis Fondasi
K adar aspal efek tif (%) M in 5,9 5,5
Jum lah tum b u k an p er bidang 50
Min. 4,0
R ongga dalam cam puran (%) (4)
M aks. 6,0
R ongga dalam A gregat (V M A ) (%) Min. 18 17
R ongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas M arshall (kg) Min. 600
M arshall Q uotient (kg/m m ) Min. 250 SU 2018
Stabilitas M arshall Sisa (%) setelah
Min. 90
Bab 6.3.3
perendam an selam a 24 jam, 60 °C (5) Tabel 6.3.3.1

T a b e l 6 .3 .3 .1 c ) K e te n tu a n S ifa t-s ifa t C a m p u ra n L a s to n (A C )


R ongga dalam cam puran (%) (4)
M aks. 6,0
R ongga dalam A gregat (V M A ) (%) Min. 18 17
R ongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas M arshall (kg) Min. 600
M arshall Q uotient (kg/m m ) Min. 250
Stabilitas M arshall Sisa (%) setelah
Min. 90

Spesifikasi Marshall 3
perendam an selam a 24 jam, 60 °C (5)

T a b e l 6 .3 .3 .1 c ) K e te n tu a n S ifa t-s ifa t C a m p u ra n L a s to n (A C )

L aston
Sifat-sifat C am puran
L apis Aus L apis A ntara Fondasi

Jum lah tu m bukan p e r b idang 75 112 (3)


R asio partikel lolos ayakan 0,075m m Min. 0,6
d engan k ad ar aspal efek tif M aks. 1,2
Min. 3,0
R ongga dalam cam puran (% ) (4)
M aks. 5,0
R ongga dalam A gregat (V M A ) (%) Min. 15 14 13

R ongga T erisi A spal (%) Min. 65 65 65


Stabilitas M arshall (kg) Min. 800 1800 (3)
Min. 2 3
P elelehan (mm)
M aks 4 6 (3)
Stabilitas M arshall Sisa (% ) setelah
Min. 90
perendam an selam a 24 jam , 60 °C (5)
SU 2018
R ongga dalam cam puran (% ) pada
Min. 2 Bab 6.3.3
K epadatan m em bal (refusal) (6)
Tabel 6.3.3.1
Stabilitas M arshall (kg) Min. 800 1800 (3)
Min. 2 3
P elelehan (mm)
M aks 4 6 (3)
Stabilitas M arshall Sisa (% ) setelah
Min. 90
perendam an selam a 24 jam , 60 °C (5)

R ongga dalam cam puran (% ) pada


Min. 2
K epadatan m em bal (refusal) (6)
Spesifikasi Marshall 4
T a b e l 6 .3 .3 .1 d ) K e te n tu a n S ifa t-s ifa t C a m p u ra n L a s to n M o d ifik a s i (A C M o d )

L aston M odifikasi
Sifat-sifat C am puran
L apis Aus L apis A ntara Fondasi

Jum lah tum bukan p e r bidang 75 112 (3)


R asio partikel lolos ayakan 0,075m m Min. 0,6
SPESIFIKASI UMUM 2018
dengan k ad ar aspal efektif M aks. 1,2
Min. 3,0
R ongga dalam cam puran (% ) (4)
M aks. 5,0
R ongga dalamSifat-sifat
A gregat (V M Apuran
) (%) Min. 15 L aston 14
M odifikasi 13
C am
R ongga T erisi A spal (%) Min. 65 A us
L apis L apis65A ntara 65
Fondasi

Stabilitas M arshall (kg) Min. 1000 2250 (3)


Min. 2 3
P elelehan (mm) 6 - 45
M aks. 4 6 (3)
Stabilitas M arshall Sisa (% ) setelah
Min. 90
perendam an selam a 24 jam, 60 °C 4(5) SU 2018
R ongga dalam cam puran (% ) pada
Min. 2 Bab 6.3.3
K epadatan m em bal (refusal) (6)
Stabilitas D inam is, lintasan/m m (7) Min. 2500
Tabel 6.3.3.1
C atatan :
Aspek Green Input
Perkembangan Terakhir Teknologi Aspal
Modifikasi Aspal
Latar Belakang Modifikasi Aspal
• Straight-run petroleum bitumen memiliki karakteristik reologi dan mekanis yang tidak selamanya
ideal.

• Blown bitumen, karena proses tambahan (oksidasi), dapat disebut sebagai bitumen yang
dimodifikasi. Dari proses pengolahan tersebut, bitumen kemudian memiliki sifat inheren positif
berupa temperature susceptibility yang rendah pada temperatur layan (service temperature).

• Karena proses oksidasi tersebut tidak layak secara ekonomis untuk implementasi sebagai material
perkerasan, maka dicoba beberapa alternatif aditif atau proses modifikasi lain.

• Proses modifikasi harus berdampak pada peningkatan umur layan perkerasan yang diindikasikan
dengan peningkatan ketahanan terhadap deformasi permanen dan retak lelah (fatigue crack) pada
percobaan simulatif.
Prinsip Modifikasi Aspal
• Peningkatan Workability
• Perbaikan Sifat Reologi:
• Nilai Penetrasi (PEN dalam dmm)
• Nilai Titik Lembek (Softening Point dalam 0C)
• Indeks Penetrasi
• Perbaikan Sifat Mekanis
• Daya Lengket (Adhesiveness)
• Daktilitas (Cohesiveness)
• Penambahan (Ekspansi) Volume
Sifat Reologi
log PEN
SP1

log PEN
800

A
SP
Mod
log PEN log PEN = A*T + K
Percobaan
Penetrasi

K
Temp
25 Temperatur Softening Point
Perbaikan Sifat Reologi

• Peningkatan Titik Lembek/Melembek (Softening Point = SP)


• Penurunan Penetrasi (Penetration = PEN)
• Peningkatan Indeks Penetrasi (Penetration Index = PI)

PI = (1952 – 500 log PEN – 20 SP) / (50 log PEN – SP – 120)


Persamaan PI tersebut diatas disusun untuk mendapatkan nilai PI sekitar -3 (high susceptibility) sampai +7
(low susceptibility)
Sifat Mekanik (1)
Lengketan Fisik

• Perbaikan Daya Lengket (Adhesiveness) Aspal

• Lengketan benda atau substansi tidak sejenis (Bitumen


dengan Agregat) Agregat

• Jenis Lengketan:
• Fisik (pori dan ukuran butiran aspal) Lengketan Elektrik
• Elektrik (perbedaan kutub/medan listrik antara Aspal
- - -
- -
bitumen dan agregat) - -
- + +
- + + + +
+ +
+ Agregat
Sifat Mekanik (2)
• Perbaikan Daktilitas (Cohesiveness)

• Penjagaan jarak antara molekul dalam bitumen dengan:


• Fisik à Bridging (serat)
• Kimiawi
Volumetrik
• Peningkatan/ekspansi volume bitumen yang diposisikan sebagai pelekat
antar agregat atau serpihan (crumble) perkerasan hasil garukan
• Ekspansi ini menghasilkan penurunan kebutuhan volume bitumen
• Ekspansi dilakukan dengan:
• Aplikasi panas
• Penambahan air dan udara
Syarat-syarat (bahan dan hasil modifikasi)

sumber: Shell Bitumen Handbook, 1990

• Bahan tersedia dan mudah diperoleh

• Tahan atau tidak terdegradasi pada suhu pencampuran bitumen

• Tercampur sempurna dengan bitumen

• Meningkatkan/memperbaiki ketahanan terhadap flow (pengaliran) pada suhu permukaan


yang tinggi tanpa membuat campuran terlalu viscous (kental) pada suhu pencampuran dan
pemadatan atau terlalu stiff (kaku) atau terlalu brittle (getas) pada suhu permukaan
rendah

• Murah (cost effective)


Karakteristik (bahan dan hasil modifikasi)

sumber: Shell Bitumen Handbook, 1990

• Dapat menahan karakteristik premium selama penyimpanan,


impelementasi dan masa layan

• Dapat diproses dengan alat-alat konvensional

• Secara fisik dan kimiawi stabil selama penyimpanan, implementasi dan


masa layan

• Mencapai tingkat viskositas untuk pelaburan dan penyemprotan pada


suhu aplikasi normal
Jenis Modifikasi
• Cut Back
• Emulsifikasi
• Penambahan Bahan Kimia
• Penambahan Aspal Alam
• Penambahan Serat
• Proses Pembusaan (Foaming)
Teknik/Usaha Modifikasi 1
• Penambahan Sulfur:

• Peran utama meningkatkan workability dari campuran


bitumen
• Aditif ini akan meningkatkan kemudahan membentuk
(mouldability) campuran
• Dapat dibentuk (dipadatkan) dengan dengan roller
compactor
• Pada saat panas meningkatkan ketahanan terhadap
deformasi permanen
Kadar Sulfur dan Parameter Marshall
sumber: Shell Bitumen Handbook, 1990
Teknik/Usaha Modifikasi 2
• Penambahan Bahan Karet

• Peran utama meningkatkan viskositas (kekentalan)

• Bahan yang digunakan biasanya: polybutadiene, polyisoprene,


natural rubber, butyl rubber, chloroprene dan lain-lain

• Telah dicoba bahan dari karet bekas ban, dengan hasil:

• Viskositas dapat ditingkatkan


• Aplikasi panas relatif tinggi, sehingga rentan perubahan struktur
kimiawi bitumen
• Menghasilkan campuran yang tidak merata (even)
• Karet berperan sebagai flexible filler
Teknik/Usaha Modifikasi 3
• Penambahan Campuran Organo-Manganese

• Peran aditif adalah meningkatkan karakteristik reologi

• Meningkatkan kinerja fisik terukur seperti:


• Stabilitas Marshall
• Durabilitas Marshall
• Ketahanan terhadap deformasi permanen

• Material Organo-Manganese dicampur dengan katalis berupa minyak

• Perlu perhatian khusus pada komposisi Organo-Manganese dan katalis

• Contoh produk: CHEMCRETE


Penambahan Aditif dan
Karakteristik Marshall
sumber: Shell Bitumen Handbook, 1990
Teknik/Usaha Modifikasi 4
• Penambahan Polimer-Termoplastis

• Aditif memiliki sifat yang “sejalan” dengan bitumen, melembek pada saat pemanasan dan
mengeras pada saat pendinginan
• Peran aditif adalah meningkatkan viskositas
• Peran sebagian produk aditif ditekankan pada peningkatan adhesiveness fisik à Porous Asphalt
• Dapat diatur menjadi elastomer atau plastomer, tergantung kebutuhan karakteristik yang
diharapkan
• Tidak secara signifikan meningkatkan elastistas bitumen dan dapat terpisah dari campuran bila
dipanaskan
• Penambahan aditif hanya sekitar 5% pada PEN 60/70
• Contoh Produk:
• STARBIT E55 (PT Bintang Jaya)
• STARBIT E60 (PT Bintang Jaya)
• Tafpack-Super (untuk campuran Porous Asphalt)
Teknik/Usaha Modifikasi 5
• Penambahan Karet-Termoplastis

• Aditif ini telah telah terbukti memiliki potensi terbesar sebagai modifier dari
bitumen

• Peran utama aditif adalah meningkatkan elastisitas campuran

• Peran lain adalah memperbaiki reologi bitumen yang selanjutnya


meningkatkan kinerja

• Contoh produk:
• CARIPHALTE DM (HRA dan AC)
• CARIPHALTE DA (Makadam dan Segregasi)
Kinerja CARIPHALTE
sumber: Shell Bitumen Handbook, 1990
Teknik/Usaha Modifikasi 6
• Penambahan Aspal-Alam

• Sifat aspal alam yang lebih keras (PEN rendah) dan SP serta PI tinggi
dapat memperbaiki reologi dari bitumen

• Penambahan Aspal-Alam pada campuran akan meningkatkan ketahanan


terhadap kerusakan dalam Failure Criteria

• Penambahan Aspal-Alam harus dijaga sehingga campuran bitumen


berada dalam batas kekakuan tertentu

• Terdapat titik optimum proporsi Aspal-Alam dalam mendapatkan


kinerja maksimum
Perkembangan Aspal Alam (s/d thn 2000)
sumber: TLA Ltd, 1978 dan Puslitbang Jalan dan Jembatan 2007

Garis Waktu (Tahun)

1595 1851 1900 1925 1950 1975 2000

Aspal Buton Ditemukan Studi Cadangan


Eksploitasi
Pembentukan Format Produk
Studi Morfologi Studi Kinerja

Trinidad Lake Asphalt

Ditemukan Dipatenkan Studi Cadangan

Studi Morfologi Eksploitasi


Studi Karakteristik Dasar
Studi Kinerja
Pembentukan Format Produk
Teknik/Usaha Modifikasi 7
• Penambahan Serat

• Peran aditif adalah meningkatkan kohesi bitumen dengan menciptakan efek bridging

• Efektifitas proses modifikasi tergantung pada ukuran (panjang) serat yang digunakan

• Diperlukan analisis tambahan dengan microscope (optis atau elektronik) untuk mengukur panjang
natural serat yang digunakan

• Beberapa jenis serat yang telah dicoba sebagai aditif dalam skala laboratorium, mencakup:
• Serat kapuk
• Abu sekam (+ silika memperbaiki reologi bitumen)
• Arbocel
• Technocel 1004
• Cellulose Fibre 31500
• Serbuk ban bekas
Teknik/Usaha Modifikasi 8
• Aspal Multi-Grade

• Bitumen memiliki sifat reologi yang lebih baik

• Tekanan peningkatan sifat reologi adalah pada SP

• Digunakan bahan aditif dari bahan kimia, aspal alam dll dengan proporsi yang dipatenkan

• Beberapa contoh produk:


• Retona Blend 55 (PT Sarana Karya)
• ABS – 55 (PT Asphalt Bangun Sarana)
• Supracoat (PT Wiharta Mitra Niaga)
Teknik/Usaha Modifikasi 9
• Foam Bitumen

• Aplikasi pada perkerasan daur ulang


• Bitumen diposisikan sebagai perekat
• Tidak ada usaha peningkatan sifat reologi
• Hasil daur ulang tidak diposisikan sebagai interface dengan lingkungan
• Diperlukan analisis tambahan dengan coring dan ekstraksi
• Diperlukan pengujian kinerja operasional untuk mendapatkan campuran optimum
• Bitumen yang dimodifikasi tidak dapat disimpan, dibutuhkan aplikasi langsung (memperhatikan half-
life) setelah produksi
Teknik Foaming
sumber: Wirtgen Group, 2008
Aspek Half-life dalam Foam Bitumen
sumber: Wirtgen Group, 2008
Thank you
for your attention ..

You might also like