Professional Documents
Culture Documents
1283 4800 1 PB
1283 4800 1 PB
Adsorpsi Metilen Biru dan Kongo Merah pada Zeolit-A Hasil Sintesis dari
Abu Dasar Batubara
*
nurul_widiastuti@chem.its.ac.id
Abstract
The adsorption of methylene blue and congo red dye using zeolite-A synthesized from coal bottom ash and it
comparison from synthetic materials has been studied with initial concentration variations between 60, 80, 100, 120,
140, 160, 180, 200 and 220 mg/L and contact time 10-100 min with pH 6-7. Adsorption equilibrium time was
achieved at contact time of 70-80 minutes for methylene blu dye and 40-50 minutes for congo red dye. Increased
adsorption capacity significantly lead to methylene blue with maximum adsorption capacity achieved up to 67.57
mg/g and 70.73 mg/g, adsorption capacity on congo red adsorbate achieved 39.43 mg/g and 41.50 mg/g each for
zeolite A from coal bottom ash and it comparison. The analysis of the kinetics adsorption equation shows that the
adsorption process of methylene blue and congo red dye follows second-order pseudo kinetics model, but adsorption
of methylene blue follows Freundlich isothermal equation, while adsorption of congo red follows Langmuir
isothermal equation. The study of adsorption thermodynamics related to the effect of time and adsorbate
concentration revealed that the adsorption capacity of methylene blue was higher than congo red. Adsorption
process occurs endothermally and spontaneously at methylene blue and congo red dye.
Keywords : Coal bottom ash, adsorption, congo red, methylene blue, and zeolite-A
Abstrak
Adsorpsi zat warna metilen biru dan kongo merah menggunakan zeolite-A dari abu dasar batubara dan bahan
murni telah dilakukan dengan variasi konsentrasi awal 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180, 200, dan 220 mg/L dan waktu
kontak 10-100 menit dengan pH 6-7. Waktu kesetimbangan adsorpsi dicapai pada waktu kontak 70-80 menit untuk
metilen biru dan 40-50 menit untuk kongo merah. Peningkatan kapasitas adsorpsi secara signifikan terjadi pada
adsorbat metilen biru dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 67,57 dan 70,73 mg/g, pada adsorbat kongo
merah sebesar 39,43 dan 41,50 mg/g masing masing untuk adsorben zeolit-A dari abu dasar batubara dan
pembandingnya. Analisa persamaan kinetika adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi metilen biru dan kongo merah
mengikuti model kinetika orde dua semu, tetapi adsorpsi metilen biru mengikuti persamaan isoterm Freundlich,
sedangkan adsorpsi kongo merah mengikuti persamaan isoterm Langmuir. Studi termodinamika adsorpsi terkait
pengaruh waktu dan konsentrasi adsorbat menyatakan bahwa kapasitas adsorpsi metilen biru lebih tinggi
dibandingkan kapasitas adsorpsi kongo merah. Proses adsorpsi terjadi secara endotermik dan spontan baik pada
metilen biru maupun kongo merah.
Kata kunci : Abu dasar batubara, adsorpsi, kongo merah, metilen biru, dan zeolit-A
24
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
25
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
desikator dan kemudian ditimbang. unsur Si, Al, dan Na pada ekstrak abu dasar
2.5. Sintesis Zeolit-A dari Bahan Murni batubara. Uji Difraksi sinar-X (XRD)
Zeolit-A dalam penelitian ini disintesis digunakan untuk menganalisa fasa mineral dari
dari dua jenis prekursor yaitu dari bahan murni abu dasar serta fasa kristalin dari zeolit-A yang
dan abu dasar batubara perusahaan semen. disintesis dari abu dasar batubara perusahaan
Sintesis zeolit-A dengan bahan murni dalam semen. Karakterisasi Scanning Electron
penelitian ini dilakukan untuk membandingkan Microscope (SEM) digunakan untuk
kemampuan adsorpsi zat pewarna dari mengetahui bentuk morfologi kristal zeolit-A.
zeolit-A yang disintesis dari abu dasar Sementara pengujian Adsorpsi-Desorpsi
batubara. Pada penelitian ini dilakukan sintesis Nitrogen (BET) digunakan untuk mengetahui
zeolit-A dengan perbandingan komposisi luas permukaan dan karakteristik pori dari
molar 3,165 Na2O: 1 zeolit-A.
Al2O3: 1,926 SiO2: 128 H2O [23]. Tahap
pertama diawali dengan menimbang padatan 3. Hasil Penelitian
NaOH sesuai komposisi molar, kemudian 3.1. Ekstrak Si dan Al pada Abu Dasar
dilarutkan dengan air demineralisasi. Larutan Batubara
NaOH yang terbentuk dibagi rata ke dalam dua Penelitian ini diawali dengan analisa
botol polipropilen (A dan B) yang berbeda. komposisi unsur-unsur kimia dari abu dasar
Larutan NaOH A digunakan sebagai media batubara perusahaan semen dengan instrumen
pelarut NaAlO2, sedangkan larutan NaOH B XRF. Penentuan komposisi unsur- unsur kimia
digunakan sebagai media pelarut Na 2SiO3, yang terkandung pada abu dasar sangat
masing-masing botol polipropilen A dan B penting karena untuk mengetahui kandungan
diaduk hingga homogen dengan waktu kurang prosentase berat unsur Si dan Al sebagai
lebih 10 menit pada suhu ruang. Kemudian, komponen utama untuk sintesis zeolit.
kedua larutan dicampur dan diaduk kembali Pemisahan unsur Fe dan Ca mampu
selama 12 jam. menurunkan kandungan unsur Fe pada
Tahap berikutnya yaitu larutan prekursor abu dasar batubara sebesar 22,89% dan
zeolit (slurry) di masukkan dalam reaktor kandungan unsur Ca sebesar 4,36%.
hidrotermal (stainless steel autoclave) yang Penurunan komposisi tersebut menunjukkan
tertutup rapat dengan suhu 100 °C selama 12 bahwa unsur Ca dalam fasa kalsium oksida
jam. Padatan hasil hidrotermal disaring dan (CaO) telah bereaksi dengan larutan HCl 12 M
dicuci dengan air demineralisasi secara membentuk CaCl2 yang mudah larut dalam air.
berulang hingga kondisi pH filtratnya Kandungan unsur Fe yang masih tersisa dalam
mencapai sekitar 9. Setelah itu, residu hasil abu dasar juga ikut bereaksi dengan larutan
filtrasi dikeringkan dalam oven dengan suhu HCl 12 M membentuk FeCl3. Sebaliknya,
100 °C selama 12 jam dan dilakukan dengan unsur Si dan Al yang bertambah
pendinginan dalam desikator hingga mencapai masing masing sebesar 20,3% dan 5,1%
suhu ruang. Kemudian padatan hasil sintesis karena pengotor-pengotor yang telah larut oleh
ditimbang. larutan HCl 12 M. Pemisahan unsur Fe dan Ca
2.6. Karakterisasi Hasil Sintesis serta peleburan pada abu dasar ditunjukkan
Karakterisasi material zeolit-A yang oleh difraktogram pada Gambar 1, di mana
dihasilkan meliputi XRF, ICP-AES, XRD, setelah pemisahan unsur Fe dan Ca
SEM, dan BET. Karakterisasi menggunakan menunjukkan fasa kuarsa (SiO2) semakin
X-Ray Flourescence (XRF) digunakan untuk banyak serta muncul puncak baru yaitu mullit
menentukan komposisi unsur-unsur kimia (3Al2O3.2SiO2). Proses peleburan abu dasar
serta fasa mineral yang terkandung pada abu dapat mengubah fasa kristalin berupa SiO2 dan
dasar batubara. Analisa menggunakan ICP- Al2 O
3 menjadi fasa amorf berupa garam
AES digunakan untuk menentukan konsentrasi natrium silikat dan natrium alumina silikat
sebagai komponen utama penyusun zeolit [24].
27
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
28
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
20
dasar batubara yang hanya mencapai 39,43
15
mg/g. Untuk pewarna kongo merah, nilai
10
kapasitas tertinggi didapatkan pada adsorben
5
0
material zeolit-A dari bahan murni dengan
0 20 40 60 80 100 nilai sebesar 70,73 mg/g. Hasil ini meningkat
Waktu (menit) sebesar 4,67% dari pada nilai zeolit-A dari abu
Gambar 6. Pengaruh waktu kontak terhadap kapasitas dasar batubara yang hanya mencapai 67,57
adsorpsi Metilen Biru dan Kongo Merah. (■ = Zeolit-A mg/g. Nilai kapasitas tertinggi didapatkan pada
abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni adsorben material zeolit-A dari bahan murni
pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo
Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru). dengan nilai sebesar 70,73 mg/g. Hasil ini
meningkat sebesar 4,67% dari pada nilai
30
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
ln (Qe-Qt)
-1 0 20 40 60 80 100
mengindikasikan zat warna metilen biru
dengan ukuran diameter rata-rata mencapai -3
y = -0,0336x + 0,5656
1,051 nm mampu teradsorp hingga kedalam -5
y = -0,0328x + 0,5198
R² = 0,4235 R² = 0,4145
permukaan pori adsorben [30].
Waktu (menit)
Gambar 8. Plot kinetika Orde Satu Semu (■ = Zeolit-A
3.3.3 Kinetika Adsorpsi abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
Studi terkait kinetika dari proses pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo
adsorpsi metilen biru dan kongo merah Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru).
bertujuan untuk mengetahui model kinetika 25
adsorpsi yang digunakan dalam eksperimen. y = 0,2468x + 6,1084
R² = 0,9534
Kinetika adsorpsi pada penelitian ini ditinjau 20
y = 0,1536x + 9,1188
(t/Qt)
dari segi orde satu semu dan orde dua semu. 15 R² = 0,9053
Pada Gambar 8 dan 9 menunjukkan plot 10
y = 0,0221x + 1,2842 y = 0,022x + 1,243
orde satu semu dan orde dua semu terhadap 5
R² = 0,9099 R² = 0,9286
adsorpsi metilen biru dan kongo merah. Nilai 0
koefisien korelatif pada semua jenis adsorben 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
mengikuti tren model orde dua semu pseudo Waktu (menit)
Ho untuk proses adsorpsi pada pewarna Gambar 9. Plot kinetika Orde Dua Semu (■ = Zeolit-A
metilen biru dan kongo merah. Karena nilai abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
koefisien korelasi yang didapat dari persamaan pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo
Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru).
grafik model orde dua semu lebih tinggi
dibandingkan nilai koefisien korelasi dari
3.3.4 Isoterm Adsorpsi
persamaan model orde satu semu dan difusi
Studi terkait isoterm adsorpsi juga
intra partikel. Adsorben zeolit-A baik dari
dibahas dalam penelitian ini. Isoterm
bahan murni maupun abu dasar batubara
Langmuir dan Freundlich digunakan untuk
memiliki nilai koefisien korelasi (R2) masing-
menggambarkan sistematika adsorpsi dalam
masing 0,9099 dan 0,9286 terhadap zat warna
sistem. Berdasarkan Gambar 10 dam 11
metilen biru, serta 0,9534 dan 0,9053 terhadap
didapatkan nilai koefisien korelasi (R2) plot
zat warna kongo merah. Hal ini menunjukkan
Langmuir lebih tinggi yaitu sebesar 0,97 dan
kesesuaian dengan penelitian yang pernah
0,9707 terhadap zat warna kongo merah pada
dilaporkan oleh Chunfeng dkk (2009) [4]
setiap adsorben masing-masing zeolit-A dari
bahwa zeolit-A yang disintesis dari fly ash
bahan murni dan abu dasar. Sedangkan nilai
mengikuti tren model orde dua pseudo Ho
koefisien korelasi (R2) plot Freundlich lebih
untuk adsorpsi zat warna metilen biru. Begitu
tinggi yaitu sebesar 0,9866 dan 0,9805
pula dengan Abbas dkk (2017) [17] juga
terhadap zat warna metilen biru pada setiap
melaporkan bahwa zeolit-A dari bahan murni
adsorben masing-masing zeolit-A dari bahan
mengikuti tren model orde dua pseudo Ho
murni dan abu dasar. Pada adsorpsi kongo
untuk adsorpsi zat warna kongo merah.
merah diasumsikan adsorpsi terjadi secara
monolayer (terbentuk satu lapisan molekul
adsorbat pada sisi permukaan adsorben) dan
terjadi interaksi secara kimia antara adsorben
zeolit-A baik dari bahan murni maupun abu
dasar batubara dengan adsorbat kongo merah.
31
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
0.15
y = 0,331x + 0,0121
y = 0,5435x + 0,0112
methylene blue dye from aqueous solutions
0.1 R² = 0,9697
0.05 R² = 0,9704 by modified pumice stone: kinetics and
0
equilibrium studies,” 2013.
[2] R. Rahmi and L. Lelifajri, “Influence of heat
0 0.02 0.04 0.06
treatment on eggshell particles as low cost
(1/Ce)
adsorbent for methylene blue removal from
Gambar 11. Plot isoterm Langmuir (■ = Zeolit-A abu
aqueous solution,” Rasayan J. Chem., vol. 10,
dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada pp. 634–642, Jun. 2017, doi:
Kongo Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen 10.7324/RJC.2017.1021736.
Biru). [3] J. Shu, Z. Wang, Y. Huang, N. Huang, C.
Sedangkan pada adsorpsi metilen biru Ren, and W. Zhang, “Adsorption removal of
diasumsikan adsorpsi terjadi secara multilayer Congo red from aqueous solution by
(terbentuk lebih dari satu lapisan molekul polyhedral Cu2O nanoparticles: kinetics,
isotherms, thermodynamics and mechanism
adsorbat pada sisi permukaan adsorben) dan
analysis,” J. Alloys Compd., vol. 633, pp.
terjadi interaksi secara fisika antara adsorben 338–346, 2015.
zeolit-A baik dari bahan murni maupun abu [4] W. Chunfeng, L. I. Jiansheng, W. Lianjun, S.
dasar batubara dengan adsorbat metilen biru. U. N. Xiuyun, and J. HUANG, “Adsorption
of dye from wastewater by zeolites
4. Kesimpulan synthesized from fly ash: kinetic and
Zeolit-A telah berhasil disintesis dari equilibrium studies,” Chinese J. Chem. Eng.,
abu dasar batubara PT. Petrokimia Gresik vol. 17, no. 3, pp. 513–521, 2009.
serta bahan murni. Hasil pengujian oleh zeolit- [5] Z. Yang et al., “A novel approach for
A dari abu dasar batubara memiliki kapasitas methylene blue removal by calcium dodecyl
adsorpsi 67,57 mg/g dan 39,43 mg/g masing- sulfate enhanced precipitation and microbial
masing untuk metilen biru dan kongo merah. flocculant GA1 flocculation,” Chem. Eng. J.,
Sedangkan, zeolit-A dari bahan murni vol. 303, pp. 1–13, 2016.
[6] M. S. Mahmoud, J. Y. Farah, and T. E.
memiliki kapasitas adsorpsi 70,73 mg/g dan
Farrag, “Enhanced removal of Methylene
41,50 mg/g. Hasil adsorpsi menunjukkkan Blue by electrocoagulation using iron
material hasil sintesis lebih efektif digunakan electrodes,” Egypt. J. Pet., vol. 22, no. 1, pp.
sebagai adsorben metilen biru. Dari dua jenis 211–216, 2013.
adsorben hasil sintesis, adsorpsi pada kedua [7] M. A. Ahmed, M. F. A. Messih, E. F. El-
jenis zat warna mengikuti kinetika adsorpsi Sherbeny, S. F. El-Hafez, and A. M. M.
orde dua semu. Untuk adsorpsi metilen biru Khalifa, “Synthesis of metallic silver
pada kedua jenis adsorben mengikuti isoterm nanoparticles decorated mesoporous SnO2 for
32
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
removal of methylene blue dye by coupling vol. 28, no. 1, pp. 54–72, 2017.
adsorption and photocatalytic processes,” J. [18] H. Auer and H. Hofmann, “Pillared clays:
Photochem. Photobiol. A Chem., vol. 346, characterization of acidity and catalytic
pp. 77–88, 2017. properties and comparison with some
[8] K. Rida, S. Bouraoui, and S. Hadnine, zeolites,” Appl. Catal. A Gen., vol. 97, no. 1,
“Adsorption of methylene blue from aqueous pp. 23–38, 1993.
solution by kaolin and zeolite,” Appl. Clay [19] C. D. Williams and C. L. Roberts, “A
Sci., vol. 83, pp. 99–105, 2013. comparative study of two methods for the
[9] T. Robinson, G. McMullan, R. Marchant, synthesis of fly ash-based sodium and
and P. Nigam, “Remediation of dyes in potassium type zeolites,” Fuel, vol. 88, no. 8,
textile effluent: a critical review on current pp. 1403–1416, 2009.
treatment technologies with a proposed [20] S. Rayalu, S. U. Meshram, and M. Z. Hasan,
alternative,” Bioresour. Technol., vol. 77, “Highly crystalline faujasitic zeolites from
no. 3, pp. 247–255, 2001. flyash,” J. Hazard. Mater., vol. 77, no. 1–3,
[10] A. Ahmad, M. Rafatullah, and M. Danish, pp. 123–131, 2000.
“Removal of Zn (II) and Cd (II) ions from [21] M. Chareonpanich, O. Jullaphan, and C.
aqueous solutions using treated sawdust of Tang, “Bench-scale synthesis of zeolite A
sissoo wood as an adsorbent,” Holz als Roh- from subbituminous coal ashes with high
und Werkst., vol. 65, pp. 429–436, 2007. crystalline silica content,” J. Clean. Prod.,
[11] V. Garshasbi, M. Jahangiri, and M. Anbia, vol. 19, no. 1, pp. 58–63, 2011.
“Equilibrium CO2 adsorption on zeolite 13X [22] Y. Yanti, “Sintesis Zeolit-A dan Zeolit
prepared from natural clays,” Appl. Surf. Karbon Aktif dari Abu Dasar PLTU Paiton
Sci., vol. 393, pp. 225–233, 2017. dengan Metode Peleburan,” Inst. Teknol.
[12] A. A. Pour, S. Sharifnia, R. Sepuluh Nop. Surabaya, 2009.
NeishaboriSalehi, and M. Ghodrati, [23] S. Mintova, Verified syntheses of zeolitic
“Performance evaluation of clinoptilolite and materials. Synthesis Commission of the
13X zeolites in CO2 separation from International Zeolite Association, 2016.
CO2/CH4 mixture,” J. Nat. Gas Sci. Eng., [24] S. A. L. B. Cu II, “Pemanfaatan Limbah Abu
vol. 26, pp. 1246–1253, 2015. Dasar Batubara sebagai Bahan Dasar Sintesis
[13] A. Kongnoo, S. Tontisirin, P. Worathanakul, Zeolit dan Aplikasinya.”
and C. Phalakornkule, “Surface [25] Y. Xiao et al., “Mechanism on solvent-free
characteristics and CO2 adsorption crystallization of NaA zeolite,” Microporous
capacities of acid-activated zeolite 13X Mesoporous Mater., vol. 237, pp. 201–209,
prepared from palm oil mill fly ash,” Fuel, 2017.
vol. 193, pp. 385–394, 2017. [26] P. Kunecki, R. Panek, M. Wdowin, and W.
[14] M. Qiu, C. Qian, J. Xu, J. Wu, and G. Wang, Franus, “Synthesis of faujasite (FAU) and
“Studies on the adsorption of dyes into tschernichite (LTA) type zeolites as a
clinoptilolite,” Desalination, vol. 243, no. 1– potential direction of the development of lime
3, pp. 286–292, 2009. Class C fly ash,” Int. J. Miner. Process., vol.
[15] M. Sarioglu, “Removal of ammonium from 166, pp. 69–78, 2017.
municipal wastewater using natural Turkish [27] A. R. Loiola, J. Andrade, J. M. Sasaki, and L.
(Dogantepe) zeolite,” Sep. Purif. Technol., R. D. Da Silva, “Structural analysis of zeolite
vol. 41, no. 1, pp. 1–11, 2005. NaA synthesized by a cost-effective
[16] B. Said, T. Cacciaguerra, F. Tancret, F. hydrothermal method using kaolin and its use
Fajula, and A. Galarneau, “Size control of as water softener,” J. Colloid Interface Sci.,
self-supported LTA zeolite nanoparticles vol. 367, no. 1, pp. 34–39, 2012.
monoliths,” Microporous Mesoporous [28] A. Iryani, M. M. Ilmi, and D. Hartanto,
Mater., vol. 227, pp. 176–190, 2016. “Adsorption study of congo red dye with
[17] A. M. Abbas, Y. I. Mohammed, and T. A. ZSM-5 directly synthesized from bangka
Himdan, “Adsorption kinetic and kaolin withouth organic template,” Malaysian
thermodynamic study of congo red dye on J. Fundam. Appl. Sci., vol. 13, no. 4, pp. 832–
synthetic zeolite and modified synthetic 839, 2017.
zeolite,” Ibn AL-Haitham J. Pure Appl. Sci., [29] D. Karadag, “Modeling the mechanism,
33
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810
34