Laporan Praktikum Teksol Salep Sejuk

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

LAPORAN TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID

SALEP SEJUK

DISUSUN OLEH :
1. Elisca Falensya (PO.71.39.1.22.041)
2. Hindiani Tri Junia (PO.71.39.1.22.047)
3. Naurah Cinta Sabika (PO.71.39.1.22.053)
4. Putri Safitri (PO.71.39.1.22.060)
5. Rizka Riatama (PO.71.39.1.22.066)
6. Nasywa Putri Teria (PO.71.39.1.22.072)
7. Rahmadina Aulia (PO.71.39.1.22.078)

KELOMPOK 1
REGULER 1 B
DOSEN PEMBIMBING :
1. Yuliani, SKM
2. Lia Puspita Sari Amd.Farm
3. Mar’atus Sholikhah, S.Farm, M.Farm, Apt
4. Metha Vionari Dinanti, S.Farm, Apt

LABORATORIUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID DAN SEMI SOLID
Nilai Paraf

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum pembuatan salep sejuk yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan salep
sejuk.
2. Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat salep sejuk dengan baik dan
benar.
3. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan salep sejuk.
4. Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan evaluasi terhadap salep sejuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir (FI ed IV). Bahan obatnya larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (FI ed III). Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian setengah padat ini tidak
menggunakan tenaga.
Akan tetapi salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu
stabil,tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yang
dalam salep harus halus. Oleh karena itu pada saat pembuatan salep terkadang
mangalami banyak masalah salep yang harus digerus dengan homogen, agar semua
zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dan diserap oleh kulit.

B. Dasar Salep
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat
kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep
yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat
menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Depkes RI, 1995).
1. Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak
antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil
komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan
kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci.
Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama
(Depkes RI, 1995).
2. Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (Parrafin hidrofilik dan
Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air
dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai
emolien (Depkes RI, 1995).
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak
dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”.
Dasar ini dinyatakan juga dapat dicuci dengan air karena mudah
dicuci dari kulit dan dilap basah, sehingga lebih dapat diterima
untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih
efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep
hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat
diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi
pada kelainan termatologik (Depkes RI, 1995).
4. Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga
disebut sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen
larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak
mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin
anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel”
(Depkes RI, 1995).

C. Penggolongan salep
1) Menurut Konsistensinya salep dapat dibagi :
a. Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensinya seperti
mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
tanpa memakai tenaga.
b. Cream (krim) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah
diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk), suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diolesi.
d. Cerata adalah salep lemak yang mengandung presentase lilin (wax)
yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).
e. Gelones/spumae/jelly adalah salep yang lebih halus, umumnya cair
dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau
basis, biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan
lemak dengan titik lebur rendah.
2) Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya, salep dapat dibagi:
a. Salep epidermis digunakan untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang
ditambahkan antiseptik anstrigensia untuk meredakan rangsangan
atau anasteti lokal. Dasar salep yang baik adalah dasar salep
senyawa hidrokarbon.
b. Salep endodermis adalah salep yang bahan obatnya menembus ke
dalam kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagian,
digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep
yang terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermis adalah salep yang bahan obatnya menembus ke
dalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan,
misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida,
beladona.

D. Kualitas Dasar Salep


Kualitas dasar salep yang ideal adalah:
1. Stabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam
kamar.
2. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi
lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,
inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang apling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit
4. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika
dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh
merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas
obatnya pada daerah yang diobati.
5. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep
padat atau cair pada pengobatan dan Lembut, mudah dioleskan serta mudah
melepaskan zat aktif (Anief, 2007). Pemilihan dasar salep tergantung pada
beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat obat yang
dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi.
Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal
untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang
terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon dari pada dasar
salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif
dalam dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja
lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air (Depkes RI, 1995).

E. Persyaratan salep
Berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik :
1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik.
2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat
keras, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep : tergantung dari sifat bahan obat dan tujuanpemakaian salep,
kecuali dinyatakan lain.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca, harus menunjukkan
susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2006).

F. Proses Pembuatan Salep


Menurut Ansel (1989), Salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu:
metode pencampuran dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu
terutama tergantung pada sifat- sifat bahannya.
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep
dicampur dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari
salep dicampurkan dengan melebur bersama- sama dan didinginkan
dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-
komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan
yang sedang mengental setelah didinginkan. Bahan yang mudah
menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran telah
cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari
komponen.

G. Peraturan-peraturan pembuatan salep (Depkes RI, 1995).


Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari :
1. Peraturan salep pertama
“Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak,
dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan”.
2. Peraturan salep kedua
“Bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada
peraturanperaturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air,
diharapkan jumlah air yang digunakan dapat diserap seluruhnya
oleh basis salep, jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis”.
3. Peraturan salep ketiga
“Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut
dalam lemak dan air harus diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak
dengan ayakan no.B.40 (no.100)”.
4. Peraturan salep keempat
“Salep-salep yang dibuat dengan melelehkan, campurannya
harus diaduk sampai dingin”

H. Keuntungan dan Kekurangan Salep


1. Keuntungan
 Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya
 Kontak sediaan dengan kulit lebih lama
 Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit ditumbuhi bakteri
 Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu
2. Kekurangan
 Terjadi tengik terutama untuk sediaan basis lemak tak jenuh
 Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dan basisinya terjadi
perubahan warna
I. Indikasi
Meredakan nyeri, otot , nyeri sendi yang berhubungan dengan terkilir,
memar ,dan cedera pada saat olahraga

J. Cara kerja
Salep sejuk adalah suatu salep yang mengandung tetes air yang relatif besar
.pada pemakaian di kulit ,tetes air akan menguap dan menyerap panas badan yang
mengakibatkan rasa sejuk .

K. Dosis
Salep sejuk digunakan dengan cara dioleskan 2-3 kali sehari (formularium
nasional edisi II, hal 229).

L. Monografi Bahan
1) Cetaceum (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 141)
a. Nama Resmi : Setaseum, Spermaceti
b. Pemerian : Massa hablur, bening, licin; putih mutiara; dan rasa
lemah
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
dingin; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P mendidih, dalam
kloroform P, dalam eter P, dalam karbondisulfida P, dalam
minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
e. Khasiat : Zat tambahan
2) Cera alba (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 140)
a. Nama Resmi : Malam Putih
b. Pemerian : Zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan;
bau khas lemah.
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol (95%) P dingin, larut dalam klorofrom P, dalam eter
P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
e. Khasiat : Zat tambahan.
3. Paraffin liquidum (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 474)
a. Nama Resmi : Parafin cair
b. Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P;
larut dalam klorofrom P dan dalam eter P.
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
e. Khasiat : Laksativum.
4. Natrii tetraboras (Farmakope Indonesia Edisi III Hal. 427)
a. Nama Resmi : Natrium Tetraborat, Boraks
b. Pemerian : Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; tidak berbau; rasa asin dan basa. Dalam udara kering
merapuh.
c. Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P; praktis tidak
larut dalam etanol (95%) P.
d. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
e. Khasiat : Antiseptikum ekstern.
5. Oleum Rosae (Farmakope Indonesia Edisi III hal 459)
a. Sinonim : Minyak mawar
b. Pemerian : Cairan; tidak berwarna atau kuning; bau
menyerupai bunga mawar, rasa khas; pada suhu 25 derajat kental,
jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur
bening yang jika dipanaskan mudah melebur
c. Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih
d. Identifikasi Campur 1 ml dengan 1 ml kloroform P, tambahkan 20
ml etanol (90%) P; campuran bereaksi asam atau netral terhadap
kertas lakmus P basah. Biarkan pada suhu 20 derajat dalam waktu
5 menit terbentuk endapan hablur.
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
f. Khasiat : Zat tambahan, pemberi aroma
6. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III hal 96)
a. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,tidal berasa
b. Kelarutan : Bercampur dengan banyak pelarut polar.
c. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
d. Stabilitas : Secara kimia, air stabil dalam semua bentuk fisik (es, cair
dan uap). Air untuk tujuan khusus harus disimpan dalam wadah
yang sesuai. Air untuk injeksi disimpan dalam wadah tertutup rapat
bersegel. Air steril untuk injeksi disimpan dalam wadah dosis tinggi.
e. Inkompatibiltas : Air dapat bereaksi dengan obat atau eksipien lain
yang dapat terhidrolisis. Air dapat bereaksi dengan logam-logam
alkali dan secara cepat dengan logam alkali tanah dan oksidasinya,
seperti kalium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam-garam anhidrat untuk membentuk hidrat dengan
berbagai komposisi, dengan material organic tertentu.
BAB III
FORMULA

A. Formula Acuan
Berdasarkan Formularium Nasional Edisi II Hal 299, salep sejuk dibuat dari :

B. Formula yang diterapkan


Usul : menambahkan oleum rosae sebagai pemberi aroma
NO NAMA BAHAN DIBUTUHKAN FUNGSI
1 Cetaceum 12,5 g Pengental
2 Cera Alba 12 g Pengikat minyak
3 Paraffinum Liquidum 56 g Meningkatkan daya sebar salep
4 Natrii Tetraboras 500 mg Pengawet antimikroba
5 Oleum Rosae qs Zat tambahan, pemberi aroma
6 Aqua Destilata 19 ml Pelarut
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

A. Perhitungan Bahan
NO NAMA BAHAN 10 g 30 g 1 Batch
10/100 x 12,5 g 30/100 x 12,5 g 1,25 g x 1000
1 Cetaceum
= 1,25 g = 3,75 g =1250 g (1,25 kg)
10/100 x 12 g 30/100 x 12 g 1,2 g x 1000
2 Cera alba
= 1,2 g = 3,6 g =1200 g (1,2 kg)
Paraffinum 10/100 x 56 g 30/100 x 56 g 5,6 g x 1000
3
Liquidum = 5,6 g = 16,8 g = 5600 g (5,6 kg)
Natrii Tetraboras 10/100 x 500 mg 30/100 x 500 mg 50 mg x 1000
4
= 50 mg = 150 mg = 50.000 mg (50 g)
5 Oleum Rosae qs qs qs
10/100 x 19 ml 30/100 x 19 ml 1,9 ml x 1000
6 Aqua Destilata
= 1,9 ml = 5,7 ml = 1900 ml (1,9 L)

B. Penimbangan Bahan
NO NAMA BAHAN 10 g 30 g 1 Batch
1 Cetaceum 1,25 g 3,75 g 1,25 kg
2 Cera alba 1,2 g 3,6 g 1,2 kg
3 Paraffinum Liquidum 5,6 g 16,8 g 5,6 kg
4 Natrii Tetraboras 50 mg 150 mg 50 g
5 Oleum Rosae qs qs qs
6 Aqua Destilata 1,9 ml 5,7 ml 1,9 L
BAB V
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA SISTEMATIS

Tabel pembagian tugas


NO TUGAS NAMA MAHASISWA
1 Persiapan bahan Hindiani Tri Junia
Naurah Cinta Sabika
2 Produksi Eliska Falensya
Putri Safitri
Rahmadina Aulia
3 Evaluasi Sediaan Rizka Riatama
Nasywa Putri Teria

a. Alat

1. Mortir
1. Cawan porselen
2. Neraca analitik
3. Erlemeyer
4. Sudip
5. Spatel
6. Etiket dan Perkamen
7. Serbet
8. Beaker glass
9. Batang pengaduk
10. Gelas ukur
11. Pipet tetes
12. Tube salep/pot obat
b. Bahan

1. Cetaceum
2. Cere Alba
3. Paraffin liquid
4. Natrii tetraboras
5. Oleum rosae
6. Aquadest
c. Prosedur Kerja (Pembuatan)
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Campurkan cetaceum, cere alba dan parrafin liquid ke dalam cawan lalu
lebur di atas penangas air
3. Larutkan natrii tetraboras di daalam erlemyer yang telah terisi dengan air
panas
4. Panaskan ssebentar larutan natrii tetraboras di atas penangas air
5. Campurkan larutan natrii tetraboras ke dalam cawan yang telah dilebur
kemudian, aduk hingga homogen
6. Dinginkan salep di atas mortir yang telah terisi dengan aquadest kemudian
cek pH salep
7. Masukkan salep ke dalam tube/pot obat
8. Tutup kemasan, beri etiket dan penandaan, masukkan ke dalam kemasan
BAB VI
EVALUASI SEDIAAN

1. Organoleptis
Keadaan yang diamati yaitu :
1. Warna
2. Bau
Pemerian dikatakan baik jika warna, dan bau tidak berubah.
2. Penentuan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
a) pH meter di kalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH nya sama
dengan pH yang akan diukur
b) Elektrode pH meter dibersihkan dan dikeringkan
c) Elektrode dicelupkan dalam emulsi yang akan diukur pH nya
d) Menekan auto read lalu enter
e) Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH
Nilai pH salep adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia.
3. Bobot Jenis
Alat : Piknometer
Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan, pada
suhu 25oC.atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20oC, masukkan kedalam
piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25oC, buang
kelebihan zat uji, timbang.Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot
piknometer yang telah diisi.Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh
dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer. Kecuali
dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25oC.
(Farmakope Indonesia IV, 1995).
4. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sediaan krim dan salep
tersebar secara merata atau tidak, pengujian dilakukan secara visual dengan
cara mengoleskan salep pada sekeping kaca. Suatu sediaan salep harus
homogen dan rata agar terdistribusi dan tidak menimbulkan iritasi. Menurut
Ulaen dkk (2012) agar obat dalam sediaan salep mendapatkan efek yang
diinginkan maka daya lekat yang besar pada tempat yang diobati, sehingga
obat tidak mudah lepas. Pengujian homogenitas dilakukan dengan
cara krim/salep ekstrak etanol daun pare dioleskan pada sekeping kaca lalu
diamati. Apabila warna merata dan tidak terdapat butir-butir halus pada
sediaan krim/salep dikatakan homogen (Hernani et al., 2012).

5. Uji Daya Sebar Salep


Daya sebar salep yang baik yaitu 5-7 cm (Cahyadi, Sidharta and To,
2019). d. Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan telah
tercampur merata dan bebas dari bahan yang masih mengumpal. Sediaan
salep menunjukkan organoleptik yang stabil. Uji daya sebar dilakukan
dengan cara 0,5 g salep diletakkan di atas kaca objek, kemudian
ditambahkan 20 g beban, didiamkan selama 1 menit dan diukur
diameter salep. Selanjutnya ditambahkan beban hingga berat beban 100 g,
dan diameter salep diukur kembali menggunakan penggaris.

6. Uji Daya Lekat Salep


Uji daya sebar pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan
sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki
daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang
baik (Naibaho dkk., 2013). Salep diletakkan secukupnya diatas gelas objek
yang telah diketahui luasnya. Diletakkan gelas objek yang lain
diatas salep tersebut. Kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit.
Kemudian dilepaskan beban seberat 50 gram dan dicatat waktunya hingga
kedua gelas objek ini terlepas. Uji Daya Sebar yang baik menunjukkan salep
semakin mudah untuk dioleskan pada kulit dan luas penyebaran salep
semakin luas, sehingga mampu meningkatkan absorpsi obat ke kulit
(Aryani, 2015). Daya sebar salep yang baik yaitu 5-7 cm (Cahyadi, Sidharta
and To, 2019).

You might also like