Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Naskah Khutbah Idul Fitri 1444 H/2023

Taqwa Sprit Membangun Masyarakat Madani

ُ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َو بَ َر َكاتُه‬


‫( هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬X9) َ‫ الَ ِإله‬,ً‫ص ْيال‬ ِ ‫ان هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ‬ َ ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُ)د ِهللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْح‬
َ‫ ال‬,ُ‫اب َوحْ َده‬ َ ‫ َوهَ َز َم اَْألحْ َز‬,ُ‫ َوَأ َع َّز ُج ْن َده‬,ُ‫ص َر َع ْب َده‬ َ َ‫) َون‬،ُ‫ق َو ْع َده‬ َ ‫ص َد‬َ ,ُ‫ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬
ُ‫ الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا‬,‫صي َْن لَهُ ال ِّدي َْن َولَ ْ)و َك ِرهَ ْال َكافِر ُْو َن‬ ِ ِ‫ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوالَ نَ ْعبُ ُد ِإالَّ ِإيَّاهُ ُم ْخل‬
‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْم ُد‬,‫َوهللاُ َأ ْكبَ ُر‬
‫لى الصِّ يَ ِام َو ْالقِيَ ِام َو َج َعلَنَا‬َ ‫ان َوَأ َعانَنا َ َع‬ َ ‫ض‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ الَّ ِذيْ َوفَّقَنَا ِِإل ْت َم ِام َشه ِْر َر َم‬
ُ‫ َوَأ ْشهَ ُ)د َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا‬,‫ نَحْ َم ُدهُ َعلَى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َو ِه َدايَتِ ِه‬,‫اس‬ ِ َّ‫ت للِن‬ ْ ‫َخي َْر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
‫ َوَأ ْشهَ ُ)د َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َخاتَ ُم‬,‫ق ْال ُمبِي ُْن‬ ُ ‫ك ْال َح‬ ُ ِ‫ْك لَهُ ْال َمل‬ َ ‫َوحْ َدهُ) الَ َش ِري‬
‫صحْ بِ ِه َوالتَّابِ ِعي َْن َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم‬ َ ‫صالَةُ) َوال َّسالَ ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َّ ‫ َوال‬,‫النَّبِيِّي َْن‬
َ َ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد ف‬
‫از‬ ِ ‫ ُأ ْو‬,ِ‫فَيَا ِعبَا َد هللا‬: ‫َأ َّما بَ ْع ُد‬,‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّدي َْن‬ ٍ ‫بِِإحْ َس‬
:‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ال هللاُ تَ َعالَى فِي ْالقُر‬ َ َ‫ق‬, ‫ َوَأ ُح ُّس ُك ْم َعلَى طَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم ْو َن‬,‫ْال ُمتَّقُ ْو َن‬
‫ضان الَّ ِذي ُأ ْن ِز َل‬ َ ‫َّح ِيم َش ْه ُر َر َم‬ ِ ‫ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬,‫َّج ِيم‬ ِ ‫ان الر‬ ِ َ‫َأ ُعو ُ)ذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيط‬
ُ‫ص ْمه‬ ُ َ‫قان فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر فَ ْلي‬ ِ ْ‫ت ِم َن ْالهُ َدى َو ْالفُر‬ ٍ ‫اس َوبَيِّنا‬ ِ َّ‫آن هُ ًدى لِلن‬ ُ ْ‫فِ ْي ِه ْالقُر‬
‫ان َم ِريْضا ً َأ ْو َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن َأي ٍَّام ُأ َخ َر ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َوال ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم‬ َ ‫َو َم ْن َك‬
َ ‫ْال ُعس َْر َولِتُ ْك ِملُوا) ْال ِع َّدةَ) َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَى َما هَ َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكر‬
‫ُون‬
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Kaum Muslimin & Muslimat Rahimakumullah.
Marilah dalam kesempatan mengawali bulan Syawal 1444 H/2023 M ini, kita
bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. dengan senantiasa
melaksanakan segala perintahnya dan berusaha secara maksimal meninggalkan segala
larangan-Nya. Dengan bekal taqwa inilah, semoga kelak kita menjadi penghuni surga,
amin ya rabbal ‘alamin.
Rasa sedih pagi ini kita sangat terasa dengan perginya bulan Ramadhan. Begitu
pula rasa bahagia itu hadir karena Allah Ta’ala masih memberikan kita umur panjang
sehingga mampu menyelesaikan ibadah selama Ramadhan hingga menjumpai malam
lailatul qadr. Hadirnya bulan Syawal kali ini tentunya menjadi sebuah renungan bagi kita
agar semangat ibadah Ramadhan tidak hilang.
Dengan takbir dan tahmid, kita melepas Ramadan 1444 H yang insya Allah telah
menempa hati, mengasuh jiwa serta mengasah nalar kita. Dengan takbir dan tahmid, kita
melepas bulan suci itu dengan hati harus penuh harap, dengan jiwa kuat penuh
optimisme, betapa pun beratnya tantangan dan sulitnya situasi. Ini karena kita menyadari
bahwa Allah Maha Besar. Allahu Akbar, Allahu Akbar..! Semua kecil dan ringan selama
kita bersama dengan Allah..
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…

Berbahagialah dan bergembiralah kita, para hamba Allah yang beriman, di hari Idul
Fitri yang mulia ini, sebagai ungkapan syukur kepada-Nya, atas keberhasilan dan
Penyusun: Usman Tahir, S.Ag
Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 1
kemenangan kita—insya Allah—dalam memperoleh anugerah besar berupa bulan
Ramadhan yang baru saja meninggalkan kita. Ramadhan yang penuh dengan rahmat dan
maghfirah Ilahi Yang Maha Rahman. Ramadhan yang bersenandung dengan keindahan
tadarus dan tilawatil Qur’an. Ramadhan yang bernuansa kasih sayang dan kepedulian
kepada sesama yang membutuhkan, Ramadhan yang berpesan kepada setiap insan agar
senantiasa dekat dengan Sang Pencipta semesta alam dan Ramadhan yang
diistimewakan dengan malam Qadar yang diagungkan melebihi seribu bulan.
Semoga semangat dan nuansa Ramadhan yang penuh dengan aktivitas ibadah
dan pengabdian kepada Allah tersebut akan senantiasa hadir dan mewarnai hari-hari kita
di bulan-bulan yang lain, dan semoga pada hari yang agung ini kita benar-benar kembali
kepada fitrah (kesucian) kita, dan kita selaku individu maupun ummat mencapai derajat
taqwa yang menjadi target utama disyariatkannya puasa di bulan Ramadhan.
َ ُ‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬
‫ون‬ َ ‫ب َعلَى الَّ ِذ‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ِ‫ين َآ َمنُوا ُكت‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬
“Wahai orang-orang yang beiman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi bertaqwa”.(QS. Al-
Baqaroh:183)
Derajat taqwa merupakan capaian tertinggi dalam tangga pengabdian seorang
hamba kepada Sang Khaliq, karena taqwa merupakan sifat ubudiyah yang hakiki, di
dalamnya tercakup semua aspek kehidupan beragama. Manusia bertaqwa adalah yang
salalu menghadirkan Allah dalam dirinya (Dzikrullah), ia merasa bahwa pengawasan Allah
selalu melekat pada setiap aktivitas hidupnya (Muraqabatullah) sehingga ia senantiasa
berada di atas jalan ketaatan kepada-Nya dan tidak melanggar aturan-aturan-Nya
(Imtitsalul-Awamir wa ijtinabun-Nawahi). Taqwa mencakup aspek keimanan, aspek
ibadah, aspek akhlak, baik yang terkait dengan kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum;
pidana dan perdata. Sifat Taqwa tetap harus menjadi landasan dalam kehidupan setiap
individu, keluarga maupun masyarakat; berbangsa dan bernegara.
Apabila kita mencermati kembali ayat-ayat Allah dalam perintah berpuasa, yaitu
surat Al-Baqarah ayat 183 dan ayat-ayat yang mengiringinya, maka kita menangkap
pelajaran yang amat jelas tentang karakteristik manusia bertaqwa, dan bahwa segala
sistem dalam Islam, mulai dari sistem aqidah dan keimanan; sistem ritual peribadatan;
sistem hubungan sosial kemasyarakatan; serta sistem penegakan hukum dan undang-
undang, semuanya disyariatkan oleh Allah dalam rangka membentuk jiwa pengabdian
manusia agar mereka senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT., sebagaimana ditegaskan
oleh Allah dalam Al-Baqarah ayat 21:
َ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ‬
‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
“Wahai manusia, mengabdilah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu senantiasa bertaqwa”
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Satu bulan penuh, kita lalui kehidupan dalam suasana puasa. Selama itu pula kita
mencoba menjadi hamba seutuhnya, menjadi hamba-Nya secara kaaffah, mengabdikan
segenap potensi kemanusiaan yang dimiliki, untuk mewujudkan rasa iman atas ajaran
yang Allah wajibkan. Dan pada saat itu pula, kita berusaha menjadi individu yang dapat
saling memahami dengan sesama untuk mewujudkan rasa solidaritas dalam semangat
ukhuwah Islamiyah. Sebab, meski puasa merupakan salah satu ajaran Islam yang
fundamental, namun pesan, spirit dan nilainya sesungguhnya bersifat universal, dan bisa
diapresiasi oleh pemeluk agama dan masyarakat manapun. Baik dalam kesamaan
ataupun kebhinekaan.
Pada momentum Iedul Fitri inilah pada akhirnya kita dapat mengevaluasi diri,
mawas diri, serta mengukur kualitas diri dalam keseluruhan amal yang kita lakukan,
khususnya dalam melewati hari-hari Ramadhan yang penuh hikmah. Bersamaan dengan
itu pula, saat ini dan di sini, kita tengah menghadapi perjalanan mewujudkan ruang
kehidupan kita yang lebih baik, kehidupan yang lebih berperadaban, tatanan kehidupan

Penyusun: Usman Tahir, S.Ag


Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 2
yang idealnya menjelma dalam tatanan sosial politik baldatun thayyibatun wa Rabbun
Ghafur.
Negeri maupun daerah yang kita huni saat ini memang punya sejarah. Bukan saja
sejarah perjalanan manusia, tapi juga sejarah yang menggariskan seribu kenangan
dengan kebaikan yang sulit dilupakan, dengan moralitas para penghuninya yang
membanggakan, mutu intelektualitas yang banyak menginspirasi, serta suasana alam
yang penuh spirit surgawi. Sebuah anugerah Allah yang tak terhitung nilainya, amanah
yang harus kita rawat bersama, agar tidak berbalik menjadi bencana alam ataupun derita
kemanusiaan.
Agar ikhtiar ini tidak terjebak dalam lubang kemubadziran, pada hari yang fitri ini,
ada baiknya kita renungkan sebuah teladan yang pernah dilalui Nabi beserta para
sahabatnya. Masyarakat Muslim pertama yang dibangun oleh Nabi adalah sebuah
komunitas unggulan, komunitas yang sarat dengan teladan kebajikan, yang kalau terus
kita teladani, Insya Allah masih relevan untuk kondisi saat ini dan juga di sini. Tatanan
masyarakat itu adalah sebuah prototipe ideal sesuai dengan zaman dan potensi yang
dimilikinya.
Jama'ah shalat Idul Fitri yang berbahagia
Dalam mewujudkan misi suci yang diemban oleh Nabi, maka Rasulullah memulai
menata kehidupan dengan berpedoman pada ajaran Islam. Melalui kebiasaan shalat
berjamaah, beliau mendidik masyarakat. Membiasakan hidup bermasyarakat yang Islami,
berperadaban, berkemajuan. Dalam shalat berjamaah, umat Islam dididik untuk memiliki
budaya yang cerdas, terhormat, dan bertanggungjawab yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip etika memilih pemimpin, kepatuhan kepada pimpinan, etika mengoreksi pimpinan,
dan bahkan cara mengganti pimpinan.
Inilah di antara isu penting dan sensitif yang seringkali membingkai kuat kehidupan
politik masyarakat kita, yang apabila terlepas dari nilai-nilai moral agama, semuanya tidak
menutup kemungkinan malah dapat mendorong tindakan-tindakan destruktif, tindak
kekerasan, pelecehan satu sama lain, saling tidak menghargai, dan pada akhirnya
terjebak pada perpecahan masyarakat. Bukankah perpecahan dan konflik itu merupakan
kondisi yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya..? Na’uzubillāhi min dzālik.
Karena itu, terlepas dari sisi-sisi adanya kesenjangan sosial, perbedaan suku dan
budaya, ataupun idiologi politik lainnya, usaha Rasulullah dalam membangun Madina jadi
kota bermartabat yang dibingkai dalam spirit wahyu, yang hingga kini tetap menjadi
magnet umat manusia seluruh dunia. Dengan demikian masih tetap relavan untuk
diteladani jika kita ingin membangun sekaligus memiliki daerah atau negeri yang penuh
dengan keberkahan.
Fondasi utamanya tentu adalah taqwa. Alqur’an dengan tegas menyebut itu.
“Seandainya penduduk suatu negeri, masyarakat suatu wilayah, warga suatu kota
bertaqwa, maka pasti Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan menumbuhkan
berkah dari bumi”. Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan warga suatu tempat hanya
dengan ukuran-ukuran fisik-material, sementara dimensi mental spiritualnya kita abaikan.
Untuk itu adalah pada tempatnya jika kita kembali mempertimbangkan langkah-
langkah penting yang pernah dilakukan Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabatnya.
Langkah-langkah itu merupakan teladan penting bagi kita dalam membangun daerah
yang bermartabat yang sekaligus Kabupaten Gorontalo Unggul. Sebab langkah-langkah
itu terbukti dalam sejarah merupakan fondasi penting dalam membangun masyarakat
Madinah yang sarat dengan teladan sepanjang masa.
Prinsip penting lainnya yang menjadi pegangan utama Nabi adalah berpegang
pada prinsip ukhuwah. Ukhuwah adalah salah satu potret penting dari masyarakat
Madinah. Tidak ada diskriminasi, atas nama apapun. Tidak ada kompetisi yang tidak
sehat, kecuali dalam bingkai “Fastabiqul Khairat”. Sejarah memperlihatkan dengan jelas
warna pluralisme Madinah, tapi Nabi tetap sanggup merawatnya dalam pedoman ajaran
yang santun.

Penyusun: Usman Tahir, S.Ag


Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 3
َ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َع‬
‫ارفُوا ۚ ِإ َّن‬
‫َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al Hujurat: 13)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…
Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan bukan hanya mengharap limpahan
pahala dari Allah Swt, namun juga bertujuan menjadikan seorang mukmin menjadi
muttaqin. Selama Ramadan manusia diikat dengan berbagai ibadah wajib maupun sunah
selama 24 jam. Aktivitas baik yang dijalankan di bulan ini pun dapat dikategorikan sebagai
ibadah.
Betapa tingginya intensitas ibadah kita di bulan Ramadan, sehingga menjadi
fasilitas bagi kita untuk dapat lebih dekat lagi kepada Sang Pencipta yang membuka
peluang bagi kita untuk dapat memperoleh apa yang kita mohonkan kepadaNya. Dengan
tingginya intensitas ibadah di bulan Ramadan, ada beberapa ganjaran yang akan diterima
seorang Mukmin. Selain dilipatgandakan pahala, ada jaminan terkabulkannya berbagai
doa yang dipanjatkan seorang Mukmin kepada Allah.
Berbagai hasil transformatif yang diperoleh dari hasil menjalankan ibadah di bulan
Ramadan, ialah berupa pembentukan individu yang semakin bertakwa. Harapannya,
dengan transformatif Ramadan ini dapat mewujudkan masyarakat madani yang bertakwa.
Wujud dari transformasi ini adalah energi besar yang kita miliki untuk mengisi bulan-bulan
berikutnya dalam kehidupan ini sehingga lebih produktif dan akan menjadi tolok ukur bagi
target transformasi berikutnya insya Allah pada Ramadan yang akan datang.
Bulan suci Ramadhan merupakan momentum untuk mewujudkan masyarakat
madani yang juga sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Kabupaten Gorontalo
sebagai Model daerah Madani. Untuk mewujudkannya, satu hal yang paling penting
adalah ‘meramadhankan’ bulan-bulan lain selain Ramadhan. Kita semua harus mampu
menjaga ritme dan intensitas ibadah kita di luar Ramadhan.
Pasca Ramadhan, umat Islam akan terbagi ke dalam tiga golongan. “Pertama
mereka yang taat beribadah sebelum, saat dan pasca Ramadhan. Inilah hamba-hamba
Allah yang senantiasa berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.” Golongan kedua,
mereka yang lalai beribadah sebelum Ramadhan, lalu saat Ramadhan menjadi taat,
namun usai Ramadhan mereka kembali menjadi orang-orang yang lalai. Dan mereka yang
termasuk ke dalam golongan ketiga, ialah la haula wala quwata ilabillah. Sebelum
Ramadhan ketaatan mereka biasa-biasa saja, saat Ramadhan pun begitu, dan pasca
Ramadhan pun biasa-biasa saja. Tidak ada pengaruh ibadah dalam bulan suci Ramadhan
kepada mereka.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…
Dalam aspek keimanan, manusia bertaqwa adalah orang yang yakin akan
kebenaran Islam, bahwa Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu menjadi solusi
bagi segala permasalahan kehidupan, karena ajaran ini berasal dari sang Maha Pencipta,
Yang Maha Mengetahui akan segala rahasia dan hajat yang dibutuhkan oleh manusia dan
Maha Mengatur serta Memelihara segala permasalahan makhluk-Nya. Bangunan
keimanan utuh dan tidak parsial; yakni membenarkan sebagian ajaran Islam dan ingkar
kepada sebagian ajaran yang lain. Allah berfirman:
ِ ‫ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن َآ َم َن بِاهَّلل‬
ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ِ ‫ْس ْالبِ َّر َأ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬ َ ‫لَي‬
َ ‫ب َوالنَّبِي‬
‫ِّين‬ ِ ‫و ْاليَ ْو ِم اَآْل ِخ ِر َو ْال َماَل ِئ َك ِة َو ْال ِكتَا‬ 
َ
Penyusun: Usman Tahir, S.Ag
Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 4
“Bukanlah kebajikan itu kalau kamu memalingkan wajah ke timur dan ke barat
(untuk mencari ajaran lain selain Islam), tetapi kebajikan yang sesungguhnya adalah
beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kita, dan nabi-nabi”.(QS. Al-
Baqaroh:177)
Di bidang sosial, manusia bertaqwa adalah orang yang memiliki kepedulian yang
tinggi kepada lingkungannya, baik sosial maupun alam. Sekalipun ia sangat sayang
kepada hartanya tetapi ia tetap peduli untuk membantu sesamanya yang membutuhkan.
Pada aspek ibadah mahdhah, orang yang bertaqwa selalu konsisten dalam mengerjakan
shalat dan menunaikan zakat:
َّ ‫َوَأقَا َم ال‬
َ‫صاَل ةَ) َوَآتَى ال َّز َكاة‬
Manusia bertaqwapun adalah mereka yang memiliki integritas kepribadian yang
tinggi, teguh dalam menunaikan amanat dan janjinya, sabar dalam menghadapi berbagai
ujian dan rintangan di jalan perjuangan.
Pada level kenegaraan, salah satu bukti ketaqwaan haruslah diimplementasikan
dalam bentuk penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan Ilahi. Karena hanya
dengan ketegasan hukum di semua level masyarakat dan pelaksanaannya yang tanpa
pandang bulu, akan terjamin keamanan, ketenangan dan kelangsungan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara secara adil, sejahtera dan aman sentausa. Dengan
demikian, kehidupan beragama dan ketaqwaan masyarakat menjadi terjamin dan
berkembang secara baik.
Dalam beribadah puasapun, target untuk menjadi manusia bertaqwa juga
dicanangkan oleh Allah SWT. Dan untuk mencapai tujuan jiwa yang taqwa tersebut
Rasulullah SAW memberikan arahan:
“Puasa merupakan prisai,karena itu apabila seseorang di antara kamu sedang
berpuasa maka janganlah berkata/berbuat rafats (jorok, porno dll) dan berbuat bodoh
(jahiliah, fanatisme pribadi/golongan), dan jika ia dimusuhi atau dicaci-maki oleh orang
lain, maka hendaklah ia berkata: sesusngguhnya aku sedang berpuasa”.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…
Inti ajaran dalam berpuasa adalah kemampuan mengendalikan diri dari prilaku-
prilaku yang menyimpang, yang disebabkan oleh sifat serakah terhadap harta, ambisi
jabatan dan nafsu birahi. Suatu negara yang dipenuhi orang-orang yang serakah dan
ambisius serta merajalelanya pornografi dan pornoaksi di mana-mana, maka negara
tersebut akan menjadi negara yang terkutuk dan terancam siksaan yang mengerikan dari
Allah, Tuhan semesta alam.
Begitu pula apabila negara penuh dengan sikap jahiliyah yang intinya berupa
fanatisme kelompok, suku, ras, kampung, geng bahkan nasionalisme sempit yang
mengukur kebenaran pada kelompok dan bukan atas dasar rasionalitas dan hati nurani
yang bersumber dari ajaran Ilahi, maka negara seperti ini terancam disentigrasi,
perpecahan. Karena itulah Rasulullah Saw, menyebut bahwa segala bentuk jargon,
simbul-simbul jahiliyah dan fanatisme golongan ini adalah busuk dan menjijikkan. Karena
yang hanya bisa menyatukan semua elemen bangsa dan ummat hanyalah agama Tauhid,
agama Allah Swt. Pada suatu ketika ada seorang muslim dari kalangan Muhajirin
bertengkar dengan saudaranya dari kalangan Anshar, lalu keduanya memanggil
kawannya masing-masing, sehingga nyaris terjadi tawuran antar kelompok kaum
muslimin. Ketika Rasulullah SAW menerima laporan mengenai kejadian itu, beliau
bergegas datang, dan berkata :
“Mengapa masih ada kebiasaan Jahiliyah (ditengah-tengah kalian). Mereka
mengatakan: ya Rasulullah, ada orang muhajirin menendang seorang dari Anshar. Maka
beliau berkata: Tinggalkanlah kebiasaan jahiliyah, sebab itu sangat busuk dan
menjijikkan”.
Jika nilai-nilai taqwa di atas mampu direfleksikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, maka akan terwujud sebuah tatanan masyarakat yang kita cita-citakan, yaitu
Masyarakat Madani yang merupakan warisan dari Sunnah Nabawiyah, sebuah komunitas
yang hadir melalui perjuangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw, dengan

Penyusun: Usman Tahir, S.Ag


Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 5
bingkai Piagam Madinah yang diakui oleh para pakar sebagai konstitusi tertua di dunia
yang sangat modern, dan menghadirkan fakta historis tentang pengelolaan negara
berbasiskan pada prinsip hukum, moral yang ditopang oleh keimanan; menghormati
pluralitas; dan bergotong-royong untuk menjaga kedaulatan negara. Hal ini sejalan
dengan konteks masyarakat Indonesia masa kini yang merealisasikan Ukhuwah Islamiyah
(Ikatan Keislaman), Ukhuwah Wathaniyah (Ikatan Kebangsaan) dan Ukhuwah Basyariyah
(Ikatan Kemanusiaan) dalam bingkai NKRI.
Semoga dengan teraplikasikannya nilai-nilai taqwa dari ibadah Ramadhan dan
ibadah yang lain di dalam kehidupan kita, Allah SWT akan merealisasikan janji-Nya buat
bangsa dan negara ini. Aamiin… Allahhumma Aamiin.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd,
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…
Selamat jalan Ramadhan…, dan semoga kita masih bisa bertemu kembali…
Akhirnya marilah kita berdoa, menundukkan kepala, memohon kepada Allah Yang
Maha Rahman dan Maha Rahim untuk kebaikan kita dan umat Islam dimana saja berada.
Semuanya, mari kita bersimpuh mohon ampun serta berdo’a kepada Allah. Al-Faatihah…!
‫اللهم صل على محمد وعلى آل محمد‬.......
‫ان َواَل تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغاًّل‬ ِ ‫ين َسبَقُونَا بِاِإْل ي َم‬ )َ ‫الَّلهَ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ ِدي َْن َوِإِل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ‬
‫ َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِإ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا‬،‫وف َر ِحي ٌم‬ ٌ ‫ك َر ُء‬ َ َّ‫ين َءا َمنُوا َربَّنَا ِإن‬ )َ ‫لِلَّ ِذ‬
ُ‫ت ْال َوهَّاب‬ َ ‫ك َأ ْن‬َ َّ‫ك َرحْ َمةً ِإن‬ َ ‫ِم ْن لَ ُد ْن‬
Ya Allah yaa Mujibassailin…, Kami sadar kalau kami belum sempurna menjadi
hamba-Mu seperti yang Engkau inginkan.. Tapi kami tetap ingin setiap langkah kami
senantiasa mendapat Ridla-Mu.. Kami masih sering gelap menemukan jalan menuju
ampunan-Mu.. Padahal betapa banyak kealfaan yang kami lakukan..
Ya Allah… Kami malu meminta kepada-Mu di tengah kelalaian dalam menegakkan
ajaran-Mu.. Sementara rasa takut akan murka-Mu pun tak pernah berhenti menyelimuti
kami..
Karena itu kami mohon wahai Tuhan Yang Maha Pemberi…, Limpahkan kepada
kami kecintaan dan ampunan-Mu... Taburkan pula kepada ibu-bapak kami seluruh rahman
dan rahim-Mu.. Agar kami dapat memperbaiki amal dan ibadah kami.. Agar ke depan kami
tetap terpelihara bersama hamba-hamba-Mu yang shalih… Agar tidak ada lagi
kegelisahan yang dapat memenjara kehidupan kami
Ya Allah Ya Rabbana…, Dalam menempuh perjalanan usia yang kian menepi ini,
kami tidak ingin berujung dalam kekufuran ataupun ketakaburan... Agar seluruh napas
yang kami hembuskan selalu memancarkan pesan tauhidullah…, Agar setiap langkah
yang kami kerjakan selalu memberikan warna tauhidul ummah.., Agar keseluruhan hidup
yang kami jalani ini senantiasa menjadi amal ibadah.
Untuk itu wahai Ya Allah.. Ya Rabbul ‘Izzati.., Hindarkan kami dari tindakan
menyekutukan-Mu dengan cara dan alasan apapun.. Hindarkan kami dari sikap dan
perilaku permusuhan di antara sesama kami… Hindarkan kami dari kebiasaan menyia-
nyiakan waktu untuk mengabdi hanya kepada-Mu.
Ya Allah.. Tuhan Yang Maha Ghafur.., Janganlah Engkau hukum kami lantaran
kami lupa atau kami tersalah… Ya Allah janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat, sebagaimana Engkau telah bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Allah… janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup
memikulnya… Maafkanlah kami… Ampunilah kami.. Rahmatilah kami… Engkau-lah
penolong kami.., Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Ya Allah Yang Maha Rahiim.., Jadikan ramadhan dan iedul fitri ini sebagai
momentum pengampunan bagi kami.. Pertemukan kembali kami dengan bulan yang
penuh maghfirah ini.. Jangan Engkau jadikan ramadhan tahun ini ramadhan yang terakhir
bagi kami… Tapi sekiranya Engkau jadikan ramadhan tahun ini yang terakhir bagi kami…
Maka gantilah dengan sorga-Mu untuk kami.
Penyusun: Usman Tahir, S.Ag
Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 6
‫‪Ya Allah Ya Ghofuur… Ampunilah dosa kami, dosa ibu dan bapak kami..‬‬
‫‪Taburkanlah benih-benih keimanan pada kami. Terimalah rintihan ini wahai Tuhan Yang‬‬
‫‪Maha Mendengar.. Kabulkan segala permintaan kami wahai Tuhan Yang Maha Pemberi..‬‬
‫‪Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.‬‬
‫ان اللَّهُ َّم تَقَبَّلْ َأ ْع َملَنَا ِفي‬ ‫ان اللَّهُ َّم تَقَبَّلْ َأ ْع َملَنَا ِفي َر َم َ‬
‫ض َ‬ ‫ض َ‬ ‫اللَّهُ َّم تَقَبَّلْ َأ ْع َملَنَا ِفي َر َم َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫ان‪َ ,‬ربَّنَا آتِنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ض َ‬ ‫َر َم َ‬
‫ك َو َع َسا ُك ْم‪ ‬‬ ‫ار ٌ‬‫تَقَب ََّل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُكم تَقَب ََّل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُكم‪  ‬تَقَب ََّل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُكم‪ِ ,‬ع ْي ُد ُك ْم ُمبَ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه‬ ‫ِم َن ال َعاِئ ِدي َْن َوالفَاِئ ِزي َْن ُكلُّ َع ٍام َوَأ ْنتُ ْم بِ َخي ٍْر‪َ ,‬و َ‬
‫آخ ُ)ر َد ْع َوانَا َأ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ‬ ‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‪َ ,‬و ِ‬ ‫صحْ بِ ِه و َ َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس ٍ‬ ‫َو َ‬
‫ْ‬
‫‪.‬ال َعالَ ِمي َْن‬
‫َوال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َو بَ َر َكاتُهُ‬

‫‪Penyusun: Usman Tahir, S.Ag‬‬


‫‪Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo‬‬ ‫‪7‬‬

You might also like