Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Internasional
Jurnal Internasional
3
Lembaga “Bale Literasi” e-ISSN: 2809-4409
https://ejournal.baleliterasi.org/index.php/lambda pp. 102-110
DOI: https://doi.org/10.58218/lambda.v2i3.298
Asrorul Azizi1,3 , Muhammad Sarjan 1,2, Mulia Rasyidi1,3, Agus Muliadi1,4, , Hamidi1,2,
Iswari Fauzi1,5, Muhammad Yamin1,6, Muh. Zaini Hasanul Muttaqin1,3, Bakhtiar
Ardiansyah1,8, Rindu Rahmatiah1, Sudirman1,9, Yusran Khery1,4
1
Program Studi Doktor Pendidikan IPA, Pascasarjana Universitas Mataram, Indonesia
2
Pascasarjana Universitas Mataram, Indonesia
3
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pendidikan Nusantara Global,
Indonesia
4
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Mandalika, Indonesia
5
Program studi Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Mataram
6
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
7
Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Mandalika
8
Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Nusa Tenggara Barat, Indonesia
9
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu
Email Korespondensi: asroruljilid3@gmail.com
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |102
Asrorul Azizi, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………..
Kata kunci ingin tahu terhadap fenomena yang terjadi di alam sekitar, sehingga untuk
filsafat; IPA/sains; Kearifan memenuhi hasrat ingin tahunya manusia mencari jawaban melalui
lokal. pengetahuan, dan melalui pengetahuan akan menimbulkan kepuasan sehingga
IPA/sains semakin berkjembang dan melahirkan cabang-cabang ilmu
pengetahuan baru lagi. Pengetahuan yang didapatkan berasal dari potensi di
sekitar sehingga sepatutnya dipertimbangkan dalam pembelajran IPA agar
konsepnya tetap sesuai dengan kebutuhan peserta didik. IPA/sain bukan
berbicara atas pengetahuan semata, tetapi ditekankan kepada pengetahuan dan
kebenarannya. Belajar dengan konsep ilmu yang tepat adalah upaya yang
dilakukan agar manusia untuk memperoleh pemahaman yang utuh. Penelitian
ini memiliki tujuan untuk mengetahui peran filsafat pendidikan dalam
pengembangan sains berbasis kearifan lokal. Kekayaan alam sekitar melahirkan
kearifan lokal yang bersifat khas dan merupakan potensi dalam pengembangan
sains. IPA/sains yang di dalamnya kajian tentang alam sekitar menggunakan
langkah ilmiah, berfikir ilmiah, dan menggunakan kerangka-kerangka ilmiah.
Filsafat digunakan untuk menjawab permasalahan IPA/sains bagi manusia.
Penelitian ini mengkaji pentingnya seorang untuk mengembangkan IPA/sains
berbasis potensi lokal sebagai sarana mengembangkan pembelajaran IPA/sains
untuk menanamkan konsep lain seperti kepada peserta didik agar bisa lebih
sadar dalam menjaga kearifan lokal yang ada di sekitarnya.
Sitasi: Azizi, A., Muttaqin, M. Z. H., Sarjan, M., Muliadi, A., Ardiyansah, B., Hamidi, H., Pauzi, I., Yamin,
M., Rasyidi, M., Rahmatiah, R., Sudirman, s., & Khaeri, Y. (2022). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
Filsafat dalam Pengembangan Potensi Lokal untuk Pembelajaran Masa Depan. Lambda Journal, 2(3), 102-
110.
PENDAHULUAN
Poin inti pendidikan di setiap jenjang pendidikan adalah untuk menumbuhkan
perilaku yang secara sadar mengurangi pengaruh negatif aktivitas manusia terhadap
lingkungan. Rancangan tujuan pendidikan didasari pada masalah-masalah pembangunan
masyarakat internasional. Sedangkan perkembangan kebutuhan masyarakat internasional
sangat tergantung pada yang disediakan alam, tetapi pemahaman dan kepedulian menjaga
alam semakin rendah. Kondisi alam saat ini memunculkan tantangan-tantangan yang semakin
berat dan sudah menyebar luas ke segala sektor. Dengan timbulnya masalah ini, masyarakat
perlahan sadar untuk memberikan bekal kepada generasi muda dengan wawasan lingkungan
melalui pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai salah satu yang paling efektif untuk
memberi bekal kepada masyarakat khususnya generasi muda usia sekolah.
Pola pendidikan di setiap zaman selalu berubah. Pada abad 21 ini, memiliki pola dan
tantangan yang jauh berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan zaman yang
begitu pesat menuntut setiap orang harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian
untuk menyelesaikan tantangan dengan baik. Sehingga pembelajaran yang dijalankan
haruslah menghubungkan materi ajar dengan kesesuaian di sekitar siswa dan dan
memberikan motivasi kepada mereka agar bisa mengaplikasikan pengetahuannya.
Lingkungan sekitar adalah potensi yang sangat luar biasa untuk menjadi kajian dalam
pembelajaran. Terlebih dengan adanya karakteristik khas yang kuat dalam potensi lokal di
setiap daerah. Esensi dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah konten lingkungan
yang tidak terbatas kajiannya dalam pembelajaran. Akan tetapi banyak pembahasan tentang
ilmu pengetahuan alam yang belum menampilkan potensi lokal sehingga menunjukkan
ketidaksesuaian tujuan pembelajaran dengan konsep yang dipahami siswa.
Pendidikan berhubungan dengan berbagai macam faktor seperti faktor teknologi,
sosial-budaya, ekonomi, politik, hukum dan aksiologis yang menentukan karakter mendasar
dari pembentukan pengetahuan baru. Selain itu, penting untuk dicermati lebih jauh terkait
hubungan dan pengaruh ilmu pengetahuan lain dalam kajian IPA. Kajian IPA memang terus
berkembang hingga saat ini sehingga bisa melahirkan cabang-cabang ilmu lain yang seolah
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |103
Asrorul Azizi, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………..
memisahkan diri dengan IPA. Akan tetapi, dalam konsep teori Dynamic Universe ilmu
pengetahuan itu adalah satu kesatuan yang saling melengkapi dalam membangun suatu
konsep yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Di alam semesta ini, semuanya
saling berhubungan dan tidak ada objek atau makhluk yang terpisah di alam semesta. Seperti
kajian IPA dengan filsafat yang terus berkembang dalam pendidikan saat ini dan pendidikan
masa depan..
METODE
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kajian pustaka. Sumber
pustaka yang digunakan berupa buku dan artikel yang sesuai dengan artikel ini. Analisis yang
digunakan di dalam artikel ini adalah analisis isi. Pertama, mengidentifikasi berbagai sumber
yang terkait untuk kepentingan penulisan artikel. Kedua, melakukan teknik analisis isi untuk
menemukan benang merah dari berbagai sumber tersebut. Ketiga, melakukan simpulan.
kegiatan untuk mengetahui sesuatu obyek (dapat berupa suatu hal atau peristiwa yang
dialami subyek), misalnya: pengetahuan tentang benda, tentang tumbuh-tumbuhan, tentang
binatang, tentang manusia, atau pengetahuan tentang peristiwa peperangan (Wahana, 2016:
46). Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan
panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari
proses melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak (Makhmudah, 2018: 203).
Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan
kognitif yang terdiri dari berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan atau perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh
pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan (Kirom, 2011: 102).
Adapun menurut Surojiyo (2008: 57) definisi ilmu pengetahuan melibatkan setidaknya enam
macam komponen, yakni masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas
(activity), kesimpulan (conclution), dan pengaruh (effects).
Dalam memperoleh pengetahuan ada tiga masalah pokok yang biasanya harus
diperhatikan oleh manusia pencari pengetahuan: (1) apakah yang ingin ia ketahui? (2)
bagaimanakah cara memperoleh pengetahuan? dan (3) apakah nilai pengetahuan tersebut
bagi dirinya?. Dalam usaha memperoleh pengetahuan dengan menjawab beberapa
pertanyaan tersebut, maka manusia akan menghasilkan buah pemikiran salah satunya ialah
ilmu. Karena ilmu salah satu dari pengetahuan yang diperoleh oleh manusia. Secara
epistemologis, ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah
pemikiran yang lainnya. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan
metode keilmuan (Hidayatullah, 2006: 131).
Landasan ilmu pengetahuan terutama diarahkan pada komponen-komponen
yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Filsafat dan ilmu pengetahuan adalah satu kesatuan dan memiliki hubungan yang
saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Perbedaan yang terdapat dari keduanya bukan
untuk dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi, dan saling mengisi. Pada
hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda. Maka dalam hal
ini perlu membandingkan antar filsafat dan ilmu pengetahuan, yang menyangkut perbedaan-
perbedaan maupun titik temu di antaranya.
Semua keilmuan sudah dibicarakan di dalam filsafat, bahkan beberapa ilmu
pengetahuan lahir dari filsafat, berarti ilmu yang memisahkan diri dari filsafat. Misalnya
matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi, dan sosiologi. Ilmu juga bersifat
analitis, ilmu pengetahuan hanya menggarap salah satu lapangan pengetahuan sebagai objek
formalnya (Varpio & Macleod, 2020). Sedangkan filsafat belajar dari ilmu pengetahuan
dengan menekankan keseluruhan dari sesuatu (sinoptis), karena keseluruhan mempunyai sifat
sendiri yang tidak ada pada bagianbagiannya. Ilmu bersifat deskriptif tentang objeknya agar
dapat menemukan fakta-fakta, teknik-teknik, dan alat-alat (Zaprulkhan, 2016: 76).
Ilmu pengetahuan menggunakan eksperimentasi terkontrol sebagai metode yang khas.
Verifikasi terhadap teori dilakukan dengan jalan mengujinya dalam praktik berdasarkan
penginderaan.Sedangkan filsafat dengan melalui akal pikiran yang didasarkan kepada semua
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |105
Asrorul Azizi, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………..
pengalaman insani, sehingga dengan demikian filsafat dapat menelaah masalah-masalah yang
tidak dapat dicarikan penyelesaiannya oleh ilmu (French & McKenzie, 2016).
b. Filsafat dengan IPA
IPA atau Sains adalah suatu proses yang melibatkan perilaku manusia, dan karena
pengaruh manusia, sains sering kali tidak dipelajari dengan benar. Kenyataanya di lapangan,
orang dapat berpendapat bahwa kita tidak memahami apa yang harus dilakukan untuk
memahami sains yang "sebenarnya". Hal ini dikarenakan pada dasarnya sains tetap
berkembang dan terus menrus mengalami perubahan, selalu akan berbeda untuk pertanyaan
yang sama.
Seringkali kita tidak menyadari kesalahan yang dibuat sampai bertahun-tahun, atau
beberapa dekade, kemudian kesalahan seperti itu biasa terjadi dan dianggap biasa, terlepas
dari apapun disiplin ilmunya. Pada pembelajaran IPA, kesalahan sering terjadi dan akhirnya
menyebabkan kesalahan konsep atau misskonsepsi. Pendidikan yang dilaksanakan selama ini
menunjukkan hubungan yang erat antara sain dengan filsafat, seperti yang ditemukan dalam
perkembangan sejarah sains dan kontribusi dari filsafat ilmiah, berhubungan erat dalam
memberikan pemahaman tentang sains dan bagaimana mengajarkan sains yang lebih baik.
Banyak teori yang menjelaskan tentang bagaimana untuk meningkatkan kualitas ilmu
yang ingin dicapai. Akan tetapi, pengaplikasian pendidikan yang berkualitas dalam
perkembangan sejarah dan filosofis ilmu pengetahuan tetap tidak begitu baik di sebagian
besar negara. Selama permasalahan pendidikan tidak diatasi dengan baik, maka dampak
berkelanjutan untuk mengembangkan konsep pada ilmu pengetahuan tetap tidak bisa dicapai.
Semua itu selanjutnya membawa kerugian yang meluas bagi umat manusia.
Frank (dalam Soeparmo, 1984), mengilustrasikan filsafat seperti rantai, dan fungsi
filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian tentang strategi dan taktik
ilmu pengetahuan alam. Rantai itu sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat di satu
pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Setelah tahun
1600, rantai itu mulai memisahkan diri. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat.
Ilmu pengetahuan alam melalui jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut
Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut
dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-
pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan
alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu
pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.
Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara mendasar dan
struktural diarahkan pada pengetahuan teknis yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam
merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar merupakan struktur tindakan
instrumentasi yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi di lingkungan manusia. Ilmu
pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam memprediksi dan mengendalikan proses
alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan
dengan ilmu pengetahuan alam.
Menurut Van Melsen (1985), ciri khas yang menunjukkan karakter ilmu alam adalah
ilmu itu menggambarkan kenyataan menurut aspek-aspek yang memberikan kontak dengan
panca indra secara langsung. Hal kedua yang penting adalah bahwa ddengan kondisi ilmu
alam sekarang ini kontak langsung itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda
dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana yang secara tidak langsung disajikan kepada kita.
Yang disajikan dalam eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan”
eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih
teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama.
Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan
bagian-bagian elementer lainnya.
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |106
Asrorul Azizi, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………..
Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun
1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya
penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento
Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan
bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu.
Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih
tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang
saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu
pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan
Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat.
Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan
ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua
sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu
yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999). Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak
dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan
biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam.
Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang
menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu
kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia
organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir.
Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi efinisi tentang
ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and
decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different
subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira-kira adalah ilmu yang berhubungan
dengan hukum gejala komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami
maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja
melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan
perbandingan (komparasi).
Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang
tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam.
Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New
Princiles of Chemical Philosophy.
Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam
tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian
ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah
perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.
c. Filsafat, IPA dan Potensi Lokal
Perkembangan ilmu pengetahuan bersumber dari pemikiran yang muncul dari rasa
ingin tau tentang fenomena di lingkungan sekitar. Sejak awal, perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya IPA dimulai dari pengalaman sehari-hari. Pengetahuan tentang
dunia biologis dihasilkan oleh komunitas epistemik yang heterogen di dalam dan di luar
dunia akademis. Banyak tantangan dalam ilmu kehidupan memerlukan pengakuan
keanaekaragaman pengetahuan ini dalam berbagai bidang seperti pertanian, konservasi
keanekaragaman hayati, dan kesehatan masyarakat. Etnobiologi telah muncul sebagai
bidang integratif yang mempelajari traditional ecology knowledge (TEK) dan keahlian
aktor heterogen di luar akademisi (Byskov,Sementara peningkatan pengakuan TEK
menciptakan peluang untuk partisipasi dan representasi yang lebih baik dari masyarakat
lokal melalui praktik kolaboratif, interaksinya dengan Academic ecology knowledge (AEK)
juga menciptakan tantangan metodologis yang kompleks.
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |107
Asrorul Azizi, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………..
pembelajaran yang tepat dan merubah orientasi pembelajaran yang memiliki tujuan
mendapatkan nilai dari ujian kognitif saja. Aspek afektif dan psikomotorik juga saat ini
menjadi hal yang sangat penting guna membentuk manusia yang akan menjadi pemimpin
dan agen perubahan dalam menjaga kelestarian alam.
Lebih lanjut, dalam perkembangannya filsafat telah mengantarkan adanya
suatu aturan dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah bertumbuh
dan bercabang. Cabang dari masing-masing disiplin ilmu melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang serta mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Semakin lama
semakin tampak kemajuan ilmu pengetahuan dengan munculnya ilmu-ilmu baru dan pada
akhirnya memunculkan sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan seiring berkembangnya zaman
disiplin ilmu mengarah kearah yang lebih khusus atau terspesialisasi. Ilmu pengetahuan bisa
diciptakan manusia karena didorong oleh rasa ingin tahu manusia yang tidak berkesudahan
terhadap objek, pikiran, atau akal budi yang menyangsikan kesaksian indera, karena indera
dianggap sering menipu. Ilmu pengetahuan bagi manusia mempunyai kemungkinan untuk
mencapai pengetahuan yang lebih sempurna daripada pengetahuan biasa, yang lebih tinggi
derajatnya yang hendak memberikan “insight” (pemahaman yang mendalam).
Melihat sejarah revolusi ilmu pengetahuan terus berlanjut di abad 20 atas teori
relativitasnya Einstein yang merombak filsafat Newton yang semula dianggap mapan, di
samping teori kuantumnya yang telah mengubah persepsi ilmu pengetahuan mengenai sifat-
sifat dasar dan perilaku materi, sehingga para pakar dapat melanjutkan penelitiannya dan
berhasil mengembangkan ilmu-ilmu dasar seperti astronomi, kimia, fisika, biologi,
molekuler, sebagaimana hasilnya dapat dinikmati oleh manusia di abad ke-21 saat ini.
Situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini tentu sangat berbeda dengan masa
silam. Saat ini umat manusia telah paham dan menguasai IPTEK dalam kehidupannya. Cara
hidup yang kurang dilandasi dengan suatu perangkat yang jelas dan mapan tentu tidak
mungkin untuk dipertahankan jika tidak ingin menjadi manusia yang bermasa depan tanpa
arah. Maka, penguasaan ilmu pengetahuan secara tepat dengan kemampuan memprediksi
dapat membantu manusia untuk mengelola pola kehidupan dalam meraih pendidikan masa
depan yang lebih baik.
Generasi penerus masa depan maka harus siap melatih skill guna terus mengelola alam
secara arif dan bijaksana sebagai bangsa yang besar dan terhormat. Dengan demikian, sangat
diperlukannya sarana untuk meregenerasi dan mendidik calon ilmuwan menjadi arif dan
bijaksana.
Dalam kehidupan yang berkembang saat ini, diperlukan juga adanya inovasi baru yang
mendasari perkembangan sains agar kehadirannya lebih berimplikasi positif. Inovasi ini bisa
dimulai dari hal yang sederhana yaitu dengan mengorganisasikan pembelajaran dengan
memanfaatkan potensi lokal. Berdasarkan hipotesa para pakar, keilmuan yang dapat
dijadikan tonggak aksiologis dalam mengarahkan perkembangan IPTEK secara positif untuk
kepentingan umat manusia dan lingkungannya adalah filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena,
filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan pondasi dalam berpikir untuk menentukan arah
yang lebih baik dalam menghadapi tantangan zaman di pola kehidupan manusia yang baru.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif yang
terdiri dari berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan
atau perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |109
Asrorul Azizi, dkk. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)………..
Lambda Journal, Lembaga “Bale Literasi”, Desember 2022. Vol. 2, No.3 | |110