Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

EFEK SAMPING OBAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
FARMASI KLINIK

Dosen Pengampu Mata Kuliah: apt. Alfiana P. Gonibala, S.Farm, M.Farm

Disusun oleh: Kelompok 1

Aisyah N. N. Daeng Mulisa (02101050004)


Alia Afrilia Gobel (02101050005)
Diva W. Mokodompit (02101050011)
Muh. Fahril Lakana (02101050033)
Olganita Manika (02101050023)
Srifebrianty Kadullah (02101050026)

PROGRRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA
KOTAMOBOBAGU
2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu apt. Alfiana P. Gonibala, S.Farm., M.Farm selaku dosen pengampu
mata kuliah Farmasi Klinik yang telah membimbing dalam menyelesaikan tugas ini serta dari
pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sebagian pengetahuan baik pikiran
maupun materi.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Kami sangat berharap dengan makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Kotamobagu, Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
2.1 Pengertian Efek Obat ......................................................................................... 2
2.2 Pengertian ADR ................................................................................................. 2
2.3 Klasifikasi ADR ................................................................................................. 3
2.4 Pencegahan ........................................................................................................ 5
2.5 Penanganan ........................................................................................................ 6
2.6 Algoritma Naranjo ............................................................................................. 6
BAB III : PENUTUP ....................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkembangan pengetahuan dan ditemukannya obat-obat baru untuk pengobatan,
pencegahan, maupun diagnosis menuntut kita untuk lebih mengetahui lebih banyak mengenai
farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat. Selain efek yang diharapkan pada saat
pemberian obat kepada pasien, dapat pula terjadi reaksi yang tidak diinginkan, dengan kata
lain adverse drug reaction (ADR).
Adverse drug reaction dapat timbul dari yang paling ringan hingga dapat menjadi
sangat berat yang dapat menimbulkan kematian. Adverse drug reaction yang terjadi dapat
memperburuk penyakit dasar yang akan kita obati, menambah permasalahan baru dan bahkan
kematian. Keracunan dan syok anafilaktik merupakan contoh ADR berat yang dapat
menyebabkan kematian, sedangkan sebagai contoh yang ringan adalah rasa gatal dan
mengantuk. Jenis ADR sangatlah banyak, dari yang dapat diperkirakan akan timbul sampai
yang tidak kita perkirakan yang potensial membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dibuatlah makalah dengan judul Efek
Samping Obat ini untuk memudahkan bagaimana mengenali apa itu efek samping obat, jenis,
serta pencegahan dan penanganannya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Adverse Drug Reaction?
2. Apa saja jenis dan penggolongan jenis efek samping obat?
3. Bagaimana cara pencegahan serta penanganan ADR?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Adverse Drug Reaction
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dan penggolongan jenis efek samping obat
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan serta penanganan ADR

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Efek Obat


Efek obat ialah perubahan fungsi struktur atau proses sebagai akibat dari kerja obat.
Ada 2 macamefek, yaitu efek normal dan efek abnormal.
a. Efek normal ialah efek yang timbul pada sebagian besar individu. Obat dalamdosis terapi
dapat menimbulkan lebih dari 1 macam efek. Yang dibedakanmenjadi
1. Efek Primer. Ialah efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan.
2. Efek Samping. Ialah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan. Efekini dapat
menguntungkan dan merugikan, tergantung pada kondisi dan situasi pasien.
b. Efek Abnormal ialah efek yang timbul pada sebagian kecil individu / kelompoktertentu.
Kedua macam efek tersebut, dapat terjadi pada dosis lazim yangdipergunakan pada
terapi. Efek abnormal dapat berupa toleransi dan intoleransi.
1. Toleransi. Ialah peristiwa yang terjadi jika dibutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk
menimbulkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh dosisnormal.
2. Intoleransi. Ialah suatu penyimpangan respon terhadap dosis obat tertentu
2.2 Pengertian ADR
Adverse Drug Reaction (ADR) atau Efek Samping Obat (ESO) adalah suatu respon
terhadap suatu obat yang merugikan dan tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis yang
biasanya digunakan pada manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau
untuk modifikasi fungsi fisiologis.
Berdasarkan WHO 1972, ADR adalah setiap efek yang tidak diinginkan dari obat yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis yang digunakan untuk profilaksis, diagnosis dan
terapi. FDA, 1995, ADR didefinisikan sebaga iefek yang tidak diinginkan yang berhubungan
dengan penggunaan obat yang timbul sebagai bagan dari aksi farmakologis dari obat yang
kejadiannya mungkin tidak dapat diperkirakan. Laurence, 1998, ADR adalah efek yang
membahayakan atau tidak mengenakkan yang disebabkan oleh dosis obat yang digunakan
sebagai terapi (atau profilaksis atau diagnosis) yang mengharuskan untuk mengurangi dosis
atau menyetop pemberian dan meramalkan adanya bahaya pada pemberian selanjutnya.
Edward danAronson, 2000, ADR adalah reaksi yang berbahaya atau tidak mengenakkan
akibat penggunaan produk medis yang memperkirakan adanya bahaya pada pemberian
berikutnya sehingga mengharuskan pencegahan, terapi spesifik, pengaturan dosis atau
penghentian obat
2
2.3 Klasifikasi ADR
Efek samping obat dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Efek samping yang dapat diperkirakan
1. Efek farmakologik yang berlebihan
Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan (disebut juga efek toksik)
dapatdisebabkan karena dosis relative yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan.
Keadaan ini dapat terjadi karena dosis yang diberikan memang besar, atau karena adanya
perbedaan respons kinetic atau dinamik pada kelompok-kelompok tertentu, contoh pada
pasien dengan gangguan faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan sirkulasi darah,
usia, genetic dsb., sehingga dosis yang diberikan dalam takaran lazim, menjadi relatif
terlalu besar pada pasien-pasien tertentu. Selain itu efek ini juga bias terjadi karena
interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik antar obat yang diberikan bersamaan,
sehingga efek menjadi lebih besar. Efek samping jenis ini umunya dijumpai pada
pengobatan dan depresansia susunan saraf pusat.
2. Gejala Penghentian Obat
Gejala penghentian obat adalah munculnya kembali gejala penyakit semulaatau reaksi
pembalikan terhadap efek farmakologik obat, karena penghentian pengobatan. Contoh :
a) Agitasi ekstrim,takikardi, rasa bingung, delirium dan konvulasi angmungkin terjadi
pada penghentian pengobatan dengan depresansiasusunan saraf pusat seperti
barbitrat, benzodiazepine dan alkohol.
b) Krisis Addison akut yang muncul karena penghentian terapi kortikosteroid,
hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik yang berlebihan karena penghentian
terapi klonidin,gejala putus obatkarena narkotika. Reaksi putus obat ini terjadi
karena selama pengobatan telah berlangsung adaptasi pada tingkat reseptor.
Adaptasi ini menyebabkan toleransi terhadap efek farmakologik obat, sehingga
umumnya pasienmemerlukan dosis yang makin lama makin besar (sebagai
contoh berkurangnya respons penderita epilepsy terhadap fenobarbital/fenitoin,
sehingga dosis perlu diperbesar agar serangan tetap terkontrol).
Reaksi putus obat dapat dikurangi dengan cara menghentikan pengobatan secara
bertahap misalnya dengan penurunan dosis secara berangsur-angsur, atau dengan
menggantikan dengan obat sejenis angmempunyai aksi lebih panjang atau kurang
poten,dengan gejala putus obatyang lebih ringan.

3
3. Efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama
Efek-efek samping yang berbeda dari efek farmakologik utamnya,untuksebagian besar
obat umumnya telah dapat diperkirakan berdasarkan penelitian- penelitian ang telah
dilakukan secara sistematik sebelum obat mulai digunakanuntuk pasien. Efek-efek ini
umumna dalam derajad ringan namun angkakejadiannya bias cukup tinggi. Sedangkan
efek samping yang lebih jarangdapat diperoleh dari laporan-laporan setelah obat dipakai
dalam populasi yanglebih luas.
Data efek samping berbagai obat dapat ditemukan dalam buku-buku standard,umumnya
lengkap dengan perkiraan angkakejadiannya. Sebagai contoh misalnya:
a. Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan pedih, mual dan muntah pada obat-obat
kortikosteroid oral, analgetika-antipiretika, teofilin,eritromisin, rifampisin, dll.
b. Rasa ngantuk (drowsiness) setelah pemakaian antihistaminika untukanti mabok
perjalanan (motion sickness).
c. Kenaikan enzim-enzim transferase hepar karena pemberian rifampisin.
d. Efek teratogenik obat-obat tertentu sehingga obat tersebut tidak bolehdiberikan pada
wanita hamil.
e. Penghambatan agregasi trombosit oleh aspirin ,sehinggamemperpanjang waktu
pendarahan.
f. Ototoksisitas karena kinin/kinidin,dsb.
b. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan
1. Reaksi alergi
Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping ang terjadi,dan terjadi
akibat reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakansebelumnya ,seringkali
sama sekali tidak tergantung dosis dan terjadi padasebagian kecil dari populasi yang
menggunakan suatu obat. Reaksinya dapat bervariasi dari bentuk yang ringan seperti
reaksi kulit eritama sampai yang paling berat berupa sok anafilaksi yang bias fatal.
Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasna, yaitu:
a. Gejalana sama sekali tidak sama dengan efek farmakologinya,
b. Seringkali terdapat tenggang waktu antara kontak pertama terhadap obatdengan
timbulnya efek
c. Reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, walaupun hana dengan sejumlahsangat
kecil obat
d. Reaksi obat hilang bila obat dihentikan
4
e. Keluhan/gejala ang terjadi dapat ditandai sebagai reaksi imunologik,misalna rash
(=ruam) di kulit
f. Serum sickness, anafilaksis, asma, urtikaria, angio-edema, dll.
2. Reaksi karena faktor genetik
Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetic, suatu obatmungkin
member efekFarmakologik ang berlebihan. Efek obatnya sendiri dapat diperkirakan,
namunsubjek yang mempunyai kelainan genetik seperti ini yang mungkin sulitdikenali
tanpa pemeriksaan spesifik (yang juga tidak mungkin dilakukan pada pelayanan kesehatan
rutin) sebagai contoh misalnya:
a. Pasien yang menderita kekurangan pseudokolinesterase herediter tidak
dapatmemetabolasime uksinilkolin (suatu pelemas otot), sehingga bila diberikanobat
ini mungkin akan menderita paralisis dan apnea yang berkepanjangan.
b. Pasien yang mempunyai kekurangan enzim G6PD (glukosa-6-fosfatdehidrogenase)
mempunyai potensi untuk menderita anemia hemolitikaakut pada pengobatan
dengan primakuin, sulfonamide dan kinidin.
Kemampuan metabolisme obat suatu individu juga dapat dipengaruhi olehfaktor
genetik.
2.4 Pencegahan
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk
melakukan hal-hal berikut:
1 Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-
waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun
dari pengobatan sendiri.
2 Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-
farmakoterapi.
3 Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus.
4 Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada anak, bayi, usia
lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung.Efek
samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi, misalnya
untuk gangguan pendengaran.
5 Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan obat bila
dirasa tidak perlu lagi.

5
6 Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau penyakitnya
memberat, selalu ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut karena perjalanan
penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru karena efek samping obat.
2.5 Penanganan
Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping.Bukanlah
tindakan yang tepat bila mengatasi efek samping dengan menambah konsumsi obat untuk
mengobati efek yang timbul tanpa disertai dengan penghentian obat yang dicurigai berefek
samping. Hal ini justru akan bernilai tidak efektif , dan efek samping tetap terus terjadi.
Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.Pada
bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik.
Misalnya untuk syok anafilaksi (suatu reaksi alergi) diperlukan pemberian adrenalin dan obat
serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi,
diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kortikosteroid (bila
diperlukan).
2.6 Algoritma Naranjo
Algoritma atau skala Naranjo dapat digunakan untuk mengidentifikasi ROTD secara
lebih kuantitatif. Algoritma Naranjo terdiri dari 10 pertanyaan sederhana. Setiap pilihan
jawaban atas pertanyaan tersebut memiliki skor nilai yang berbeda. Setiap kolom
dijumlahkan ke bawah dan hasil penjumlahan kolom dijumlahkan. Nilai total dari hasil
pengisian algoritma tersebut akan membantu menggolongkan ROTD ke dalam beberapa
kemungkinan, yaitu pasti, lebih mungkin, mungkin dan meragukan.
No Pertanyaan Ya Tidak Tidak Tahu

1. Apakah terdapat laporan lengkap tentang reaksi +1 0 0


tersebut sebelumnya?

2. Apakah kejadian yang tidak dikehendaki +2 -1 0


muncul setelah obat yang dicurigai
digunakan?

3. Apakah ROTD membaik ketika obat +1 -1 0


diberhentikan atau setelah pemberian
suatu antagonis yang spesifik?

4. Apakah ROTD muncul kembali setelah +2 -1 0


obatnya digunakan kembali?

6
5. Adakah penyebab lain yang dapat menyebabkan -1 +2 0
reaksi dengan sendirinya?

6. Apakah reaksi muncul kembali setelah -1 0 0


pemberian plasebo?

7. Apakah kadar obat dalam darah berada dalam +1 0 0


rentang yang dianggap toksik?

8. Apakah reaksi menjadi lebih parah ketika dosis +1 0 0


obat ditingkatkan atau menjadi
kurang parah ketika dosis obat diturunkan?

9. Apakah pasien memiliki reaksi serupa terhadap +1 0 0


obat-obatan yang sama atau
serupa pada paparan sebelumnya?

10. Apakah ROTD telah dipastikan dengan suatu +1 0 0


bukti yang obyektif (misal: hasil uji
laboratorium, dsb)?

No Pertanyaan Ya Tidak Tidak Tahu

1. Apakah terdapat laporan lengkap tentang reaksi +1 0 0


tersebut sebelumnya?

2. Apakah kejadian yang tidak dikehendaki +2 -1 0


muncul setelah obat yang dicurigai
digunakan?

3. Apakah ROTD membaik ketika obat +1 -1 0


diberhentikan atau setelah pemberian
suatu antagonis yang spesifik?

4. Apakah ROTD muncul kembali setelah +2 -1 0


obatnya digunakan kembali?

5. Adakah penyebab lain yang dapat menyebabkan -1 +2 0


reaksi dengan sendirinya?

6. Apakah reaksi muncul kembali setelah -1 0 0


pemberian plasebo?

7. Apakah kadar obat dalam darah berada dalam +1 0 0


rentang yang dianggap toksik?

7
8. Apakah reaksi menjadi lebih parah ketika dosis +1 0 0
obat ditingkatkan atau menjadi
kurang parah ketika dosis obat diturunkan?

9. Apakah pasien memiliki reaksi serupa terhadap +1 0 0


obat-obatan yang sama atau
serupa pada paparan sebelumnya?

10. Apakah ROTD telah dipastikan dengan suatu +1 0 0


bukti yang obyektif (misal: hasil uji
laboratorium, dsb)?

Hasil akhir penjumlahan dinilai berdasarkan kategori berikut: suatu reaksi dikatakan
‘pasti’ ROTD jika dari hasil penilaian didapatkan skor > 9, ‘lebih mungkin’ jika didapatkan
skor 5-8, ‘mungkin’ jika memiliki skor 1-4, ‘meragukan’jika didapatkan skor < 0.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa :
a. Adverse Drug Reaction (ADR) atau Efek Samping Obat (ESO) adalah suatu respon
terhadap suatu obat yang merugikan dan tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis
yang biasanya digunakan pada manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi
penyakit atau untuk modifikasi fungsi fisiologis.
b. Efek samping obat dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yakni efek yang dapat
diperkirakkan dan tidak dapat diperkirakan.
c. Pencegahan dan penanganan efek samping obat dapat diatasi dengan memperhatikan
betul penggunaan obat secara sesuai dan penghentian penggunaan obat jika tidak
diperlukan lagi
3.2 Saran
Untuk pembelajaran mengenai obat antivirus harus menggunakan referensi yang lebih
lengkap dan terbaru.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asmayani B., 2019, Farmakologi, STIKES Hamzar : Lombok Timur NTB


Hardini D. K., Widiarti S. W., Lumongga S., 2021, Analisis Kuantitatif dan
Kualitatif Eefek Samping Obat di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita Periode Januari – Juni 2021, Jurnal Ilmiah Manuntung, Vol. 7 (2) : 230-
235
Mariyono H. H., Suryana K., 2008, Adverese Drug Reaction, Jurnal Penyakit
Dalam, Vol. 9 (2) : 164-172
Widati A., Muslim, Kebu Y., 2014, Farmakologi : Efektifitas Obat, D3 Perekam
Medis & Informasi Kesehatan STIA Malang : Malang

10

You might also like