Analisis Strategi Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Bogor Dalam Mengembangkan Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar Di Kecamatan Cibinong Kabupten Bogor

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 160

ANALISIS STRATEGI DINAS PETERNAKAN DAN

PERIKANAN KABUPATEN BOGOR DALAM


MENGEMBANGKAN SISTEM AGRIBISNIS
IKAN HIAS AIR TAWAR DI
KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN BOGOR

Randi Andika
H34060995

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ANALYSIS OF BOGOR DISTRICT ANIMAL HUSBANDRY
AND FISHERY SERVICE STRATEGY IN DEVELOPING
AGRIBUSINESS SYSTEM OF FRESHWATER
ORNAMENTAL FISH IN REGENCY CIBINONG
BOGOR DISTRICT

Randi Andika1)
1)
Mahasiswa, Departemen Agribisnis FEM IPB, H34060995, Semester 8

ABSTRACT
Indonesia is an agrarian and maritime country. This is because Indonesia
has a variety of agricultural and fisheries diversity. One commodity of fisheries
that has the potential yield commodities is a freshwater ornamental fish. One of
the provinces which became centers of freshwater ornamental fish producers are
West Java Province. Bogor Regency is one of regencies in West Java Province
who launched the freshwater ornamental fish as one of the leading fishery
commodity in the One Village One Product Program (OVOP). However, there are
many problems between the freshwater ornamental fish business units in the
District of Cibinong. One way to solve this problem is to develop agribusiness
paradigm. With the increased role of local governments through a system of
regional autonomy, the Animal Husbandry and Fishery Service (Disnakkan) have
a role and responsibility to solve these problems. Disnakkan requires a strategy
that was formulated based on internal factors and external factors. This study
aimed to identify factors internal and external and chose the right strategy to
Disnakkan in developing agribusiness system of freshwater ornamental fish in
Cibinong District. This study uses analysis of internal and external condition for
analyzing the internal factors and external. SWOT Analysis is used to generate
alternatives strategies.
Keywords : Agribusiness Paradigm, Cibinong District, Disnakkan, internal and
external condition analysis, and SWOT matrix
RINGKASAN

RANDI ANDIKA. H34060995. 2010. Analisis Strategi Dinas Peternakan


dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam Mengembangkan Sistem Agribisnis
Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Di bawah bimbingan BAYU KRISNAMURTHI).

Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki Potensi di


bidang perikanan. Salah satu komoditas perikanan yang menjadi komoditas
ekspor unggulan Indonesia adalah ikan hias air tawar. Salah satu provinsi yang
menjadi penghasil ikan hias air tawar adalah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten
Bogor adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mencanangkan
ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan dalam program One Village One
Product (OVOP). Kecamatan Cibinong adalah salah satu kecamatan di
Kabupaten Bogor yang dicanangkan dalam program OVOP tersebut sebagai
daerah sentra produksi ikan hias air tawar. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor
melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) berperan untuk membantu,
memfasilitasi dan turut mengembangkan komoditas ikan hias air tawar tersebut
untuk menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Cibinong. Berbagai
permasalahan yang dihadapi untuk mengembangkan ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong perlu diselesaikan dengan menggunakan paradigma sistem
agribisnis agar seluruh stakeholders ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
dapat merasakan peningkatan kesejahteraan. Tujuan peningkatan kesejahteraan
ini mendorong Disnakkan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk mencapai
tujuan tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengidentifikasi dan menganalisis
faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi Disnakkan
dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong, dan (2) merumuskan dan menetapkan alternatif-alternatif strategi
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong.
Penelitian ini dilaksanakan di Disnakkan Kabupaten Bogor dan di
Kecamatan Cibinong. Proses pengumpulan data dilaksanakan selama bulan April
hingga Juni 2010. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder.
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang yang dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengolahan dan analisis data
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dalam penelitian ini meliputi
analisis kondisi faktor strategis internal dan eksternal, dilanjutkan dengan analisis
matriks Strengths, Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT).
Dari hasil analisis kondisi internal, faktor Anggaran program
pengembangan ikan hias air tawar Disnakkan menjadi kekuatan yang berpengaruh
paling signifikan, sedangkan faktor kondisi sarana dan prasarana Disnakkan
menjadi faktor kelemahan yang berpengaruh signifikan.
Hasil analisis kondisi eksternal, faktor saluran dan sarana pemasaran
menjadi faktor peluang yang berpengaruh signifikan, sedangkan faktor

ii
keterbatasan anggaran program GMM Kabupaten Bogor menjadi faktor ancaman
yang berpengaruh signifikan.
Analisis matriks SWOT memberikan beberapa alternatif strategi untuk
Disnakkan, seperti : (1) meningkatkan program dan kegiatan fasilitas kemitraan
usaha ikan hias air tawar, (2) memfasilitasi penguatan kelembagaan (kelompok
tani dan Himbudias) usahatani ikan hias air tawar, (3) meningkatkan program dan
kegiatan promosi ikan hias air tawar, (4) meningkatkan kuantitas dan kualitas
SDM atau kepegawaian Disnakkan, (5) meningkatkan kegiatan penyuluhan dan
bimbingan usahatani, dan (6) meningkatkan kinerja fasilitas Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor dan akses permodalan dan informasi.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini bagi Disnakkan adalah agar
Disnakkan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap kesesuaian program
dan kegiatan yang dilakukan dengan kondisi keanekaragaman yang ada di setiap
kelompok tani dan Himbudias di Kecamatan Cibinong. Selain itu, Disnakkan
juga perlu untuk mengkaji berbagai strategi yang telah dilakukan untuk kemudian
disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal
maupun internal Disnakkan.

iii
ANALISIS STRATEGI DINAS PETERNAKAN DAN
PERIKANAN KABUPATEN BOGOR DALAM
MENGEMBANGKAN SISTEM AGRIBISNIS
IKAN HIAS AIR TAWAR DI
KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN BOGOR

RANDI ANDIKA
H34060995

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

iv
Judul Skripsi : Analisis Strategi Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor Dalam Mengembangkan Sistem
Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor
Nama : Randi Andika
NIM : H34060995

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS


NIP. 19641018.198903.1.001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 19580908.198403.1.002

Tanggal Lulus :

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam Mengembangkan
Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong Kabupaten
Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Randi Andika
H34060995

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juli 1988. Penulis adalah


anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Wawan Setiawan dan
Ibunda Neneh Mukraesih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Ciluar 1 Bogor pada
tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di
SLTPN 8 Kota Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Kota
Bogor diselesaikan pada tahun 2006.
Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor tahun 2006 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Sharia Economic
Student Club (SES-C) IPB pada tahun 2007-2008 dan Ketua Divisi Riset SES-C
pada tahun 2008-2009.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Strategi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Dalam
Mengembangkan Sistem Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor
eksternal dan internal serta merumuskan dan menetapkan prioritas strategi bagi
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor,Agustus 2010
Randi Andika

viii
UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.
2. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Drs. Iman Firmansyah, MSi selaku dosen pembimbing akademik penulis.
5. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan
maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.
6. Bapak drh. Soetrisno, MM selaku Kepala Disnakkan Kabupaten Bogor, serta
kepada Bapak Wawan Setiawan dan Ibu Nina Trisnaningsih sebagai Kabid
Bina Usaha dan Kabid Produksi Perikanan serta kepada Bapak Deden
Sukmaaji, Ibu Yeni Andriani, Bapak Dede Baharudin, Ibu Elis Risyani, dan
Ibu Meity Sugiharti Hadiningrum yang telah memberikan bantuan dan
arahannya dalam penelitian ini.
7. Pihak Kecamatan Cibinong yang diwakili oleh Bapak Encep Wahyu K, BE
sebagai Kasi Perekonomian Kecamatan Cibinong serta pihak Bappeda
Kabupaten Bogor yang diwakili oleh Bapak Endi Rohendi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan bantuannya.
8. Pihak Raiser Cibinong yang diwakili oleh Bapak Asep dan Bapak Akri yang
telah memberikan bantuan dan penjelasan mengenai peran Riser.
9. Bapak Achmad Kusumayadi sebagai Ketua Himbudias Kecamatan Cibinong
yang telah memberikan arahan, bimbingan, didikan, dan pengalaman selama

ix
peneliti melakukan Gladikarya dan Penelitiannya serta kepada seluruh
anggota kelompok tani Mina Kencana.
10. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik.
11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak
menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Agustus 2010


Randi Andika

x
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................. 10
1.3. Tujuan ...................................................................................................... 12
1.4. Manfaat .................................................................................................... 12
1.5. Ruang Lingkup ........................................................................................ 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 14


2.1. Deskripsi Ikan Hias ................................................................................. 14
2.2. Usaha dan Budidaya Ikan Hias ............................................................... 15
2.3. Aspek Agribisnis Sebagai Sistem dan Paradigma Pembangunan
Pertanian .................................................................................................. 18
2.4. Konsep Otonomi Daerah dan Kedudukan Dinas .................................... 21
2.5. Aspek Manajemen Strategi...................................................................... 23
2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 25

III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................... 28


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis................................................................... 28
3.1.1. Konsep Sistem Agribisnis ............................................................. 28
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal ................................. 31
3.1.3. Konsep Perumusan Strategi........................................................... 32
3.1.3.1. Tahap Input ....................................................................... 33
3.1.3.2. Tahap Pencocokan ............................................................ 33
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................ 35

IV. METODE PENELITIAN ............................................................................. 38


4.1. Lokasi dan Waktu .................................................................................... 38
4.2. Metode Pengambilan Sampel .................................................................. 38
4.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 39
4.4. Metode Pengolahan Data......................................................................... 40
4.5. Tahap Perumusan Strategi ....................................................................... 40
4.6. Definisi Operasional ................................................................................ 44

V. GAMBARAN UMUM .................................................................................. 47


5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong ................................................. 47
5.1.1. Letak Geografis ............................................................................. 47
5.1.2. Sumber Daya Alam ....................................................................... 48
5.1.3. Sumber Daya Manusia .................................................................. 49
5.1.4. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 50
xi
5.1.5. Potensi Pertanian ........................................................................... 51
5.1.6. Potensi Perikanan .......................................................................... 52
5.2. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor .................................................................................... 58
5.2.1. Dasar Pembentukan ....................................................................... 58
5.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................... 59
5.2.3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Kebijakan .................................. 59
5.2.4. Struktur Organisasi ........................................................................ 63
5.2.5. Sumber Daya Manusia (SDM) ...................................................... 66
5.2.6. Sarana dan Prasarana ..................................................................... 66
5.2.7. Program dan Anggaran .................................................................. 67

VI. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL ......................... 72


6.1. Faktor Strategis Internal .......................................................................... 72
6.1.1. Faktor Kekuatan ............................................................................ 72
6.1.2. Faktor Kelemahan ......................................................................... 80
6.2. Faktor Strategis Eksternal........................................................................ 84
6.2.1. Faktor Peluang ............................................................................... 84
6.2.2. Faktor Ancaman ............................................................................ 98

VII. FORMULASI STRATEGI ........................................................................ 106


7.1. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal ................................................ 106
7.1.1. Analisis Kondisi Internal ............................................................. 106
7.1.1.1. Faktor-Faktor Kekuatan ................................................. 107
7.1.1.2. Faktor-Faktor Kelemahan ............................................... 108
7.1.2. Analisis Kondisi Eksternal .......................................................... 108
7.1.2.1. Faktor-Faktor Peluang .................................................... 110
7.1.2.2. Faktor-Faktor Ancaman ................................................. 111
7.2. Analisis Matriks SWOT ........................................................................ 112

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 118


8.1. Kesimpulan ............................................................................................ 118
8.2. Saran ...................................................................................................... 119

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 121


LAMPIRAN ............................................................................................................ 124

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2010*** (Milyar Rupiah) ............................ 1
2. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut
Komoditas Utama Tahun 2005-2008 (Dalam US$) ..................................... 4
3. Pencapaian Produksi Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009 .................. 6
4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Disnakkan ................................ 42
5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Disnakkan .............................. 42
6. Matriks SWOT ........................................................................................... 44
7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong ................................... 47
8. Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan Utama
di Kecamatan Cibinong Tahun 2008 .......................................................... 49
9. Potensi Pertanian di Kecamatan Cibinong Tahun 2008 ............................. 52
10. Jumlah Rumah Tangga (RTP), Luas Areal, dan
Produksi Berdasarkan Jenis Usaha Perikanan yang Diusahakan
di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 ........................................................ 52
11. Jumlah Produksi Setiap Komoditas Ikan Konsumsi
di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 .......................................................... 53
12. Produksi Ikan Hias Air Tawar yang Dibudidayakan
di Kecamatan Cibinong Tahun 2009 .......................................................... 54
13. Sasaran-Sasaran dan Indikator Disnakkan Kabupaten Bogor
Tahun 2009-2013 ....................................................................................... 62
14. Analisis Kondisi Internal .......................................................................... 107
15. Analisis Kondisi Eksternal ....................................................................... 109
16. Matriks SWOT Disnakkan Kabupaten Bogor .......................................... 117

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor
Tahun 2002-2009 ........................................................................................ 5
2. Kegiatan Produksi Akuakultur On Farm ................................................... 17
3. Sistem Agribisnis ....................................................................................... 29
4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .............................................. 37
5. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor ........................................................................................ 65
6. Saluran Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Cibinong
Tahun 2009 ................................................................................................. 93

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Jenis-Jenis Ikan Hias Air Tawar Unggulan Indonesia ............................. 125
2. Daftar Nama Pejabat Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun 2009 ............ 127
3. Produksi, Luas Areal, dan Jumlah RTP Ikan Hias di Kabupaten
Bogor Tahun 2009 .................................................................................... 129
4. Program dan Kegiatan Disnakkan Tahun 2009 ........................................ 130
5. Daftar Inventaris Tanah Milik Disnakkan Kabupaten Bogor................... 133
6. Daftar Inventaris Gedung dan Bangunan Milik Disnakkan
Kabupaten Bogor ...................................................................................... 134
7. Kuesioner Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal ........................... 137

xv
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia telah dikenal sebagai negara maritim dan agraris. Indonesia
disebut negara maritim karena lautan mendominasi wilayah negara Indonesia.
Lautan tersebut memberikan sumber daya yang melimpah untuk kesejahteraan
masyarakatnya. Sumber daya yang melimpah ini tidak hanya berasal dari lautan
saja, akan tetapi di daratan pun Indonesia memiliki sumber daya yang tak kalah
potensialnya. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia juga disebut sebagai
negara agraris. Daratan tersebut tersebar di sekitar 17.508 buah pulau yang
terkenal akan kesuburan tanahnya yang cocok untuk kegiatan bercocok tanam
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Tabel 1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku Menurut


Lapangan Usaha Tahun 2007-2010*** (Milyar Rupiah)
No Lapangan Usaha 2007 2008* 2009** 2010***(Q1)
Pertanian, Peternakan,
541.592 713.291 858.252 239,387
1 Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan
440.610 543.364 591.532 168.103
2 Penggalian
3 Industri Pengolahan 1.068.654 1.380.736 1.480.905 380.957
Listrik, Gas, dan Air
34.724 40.847 46.823 11.710
4 Bersih
5 Konstruksi 304.997 419.322 554.982 150.429
Perdagangan, Hotel, dan
592.304 692.119 750.605 207.982
6 Restoran
Pengangkutan dan
264.263 312.454 352.407 93.392
7 Komunikasi
Keuangan, Real Estate,
305.214 368.130 404.116 107.600
8 dan Jasa
9 Jasa-jasa 398.197 483.771 573.819 139.164
Produk Domestik Bruto 3.950.893 4.954.029 5.613.442 1.498.723
Produk Domestik Bruto Tanpa
3.534.407 4.426.385 5.146.512 1.375.234
Migas
Keterangan : *Angka Sementara,** Angka Sangat Sementara dan ***Angka Sangat
Sangat Sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik 2010 (diolah)

Potensi sumber daya yang dipaparkan tersebut menyediakan bahan


pemikiran bagi kita bahwa sektor perikanan merupakan salah satu sektor
penggerak roda perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk
Domestik Bruto (PDB) dari sektor perikanan yang tergabung bersama sektor

1
pertanian, peternakan, dan kehutanan yang menduduki posisi ketiga terbesar.
Sumbangan PDB untuk masing-masing sektor lapangan usaha dapat dilihat pada
Tabel 1.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan tahun 2007 hanya menempati posisi ketiga sebagai penyumbang
Produk Domestik Bruto (PDB) di bawah sektor industri pengolahan dan sektor
Perdagangan, hotel, dan restoran. Namun, apabila digunakan analisis sektor
agribisnis yang memperhitungkan industri pengolahan dan sistem tataniaga, maka
sektor pertanian secara luas merupakan penyumbang utama PDB. Di sisi yang
lain, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menempati posisi
sebagai penyumbang PDB terbesar kedua dalam perhitungan sementara pada
tahun 2008 hingga triwulan pertama tahun 2010.
Apabila sektor pertanian tersebut dibagi menjadi subsektor tanaman bahan
makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-
hasilnya, subsektor kehutanan, serta subsektor perikanan, maka posisi subsektor
perikanan sendiri menempati posisi kedua setelah tanaman bahan makanan
sebagai penyumbang PDB terbesar dari tahun 2007 hingga triwulan pertama
tahun 2010 (angka sangat sangat sementara) dari sektor lapangan usaha pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Tercatat bahwa dari tahun 2007 hingga
angka sangat sangat sementara tahun 2010 sektor perikanan menyumbang
pendapatan sebesar Rp 97.697 ; 109.008 ; 177.774 dan 46.445 milyar Dengan
demikian, sektor perikanan merupakan sektor yang sangat penting untuk
menggerakkan roda perekonomian nasional.
Salah satu komoditas unggulan dari sektor perikanan adalah ikan hias.
Indonesia merupakan negara dengan potensi ikan hias yang besar. Ikan hias dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu ikan hias air laut dan air tawar. Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi untuk spesies ikan hias air laut dan air
tawar. Ikan hias air laut yang dimiliki oleh Indonesia sekitar 650 spesies dan
spesies yang sudah diperdagangkan sekitar 200 spesies dari 480 spesies yang telah
diidentifikasi. Jenis-jenis ikan hias air laut Indonesia yang memiliki nilai jual
tinggi di pasaran internasional, seperti: Clown Fish (Amphiprion ocellaris) dan
Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni). Indonesia mempunyai ikan hias air

2
laut dengan pangsa pasarnya di dunia internasional sebesar 20 persen, dimana 95
persen merupakan hasil tangkapan dan baru lima persen sisanya merupakan hasil
budidaya masyarakat1
Di lain pihak, jumlah spesies ikan hias air tawar Indonesia diperkirakan
sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di seluruh dunia.
Komoditas ikan hias asal Indonesia yang menjadi unggulan, antara lain : Arwana
(Schleropages formosus sp) terutama spesies Super Red Arwana dan spesies Red
Banjar, Botia (Botia macrachanta sp), serta Cupang (Beta splendens). Dalam
rangka meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan ikan hias air tawar, Indonesia
telah berhasil melakukan domestikasi terhadap ikan hias asal negara lain seperti
Koi (Cyrpinus carpio), Maskoki (Carrasius auratus), Discuss (Symphysodon
discus), dan Guppy (Poecilia reticulata)2. Spesies-spesies ikan hias air tawar
tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1
Keanekaragaman ikan hias ini disebabkan oleh posisi geografis Indonesia
yang berada di wilayah khatulistiwa sehingga Indonesia berada dalam wilayah
iklim tropis. Iklim tropis menyebabkan lingkungan perairan kaya akan sinar
matahari yang menjadi sumber energi utama bagi tanaman air dan plankton yang
menjadi pakan utama ikan hias. Selain itu, lingkungan yang nyaman dan sesuai
menyebabkan keanekaragaman ikan hias menjadi semakin tinggi. Keadaan ini
ditambah dengan kenyataan bahwa Indonesia adalah negara dengan garis pantai
terpanjang di dunia yaitu mencapai 95.181 kilometer. Garis pantai yang panjang
ini menyediakan ruang bagi nelayan untuk memanfaatkan sumber daya
perairannya (ikan tambak dan tangkap untuk konsumsi dan ikan hias). Suatu hal
yang pantas bila Indonesia dijuluki sebagai surga ikan hias3.
Dalam perdagangan ikan hias global, Indonesia memiliki pangsa pasar
sebesar 7,5 persen, sedangkan Singapura telah mencapai 22,8 persen. Padahal,
sekitar 90 persen dari kebutuhan ikan hias Singapura berasal dari Indonesia.
Secara tersirat sebenarnya Indonesia lah yang menjadi negara penghasil ikan hias
terbesar di dunia yaitu mencapai hampir 30 persen dari total ekspor ikan hias

1
Soen’an H. Purnomo. 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias.
http://www.indonesia.go.id/id/index.php. [ 5 Februari 2010]
2
Loc.cit
3
http://www.kompas.com/read/xml/2009/...njemput.Impian. Diakses pada 8 Februari 2010.

3
dunia. Sedangkan negara importir terbesar ikan hias pada tahun 2004 berturut-
turut adalah Amerika Serikat (25,3 persen), Jepang (11,6 persen) dan Jerman (9,2
persen)4. Ikan hias air tawar masih mendominasi nilai ekspor ikan hias Indonesia
pada tahun 2005. Nilai ekspor ikan hias air tawar mencapai 53,56 persen dari
total ekspor ikan hias di tahun 2005. Sedangkan untuk volume ekspor ikan hias,
persentase ikan hias air laut masih menjadi yang tertinggi yaitu mencapai 84,33
persen dari total ekspor ikan hias pada tahun 2005.

Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas


Utama Tahun 2005-2008 (Dalam US$)
Tahun
Komoditas
2005 2006 2007 2008
Benih ikan
524.173 541.483 870 643
hias
Ikan hias laut 6.377.644 5.619.036 5.388.484 5.429.687
Ikan hias air
tawar 7.484.913 3.272.994 1.917.161 2.852.226
Tanaman Air 3.082.608 4.403.489 1.206.146 598
Total 17.469.338 13.837.002 9.381.505 9.524.040
Sumber : Raiser Ikan Hias, 2010

Tabel 2 menunjukkan nilai dan kenaikan ekspor ikan hias air tawar dari
tahun 2005 hingga tahun 2007 mengalami penurunan yang cukup signifikan bila
dibandingkan dengan komoditas utama sektor perikanan yang lain. Hal ini
dikarenakan permintaan yang menurun pada rentang waktu tersebut. Sedangkan
untuk tahun 2007 hingga 2008 mengalami kenaikan. maka komoditas ikan hias
harus segara menjadi perhatian bagi pemerintah untuk dikembangkan kembali.
Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra penghasil ikan hias di
Indonesia telah mengekspor ikan hias ke beberapa negara. Negara-negara tujuan
ekspor tersebut antara lain Jepang, Perancis, Jerman, Denmark, Benua Afrika,
Belanda, Arab Saudi, Singapura, Belgia, Korea, dan Filipina. Total nilai ekspor
ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai US$ 58.318,65. Nilai
ekspor ini mengalami peningkatan di tahun 2007 yang mencapai US$ 319.506,8.

4
Soen’an H. Purnomo. 2008. DKP dan LIPI Kembangkan Ikan Hias.
http://www.indonesia.go.id/id/index.php. [ 5 Februari 2010]

4
Jepang dan Jerman merupakan dua negara terbesar pengimpor ikan hias yang
berasal dari Jawa Barat antara tahun 2006 hinga 2007 dengan persentase untuk
masing-masing negara tersebut mencapai 87,11 persen dan 8,3 persen
(Deperindag, 2009).
Salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang mengembangkan komoditas
perikanan air tawar terutama ikan hias adalah Kabupaten Bogor. Menurut
Disnakkan (2010), Kabupaten Bogor menyumbang sekitar 70 persen dari total
produksi ikan hias air tawar Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten
Bogor terletak di wilayah Jawa Barat bagian tengah. Hal ini mengakibatkan
Kabupaten Bogor tidak berbatasan secara langsung dengan wilayah lautan
sehingga sektor perikanan yang berkembang di kabupaten ini adalah perikanan air
tawar.
JUMLAH PRODUKSI

120,000
100,000 104,603.55
80,000 84,517
72,524 75,382.6778,288
(RE)

60,000 60,438 66,152


56,382
40,000
20,000
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
TAHUN

Ikan Hias (RE)

Gambar 1. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor


Tahun 2002-2009
Keterangan : RE (Ribu Ekor)
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)

Gambar 1 memperlihatkan bahwa perkembangan produksi ikan hias di


Kabupaten Bogor mengalami tren positif dari tahun 2002 hingga tahun 2009.
Pada tahun 2002, produksi ikan hias baru mencapai 56.382 ribu ekor. Sedangkan
pada tahun 2008, produksi ikan hias mencapai 84.517 ribu ekor. Hal ini berarti
terjadi peningkatan produksi ikan hias tahun 2008 hampir 50 persen dari tahun
2002. Pada tahun 2009, produksi ikan hias di Kabupaten Bogor telah mencapai
104.603,55 ribu ekor atau naik sebesar 23,77 persen dari pencapaian di tahun

5
sebelumnya. Peningkatan ini menandakan bahwa ikan hias telah menjadi
komoditas perikanan yang cukup strategis bagi perekonomian Kabupaten Bogor.

Tabel 3. Pencapaian Produksi Perikanan Kabupaten Bogor Tahun 2009


Target Realisasi Pencapaian
No. Jenis Produksi
2009 2009 Target (%)
1 Ikan Konsumsi (Ton) 27.596,02 28.742,72 104,16
2 Ikan Hias (Ribu Ekor) 87.052,50 104.603,55 120,161
3 Pembenihan (Ribu Ekor) 819.060,00 847.112,06 103,425
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)

Tabel 3 memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian produksi


ikan hias Kabupaten Bogor dibandingkan dengan target yang hendak dicapai.
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa produksi ikan hias pada tahun 2009 yang
mencapai 104.603,55 ribu ekor telah melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar
87.052,5 ribu ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan hias telah menjadi
komoditas perikanan dengan laju perkembangan dan pencapaian yang paling
tinggi dibandingkan dengan ikan konsumsi.
Hal berbeda terlihat pada perkembangan jumlah Rumah Tangga
Perikanan. Sektor usaha ikan hias merupakan sektor usaha perikanan di
Kabupaten Bogor yang mengalami perkembangan Rumah Tangga Perikanan
(RTP) yang paling besar penurunannya pada tahun 2008 hingga 2009 bila
dibandingkan dengan sektor ikan konsumsi dan pembenihan ikan. Tercatat sekitar
716 RTP yang mengusahakan ikan hias pada tahun 2008 berkurang menjadi 492
RTP pada tahun 2009 atau turun sebesar 31,29 persen. Ini merupakan angka
penurunan tertinggi bila dibandingkan dengan RTP ikan konsumsi yang turun
12,71 persen dan RTP pembenihan yang juga turun sebesar 12,02 persen5. Akan
tetapi, jumlah RTP ikan hias pada tahun 2009 masih paling kecil bila
dibandingkan dengan RTP pada ikan konsumsi (9.585 RTP) dan pembenihan
(1.105 RTP)6. Dengan penurunan yang cukup besar ini menandakan bahwa telah
terjadi perubahan mata pencaharian petani yang tadinya mengusahakan ikan hias
berubah menjadi non ikan hias. Akan tetapi, ada sebagian RTP pembenihan yang
dapat digolongkan sebagai RTP ikan hias karena RTP tersebut juga melakukan
5
Buku Data Perikanan Tahun 2009. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
6
Loc.cit

6
usaha pembenihan ikan hias. Keadaan seperti ini menandakan bahwa nilai
tambah dari kegiatan pemeliharaan ikan hias pada tingkat petani produksi belum
cukup untuk mensejahterakan petani. Nilai tambah ikan hias tersebut hanya dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengusaha yang memiliki modal yang
besar. Hal ini terlihat pada pencapaian produksi ikan hias yang meningkat, akan
tetapi terjadi penurunan pada jumlah RTP ikan hias.
Keseluruhan RTP ikan hias tersebar di hampir 40 kecamatan di wilayah
Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor telah
menetapkan komoditas ikan hias sebagai komoditas unggulan pada tahun 2009
dengan menetapkan beberapa kecamatan yang menjadi sentra produksi dan
wilayah pengembangan ikan hias. Kecamatan yang menjadi sentra produksi ikan
hias antara lain Kecamatan Tenjolaya, Parung, Cibinong, Tamansari, dan Ciseeng.
Di lain pihak, Kecamatan Dramaga, Kemang, Ciampea, dan Ciomas menjadi
wilayah pengembangan.
Dengan semakin pentingnya sektor perikanan terutama sektor ikan hias
terhadap kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Bogor membuat ikan
hias dijadikan sebagai komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong melalui
program One Village One Product (OVOP) yang ditetapkan oleh Bupati
Kabupaten Bogor. Penetapan Kecamatan Cibinong sebagai sentra pengembangan
ikan hias air tawar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7
Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bogor
dan Peraturan Bupati Bogor Nomor 84 Tahun 2009 Tentang Revitalisasi Pertanian
dan Pembangunan Perdesaan.
Bila dibandingkan dengan beberapa Kecamatan yang dicanangkan sebagai
sentra produksi dan sentra pengembangan ikan hias air tawar yang lain, ternyata
Kecamatan Cibinong memiliki jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) ikan hias
air tawar terbesar yaitu mencapai 70 RTP di Kabupaten Bogor. Namun, tingkat
produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong ternyata kedua terendah
diantara beberapa Kecamatan tersebut. Oleh karena itu, yang perlu dikembangkan
adalah aspek produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Selain aspek
produksi, aspek pemasaran juga perlu diperhatikan karena produksi ikan hias air
tawar yang dihasilkan juga didorong oleh tingkat permintaan dari pasar.

7
Kecamatan Cibinong tercatat memiliki sekitar enam kelompok tani yang
terhimpun dalam Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) Kecamatan
Cibinong. Kelompok-kelompok tani tersebut antara lain Jantung Harapan, Mina
Kencana, Cahaya Mandiri, Pondok Lobster, Mitra Sejati, dan Bina Tani. Ikan
hias yang diusahakan oleh keenam kelompok tani tersebut terdiri dari Silver
Dolar, Maanvis, Cupang, Mas Koki, Lobster Hias Air Tawar, Koi, Tiger, Platty,
Molly, Black Ghost.
Pemilihan Kecamatan Cibinong sebagai sentra produksi dan
pengembangan ikan hias juga ditunjang dengan adanya dua eksportir ikan hias,
yaitu CV Maju Aquarium, dan PT Sunny Indoparamytha. Dengan adanya kedua
eksportir ini, maka ikan hias air tawar yang berasal dari Kecamatan Cibinong juga
ikut meramaikan pasar internasional. Selain itu, dengan adanya dukungan dari
pihak pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan khususnya pihak Kecamatan
Cibinong, ikan hias air tawar diharapkan menjadi komoditas unggulan yang
dibanggakan dan menjadi maskot bagi Kecamatan Cibinong.
Potensi Kecamatan Cibinong untuk maju dengan mengusung komoditas
ikan hias juga ditunjang dengan adanya Pusat Pengembangan dan Pemasaran
(Raiser) Ikan Hias yang berada di bawah naungan Departemen Kelautan dan
Perikanan (DKP). Lembaga ini berperan untuk mengembangkan potensi yang ada
pada ikan hias sekaligus sebagai salah satu saluran pemasaran ikan hias tingkat
nasional dan internasional. Dalam aspek pengembangan dan riset, keberadaan
Institut Pertanian Bogor dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
juga dapat membantu pengembangan ikan hias di Kecamatan Cibinong.
Oleh karena itu, dengan besarnya potensi perikanan khususnya ikan hias
di Kecamatan Cibinong dan ketersediaan lembaga penunjang seperti Pemerintah
Daerah, Dinas Peternakan dan Perikanan, kelompok tani Himbudias, eksportir,
Raiser, dan sebagainya, maka diperlukan sebuah sistem yang berfungsi untuk
menjadikan potensi ikan hias yang dimiliki dapat bermanfaat dan layak untuk
dikembangkan.
Pemerintah daerah Kabupaten Bogor berkewajiban untuk membantu
terwujudnya sistem tersebut agar potensi ikan hias air tawar yang dimiliki dapat
bermanfaat dan layak untuk dikembangkan. Bantuan dari pemerintah daerah

8
tersebut sebagai salah satu pelayanan, tugas, dan fungsi dari pemerintah yang
telah mencanangkan komoditas unggulan untuk setiap daerah. Walaupun tanpa
bantuan pemerintah daerah pun kegiatan ekonomi dan sistem agribisnis ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong tersebut dapat berjalan, akan tetapi Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor juga harus turut berperan untuk memfasilitas,
mengarahkan, dan membimbing setiap pemangku kepentingan yang ada dalam
sistem agribisnis ikan hias air tawar untuk memajukan sistem agribisnis tersebut.
Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor atau yang lebih dikenal
sebagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki visi, misi, tugas
pokok, dan fungsi untuk memajukan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong adalah Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan)
Kabupaten Bogor. Disnakkan merupakan salah satu SKPD Prioritas yang
berfungsi sebagai lokomotif penggerak pencapaian visi dan misi daerah. Hal ini
berarti Disnakkan memiliki peran untuk membantu Pemerintah Daerah (Bupati
Kabupaten Bogor) dalam mewujudkan visi Kabupaten Bogor. Visi Kabupaten
Bogor yang menginginkan terwujudnya masyarakat Kabupaten Bogor yang
bertakwa, berdaya dan berbudaya menuju sejahtera harus tersebar dan terwujud di
seluruh wilayah Kabupaten Bogor termasuk di Kecamatan Cibinong. Oleh karena
itu, masyarakat Kecamatan Cibinong yang berdaya dan sejahtera di bidang
agribisnis ikan hias air tawar akan terwujud salah satunya dengan peran arahan,
bimbingan, dan fasilitas Disnakkan.
Disnakkan dalam melaksanakan tugas tersebut harus didasari oleh konsep
sistem agribisnis. Sistem agribisnis adalah sebuah konsep untuk memaksimalkan
potensi pertanian yang ada untuk dapat memberikan hasil yang menguntungkan
bagi para pelaku pertanian. Agribisnis menurut Prof. Bungaran Saragih
merupakan sebuah paradigma baru dalam memandang pertanian. Pembangunan
pertanian diperlukan karena sektor pertanian atau agribisnis merupakan sektor
perekonomian terbesar bagi bangsa ini. Agribisnis merupakan sektor terbesar
karena sekitar 75 persen penduduk Indonesia bekerja dalam bidang usaha
agribisnis.
Agribisnis memandang bahwa pembangunan pertanian harus dilakukan
dengan membangun secara paralel empat subsistem yang ada yakni subsistem

9
hulu (sarana produksi pertanian), subsistem budidaya, subsistem hilir (pengolahan
dan pemasaran), dan subsistem penunjang (riset, permodalan, pendidikan, dan
sarana lain). Keempat subsistem tersebut harus tumbuh bersama dan saling
menunjang agar sektor pertanian dapat memberikan nilai tambah bagi para
pelakunya. Dengan paradigma agribisnis, maka pertanian khususnya perikanan
ikan hias dapat dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah bagi para pelaku
agribisnis ikan hias dan selanjutnya mereka dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang menjadi sebuah sasaran dan
tolok ukur bagi kemajuan sistem agribisnis harus dibantu oleh keikutsertaan dari
pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi, kabupaten/kota, maupun hingga
tingkat kecamatan. Oleh karena itu, peran dari pemerintah daerah adalah
mengarahkan, membimbing, dan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya.

1.2. Perumusan Masalah


Dalam perkembangannya ternyata program OVOP ini belum dijalankan
dan tergarap dengan maksimal. Antar pelaku ekonomi yang terlibat di antara
rantai nilai produk ikan hias belum terjalin hubungan yang simultan dan harmonis.
Kelima subsistem dalam sistem agribisnis (Deptan, 2007) yang terdiri dari
subsistem agribisnis hulu (industri benih dan alat-alat perikanan), subsistem
usahatani (budidaya perikanan), subsistem pengolahan (berlaku pada ikan
konsumsi, sedangkan ikan hias tidak mengalami proses ini), subsistem pemasaran
(distrubusi, promosi, dan informasi pasar), serta subsistem jasa penunjang
(permodalan, penelitian, penyuluhan, dan kebijakan) belum berjalan secara
optimal.
Salah satu contohnya terlihat pada kelompok tani Mina Kencana.
Kelompok tani ini mengalami kesulitan dalam permodalan untuk menjalankan
usahanya. Mereka belum mengetahui dan mengerti cara untuk memperoleh
perkreditan dari pihak lembaga keuangan daerah. Padahal pihak pemerintah
daerah telah mengucurkan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) melalui program Gerakan Masyarakat Mandiri (GMM). Kasus ini

10
menandakan bahwa belum terjadi hubungan yang simultan dan harmonis antara
kebijakan pemerintah daerah dan kelompok tani.
Selain itu, kelompok tani tersebut masih sangat kesulitan dalam
mendapatkan media promosi dan penjualan ikan hias yang mereka hasilkan. Hal
ini mengakibatkan mereka belum mendapatkan penghasilan yang menguntungkan
dari usaha pembudidayaan ikan hias. Keadaan ini memaksa mereka kembali
mengusahakan ikan konsumsi atau mencari usaha lain di luar bidang perikanan.
Namun, apabila saluran pemasaran sudah terbentuk, mereka mengalami
kebingungan karena kuantitas dan mutu ikan hias yang dihasilkan masih rendah.
Keadaan ini menyiratkan bahwa pembudidaya yang termasuk ke dalam kelompok
tani butuh penyuluhan, pelatihan manajemen bisnis berbasiskan perikanan, dan
butuh perhatian dari pemangku kebijakan daerah7.
Salah satu komponen subsistem agribisnis lembaga penunjang adalah
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor. Disnakkan
Kabupaten Bogor memiliki peran untuk memajukan sektor agribisnis ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong dengan memfasilitasi, mengarahkan, dan
membimbing pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem agribisnis tersebut.
Apalagi dengan berkembangnya sistem otonomi daerah yang semakin
menguatkan peran pemerintah daerah dalam memajukan masyarakat di daerah.
Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan oleh Disnakkan, maka
Disnakkan perlu untuk mengembangkan strategi yang tepat. Apalagi kebutuhan
akan strategi yang tepat telah didorong oleh perubahan dari lingkungan eksternal
Disnakkan sendiri seperti perubahan pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 dan permasalahan-
permasalahan di sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Dengan semakin berubahnya sebuah lingkungan eksternal maupun lingkungan
internal di sebuah organisasi, maka diperlukan sebuah analisis untuk merumuskan
strategi yang tepat yang dapat mengakomodasi perubahan tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian adalah sebagai berikut :

7
Laporan Hasil Kegiatan Gladikarya Mahasiswa Agribisnis di Kelompok Tani Mina Kencana
Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Tahun 2009.

11
1. Apa saja faktor-faktor eksternal (kekuatan dan kelemahan) dan internal
(peluang dan ancaman) yang mempengaruhi Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong.
2. Alternatif-alternatif strategi Disnakkan apakah yang tepat dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong.

1.3. Tujuan
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi strategi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong.
2. Merumuskan dan menetapkan alternatif-alternatif strategi Disnakkan
Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong.

1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain
:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam
mengeluarkan strategi dan kebijakan untuk melakukan langkah-langkah yang
lebih tepat terkait dengan pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar.
2. Melatih kemampuan penulis untuk menganalisis permasalahan dalam sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor
beserta alternatif solusinya.
3. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup


Penelitian ini dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan)
Kabupaten Bogor sebagai SKPD Prioritas untuk mewujudkan visi dan misi
Kabupaten Bogor dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di

12
Kecamatan Cibinong sebagai sentra produksi dan daerah pengembangan ikan
hias. Penelitian ini memfokuskan pada analisis strategi Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
serta menawarkan alternatif strategi bagi pengembangan sistem agribisnis ikan
hias air tawar tersebut. Aspek teknis mengenai pembudidayaan ikan hias tidak
terlalu dijelaskan secara rinci di dalam penelitian ini karena penelitian ini
memfokuskan pada sistem agribisnis ikan hias yang lebih bersifat kebijakan dan
strategi pengembangannya.

13
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Hias


Indonesia adalah negara maritim dan agraris. Hal ini menunjukkan
Indonesia memiliki komodias unggulan yang berasal dari darat maupun laut.
Komoditas tersebut merupakan hasil dari sektor pertanian, perikanan, peternakan,
dan kehutanan. Salah satu komoditas di sektor perikanan yang menjadi komoditas
unggulan Indonesia adalah ikan hias. Ikan hias tidak hanya digemari oleh
masyarakat Indonesia saja, akan tetapi juga digemari oleh masyarakat dunia
internasional. Hal ini disebabkan oleh ketertarikan masyarakat atau konsumen
untuk memelihara ikan hias yang dapat memenuhi kebutuhannya akan kesenangan
dan keindahan (KKP, 2010).
Saat ini kebutuhan masyarakat semakin beragam, mulai dari pemenuhan
kebutuhan utama, hingga kebutuhan penunjang. Salah satu kebutuhan penunjang
tersebut adalah kebutuhan untuk kesenangan dan keindahan. Kebutuhan akan
kesenangan dapat terpenuhi, salah satunya dengan memelihara hewan peliharaan.
Hewan peliharaan yang relatif mudah perawatannya ialah ikan hias. Ikan hias juga
dapat dijadikan sebagai salah satu elemen estetika di dalam ruangan. Sehingga
tidak heran, permintaan ikan hias oleh pecinta ikan (hobiis) dan pengusaha ikan
sampai saat ini terus mengalami peningkatan, termasuk permintaan untuk
konsumen luar negeri (ekspor). Ketertarikan hobiis pada ikan hias terutam terjadi
karena ikan hias memiliki bentuk tubuh yang unik, warna yang beranekaragam,
sirip yang mengembang dan terurai, serta tingkah laku ikan yang menggemaskan.
Ikan hias menjadi salah satu elemen estetika di dalam ruangan dan
memiliki banyak penggemar dapat dijelaskan oleh tiga aspek (Departemen
Kelautan dan Perikanan dalam Noviyanti, 2007). Pertama, rekreasi dalam ruang
telah banyak menggantikan rekreasi luar ruang. Kedua, tekanan hidup telah
menyebabkan banyak orang mencari aktivitas yang bersifat relaksasi dan medikasi
sebagai hobi baru. Ketiga, rekreasi yang mempunyai muatan pendidikan menjadi
semakin populer, terlebih lagi yang bersifat mencintai dan memelihara
lingkungan.

14
Komoditas ikan hias dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu ikan
hias air tawar dan ikan hias air laut. Menurut Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2010), jenis ikan hias air tawar yang banyak diperdagangkan sebagian
besar berasal dari famili Poccilidae, Characidae, Ciprinidae, dan Cichlidae. Di
lain pihak, komoditas ikan hias air laut yang banyak diperdagangkan sebagian
besar berasal dari famili Amphiprionidae, Pomacanthidae, Acanthuridae,
Blennidae, Callionymidae, Libridae, Chaetodontidae, Scorpaenidae,
Mikoroesmidae, Ballistidae, dan Syngnathidae.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebagian
besar komoditas ikan hias yang diperdagangkan merupakan ikan hias air tawar.
Komoditas ikan hias air tawar asal Indonesia yang menjadi unggulan, antara lain :
Arwana (Schleropages formosus sp) terutama spesies Super Red Arwana dan
spesies Red Banjar, Botia (Botia macrachanta sp), serta Cupang (Beta splendens).
Dalam rangka meningkatkan pengelolaan pemanfaatan dan pengelolaan ikan hias
air tawar asli, Indonesia telah berhasil melakukan domestikasi terhadap ikan hias
asal negara lain seperti Koi (Cyrpinus carpio), Maskoki (Carrasius auratus),
Discuss (Symphysodon discus), dan Guppy (Poecilia reticulata). Adapun petani
ikan hias di Kabupaten Bogor sebagian besar membudidayakan ikan hias jenis
Kar tetra, Neon Tetra, Guppy, Maskoki, Cupang, Black Ghost, Corydoras dan
Maanvis. Jenis-jenis ikan hias tersebut memiliki tingkat perkembangan yang
tinggi dalam aspek produksi karena memang konsumen sangat menyukai jenis-
jenis ikan tersebut. Kesukaan konsumen akan ikan hias membuat usaha agribisnis
perikanan ikan hias semakin diminati oleh masyarakat sebagai pekerjaan utama.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang mampu untuk membuat usaha ikan
hias memiliki nilai tambah yang dapat mensejahterakan masyarakat yang
tergantung dengan usaha tersebut.

2.2. Usaha dan Budidaya Ikan Hias


Usaha pembudidayaan ikan hias sebenarnya memiliki kesamaan dalam hal
cara dan proses yang dilakukan seperti pada pembudidayaan ikan konsumsi air
tawar. Pembudidayaan ikan hias termasuk ke dalam kegiatan akuakultur.
Kegiatan akuakultur adalah suatu kegiatan untuk memproduksi segala macam
biota akuatik di dalam sebuah lingkungan yang terkontrol dengan tujuan untuk

15
memperoleh keuntungan atau profit (Effendi, 2006). Kegiatan akuakultur pada
sektor ikan hias lebih ditekankan pada komoditas ikan hias air tawar. Hal ini
dikarenakan ikan hias air tawar sebagian besar diproduksi melalui kegiatan
budidaya dan hanya sebagian kecil saja yang diperoleh mealui proses
penangkapan, contohnya adalah Botia.
Kegiatan akuakultur yang berorientasi bisnis menyebabkan kegiatan ini
memiliki sebuah konsepsi yang hampir sama dan bahkan sama dengan sistem
agribisnis perikanan pada umumnya. Akuakultur atau bisa disebut akuabisnis
memiliki kesamaan dengan sistem agribisnis bila dilihat dari subsistem yang
membangunnya. Beberapa subsistem yang menunjang sistem akuakultur tersebut
antara lain (Effendi, 2006) :
1. Subsistem pengadaan sarana dan prasarana produksi. Pengadaan prasarana
produksi mencakup pemilihan lokasi, pengadaan bahan, dan pembangunan
fasilitas produksi. Sementara pengadaan sarana produksi mencakup
pengadaan induk, benih, pakan, pupuk, obat-obatan, pestisida, peralatan
akuakultur, tenaga kerja, dan sebagainya.
2. Subsistem proses produksi. Subsistem ini mencakup kegiatan sejak persiapan
wadah kultur, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan lingkungan,
pengelolaan kesehatan ikan, pemantauan ikan, hingga pemanenan.
3. Subsistem penanganan pascapanen dan pemasaran yang meliputi kegiatan
meningkatkan mutu produk sehinga lebih diterima konsumen, distribusi
produk, dan pelayanan (servis) terhadap konsumen.
4. Subsistem pendukung. Kegiatan-kegiatan yang mencakup subsitem ini
adalah tentang penerapan aspek hukum (perundang-undangan), aspek
keuangan (pembiayaan/kredit, pembayaran, dan sebagainya), aspek
kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi, perbankan, lembaga
birokrasi, lembaga riset dan pengembangan, dan sebagainya.
Pada umumnya, kegiatan pembudidayaan ikan hias atau akuakultur on
farm sama dengan kegiatan pembudidayaan untuk ikan air tawar konsumsi.
Hanya saja pada tahap pembesaran ikan hias, ukuran ikan hias harus disesuaikan
dengan permintaan pasar. Di lain pihak, pembesaran untuk ikan konsumsi
bertujuan untuk mencapai bobot ikan yang ideal untuk dikonsumsi. Bobot ikan

16
yang semakin berat juga dapat meningkatkan mutu dan nilai jual ikan konsumsi.
Kegiatan akuakultur on farm meliputi tiga tahap, yaitu tahap pembenihan,
pendederan, dan pembesaran. Tahapan-tahapan kegiatan akuakultur on farm
dapat dilihat dalam Gambar 2.

Produksi
Akuakultur

Pembenihan Pendederan Pembesaran

Gambar 2. Kegiatan Produksi Akuakultur On Farm


Sumber : Effendi, 2006

Tahap pembenihan ikan kegiatan pemeliharaan untuk menghasilkan benih


ikan hias yang selanjutnya benih tersebut digunakan sebagai input untuk kegiatan
pembesaran. Benih adalah anak ikan hias yang memiliki bentuk morfologi tubuh
sudah definitif seperti induknya. Tahap pembenihan ikan harus mengikuti
tahapan dalam siklus hidup ikan di alam. Siklus hidup ikan meliputi stadia induk,
telur, larva, benih, juvenil, remaja, dewasa, dan induk (Effendi, 2006).
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih
yang siap untuk ditebar di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual.
Kegiatan pendederan ini dapat dikatakan sebagai upaya untuk adaptasi benih
terhadap lingkungan pembesaran, sehingga terus memberikan jaminan
kelangsungan hidup yang lebih tinggi. Kegiatan pendederan, meliputi : 1)
persiapan wadah, 2) penebaran benih, 3) pemberian pakan, 4) pengelolaan air, 5)
pemberantasan hama dan penyakit, 6) pemantauan pertumbuhan dan populasi, dan
7) pemanenan (Effendi, 2006).
Dalam kultur ikan hias tidak dikenal kegiatan pembesaran karena ikan hias
tidak untuk dikonsumsi. Tahapan proses produksi pembesaran umumnya hampir
mirip dengan pendederan, meliputi : 1) persiapan wadah, 2) penebaran benih, 3)
pemberian pakan, 4) pengelolaan air, 5) pemberantasan hama dan penyakit, 6)
pemantauan pertumbuhan dan populasi, dan 7) pemanenan (Effendi, 2006).

17
Kegiatan off farm dalam akuakultur dapat dibagi menjadi dua proses
kegiatan, yaitu :
1. Pengadaan sarana produksi
Input yang digunakan dalam budidaya ikan hias terdiri dari indukan, benih,
pakan, peralatan dan obat-obatan. Untuk indukan ikan hias dipilih yang sudah
matang gonad agar proses pemijahan berlangsung cepat dan hasilnya baik.
Dalam sekali pembudidayaan, dibutuhkan jumlah indukan yang berbeda-beda
tiap jenisnya. Pakan yang umumnya digunakan terdiri dari pakan alami seperti
kutu air, jentik nyamuk (encu) dan cacing sutra serta pakan buatan seperti
pelet. Untuk obat-obatan, petani ikan hias dapat menggunakan obat-obatan
yang menggunakan bahan-bahan alami seperti daun ketapang. Peralatan yang
digunakan mencakup akuarium, kolam beton, botol minuman, aerator, blower,
saringan dan terpal.
2. Penanganan dan pemasaran produk akuakultur
Produk akuakultur khususnya ikan hias harus dipasarkan dalam keadaan segar
dan hidup. Oleh karena itu, kegiatan penanganan sebelum dipasarkan dan
kegiatan pendistribusian ikan hias menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
Ikan hias yang mati akan menjadi komoditas yang tidak memiliki nilai.
Dengan demikian dua kegiatan ini menjadi penting bagi keberhasilan usaha
ikan hias. Kegiatan transportasi ikan hias merupakan salah satu kegiatan yang
berisiko tinggi dan menelan biaya yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan ikan
hias diangkut beserta air yang menjadi habitat untuk hidup dan ikan hias
bersifat voluminous atau bersifat membutuhkan tempat penyimpanan yang
luas. Selain air, ketersediaan oksigen juga menjadi syarat yang mutlak
diperlukan dalam pengangkutan ikan hias. Tanpa oksigen, ikan hias mustahil
untuk hidup. Syarat-syarat di muka yang menjadi titik kritis dalam
penanganan dan transportasi ikan hias harus direncanakan dengan baik agar
usaha ikan hias tidak mengalami kerugian yang besar.

2.3. Aspek Agribisnis Sebagai Sistem dan Paradigma Pembangunan


Pertanian
Pertanian adalah sebuah kata yang dapat merupakan gabungan dari
pertanian itu sendiri, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pertanian menjadi

18
sektor unggulan Indonesia karena apabila diartikan dengan ruang lingkup
agribisnis, maka sektor pertanian merupakan sektor terbesar penyerapan tenaga
kerja Indonesia (mencapai 77 persen di tahun 2004). Ini menandakan pertanian
atau agribisnis adalah sebuah mega sektor perekonomian Indonesia. Selain
sebagai penyerap tenaga kerja terbesar, sektor agribisnis juga menyumbangkan
jasanya pada pembentukan Produk Domestik Bruto dan sebagai penghasil devisa
bagi negara. Dengan besarnya peran agribisnis ini bagi perekonomian Indonesia,
maka sektor pertanian harus tetap dijaga pertumbuhan dan perkembangannya.
Salah satu konsep yang dapat menjaga perkembangan sektor pertanian
adalah melalui sebuah paradigma agribisnis. Salah satu buktinya adalah
penerapan konsepsi agribisnis untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan
khususnya padi. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami swasembada beras di
tahun 1980’an. Selain itu, pertumbuhan sektor pertanian yang tetap positif selama
masa krisis ekonomi 1997 hingga 1998 menandakan bahwa pembangunan
pertanian harus dilakukan dengan konsep dan arah yang jelas, yaitu dengan
konsep dan sistem agribisnis (Saragih, 2005).
Sektor agribisnis juga mengarahkan kita bahwa sumber pertumbuhan
ekonomi terutama sektor pertanian harus berasal dari wilayah pedesaan yang
menjadi sumber produksi komoditas pertanian. Menurut Pambudy (2005),
keunggulan pengembangan paradigma agribisnis dan agroindustri sebagai sektor
yang memimpin pergerakan ekonomi Indonesia harus ditekankan kembali, antara
lain karena beberapa faktor sebagai berikut :
1. Dengan mengandalkan pengembangan paradigma agribisnis dengan ujung
tombak (strategi pokok), yang disertai dengan pengembangan bisnis skala
kecil, dan peningkatan kemampuan koperasi, maka kita tidak perlu ragu akan
potensinya untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan.
2. Strategi pengembangan paradigma agribisnis dalam suatu kebijakan
pembangunan tersebut juga lebih menjamin perluasan kesempatan kerja bagi
sebagian besar angkatan kerja tidak terlatih yang terus bertambah. Selama
ini, sebagian besar dari mereka ditampung di sektor pertanian dan pedesaan
dengan perolehan nilai tambah yang sangat minim sehingga sektor ini

19
menjadi kantong kemiskinan terbesar. Dengan strategi ini diharapkan bahwa
kesenjangan dapat dihilangkan. Dengan perluasan kesempatan kerja dan
peningkatan nilai tambah yang dapat diraih berarti juga peningkatan daya beli
sebagian masyarakat.
3. Pengembangan paradigma agribisnis yang bertumpu pada usaha berskala
kecil sangat mudah diarahkan untuk bersahabat dengan lingkungan.
Disamping mereka tidak perlu tergantung terlalu banyak pada sumber daya
alam yang bersifat ekstraktif, juga limbah usaha mereka ditekan dan
dikendalikan pada tingkat minimal.
Selanjutnya, Pambudy (2005) juga menjelaskan bahwa dalam
pengembangan paradigma agribisnis mengimplikasikan terjadinya perubahan
kebijakan di sektor pertanian. Pertama, produksi sektor pertanian harus lebih
berorientasi kepada permintaan pasar, tidak saja pasar domestik, tetapi juga pasar
internasional. Kedua, pola pertanian harus mengalami transformasi dari sistem
pertanian subsisten yang berskala kecil dan pemenuhan kebutuhan keluarga ke
usahatani dalam skala yang lebih ekonomis. Hal ini merupakan keharusan, jika
produk pertanian harus dijual ke pasar dan jika sektor pertanian harus
menyediakan bahan baku bagi sektor industri (Saragih dalam Pambudy, 2005).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya pertanian
(pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) harus mengembangkan agro
industri atau industrialisasi harus berbasiskan keunggulan sumber daya tersebut.
Ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan ekonomi suatu negara yang kaya
akan sumber daya alam dan pertaniannya haruslah berasal dari sisi pertanian
secara luas. Hal ini dapat menjadi sebuah masukan bahwa untuk mengembangkan
ekonomi di suatu daerah, maka masyarakat di daerah tersebut harus menonjolkan
sumber daya yang dimiliki dan potensial untuk dikembangkan di daerah tersebut.
Program One Village One Product (OVOP) merupakan program yang telah sesuai
dengan jiwa pembangunan tersebut. Dalam hal ini, Kabupaten Bogor
mengembangkan agribisnis ikan hias komoditas unggulan bagi Kecamatan
Cibinong berdasarkan program tersebut.

20
2.4. Konsep Otonomi Daerah dan Kedudukan Dinas
Pembangunan terutama di sektor ekonomi memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pembangunan yang dilakukan
tersebut memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi yang relatif rendah. Hal ini
dikarenakan sebagian besar program-program pembangunan tersebut dirumuskan
dan dilakukan oleh pemerintah pusat yang memiliki tingkat pengetahuan tentang
daerah yang relatif sedikit. Padahal keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh
kondisi variabilitas sosial budaya masyarakat di daerah. Oleh karena itu,
pemerintah pusat berusaha mengurangi dominasinya untuk menentukan arah
pembangunan di daerah.
Perkembangan yang meningkatkan peran pemerintah daerah mulai
digalakkan setelah bergulirnya era reformasi. Ditekakankannya peran pemerintah
daerah tersebut berguna untuk meningkatkan pemerataan hasil-hasil pembangunan
secara lebih adil dan berimbang. Selain itu, peningkatan peran pemerintah daerah
tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat untuk aktif
dalam usaha-usaha pembangunan. Konsepsi dan paradigma ini termasuk sebagian
ruh dari kebijakan otonomi daerah.
Menurut Salam (2007), otonomi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa
Yunani, yaitu autos (sendiri), dan nomos (peraturan) atau undang-undang.
Dengan demikian, otonomi berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri,
yang selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri. Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah Bab I Pasal 1 tertuang bahwa otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom selanjutnya disebut
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perkembangan istilah otonomi daerah sendiri juga tidak dapat dilepaskan
dari konsep desentralisasi. Desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah

21
terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 yang menyatakan bahwa
pembagian wilayah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan
susunannya ditetapkan dalam undang-undang, sesuai dengan makna yang
terkandung dalam pasal 18 UUD 1945 tersebut (Karo-Karo, 2006). Oleh karena
itu, terjadi pembagian administrasi yang lebih kecil dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pembagian tersebut bertujuan untuk memperlancar
urusan pemerintahan. Pembagian wilayah terdiri dari pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten atau kotamadya.
Menurut Rasyid (1996) dalam Salam (2007), ada beberapa keuntungan
yang dapat diraih melalui kebijakan desentralisasi di lingkungan organisasi
pemerintahan dari sudut pandang Ilmu Administrasi Negara, yaitu (1) lebih
mendekatkan pengambil keputusan dengan masyarakat yang menjadi sasarannya
sehingga operasionalisasi keputusan dapat lebih realistik, efektif, dan efisien, (2)
dapat meringankan beban organisasi pada level yang lebih tinggi sehingga dapat
menggunakan waktu, energi, dan perhatiannya ke sasaran permasalahan yang
lebih strategik, (3) membina kemampuan bertanggung jawab demi para penerima
wewenang pada tingkat yang lebih rendah, sehingga secara langsung menciptakan
iklim kaderisasi yang lebih empirikal dan sistematik, dan (4) dengan wewenang
yang diterimanya, kebanggan para pengambil keputusan dan pelaksanaan
keputusan pada tingkat yang lebih rendah akan terbangun karena merasa
dipercaya oleh pemerintah yang lebih tinggi.
Adapun dalam menyelenggarakan otonomi, pemerintah daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang antara lain : politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama menjadi urusan pemerintah pusat. Oleh
karena itu, urusan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat daerah menjadi
kewenangan, tugas, sekaligus hak pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten atau kotamadya.
Pemerintah daerah menyusun rencana pembangunan daerahnya masing-
masing untuk menunjang pembangunan nasional yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah menyusun

22
perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah yang
disusun terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (jangka waktu
20 tahun), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (jangka waktu lima
tahun), Rencana Pembangunan Jangka Pendek atau Rencana Kerja Pembangunan
Daerah yang merupakan penjabaran dari RPJM. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJM) menjadi dasar bagi dan pedoman bagi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun rencana strategis yang selanjutnya
disebut Renstra-SKPD. Renstra-SKPD memuat penjelasan mengenai visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Dinas dalam pemerintah daerah termasuk dalam Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah
dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan dan diberhentikan oleh kepala
daerah. Dengan demikian kepala dinas bertanggung jawab kepada kepala daerah.
Hal ini tercermin dari tugas pokok yang diemban dinas daerah yaitu membantu
kepala daerah dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan daerah dalam
bidang tertentu sebagai perwujudan pelaksanaan desentralisasi, otonomi daerah,
dan tugas pembantuan.

2.5. Aspek Manajemen Strategi


Keadaan yang kaya akan sumber daya alam di sektor pertanian membuat
Indonesia memiliki keunggulan komparatif bila dibandingkan dengan negara-
negara lain. Begitu pula dengan Kabupaten Bogor yang memiliki keunggulan
sumber daya alam di bidang perikanan terutama ikan hias dengan memiliki iklim
yang sesuai, sumber daya air yang melimpah dengan adanya enam Daerah Aliran
Sungai (DAS), tanah yang subur dan cocok untuk pembuatan kolam, serta
masyarakatnya yang telah memiliki keahlian dalam membudidayakan ikan.
Keungulan komparatif yang telah dimiliki ini tentunya harus diimbangi dengan
keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki akibat dari
faktor-faktor di luar sumber daya seperti faktor manajemen, kebijakan pemerintah,
efisiensi dalam proses produksi, dan sebagainya. Keunggulan kompetitif dan
komparatif ini penting untuk disandingkan bersama dalam memajukan sebuah

23
komoditas untuk diperdagangkan agar memiliki daya saing yang unggul bila
dibandingkan dengan komoditas yang sama yang dihasilkan dari daerah atau
bahkan negara lain. Hal ini memang mutlak diperlukan karena ikan hias
merupakan komoditas ekspor potensial dimana Indonesia harus bersaing dengan
Singapura, Malaysia, Republik Ceko, dan negara lain untuk menjadi negara
pengekspor ikan hias terbesar dan berkualitas di dunia.
Peningkatan daya saing ikan hias terutama ikan hias air tawar yang
dihasilkan di Kecamatan Cibinong salah satu caranya adalah dengan
pengembangan sistem agribisnis. Dalam pengembangan sistem agribisnis
tersebut, diperlukan suatu strategi yang tepat agar sistem agribisnis ikan hias air
tawar dapat berjalan dengan simultan dan harmonis. Apabila sistem agribisnis
ikan hias air tawar tersebut telah berjalan dengan baik, maka nilai tambah berupa
pendapatan akan dinikmati secara adil oleh para pelaku ekonomi dalam rantai
sistem agribisnis ikan hias air tawar tersebut. Peningkatan dalam nilai tambah
yang dinikmati oleh petani akan menyebabkan tingkat kesejahteraan petani juga
akan meningkat dan menimbulkan efek berantai bagi pembangunan ekonomi
nasional.
Strategi diperlukan jika terjadi perubahan dalam lingkungan eksternal
maupun lingkungan internal. Selain itu, strategi juga diperlukan oleh suatu
organisasi atau perusahaan yang sedang mengalami sebuah persaingan.
Penyusunan strategi diperlukan oleh pihak-pihak yang bersaing untuk
meningkatkan posisi dari produk yang dihasilkan di dalam persaingan tersebut.
Konsep strategi untuk pertama kali diperkenalkan pada zaman Yunani Kuno
dalam menghadapai peperangan. Hal ini dikarenakan kata strategi sendiri berasal
dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategus yang berarti seni perang.
Strategi yang baik akan menuntut alokasi sumber daya yang dimiliki oleh
sebuah perusahaan atau pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan posisi produk
yang dihasilkan di dalam kondisi persaingan. Menurut David (2009), manajemen
strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional
yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Istilah manajemen
strategis ini lebih dikenal dalam dunia bisnis, sedangkan padanan katanya yaitu

24
perencanaan strategi lebih sering dipakai dalam dunia akademis. Istilah
manajemen strategis digunakan untuk merujuk pada perumusan, implementasi,
dan evaluasi strategi. Di lain pihak, perencanaan strategi hanya membahas tahap
perumusan strategi saja.
Menurut David (2009), perumusan strategi mencakup pengembangan visi
dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran
akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang,
pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk
mencapai tujuan. Karena tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya yang
tak terbatas, maka para penyusun strategi harus memutuskan strategi alternatif
mana yang akan paling menguntungkan organisasi atau perusahaan. Keputusan
perumusan strategi mendorong suatu organisasi untuk berkomitmen pada produk,
pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama kurun waktu yang lama.
Strategi juga dapat menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang.

2.6. Penelitian Terdahulu


Poernomo (2006) memformulasikan strategi-strategi yang diterapkan oleh
usaha ikan hias air tawar di CV Colisa Aquaria, Bogor, Jawa Barat sesuai dengan
kondisi lingkungan dalam perusahaan, yaitu : (1) meningkatkan penjualan dalam
dan luar negeri, (2) meningkatkan promosi melalui perkembangan teknologi yang
tersedia, (3) meningkatkan hubungan kerjasama dengan pemerintah dan lembaga
terkait, (4) memperbaiki sistem manajemen perusahaan, (5) meningkatkan
kualitas produk, (6) mengoptimalkan sarana yang tersedia, (7) menjaga dan
meningkatkan hubungan baik dengan pelanggan dan pemasok, dan (8) turut serta
dalam pameran perikanan di dalam dan luar negeri. Sedangkan prioritas strategi
yang dipilih adalah meningkatkan penjualan di dalam dan luar negeri. Dengan
prioritas strategi untuk meningkatkan penjualan di dalam dan luar negeri
memberikan bahan pemikiran bahwa Disnakkan sebagai sebuah organisasi
pemerintah daerah perlu untuk mengembangkan program dan kegiatan yang
membantu petani dan pedagang ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
dengan memfasilitasi penjualan dan pemasaran.
Dalam kondisi makroekonomi, Noviyanti (2007) merekomendasikan
tujuh strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ekspor ikan hias

25
Indonesia, antara lain : peningkatan ekspor ikan, pengembangan pusat-pusat riset
ikan hias, kerjasama pengembangan sistem pemasaran antara pihak-pihak yang
terkait dan pemasaran langsung ke negara tujuan ekspor, peningkatan taraf hidup
ikan hias, pengembangan sistem jaringan pengawasan dan konservasi ikan hias
yang melibatkan semua pihak dan kerjasama serta koordinasi dengan pihak-pihak
terkait. Dengan demikian, salah satu hal yang menunjang kegiatan pemasaran
ikan hias air tawar adalah terjadinya peningkatan ekspor ikan hias air tawar.
Peningkatan ekspor ini, perlu ditunjang oleh berbagai lembaga-lembaga yang
dapat memberikan manfaat bagi petani untuk meningkatkan kapasitas produksi
ikan hias air tawar tersebut. Disnakkan dalam hal ini perlu memberikan perhatian
yang lebih untuk membantu petani dalam meningkatkan kapasitas produksinya
melalui berbagai program dan kegiatan.
Dari segi preferensi konsumen ikan hias, Anwar (2006) menjelaskan
bahwa motivasi pembelian terjadi karena adanya keunikan bentuk ikan hias.
Manfaat yang responden rasakan adalah untuk menghilangkan stress dengan tahap
pencarian awal adalah pada jenis ikan. Sedangkan perolehan informasi sebagian
besar melalui teman. Pada tahap pembelian, responden memutuskan pembelian
lebih banyak secara terencana. Hasil pembelian merupakan tahap akhir proses
keputusan pembelian, konsumen menyatakan puas terhadap pembelian ikan hias
air tawar. Proses kepentingan tertinggi yang menjadi preferensi responden baik
yang membeli maupun yang tidak membeli terhadap atribut-atribut ikan hias
adalah sama-sama pada keindahan warna. Dengan demikian, konsumen lebih
memperhatikan aspek kualitas ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani.
Kualitas inilah yang memberikan daya tarik bagi konsumen untuk membeli ikan
hias air tawar tersebut. Hal ini memberikan dasar pemikiran bagi Disnakkan
untuk mengembangkan program dan kegiatan yang dapat menunjang petani untuk
meningkatkan kualitas ikan hias air tawar yang dihasilkan. Program dan kegiatan
tersebut dapat berupa kegiatan penyuluhan,bimbingan, dan kaji terap teknologi
budidaya terbaru.
Sihaloho (2009) meneliti tentang strategi pengembangan agribisnis kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis SWOT dan QSPM yang menghasilkan prioritas strategi

26
berdasarkan alternatif-alternatif strategi. Alternatif-alternatif strategi tersebut
didasarkan pada pencocokan faktor strategis internal dan eksternal. Alat analisis
yang hanya menggunakan analisis SWOT dikarenakan penelitian tersebut hanya
bertujuan untuk menganalisis alternatif-alternatif strategi. Penggunaan analisis
SWOT tersebut dapat dilakukan terhadap lembaga-lembaga pemerintahan yang
berorientasi nirlaba. Dengan demikian, analisis SWOT menjadi salah satu alat
analisis yang sesuai untuk menentukan alternatif-alternatif strategi dari lembaga
pemerintahan.

27
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis


3.1.1. Konsep Sistem Agribisnis
Di dalam aspek pembangunan pertanian, agribisnis merupakan salah satu
terminologi yang paling sering dibahas oleh berbagai kalangan. Dengan semakin
banyaknya pembahasan mengenai agribisnis tersebut, pengertian agribisnis sendiri
semakin rancu dan memiliki banyak versi tersendiri. Salah satu pengertian dari
agribisnis yang banyak menjadi acuan bagi peneliti dan penulis adalah definisi
yang disusun oleh Drillon pada tahun 1974 (Krisnamurthi, 2001). Drillon
mendefinisikan agribisnis sebagai penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang
menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan
yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari
produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
Sistem agribisnis paling sedikit mencakup empat subsistem (Krisnamurthi,
2001), yaitu : (1) subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yaitu
kegiatan ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana
produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat
dan mesin pertanian, dan lain-lain), (2) subsistem usahatani (on-farm
agribusiness) yang di masa lalu disebut sebagai sektor pertanian primer, (3)
subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi
yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk
yang siap untuk dimasak atau siap untuk disaji (ready to cook/ready for used) atau
siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan perdagangannya di pasar
domestik dan internasional, (4) subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga
keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan informasi
agribisnis, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, asuransi
agribisnis, dan lain-lain. Sistem agribisnis dan subsistem-subsistem yang
membangunnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Sistem Agribisnis bekerja dengan konsep yang integratif. Pernyataan ini
memliki arti bahwa subsistem-subsistem yang membangun sistem agribisnis
tersebut harus berjalan seiringan dan maju secara bersama. Dengan kata lain,

28
untuk membangun pertanian yang tanguh dan berdaya saing, orientasi
pembangunan pertanian tersebut tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap aspek-
aspek yang berada dalam subsistem on farm saja (pertanian primer), akan tetapi
juga harus melalui penanganan aspek-aspek off farm secara lebih terintegrasi
(Krisnamurthi, 2001).

Agribisnis Hulu Usahatani Agribisnis Hilir

Ø Pupuk Budidaya Ø Pasca Panen


Ø Bibit Pertanian, Ø Pengemasan
Ø Alat Peternakan, Ø Penyimpanan
dan Mesin Perikanan, Ø Pengolahan
Ø Pestisida Dan Produk
Ø Obat-obatan Kehutanan Ø Distribusi
Ø Sarana Ø Pemasaran
Produksi Lain Ø Eceran

Kelembagaan dan Kegiatan Penunjang

Bank, R & D, Asuransi, Pendidikan, Penyuluhan, Latihan,


Konsultasi, Kebijakan Pemerintah, dll

Gambar 3. Sistem Agribisnis


Sumber : Krisnamurthi, 2001 (Diolah)

Dalam pembangunan dan pengembangan sistem agribisnis, proses


pengambilan keputusan dalam penetapan strategi semakin bersifat
terdesentralisasi untuk setiap wilayah. Konsep desentralisasi timbul untuk
meningkatkan kinerja pemerintahan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik. Keadaan ini tak dapat dipungkiri dengan semakin baiknya iklim
demokrasi. Desentralisasi juga dapat merupakan perwujudan dari sistem yang
menempatkan kedaulatan rakyat untuk turut serta dalam proses pembangunan.
Berikut adalah beberapa pemikiran yang mengaitkan antara strategi pembangunan
ekonomi yang berbasis pada pembangunan daerah dengan implikasi reformasi

29
pada kaidah pembungunan dengan hubungannya pada sistem agribisnis
(Krisnamurthi, 2001) :
1. Pengembangan agribisnis membutuhkan apresiasi yang tinggi terhadap
keanekaragaman. Aspek ini merupakan pilar keunggulan agribisnis.
Keanekaragaman tersebut ditunjukkan oleh jenis produk yang bersifat lokal
spesifik, yang artinya adalah disesuaikan dengan sumber daya lokal, kondisi
sosial budaya, dan kebutuhan masyarakat yang berbeda antar wilayah.
2. Pengembangan agribisnis membutuhkan keluwesan dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pengembangan itu sendiri, sesuai dengan
keanekaragaman jenis produk, lokasi, dan kondisi pelaku usahanya. Hal ini
membutuhkan fokus perhatian dari para perencana dan pelaku kegiatan
pembangunan.
3. Pengembangan agribisnis akan lebih banyak bertumpu pada peran dan
partisipasi perorangan atau kelompok masyarakat. Kebutuhan dukungan bagi
para pelaku usaha harus diketahui betul oleh para pengambil kebijakan. Hal
ini terjadi karena selama ini apa yang diprioritaskan oleh para pengambil
keputusan di tingkat pusat tidak jarang berbeda dengan apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh para pelaku usaha di daerah.
4. Pengembangan agribisnis sebagai sistem membutuhkan pemahaman dan
operasionalisasi kerja jaringan usaha antar pelaku dan antar wilayah, baik di
dalam maupun di luar negeri. Jaringan kerja tersebut sangat diperlukan
bukan hanya dalam satu sistem agribisnis saja tetapi juga antar sistem, antara
pelaku usaha sejenis atau yang memiliki keterkaitan erat dan langsung
maupun antara berbagai institusi tidak terkait dengan agribisnis. Dengan
adanya otonomi dan desentralisasi, diharapkan tidak menjadi faktor
penghambat adanya kerjasama antar daerah. Hal ini mutlak diperlukan
karena sistem agribisnis umumnya memiliki lingkup yang lebih luas dari
wilayah daerah (kabupaten atau kecamatan), baik dilihat dari aspek sumber
daya, aspek keterkaitan sistem, dan aspek pasar.
Dengan adanya potensi pengembangan agribisnis yang besar, peluang dan
tantangan, maka dapat disarikan beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan sektor pertanian beserta industri terkait (sistem agribisnis),

30
antara lain (Jiaravanon, 2007) : (1) penerapan teknologi, (2) peningkatan aspek
pembiayaan, (3) pengembangan sumber daya manusia (SDM), (3) industrialisasi
dan korporasi pertanian, (4) liberalisasi pedesaan, serta (5) kebijakan perpajakan.

3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal


Pilihan dan alternatif strategi dihasilkan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan atau sebuah
organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari luar atau dari dalam tubuh
suatu perusahaan atau organisasi. Faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan
secara matang dan bersamaan dalam bentuk analisis agar setiap alternatif strategi
yang dihasilkan dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji untuk segera
diselesaikan.
Faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan atau organisasi menjadi
lingkungan eksternal yang mempengaruhi kondisi bisnis dari perusahaan atau
organisasi tersebut. Lingkungan eksternal ini dapat juga disebut peluang dan
ancaman eksternal. Peluang dan ancaman eksternal menunjuk pada berbagai tren
dan kejadian ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan hidup, politik,
hukum, pemerintahan, teknologi, dan kompetitif yang dapat secara signifikan
menguntungkan atau merugikan suatu organisasi di masa yang akan datang
(David, 2009). Hampir semua tren dan kejadian tersebut dapat digolongkan ke
dalam lingkungan eksternal makro, kecuali keadaan kompetitif yang digolongkan
sebagai lingkungan mikro. Penyebutan lingkungan mikro ini karena faktor-faktor
yang termasuk ke dalam lingkungan ini dapat secara langsung mempengaruhi
kegiatan perusahaan atau organisasi itu sendiri.
Setiap peluang dan ancaman harus dihadapi oleh perusahaan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi sehingga memiliki dayasaing
dan posisi yang dikehendaki atau menguntungkan dalam sebuah persaingan.
Peluang merupakan kondisi yang menguntungkan dan disukai oleh perusahaan
atau organisasi, sedangkan ancaman adalah keadaan yang tidak diinginkan dan
bersifat merugikan bagi perusahaan atau organisasi. Jadi, sebuah perusahaan atau
organisasi harus mampu untuk memanfaatkan peluang yang ada sekaligus juga
harus mampu untuk menghindari ancaman yang menghadang.

31
Selain faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan atau organisasi,
faktor-faktor yang muncul dan berasal dari dalam perusahaan atau organisasi itu
sendiri juga harus dianalisis untuk menyusun suatu strategi. Faktor-faktor
tersebut juga dapat diartikan sebagai lingkungan internal perusahaan atau
organisasi. Lingkungan internal memunculkan sebuah penilaian berupa kekuatan
dan kelemahan perusahaan atau organisasi. Lingkungan internal memiliki
karakteristik yang cenderung lebih terkontrol bila dibandingkan dengan
lingkungan eksternal. Hal ini dikarenakan kekuatan dan kelemahan internal
tersebut merupakan aktivitas terkontrol dari suatu perusahaan atau organisasi yang
mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan dari
suatu perusahaan dapat ditinjau dari segi wilayah-wilayah yang termasuk ke
dalam kegiatan-kegiatan fungsional perusahaan, seperti kegiatan manajemen,
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan
pengembangan, dan aktivitas sistem informasi manajemen bisnis (David, 2009).
Dalam konteks lingkungan internal, perumusan strategi diarahkan untuk
memaksimalkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang ada di perusahaan
atau organisasi.

3.1.3. Konsep Perumusan Strategi


Menurut David (2009), seluruh partisipan dalam analisis dan pemilihan
strategi harus memiliki informasi audit eksternal dan internal di hadapan mereka.
Informasi ini ditambah dengan pernyataan visi dan misi akan membantu para
partisipan dalam menentukan yang mereka yakini paling bermanfaat bagi
perusahaan. Kerangka pengambilan keputusan dalam perumusan strategi terdiri
dari tiga tahap, yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Dalam
penelitian ini, tahap keputusan yang menjadi bagian dalam alur perumusan
strategi tidak dibahas karena penelitian ini hanya memberikan beberapa alternatif
strategi. Alternatif-alternatif strategi tersebut dapat menjadi bahan rujukan bagi
responden internal yang memiliki kewenangan untuk menetapkan dan
menjalankan strategi . Alat yang ditampilkan dalam kerangka ini bisa diterapkan
untuk semua ukuran dan jenis organisasi serta dapat membantu para penyusun
strategi mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi. Teknik-teknik
yang digunakan untuk menyusun suatu strategi membutuhkan gabungan intuisi

32
dan analisis. Pada akhirnya, para penyusun strategi sendirilah dan bukannya alat
analisis yang bertanggungjawab dan akuntabel terhadap keputusan strategis
(David, 2009).

3.1.3.1. Tahap Input


Tahap input berisi informasi input dasar yang dibutuhkan untuk
merumuskan strategi (David, 2009). Informasi tersebut berasal dari intuisi dan
analisis dari penyusun strategi terhadap lingkungan eksternal dan internal yang
mempengaruhi perusahaan atau organisasi. Keadaan ini memungkinkan para
penyusun strategi untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi
strategi alternatif (David, 2009). Pada tahap ini, alat analisis yang digunakan
meliputi analisis kondisi untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.
1. Analisis Kondisi Eksternal
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang
berasal dari luar lingkungan perusahaan yang mempengaruhi kinerja
perusahaan. Faktor-faktor yang berasal dari luar lingkungan perusahaan
tersebut kemudian menjadi informasi yang penting dalam pembuatan strategi.
Informasi tersebut berasal dari aspek ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Analisis
ini juga dapat memberikan informasi mengenai peluang dan ancaman yang
sedang atau akan berdampak pada perusahaan atau organisasi.
2. Analisis Kondisi Internal
Faktor-faktor perusahaan yang berkaitan dengan dampak kekuatan dan
kelemahan dianalisis menggunakan analisis ini . Kekuatan dan kelemahan
tersebut diidentifikasi berdasarkan bidang fungsional dari suatu usaha.
Dengan demikian, pihak perumus strategi dapat melihat dan mengetahui
bidang-bidang fungsional yang mana dari perusahaan tersebut yang menjadi
kekuatan dan kelemahan.

3.1.3.2. Tahap Pencocokan


Strategi merupakan sebuah pencocokan yang dibuat oleh suatu perusahaan
atau organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya serta peluang
dan risiko yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal. Mencocokkan faktor-

33
faktor keberhasilan penting eksternal dan internal merupakan kunci untuk
menciptakan strategi alternatif yang masuk akal. (David, 2009). Pada tahap ini,
keluaran yang dihasilkan oleh analisis lingkungan strategis eksternal dan internal
menjadi masukan bagi alat-alat analisis tahap pencocokan. Ada beberapa alat
analisis yang termasuk ke dalam tahap pencocokan. Salah satunya adalah Matriks
Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats-SWOT).
Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting dalam
membantu para manajer untuk mengembangkan empat jenis strategi, yaitu : (1)
strategi SO (kekuatan dan peluang), (2) strategi WO (kelemahan dan peluang), (3)
strategi ST (kekuatan dan ancaman), serta (4) strategi WT (kelemahan dan
ancaman). Mencocokan faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan
bagian tersulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan
penilaian yang baik (David, 2009). Intuisi dan penilaian yang baik dari perumus
strategi sangat diperlukan dalam tahapan ini. Selain itu, alur berpikir yang
sistematis juga dapat membantu perumus strategi untuk lebih memilih alternatif-
alternatif strategi yang lebih tepat untuk setiap kategori.
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik
keuntungan dari peluang eksternal. Strategi ini diterapkan perusahaan atau
organisasi yang dinilai memiliki kekuatan yang cukup dan menonjol untuk dapat
memanfaatkan peluang demi kemajuan perusahaan atau organisasi. Strategi WO
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang berasal dari internal perusahaan
atau organisasi dengan cara mengambil keuntungan dari segala peluang eksternal
yang ada (David, 2009). Akan tetapi, banyak kasus yang membuktikan bahwa
perusahaan atau organisasi dihadapkan pada peluang yang bagus dan
menguntungkan namun pihak perusahaan tidak mampu untuk memanfaatkan
peluang tersebut karena kelemahan internal yang dimilikinya.
Strategi ST menjelaskan bahwa kekuatan internal yang dimiliki oleh
perusahaan atau organisasi digunakan untuk menghindari ancaman yang datang
dari luar perusahaan. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat
harus selalu menghadapai ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal
atau luar perusahaan. Strategi WT merupakan taktik yang bersifat bertahan yang

34
dilakukan oleh perusahaan atau organisasi. Strategi ini diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Perusahaan
yang berada dalam kondisi ini berada dalam posisi yang kritis (David, 2009). Hal
ini dikarenakan perusahaan harus mengurangi kelemahan internalnya sekaligus
menghindari dampak dari ancaman yang akan datang.
Pada kenyataannya, matriks SWOT digunakan secara luas dalam kegiatan
perencanaan strategis, akan tetapi matriks ini juga tidak luput dari beberapa
kekurangan atau keterbatasan. Beberapa keterbatasan yang ada pada matriks
SWOT (David, 2009) , antara lain : (1) matriks SWOT tidak menunjukkan cara
untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif. Matriks ini tidak dapat
menjelaskan bagaimana caranya untuk memiliki keungulan dalam pertimbangan
biaya-biaya yang ada (keunggulan kompetitif). (2) Matriks SWOT merupakan
penilaian yang statis (terpotong-potong) dan tunduk oleh waktu. Hal ini terjadi
karena matriks SWOT hanya berlaku apabila faktor-faktor yang menyusun
matriks tersebut tidak berubah. (3) Matriks SWOT bisa membuat perusahaan
memberi penekanan yang berlebih pada satu faktor internal atau eksternal tertentu
dalam merumuskan strategi. Padahal, strategi yang jitu harus memperhitungkan
hubungan antar faktor-faktor yang dapat bersal dari internal maupun eksternal
perusahaan atau organisasi.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional


Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki komoditas
perikanan unggulan dunia. Salah satu komoditas perikanan tersebut adalah ikan
hias. Ikan hias harus dapat dikembangkan terus oleh masyarakat Indonesia
sebagai komoditas unggulan yang dapat memberikan manfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan. Proses pengembangan ikan hias sebagai komoditas
unggulan didukung secara penuh oleh kondisi alam dan geografis yang cocok
untuk pemeliharaan ikan. Dengan sumber air yang sesuai, jenis ikan hias yang
beragam, pakan yang tersedia secara alami, serta didukung oleh pengetahuan
pemeliharaan ikan yang sudah secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat
Indonesia khususnya Provinsi Jawa Barat membuat pengembangan ikan hias
seharusnya menjadi semakin lapang untuk menjadi komoditas unggulan.

35
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
yang menjadikan ikan hias sebagai komoditas dari program One Village One
Product (OVOP). Satu Kecamatan di Kabupaten Bogor yang terpilih untuk
mengembangkan komoditas ikan hias air tawar adalah Kecamatan Cibinong.
Penetapan komoditas ikan hias air tawar dalam program OVOP tersebut
dicanangkan langsung oleh Bupati Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong
memiliki RTP ikan hias air tawar sebesar 70 orang dan angka ini merupakan
angka RTP terbesar bila dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di
Kabupaten Bogor. Akan tetapi, tingkat produksi ikan hias baru mencapai 376,89
ribu ekor pada tahun 2009 dengan luas lahan perikanan yang hanya sekitar 1,5
hektar. Luas lahan perikanan yang sempit ini dikarenakan semakin
berkembangnya Kecamatan Cibinong yang menjadi ibukota Kabupaten Bogor
untuk digunakan sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan jasa. Ini menjadi
sebuah tantangan yang berat bagi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong.
Dengan potensi dan tantangan yang dimiliki tersebut dibutuhkan strategi
yang tepat untuk dirumuskan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan)
Kabupaten Bogor sebagai lembaga penunjang dan SKPD yang membantu Bupati
untuk mewujudkan visi dan misi daerah untuk memberdayakan masyarakat,
terutama masyarakat Kecamatan Cibinong yang berkecimpung dalam sistem
agribisnis ikan hias air tawar.

36
Indonesia Sebagai
Negara Maritim dan
Agraris

Ikan Hias Air Tawar


Sebagai Komoditas
Unggulan

Jawa Barat Sebagai


Provinsi Potensial
Di Sektor Perikanan
(Ikan Hias)

Bupati Kabupaten Bogor


Menjadikan Ikan Hias Air
Keunggulan Tawar Sebagai Komoditas Permasalahan
Dalam Program OVOP untuk
Kecamatan Cibinong

Sistem Agribisnis
Sebagai Paradigma
Pembangunan
Pertanian

Strategi Disnakkan dalam


Pengembangan Sistem
Agribisnis Ikan Hias Air Tawar

Analisis Faktor-
Faktor Lingkungan

Lingkungan Internal Lingkungan Eksternal

Analisis Kondisi Analisis Kondisi


Internal Eksternal

Analisis SWOT

Alternatif-Alternatif Strategi Disnakkan dalam Pengembangan Sistem Agribisnis


Ikan Hias Air Tawar Di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

37
IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu


Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan
lokasi penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan beberapa
pertimbangan. Pertimbangan pertama adalah Kecamatan Cibinong merupakan
Kecamatan di Kabupaten Bogor yang dicanangkan dalam program one village one
product (OVOP) pada tahun 2009 untuk mengembangkan komoditas ikan hias.
Pertimbangan kedua adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor sebagai SKPD Prioritas untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Bogor
di bidang peternakan dan perikanan khususnya komoditas ikan hias air tawar.
Selain itu, terdapat beberapa lembaga penunjang yang penting untuk
pengembangan ikan hias terdapat di wilayah Kecamatan Cibinong seperti
eksportir ikan hias, dan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (RAISER) Ikan Hias
di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Proses
pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juni
2010.

4.2. Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive) yang
terdiri dari :
1. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang terdiri dari Bidang
Perikanan, Bidang Bina Usaha, Bidang Kesehatan Hewan dan Penyakit Ikan,
serta Sekretariat dengan pertimbangan sebagai pihak yang lebih mengetahui
perkembangan ikan hias dan sebagai penyusun dan menetapkan kebijakan
yang berkaitan dengan pengembangan ikan hias di seluruh wilayah
Kabupaten Bogor,
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor yang
diwakili Bidang Sosial Ekonomi terutama Sub Bidang Ekonomi karena secara
umum sebagai pihak yang merencanakan dan menyusun kegiatan
pembangunan di Kabupaten Bogor khususnya arahan kebijakan yang
berkaitan dengan pengembangan ikan hias,

38
3. Ketua Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias) baik di tingkat
Kabupaten maupun tingkat Kecamatan sebagai sebuah lembaga yang
menghimpun para petani ikan hias,
4. Ketua Kelompok Tani (Poktan) Ikan Hias dalam wilayah Kecamatan
Cibinong yang merupakan anggota dari Himbudias dengan pertimbangan
bahwa Poktan merupakan organisasi yang langsung berangotakan para petani
ikan hias yang secara langsung terlibat dalam usaha pembudidayaan ikan
hias.
5. Pedagang pengumpul, pengusaha, maupun eksportir ikan hias baik yang
berada di dalam maupun di luar wilayah Kecamatan Cibinong dengan alasan
sebagai subsistem hilir dari sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan
Cibinong, Kabupaten Bogor.
6. Kepala Pusat Pengembangan dan Pemasaran (RAISER) Ikan Hias sebagai
lembaga bentukan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk
mengembangkan dan memasarkan ikan hias dengan lingkup nasional.

4.3. Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh
responden, serta pengamatan langsung untuk mendapatkan informasi dan
gambaran umum mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Selain
itu untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor internal dan faktor-
faktor eksternal Disnakkan yang dapat mempengaruhi pengembangan agribisnis
ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Teknik wawancara yang dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi dan masukan tentang kendala dan upaya yang harus
dilakukan dalam pengembangan agribisnis ikan hias di Kabupaten Bogor.
Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data produksi perikanan, data
persentase pencapaian produksi perikanan terutama ikan hias, data RTP ikan hias,
data sumber daya alam dan manusia sektor perikanan di Kabupaten Bogor, data
gambaran umum Kecamatan Cibinong dan Kabupaten Bogor, dan data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor. Data tersebut diperoleh dari

39
berbagai instansi seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor,
Bappeda Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Profil tiap
kelompok tani di Kecamatan Cibinong, instansi-instansi terkait dalam
pengembangan agribisnis ikan hias Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, serta
jaringan internet.

4.4. Metode Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data di lapang
(data primer). Data yang diolah berasal dari data primer dan sekunder.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan
kalkulator.
Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data
yang dilakukan meliputi tahap pemasukan data, transfer data, editing data,
pengolahan data, dan interpretasi data. Analisis dalam penelitian meliputi analisis
kondisi internal dan eksternal serta analisis SWOT untuk menghasilkan alternatif-
alternatif strategi Disnakkan.

4.5. Tahap Perumusan Strategi


Perumusan strategi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis
ikan hias di Kecamatan Cibinong dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap input
(input stage) dan tahap pencocokan (matching stage). Tahap input adalah
menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi
dengan menggunakan analisis kondisi internal dan eksternal. Informasi dasar ini
diperoleh dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan
tahapan merumuskan strategi, tahap kedua ini menggunakan matriks SWOT.
A. Tahap Input (Input Stage)
1. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal
Analisis Kondisi internal digunakan untuk mengidentifikasi faktor
lingkungan internal dan mengukur sejauh mana dampak dan signifikansi kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki Disnakkan, sedangkan analisis kondisi eksternal
digunakan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur
sejauh mana dampak dan signifikansi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh

40
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong.
Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci
dalam analisis kondisi internal dan eksternal Disnakkan sebagai berikut :
a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Organisasi/Disnakkan
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal,
yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Disnakkan.
Daftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan Disnakkan.
Identifikasi faktor eksternal Disnakkan dengan melakukan pendaftaran semua
peluang dan ancaman Disnakkan. Pengidentifikasian ini berdasarkan data yang
berasal dari Pusat Pengembangan dan Pemasaran Ikan Hias (Raiser) Cibinong,
Himbudias tingkat Kabupaten Bogor dan Kecamatan Cibinong, petani ikan hias,
pedagang dan eksportir ikan hias, serta institusi penelitian lainnya di luar lingkup
wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk unit analisis
yang berasal dari internal terdiri dari data yang berasal dari Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor. Setelah peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan
teridentifikasi, kemudian daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian
ancaman daerah serta kekuatan kemudian kelemahan. Daftar harus spesifik
dengan mengunakan persentase, rasio atau angka perbandingan. Hasil kedua
identifikasi faktor-faktor di atas menjadi faktor penentu eksternal dan internal
yang selanjutnya akan diberi bobot.
b. Penentuan Bobot Variabel
Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Jumlah bobot yang diberikan harus sama
dengan satu.
Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi
faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada responden dengan
menggunakan metode ”paired comparasion”. Metode ini digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap

41
variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang
digunakan untuk menentukan bobot adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Cara
membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal)
dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten.

Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Disnakkan


Faktor Strategis A B C D ...... Total
Internal
A Xi
B
C
D
......
N

Total Σ Xi
i=1

Sumber : David, 2009

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Disnakkan


Faktor Strategis A B C D ...... Total
Eksternal
A Xi
B
C
D
......
N

Total Σ Xi
i=1

Sumber : David, 2009

Menurut Kinnear dalam Karo-Karo (2006), bobot setiap variabel diperoleh


menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel
dengan mengunakan rumus :

42
αi = Xi
N

Σ Xi
i=1

Dimana,
αi = Bobot Variabel ke-i n = Jumlah data
Xi = Nilai Variabel x ke-i i = 1, 2, 3,..., n

B. Tahap Pencocokan (Matching Stage) dengan Analisis Matriks SWOT


Matriks SWOT dibentuk berdasarkan faktor-faktor strategis eksternal dan
internal. Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk
membantu pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan
empat tipe strategi, yang meliputi (1) strategi SO yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, (2) strategi WO yaitu
strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal, (3) strategi ST yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dan ancaman eksternal, serta (4)
strategi WT merupakan strategi yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan
internal dan menghindari ancaman lingkungan.
Analisis SWOT mengasumsikan bahwa suatu strategi yang efektif adalah
strategi yang memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan
kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel
faktor (S,W,O dan T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong (Tabel 6).
Menurut David (2009), terdapat empat langkah dalam membentuk sebuah matriks
SWOT :
1. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, kemudian catat
hasilnya pada sel strategi SO.
2. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, kemudian catat
hasilnya pada sel strategi WO.
3. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, kemudian catat
hasilnya pada sel strategi ST.

43
4. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, kemudian catat
hasilnya pada sel strategi WT.

Tabel 6. Matriks SWOT


Strenght (S) Weakness (W)
Daftar Kekuatan Daftar Kelemahan
1. ..... 1. .....
2. ..... 2. .....
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Daftar Peluang Gunakan kekuatan untuk Atasi kelemahan dengan
1. ..... memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang
2. .....

Threats (T) Strategi ST Strategi WT


Daftar Ancaman Gunakan kekuatan untuk Minimalkan kelemahan
1. ..... menghindari ancaman dan hindari ancaman
2. .....

Sumber : David (2009)

4.6. Definisi Operasional


Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi strategi
pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar antara lain :
1. Ikan hias adalah jenis ikan yang menimbulkan aspek estetika atau keindahan
bagi pemiliknya. Ikan tersebut tidak dikonsumsi dan biasanya menjadi salah
satu ornamen di ruangan. Ikan hias dalam penelitian ini hanya membahas
ikan hias air tawar saja karena letak Kabupaten Bogor yang tidak memiliki
wilayah lautan.
2. Produksi ikan hias adalah total produksi ikan hias di Kecamatan Cibinong
maupun Kabupaten Bogor yang dinyatakan dalam Ribuan Ekor (RE).
3. Luas areal perikanan adalah luas sejumlah areal (kolam, empang, karamba,
akuarium, atau lahan) yang dijadikan sebagai tempat pembudidayaan dan
penyimpanan ikan hias yang dimiliki setiap petani ikan hias atau secara
keseluruhan untuk wilayah Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
4. Produktivitas ikan hias adalah jumlah anakan atau telur yang dihasilkan oleh
satu ekor induk dalam sebuah wadah penyimpanan yang siap jual.
5. Petani ikan hias adalah orang yang membudidayakan ikan hias untuk
kemudian dijual kepada pedagang atau langsung kepada konsumen.

44
6. Harga jual petani adalah harga ikan hias per ekor yang diterima oleh petani
dalam satuan Rp/ekor.
7. Sistem agribisnis adalah keseluruhan aspek dalam suatu sistem yang terdiri
dari subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem
agribisnis hilir (pengolahan dan pemasaran), dan subsistem jasa penunjang
(pendidikan, permodalan, riset dan pengembangan serta kebijakan).
8. Pertanian secara umum adalah pengertian pertanian yang mencakup sektor
pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Sedangkan pertanian secara
khusus berarti pertanian dalam konteks budidaya dan bercocok tanam.
9. Lingkungan internal merupakan seluruh keadaan yang berada di dalam
lingkup administrasi dan kewenangan Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor khususnya di wilayah Kecamatan Cibinong yang dapat
mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias seperti keadaan
fisik, sumber daya manusia, produksi ikan hias, serta manajemen dan
pemasaran ikan hias. Lingkungan ini diidentifikasi menjadi kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki oleh wilayah atau daerah Kecamatan Cibinong dalam
pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar.
10. Lingkungan eksternal merupakan seluruh keadaan yang ada di luar aturan
administrasi dan kewenangan Dinas Peternakan dan Perikanan, khususnya di
wilayah Kecamatan Cibinong yang dapat mempengaruhi pengembangan
sistem agribisnis ikan hias seperti keadaan sosial ekonomi, sosial budaya,
politik, demografi, hukum pemerintah, perbankan, dan teknologi.
Lingkungan ini diidentifikasi menjadi peluang dan ancaman yang akan
mempengaruhi pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
11. Kekuatan adalah bagian lingkungan internal yang berasal dari Disnakkan
yang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan untuk pengembangan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
12. Kelemahan adalah bagian lingkungan internal yang berasal dari Disnakkan
yang dapat menghambat pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar
di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

45
13. Peluang adalah bagian lingkungan eksternal di luar Disnakkan yang dapat
dimanfaatkan dan ditingkatkan untuk pengembangan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
14. Ancaman adalah bagian lingkungan eksternal di luar Disnakkan yang dapat
menghambat pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

46
V GAMBARAN UMUM

5.1. Gambaran Umum Kecamatan Cibinong


5.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Cibinong merupakan salah satu dari 40 kecamatan yang ada di
dalam lingkup wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Kecamatan Cibinong terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Bogor.
Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Kecamatan Cibinong sebagai
pusat pemerintahan daerah. Hal ini dikarenakan pusat-pusat perkantoran
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor sebagian besar terletak di kecamatan ini.
Kecamatan Cibinong merupakan salah satu kecamatan terluar di
Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kecamatan Cibinong sebesar 57,53 km2 atau
1.750,943 hektar. Adapun batas-batas wilayah administratif Kecamatan cibinong
dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Batas Wilayah Administratif Kecamatan Cibinong


Batas Kecamatan/Wilayah
Sebelah Utara Kota Depok
Sebelah Timur Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan
Citeureup, dan Kecamatan Babakan
Madang
Sebelah Selatan Kecamatan Sukaraja
Sebelah Barat Kecamatan Bojong Gede

Kecamatan Cibinong adalah kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki jarak


terdekat dengan wilayah Ibukota Jakarta, yaitu sebesar 3,7 kilometer. Selain itu,
jarak kantor kecamatan dengan desa terjauh hanya mencapai 10 kilometer.
Dengan demikian, rentang kendali dan koordinasi pemerintahan menjadi lebih
cepat dan lebih mudah untuk dilaksanakan di tingkat desa.
Dari aspek topografi, Kecamatan Cibinong sebagian besar berupa dataran
berombak (sekitar 75 persen). Wilayah Kecamatan Cibinong memiliki ketinggian
mencapai 120 hingga 140 meter dari permukaan laut (dpl) dengan suhu

47
maksimum mencapai 31oC dan suhu minimum sebesar 22oC. Dengan rentang
suhu demikian, maka Kecamatan Cibinong potensial bagi pengembangan usaha
budidaya ikan hias.
Sedangkan dari aspek kewenangan administratif membagi wilayah
Kecamatan Cibinong mejadi 12 kelurahan, 13 lingkungan atau dusun, 156 Rukun
Warga (RW), dan 903 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah Rumah Tangga
sebesar 62.594 Rumah Tangga. Kedua belas kelurahan yang ada di Kecamatan
Cibinong antara lain : Karadenan, Nanggewer, Nanggewer Mekar, Cibinong,
Pakansari, Sukahati, Tengah, Pondok Rajeg, Harapan Jaya, Pabuaran, Cirimekar,
dan Ciriung.

5.1.2. Sumber Daya Alam


Kecamatan Cibinong memiliki curah hujan 2.150 sampai dengan 2.650
mm per tahun dengan jumlah hari curah hujan terbanyak selama 175 hari. Bentuk
wilayah terdiri dari 75 persen datar sampai berombak dan 25 persen berombak
sampai berbukit. Luas total tanah sawah di wilayah Cibinong adalah sebesar
697,337 hektar, sebanyak 57,1 hektar digunakan sebagai irigasi teknis, 102 hektar
digunakan sebagai irigasi setengah teknis, 27,5 hektar sebagai irigasi sederhana,
dan 27,8 hektar sebagai tadah hujan atau sawah rendengan.
Luas total tanah kering di Kecamatan Cibinong adalah 1.750,943 hektar.
Luas lahan sebanyak 177,73 hektar digunakan sebagai tegalan atau kebun, 2,85
hektar sebagai tambak, 22,5 hektar sebagai rawa pasang surut, dan 176,37 hektar
sebagai kolam, balong, dan empang. Tanah perkebunan yang digunakan untuk
perkebunan rakyat sebesar 4,1 hektar. Selain itu, luas yang digunakan untuk
fasilitas umum yang terdiri dari lapangan olah raga adalah seluas 147,16 hektar,
taman rekreasi seluas 10,5 hektar, jalur hijau seluas 14,65 hektar, pemakaman
seluas 67,04 hektar dan lain-lain (tanah tandus, tanah pasir) sebesar 34,48 hektar.
Di sisi lain, perubahan penggunaan tanah persawahan dan perkebunan menjadi
perumahan adalah seluas 145,5 hektar dan 15 hektar. Perubahan penggunaan
lahan untuk kegiatan pertanian menjadi perumahan atau pemukiman memang
telah menjadi permasalahan yang menjadi perhatian bagi pengembangan kegiatan
agribisnis di Kecamatan Cibinong. Alih fungsi lahan ini semakin bertambah
parah ketika Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor menetapkan Kecamatan

48
Cibinong sebagai Ibukota Kabupaten Bogor. Sehingga perencanaan wilayah
Kecamatan Cibinong mengarah pada pemukiman dan perkotaan.

5.1.3. Sumber Daya Manusia


Jumlah penduduk yang mendiami wilayah Kecamatan Cibinong sebanyak
274.111 jiwa. Jumlah tersebut terbagi dalam 65.049 rumah tangga. Penduduk
laki-laki sebanyak 139.007 jiwa, sedangkan penduduk perempuan berjumlah
135.104 jiwa. Jumlah penduduk yang berada di usia produktif (usia 15-55 tahun)
sebesar 167.597 jiwa. Jumlah ini mencakup 61,1 persen dari keseluruhan
penduduk di Kecamatan Cibinong. Tabel 8 menunjukkan jumlah rumah tangga di
Kecamatan Cibinong menurut jenis pekerjaan utama.

Tabel 8. Jumlah Rumah Tangga Menurut Jenis Pekerjaan Utama di Kecamatan


Cibinong Tahun 2008
Jumlah Penduduk
No Jenis Pekerjaan Utama
(Rumah Tangga)
1 Pertanian 1.800
2 Pertambangan dan Galian 1.263
3 Industri 34.943
4 Listrik, Gas, dan Air* -
5 Konstruksi 4.027
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.800
7 Angkutan 4.462
8 Lembaga Keuangan Lainnya 868
9 Jasa-Jasa 6.725
10 Lainnya 2.161
Total Pekerja 65.049
Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2009)

Dari tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Kecamatan


Cibinong bekerja di sektor industri. Hal ini berbeda dengan sektor pertanian (on
farm) yang hanya menampung sekitar 1.800 rumah tangga. Rumah tangga yang
tidak memiliki pekerjaan dan jenis pekerjaan yang tidak termasuk kategori dalam
tabel tersebut dikelompokkan dalam pekerjaan lainnya dengan jumlah yang
mencapai 2.161 rumah tangga.
Dari aspek pendidikan, sebagian besar penduduk di Kecamatan Cibinong
tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 28.660 jiwa. Jumlah ini

49
hanya sedikit lebih besar dari penduduk yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD)
yang mencapai 28.420 jiwa. Di lain pihak penduduk yang lulus Akademi dan
Universitas masing-masing mencapai 7.351 dan 4.089 jiwa. Sedangkan penduduk
yang tidak tamat SD atau sederajat mencapai 15.463 jiwa. Dengan demikian,
sebagian besar penduduk Kecamatan Cibinong berada dalam tingkat pendidikan
rendah hingga menengah.
Dari segi agama yang dianut, sebagian besar penduduk Kecamatan
Cibinong atau sebesar 232.954 (85,26 persen) menganut agama Islam. Selain itu,
penduduk Kecamatan Cibinong yang menganut agama Katolik, Protestan, Hindu,
Budha, dan Konghucu berturut-turut mencapai 9.495, 25.505, 1.327, 2.211, dan
1.617 jiwa. Namun demikian, penduduk Kecamatan Cibinong selalu menjaga
kerukunan dan ketentraman antar umat beragama.

5.1.4. Sarana dan Prasarana


Kecamatan Cibinong memiliki prasarana pengairan berupa 10.378 buah
pompa air, 11 buah sungai, 3.313 buah saluran Perusahaan Air Minum (PAM),
dan 16 buah situ. Alat transportasi yang dimiliki adalah 10 buah bus, 22 buah
metromini/ mikrolet, 166 buah angkot, 7.416 buah ojek dan 8.713 buah sepeda.
Sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Cibinong adalah 14 buah koperasi,
sebuah pasar bangunan permanen, 1.825 buah toko, kios, warung dan empat buah
bank.
Adapun sarana perhubungan yang ada di Kecamatan Cibinong adalah
sebuah sub terminal, 141 buah telepon umum, dua buah kantor telekomunikasi
(Telkom), 309 buah warung telekomunikasi. Perusahaan yang ada di Kecamatan
Cibinong adalah 43 buah industri besar, 81 buah industri sedang, 84 buah industri
kecil, 25 buah home industry, 2 buah perhotelan, 127 buah rumah makan, 509
buah usaha dagang, 290 buah angkutan. Sarana pendidikan yang dimiliki adalah
80 buah taman kanak-kanak, 66 buah SD Negeri, 29 buah SD/ Madrasah
Ibtida’iyah Negeri, enam buah SD Swasta Umum, delapan buah SD Swasta Islam,
satu buah SD Swasta Katolik, dua buah SLB, tiga buah SLTP Negeri, sembilan
buah SLTP Madrasah/ Tsanawiyah Negeri, 19 buah SLTP Swasta Umum, 15
buah SLTP Swasta Islam, satu buah SLTP Swasta Katolik, satu buah SLTP
Kejuruan Swasta, dua buah SMA Negeri, satu buah SMA Madrasah Aliyah

50
Negeri, enam buah SMA Swasta Umum, dua buah SMA Swasta Islam, satu buah
SMK Negeri, 10 buah SMK Swasta, lima buah Sekolah Tinggi Swasta, dan dua
buah Universitas Swasta. Adapun tempat ibadah di kecamatan ini adalah tujuh
buah mesjid agung, 112 buah mesjid jami’, 126 buah mesjid, 385 buah mushola,
88 buah surau, delapan bauh gereja, satu buah klenteng, satu buah litang, dan
sebuah pura.
Sarana pariwisata yang dimiliki adalah tiga buah taman, satu buah cagar
budaya, lima buah perkumpulan kebudayaan, dua sanggar kesenian, 12
perkumpulan seni, empat buah Padepokan, dua buah Bioskop. Unit kesehatan
terdiri dari satu buah RSU Pemerintah, dua buah RSU Swasta, lima buah rumah
bersalin, 35 buah poliklinik, tiga buah puskesmas pembantu, 43 buah praktek
dokter, 42 orang bidan praktek, 11 orang bidan desa, 29 orang dukun bayi, 12
buah apotik, 13 buah toko obat dan 19 buah panti pijat.
Setiap sarana dan prasarana yang dimiliki dan dibangun oleh pemerintah
daerah atau pemerintah pusat memiliki tujuan untuk memperlancar aktivitas
perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan keagamanan penduduk di Kecamatan
Cibinong. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dan
kemudahan untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah.

5.1.5. Potensi Pertanian


Kecamatan Cibinong memiliki potensi pertanian baik tanaman pangan,
hortikultura, maupun perkebunan. Sebagian besar tanaman yang diusahakan
tersebut menjadi komoditas perdagangan. Tabel 9 menunjukkan potensi pertanian
Kecamatan Cibinong.
Tanaman ketela rambat merupakan komoditas pertanian yang sangat
potensial dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari produksi
ketela rambat yang mencapai 80,5 ton. Selain ketela rambat, potensi buah-buahan
juga perlu untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari luas areal tanam yang
mencapai 35,43 hektar dengan hasil mencapai 67,74 ton. Dengan demikian, buah-
buahan menjadi komoditas terbesar kedua yang dihasilkan di Kecamatan
Cibinong. Sementara itu, tanaman pangan terbesar yang diusahakan di
Kecamatan Cibinong yaitu padi memberikan hasil sebesar 13 ton dari 8,6 hektar
lahan yang dipanen. Adapun untuk tanaman perkebunan, Kecamatan Cibinong

51
memiliki areal lahan yang ditanami oleh 100 tanaman kelapa yang digunakan
untuk menghasilkan buah kelapa dan kopra.

Tabel 9. Potensi Pertanian di Kecamatan Cibinong Tahun 2008


Luas Tanam Luas yang Rata-rata
No Jenis
(Ha) Dipanen (Ha) Produksi (Ton)
1 Padi 19,6 8,6 13
2 Jagung 10,5 6,5 10
3 Ketela pohon 78 68,5 35
4 Ketela rambat 6,9 1,5 80,5
5 Kacang tanah 4 3 4
6 Kedelai 5,5 3,5 5
7 Sayur-sayuran 4 3 4
8 Buah-buahan 35,43 10,2 67,74
Sumber : Data Monografi Kecamatan Cibinong (2010)

5.1.6. Potensi Perikanan


Di bidang perikanan, Kecamatan Cibinong juga memiliki potensi yang
harus terus dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah masyarakatnya.
Potensi perikanan yang terdapat di wilayah Kecamatan Cibinong terbagi dalam
potensi perikanan ikan konsumsi dan potensi perikanan ikan hias. Kegiatan
perikanan tersebut terdiri dari perikanan yang diusahakan di air tenang, air deras,
sawah, karamba, dan jaring apung. Akan tetapi, komoditas ikan hias terutama
ikan hias air tawar dibudidayakan di dalam akuarium dan kolam berair tenang.
Tabel 10 memperlihatkan poensi perikanan ikan konsumsi, ikan hias, dan
pembenihan di Kecamatan Cibinong.

Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP), Luas Areal, dan Produksi
Berdasarkan Jenis Usaha Perikanan yang Diusahakan Di Kecamatan
Cibinong Tahun 2009

Jumlah RTP Luas Areal Produksi


Jenis Usaha Perikanan (orang) (Ha) (Ton)
Air Tenang 183 14,50 67,39
Air Deras* 0 0 0
Sawah* 0 0 0
Karamba* 0 0 0
Jaring Apung 39 0,005 19,25
Ikan Hias 70 1,5 376,89**
Pembenihan 25 5,3 1.455,69

52
Keterangan : *Tidak ada data, **Satuan dalam Ribu Ekor (RE)
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)

Dari tabel 10 terlihat bahwa komoditas ikan konsumsi sebagian besar


diusahakan di kolam air tenang dengan jumlah RTP yang mencapai 183 orang,
dengan luas sebesar 14,5 hektar dan produksi mencapai 67,39 ton. Sedangkan
rumah tangga yang mengusahakan ikan hias mencapai 70 orang dengan luas areal
1,5 hektar dan produksi mencapai 376,89 ribu ekor. Di lain sisi, untuk memasok
kebutuhan benih, maka rumah tangga yang bergerak dalam usaha pembenihan
berjumlah 25 orang, luas areal pembenihan mencapai 5,3 hektar dan hasil
produksi mencapai 1.455,59 hektar.

Tabel 11. Jumlah Produksi Setiap Komoditas Ikan konsumsi di Kecamatan


Cibinong Tahun 2009
No Komoditas Ikan Konsumsi Produksi (Ton)
1 Mas 279,31
2 Gurame 190,74
3 Lele 619,98
4 Tawes 41,74
5 Tambakan 15,07
6 Mujair 4,32
7 Nila 0,02
8 Patin 103,15
9 Bawal 52,44
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor 2009 (Diolah).

Berdasarkan Tabel 11, komoditas ikan konsumsi yang diusahakan oleh


sebagian besar rumah tangga perikanan di Kecamatan Cibinong adalah ikan mas.
Hal ini dikarenakan produksi ikan hias mencapai 279,31 ton. Selain ikan mas,
ikan konsumsi yang terbesar kedua dan ketiga yang diusahakan adalah ikan lele
dengan produksi yang mencapai 619,98 ton dan ikan patin dengan jumlah
produksi sebesar 103,15 ton.
Ikan hias menjadi salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk
dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan luas lahan yang
dibutuhkan oleh usaha pembudidayaan dan perdagangan ikan hias tidak terlalu
luas. Luas lahan menjadi salah satu faktor penentu untuk menentukan komoditas

53
unggulan yang akan dikembangkan di Kecamatan Cibinong. Alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan pemukiman, pertokoan, dan jasa semakin bertambah dan
meningkat untuk setiap tahunnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari rencana
pengembangan Kecamatan Cibinong yang diarahkan untuk pengembangan
perkotaan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 mengarahkan pengembangan
perikanan di Kecamatan Cibinong diarahkan pada komoditas ikan hias. Hal ini
mengakibatkan ikan hias dijadikan komoditas unggulan sekaligus ikon Kecamatan
Cibinong.
Faktor lainnya yang menjadi pertimbangan untuk menjadikan ikan hias
sebagai komoditas unggulan dan ikon Kecamatan Cibinong adalah banyaknya
lembaga pendukung yang merupakan elemen dalam mata rantai perdagangan ikan
hias seperti pedagang eceran, pedagang pengumpul (broker dan supplier),
eksportir, serta Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang
merupakan lembaga dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia. Ikan hias yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Kecamatan
Cibinong adalah ikan hias air tawar. Jenis-jenis ikan hias air tawar yang biasa
dibudidayakan dan diperdagangkan oleh pelaku bisnis ikan hias antara lain :
Corydoras, Neon Tetra, Mas Koki, Cupang, Koi, Plati Padang, Silver Dollar,
Maanvis dan sebagainya. Tabel 12 memperlihatkan jenis-jenis ikan hias air tawar
yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Kecamatan Cibinong.

Tabel 12. Produksi Ikan Hias Air Tawar yang Dibudidayakan di Kecamatan
Cibinong Tahun 2009
No Komoditas Ikan Hias Produksi (RE)
1 Corydoras 36,34
2 Cupang 13,55
3 Koi 13,80
4 Mas Koki 15,37
5 Barbus 9,40
6 Rocket 7,32
7 Tetra 7,06
8 Kardinal Tetra 4,97
9 Neon Tetra 24,57
10 Plati Pedang 12,28

54
No Komoditas Ikan Hias Produksi (RE)
11 Rainbow 8,86
12 Baster 4,97
13 Blue Eye* 0
14 Black Ghost 6,77
15 Red Nose* 0
16 Silver Dolar* 0
17 Oscar* 0
18 Discuss* 0
19 Kongo Neon* 0
20 Ctenopoma 155
21 Platis* 0
22 Maanfis 9,23
23 Guppy* 0
24 Lain-lain 41,36
Ket : *Tidak Ada Data
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor 2009 (Diolah)

Sebagian besar pembudidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong


tergabung dalam kelompok tani-kelompok tani. Namun, belum semua
pembudidaya ikan hias air tawar, pedagang pengumpul, dan pedagang eceran
yang bergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani pembudidaya ikan hias di
Kecamatan Cibinong yang sudah memiliki kepengurusan yang aktif dan formal
sebanyak enam kelompok tani, yaitu : (1) kelompok tani Jantung Harapan yang
berkedudukan di Kelurahan Pabuaran, (2) kelompok tani Mina Kencana yang
berkedudukan di Kelurahan Harapan Jaya, (3) kelompok tani Cahaya Mandiri di
Kecamatan Pakansari, (4) kelompok tani Pondok Lobster di Kelurahan Ciriung,
(5) kelompok tani Mitra Sejati di Kelurahan Nanggewer, serta (6) kelompok tani
Bina Tani di Kelurahan Pondok Rajeg. Keenam kelompok tani tersebut tergabung
dalam suatu wadah organisasi Himpunan Pembudidaya Ikan Hias (Himbudias)
Kecamatan Cibinong. Himbudias Kecamatan Cibinong tersebut menginduk
kepada Himbudias Kabupaten Bogor. Kelompok tani pembudidaya ikan hias
yang ada tersebut masih dalam proses pengembangan dan penguatan karena masih
banyak pembudidaya yang ingin masuk menjadi anggota dan mendirikan
kelompok tani baru.

55
Di wilayah Kecamatan Cibinong juga terdapat dua eksportir ikan hias.
Kedua eksportir tersebut adalah CV. Maju Aquarium dan PT. Sunny Indopramita.
CV. Maju Aquarium adalah entitas bisnis milik Bapak Yap Kiat Bun yang
beralamat di lingkungan 03 Citatah Rt 01 Rw 09 Kecamatan Cibinong. Luas
lahan yang dimiliki seluas 2.200 meter persegi dengan kapasitas produksi 500 juta
ekor ikan hias per tahun. Sedangkan PT. Sunny Indopramita beralamat di jalan
Bina Citra Rt 4 Rw 5 Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Lahan yang
dimiliki mencapai 804,5 meter persegi dengan kapasitas produksi mencapai 3,5
juta ekor ikan hias per tahun. Pemilik perusahaan ini adalah Bapak Sumarjo
Wongso. Kedua eksportir ikan hias tersebut mendapatkan pasokan ikan hias baik
ikan hias air tawar maupun air laut yang berasal dari wilayah Kecamatan
Cibinong dan luar Kecamatan Cibinong atau nasional. Pangsa pasar ikan hias
kedua eksportir tersebut adalah Amerika Serikat, Singapura, Uni Eropa, Jepang,
dan Timur-Tengah.
Kedua eksportir ikan hias tersebut memiliki jaringan bisnis seperti
supplier dan broker yang juga merupakan anggota salah satu kelompok tani
anggota Himbudias. Oleh karena itu, supplier dan broker ini memiliki peran yang
cukup penting dalam memasarkan ikan hias air tawar yang dihasilkan di setiap
kelompok tani. Skema kemitraan usaha antar unit bisnis (petani, broker, supplier,
dan eksportir) harus menjadi titik berat dalam pengembangan ikan hias air tawar
di Kecamatan Cibinong ini.
Broker ikan hias berperan dalam mengumpulkan ikan hias yang berasal
dari petani dan untuk selanjutnya dilakukan proses sortasi dan grading
berdasarkan ukuran dan kriteria kualitas lainnya. Broker membeli ikan hias air
tawar dari petani berdasarkan permintaan dari supplier. Apabila broker telah
berhasil mengumpulkan ikan hias air tawar sesuai dengan permintaan supplier,
maka ikan hias air tawar tersebut dikirim ke supplier tersebut. Sedangkan supplier
berperan untuk mengumpulkan ikan hias air tawar yang berasal dari beberapa
broker atau petani besar yang selanjutnya dipasarkan ke eksportir. Oleh karena
itu, perbedaan antara broker dengan supplier adalah pada ruang lingkup jaringan
bisnisnya. Supplier memiliki ruang lingkup jaringan bisnis yang lebih luas,

56
biasanya mencakup satu regional atau kabupaten, bila dibandingkan dengan
broker yang hanya mencakup tingkat kecamatan dan antar desa
Selain diekspor ke luar negeri, ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh
Kecamatan Cibinong juga dipasarkan di pasar nasional dan daerah (tingkat
kabupaten dan kecamatan). Oleh karena itu, Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor membangun Depo pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong untuk membuka saluran pemasaran baru bagi petani dan pedagang.
Depo pemasaran ikan hias air tawar tersebut dapat membantu untuk meningkatkan
keuntungan petani ikan hias karena menawarkan farmer share yang lebih tinggi
bagi petani bila dibandingkan dengan farmer share bila ikan hias air tawar dijual
ke broker atau supplier.
Untuk mengembangkan ikan hias air tawar di tingkat nasional,
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia membangun Pusat
Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang terletak di Kecamatan
Cibinong. Raiser merupakan salah satu pilot project yang merupakan hasil
kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang didirikan pada tanggal 24 Maret 2004
oleh Presiden Megawati Soekarno Putri. Kehadiran raiser ikan hias ini diharapkan
dapat berfungsi sebagai: (1) Pusat pengembangan industri ikan hias; (2)
Penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu; (3) Pusat pemasaran ikan hias; (4)
Penyangga stok; (5) Sarana edukasi dan riset; dan (6) Pusat Informasi.
Tujuan dibangunnya Raiser antara lain: Pertama, membangun pusat
pengembangan dan pemasaran ikan hias sebagai penghela kebangkitan bisnis
ikan hias Indonesia; Kedua, memfasilitasi pemasaran (ekspor) ikan hias
Indonesia; dan Ketiga, menampilkan citra Indonesia sebagai produsen dan
eksportir ikan hias. Raiser ini akan menjadi pusat penggerak bisnis ikan hias, ke
hulu dapat mendorong dan meningkatkan pendapatan para pembudidaya dan ke
hilir diupayakan meningkatkan pemasaran dan perolehan devisa bagi negara.
Para pembudidaya ikan hias Indonesia dalam melakukan usahanya pada
umumnya berskala kecil, jenis ikan terbatas, kualitas produk relatif masih rendah,
time of delivery terbatas, dan modal terbatas. Sedangkan untuk para penangkap
ikan hias alam, biasanya dilakukan secara musiman dan sangat tergantung pada

57
potensi stok ikan. Kehadiran raiser ikan hias diharapkan
dapat mengatasi dan memfasilitasi permintaan ikan hias dengan jenis yang
beragam, kualitas tinggi, kuantitas tidak terbatas, dan terjamin kontinuitas
suplainya sehingga akan terwujud peningkatan nilai ekspor yang pada saat yang
bersamaan juga meningkatkan kesejahteraan para pembudidaya dan atau
penangkap ikan hias melalui jaminan pasar.
Raiser ikan hias di Cibinong merupakan pilot project yang dilengkapi
dengan beberapa fasilitas seperti karantina, fasilitas sortir (grading),
penyeragaman ukuran (raising), sistem pengairan yang dilengkapi dengan
reservoar, aerasi dan filtrasi, sistem sanitasi dan hygiene, bak tanaman hias,
kolam, dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tersebut dibangun untuk
mendukung bisnis ikan hias diharapkan mampu memfasilitasi sekitar 3.000
pembudidaya, 100 suplier, 60 eksportir ikan hias di kawasan Jabotabek. Lahan
Raiser Cibinong ini dialokasikan LIPI seluas 17,6 Ha dan pada tahap I baru
dibangun seluas 5 Ha. Lahan Raiser ini merupakan bagian dari lahan Cibinong
Science Center - LIPI, pembangunan fisik Raiser dilakukan melalui APBN
Departemen Kelautan dan Perikanan tahun anggaran 2003 dan 2004. Selain itu,
Pemerintah Kabupaten Bogor juga mendukung pembangunan jembatan akses dari
Raiser ke Jalan Raya Bogor.
Kapasitas Raiser Cibinong ini akan mampu menampung sekitar 26 juta
ekor ikan hias per bulan atau 300 juta ekor ikan hias per tahun. Suplai atau
pasokan ikan dari pembudidaya di sekitar Jabotabek mencapai 90 persen dan
sisanya sebesar 10 persen berasal dari penangkapan di alam.

5.2. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor


5.2.1. Dasar Pembentukan
Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Bogor dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008
tentang pembentukan, organisasi, dan tata kerja Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor. Disnakkan merupakan salah satu perwujudan dari penerapan
sistem otonomi daerah yang memberikan porsi yang lebih besar kepada daerah
(provinsi dan kabupaten/kota) untuk berpartisipasi membangun daerah yang
sebelumnya masih didominasi oleh pemerintah pusat. Disnakkan merupakan

58
perangkat daerah sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah
di bidang peternakan dan perikanan.

5.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi


Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mempunyai tugas
pokok Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi di bidang peternakan dan perikanan serta tugas
pembantuan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor mempunyai
fungsi sebagai berikut : (1) merumuskan kebijakan teknis bidang peternakan dan
perikanan, (2) menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang peternakan dan perikanan, (3) membina dan melaksanaan tugas di bidang
peternakan dan perikanan, serta (4) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Bupati sesuai tugas dan fungsinya.

5.2.3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Kebijakan


Visi menggambarkan suatu pandangan yang jauh ke masa depan sesuai
dengan tujuan dan keinginan untuk mengetahui bagaimana keadaan organisasi
atau pihak-pihak yang berada di sekitarnya. Visi dapat membantu organisasi
untuk mendefinisikan kemana organisasi akan dibawa dan membantu
mendefinisikan bagaimana pelayanan harus dilakukan. Menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN), visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
Merunut kepada tugas pokok Disnakkan sebagai perangkat pemerintahan
daerah yang diartikan sebagai lembaga pemerintahan yang membantu Bupati
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bidang peternakan dan
perikanan, maka visi Disnakkan Kabupaten Bogor dijiwai dan dilandasi oleh visi
Kabupaten Bogor itu sendiri. Adapun visi Kabupaten Bogor adalah terwujudnya
masyarakat Kabupaten Bogor yang bertaqwa, berdaya dan berbudaya menuju
sejahtera. Sedangkan visi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah terwujudnya
pembangunan peternakan dan perikanan yang berdaya saing dan berwawasan
lingkungan.

59
Visi ini mengandung makna melaksanakan berbagai kegiatan atau upaya
dalam rangka mengamankan dan meningkatkan jumlah serta kualitas hasil
peternakan dan perikanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
masyarakat Kabupaten Bogor. Kata berdaya saing dan berwawasan lingkungan
yang tercantum dalam visi tersebut mengandung makna kemampuan melakukan
upaya untuk mengembangkan diri dalam suatu lingkungan usaha dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan sumber daya peternakan dan perikanan
yang harus dilandasi oleh keseimbangan penggunaan lahan, pengelolaan limbah
peternakan dan perikanan serta organisme pengganggu bagi kesehatan hewan dan
manusia.
Misi merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi
untuk mewujudkan visi yang telah direncanakan. Dengan kata lain, misi
merupakan penjabaran dari visi organisasi. Pernyataan misi harus menjabarkan
keterlibatan para stakeholders dengan organisasi (Disnakkan). Misi tersebut harus
jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi juga terkait dengan adanya
kewenangan yang diemban. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), misi adalah rumusan
umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Misi Disnakkan Kabupaten Bogor tidak dapat dilepaskan keterkaitannya
dengan misi Kabupaten Bogor. Misi Kabupaten Bogor menjiwai misi dari
Disnakkan Kabupaten Bogor. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor
Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bogor Tahun 2009-2013 terdapat tujuh misi Kabupaten
Bogor. Namun, misi yang secara langsung menjiwai misi Disnakkan Kabupaten
Bogor adalah misi Kabupaten Bogor yang kedua, yaitu meningkatkan
perekonomian daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi
pertanian dan pembangunan yang berbasis perdesaan.
Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 tersebut
serta berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan dengan
mempertimbangkan masukan-masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholder), maka misi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

60
1. Meningkatkan ketersediaan bahan pangan asal ternak dan ikan secara
berkesinambungan. Misi ini mengandung makna meningkatkan usaha
bidang peternakan dan perikanan serta pemenuhan kebutuhan konsumsi
protein hewani.
2. Menjaga lingkungan yang kondusif bagi masyarakat peternakan dan
perikanan serta masyarakat veteriner. Misi ini mengandung makna
menciptakan rasa aman bagi masyarakat peternakan dan perikanan serta
masyarakat veteriner dari bahaya penularan penyakit hewan menular dan
zoonosis serta dari pangan asal hewan dan ikan serta hasil pangan asal
hewan dan ikan yang mengandung bahan tambahan makanan berbahaya.
Hal yang dapat menjadi parameter bagi tercapainya visi dan misi
dijabarkan melalui pernyataan tujuan. Dengan kata lain, tujuan adalah sesuatu
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahun.
Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta
didasarkan pada isu-isu dan analisis lingkungan strategis. Tujuan mengarahkan
perumusan strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi dan visi. Berdasarkan tujuan yang ditetapkan, Disnakkan
Kabupaten Bogor akan mengetahui hal-hal yang harus dicapai dalam kurun waktu
satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya dan
kemampuan yang dimiliki, serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Adapun tujuan strategis Disnakkan untuk tahun 2009-2013 antara lain : (1)
meningkatkan usaha bidang peternakan dan perikanan serta pemenuhan
kebutuhan konsumsi protein hewani, dan (2) terciptanya rasa aman bagi
masyarakat peternakan dan perikanan serta masyarakat veteriner.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan
dicapai atau dihasilkan oleh lembaga dalam jangka waktu tahunan, semesteran,
triwulanan atau bulanan. Sasaran menggambarkan hal yang ingin dicapai melalui
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran
memberikan fokus pada penyusunan kegiatan sehingga bersifat spesifik, terinci,
dapat dicapai, dan diupayakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diukur.

61
Tabel 13. Sasaran-Sasaran dan Indikator Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun
2009-2013
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan
1. Produksi Daging Kg
2. Produksi Telur Kg
Tercapainya peningkatan 3. Produksi Susu Liter
produksi daging, telur, 4. Produksi Ikan Konsumsi Ton
susu dan ikan serta 5. Produksi Ikan Hias RE
tercapainya peningkatan 6. Produksi Benih Ikan RE
konsumsi protein hewani 7. Konsumsi Protein Hewani Gr/kap/hr
asal ternak dan konsumsi 8. asal ternak Kg/kap/thn
ikan 9. Konsumsi Ikan Orang
10. Fasilitasi Kemitraan Lokasi
Sentra Agribisnis Andalan
1. Penyakit Rabies Dosis
Pencegahan dan
2. Penyakit Anthrax Dosis
pemberantasan penyakit
3. Penyakit Brucellosis Dosis
hewan menular dan
4. Penyakit SE Dosis
zoonosis dan pengawasan
5. Penyakit AI Dosis
Pangan Asal Hewan /
6. Pengawasan PAH/HPAH Lokasi
Hasil Pangan Asal Hewan
di pasar dan sentra produksi
dari Bahan Tambahan
Makanan Berbahaya

Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor, 2009

Sasaran-sasaran Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sesuatu dasar di


dalam penilaian dan pemantauan kinerja sehingga merupakan alat pemicu bagi
organisasi akan sesuatu yang harus dicapai. Tabel 13 menjelaskan sasaran-
sasaran beserta indikator keberhasilannya. Dari Tabel 13 terlihat bahwa sasaran
Disnakkan dalam komoditas ikan hias air tawar adalah dengan meningkatkan
produksi ikan hias dengan satuan RE (ribu ekor) dan pencegahan dan
penanggulangan penyakit ikan hias air tawar.
Ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang untuk
dijadikan pedoman, pegangan, dan petunjuk dalam pengembangan ataupun
pelaksanaan program atau kegiatan disebut dengan kebijakan. Tujuan akhir
dibuatnya kebijakan adalah untuk tercapainya visi, misi, tujuan, dan sasaran
secara terpadu dan lancar. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,
kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah pusat atau
daerah untuk mencapai tujuan.

62
Berikut adalah beberapa kebijakan Disnakkan Kabupaten Bogor tahun
2009 hingga 2013 dalam rangka mengarahkan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan :
1. Meningkatkan kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui
pembinaan aparatur.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana peternakan dan perikanan.
3. Meningkatkan akses peternak dan pembudidaya ikan terhadap sumber
permodalan.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan
usaha peternakan dan perikanan.
5. Meningkatkan mutu dan nilai tambah produk peternakan dan perikanan.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian penyakit
hewan.

5.2.4. Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008
tentang Pembentukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor,
Disnakkan Kabupaten Bogor merupakan perangkat daerah sebagai unsur
pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Kepala Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh satu sekretariat, empat bidang, tiga sub bagian, 12 seksi, delapan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, satu UPT Sarana
Usaha, satu UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH), satu UPT Pembibitan
Ternak, satu UPT Balai Benih Ikan, dan satu kelompok Jabatan Fungsional
Umum. Susunan organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
• Kepala Dinas
• Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Program dan Pelaporan.
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3. Sub Bagian Keuangan
• Bidang Produksi Perikanan, membawahi :
1. Seksi Sarana dan Prasarana Perikanan.

63
2. Seksi Pengembangan Produksi Perikanan.
3. Seksi Perbenihan dan Budidaya Ikan.
• Bidang Produksi Peternakan, membawahi :
1. Seksi Sarana dan Prasarana Peternakan.
2. Seksi Pengembangan Produksi Peternakan.
3. Seksi Perbibitan dan Budidaya Ternak
• Bidang Bina Usaha, membawahi :
1. Seksi Pelayanan Usaha
2. Seksi Pengembangan Usaha
3. Seksi Pemasaran dan Fasilitas Permodalan.
• Bidang Kesehatan Hewan dan Ikan, membawahi :
1. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.
2. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Ikan.
3. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.
• Unit Pelaksana Teknis (UPT), terdiri dari :
1. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah I (Kecamatan Jonggol,
Cariu, Sukamakmur, dan Tanjung Sari).
2. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah II (Kecamatan
Cileungsi, Klapa Nunggal, Citeureup, dan Gunung Putri).
3. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah III (Kecamatan
Cibinong, Babakan Madang, Sukaraja, Bojong Gede, dan Tajur
Halang).
4. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah IV (Kecamatan
Cisarua, Megamendung, Ciawi, Cijeruk, Caringin, dan Cigombong).
5. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah V (Kecamatan
Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Ciampea, Tenjolaya, dan
Rancabungur).
6. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VI (Kecamatan
Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, dan Nanggung).
7. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VII (Kecamatan
Jasinga, Parung Panjang, Cigudeg, dan Kecamatan Tenjo).

64
8. UPT Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan Wilayah VIII (Kecamatan
Parung, Gunung Sindur, Ciseeng, Kemang, dan Rumpin).
9. UPT Sarana Usaha.
10. UPT Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
11. UPT Balai Benih Ikan (BBI)
12. UPT Pembibitan Ternak
• Kelompok Jabatan Fungsional Umum.
Gambar 5 menggambarkan susunan organisasi Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor beserta alur koordinatif dan instruktif.

Keterangan : : Garis Instruktrif


-------- : Garis Koordinatif
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor

65
Sedangkan daftar nama-nama pejabat di Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada di lampiran 2.

5.2.5. Sumber Daya Manusia (SDM)


Sumber daya manusia (SDM) yang berada di Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor merupakan pegawai negara atau yang biasa disebut
dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain PNS, calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) juga masih terdapat di Disnakkan. Secara total Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor memiliki pegawai sebanyak 138 orang. Jumlah
tersebut terdiri dari 12 orang pegawai golongan IV, golongan III berjumlah 69
orang, golongan II sebanyak 38 orang, dan golongan I berjumlah satu orang.
Jumlah CPNS Disnakkan Kabupaten Bogor berjumlah 18 orang.
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, maka pegawai
dengan strata dua (S2) berjumlah 19 orang, strata satu (S1) berjumlah 43 orang,
diploma-III (D3) berjumlah 13 orang, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) atau sederajat berjumlah 53 orang, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) atau sederajat berjumlah tujuh orang, dan tamatan Sekolah Dasar
(SD) berjumlah tiga orang.

5.2.6. Sarana dan Prasarana


Dalam usaha untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi yang telah
ditetapkan, maka Disnakkan membutuhkan sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana tersebut dibutuhkan untuk memperlancar dan menambah tingkat
efektifitas dan efisiensi tugas pokok, fungsi, sasaran, dan kebijakan. Oleh karena
itu, optimalisasi sarana dan prasarana sangat penting untuk dilakukan.
Sebagian besar, pengadaan sarana dan prasarana Disnakkan Kabupaten
Bogor dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang berasal dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Adapun ada beberapa sarana
dan prasarana yang merupakan pemberian dari pemerintah pusat melalui kegiatan
otonomi daerah yang berupa dana dekonsentrasi.
Sarana dan prasarana yang dimiliki Disnakkan Kabupaten Bogor dapat
dikelompokkan menjadi bangunan, inventaris lahan yang mengelilingi bangunan

66
tersebut, dan kendaraan operasional pegawai. Bangunan yang dimiliki oleh
Disnakkan Kabupaten Bogor antara lain :
1. Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor di Kecamatan
Cibinong.
2. Holding Ground sebanyak satu unit (Ciawi).
3. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebanyak empat unit yang terdiri dari
tiga unit untuk hewan besar (Cibinong, Jonggol, dan Galuga) serta satu
unit untuk hewan kecil (Citaringgul).
4. Balai Benih Ikan berjumlah dua unit (Cibening dan Cibitung).
5. Stasiun Pembibitan Ternak yang terdiri dari satu unit untuk ternak
kambing (Nanggung) dan satu unit untuk ternak unggas (Rumpin).
6. Pasar Benih Ikan sebanyak satu unit (Ciseeng).
7. Kantor-kantor UPT yang berada di delapan wilayah.
8. Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan sebanyak satu unit di Ciomas.
9. Bangunan Rumah Dinas yang terletak di Baranang Siang, Kota Bogor.
10. Bangunan Pasar Ikan Higienis sebanyak satu unit yang terletak di
Kecamatan Sukaraja.
11. Depo Ikan Hias sebanyak satu unit di Kecamatan Cibinong.
Inventaris tanah Disnakkan Kabupaten Bogor mengelilingi fasilitas-fasilitas
bangunan tersebut. Selain itu, terdapat sarana dan prasarana kendaraan
operasional Disnakkan Kabupaten Bogor yang terdiri dari kendaraan roda empat
berjumlah 11 unit, kendaraan roda tiga berjumlah dua unit, dan kendaraan roda
dua berjumlah 51 unit.

5.2.7. Program dan Anggaran


Program adalah salah satu produk dari lembaga pemerintahan. Program
juga merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang
memiliki alokasi anggaran tertentu. Ide program tersebut dapat berasal dari
pemerintah daerah sendiri atau Disnakkan dan juga dapat berasal dari aspirasi
masyarakat. Program-program yang berasal dari aspirasi masyarakat tersebut
terlebih dahulu harus dikoordinasikan oleh lembaga pemerintahan terkait agar
dapat disahkan menjadi program-program yang terorganisir dan memiliki tujuan

67
serta sasaran yang jelas. Alokasi anggaran sebagian besar berasal dari Anggaran,
Penerimaan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Namun, apabila
pemerintah pusat melalui kementeriaan tertentu mengajukan program yang
berkaitan dalam konteks desentralisasi dan dekonsentrasi maka program-program
tersebut dapat berasal dari Anggaran, Penerimaan, dan Belanja Negara (APBN).
Dalam Rencana dan Strategi (Renstra) Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor tahun 2009-2013, program dan kegiatan dikategorikan ke dalam
program atau kegiatan lokalitas SKPD, program atau kegiatan lintas SKPD, dan
program atau kegiatan kewilayahan. Program atau kegiatan lokalitas SKPD
adalah sekumpulan rencana kerja yang ada di suatu SKPD yang dalam penelitian
ini adalah Disnakkan Kabupaten Bogor. Program atau kegiatan lintas SKPD
adalah rencana kerja yang dilakukan bersama atau mencakup ruang lingkup
kewenangan dari SKPD yang lain. Sedangkan program atau kegiatan
kewilayahan adalah sekumpulan rencana kerja terpadu antar kementerian atau
lembaga dan SKPD mengenai suatu atau beberapa wilayah, daerah atau kawasan
tertentu.
Berikut adalah program-program dan kegiatan pokok yang termasuk ke
dalam program atau kegiatan lokalitas Disnakkan Kabupaten Bogor :
1. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Program ini dimaksudkan dalam rangka untuk meningkatkan produksi
hasil peternakan berupa daging, telur, susu, serta peningkatan konsumsi
protein hewani asal ternak. Jumlah anggaran pada program ini di tahun
2009 sebesar Rp 3.706.131.000 . Adapun kegiatan-kegiatan pokok yang
termasuk ke dalam program ini meliputi :
a. Pembibitan dan perawatan ternak.
b. Pendistribusian bibit ternak dan sarana produksi peternakan kepada
masyarakat.
c. Pelatihan petani ternak penerima bantuan.
d. Pengawasan mutu pakan ternak.
e. Pengawasan mutu bibit ternak.
f. Pengembangan agribisnis peternakan.
g. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

68
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan.
Program ini dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha dan
pemasaran hasil peternakan. Jumlah anggaran pada tahun 2009 untuk
program ini sebesar Rp 235.083.000. Adapun kegiatan-kegiatan pokok
yang termasuk ke dalam program ini meliputi :
a. Fasilitas kerjasama regional, nasional, internasional dalam
penyediaan hasil produksi peternakan komplementer.
b. Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah.
c. Pengolahan hasil peternakan.
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan.
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam penguasaan dan penerapan teknologi peternakan. Jumlah
anggaran pada tahun 2009 untuk program ini sebesar Rp 193.202.000.
Adapun kegiatan-kegiatan pokok yang termasuk ke dalam program ini
meliputi :
a. Kaji terap teknologi peternakan tepat guna.
b. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat
guna.
c. Pengembangan kelembagaan usaha peternakan.
4. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produksi ikan konsumsi,
ikan hias, dan benih ikan. Jumlah anggaran pada tahun 2009 untuk
program ini sebesar Rp 1.198.507.000. Adapun kegiatan-kegiatan pokok
yang termasuk ke dalam program ini antara lain :
a. Pengembangan bibit ikan unggul.
b. Pemberdayaan sumber daya lokal.
c. Pembinaan dan pengembangan perikanan.
d. Pengadaan sarana dan prasarana pengembangan perikanan
e. Restocking ikan di perairan setu.
f. Optimalisasi perikanan di perairan umum.
5. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan.

69
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dalam penguasaan dan penerapan teknologi perikanan. Anggaran
untuk program ini pada tahun 2009 sebesar Rp 113.854.000. Kegiatan-
kegiatan pokok yang termasuk ke dalam program ini, antara lain :
a. Kaji terap teknologi perikanan tepat guna.
b. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi perikanan tepat
guna.
c. Pengembangan kelembagaan usaha perikanan.
6. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan.
Program ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan pengelolaan usaha
dan pemasaran hasil perikanan. Anggaran untuk program ini pada tahun
2009 sebesar Rp 622.261.000. Kegiatan-kegiatan pokok yang termasuk
dalam program ini antara lain :
a. Fasilitas kerjasama regional, nasional, dan internasional
penyediaan hasil produksi perikanan komplementer
b. Promosi atas hasil produksi perikanan unggulan daerah.
c. Pengolahan hasil perikanan.
7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak dan Ikan
Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat
dari berjangkitnya penyakit hewan menular atau zoonosis dan pangan asal
hewan dan ikan serta hasil pangan asal hewan dan ikan yang mengandung
bahan tambahan makanan berbahaya. Anggaran untuk program ini pada
tahun 2009 sebesar Rp 1.657.301.000. Kegiatan-kegiatan pokok yang
termasuk ke dalam program ini antara lain :
a. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak.
b. Pengawasan dan pemeriksaan pangan asal hewan dan hasil pangan
asal hewan.
c. Sosialisasi keamanan pangan.
d. Fasilitas tempat pemotongan hewan.
e. Pelayanan kesehatan hewan
f. Pelayanan kesehatan ikan.

70
Selain program-program yang menyangkut komoditas peternakan dan perikanan,
terdapat program Disnakkan Kabupaten Bogor yang menyangkut kegiatan
operasional, fasilitas, dan kepegawaian. Program-program tersebut antara lain :
(1) program pelayanan administrasi perkantoran dengan anggaran sebesar Rp
1.781.158.000, (2) program peningkatan sarana dan prasarana aparatur dengan
anggaran sebesar Rp 1.646.844.000, (3) program peningkatan kapasitas sumber
daya aparatur dengan anggaran sebesar Rp 5.000.000, serta (4) program
peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
dengan anggaran sebesar Rp 361.350.000.
Di lain pihak, program dan kegiatan lintas SKPD, lintas pelaku, dan lintas
wilayah didasari oleh suatu pemahaman bahwa pembangunan peternakan dan
perikanan memerlukan dukungan dari sektor lain dalam bentuk program
koordinatif. Program koordinatif tersebut saling mendukung antar SKPD dan
antar wilayah sehingga tercipta suatu keterpaduan dan sinergitas dalam
pengaplikasiannya. Adapun kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerjasama antar
lintas tersebut, antara lain :
1. Pengaturan tata ruang, pemilikan, dan peruntukan lahan.
2. Penataan, rehabilitasi, dan pengembangan prasarana penunjang.
3. Pengadaan sarana produksi.
4. Penguatan permodalan.
5. Promosi dan pemasaran.
6. Pengendalian lingkungan.
7. Pengkajian dan penerapan teknologi.
8. Pengaturan keamanan, ketertiban, dan kenyamanan.

71
VI ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

6.1. Faktor Strategis Internal


Faktor-faktor strategis internal merupakan faktor-faktor yang dapat menjadi
kekuatan dan kelemahan yang berasal dari dalam lembaga Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong. Faktor-faktor strategis internal tersebut
diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner serta masukan dari beberapa
responden. Berikut adalah faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan
kelemahan) Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias di Kecamatan Cibinong :

6.1.1. Faktor Kekuatan


Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal yang
berasal dari lingkup internal lembaga Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Faktor-faktor kekuatan internal tersebut harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin oleh Disnakkan dalam upaya mengembangkan ikan hias air
tawar sebagai komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong. Pencanangan
komoditas unggulan ini berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bogor
Nomor 7 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Bogor tahun 2008-2013 dan Peraturan Bupati (Perbup) Bogor Nomor
84 tahun 2009 tentang Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Perdesaan.
Dalam Perda dan Perbup tersebut diterangkan bahwa pengembangan komoditas
ikan hias berada di wilayah Kecamatan Cibinong yang sekaligus menyiratkan
bahwa ikan hias air tawar menjadi ikon Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu,
Disnakkan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang strategis dalam
bidang peternakan dan perikanan bertanggung jawab dan berwenang untuk
membantu Bupati Kabupaten Bogor dalam mewujudkan visi dan misi sesuai
dengan Perda tersebut. Faktor-faktor kekuatan Disnakkan tersebut terdiri dari:
1. Anggaran Program Pengembangan Ikan Hias Air Tawar Disnakkan
Disnakkan Kabupaten Bogor merupakan lembaga pemerintah
daerah yang kegiatan operasional dan kinerjanya ditunjang oleh anggaran

72
yang berasal dari Anggaran, Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Bogor. Anggaran ini digunakan oleh Disnakkan untuk
membiayai kegiatan operasional dan program yang telah direncanakan
sebelumnya. Kegiatan operasional digunakan untuk internal Disnakkan
yang hanya berhubungan dengan sarana dan prasarana serta urusan
administrasi Disnakkan. Sedangkan program merupakan rencana kerja
yang akan dilakukan berkaitan dengan visi, misi, tugas pokok, dan fungsi
yang menjadi kewajiban sekaligus kewenangan Disnakkan di bidang
peternakan dan perikanan.
Anggaran program pada tahun 2009 di bidang perikanan sebesar
Rp 1.934.622.000. Anggaran ini terbagi ke dalam tiga program utama,
yaitu : (1) program pengembangan budidaya perikanan sebesar Rp
1.198.507.000, (2) program pengembangan sistem penyuluhan sebesar Rp
113.854.000, dan (3) program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran
produksi perikanan sebesar 622.261.000. Jumlah anggaran untuk program
di bidang perikanan ditambah dengan kegiatan pelayanan kesehatan ikan
pada program Kesmavet dan penyakit ikan sebesar Rp 166.697.000. Total
anggaran untuk program dan kegiatan perikanan sebesar Rp
2.101.319.000, atau sekitar 18,24 persen dari keseluruhan anggaran untuk
Disnakkan pada tahun 2009 (Rp 11.520.691.000).
Program beserta anggaran Disnakkan di bidang perikanan dibagi
ke dalam tiga kelompok komoditas perikanan, yaitu ikan konsumsi, ikan
hias, dan pembenihan ikan. Namun, program dan anggaran tersebut
digunakan secara bersama oleh Disnakkan Kabupaten Bogor untuk ketiga
komoditas ikan tersebut atau dengan kata lain setiap komoditas ikan baik
ikan konsumsi, ikan hias air tawar, maupun pembenihan ikan mendapat
anggaran sekitar 30 persen dari anggaran perikanan yang tersedia.
Komoditas ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong mendapatkan porsi
sebesar 45 persen dari 30 persen anggaran untuk ikan hias air tawar. Salah
satu contoh dari anggaran yang ditujukan untuk pengembangan ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong adalah pembuatan Depo pemasaran ikan

73
hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang menelan dana sekitar Rp
175.000.000.
Dengan anggaran yang relatif besar dan cukup ini Disnakkan
harus mampu untuk memanfaatkan anggaran secara efektif dan efisien
untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar terutama di
Kecamatan Cibinong. Tentunya ini menjadi kekuatan dari Disnakkan
untuk merancang dan merencanakan program dan anggaran yang cukup
disertai dengan berbagai pertimbangan dan prioritas untuk mewujudkan
komoditas ikan hias air tawar sebagai komoditas unggulan di Kecamatan
Cibinong.
2. Program Pengembangan Produksi Ikan Hias Air Tawar.
Peningkatan produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
ditopang oleh program peningkatan budidaya perikanan. Program
pengembangan dan peningkatan produksi ikan ini menjadi salah satu
keunggulan Disnakkan. Keunggulan program ini terlihat dari pencapaian
produksi ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor yang melampaui target
yang telah ditetapkan oleh Disnakkan sendiri. Program ini terdiri dari
beberapa kegiatan pokok, seperti pengembangan bibit ikan unggul,
pemberdayaan sumber daya lokal, pembinaan dan pengembangan
perikanan, pengadaan sarana prasarana pengembangan perikanan,
restocking ikan di perairan setu, dan optimalisasi perikanan di perairan
umum. Program ini penting untuk pengembangan sistem agribisnis ikan
hias di Kecamatan Cibinong karena produksi ikan hias air tawar di
kecamatan ini telah mengalami penurunan produksi. Produksi ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong telah mengalami penurunan produksi
dari 397,43 ribu ekor di tahun 2008 menjadi hanya sebesar 376,89 ribu
ekor. Dengan demikian, program ini harus menjadi kekuatan penggerak
produksi ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
3. Kerjasama dengan Stakeholders Ikan Hias Air Tawar
Dalam pengembangan ikan hias di Kecamatan Cibinong,
Disnakkan Kabupaten Bogor perlu bekerjasama dengan para pemangku
kepentingan atau stakeholders demi terwujudnya sistem agribisnis ikan

74
hias air tawar di Kecamatan Cibinong yang memiliki nilai tambah bagi
pelakunya. Hal ini dikarenakan terdapat banyak pelaku yang terlibat
dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Disnakkan Kabupaten Bogor telah bekerjasama secara baik dengan
pihak Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan peran dari Kecamatan
Cibinong sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam pemerintahan dan
administrasi di tingkat Kecamatan. Oleh karena itu, setiap perumusan dan
perencanaan program-program yang memiliki objek dalam lingkup
wilayah Kecamatan Cibinong, Disnakkan selalu berkoordinasi dan
bekerjasama untuk menjaring komunikasi dan aspirasi pelaku usaha ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Para pedagang (broker dan supplier) dan eksportir ikan hias air
tawar juga bekerjasama dengan Disnakkan Kabupaten Bogor terutama
untuk mengetahui data dan perkembangan kegiatan perdagangan dan
ekspor ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Disnakkan selalu
mengajak kepada pedagang dan eksportir agar membuka pasar bagi ikan
hias air tawar dari Kecamatan Cibinong. Selain itu, Disnakkan juga
mengajak kepada pelaku usaha tersebut agar melakukan kemitraan dan
bantuan lainnya seperti permodalan dan benih ikan untuk diusahakan oleh
petani. Kegiatan ini dilakukan oleh Disnakkan dalam temu pelaku usaha
di bidang perikanan yang dilakukan minimal satu tahun sekali.
Dengan Himbudias dan kelompok tani-kelompok tani ikan hias air
tawar Kecamatan Cibinong, Disnakkan Kabupaten Bogor melakukan
hubungan yang cukup erat. Setiap ada kebijakan dan kegiatan dari
Disnakkan, ketua Himbudias dan perwakilan dari kelompok tani tersebut
selalu diundang oleh Disnakkan. Hal ini terjadi ketika ada bantuan
permodalan, benih ikan hias air tawar, akuarium, penyuluhan, dan
pembuatan depo pemasaran ikan hias air tawar. Kedekatan ini
memberikan keuntungan bagi Disnakkan karena dapat mengetahui secara
langsung kondisi yang terjadi di tingkat petani sehingga dapat menyusun
strategi dan kebijakan yang tepat untuk memajukan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong.

75
Permasalahan permodalan yang telah menjadi permasalahan klasik
di tingkat petani telah diantisipasi oleh Disnakkan Kabupaten Bogor
dengan melakukan hubungan dengan Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor
untuk mengajukan alokasi permodalan untuk bidang perikanan sebesar Rp
300.000.000,- setiap tahunnya melalui program Gerakan Masyarakat
mandiri (GMM). Program GMM merupakan program bantuan
permodalan dengan sistem bergulir. Program GMM bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin melalui peningkatan usaha
kecil produktif, meningkatkan kemampuan masyarakat miskin untuk lebih
berdaya dan mandiri, serta meningkatkan partisipasi dan keterlibatan
masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dapat
memanfaatkan kegiatannya untuk keluarga dan lingkungan. Sasaran
program GMM adalah kelompok masyarakat miskin yang masih produktif
dan kelompok usaha kecil dan menengah. Persyaratan dari program ini
relatif mudah dan dapat dibantu oleh kelompok tani untuk membuat
proposal pengajuan. Adapun plafon kreditnya antara lain : (1) pinjaman
individu atau perorangan sebesar Rp 2.000.000-5.000.000, (2) Rp 500.000-
2.000.000 untuk setiap orang dengan jumlah anggota delapan hingga 20
orang. Suku bunga kredit yang ditetapkan adalah sebesar 0,67 persen per
bulan atau 8 persen per tahun tanpa denda bunga. Jangka waktu pinjaman
maksimal satu tahun dan dimungkinkan untuk diperpanjang dua kali
periode.
Disnakkan melakukan kerjasama dengan Pusat Pengembangan
dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias yang berada di bawah Kementerian
Kelautan dan Perikanan dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan
serta mengadakan temu bisnis antara petani dengan eksportir ikan hias.
Pendidikan dan pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan petani untuk menghasilkan ikan hias air tawar yang
berkualitas sehingga dapat diserap oleh pasar luar negeri. Dalam
pendidikan dan pelatihan tersebut Disnakkan memberikan proporsi petani
dan pedagang ikan hias air tawar dari Kecamatan Cibinong lebih besar bila
dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

76
Disnakkan juga bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB)
sebagai institusi pendidikan di bidang pertanian terbesar di Indonesia
dalam program Praktek Kerja Lapang (PKL) atau Gladikarya. Dalam
program tersebut, pihak IPB mengirimkan mahasiswanya untuk terjun
lapang ke petani dan daerah untuk mengetahui segala macam
permasalahan yang ada untuk kemudian dicari dan dianalisis solusi yang
tepat untuk menyelesaikannya. Pada tahun 2009 dan 2010 terdapat dua
kelompok Gladikarya dari mahasiswa IPB yang mengkaji ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan demikian, Disnakkan berharap
agar mahasiswa tersebut dapat membantu untuk merumuskan strategi,
kebijakan,program, dan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan
komoditas ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
4. Koordinasi Internal Disnakkan
Koordinasi menjadi salah satu hal yang penting dalam sebuah
lembaga atau organisasi pemerintah. Koordinasi yang baik akan
membantu lembaga atau organisasi tersebut untuk mewujudkan visi dan
misi yang diharapkan. Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan
bidang perikanan khususnya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
memiliki kekuatan yang berasal dari internal lembaga atau organisasi.
Kekuatan tersebut tercermin dari struktur organisasi Disnakkan
yang ada. Disnakkan Kabupaten Bogor dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas yang memiliki tugas untuk membantu Bupati Kabupaten Bogor
dalam memajukan sektor peternakan dan perikanan. Kepala Dinas dibantu
oleh sekretariat dalam hal administrasi kepegawaian, pencatatan
pelaporan dan program serta keuangan. Sebagai pelaksana teknis, Kepala
Dinas dibantu oleh pembagian organisasi yang terdiri dari Bidang, Seksi,
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
Dalam penyusunan rencana strategis maupun teknis di bidang
perikanan, Kepala Dinas memiliki koordinasi yang baik dengan Kepala
Bidang Bina Usaha, Kepala Bidang Produksi Perikanan, Kepala Bidang
Kesehatan Hewan dan Ikan, UPT, dan Beberapa Pejabat Fungsional
Disnakkan. Koordinasi dengan bidang-bidang tersebut yang membawahi

77
beberapa seksi menjadikan program-program yang dibuat dapat tertuju
kepada subsistem-subsistem dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong.
Pengembangan sistem hulu dan hilir seperti ketersediaan pakan,
obat-obatan, sarana prasarana (akuarium, Depo, dan jalan) dan
permodalan merupakan hasil koordinasi dengan Bidang Bina Usaha yang
telah mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam segi usaha ikan hias
air tawar dan pengembangannya. Oleh karena itu, melalui koordinasi
perencanaan rencana kerja dinas, maka Bidang Bina Usaha menjiwai
Program Pengembangan Sistem Penyuluh Perikanan dan Program
Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan.
Bidang Produksi Perikanan Disnakkan Kabupaten Bogor
mendalami permasalahan peningkatan produksi ikan khususnya ikan hias
air tawar. Dalam hal ini Bidang Produksi Perikanan menyelami
permasalahan di tingkat budidaya perikanan. Oleh karena itu, Bidang
Produksi Perikanan menjiwai program Pengembangan Budidaya Perikanan
dan Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan.
Dari segi pencegahan dan penanggulangan penyakit ikan, Bidang
Kesehatan Hewan dan Ikan memegang peranan yang sentral. Bidang ini
mendasari Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak dan
Ikan. Program ini berusaha menjaga agar masyarakat veteriner aman dari
berjangkitnya penyakit hewan dan ikan yang merugikan pelaku usaha.
Program-program dalam bidang perikanan tersebut tidak hanya
bergantung pada kemampuan salah satu bidang dalam struktur organisasi
Disnakkan saja, akan tetapi merupakan suatu kolaborasi antar bidang di
dalam struktur organisasi Disnakkan yang penting sehingga program yang
dicanangkan tersebut dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan.
Namun, tetap dalam setiap program tersebut terdapat salah satu bidang
yang lebih menonjol atau memiliki peran yang lebih penting.
Program-program yang dilaksanakan tersebut akan dijalankan
secara teknis oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang merupakan
perpanjangan tangan dari organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor. Selain

78
itu, Jabatan Fungsional juga dapat menambah masukan, ide, kritikan, dan
bantuannya untuk setiap program yang dijalankan oleh Disnakkan.
Kolaborasi antar Bagian, Seksi, Jabatan Fungsional, dan UPT juga
dalam bentuk pertukaran data peternakan maupun perikanan khususnya
ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Data yang ada kemudian
dibagi dan dikaji oleh masing-masing struktur organisasi tersebut untuk
kemudian menjadi landasan dan dasar untuk tahap pengambilan kebijakan,
sasaran, program, dan kegiatan.
Secara keseluruhan, koordinasi antar elemen dalam struktur
organisasi Disnakkan Kabupaten Bogor telah bekerja dengan baik sesuai
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Dinas Daerah. Koordinasi antar lembaga internal yang baik
ini menjadi kekuatan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
5. Perencanaan Strategi, Kebijakan, dan Program Disnakkan
Aspek perencanaan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dari strategi, kebijakan, dan program yang dihasilkan oleh
Disnakkan. Sedangkan strategi, kebijakan, dan program didasari oleh visi,
misi, fungsi, dan tugas pokok yang diemban oleh Disnakkan.
Semua aspek tersebut dituangkan dalam Rencana dan Strategi
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) yang dalam hal ini SKPD
tersebut adalah Disnakkan. Renstra-SKPD berpedoman kepada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Bogor dari
tahun 2009-2013. RPJM Kabupaten Bogor ini disusun setelah dilantiknya
Bupati Kabupaten Bogor yang baru.
Kepala Disnakkan Kabupaten Bogor menyiapkan rancangan
Renstra Disnakkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Disnakkan.
Renstra Disnakkan mendasari penyusunan Rencana Kerja Disnakkan
untuk setiap satu tahun. Secara garis besar, setiap perencanaan dalam
proses pembangunan selalu terdapat empat tahapan, antara lain : (1) tahap
penyusunan rencana, (2) tahap penetapan rencana, (3) tahap pengendalian
pelaksanaan rencana, dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.

79
Perencanaan pembangunan peternakan dan perikanan oleh
Disnakkan Kabupaten Bogor didasari oleh lima pendekatan, yaitu (1)
pendekatan politik, (2) pendekatan teknokratik, (3) pendekatan partisipatif,
(4) pendekatan atas-bawah (top-down), dan (5) pendekata bawah-atas
(bottom-up). Pendekatan politik mempengaruhi recana pembangunan
yang dilakukan Disnakkan karena masyarakat mendukung program-
program dari Bupati dalam bidang peternakan dan perikanan khususnya
ikan hias. Pendekatan teknokratik didasarkan pada metode dan kerangka
berpikir ilmiah yang berasal dari Disnakkan sendiri. Pendekatan
partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) perikanan khususnya ikan hias air tawar
melalui proses temu usaha dan petani untuk menjaring aspirasi. Di lain
pihak, pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dilaksanakan menurut
jenjang pemerintahan. Rencana ini diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, dan desa. Musyawarah ini disebut Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang). Masyarakat Kecamatan Cibinong
mengajukan aspirasi kepada Disnakkan melalui temu usaha dan pengajuan
program dalam Musrenbang tingkat desa sepanjang bulan Januari dan
tingkat kecamatan sepanjang bulan Februari.
Kegiatan temu usaha dijadikan sebagai kegiatan Disnakkan untuk
menjaring berbagai aspirasi, masukan, serta permasalahan yang ditemui
dalam sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Kegiatan ini menjadi cirri khas bagi Disnakkan dalam proses perencanaan
bila dibandingkan dengan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang
hanya mendasari kegiatan perencanaan tersebut melalui proses atau
kegiatan formal saja.

6.1.2. Faktor Kelemahan


Faktor kelemahan adalah faktor-faktor yang dapat menjadi kendala dari
dalam internal lembaga dan organisasi Disnakkan dalam upaya untuk
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Faktor-faktor tersebut antara lain :

80
1. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan
Disnakkan Kabupaten Bogor dalam upaya mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong mengalami
kekurangan SDM kepegawaian. Kekurangan SDM ini terjadi baik dalam
hal kuantitas atau jumlah SDM maupun dalam hal kualitas SDM yang
mencakup keahlian dalam bidang perikanan.
Untuk penanganan aspek teknis, Disnakkan memiliki UPTD
Disnakkan yang merupakan kepanjangan tangan dari Disnakkan di
berbagai wilayah. UPTD wilayah Cibinong yang membawahi Kecamatan
Cibinong, Babakan Madang, Sukaraja, Bojong Gede, dan Tajur Halang.
Dalam UPTD tersebut, pegawai atau SDM yang bekerja setiap hari hanya
berjumlah tiga sampai empat orang. Dari ketiga atau keempat pegawai
tersebut yang memiliki dasar pendidikan di bidang perikanan hanya sekitar
satu orang. Oleh karena itu, pelayanan Disnakkan melalui UPTD wilayah
Cibinong belum berperan signifikan untuk membantu perkembangan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
UPTD Disnakkan dibantu oleh penyuluh pertanian, peternakan,
dan perikanan dalam setiap kegiatannya. Akan tetapi, penyuluh tersebut
hanya berjumlah satu orang. Padahal seorang penyuluh tersebut harus
bekerja dalam lingkup wilayah sekitar tiga kecamatan bahkan di beberapa
wilayah di Kabupaten Bogor dapat mencapai lima kecamatan. Di lain
pihak, keadaan yang ideal untuk mengembangkan potensi ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong adalah satu orang penyuluh menangani satu
desa di satu kecamatan.
Keadaan ini juga terjadi di dalam kantor Disnakkan Kabupaten
Bogor. Sebagian besar pegawai masih tamatan SLTA atau sederajat (53
orang). Tamatan strata satu berjumlah 43 orang, strata dua berjumlah 19
orang, tamatan SLTP atau sederajat berjumlah tujuh orang, dan tamatan
SD berjumlah tiga orang. Dari seluruh pegawai yang dimiliki, hanya
sekitar 30 persen pegawai yang memiliki dasar pengetahuan di bidang
perikanan.

81
2. Kondisi Sarana dan Prasarana Disnakkan
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Disnakkan yang
berhubungan dengan bidang perikanan masih relatif sedikit jumlahnya.
Tercatat hanya Balai Benih Ikan sebanyak dua unit yang berada di
Cibening dan Cibitung, Pasar Benih Ikan sebanyak satu unit yang berada
di Ciseeng, Pasar Ikan Higienis sebanyak satu unit yang terdapat di
Sukaraja, Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan sebanyak satu unit di
Ciomas, Depo penjualan ikan hias air tawar sebanyak satu unit di
Cibinong, dan dua kolam demplot ikan di Cibinong.
Dari beberapa fasilitas di bidang perikanan tersebut, hanya Pasar
Benih Ikan, Kantor Pusat Kesehatan Hewan dan Ikan, Depo penjualan
ikan hias, dan dua kolam demplot yang berhubungan dengan ikan hias air
tawar. Praktis hanya Depo penjualan ikan hias air tawar dan dua kolam
demplot yang terdapat di Kecamatan Cibinong. Oleh karena itu, sarana
dan prasarana yang dimiliki Disnakkan untuk mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong masih perlu
ditingkatkan lagi.
3. Kegiatan Promosi Ikan Hias Air Tawar Disnakkan
Kecamatan Cibinong sebagai sentra ikan hias air tawar di
Kabupaten Bogor baru dicanangkan dalam Renstra Disnakkan, Peraturan
Bupati, dan RPJM Kabupaten Bogor pada tahun 2009. Dengan demikian,
komoditas ikan hias air tawar yang menjadi unggulan di Kecamatan
Cibinong merupakan komoditas yang menjadi sasaran program dan
kegiatan Disnakkan. Oleh karena itu, perlu kegiatan promosi yang cukup
intens untuk memperkenalkan ikan hias air tawar sebagai produk unggulan
ikan hias.
Pada tahun 2009, kegiatan promosi ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong yang dilakukan oleh Disnakkan baru tiga kali
dilaksanakan. Ketiga kegiatan promosi tersebut terjadi dalam acara Hari
Jadi Kabupaten dan Kota Bogor, Pameran memperingati Hari Pemuda, dan
Pameran di Tingkat Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pada tahun 2010,
baru satu acara saja yang dimanfaatkan untuk mempromosikan ikan hias

82
air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu pada acara Hari Jadi Kabupaten
dan Kota Bogor pada bulan Juni.
Kegiatan promosi ini penting untuk ditingkatkan agar masyarakat
Kabupaten Bogor khususnya masyarakat Kecamatan Cibinong mengetahui
bahwa ikan hias air tawar merupakan produk perikanan unggulan di
daerahnya. Apabila hal ini terwujud, maka sistem agribisnis ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong dapat bekerja secara sinergis dan maksimal
untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha agribisnis ikan hias air
tawar.
4. Ketersediaan Data dan Informasi Perikanan
Data dan informasi perikanan merupakan suatu hal yang penting
bagi Disnakkan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi yang
lengkap dapat membantu Disnakkan untuk menetapkan strategi, sasaran,
kebijakan, program, dan kegiatan yang langsung menyentuh
permasalahan.
Disnakkan Kabupaten Bogor setiap tahun mengeluarkan Buku Data
Perikanan yang memuat data dan informasi mengenai bidang perikanan di
Kabupaten Bogor. Namun, data tersebut masih terlihat kurang karena unit
data masih banyak yang belum memiliki jumlah atau tidak miliki data.
Contohnya, untuk jenis-jenis ikan hias air tawar yang dihasilkan masih
banyak yang belum terdeteksi.
Kekurang lengkapan data yang tersedia disebabkan oleh proses
pencatatan perikanan yang belum maksimal. Setiap bagian di dalam
organisasi Disnakkan memiliki beberapa tugas dan salah satunya adalah
pengumpulan dan pengolahan data Disnakkan. Namun, karena belum
terbangunnya sebuah kesadaran akan pentingnya data yang lengkap dan
relevan membuat data yang dimiliki tersebut belum lengkap dan belum
termanfaatkan dengan baik. Hal ini menuntut Disnakkan untuk melakukan
penekanan pada program dan kegiatan pencatatan dan survei bidang
perikanan khususnya ikan hias air tawar.

83
6.2. Faktor Strategis Eksternal
Faktor strategis eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
Disnakkan Kabupaten Bogor yang mempengaruhi pengembangan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Berdasarkan wawancara,
pengisian kuesioner, dan analisis terhadap usaha Disnakkan Kabupaten Bogor
dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong, didapatkan faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan
ancaman Disnakkan Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis
ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, yaitu sebagai berikut :

6.2.1. Faktor Peluang


Faktor peluang merupakan bagian dari faktor strategis eksternal yang
mendukung dan dapat dimanfaatkan oleh Disnakkan untuk mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Peluang tersebut
terdiri dari :
1. Adanya Kelompok Tani dan Himbudias
Petani, broker, dan supplier ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong merupakan anggota dari beberapa kelompok tani pembudidaya
ikan hias. Tercatat terdapat enam kelompok tani pembudidaya ikan hias
air tawar yang terdapat di Kecamatan Cibinong, yaitu : (1) kelompok tani
Jantung Harapan yang berkedudukan di Kelurahan Pabuaran memiliki tiga
anggota, (2) kelompok tani Mina Kencana yang berkedudukan di
Kelurahan Harapan Jaya memiliki 11 anggota, (3) kelompok tani Cahaya
Mandiri di Kecamatan Pakansari memiliki 20 anggota, (4) kelompok tani
Pondok Lobster di Kelurahan Ciriung memiliki 14 anggota, (5) kelompok
tani Mitra Sejati di Kelurahan Nanggewer terdiri dari sepuluh anggota,
serta (6) kelompok tani Bina Tani di Kelurahan Pondok Rajeg terdiri dari
sepuluh anggota.
Kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar memberikan
beberapa manfaat bagi pembudidaya, broker, dan supplier. Manfaat-
manfaat yang dirasakan oleh petani, broker, dan supplier yaitu sebagai
sarana untuk bertukar pikiran dan pengetahuan tentang informasi ikan
hias, sebagai sarana mempererat relasi bisnis dan pemasaran antar anggota,

84
sarana untuk Disnakkan memberikan bantuan sarana dan permodalan
untuk anggota, dan sebagai sarana untuk membantu antar sesama anggota
yang mengalami kesulitan dan permasalahan.
Keenam kelompok tani pembudidaya ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong tersebut tergabung dalam Himpunan Pembudidaya
Ikan Hias (Himbudias) yang terbentuk tahun 2008. Himbudias ini
merupakan sarana koordinasi dan relasi antar kelompok tani. Himbudias
juga menjadi koordinator bagi kelompok tani-kelompok tani yang ada
dalam bekerjasama dengan Disnakkan. Hal ini terjadi apabila Disnakkan
Kabupaten Bogor memberikan bantuan sarana seperti akuarium,
permodalan benih ikan hias, dan kegiatan-kegiatan promosi yang mengikut
sertakan petani ikan hias. Dengan demikian, kelompok tani dan
Himbudias menjadi dua lembaga yang penting bagi Disnakkan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi sebuah program dan kegiatan.
2. Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia
Kondisi sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong Kabupaten Bogor terpengaruh oleh kondisi perdagangan ikan
hias dunia. Hal ini dikarenakan sebagian besar atau sekitar 62 persen dari
376,89 ribu ekor ikan hias air tawar yang dihasilkan di Kecamatan
Cibinong diserap oleh eksportir. Di wilayah Kecamatan Cibinong terdapat
dua eksportir ikan hias. Kedua eksportir tersebut adalah CV. Maju
Aquarium dan PT. Sunny Indopramita. CV. Maju Aquarium adalah
entitas bisnis milik Bapak Yap Kiat Bun yang beralamat di lingkungan 03
Citatah Rt 01 Rw 09 Kecamatan Cibinong. Luas lahan yang dimiliki
seluas 2.200 meter persegi dengan kapasitas produksi 500 juta ekor ikan
hias per tahun. Sedangkan PT. Sunny Indopramita beralamat di jalan Bina
Citra Rt 4 Rw 5 Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong. Lahan yang
dimiliki mencapai 804,5 meter persegi dengan kapasitas produksi
mencapai 3,5 juta ekor ikan hias per tahun. Pemilik perusahaan ini adalah
Bapak Sumarjo Wongso. Kedua eksportir ikan hias tersebut mendapatkan
pasokan ikan hias baik ikan hias air tawar maupun air laut yang berasal
dari wilayah Kecamatan Cibinong dan luar Kecamatan Cibinong atau

85
nasional. Pangsa pasar ikan hias kedua eksportir tersebut adalah Amerika
Serikat, Singapura, Uni Eropa, Jepang, dan Timur-Tengah.
Secara makro, tren nilai ekspor Indonesia untuk komoditas ikan
hias air tawar mulai mengalami peningkatan pada tahun 2008 setelah
mengalami penurunan dari tahun 2006 hingga 2007. Pada tahun 2008,
nilai ekspor ikan hias air tawar Indonesia mencapai US$ 2.852.226. Tabel
2 menggambarkan nilai ekspor ikan hias dan tanaman hias Indonesia dari
tahun 2005 hingga tahun 2008.
Jenis ikan hias yang diperdagangkan di dunia diperkirakan
mencapai 8.000 jenis, sementara potensi ikan hias Indonesia yang
teridentifikasi mencapai 4.500 jenis dan yang baru diekspor baru sekitar
300 hingga 500 jenis serta yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat
baru sekitar 50 jenis. Pangsa pasar ikan hias terbesar adalah ikan hias air
tawar tropis yaitu sekitar 80 hingga 90 persen.
Menurut WTO, pada tahun 2004 saja nilai perdagangan ikan hias
dunia mencapai US$ 4,5 triliun dengan pertumbuhan rata-rata sekitar
delapan persen per tahun. Di lain pihak, nilai impor ikan hias dunia
meningkat dari US$ 50 juta menjadi US$ 250 juta selama dua dasawarsa.
Menurut Ornamental Aquatic Trade Association (OATA), pada tahun
2004 sekitar sepuluh juta ikan hias diimpor per tahun dari seluruh dunia.
Sejumlah negara Asia menjadi pemasok terbesar (sekitar 60 persen)
ikan hias dunia. Di lain pihak, pada tahun 2005 , negara-negara Eropa
menguasai pangsa pasar sebesar 21 persen, sedangkan Amerika Serikat
sekitar sepuluh persen dan Amerika Utara sebesar empat persen. Diantara
negara-negara Asia, Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara
pengekspor ikan hias sebesar 7,5 persen, sedangkan Malaysia menempati
posisi kedua dengan pangsa pasar sebesar 7,9 persen. Singapura
menduduki peringkat pertama dengan pangsa pasar sebesar 22,8 persen.
Jenis ikan hias air tawar Indonesia yang menjadi primadona di
pasar dunia antara lain Botia, Neon Tetra, Kardinal Tetra, Discus, Arwana,
Mas Koki, Koi, Cupang, Balck Ghost, Silver Dollar, Maanfish, dan ikan
hias Chichlid. Sebagian besar ikan hias air tawar yang laku di pasaran

86
dunia tersebut dibudidayakan oleh petani ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Dengan besarnya potensi dan peluang komoditas ikan hias air
tawar Indonesia membuat Disnakkan semakin memperhatikan aspek
pemasaran produksi perikanan. Disnakkan berusaha membuat program
dan kegiatan yang memfasilitasi petani ikan hias air tawar untuk menjual
ikan hias air tawar yang dihasilkan tersebut ke pasar internasional.
Program dan kegiatan fasilitas tersebut memanfaatkan jaringan kerjasama
Disnakkan dengan berbagai lembaga baik itu lembaga swasta seperti
eksportir maupun lembaga pemerintah seperti Raiser.
Dengan adanya jenis-jenis ikan hias air tawar yang menjadi
komoditas unggulan membuat Disnakkan lebih memfokuskan untuk
mengembangkan jenis-jenis ikan hias air tawar tersebut untuk
diperkenalkan dan dipromosikan kepada petani dan pedagang melalui
kegiatan penyuluhan dan promosi.
3. Teknologi dan Teknik Budidaya
Perkembangan teknologi yang semakin tak terbendung
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap input, teknik
pembudidayaan, dan pengolahan dan pemasaran ikan hias air tawar.
Perkembangan teknologi yang mempengaruhi input dalam kegiatan
budidaya ikan hias adalah pada pembuatan pakan ikan hias air tawar yang
semakin beragam dengan berbagai tambahan nutrisi di dalamnya. Dengan
adanya tambahan nutrisi seperti berbagai vitamin membuat ikan menjadi
semakin sehat dan warna yang menjadi salah satu parameter kualitas
menjadi semakin terlihat. Pemberian pakan yang meningkatkan kualitas
ikan ini dapat dilihat dari warna ikan Koi, Arwana, dan Cupang.
Selain pakan, perkembangan teknologi juga mempengaruhi alat-
alat kelengkapan pembudidayaan ikan hias seperti akuarium, pompa air,
dan hiasan akuarium lainnya. Dengan perkembangan teknologi, bentuk
dan ukuran akuarium dapat disesuaikan dengan luas ruangan, selera, dan
aspek seni. Perkembangan pada pompa air membuat akuarium tahan lama
dan air di dalam akuarium tetap segar sehingga ikan hias air tawar akan
tahan dan nyaman berada di akuarium. Hiasan akuarium yang bermacam-

87
macam bentuknya dapat disesuaikan dengan selera yang diinginkan oleh
para konsumen ikan hias air tawar.
Aspek budidaya juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
Pemijahan yang dilakukan dengan teknik yang benar dan didukung oleh
teknologi dapat membuat telur yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
Perkembangan teknologi dapat meningkatkan jumlah telur yang menetas.
Teknik budidaya yang berkembang untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas ikan hias air tawar yang dilakukan oleh petani menjadi salah satu
informasi penting yang didapat dari kelompok tani. Obat-obatan menjadi
salah satu input dalam budidaya ikan hias air tawar yang perkembangan
teknologinya sangat cepat. Hal ini terlihat ketikan Methylen Blue yang
biasanya menjadi obat yang manjur ketika ikan hias air tawar tersebut
terserang penyakit, kini mulai dilarang penggunaannya secara luas.
Perkembangan-perkembangan teknologi dalam aspek budidaya ikan hias
membuat Disnakkan memiliki banyak pilihan untuk melaksanakan
program dan kegiatan penyuluhan perikanan khususnya ikan hias.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu
faktor yang menentukan dan membantu Disnakkan untuk mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan
semakin berkembangnya bidang teknologi informasi seperti media
internet, berbagai majalah, serta sistem pengolahan data membuat
Disnakkan memiliki berbagai referensi dan metode yang dapat
memudahkan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya sehari-hari.
Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi informasi, Disnakkan
akan dapat melakukan perencanaan program dan kegiatan yang lebih
terorganisir dan dapat membantu untuk menetapkan keputusan-keputusan
yang lebih efektif dan efisien.
4. Dukungan Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat selalu mendukung pengembangan pertanian
khususnya perikanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dukungan pemerintah pusat di bidang perikanan dilakukan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Untuk mengembangkan

88
potensi ikan hias air tawar yang ada di Indonesia khususnya Kabupaten
Bogor, KKP bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) mendirikan Pusat Pengembangan dan Pemasaran (Raiser) Ikan Hias
yang berada di Kecamatan Cibinong. Raiser yang didirikan pada tanggal
24 Maret 2004 diharapkan dapat berfungsi sebagai: (1) pusat
pengembangan industri ikan hias, (2) penyeragaman ukuran dan
peningkatan mutu, (3) pusat pemasaran ikan hias, (4) penyangga stok, (5)
sarana edukasi dan riset, dan (6) pusat Informasi.
Raiser ikan hias di Cibinong merupakan pilot project yang
dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti karantina, fasilitas sortir
(grading), penyeragaman ukuran (raising), sistem pengairan yang
dilengkapi dengan reservoar, aerasi dan filtrasi, sistem sanitasi dan
hygiene, bak tanaman hias, kolam, dan fasilitas pendukung lainnya.
Fasilitas tersebut dibangun untuk mendukung bisnis ikan hias yang
diharapkan mampu memfasilitasi sekitar 3.000 pembudidaya, 100 suplier,
60 eksportir ikan hias di kawasan Jabotabek. Lahan raiser Cibinong ini
dialokasikan oleh LIPI seluas 17,6 Hektar dan pada tahap I baru dibangun
seluas lima Hektar.
Raiser memiliki Rencana Kerja yang akan dilaksanakan pada tahun
2010, antara lain : keikutsertaan dalam pameran ikan hias internasional,
pelatihan pembudidaya ikan hias, pelatihan eksportir dan supplier, temu
bisnis ikan hias, seminar ikan hias, pameran dan kontes ikan hias,
pembuatan direktori ikan hias, dan Optimalisasi Raiser. Selain itu, hal-hal
yang telah dilaksanakan oleh Raiser selama tahun 2008-2009, yaitu :
penyelesaian kerjasama dengan pihak swasta, memfasilitasi pavilion
Indonesia dalam pameran ikan hias internasional, pelatihan pembudidaya
ikan hias, temu bisnis eksportir dan pembudidaya, pelatihan staf Raiser,
amandemen perjanjian kerjasama antara Ditjen P2HP dengan LIPI tentang
pengelolaan Raiser ikan hias, penyusunan naskah akademis kelembagaan
Raiser ikan hias, peningkatan sarana dan prasarana Riser, dan pameran dan
bursa ikan hias.

89
Selain membentuk Raiser, KKP juga melakukan program-program
untuk memajukan sektor ikan hias. Program-program tersebut dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu program hulu dan program hilir. Adapun
program hulu KKP antara lain : (1) fasilitasi dan asistensi bagi pelaku
usaha ikan hias, (2) membangun pangkalan data ikan hias dari tiap
kabupaten dan kota, (3) mendorong pembentukan sub Riser ikan hias di
daerah, (4) memfasilitasi promosi ikan hias di dalam negeri melalui
berbagai kegiatan, dan (5) membangun jaringan ikan hias nasional berbasis
provinsi. Sedangkan program hilir, antara lain : (1) mendorong promosi
ikan hias baik di pasar internasional maupun pasar domestik, (2)
membangun kerjasama kelembagaan dengan berbagai organisasi
internasional, (3) menjalin kerjasama dengan seluruh perwakilan RI di
negara tujuan ekspor, dan (4) menjalin kerjasama dengan maskapai
penerbangan nasional untuk mendukung kegiatan ekspor ikan hias.
Pembentukan Raiser dan adanya beberapa program dari KKP
membuat Disnakkan memiliki peluang untuk bekerjasama. Kerjasama ini
dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan bersama dengan bantuan Raiser
untuk meningkatkan pengetahuan bagi petani. Selain itu, program-
program KKP juga dapat menjadi peluang bagi Disnakkan untuk mendapat
tambahan pijakan kebijakan dan pendanaan program.
5. Kondisi Infrastruktur
Ketersediaan dan kondisi infrastruktur dapat menunjang kemajuan
suatu daerah. Oleh karena itu, Disnakkan dalam mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, infrastruktur
menjadi sebuah faktor yang membantu dalam program dan kegiatan untuk
mewujudkan Kecamatan Cibinong sebagai sentra ikan hias air tawar.
Sarana jalan, pengairan, jembatan, transportasi, dan fasilitas umum lainnya
dapat membantu kondisi tersebut.
Jalan yang ada di Kecamatan Cibinong tersebar di 12 desa atau
kelurahan. Jalan tersebut terdiri dari jalan aspal sepanjang 77 kilometer,
jalan kerikil sepanjang 59 kilometer, serta jalan tanah sepanjang 51
kilometer. Di lain pihak, sebagian besar jembatan yang ada di Kecamatan

90
Cibinong merupakan jembatan yang terbuat dari beton sebanyak 57 unit
jembatan. Sedangkan jembatan besi dan jembatan bambu masing-masing
berjumlah 13 dan 10 unit jembatan. Kondisi jalan dan jembatan tersebut
relatif baik dan masih berfungsi sehingga sangat memudahkan mobilitas
bagi Disnakkan untuk melakukan kegiatan operasionalnya dengan cakupan
wilayah yang luas di Kecamatan Cibinong.
Prasarana pengairan yang dimiliki oleh Kecamatan Cibinong
berupa 10.378 buah pompa air. Selain itu, terdapat 11 buah sungai dan 16
buah situ yang menjadi sumber air bagi daerah-daerah di Kecamatan
Cibinong. Air yang berasal dari sungai dan situ tersebut apabila
digunakan untuk budidaya ikan hias air tawar harus dilakukan pngendapan
dan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
cemaran biologis dan kimiawi.
Infrastruktur transportasi di Kecamatan Cibinong relatif lengkap.
Alat transportasi yang dimiliki adalah 10 buah bus, 22 buah metromini
atau mikrolet, 166 buah angkot, 7.416 buah ojek yang tersebar di setiap
desa atau kelurahan dan 8.713 buah sepeda. Infrastruktur transportasi
beserta jalan dan jembatan dapat mempermudah proses distribusi dan
pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Sarana perekonomian yang ada terdiri dari 14 buah koperasi,
sebuah pasar permanen, 1.825 buah toko, kios, warung, dan empat buah
bank. Sarana telekomunikasi juga tersedia secara lengkap dan
beranekaragam yang terdiri dari 141 buah telepon umum, dua buah kantor
telekomunikasi (Telkom), dan 309 buah warung telekomunikasi. Selain
itu, di setiap kelurahan dan desa juga minimal terdapat dua buah warung
internet.
Dengan kondisi infrastruktur yang relatif lengkap di Kecamatan
Cibinong memang tidak lepas dari peran dan posisi Kecamatan Cibinong
yang menjadi Ibukota Kabupaten Bogor. Selain itu, salah satu sebab yang
lain adalah perkembangan Kabupaten Bogor yang diarahkan untuk pusat
perkotaan dan pemerintahan. Kondisi infrastruktur yang lengkap ini harus

91
menjadi peluang bagi para pembudidaya dan pebisnis ikan hias air tawar
untuk memajukan usahanya.
6. Saluran dan Sarana Pemasaran
Ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya akan
tidak memiliki nilai tambah jika tidak dipasarkan. Oleh karena itu, saluran
dan saran pemasaran sangat penting untuk diperhatikan oleh Disnakkan.
Saluran pemasaran ini dapat menjadi sebuah bahan analisis tersendiri bagi
Disnakkan. Bahan analisis tersebut dapat memudahkan Disnakkan untuk
memfasilitas dan memberikan anjuran kepada petani untuk memasarkan
ikan hias air tawar yang dihasilkan. Saluran pemasaran menggambarkan
proses penyaluran ikan hias air tawar dari petani sebagai produsen sampai
ke tangan konsumen akhir. Terdapat beberapa lembaga yang terlibat
dalam saluran pemasaran ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu
petani ikan hias air tawar, broker, supplier, dan eksportir. Gambar 6
menggambarkan beberapa saluran pemasaran ikan hias air tawar yang ada
di Kecamatan Cibinong.

Broker Supplier Eksportir Konsumen luar


negeri/ Importir Saluran 1

Supplier Eksportir Konsumen luar


negeri/ Importir Saluran 2

Petani Eksportir Konsumen luar Saluran 3


Ikan Hias negeri/ Importir

Broker Supplier Konsumen dalam Saluran 4


negeri/ Hobbies

Broker Konsumen dalam


negeri/ Hobbies Saluran 5

Pengecer/ Konsumen dalam Saluran 6


toko negeri/ Hobbies

Konsumen dalam Saluran 7


negeri/ Hobbies

92
Gambar 6. Saluran Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan
Cibinong Tahun 2009

Pada saluran pertama, Petani ikan hias air tawar menjual ikan
hiasnya ke broker di tingkat desa dan luar desa kemudian broker
menjualnya kepada supplier. Dari supplier, ikan hias air tawar tersebut
dijual ke eksportir yang kemudian akan dikirim ke konsumen luar negeri
(importir) sesuai pesanan. Saluran pertama memiliki rantai pemasaran
yang paling panjang dibandingkan dengan rantai pemasaran yang lain.
Pada saluran kedua, petani ikan hias air tawar menjual langsung
ikan hiasnya kepada supplier tanpa melalui broker. Kemudian, supplier
menjualnya ke eksportir yang akan menjual ikan hias air tawar tersebut ke
importir atau konsumen di luar negeri.
Pada saluran ketiga, petani pembudidaya ikan hias yang berskala
besar menjual ikan hias air tawarnya langsung kepada eksportir yang
kemudia eksportir tersebut menjualnya kembali ke konsumen luar negeri
atau importir. Pada saluran ini, supplier dapat berperan sebagai petani
pembudidaya karena selain menjadi pemasok ikan hias air tawar ke
eksportir, supplier juga membudidayakan ikan hias air tawar tersebut.
Pada saluran keempat hingga ketujuh, yang menjadi konsumen
akhir adalah konsumen dalam negeri. Pada saluran keempat, peran
perantara perdagangan seperti broker dan supplier sangat dominan.
Supplier yang menjadi pedagang terakhir yang akan menjual ikan hias air
tawar kepada konsumen dalam negeri. Berbeda dengan saluran keempat,
pada saluran kelima tidak dijumpai peran dari supplier yang menjual ke
konsumen luar negeri. Peran supplier tersebut digantikan oleh broker.
Peran pedagang eceran terlihat pada saluran keenam. Pada saluran ini,
petani pembudidaya ikan hias air tawar memasarkan ikan hiasnya ke
pengecer. Kemudian pengecer memasarkannya ke konsumen akhir dalam
negeri.
Pemasaran langsung oleh petani pembudidaya ikan hias air tawar
ke konsumen akhir dalam negeri tedapat pada saluran ketujuh. Hal ini
biasanya terjadi untuk petani ikan Cupang. Petani ikan Cupang biasanya

93
langsung didatangi oleh anak-anak yang menjadi konsumen akhir. Hal ini
dikarenakan ikan Cupang yang langsung dibeli dari petani memiliki harga
yang relatif murah bila dibandingkan dengan dibeli melalui pedagang
eceran.
Sarana pemasaran ikan hias air tawar yang terdapat di Kecamatan
Cibinong antara lain Depo pemasaran ikan hias air tawar, Raiser, dan
pameran-pameran pada saat peringatan hari jadi Bogor. Depo pemasaran
ikan hias air tawar didirikan oleh Disnakkan Kabupaten Bogor dari tahun
2009 yang kemudian dibuka pada tahun 2010. Pengurusan dan
pemeliharaan Depo tersebut kemudian diserahkan kepada Himbudias.
Depo tersebut memiliki fasilitas sumber air yang berasal dari air tanah dan
lima toko yang diisi oleh masing-masing kelompok tani ikan hias air
tawar.
Pada tahun 2009 hingga awal 2010, Raiser mengadakan bursa ikan
hias yang diisi oleh anggota Himbudias. Bursa tersebut terdiri dari
delapan stan ikan hias air tawar yang diisi oleh masing-masing kelompok
tani. Semua fasilitas stan tersebut telah disediakan oleh pihak Raiser
seperti akuarium, rak, pompa air, dan tenda stan.
Selain Depo dan Raiser, petani dan pedagang ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong juga dapat memanfaatkan pameran-pameran yang
diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pameran-pameran tersebut
diadakan untuk memperingati hari-hari besar di wilayah Kabupaten Bogor
seperti Hari Jadi Bogor, Hari Pemuda, dan peresmian-peresmian lainnya.
Sarana-sarana pemasaran tersebut dapat dimanfaatkan oleh Disnakkan
sebagai media atau tempat untuk mengumpulkan petani dan pedagang ikan
hias air tawar dalam program dan kegiatan penyuluhan serta bimbingan
usahatani. Selain itu, sarana pemasaran juga dapat menjadi saluran bagi
Disnakkan untuk menjaring aspirasi dari para stakeholders ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong.
7. Kondisi Agroklimat dan Geografis Wilayah
Kondisi iklim dan cuaca yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan
pertanian dan perikanan sering disebut sebagai faktor agroklimat. Begitu

94
pula dengan usaha pembudidayaan ikan hias air tawar juga dipengaruhi
oleh kondisi agroklimat di suatu wilayah. Kondisi agroklimat yang
mempengaruhi kegiatan budidaya ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong terdiri dari suhu, curah hujan, keasaman air (pH), dan topografi
wilayah. Dengan pengaruh terhadap kegiatan budidaya tersebut, membuat
kondisi agroklimat mempengaruhi Disnakkan dalam menentukan
komoditas dan metode dalam kegiatan penyuluhan di Kecamatan
Cibinong.
Kecamatan Cibinong memiliki suhu maksimum mencapai 31o C
dan suhu minimum sebesar 22oC dengan curah hujan mencapai 2.150
sampai dengan 2.650 mm per tahun. Dengan suhu dan curah hujan
tahunan tersebut, Kecamatan Cibinong sesuai untuk membudidayakan
sebagian besar ikan hias air tawar seperti Cupang, Neon Tetra, Kardinal
Tetra, Mas Koki, Maanvis, Silver Dollar, Discuss, Oscar, Black Ghost,
dan Plati Pedang.
Sedangkan untuk kondisi air yang meliputi keasaman dan
kesadahan, beberapa desa atau kelurahan yang ada di Kecamatan Cibinong
memiliki perbedaan. Perbedaan ini menyebabkan terdapat beberapa ikan
hias air tawar yang cocok untuk dibudidayakan atau menjadi ciri khas di
kelurahan atau desa tertentu. Salah satu contohnya adalah petani ikan hias
air tawar di Kelurahan Harapan Jaya hanya cocok atau sesuai apabila
membudidayakan ikan hias jenis Chiclyd seperti Discuss, Oscar, Black
Ghost, dan Silver Dollar. Hal ini dikarenakan ikan-ikan jenis tersebut
sesuai dengan air memiliki pH relatif lebih rendah (5,5-6) dan kesadahan
lebih dari angka 15. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di Kelurahan
Ciriung dan Pabuaran. Kedua Kelurahan tersebut memiliki air dengan pH
yang relatif tinggi (7-8) dan kesadahan yang rendah sehingga ikan air
tawar yang cocok untuk dibudidayakan dan dipijahkan di kedua wilayah
tersebut adalah ikan jenis Tetra.
Sebagian besar atau mencapai 75 persen wilayah Kecamatan
Cibinong terdiri dari daratan sampai berombak. Hal ini menjadi faktor
yang menguntungkan untuk membudidayakan ikan hias air tawar di kolam

95
dan empang karena sering ditemui mata air-mata air yang sangat bagus
untuk sumber air kolam atau empang tersebut. Dengan demikian, kondisi
agroklimat Kecamatan Cibinong sudah sesuai untuk budidaya ikan hias air
tawar. Hal ini membuat Disnakkan lebih mudah dalam menerapkan dan
menjalankan program serta kegiatan penyuluhan perikanan kepada petani.
Secara geografis, wilayah Kecamatan Cibinong tergolong sebagai
Kecamatan yang strategis. Hal ini dikarenakan selain Kecamatan
Cibinong ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, akan
tetapi juga dikarenakan letak Kecamatan Cibinong yang relatif dekat
dengan Jakarta yaitu hanya mencapai 3,7 persen. Jarak yang dekat dengan
wilayah Jakarta ini menguntungkan karena kedudukan Kota Jakarta yang
menjadi pusat perdagangan nasional dan menjadi pintu keluar untuk
kegiatan ekspor dan impor.
Selain itu, Kecamatan Cibinong juga dibelah oleh Jalan Raya
Jakarta-Bogor yang menjadi jalur penghubung utama antara Jakarta-
Bandung melewati jalur puncak dan juga dilewati oleh Jalan Tol Jakarta-
Bogor-Ciawi (Jagorawi) dengan 2 jalur pintu masuk Tol. Kedua akses
jalan ini menjadi faktor yang menguntungkan karena dapat mempercepat
proses distribusi dan pemasaran ikan hias air tawar. Faktor geografis
Kecamatan Cibinong tersebut dapat mendukung kegiatan operasional
Disnakkan serta pelaksanaan program-program Disnakkan terutama
program-program yang memfasilitasi petani untuk meningkatkan
pemasarannnya.
8. Kemitraan Petani, Pedagang, dan Eksportir
Kemitraan menjadi hal yang penting bagi majunya sebuah usaha.
Seorang pengusaha tidak bisa bekerja dan berusaha sendiri melainkan
harus bekerjasama dengan pihak lain. Oleh karena itu, kemitraan menjadi
salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Lembaga-lembaga pemasaran yang
terdapat dalam beberapa saluran pemasaran yang ada di Kecamatan
Cibinong telah melakukan proses kemitraan bisnis.

96
Kemitraan yang terjadi sebagian besar berupa kemitraan
pemasaran. Kemitraan tersebut terjadi antara pembudidaya ikan hias air
tawar, pedagang (eceran, broker, dan supplier) serta eksportir. Ikan hias
air tawar yang dihasilkan oleh pembudidaya dijual ke broker dan eksportir.
Keadaan ini terjadi di kelompok tani Cahaya Mandiri dimana sebagian
besar pembudidaya bekerjasama dan bermitra dengan broker, dan supplier
yang notabene sama-sama menjadi anggota kelompok tani tersebut. Setiap
ikan hias air tawar yang dihasilkan selalu dijual kepada broker dan
supplier tersebut. Kemudian supplier tersebut menjual hias air tawar
kepada eksportir. Sebelumnya, supplier tersebut telah mendapatkan order
atau pesanan dari eksportir tiap bulannya. Kelompok tani Cahaya Mandiri
memiliki seorang broker dan supplier yang memasok dua eksportir ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Selain itu, antar supplier yang terdapat di tiap kelompok tani saling
bekerjasama untuk memenuhi kuota ikan hias air tawar yang ditetapkan
oleh eksportir. Keadaan ini dapat difasilitasi dengan terbentuknya
kelompok tani-kelompok tani dan Himbudias. Himbudias menjadi sarana
bertemunya pelaku-pelaku bisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Kemitraan-kemitraan yang telah terbentuk tersebut
memudahkan Disnakkan untuk lebih memfasilitasi petani untuk
meningkatkan produksinya dengan tetap memperhatikan aspek permintaan
dari pasar dan kerjsama yang ada.
9. Otonomi Daerah
Dengan adanya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, pemerintah
daerah mempunyai wewenang penuh untuk berperan lebih besar dalam
kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing. Hal ini menjadi
peluang bagi Dinas Peternakan dan Perikanan untuk mewujudkan visi dan
misi pembangunan pertanian di Kabupaten Bogor khususnya
pembangunan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Peran Disnakkan Kabupaten Bogor semakin signifikan untuk
membantu Bupati dalam mewujudkan pembangunan peternakan dan
perikanan. Peran yang cukup signifikan untuk pembangunan sektor

97
peternakan dan perikanan diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah
Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008. Perda ini memberikan
gambaran mengenai struktur organisasi, tugas, fungsi, dan wewenang
Disnakkan Kabupaten Bogor. Perda ini merupakan salah satu keluaran
dari sistem otonomi daerah.

6.2.2. Faktor Ancaman


Faktor ancaman merupakan faktor yang menjadi penghambat Disnakkan
untuk mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Faktor-faktor tersebut berasal dari luar lembaga atau institusi
Disnakkan sendiri. Faktor tersebut harus dihindari dan diusahakan upaya
penanggulangannya secara baik agar mencapai tujuan yang diharapkan. Faktor-
faktor yang menjadi hambatan Disnakkan Kabupaten Bogor dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
terdiri dari :
1. Keterbatasan Anggaran Program GMM Kabupaten Bogor
Program GMM (Gerakan Masyarakan Mandiri) merupakan salah
satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor
untuk memfasilitasi petani dalam pemenuhan kebutuhan modal usaha
melalui Disnakkan. Program GMM tersebut merupakan program kredit
lunak dan bergulir. Dana program GMM berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang disisihkan untuk meningkatkan skala
usaha bagi usaha kecil dan mikro masyarakat. Plafon pengajuan kredit
dapat secara individu sebesar Rp 2.000.000 hingga Rp 5.000.000 atau
secara kolektif melalui kelompok dengan plafon yang sama.
Anggaran program GMM untuk sektor perikanan mencapai Rp 300
juta, namun dengan angka tunggakan pinjaman yang mencapai 70 persen
dari jumlah pengajuan kredit menyebabkan Anggaran untuk program
GMM di bidang perikanan dapat berkurang. Hal ini menjadi faktor
ancaman bagi Disnakkan karena program GMM dari Kabupaten Bogor
tersebut menjadi tulang punggung bagi pelaksanaan program dan kegiatan
fasilitas permodalan Disnakkan. Dengan berkurangnya Anggaran tersebut

98
menyebabkan Program Disnakkan menjadi kurang efektif untuk
dilaksanakan.
2. Ketersediaan Lahan dan Pengairan
Ketersediaan lahan dan pengairan menjadi salah satu faktor yang
menjadi penghambat berkembangnya sektor agribisnis ikan hias air tawar
di Kecamatan Cibinong. Walaupun dalam pengusahaan ikan hias air tawar
tidak memerlukan banyak lahan, namun tetap saja ketersediaan lahan
menjadi faktor yang menentukan perkembangan usaha ikan hias air tawar.
Keterbatasan lahan ini menyebabkan Disnakkan harus merencanakan
kembali program dan kegiatan untuk meningkatkan Produktifitas ikan hias
air tawar di tingkat petani. Selain itu, keterbatasan lahan dan pengairan ini
menjadi faktor penghambat bagi Disnakkan untuk mendirikan sarana dan
prasarana perikanan baru di Kecamatan Cibinong.
Kecamatan Cibinong memiliki luas lahan sebesar 1.750,943 hektar,
namun hanya sekitar 1,5 hektar saja yang dimanfaatkan untuk usaha
pembudidayaan ikan hias air tawar. Hal ini berbeda dengan sektor
pertanian dan hortikultura yang memiliki luas lahan sekitar 163,93 hektar.
Padahal usaha pembudidayaan ikan hias air tawar terdiri dari 70 Rumah
Tangga Perikanan (RTP). Dengan demikian, untuk setiap RTP hanya
mendapatkan luas lahan untuk kegiatan budidaya ikan hias air tawar
sebesar 241,29 m2 atau sama dengan luas pekarangan rumah.
Luas lahan yang masih kecil untuk usaha pembudidayaan ikan hias
air tawar tersebut dikarenakan perkembangan Kecamatan Cibinong yang
menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bogor, pusat perkotaan, industri
dan perumahan. Pusat Pemerintahan Kabupaten Bogor terkonsentrasi di
Kelurahan Tengah dan Kelurahan Pakansari. Pusat perkotaan dan
perdagangan sebagian besar berada di Kelurahan Ciriung, Pabuaran, dan
Cirimekar. Lahan untuk industri sebagian besar terpusat di Kelurahan
Nanggewer dan Nanggewer Mekar.
Perkembangan perumahan menjadi salah satu faktor penyebab
semakin tergerusnya ketersediaan lahan yang akan digunakan untuk usaha
pembudidayaan ikan hias air tawar dan pelaksanaan program dan kegiatan

99
peningkatan sarana dan prasarana Disnakkan . Tergusurnya lahan untuk
bidang perikanan terlihat di Kelurahan Harapan Jaya. Di kelurahan
tersebut sedang dibangun sebuah perumahan masyarakat kelas atas dengan
membeli lahan yang berasal dari petani pembudidaya ikan hias air tawar
dan ikan konsumsi. Hal ini juga terjadi di beberapa kelurahan di
Kecamatan Cibinong. Pusat pemukiman dan perumahan di Kecamatan
Cibinong sebagian besar terkonsentrasi di Kelurahan Harapan Jaya,
Ciriung, Pabuaran, Pakansari, dan Sukahati.
Tak berbeda jauh dengan kondisi lahan, kondisi pengairan di
Kecamatan Cibinong juga tergolong cukup memprihatinkan. Hal ini
terjadi karena sebagian besar pengairan yang berasal dari air sungai dan
situ yang ada di Kecamatan Cibinong mengandung cemaran. Cemaran
tersebut dapat menimbulkan penyakit yang menyerang ikan khususnya
ikan hias air tawar. Kondisi terserangnya ikan hias air tawar di Kelurahan
harapan Jaya oleh penyakit Jamur Jarum membuktikan hal tersebut. Hal
ini menjadi faktor ancaman bagi Disnakkan karena dapat menjadi sumber
peningkatan Anggaran untuk alokasi obat-obatan. Di lain pihak, Anggaran
yang dimiliki oleh Disnakkan terbatas.
3. Kondisi Perekonomian Daerah dan Nasional
Perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong tak lepas dari pengaruh perkembangan ekonomi di Kabupaten
Bogor dan nasional. Perkembangan ekonomi Kabupaten Bogor dan
nasional yang fluktuatif dapat menjadi sebuah ancaman dan sekaligus
tantangan bagi Disnakkan Kabupaten Bogor dalam memajukan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Hal ini dikarenakan
perekonomian di Kabupaten Bogor dicanangkan ditopang oleh bidang
pertanian, peternakan, perikanan, dan usaha kecil perdagangan.
Kondisi perekonomian di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB tahun
2009 atas dasar harga berlaku lebih tinggi 11,69 persen dibandingkan
tahun 2008, yaitu mencapai Rp 65,21 triliun, yang dikontribusikan oleh
sektor primer sebesar 5,58 persen, sektor sekunder 68,78 persen dan sektor

100
tersier sebesar 25,64 persen dari total PDRB, sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan naik 4,05 persen dari tahun 2008, yaitu Rp 29,72 triliun
menjadi Rp 30,92 triliun. Dengan pertumbuhan PDRB tersebut ternyata
sektor primer yang mencakup sektor pertanian dan perikanan hanya paling
kecil kontribusinya bila dibandingkan dengan sektor sekunder dan sektor
tersier. Padahal sektor perikanan primer mendominasi pelaku ekonomi
perikanan khususnya ikan hias air tawar.
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor tersebut menggambarkan
pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan ekonomi akan berarti
peningkatan kesejahteraan apabila tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut
lebih besar dari tingkat inflasi di setiap tahun yang sama. Hal ini terjadi
pada tahun 2007 dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Bogor mencapai 6,04 persen. Namun, laju inflasi tingkat Jawa Barat
menjelang tahun 2008 mencapai 11,11 persen. Tingkat inflasi ini lebih
tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata inflasi nasional selama tahun
2008 yang mencapai 11,06 persen. Dengan demikian, secara relatif
tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor mengalami penurunan.
Apabila tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor khususnya
Kecamatan Cibinong mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat
dan kemampuan permodalan masyarakat untuk memulai sebuah usaha
juga mengalami penurunan.
Perkembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional.
Perekonomian nasional pada awal tahun 2008 hingga tahun 2009
mengalami tekanan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat pada ekspor
barang baik komoditas minyak dan gas (migas) maupun komoditas non
minyak dan gas (non migas) yang mengalami penurunan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, ekspor barang tercatat US$ 119,5 miliar, atau mengalami
pertumbuhan negatif sebesar 14,4 persen dibandingkan dengan tahun
2008. Ekspor migas mengalami kontraksi 35,5 persen dibandingkan
dengan tahun 2008 sehingga menjadi US$ 20,5 miliar.

101
Penurunan kinerja ekspor nonmigas, selain merupakan dampak
kontraksi kegiatan ekonomi global, juga sebagai akibat turunnya harga
komoditas ekspor nonmigas Indonesia. Perkembangan tahun 2009
menunjukkan turunnya harga berbagai komoditas ekspor nonmigas
Indonesia, dengan penurunan terbesar terjadi pada harga komoditas
pertanian sebesar 24 persen. Akan tetapi, berbeda dengan komoditas
pertanian yang lain, ekspor komoditas ikan hias air tawar Indonesia pada
tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi US$ 2.852.226 bila
dibandingkan dengan tahun 2007 yang tercatat sebesar US$ 1.917.161.
Padahal pada tahun 2008 terjadi merupakan awal terjadinya krisis ekonomi
global. Di lain pihak, ekspor ikan hias air tawar Indonesia mengalami
penurunan dari tahun 2005 hingga 2007. Padahal pada rentang waktu
tersebut belum terjadi krisis ekonomi global. Hal ini menandakan bahwa
ekspor ikan hias air tawar masih bersifat fluktuatif.
Selain berdampak dari segi ekspor ikan hias air tawar, kondisi
perekonomian yang masih tertekan akibat krisis ekonomi global juga
berpengaruh terhadap likuiditas keuangan yang semakin ketat. Ketatnya
likuiditas keuangan menyebabkan lembaga-lembaga keuangan
menurunkan ekspansi pengucuran kredit untuk sektor usaha. Selama tahun
2009, pertambahan kredit (termasuk penerusan kredit) hanya mencapai
Rp117,2 triliun (8,7 persen year on year) menjadi Rp1.470,8 triliun, jauh
lebih rendah dari pertambahan kredit di periode yang sama pada tahun
2008 yang mencapai Rp326,2 triliun (31,2 persen, year on year). Selain
kontraksi pada penurunan kredit, lembaga-lembaga keuangan juga masih
menahan suku bunga kreditnya dan menaikkan persepsi risiko usaha.
Keadaan-keadaan tersebut tentunya semakin memberatkan Disnakkan
untuk melakukan kerjasama fasilitas permodalan dengan lembaga-lembaga
keuangan bagi petani ikan hias air tawar.
4. Kondisi Keamanan dan Ketertiban
Salah satu aspek yang tidak dapat dilupakan peranannya dalam
menjaga stabilitas Disnakkan dalam membangun sistem agribisinis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah kondisi keamanan dan

102
ketertiban baik di tingkat nasional maupun daerah. Hal ini dikarenakan
keamanan dan ketertiban masyarakat yang mantap dapat menciptakan
stabilitas daerah dan lembaga pemerintahan dalam melaksanakan tugas
dan fungsi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan
tentram.
Kondisi geografis dari Kecamatan Cibinong yang terletak dekat
dengan wilayah Ibukota Jakarta menyebabkan kondisi keamanan dan
ketertiban yang terjadi di Ibukota dapat mempengaruhi kondisi di
Kecamatan Cibinong. Padahal Ibukota Jakarta merupakan wilayah yang
memiliki pergolakan dan dinamika kemasyarakatan yang cukup tinggi.
Pergolakan dan gangguan kemasyarakatan tersebut lebih sering
disebabkan oleh kondisi politik daerah dan nasional.
Selain disebabkan oleh faktor eksternal wilayah Kecamatan
Cibinong, gangguan keamanan dan ketertiban di Kecamatan Cibinong juga
dapat timbul dari internal wilayah Kecamatan Cibinong sendiri. Hal ini
dikarenakan Kecamatan Cibinong merupakan Ibukota Kabupaten Bogor
sekaligus sebagai pusat pemerintahan dan politik di Kabupaten Bogor.
Hal ini tentunya dapat memperbesar peluang terjadinya gangguan
keamanan dan ketertiban.
5. Kualitas Ikan Hias
Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas ikan hias air tawar
yang dihasilkan oleh petani pembudidaya antara lain warna ikan, bentuk
tubuh ikan, ukuran tubuh ikan, dan kesehatan ikan. Parameter-parameter
tersebut menjadi persyaratan bagi ikan hias air tawar yang akan diekspor
ke luar negeri. Hal inilah yang menyebabkan para eksportir ikan hias air
tawar hanya memiliki beberapa supplier. Supplier-supplier tersebut
merupakan pihak yang mendapatkan kepercayaan dari eksportir karena
selalu memasok ikan hias air tawar dengan kualitas dan kuantitas yang
diminta oleh eksportir.
Sebagian besar ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani
pembudidaya di Kecamatan Cibinong belum memiliki kualitas yang baik.
Hal ini dikarenakan ikan hias air tawar yang dihasilkan belum memiliki

103
ukuran tubuh yang seragam seperti diminta oleh eksportir. Ikan hias air
tawar tersebut belum memiliki warna yang menarik karena pakan dan
teknik pembudidayaan yang dilakukan oleh sebagian petani tersebut belum
optimal dan masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana.
Sebagian teknologi dan teknik yang dimiliki oleh petani merupakan
teknologi dan teknik secara turun temurun, bahkan sering dijumpai petani
yang menggunakan teknik pembudidayaan untuk ikan konsumsi dan
kemudian diterapkan untuk ikan hias air tawar. Padahal terdapat
perbedaan-perbeadaan pada teknik pembudidayaan untuk kedua komoditas
tersebut. Selain itu, sebagian besar petani pembudidaya di Kecamatan
Cibinong belum mampu untuk melakukan proses grading dan sortasi
untuk menentukan keseragaman ukuran ikan hias air tawar yang akan
dijual. Kondisi ini menyebabkan proses grading dan sortasi tersebut
diambil alih oleh broker dan supplier. Kondisi kesehatan ikan hias air
tawar juga menjadi perhatian bagi broker, supplier,dan eksportir dalam
membeli ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani pembudidaya di
Kecamatan Cibinong. Apabila ditemukan ikan hias air tawar yang
terserang penyakit ikan di suatu kolam, maka broker dan supplier tidak
mau untuk membeli ikan hias air tawar di kolam tersebut walaupun hanya
beberapa ikan di kolam tersebut yang terserang penyakit.
Kualitas ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani
pembudidaya di Kecamatan Cibinong dapat mempengaruhi harga jual
ikan. Apabila ikan hias air tawar yang dihasilkan oleh petani
pembudidaya relatif rendah, maka broker dan supplier dapat menekan
harga ikan hias tersebut. Di lain pihak, jika ikan hias air tawar yang
dihasilkan relatif tinggi dan sesuai dengan yang diharapkan oleh broker
dan supplier, maka petani akan mendapatkan keuntungan dari naiknya
harga jual ikan hias tersebut.
Kualitas ikan hias air tawar yang masih rendah tersebut menjadi
faktor ancaman bagi Disnakkan untuk melakukan kegiatan promosi ikan
hias air tawar sebagai komoditas unggulan di Kecamatan Cibinong. Hal
ini dikarenakan komoditas ikan hias air tawar tidak dapat menjadi

104
komoditas unggulan dari Kecamatan Cibinong bila ikan hias air tawar
yang dihasilkan memiliki mutu yang rendah. Oleh karena itu, Disnakkan
menghadapai sebuah tantangan untuk menjalankan program dan kegiatan
penyuluhan dan bimbingan usahatani tersebut.

105
VII FORMULASI STRATEGI

7.1. Analisis Kondisi Internal dan Eksternal


Analisis Kondisi internal dan eksternal digunakan oleh para penyusun
strategi untuk menyederhanakan dan mengevaluasi dampak dari berbagai
informasi yang berasal dari dalam dan luar Dinas Peternakan dan Perikanan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Bogor. Informasi-informasi tersebut mendasari dimunculkannya
faktor-faktor internal maupun eksternal. Kemudian faktor-faktor tersebut
dievaluasi berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap strategi Dinas Peternakan
dan Perikanan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong. Setelah tingkat pengaruh dari faktor-faktor tersebut dikaji
melalui pendapat atau wawancara tahap pertama yang terdiri dari sembilan orang
responden, maka hasil dari analisis kondisi eksternal dan internal adalah sebagai
berikut :

7.1.1. Analisis Kondisi Internal


Analisis kondisi internal dapat membantu penyusun strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi dampak dari berbagai kekuatan dan kelemahan
utama dan kecil yang berasal dari dalam instansi Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor. Informasi-informasi tersebut mempengaruhi Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Proses pengajuan kuesioner dan wawancara kepada para responden
internal (dari pihak Disnakkan) menghasilkan faktor-faktor strategis internal
Disnakkan dan bobot untuk masing-masing faktor tersebut (Tabel 14).

106
Tabel 14. Analisis Kondisi Internal
No Faktor Strategis Internal Rataan Bobot
A Kekuatan
Anggaran Program Pengembangan Ikan Hias Air
1 0,130
Tawar Disnakkan
Program Pengembangan Produksi Ikan Hias Air
2 0,113
Tawar
Kerjasama Dengan Stakeholders Ikan Hias Air
3 0,117
Tawar
4 Koordinasi Internal Disnakkan 0,089
Perencanaan Strategi, Kebijakan, dan Program
5 0,108
Disnakkan
B Kelemahan
1 Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan 0,115
2 Kondisi Sarana dan Prasarana Disnakkan 0,130
3 Kegiatan Promosi Ikan Hias Air Tawar Disnakkan 0,117
4 Ketersediaan Data dan Informasi Disnakkan 0,110

Penjelasan yang lebih jelas dan terperinci untuk faktor-faktor internal


Disnakkan dan signifikansi terhadap pengembangan sistem agribisnis ikan hias air
tawar adalah sebagai berikut :

7.1.1.1. Faktor-Faktor Kekuatan


Hasil analisis kondisi internal didapat faktor kekuatan dari internal
Disnakkan yang memiliki dampak sangat penting bagi Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
adalah anggaran program pengembangan ikan hias air tawar. Hal ini terlihat dari
nilai rataan bobot yang mencapai 0,130. Nilai rataan bobot ini merupakan nilai
rataan bobot tertinggi. Dengan demikian, anggaran program pengembangan
sistem agribisnis ikan hias air tawar merupakan kekuatan utama atau memiliki
pengaruh yang paling besar bagi Disnakkan dalam mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Faktor kerjasama dengan stakeholders ikan hias air tawar memiliki rataan
bobot yang mencapai 0,117. Nilai ini menunjukkan bahwa faktor kerjasama
dengan stakeholders ikan hias air tawar menjadi faktor yang berpengaruh besar
bagi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong.

107
Faktor kekuatan selanjutnya yang memiliki dampak penting adalah
program pengembangan produksi ikan hias air tawar. Faktor ini memiliki rataan
bobot yang mencapai 0,113 sehingga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
usaha Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong.
Faktor perencanaan strategi, kebijakan, dan program Disnakkan serta
faktor koordinasi internal Disnakkan yang memiliki dampak kurang penting bagi
usaha Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari rataan bobot yang berjumlah 0,108 dan
0,089.

7.1.1.2. Faktor-Faktor Kelemahan


Kondisi sarana dan prasarana Disnakkan memiliki rataan bobot 0,130.
Nilai rataan bobot tersebut merupakan yang terbesar diantara faktor-faktor
kelemahan yang lain. Dengan demikian, kondisi sarana dan prasarana Disnakkan
memiliki dampak yang sangat penting bagi Disnakkan dalam mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Faktor kegiatan promosi ikan hias air tawar Disnakka memiliki dampak
yang signifikan dan penting bagi Disnakkan dalam pengembangan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari nilai
rataan bobot yang mencapai 0,117.
Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan memiliki rataan bobot
yang mencapai 0,115 atau memiliki dampak yang relatif agak penting bagi
Disnakkan dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong.
Ketersediaan data dan informasi perikanan merupakan faktor kelemahan
yang memiliki dampak yang agak penting bagi Disnakkan dalam mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari
nilai rataan bobot yang mencapai 0,111.

7.1.2. Analisis Kondisi Eksternal


Analisis kondisi eksternal digunakan oleh penyusun strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi dampak strategi yang berasal dari bidang ekonomi,

108
sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum dan
teknologi. Semua informasi tersebut menghasilkan faktor-faktor yang
mempengaruhi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong. Faktor-faktor yang didapat tersebut dapat berasal
dari luar internal Disnakkan yang masih berada dalam lingkup wilayah
Kecamatan Cibinong serta berasal dari lingkup wilayah yang lebih luas lagi.

Tabel 15. Analisis Kondisi Eksternal


No Faktor Strategis Eksternal Rataan Bobot
A Peluang
1 Adanya Kelompok Tani dan Himbudias 0,072
2 Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia 0,074
3 Teknologi dan Teknik Budidaya 0,074
4 Dukungan Pemerintah Pusat 0,060
5 Kondisi Infrastruktur 0,067
6 Saluran dan Sarana Pemasaran 0,083
7 Kondisi Agroklimat dan Geografis Wilayah 0,070
8 Kemitraan Petani, Pedagang, dan Eksportir 0,076
9 Otonomi Daerah 0,062
B Ancaman
Keterbatasan Anggaran Program GMM
1 Kabupaten Bogor 0,085
2 Ketersediaan Lahan dan Pengairan 0,075
3 Kondisi Perekonomian Daerah dan Nasional 0,064
4 Kondisi Keamanan dan Ketertiban 0,065
5 Kualitas Ikan Hias 0,073

Setelah melalui proses pengajuan kuesioner kepada pihak internal yang


berjumlah empat responden serta pihak eksternal yang berjumlah lima responden,
maka didapatkan hasil analisis pembobotan faktor eksternalyang ditunjukkan oleh
Tabel 15.
Tabel 15 juga dapat dijelaskan secara rinci mengenai faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi Disnakkan dalam mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, baik yang termasuk ke
dalam peluang maupun ancaman, yaitu sebagai berikut :

109
7.1.2.1. Faktor-Faktor Peluang
Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, maka
terdapat Sembilan faktor peluang yang mempengaruhi Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Bogor. Kesembilan faktor peluang tersebut antara lain, (1) adanya
kelompok tani dan Himbudias, (2) kondisi perdagangan ikan hias dunia, (3)
teknologi dan teknik budidaya, (4) dukungan pemerintah pusat, (5) kondisi
infrastruktur, (6) saluran dan saranan pemasaran, (7) kondisi agroklimat dan
geografis wilayah, (8) kemitraan petani, pedagang, dan eksportir, serta (9)
otonomi daerah.
Di antara kesembilan faktor peluang tersebut, faktor saluran dan sarana
pemasaran merupakan faktor yang paling signifikan dampaknya untuk Disnakkan
dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot yang mencapai 0,083. Nilai
rataan bobot tersebut merupakan nilai rataan bobot terbesar di antara faktor-faktor
peluang yang lain.
Faktor kemitraan petani, pedagang, dan eksportir merupakan faktor yang
signifikan dampaknya untuk dimanfaatkan oleh Disnakkan. Hal ini terlihat dari
nilai rataan bobot yang mencapai 0,076.
Faktor kondisi perdagangan ikan hias dunia serta faktor teknologi dan
teknik budidaya juga memiliki dampak yang signifikan untuk dimanfaatkan oleh
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot dari kedua faktor
tersebut yang mencapai 0,074.
Adanya kelompok tani dan Himbudias juga mempengaruhi atau
memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pengembangan sistem agribisnis
ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot
yang mencapai 0,072.
Faktor lain yang berpengaruh cukup signifikan dalam mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah kondisi
agroklimat dan geografis wilayah. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot yang
mencapai 0,070.

110
Faktor-faktor lain yang berdampak kurang signifikan bagi pengembangan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong antara lain faktor
kondisi infrastruktur, faktor otonomi daerah, dan faktor dukungan pemerintah
pusat. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot dari ketiga faktor tersebut yang
secara berurutan mencapai 0,067; 0,062; dan 0,060.

7.1.2.2. Faktor-Faktor Ancaman


Faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi usaha Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
antara lain, (1) keterbatasan anggaran program GMM Kabupaten Bogor, (2)
ketersediaan lahan dan pengairan, (3) kondisi perekonomian daerah dan nasional,
(4) kondisi keamanan dan ketertiban, serta (5) kualitas ikan hias. Kelima
ancaman ini harus segera dihindari dan diusahakan agar ancaman tersebut dapat
diminimalisir dampaknya oleh Disnakkan. Bahkan, Disnakkan dapat membuat
ancaman tersebut menjadi peluang apabila Disnakkan berhasil merumuskan
strategi-strategi tertentu yang tepat.
Faktor ancaman yang berpengaruh paling signifikan dalam pengembangan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah faktor
keterbatasan anggaran program GMM. Faktor ini disebabkan oleh nilai rataan
bobot yang dimiliki faktor ini yang mencapai 0,085.
Faktor lain yang berpengaruh atau berdampak signifikan dalam
pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar adalah ketersediaan lahan dan
pengairan. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot yang mencapai 0,075.
Kualitas ikan hias juga menjadi faktor ancaman yang cukup signifikan
dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong. Signifikansi faktor ini terlihat dari nilai rataan bobot yang mencapai
0,073
Faktor ancaman yang dinilai kurang signifikan dampaknya dalam
pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
adalah faktor kondisi keamanan dan ketertiban serta faktor kondisi perekonomian
daerah dan nasional. Hal ini terlihat dari nilai rataan bobot untuk kedua faktor
tersebut yang secara berurutan bernilai 0,065 dan 0,064.

111
7.2. Analisis Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan salah salah satu alat analisis untuk
mencocokkan antara elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Proses
pemaduan dan pencocokan ini sangat penting karena proses ini bertujuan untuk
menentukan alternatif strategi yang dipilih berdasarkan elemen-elemen tersebut.
Di dalam analisis matriks SWOT, terdapat empat jenis strategi yang dapat
dikembangkan, yaitu strategi S-O (Strengths-Opportunities), strategi W-O
(Weakness-Opportunities), S-T (Strengths-Threats), dan W-T (Weakness-
Threats). Berdasarkan keempat jenis strategi tersebut, maka alternatif strategi
yang dapat dipertimbangkan oleh Disnakkan untuk mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor antara
lain:
1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities)
Strategi ini disusun dengan memanfaatkan kekuatan internal yang dimiliki
oleh Disnakkan untuk memanfaatkan peluang yang ada baik dalam lingkup
wilayah Kecamatan Cibinong sendiri atau lebih luas dengan tujuan
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Strategi yang diusulkan adalah meningkatkan program dan kegiatan fasilitas
kemitraan usaha dan menguatkan kelembagaan (kelompok tani dan Himbudias)
usaha tani ikan hias.
Meningkatkan program dan kegiatan fasilitas kemitraan usaha adalah salah
satu strategi yang penting bagi Disnakkan untuk memajukan petani ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong. Dengan adanya fasilitas kemitraan antara petani
pembudidaya, pedagang (broker dan supplier), dan eksportir menyebabkan
pasokan dan alur tataniaga menjadi jelas dan terarah dengan baik. Petani
pembudidaya ikan hias air tawar yang tidak memiliki modal akan tetapi memiliki
lahan dapat memanfaatkan lahannya tersebut untuk membudidayakan ikan hias air
tawar. Dengan kata lain broker, supplier, dan eksportir ikan hias air tawar dapat
mengadakan kemitraan produksi atau inti plasma dengan para petani
pembudidaya. Proses kemitraan tersebut harus digalakkan dan diawasi agar
semua pihak yang terlibat mendapatkan keuntungan dan tidak ada pihak yang
merasa dirugikan. Disnakkan perlu mendorong peran dari berbagai kelompok tani

112
ikan hias dan Himbudias Kecamatan Cibinong sebagai subjek kemitraan dengan
para eksportir. Selain itu, kegiatan temu usaha antara petani pembudidaya,
broker, supplier, dan eksportir perlu terus dilakukan agar pelaku-pelaku usaha
ikan hias tersebut saling membantu dan memahami permasalahan masing-masing
sehingga alur tataniaga ikan hias air tawar tidak terganggu. Dengan sudah
terjalinnya kemitraan antara petani pembudidaya, broker, supplier, dan eksportir
ikan hias air tawar di Kelompok Tani Cahaya Mandiri dapat menjadi sebuah
contoh bagi kemitraan di kelompok lain. Dengan adanya program dan kegiatan
fasilitas kemitraan Disnakkan, diharapkan terjalin kerjasama yang saling
menguntungkan antar stakeholders ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong
untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada.
Strategi selanjutnya yang termasuk ke dalam strategi S-O adalah strategi
untuk memfasilitasi penguatan kelembagaan usahatani ikan hias (kelompok tani
dan Himbudias). Peran kelompok tani dan Himbudias sangat penting bagi para
petani pembudidaya ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Tercatat sekitar
enam kelompok tani yang ada di Kecamatan Cibinong. Keenam kelompok tani
tersebut merupakan anggota Himbudias Kecamatan Cibinong. Peran penting
kelompok tani dan Himbudias tersebut adalah sebagai sarana dan alat pemersatu
petani pembudidaya ikan hias. Dengan adanya kelompok tani dan Himbudias
tersebut, antar petani dapat bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam
berbudidaya, dapat menjadi sumber bantuan permodalan yang berasal dari
anggota, serta sebagai sarana pemersatu bagi petani untuk berhubungan dengan
pihak luar. Dengan demikian, Disnakkan perlu untuk menguatkan kembali
kelompok tani dan Himbudias. Kelompok tani dan Himbudias harus dijadikan
mitra strategis Disnakkan karena selain sebagai wadah pemersatu petani juga
menjadi media penyalur dan objek sasaran dari berbagai program dan kegiatan
Disnakkan. Hal ini dikarenakan selama ini, program dan kegiatan yang
dicanangkan oleh Disnakkan untuk petani pembudidaya ikan hias harus
mengikutsertakan pihak kelompok tani dan Himbudias. Kegiatan untuk
memfasilitasi penguatan kelembagaan usahatani ini diharapkan dapat menjadi
sumber kekuatan untuk memanfaatkan kondisi lingkungan eksternal seperti tren
pemasaran, kondisi infrastruktur, dan kondisi agroklimat dan geografis wilayah.

113
Disnakkan dalam melakukan kegiatan fasilitas penguatan kelembagaan ini dapat
memberikan sarana dan fasilitas untuk membantu kegiatan kelompok tani-
kelompok tani dan Himbudias.
2. Strategi W-O (Weakness-opportunities)
Strategi W-O disusun untuk memperbaiki kelemahan yang ada dalam
internal Disnakkan dengan cara mengambil keuntungan dari peluang yang ada.
Alternatif strategi yang diusulkan bagi Disnakkan untuk mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong yaitu strategi peningkatan
program dan kegiatan promosi ikan hias air tawar serta strategi peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM kepegawaian Disnakkan.
Strategi peningkatan program dan kegiatan promosi ikan hias air tawar
bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki program dan kegiatan promosi
yang dilakukan oleh Disnakkan. Hal ini dikarenakan masyarakat Kabupaten
Bogor bahkan masyarakat Kecamatan Cibinong sendiri masih banyak yang belum
menyadari bahwa ikan hias air tawar adalah komoditas unggulan dari Kecamatan
Cibinong. Disnakkan dapat mempromosikan ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong di berbagai ajang pameran dan perayaan tingkat kabupaten, provinsi,
bahkan tingkat nasional dengan mengikutsertakan Himbudias Kecamatan
Cibinong. Selain itu, Disnakkan juga dapat memanfaatkan sarana dan prasarana
terutama kantor UPTD sebagai tempat berpromosi dan mengenalkan ikan hias air
tawar Kecamatan Cibinong. Kegiatan promosi tersebut juga dapat menarik
investor untuk turut serta memajukan ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan peluang dari kondisi perdagangan ikan
hias dunia yang sedang meningkat. Program dan kegiatan promosi juga
diperlukan untuk mendorong dan meningkatkan penjualan ikan hias air tawar dari
Kecamatan Cibinong di pasaran domestik terutama di Kabupaten Bogor. Dengan
meningkatnya penjualan, maka petani dan pedagang ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong dapat meningkatkan keuntungan yang selanjutnya dapat
meningkatkan kesejahteraan petani dan pedagang.
Strategi alternatif W-O selanjutnya adalah strategi peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM kepegawaian Disnakkan. Disnakkan memiliki keterbatasan
SDM di bidang perikanan khususnya SDM yang bertugas di berbagai UPTD

114
khususnya UPTD di Kecamatan Cibinong. Padahal, UPTD merupakan ujung
tombak dan perpanjangan tangan dari Disnakkan dalam melaksanakan segala
program dan kegiatannya. Dengan demikian, keefektifan program dan kegiatan
pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar yang dilakukan oleh
Disnakkan juga ditentukan oleh kemampuan UPTD tersebut. Selain di bidang
teknis, Disnakkan masih mengalami kekurangan SDM di bidang strategis dan
pengambilan kebijakan. Selain dari segi kuantitas, kualitas SDM Disnakkan
terutama di bidang perikanan dan ikan hias relatif masih perlu ditingkatkan lagi.
Hal ini menandakan bahwa Disnakkan harus segera mengajukan permintaan
tambahan SDM perikanan khususnya ikan hias serta perlu untuk menambah
keahlian dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan di bidang
budidaya dan usaha perikanan ikan hias. Untuk memperbaiki kelemahan tersebut,
maka Disnakkan dapat memnfaatkan berbagai peluang yang ada. Peluang-
peluang tersebut seperti perkembangan teknologi dan teknik budidaya yang
semakin canggih membuat kualitas SDM Disnakkan dapat meningkat cepat,
adanya dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan
yang semakin memperhatikan perkembangan produksi ikan hias nasional,
kemitraan dengan petani, pedagang, dan eksportir yang dapat memberikan
pengetahuan untuk SDM Disnakkan dalam bidang perikanan, serta adanya
otonomi daerah yang memberikan peluang bagi Disnakkan untuk dapat
mengambil keputusan yang cepat untuk pemenuhan kebutuhan SDM
kepegawaian.
3. Strategi S-T (Strengths-Threats)
Strategi S-T adalah strategi yang dilakukan oleh Disnakkan dalam rangka
peningkatan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi dampak ancaman.
Adapun, strategi yang diusulkan adalah strategi peningkatan kegiatan penyuluhan
dan bimbingan usahatani. Kegiatan penyuluhan dan bimbingan usahatani tersebut
dilakukan berdasarkan program peningkatan produksi perikanan yang merupakan
salah satu kekuatan dari Disnakkan untuk memajukan sektor agribisnis ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong tersebut. Kegiatan penyuluhan dan bimbingan
usahatani diperlukan karena petani memiliki berbagai kendala seperti keterbatasan

115
modal, lahan yang sempit dan kualitas ikan hias yang dihasilkan masih relatif
rendah. Tentunya dengan adanya penyuluhan dan bimbingan usahatani tersebut,
maka keterbatasan-keterbatasan yang ada di petani ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong dapat segera diatasi atau minimal tidak menggangu
produktifitas dari petani tersebut. Hal ini diperlukan agar keuntungan yang
didapat oleh petani dapat terjaga bahkan meningkat.
Kegiatan penyuluhan dan bimbingan usahatani tersebut harus dilakukan
dengan kreatif dan sesuai dengan komoditas unggulan yang diusahakan oleh
petani ikan hias air tawar di Kecamatan. Selain itu, penyuluhan dan bimbingan
tersebut harus berisikan materi-materi penyuluhan yang praktis dan mudah
dimengerti oleh petani ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong.
4. Strategi W-T (Weakness-Threats)
Strategi W-T adalah strategi yang bertujuan untuk meminimalkan
kelemahan untuk menghindari ancaman yang ada. Alternatif strategi yang
diusulkan dalam strategi W-T ini adalah strategi peningkatan kinerja fasilitas
Disnakkan serta akses permodalan dan informasi. Strategi ini diusulkan untuk
mengatasi kelemahan dari pihak internal Disnakkan yang belum secara optimal
memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk pengembangan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong. Fasilitas tersebut dapat berupa UPTD yang
masih belum mampu untuk meningkatkan kinerjanya untuk pengembangan ikan
hias serta fasilitas akibat dari kurangnya SDM kepegawaian, sarana pemasaran
(Depo) ikan hias air tawar yang masih perlu dikembangkan lagi, kegiatan promosi
yang perlu digalakkan, serta ketersediaan data dan informasi perikanan yang perlu
untuk dilengkapi. Semua kondisi tersebut perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi
oleh Disnakkan untuk menunjang kinerja dan keefektifan program.
Selain itu, strategi tersebut juga dapat meningkatkan pengetahuan atau
informasi bagi para pelaku sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong khususnya tentang informasi perkembangan pasar ikan hias nasional
dan dunia serta akses permodalan yang dapat diajukan oleh petani. Alternatif-
alternatif dalam analisis SWOT dapat dilihat dalam Tabel 16.

116
Tabel 16. Matriks SWOT Disnakkan Kabupaten Bogor
Kekuatan (S-Strenghts) Kelemahan (W-
Faktor-Faktor Weakness)
Internal 1. Anggaran Program
Pengembangan Ikan Hias Air 1. Keadaan Sumber
Tawar Disnakkan daya Manusia
2. Program Pengembangan (SDM) Disnakkan
Produksi Ikan Hias Air Tawar 2. Kondisi Sarana dan
3. Kerjasama dengan Stakeholders Prasarana
Ikan Hias Air Tawar Disnakkan
Faktor- 4. Koordinasi Internal Disnakkan 3. Kegiatan Promosi
Faktor 5. Perencanaan Strategi, Ikan Hias Air
Eksternal Kebijakan, dan Program Tawar Disnakkan
Disnakkan 4. Ketersediaan Data
dan Informasi
Perikanan
Peluang (O- Strategi S-O Strategi W-O
Opportinuties)
a. Meningkatkan Program dan a. Meningkatkan
1. Adanya Kelompok Kegiatan Fasilitas Kemitraan Program dan
Tani dan Himbudias Usaha. Kegiatan Promosi
2. Kondisi Perdagangan (S1,S2,S3,S4,S5, Ikan Hias Air
Ikan Hias Dunia O1,O2,O3,O4,O5,O6,O8,O9) Tawar.
3. Teknologi dan b. Memfasilitasi Penguatan (W2,W3,W4,
Teknik Budidaya Kelembagaan Usahatani Ikan O1,O5,O6,O8)
4. Dukungan Hias (Kelompok Tani dan b. Meningkatkan
Pemerintah Pusat Himbudias) Kualitas dan
5. Kondisi Infrastruktur (S1,S2,S3,S5,O1,O2,O6,O7,O8) Kuantitas SDM
6. Saluran dan Sarana Kepegawaian
Pemasaran Disnakkan.
7. Kondisi Agroklimat (W1,W2,S3,S4,S8,S
dan Geografis 9)
Wilayah
8. Kemitraan Petani,
Pedagang, dan
Eksportir
9. Otonomi Daerah
Ancaman (T-Threats) Strategi S-T Strategi W-T

1. Keterbatasan a. Meningkatkan Kegiatan a. Meningkatkan


Anggaran Program Penyuluhan dan Bimbingan Kinerja Fasilitas
GMM Kabupaten Usahatani. Disnakkan serta
Bogor (S1,S2,S3,S4,S5,T1,T2,T5) Akses Permodalan
2. Ketersediaan Lahan dan Informasi
dan Pengairan (W1,W2,W3,W4,
3. Kondisi T1,T2,T3,T5)
Perekonomian
Daerah dan Nasional
4. Kondisi Keamanan
dan Ketertiban
5. Kualitas Ikan Hias

117
VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan
Hasil analisis tentang strategi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kabupaten
Bogor antara lain :
1. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor internal yang
mempengaruhi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong, terdapat lima faktor yang menjadi
kekuatan dan empat faktor yang menjadi kelemahan bagi Disnakkan.
Adapun faktor-faktor kekuatan tersebut antara lain : (1) anggaran program
pengembangan ikan hias air tawar Disnakkan, (2) program pengembangan
produksi ikan hias air tawar Disnakkan, (3) kerjasama dengan stakeholders
ikan hias air tawar, (4) koordinasi internal Disnakkan, dan (5) perencanaan
strategi, kebijakan, dan program Disnakkan. Faktor kekuatan yang paling
berdampak signifikan terhadap usaha Disnakkan untuk mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong adalah faktor
anggaran program pengembangan ikan hias air tawar Disnakkan. Di lain
pihak, faktor-faktor yang menjadi kelemahan Disnakkan dalam
mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong antara lain : (1) keadaan sumber daya manusia (SDM)
Disnakkan, (2) kondisi sarana dan prasarana Disnakkan, (3) kegiatan
promosi ikan hias air tawar Disnakkan, serta (4) ketersediaan data dan
informasi perikanan. Faktor kelemahan yang berpengaruh signifikan
dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong adalah faktor kegiatan promosi ikan hias air tawar Disnakkan.
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong juga memiliki peluang dan ancaman yang berasal
dari eksternal Disnakkan sendiri. Faktor-faktor yang menjadi peluang
tersebut antara lain : (1) adanya kelompok tani dan Himbudias, (2) kondisi
perdagangan ikan hias dunia, (3) teknologi dan teknikbudidaya, (4)
dukungan pemerintah pusat, (5) kondisi infrastruktur, (6) saluran dan

118
sarana pemasaran, (7) kondisi agroklimat dan geografis wilayah, (8)
kemitraan petani, pedagang, dan eksportir, serta (9) otonomi daerah.
Faktor peluang yang berdampak signifikan adalah faktor saluran dan
sarana prasarana pemasaran. Faktor ini harus dimanfaatkan oleh
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman
dan harus dihindari dan diminimalisir meliputi : (1) keterbatasan anggaran
program GMM Kabupaten Bogor, (2) ketersediaan lahan dan pengairan,
(3) kondisi perekonomian daerah dan nasional, (4) kondisi keamanan dan
ketertiban, serta (5) kualitas ikan hias. Faktor ancaman yang paling
berdampak signifikan dalam pengembangan sistem agribisnis ikan hias air
tawar di Kecamatan Cibinong adalah faktor keterbatasan anggaran
program GMM Kabupaten Bogor.
2. Setelah teridentifikasi faktor-faktor strategis eksternal maupun internal,
maka alternatif-alternatif strategi yang dapat diusulkan untuk Disnakkan
dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan
Cibinong antara lain : (1) meningkatkan program dan kegiatan fasilitas
kemitraan usaha ikan hias air tawar, (2) memfasilitasi penguatan
kelembagaan (kelompok tani dan Himbudias) usahatani ikan hias air
tawar, (3) meningkatkan program dan kegiatan promosi ikan hias air
tawar, (4) meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM atau kepegawaian
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, (5) meningkatkan
kegiatan penyuluhan dan bimbingan usahatani, serta (6) meningkatkan
kinerja fasilitas Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta
akses permodalan dan informasi.

8.2. Saran
Saran yang dapat diajukan kepada Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong adalah agar Disnakkan dapat memberikan perhatian yang
lebih terhadap kesesuaian program dan kegiatan yang dilakukan dengan kondisi
keanekaragaman yang ada di setiap kelompok tani dan Himbudias di Kecamatan
Cibinong. Hal ini diperlukan agar setiap program dan kegiatan yang dilakukan

119
Disnakkan dapat lebih efektif dan efisien. Selain itu, Disnakkan juga perlu untuk
mengkaji strategi-strategi yang telah dilakukan dan menyesuaikan strategi-strategi
tersebut bila terjadi perubahan-perubahan pada lingkungan internal dan eksternal
Disnakkan.

120
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Bustanul. 2007. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Hias Air
Tawar (Studi Kasus Di Kota Bogor). [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Arifin, Bustanul. 2005. Agribisnis Dalam Pembangunan Pertanian Indonesia. Di


Dalam Krisnamurthi, B, editor. Menumbuhkan Ide dan Pemikiran.
Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. 60 Tahun Bungaran Saragih.
Bogor : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, LPPM IPB.

Basith, Abdul. 2005. Pengembangan Agribisnis : Matahari Berselimut Kabut. Di


Dalam Krisnamurthi, B, editor. Menumbuhkan Ide dan Pemikiran.
Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. 60 Tahun Bungaran Saragih.
Bogor : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, LPPM IPB.

Cahyani. 2008. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gula


Indonesia. [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta : Salemba Empat.

Effendi I, Oktariza W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Jakarta : Penebar


Swadaya.

El Arsya, Fadhlya. 2009. Cibinong Unggulkan Ikan Hias.


http://www.jurnalbogor.com/. [ 2 Februari 2010].

------. 2009. Maksimalkan Potensi Ikan Hias. http://www.jurnalbogor.com/. [ 2


Februari 2010].

Ginulur, Gin Gin T. 2009. Pemanfaatan Potensi Perikanan Di Jabar Belum


Optimal. http://economy.okezone.com/read. [ 2 Februari 2010].

Gumilar, Soni. 2007. Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar
Dalam Meningkatkan Ekonomi Wilayah Kota Bogor. [tesis]. Bogor :
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Jiaravanon, Sumet. 2007. Masa Depan Agribisnis Indonesia : Perspektif Seorang


Praktisi. Orasi Ilmiah. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Karo-karo FW. 2006. Strategi Pengembangan Kabupaten Karo Sebagai Kawasan


Agropolitan. [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

Krisnamurthi, Bayu. 2001. Agribisnis. Jakarta : Yayasan Pengembangan Sinar


Tani.

121
Noviyanti, Eka. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Ikan
Hias Indonesia. [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

Nurmayanti. 2008. Ekspor Ikan Indonesia Kalah Dari Singapura.


http://www.kontan.co.id. [ 2 Februari 2010].

Pambudy, Rachmat. 2005. Sistem dan Usaha Agribisnis yang Berkerakyatan,


Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Terdesentralisasi : Suatu Perjalanan
Ide, Pemikiran, dan Konsep Menjadi Paradigma Baru Pembangunan
Pertanian Indonesia. Di Dalam Krisnamurthi, B, editor. Menumbuhkan Ide
dan Pemikiran. Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis. 60 Tahun
Bungaran Saragih. Bogor : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan, LPPM IPB.

Poernomo N. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Di CV


Colisa Aquaria Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Poernomo, Soen’an H. 2008. DKP Dan LIPI Kembangkan Ikan Hias.


http://www.indonesia.go.id. [ 2 Februari 2010].

Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi.


Bogor : Departemen Agribisnis, FEM IPB.

Salam, Dharma Setyawan. 2004. Otonomi Daerah dalam Perspektif Lingkungan,


Nilai dan Sumber Daya. Jakarta: Djambatan.

Saragih, Bungaran. 2001. Suara Dari Bogor Membangun Sistem Agribisnis. Di


dalam Tungkot Sepayung, dkk, editor. Jakarta : Yayasan USESE
Bekerjasama dengan Sucofindo.

Sihaloho. 2009. Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Di Kabupaten Humbang


Hasundutan, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Subrata. 2005. Analisis Dampak Investasi Di Sektor Agribisnis Terhadap


Perekonomian Indonesia (Analisis Input Output). [skripsi]. Bogor :
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suseno. 2001. Ikan Hias, Komoditi Ekspor Yang Sedap Dipandang.


http://www.tempointeraktif.com. [ 2 Februari 2010]

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2009.


Peraturan Bupati Bogor Nomor 84 Tahun 2009 Tentang Revitalisasi
Pertanian dan Pembangunan Perdesaan. Bogor : Bappeda Kabupaten
Bogor.

122
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2009.
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 7 Tahun 2009 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2013. Bogor : Bappeda Kabupaten Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2009. Kecamatan Cibinong dalam
Angka. Bogor : BPS Kabupaten Bogor.

[Diskan Jabar]. 2009. Lauk Cai Jadi ikon Jawa Barat.


http://diskan.jabarprov.go.id. [2 Februari 2010].

[Disnakkan] Dinas Peternakan dan Perikanan. 2009. Buku Data Perikanan Tahun
2009. Bogor : Disnakkan Kabupaten Bogor.

[Disnakkan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2009. Peraturan


Daerah Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Dinas Daerah. Bogor : Disnakkan Kabupaten Bogor.

123
LAMPIRAN

124
Lampiran 1. Jenis-Jenis Ikan Hias Air Tawar Unggulan Indonesia

Sumber : O-Fish Forum (2010) Sumber : O-Fish Forum (2010)


Cupang (Beta splendens) Arwana (Schleropages formosus)

Sumber : O-Fish Forum (2010) Sumber : Raiser (2010)


Botia (Botia macrachanta) Koi (Cirpinus carpio)

Sumber : O-Fish Forum (2010) Sumber : O-Fish Forum


Maskoki (Carrasius auratus) Guppy (Poecilia reticulate

125
Sumber : O-Fish Forum (2010) Sumber : O-Fish Forum (2010)
Corydoras (Corydoras aeneus) Discuss (Symphysodon discuss)

126
Lampiran 2. Daftar Nama Pejabat Disnakkan Kabupaten Bogor Tahun 2009.

NO NAMA NIP GOL. ESELON JABATAN


drh. H. Soetrisno,
1 195912191983031011 IV.b II.b Kepala Dinas
MM
Ir. Hj. Teti
2 195907111985032005 IV.b III.a Sekretaris
Budiwati, MM

Ir. Wawan Ka. Bid. Bina


3 196306081994031007 IV.a III.a
Setiawan H, MM Usaha

Ka. Bid.
Ir. H. Bambang
4 195812191988031003 IV.a III.b Produksi
Megabudi, MM
Peternakan
Ka. Bid.
Ir. Hj. Nina
5 195905121986032005 IV.b III.b Produksi
Trisnaningsih, MM
Perikanan
Ka. Bid.
drh. Ramilah
6 196411081992032006 IV.a III.b Kesehatan
Erliani N, MM
Hewan & Ikan
Ka. Sub. Bag.
Ir. Deden Sukmaaji,
7 196403101991011001 IV.a IV.a Program &
MM
Pelaporan
Ka. Sub. Bag.
Hj. Suliani, SH,
8 195507171976032005 IV.a IV.a Umum &
MM
Kepegawaian
Dra. Hj. Rida Ka. Sub. Bag.
9 196409161991032005 III.d IV.a
Tresnadewi Keuangan
Ka. Sie.
Hj. Lili Nus
10 196911271996032002 III.d IV.a Pengembagan
Cholimah,S.Pt
Usaha
Ka. Sie.
Ir. Hani Hasanah, 196008061993012002 Pemasaran &
11 III.d IV.a
MM Fasilitasi
Permodalan
Ka. Sie.
12 Purnamasari, S.Pt 196912091995032003 III.d IV.a Pelayanan
Usaha
Ka. Sie. Sarana
13 Ir. Kusdiah Keti 195709191987012001 III.d IV.a & Prasarana
Peternakan
Ka. Sie.
drh. Prihatini Perbibitan &
14 196604661992032007 IV.a IV.a
Mulyawati, MM Budidaya
Ternak
Ka. Sie.
Ir. Toto Ismanto, Pengembangan
15 196602281994031005 III.d IV.a
MM Produksi
Peternakan
Ka. Sie
Dede Bahrudin SK,
16 196005131982021003 III.d IV.a Perbenihan &
S.P, MM
Budidaya Ikan
Ka. Sie Sarana
Hj. Elis Risyani,
17 196403231989022001 III.d IV.a & Prasarana
A.Pi
Prod. Perikanan
Meity Sugiharti Ka. Sie.
18 196005191988032004 III.c IV.a
Hadiningrum, S.P Pengembangan

127
Produksi
Perikanan
NO NAMA NIP GOL. ESELON JABATAN
Ka. Sie.
drh. Sulistyowati, Kesehatan
19 196507161992032004 IV.a IV.a
M.Si Masyarkat
Veteriner
Ka. Sie.
drh. Hardí Pencegahan &
20 197002042000031003 III.c IV.a
Hendriwan Pemberantasan
Penyakit Hewan
Ka. Sie
Pencegahan &
21 Yeni Andriani, S.Pi 197102011997032004 III.c IV.a
Pemberantasan
Penyakit Ikan

128
Lampiran 3. Produksi, Luas Areal, dan Jumlah RTP Ikan Hias di Kabupaten
Bogor Tahun 2009.
IKAN HIAS
No Kecamatan Jumlah RTP Luas Areal Produksi
(orang) (Ha) (RE)
1 Nanggung 0 0.000 0.00
2 Leuwiliang 7 1.010 3,692.00
3 Leuwisadeng 0 0.000 0.00
4 Pamijahan 9 1.700 6,136.00
5 Cibungbulang 12 1.430 5,418.00
6 Ciampea 70 21.430 18,365.50
7 Tenjolaya 61 18.600 7,591.00
8 Dramaga 31 0.890 19,596.00
9 Ciomas 24 0.860 39,155.90
10 Tamansari 5 0.200 671.00
11 Cijeruk 1 0.400 120.00
12 Cigombong 0 0.000 0.00
13 Caringin 0 0.000 0.00
14 Ciawi 0 0.000 0.00
15 Cisarua 8 0.900 545.00
16 Megamendung 2 0.100 355.00
17 Sukaraja 0 0.000 0.00
18 Babakan Madang 0 0.000 0.00
19 Sukamakmur 0 0.000 0.00
20 Cariu 0 0.000 0.00
21 Tanjungsari 0 0.000 0.00
22 Jonggol 0 0.000 0.00
23 Cileungsi 0 0.000 0.00
24 Klapanunggal 0 0.000 0.00
25 Gunung Putri 0 0.000 0.00
26 Citeureup 3 0.086 348.00
27 Cibinong 70 1.500 376.89
28 Bojong Gede 20 0.900 338.92
29 Tajurhalang 20 0.800 243.70
30 Kemang 30 0.800 298.64
31 Rancabungur 0 0.000 0.00
32 Parung 45 0.600 657.00
33 Ciseeng 65 3.000 580.00
34 Gunung Sindur 0 0.000 0.00
35 Rumpin 9 0.500 115.00
36 Cigudeg 0 0.000 0.00
37 Sukajaya 0 0.000 0.00
38 Jasinga 0 0.000 0.00
39 Tenjo 0 0.000 0.00
40 Parung Panjang 0 0.000 0.00
Jumlah 492 55.706 104,603.55

129
Lampiran 4. Program dan Kegiatan Disnakkan Tahun 2009
JUMLAH
NO PROGRAM / KEGIATAN
ANGGARAN
I Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1,781,158,000
1 Penyediaan jasa surat menyurat 7,440,000
2 Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 367,050,000
3 Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan 11,950,000
Kendaraan dinas/operasional
4 Penyediaan jasa kebersihan kantor 69,000,000
5 Penyediaan alat tulis kantor 45,642,000
6 Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 81,390,000
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
7 24,192,000
bangunan kantor
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-
8 16,074,000
undangan
9 Penyediaan Bahan Logistik Kantor 2,260,000
10 Penyediaan makanan dan minuman 96,336,000
Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar /dalam
11 643,549,000
daerah
Penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi/teknis
12 154,875,000
perkantoran
13 Penyediaan pelayanan dokumen dan arsip SKPD 26,188,000
14 Penyediaan Pengelolaan Administrasi Barang 37,212,000
15 Penyediaan pelayanan keamanan 90,000,000
16 Penyediaan jasa tenaga petugas lapangan (non PNS) 108,000,000
II Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur 1,646,844,000
1 Pembangunan Gedung Kantor 69,625,000
2 Pengadaan kendaraan dinas/operasional 211,175,000
3 Pengadaan perlengkapan gedung kantor 192,685,000
4 Pengadaan mebeleur 127,840,000
5 Pengadaan peralatan akntor 256,447,000
6 Pengadaan perlengkapan kantor 51,587,000
7 Pemeliharaan rutin/berkala rumah dinas 8,985,000
8 Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor 121,755,000
9 Pemeliharaan rutin/ berkala kendaraan dinas/operasional 169,325,000
10 Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor 23,320,000
11 Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan kantor 13,000,000
12 Pemeliharaan rutin/berkala taman halaman kantor 5,000,000
13 Rehabilitasi ringan/sedang/berat rumah dinas 100,875,000
14 Rehabilitasi ringan/sedang/berat gedung kantor 295,225,000
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
III 5,000,000
Aparatur
1 Pengembangan sumberdaya manusia 5,000,000
IV Program peningkatan pengembangan sistem 361,350,000
pelaporan capaian kinerja dan keuangan
1 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi 20,000,000
kinerja SKPD
2 Penyusunan pelaporan keuangan semesteran 15,000,000
3 Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun 25,000,000

130
JUMLAH
NO PROGRAM / KEGIATAN
ANGGARAN
4 Penyusunan perencanaan Anggaran 75,000,000
5 Penatausahaan keuangan SKPD 150,000,000
6 Penyusunan rencana kerja SKPD 45,000,000
7 Penyusunan Renstra 14,000,000
8 Asistensi sistem penatausahaan keuangan SKPD 17,350,000
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
V 1,657,301,000
ternak
Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
1 633,987,000
menular ternak
2 Pengawasan dan Pemeriksaan Pangan Asal Hewan 232,445,000
dan Hasil Pangan Asal Hewan
3 Renovasi Fasilitas Pemotongan Ternak 380,000,000
4 Sosialisasi Keamanan Pangan 52,000,000
5 Pelayanan Kesehatan Hewan 192,172,000
6 Pelayanan Kesehatan Ikan 166,697,000
VI Program peningkatan produksi hasil peternakan 3,706,131,000
1 Pembibitan dan Perawatan Ternak 116,435,000
2 Pendistribusian dan Pelatihan Peternakan 677,883,000
3 Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak 27,000,000
4 Pengelolaan data peternakan 125,834,000
5 Pengawasan mutu bibit ternak 22,288,000
6 Pengembangan pembibitan ternak unggas (ex RRMC) 174,889,000
7 Pemberdayan rumah tangga sangat miskin di lokasi PKH 45,960,000
8 pengembangan ternak kerbau 423,153,000
9 Pengembangan ternak kecil 902,575,000
10 Pengembangan ternak perah 892,559,000
11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan 71,155,000
12 Pesta patok tingkat Jawa Barat 118,917,000
Pendampingan kegiatan bantuan gubernur program
13 26,075,000
pengembangan
pertanian terpadu Jawa Barat
Pendampingan kegiatan bantuan gubernur program
14 19,560,000
teknologi
Perbibitan
Pendampingan program SMD Dirjen Peternakan di Kab
15 37,350,000
Bogor
16 Pelatihan pengolahan pakan ternak pada Gapoknak 24,498,000
Program peningkatan pemasaran hasil produksi
VII 235,083,000
peternakan
1 Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah 78,684,000
Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil
2 27,778,000
produksi
peternakan masyarakat
3 Pengolahan Hasil Peternakan 87,575,000
4 Temu usaha peternakan 41,046,000
Program peningkatan penerapan teknologi
VIII 193,202,000
peternakan
1 Pengembangan kelembagaan usaha peternakan 85,630,000
2 Kaji terap teknologi peternakan tepat guna 50,993,000

131
JUMLAH
NO PROGRAM / KEGIATAN
ANGGARAN
3 Pengawasan dan pelayanan usaha peternakan 30,072,000
4 Penguatan komunitas petani 26,507,000
IX Program pengembangan budidaya perikanan 1,198,507,000
1 Pengembangan Bibit Ikan Unggul 342,443,000
2 Pengembangan potensi sumber daya local 142,010,000
3 Pembinaan dan pengembangan perikanan 491,768,000
4 Pengelolaan data perikanan 133,114,000
5 Kaji terap teknologi perikanan tepat guna 50,389,000
6 Pemberdayaan rumah tangga sangat miskin di lokasi PKH 38,783,000
Program pengembangan sistem Penyuluhan
X 113,854,000
Perikanan
1 Pengembangan kelembagaan usaha perikanan 113,854,000
Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran
XI 622,261,000
Produksi
Perikanan
1 Kajian optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi 35,990,000
2 Promosi atas hasil produksi perikanan unggulan daerah 399,676,000
3 Temu usaha perikanan 64,392,000
4 Pengolahan hasil perikanan 70,778,000
5 Fasilitasi sarana dan prasarana agribisnis 51,425,000
Total 11,520,691,000
Sumber : Disnakkan Kabupaten Bogor (2010)

132
Lampiran 5. Daftar Inventaris Tanah Milik Disnakkan Kabupaten Bogor.
Jenis Barang/ Luas
No Alamat / Letak Asal Usul
Nama Barang ( m 2)
1. Tanah Kantor 28,039 Kelurahan Tengah
Kecamatan Cibinong APBD.II
2. Tanah
Pos Keswan 4,308 Jln. Sindang Barang Ilir APBD.II
(UPT Puskeswankan VI) Km. 6 Desa Laladon
Kecamatan Ciomas

3. Tanah 44,46 Desa Curug Bitung APBD.II


UPT Pembibitan Kecamatan Nanggung
Ternak Nanggung

4. Tanah 1,565 Desa Galuga APBD.II


RPH Galuga Kecamatan Cibungbulang

5. Tanah 3,46 Desa Sukamaju APBD.II


RPH Jonggol Kecamatan Jonggol

6. Tanah 10.000 Desa Gobang APBD.II


Pos Keswan Rumpin Kecamatan Rumpin

7. Tanah 390 Jl.Riau No. 93 Rt.001/Rw.03 APBD I


Rumah Dinas Baranang Siang Kec.Bogor
Timur Kota Bogor

8. Tanah 26,785 Kp.Pasar Jumat APBD.II


BBI-Cibitung Desa Cibitung Tengah
Kecamatan Ciampea

9. 1.800 Kp. Parigi Mekar APBD.II


UPT Sarana Usaha
Desa Ciseeng-Parung
Peternakan & Perikanan

10.
Tanah
RPH Cibinong 30.000 Jl. KH. Asyari APBD.II
Kelurahan Cibinong
Kecamatan Cibinong

11. Tanah 4.448 Desa Cibening DAK


BBI – Cibening Kecamatan Pamijahan

133
Jenis Barang/ Luas
No Alamat / Letak Asal Usul
Nama Barang ( m 2)
12. Tanah 200 Desa Citaringgul Hibah
RPH Citaringgul Kecamatan Babakan Madang

13. Tanah Desa Cimandala APBD.II


Pasar Ikan Hygienis 2.000 Kecamatan Sukaraja

14. Tanah Kp. Menan Rt.06/02 APBD II


Jalan RPH Jonggol Desa Sukamaju 2007
1.805
Kec. Jonggol

15. Tanah Ds, Cibening APBD II


Pengembangan BBI 502 Kec. Pamijahan 2008
Cibening

Lampiran 6. Daftar Inventaris Gedung dan Bangunan Milik Disnakkan


Kabupaten Bogor
Nama Barang/ Kondisi Letak/Lokasi Luas Asal
No
Jenis Barang Bangunan Alamat (m2) Usul

1. Bangunan Kantor Kelurahan Tengah


APBD
a. Gedung A Baik Kecamatan Cibinong 2,000
II
b. Gedung B Baik
1,960

Jl Raya Sindang
APBD
2 Bangunan antor Baik Barang Ilir
4,308 II
Puskeswankan Km 6 Ds Laladon-
Ciomas

APBD
3. Bangunan UPT Baik Ds Curug Bitung
44,460 II
Pembibitan Ternak Kec Nanggung

APBD
4 Bangunan Baik Desa Galuga
1,565 II
Rumah Potong Galuga Kec Cibungbulang

APBD
5 Bangunan Kurang Desa Gobang
10,000 II
Pos Keswan Rumpin Baik Kecamatan Rumpin

134
APBD
6 Bangunan Baik Desa Ciomas
1,921 II
RPH Ciomas Kecamatan Ciomas

Nama Barang/ Kondisi Letak/Lokasi Luas Asal


No
Jenis Barang Bangunan Alamat (m2) Usul

Jl Riau No 93 RT
Kurang APBD
7. Bangunan 01/03
Baik 390 I
Rumah Dinas Baranang Siang
Bogor Timur

Kp Pasar Jum'at Ds
APBD
8. Bangunan Kurang Cibitung
26,785 II
BBI Cibitung Baik Tengah, Kec
Tenjolaya

Bangunan Kp Parigi Mekar Ds APBD


9. Baik
Pasar Benih Ikan Ciseeng 1,800 II
Ciseeng Kec Ciseeng

Jl KH Asyari, Kel APBD


10. Bangunan Baik
Cibinong 30,000 II
RPH Cibinong
Kec Cibinong

11. Bangunan Baik Ds Cibening DAK


44,480
BBI Cibening Kec Pamijahan

Ds Citaringgul APBD
12. Bangunan Baik
Kec Babakan 2,000 II
RPH Citaringgul
Madang

APBD
13. Ds Cimandala
Bangunan Baik 2,000 II
Kec Sukaraja
Pasar Ikan Higienis

Kp Menen RT 06/02 APBD


14.
Bangunan Ds Sukamaju, Kec 1,805 II
Baik
RPH Jonggol Jonggol

135
15. Ds Ciasin APBN
Bangunan Baik 2,684
Kec Ciawi
Holding Ground

Nama Barang/ Kondisi Letak/Lokasi Luas Asal


No
Jenis Barang Bangunan Alamat (m2) Usul

Jl KSR Dadi
16 Kusmayadi
Depo Ikan Hias Baik 376 APBD
Kel Tengah, Kec
II
Cibinong

136
Lampiran 7. Kuesioner Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
KUESIONER PENELITIAN
SKRIPSI
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL DISNAKKAN
DALAM MENGEMBANGKAN SISTEM AGRIBISNIS IKAN HIAS AIR
TAWAR KECAMATAN CIBINONG KABUPATEN BOGOR

STRATEGI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN


BOGOR DALAM MENGEMBANGKAN SISTEM AGRIBISNIS
IKAN HIAS AIR TAWAR KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN BOGOR

Identitas Responden
Nama :_________________________
Pekerjaan :__________________________
Alamat :__________________________
__________________________

Peneliti,
Randi Andika
H34060995

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

137
PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL
(PELUANG dan ANCAMAN)

Tujuan :
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal Disnakkan
mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam pengembangan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Tingkat
kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar
faktor strategi tersebut menentukan keberhasilan Disnakkan dalam mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara
dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Contoh,
• “Kondisi Permodalan” (point A pada baris/horizontal) kurang penting dari
faktor “Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia” (point C pada kolom/vertikal),
maka nilai Kolom C = 1.
• “Kondisi Permodalan” (point A pada baris/horizontal) sama pentingnya dari
faktor “Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia” (point C pada kolom/vertikal),
maka nilai Kolom C = 2.
• “Kondisi Permodalan” (point A pada baris/horizontal) lebih penting
daripada faktor “Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia” (point C pada
kolom/vertikal), maka nilai Kolom C = 3.

138
Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Faktor Eksternal

Faktor-Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


(A) Keterbatasan Anggaran Program GMM
Kab.Bogor
(B) Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia
(C) Ketersediaan Lahan dan Pengairan
(D) Teknologi dan Teknik Budidaya
(E) Adanya Kelompok Tani dan Himbudias
(F) Kondisi Perekonomian Daerah dan Nasional
(G) Dukungan Pemerintah Pusat

(H) Kondisi Keamanan dan Ketertiban


(I) Kondisi Infrastruktur
(J) Saluran dan Sarana Pemasaran
(K) Kondisi Agroklimat dan Geografis Wilayah
(L) Kualitas Ikan Hias
(M) Kemitraan Petani, Pedagang, dan Eksportir

(N) Otonomi Daerah


Total

139
PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL
(KEKUATAN dan KELEMAHAN)

Tujuan :
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal Disnakkan
mengenai tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam pengembangan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Tingkat
kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor
strategi tersebut menentukan keberhasilan Disnakkan mengembangkan sistem agribisnis ikan
hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Petunjuk Pengisian :
3. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua
faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap Disnakkan
dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Bogor.
4. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Contoh,
• “Anggaran program Disnakkan” (point A pada baris/horizontal) kurang penting
dari faktor “Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM)” (point C pada
kolom/vertikal), maka nilai Kolom C = 1.
• “Anggaran program Disnakkan” (point A pada baris/horizontal) sama
pentingnya dari faktor “Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM)” (point C pada
kolom/vertikal), maka nilai Kolom C = 2.
• “Anggaran program Disnakkan” (point A pada baris/horizontal) lebih penting
daripada faktor “Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM)” (point C pada
kolom/vertikal), maka nilai Kolom C = 3.

140
Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Strategis Internal

Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I Total Bobot


(A) Anggaran Program Pengembangan Ikan Hias Air Tawar
Disnakkan
(B) Program Pengembangan Produksi Ikan Hias Air Tawar
(C) Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan
(D) Kerjasama Dengan Stakeholder Ikan Hias Air Tawar
(E) Kondisi Sarana dan Prasarana Disnakkan
(F) Kegiatan Promosi Ikan Hias Air Tawar Disnakkan
(G) Ketersediaan Data dan Informasi Disnakkan
(H) Tata Kerja dan Koordinasi Internal Disnakkan

(I) Perencanaan Strategi, Kebijakan, dan Program Disnakkan


Total

141
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL

Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias air tawar di
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor yang berasal dari luar lingkungan Kewenangan
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan ke dalam kelompok
Peluang dan Ancaman bagi Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, yang dilakukan oleh para responden.

Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (√) pada kolom Peluang dari Tabel 1 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi peluang Disnakkan dalam mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
2. Berikan tanda (√) pada kolom Ancaman dari Tabel 1 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi ancaman Disnakkan dalam mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

Catatan.
Tabel 1 dapat diisi oleh Bapak/Ibu Responden ada pada halaman berikutnya

142
Tabel 1. Faktor-Faktor Strategis Eksternal

No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman


Keterbatasan Anggaran Program GMM Kab.
1 Bogor
2 Adanya Kelompok Tani dan Himbudias
3 Kondisi Perdagangan Ikan Hias Dunia
4 Ketersediaan Lahan dan Pengairan
5 Teknologi dan Teknik Budidaya
6 Kondisi Perekonomian Daerah dan Nasional
7 Dukungan Pemerintah Pusat
8 Kondisi Keamanan dan Ketertiban
9 Kondisi Infrastruktur
10 Saluran dan Sarana Pemasaran
11 Kondisi Agroklimat dan Geografis Wilayah
12 Kualitas Ikan Hias
13 Kemitraan Petani, Pedagang, dan Eksportir
14 Otonomi Daerah

Responden,

(_______________)

143
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL

Faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap pengembangan sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong,
Kabupaten Bogor yang berasal dari dalam lingkungan Kewenangan Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor.
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan ke dalam kelompok
Kekuatan dan Kelemahan Disnakkan dalam mengembangkan sistem agribisnis ikan hias
air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, yang dilakukan oleh para responden.
Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (√) pada kolom Kekuatan dari Tabel 3 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi kekuatan Disnakkan dalam mengembangkan sistem
agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
2. Berikan tanda (√) pada kolom Kelemahan dari Tabel 3 berikut ini, apabila
faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan Disnakkan dalam mengembangkan
sistem agribisnis ikan hias air tawar di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

Tabel 3. Faktor-Faktor Strategis Internal

No Faktor-Faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan


Anggaran Program Pengembangan Ikan Hias Air Tawar
1 Disnakkan
2 Program Pengembangan Produksi Ikan Hias Air Tawar
3 Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Disnakkan
4 Kerjasama Dengan Stakeholder Ikan Hias Air Tawar
5 Kondisi Sarana dan Prasarana Disnakkan
6 Kegiatan Promosi Ikan Hias Air Tawar Disnakkan
7 Ketersediaan Data dan Informasi Perikanan
8 Tata Kerja dan Koordinas Internal Disnakkan
9 Perencanaan Strategi, Kebijakan, dan Program Disnakkan
Responden

(__________________)

144

You might also like