Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.

1 2022 e-ISSN 2477-5525


p-ISSN 2406-8810

Received : Desember Accepted: Februari Published : April

Adsorpsi Metilen Biru dan Kongo Merah pada Zeolit-A Hasil Sintesis dari
Abu Dasar Batubara

Nurul Widiastuti1*, Mochammad Harits Fachruddin2, Endang Purwanti Setyaningsih3,


Taufik Qodar Romadiansyah4
1,2,3,4
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

*
nurul_widiastuti@chem.its.ac.id

Abstract
The adsorption of methylene blue and congo red dye using zeolite-A synthesized from coal bottom ash and it
comparison from synthetic materials has been studied with initial concentration variations between 60, 80, 100, 120,
140, 160, 180, 200 and 220 mg/L and contact time 10-100 min with pH 6-7. Adsorption equilibrium time was
achieved at contact time of 70-80 minutes for methylene blu dye and 40-50 minutes for congo red dye. Increased
adsorption capacity significantly lead to methylene blue with maximum adsorption capacity achieved up to 67.57
mg/g and 70.73 mg/g, adsorption capacity on congo red adsorbate achieved 39.43 mg/g and 41.50 mg/g each for
zeolite A from coal bottom ash and it comparison. The analysis of the kinetics adsorption equation shows that the
adsorption process of methylene blue and congo red dye follows second-order pseudo kinetics model, but adsorption
of methylene blue follows Freundlich isothermal equation, while adsorption of congo red follows Langmuir
isothermal equation. The study of adsorption thermodynamics related to the effect of time and adsorbate
concentration revealed that the adsorption capacity of methylene blue was higher than congo red. Adsorption
process occurs endothermally and spontaneously at methylene blue and congo red dye.

Keywords : Coal bottom ash, adsorption, congo red, methylene blue, and zeolite-A

Abstrak
Adsorpsi zat warna metilen biru dan kongo merah menggunakan zeolite-A dari abu dasar batubara dan bahan
murni telah dilakukan dengan variasi konsentrasi awal 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180, 200, dan 220 mg/L dan waktu
kontak 10-100 menit dengan pH 6-7. Waktu kesetimbangan adsorpsi dicapai pada waktu kontak 70-80 menit untuk
metilen biru dan 40-50 menit untuk kongo merah. Peningkatan kapasitas adsorpsi secara signifikan terjadi pada
adsorbat metilen biru dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 67,57 dan 70,73 mg/g, pada adsorbat kongo
merah sebesar 39,43 dan 41,50 mg/g masing masing untuk adsorben zeolit-A dari abu dasar batubara dan
pembandingnya. Analisa persamaan kinetika adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi metilen biru dan kongo merah
mengikuti model kinetika orde dua semu, tetapi adsorpsi metilen biru mengikuti persamaan isoterm Freundlich,
sedangkan adsorpsi kongo merah mengikuti persamaan isoterm Langmuir. Studi termodinamika adsorpsi terkait
pengaruh waktu dan konsentrasi adsorbat menyatakan bahwa kapasitas adsorpsi metilen biru lebih tinggi
dibandingkan kapasitas adsorpsi kongo merah. Proses adsorpsi terjadi secara endotermik dan spontan baik pada
metilen biru maupun kongo merah.

Kata kunci : Abu dasar batubara, adsorpsi, kongo merah, metilen biru, dan zeolit-A

24
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

1. Pendahuluan (anionik) [16]. Namun, berdasarkan penelitian


Air limbah yang mengandung zat warna yang sudah pernah dilakukan oleh Chunfeng
dihasilkan oleh industri tekstil, percetakan dan dkk (2009) [4] dan Abbas dkk (2017) [17]
pembuatan kertas. Industri tekstil merupakan zeolit-A yang disintesis dari abu layang (fly
salah satu industri yang menggunakan zat ash) hanya memiliki kapasitas adsorpsi sebesar
warna dalam jumlah besar [1]. Pada industri 25,98 mg/g untuk adsorpsi metilen biru serta
tekstil dikenal 3 jenis zat warna yaitu, anionik, zeolit-A dari bahan murni hanya memiliki
kationik dan non-anionik. Penggunaan zat kapasitas adsorpsi sebesar 2 mg/g untuk
warna kationik dan anionik pada industri adsorpsi kongo merah.
tekstil salah satunya adalah metilen biru [2] Zeolit-A umumnya disintesis
dan kongo merah [3]. Pewarna tersebut menggunakan bahan murni atau sintetis seperti
umumnya mengandung bahan-bahan sintetik natrium aluminat dan natrium silikat dengan
yang bersifat toksik, susah terdegradasi dan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dicari
bahkan karsinogenik [4]. alternatif bahan awal yang murah dan
Beberapa teknologi telah digunakan melimpah untuk sintesis zeolit-A diantaranya
untuk penghilangan zat warna dari limbah tanah liat [18], kaolin [19], dan abu batubara
industri seperti, flokulasi [5]; elektrokoagulasi [20]. Kandungan SiO2 dan Al2O3 yang tinggi
[6]; fotodegradasi [7]; adsorpsi [8]; iradiasi, pada abu layang dibandingkan abu dasar
penukar ion, dan membran [9]. Pengolahan menyebabkan zeolit-A banyak disintesis dari
secara fisik dengan metode adsorpsi dianggap bahan abu layang. Selain itu, abu dasar juga
sebagai salah satu metode paling efektif serta mengandung sisa karbon yang cukup tinggi,
penerapannya yang luas [10]. serta pengotor lainnya seperti oksida-oksida
Zeolit merupakan material anorganik dari besi. Faktor-faktor tersebut menjadikan
yang digunakan dalam berbagai aplikasi tantangan dalam mensintesis zeolit dari abu
penting seperti katalisis, pertukaran ion dan dasar, sehingga membuat penelitian
adsorpsi [11]. Zeolit memiliki struktur pengembangan abu dasar masih sangat rendah
alumina-silika terhidrogenasi dari logam alkali dibandingkan abu layang karena kandungan
maupun alkali tanah, beserta kerangka yang berbagai pengotor pada abu dasar dapat
tersusun dari tetrahedral SiO4 dan AlO4, yang mengganggu proses sintesis zeolit-A.
dihubungkan oleh atom oksigen [12]. Material Zeolit-A secara umum dapat disintesis
tersebut memiliki luas permukaan spesifik, dengan metode hidrotermal dalam autoklaf
serta ukuran pori yang dapat di atur [13]. untuk proses kristalisasi. Pada penelitian ini
Strukturnya terdiri atas kerangka tiga dimensi, zeolit-A disintesis dengan waktu dan suhu
memiliki kisi bermuatan negatif. Muatan hidrotermal selama 12 jam dan 100°C dari abu
negatif diimbangi oleh kation yang akhirnya dasar batubara perusahaan semen dan bahan
dapat ditukarkan dengan jenis kation tertentu murni sebagai pembandingnya. Selain itu,
yang ada dalam larutan pewarna [14]. pada penelitian ini diuji kapasitas adsorpsi
Zeolit-A lebih banyak di sintesis karena zeolit yang dihasilkan untuk adsorpsi pewarna
memiliki kapasitas pertukaran kation yang metilen biru dan kongo merah, serta dipelajari
cukup tinggi, yaitu sekitar 347 meq/100 g serta kinetika adsorpsi, isoterm adsorpsi dan
diameter pori yang relatif besar yaitu sekitar parameter termodinamika yang diperoleh
4,2 Å, sehingga banyak digunakan dalam untuk desain scale up proses adsorpsi.
proses adsorpsi dan pertukaran ion [15].
Zeolit-A sangat berpotensi diaplikasikan
menjadi adsorben karena mempunyai stabilitas
termal yang tinggi, sehingga sangat berpotensi
untuk diaplikasikan dalam pemisahan pewarna
metilen biru (kationik) dan kongo merah

25
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

2. Metoda Penelitian filtratnya, kemudian dikeringkan dengan oven


2.1. Identifikasi Komposisi Kimia serta pada suhu 105 °C selama 1 jam.
Fasa Mineral dari Abu Dasar Batubara
Penelitian ini diawali dengan 2.4. Sintesis Zeolit-A dari Abu Dasar
mengidentifikasi komposisi kimia serta fasa Sintesis Zeolit-A dari abu dasar tanpa
mineral dari abu dasar batubara. Abu dasar menggunakan komposisi karbon dilakukan
yang digunakan untuk sintesis zeolit diberikan menurut metode yang dilaporkan oleh Yanti
beberapa perlakuan yaitu diayak dengan [22]. Metode tersebut dimulai dengan proses
ukuran 60 mesh untuk memperoleh partikel ekstraksi unsur Si dan Al yang terkandung
abu dasar yang halus dan berukuran sama. Abu pada abu dasar PT. Petrokimia Gresik. Abu
dasar yang halus tersebut kemudian dasar batubara dengan kandungan unsur Fe
dipanaskan pada suhu 110 °C selama 3 jam dan Ca yang rendah dicampurkan dengan
untuk menghilangkan kandungan airyang padatan NaOH yang sudah dihaluskan dengan
terdapat pada abu dasar, kemudian di biarkan perbandingan massa NaOH/Abu Dasar = 1,2
dalam desikator agar menjadi dingin. kedalam krusibel kuarsa hingga rata pada tepi
Selanjutnya abu dasar dianalisa menggunakan dindingnya dan didiamkan selama 30 menit.
instrument X-Ray Flourescence (XRF) dan X- Campuran tersebut kemudian dileburkan
Ray Diffraction (XRD) untuk menentukan melalui pemanasan pada suhu 750°C selama 1
komposisi unsur-unsur kimia serta fasa jam dalam muffle furnace. Setelah peleburan,
mineral yang terkandung pada abu dasar campuran didinginkan dalam desikator,
batubara. kemudian di gerus hingga halus dan dibuat
suspensi dengan penambahan 12 mL/g air
2.2. Pemisahan Unsur Fe pada Abu Dasar demineralisasi. Campuran tersebut di aduk
Batubara dengan pengaduk magnet (magnetic stirrer)
Pemisahan kandungan unsur besi (Fe) dengan laju sekitar 500 rpm selama 2 jam dan
pada abu dasar batubara dilakukan dengan di peram (aging) selama 2 jam dalam botol
menggunakan magnet ferrit atau magnet besi. polipropilen pada suhu kamar. Setelah
Abu dasar diletakkan dalam wadah plastik diperam, campuran disaring dengan kertas
yang cukup luas, kemudian magnet ferrit saring whatman 41 dan disimpan ekstrak
diposisikan pada bagian atas abu dasar agar supernatan larutan dari abu dasar batubara
unsur besi terangkat. Abu dasar harus di aduk sebagai sumber Si dan Al.
secara simultan agar pemisahan unsur Fe Ekstrak tersebut kemudian dibuat slurry
merata pada seluruh bagian abu dasar. aluminosilikat dengan komposisi molar relatif
1,926SiO2:Al2O3 dengan penambahan larutan
2.3. Pemisahan Unsur Ca pada Abu Dasar NaAlO2-NaOH sebagai sumber Al untuk
Batubara mengatur rasio molar Si/Al agar sesuai dengan
Pemisahan unsur kalsium (Ca) pada abu komposisi molar dari material zeolit-A.
dasar batubara di lakukan menurut penelitian Campuran (slurry) dimasukkan dalam reaktor
yang pernah dilakukan oleh Chareonpanic dkk hidrotermal (stainless autoclave) yang tertutup
[21]. Abu dasar bebas Fe atau abu dasar rapat untuk proses kristalisasi hidrotermal pada
dengan kandungan unsur Fe yang rendah di suhu 100 °C selama 12 jam. Setelah perlakuan
timbang sebanyak 5 gram dan di masukkan hidrotermal, padatan hasil kristalisasi
dalam larutan asam klorida (HCl 12 M) dipisahkan dengan kertas saring whatman 42
sebanyak 150 mL. Campuran tersebut di aduk dari filtratnya, dicuci dengan air demineralisasi
selama 6 jam sambil dipanaskan pada suhu sampai pH sekitar 9-10. Kemudian padatan
100-110 °C dengan hot plate untuk dikeringkan pada suhu 105
memaksimalkan proses pemisahan unsur Ca °C selama 24 jam, selanjutnya padatan hasil
dari abu dasar. Kemudian campuran tersebut sintesis yang telah kering didinginkan dalam
di saring untuk memisahkan residu dari
26
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

desikator dan kemudian ditimbang. unsur Si, Al, dan Na pada ekstrak abu dasar
2.5. Sintesis Zeolit-A dari Bahan Murni batubara. Uji Difraksi sinar-X (XRD)
Zeolit-A dalam penelitian ini disintesis digunakan untuk menganalisa fasa mineral dari
dari dua jenis prekursor yaitu dari bahan murni abu dasar serta fasa kristalin dari zeolit-A yang
dan abu dasar batubara perusahaan semen. disintesis dari abu dasar batubara perusahaan
Sintesis zeolit-A dengan bahan murni dalam semen. Karakterisasi Scanning Electron
penelitian ini dilakukan untuk membandingkan Microscope (SEM) digunakan untuk
kemampuan adsorpsi zat pewarna dari mengetahui bentuk morfologi kristal zeolit-A.
zeolit-A yang disintesis dari abu dasar Sementara pengujian Adsorpsi-Desorpsi
batubara. Pada penelitian ini dilakukan sintesis Nitrogen (BET) digunakan untuk mengetahui
zeolit-A dengan perbandingan komposisi luas permukaan dan karakteristik pori dari
molar 3,165 Na2O: 1 zeolit-A.
Al2O3: 1,926 SiO2: 128 H2O [23]. Tahap
pertama diawali dengan menimbang padatan 3. Hasil Penelitian
NaOH sesuai komposisi molar, kemudian 3.1. Ekstrak Si dan Al pada Abu Dasar
dilarutkan dengan air demineralisasi. Larutan Batubara
NaOH yang terbentuk dibagi rata ke dalam dua Penelitian ini diawali dengan analisa
botol polipropilen (A dan B) yang berbeda. komposisi unsur-unsur kimia dari abu dasar
Larutan NaOH A digunakan sebagai media batubara perusahaan semen dengan instrumen
pelarut NaAlO2, sedangkan larutan NaOH B XRF. Penentuan komposisi unsur- unsur kimia
digunakan sebagai media pelarut Na 2SiO3, yang terkandung pada abu dasar sangat
masing-masing botol polipropilen A dan B penting karena untuk mengetahui kandungan
diaduk hingga homogen dengan waktu kurang prosentase berat unsur Si dan Al sebagai
lebih 10 menit pada suhu ruang. Kemudian, komponen utama untuk sintesis zeolit.
kedua larutan dicampur dan diaduk kembali Pemisahan unsur Fe dan Ca mampu
selama 12 jam. menurunkan kandungan unsur Fe pada
Tahap berikutnya yaitu larutan prekursor abu dasar batubara sebesar 22,89% dan
zeolit (slurry) di masukkan dalam reaktor kandungan unsur Ca sebesar 4,36%.
hidrotermal (stainless steel autoclave) yang Penurunan komposisi tersebut menunjukkan
tertutup rapat dengan suhu 100 °C selama 12 bahwa unsur Ca dalam fasa kalsium oksida
jam. Padatan hasil hidrotermal disaring dan (CaO) telah bereaksi dengan larutan HCl 12 M
dicuci dengan air demineralisasi secara membentuk CaCl2 yang mudah larut dalam air.
berulang hingga kondisi pH filtratnya Kandungan unsur Fe yang masih tersisa dalam
mencapai sekitar 9. Setelah itu, residu hasil abu dasar juga ikut bereaksi dengan larutan
filtrasi dikeringkan dalam oven dengan suhu HCl 12 M membentuk FeCl3. Sebaliknya,
100 °C selama 12 jam dan dilakukan dengan unsur Si dan Al yang bertambah
pendinginan dalam desikator hingga mencapai masing masing sebesar 20,3% dan 5,1%
suhu ruang. Kemudian padatan hasil sintesis karena pengotor-pengotor yang telah larut oleh
ditimbang. larutan HCl 12 M. Pemisahan unsur Fe dan Ca
2.6. Karakterisasi Hasil Sintesis serta peleburan pada abu dasar ditunjukkan
Karakterisasi material zeolit-A yang oleh difraktogram pada Gambar 1, di mana
dihasilkan meliputi XRF, ICP-AES, XRD, setelah pemisahan unsur Fe dan Ca
SEM, dan BET. Karakterisasi menggunakan menunjukkan fasa kuarsa (SiO2) semakin
X-Ray Flourescence (XRF) digunakan untuk banyak serta muncul puncak baru yaitu mullit
menentukan komposisi unsur-unsur kimia (3Al2O3.2SiO2). Proses peleburan abu dasar
serta fasa mineral yang terkandung pada abu dapat mengubah fasa kristalin berupa SiO2 dan
dasar batubara. Analisa menggunakan ICP- Al2 O
3 menjadi fasa amorf berupa garam
AES digunakan untuk menentukan konsentrasi natrium silikat dan natrium alumina silikat
sebagai komponen utama penyusun zeolit [24].
27
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

tinggi dibandingkan zeolit-A dari abu dasar


batubara. Hal tersebut disebabkan intensitas
puncak-puncak dari zeolit-A bahan murni
lebih tinggi dari zeolit-A abu dasar batubara.

3.2.2 Hasil Karakterisasi SEM


Morfologi dan bentuk kristal dari zeolit
yang telah disintesis dianalisa menggunakan
SEM. Hasil analisa menggunakan SEM
Gambar 1. Difraktogram abu dasar batubara (a) setelah
tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.
pemisahan unsur Fe dan Ca (b) setelah peleburan
dengan alkali (Q= kuarsa; Hm= hematit; M= mullit; X= a
natrium silikat; Y= natrium aluminasilikat).
3.2. Karakterisasi Zeolit-A Hasil Sintesis
3.2.1 Hasil Karakterisasi XRD
Kedua material Zeolit-A hasil sintesis
dikarakterisasi dengan XRD untuk
mengetahui struktur kristal zeolit yang
terbentuk. Difraktogram hasil sintesis di
bandingkan dengan standar JCPDS dengan
kode 00-039- 0233 tentang standar
difraktogram zeolit-A. Zeolit-A dari bahan
murni memiliki kristalinitas sebesar 94,22%,
sedangkan zeolit- A dari abu dasar batubara
memiliki kristalinitas sebesar 86,49%. Pada
Gambar 2 menunjukkan difraktogram dari
padatan zeolit- A yang telah disintesis.
b

Gambar 2. Difraktogram Zeolit-A (a) Standar JCPDS


(00-039-0233) (b) bahan alam abu dasar batubara (c)
bahan murni. Gambar 3. Mikrograf SEM (a) Zeolit-A dari abu dasar
Berdasarkan Gambar 2, zeolit-A dari batubara (b) Zeolit-A dari bahan murni (A= Zeolit-A).
bahan murni memiliki kristalinitas yang lebih

28
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

Berdasarkan Gambar 3, kristalinitas zeolit NaA menunjukkan kurva tipe I pada


dari zeolit-A bahan murni cukup tinggi isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen. Kurva tipe I
karena tidak ada komponen lain yang ikut ini menunjukkan ciri khas di mana terjadi
bereaksi selama proses sintesis berlangsung kenaikan volume gas N2 teradsorp pada tekanan
serta menggunakan bahan awal 100% bahan yang relatif rendah yang menunjukkan bahwa
sintetik. Sementara itu, pencitraan gambar zeolit-A dari abu dasar memiliki karakteristik
SEM pada zeolit-A dari abu dasar batubara pori berukuran mikro (mikropori) [26].
menunjukkan kristalinitas yang rendah jika
dibandingkan dengan zeolit-A bahan murni 3.2.4 Hasil Karakterisasi Adsorpsi-Desorpsi
karena menggunakan bahan ekstrak N2
peleburan abu dasar batubara yang tidak Analisa menggunakan instrumen
100% bahan sintetik. Zeolit-A abu dasar spektroskopi inframerah dilakukan untuk
batubara menunjukkan kristal kubus yang mengamati struktur molekul zeolit-A. Analisa
memiliki distribusi ukuran partikel antara 3-4 dilakukan dengan metode pelet menggunakan
µm dengan tingkat kecacatan kristal yang padatan KBr. Pada penelitian ini karakteriasi
sedikit lebih tinggi dari zeolit-A bahan murni. dilakukan pada rentang bilangan gelombang
Sedangkan zeolit-A dari bahan murni 400 cm-1 hingga 4000 cm-1. Spektra hasil
memiliki distribusi ukuran partikel 3 µm. sintesis material zeolit-A dari abu dasar
batubara dapat dilihat pada Gambar 5.
3.2.3 Hasil Karakterisasi Adsorpsi-Desorpsi
N2
Analisis adsorpsi-desorpsi gas nitrogen
(N2) dilakukan untuk mengetahui luas
permukaan serta karakteristik spesifik dari pori
pada zeolit-A hasil sintesis baik dari bahan
murni maupun abu dasar batubara. Kurva
isoterm adsorpsi-desorpsi zeolit-A dari bahan
murni dan abu dasar batubara dapat dilihat
pada Gambar 4. Gambar 5. Spektra FTIR pada zeolit-A dari abu dasar
batubara.
Gambar 5 menunjukkan spektra infra
merah dari zeolit-A dari abu dasar batubara
yang direkam pada bilangan gelombang 400-
4000 cm-1 yang merupakan spektra khas untuk
zeolit-A. Pada spektra inframerah zeolit-A dari
abu dasar batubara terdapat pita yang teramati
pada bilangan gelombang 464,86 cm -1 yang
menunjukkan vibrasi tekuk dari (Si-O-Si) atau
(O-Si-O), 553,59 cm-1 menunjukkan vibrasi
tekuk cincin doubel segi empat, 671,25 cm-1
Gambar 4. Grafik adsorpsi-desorpsi N2 pada (a) menunjukkan vibrasi ulur simetri dari (Si- O-
Zeolit0A dari bahan murni (b) Zeolit-A dari abu dasar Al) dan 1004,95 cm-1 yang menunjukkan
batubara. vibrasi ulur asimetri dari (Si-O- Al). Hasil ini
Kurva isoterm adsorpsi-desorpsi material sama dengan penelitian yang dilaporkan oleh
zeolit-A dari bahan murni dan zeolit-A dari Loiola dkk (2012) [27] yang melakukan
abu dasar batubara menunjukkan kurva tipe I pengujian FTIR terhadap zeolite-A dan
menurut hasil klasifikasi IUPAC. Hal ini diperoleh hasil spektra infra merah pada
sesuai dengan penelitian yang pernah daerah bilangan gelombang 467 cm -1 yang
dilaporkan oleh Xiao dkk (2017) [25] bahwa menunjukkan vibrasi tekuk dari (Si-O-Si) atau
29
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

(O-Si-O), 557 cm-1 yang menunjukkan


vibrasi tekuk cincin doubel segi empat, 671 3.3.2 Pengaruh Konsentrasi Adsorbat
cm-1 yang menunjukkan vibrasi ulur simetri Zat warna metilen biru dan kongo merah
(Si-O-Al) dan 1001 cm-1 yang menunjukkan dilakukan proses adsorpsi dengan variasi
vibrasi ulur asimetri dari (Si-O-Al). konsentrasi awal sebesar 60, 80, 100, 120, 140,
160, 180, 200, dan 220 mg/L. Kondisi adsorpsi
3.3. Studi Adsorpsi Zat Warna kedua zat warna dilakukan pada kondisi yang
3.3.1 Pengaruh Waktu Kontak sama yaitu pH normal (6-7), temperatur ±30°C
Studi pengaruh waktu kontak pada dengan dosis adsorben 20 mg/20 mL. Pada zat
zeolit-A baik dari abu dasar batubara maupun warna metilen biru menggunakan waktu 70
abu dasar batubara dengan adsorbat pewarna menit untuk zeolit-A dari bahan murni,
metilen biru menggunakan variasi waktu sedangkan untuk zeolit-A dari abu dasar
antara 10-100 menit. Sedangkan untuk batubara menggunakan waktu 80 menit.
adsorbat kongo merah menggunakan variasi Sementara itu, pada zat warna kongo merah
waktu antara 10-70 menit. Pada Gambar 6 menggunakan waktu 40 menit untuk zeolit-A
menunjukkan kurva adsorpsi yang diperoleh dari bahan murni, sedangkan untuk zeolit-A dari
dari penelitian ini bersifat tunggal, cukup abu dasar batubara menggunakan waktu 50
landai hingga adanya titik jenuh yang menit.
mengindikasikan adanya kemungkinan 80
penutupan monolayer pada permukaan
Qe (mg/g)
60
adsorben oleh molekul adsorbat [28]. Pada
proses adsorpsi metilen menunjukkan 40
kapasitas adsorpsi yang meningkat secara 20
signifikan seiring bertambahnya waktu kontak. 0
Sedangkan, pada proses adsorpsi kongo merah 50 80 110 140 170 200 230
menunjukkan kapasitas adsorpsi yang Konsentrasi (mg/L)
meningkat sedikit atau tidak seberapa Gambar 7. Pengaruh konsentrasi awal terhadap
signifikan seiring bertambahnya waktu kontak. kapasitas adsorpsi Metilen Biru dan Kongo Merah. (■ =
Zeolit-A abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A
Hal ini terjadi karena secara teori pada saat
bahan murni pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar
awal proses adsorpsi banyak ruang pada pada Kongo Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada
permukaan adsorben yang masih kosong, Metilen Biru).
sehingga dengan bertambahnya waktu kontak Berdasarkan Gambar 7, zeolit-A dari
antara adsorben dengan adsorbat, semakin bahan murni memiliki nilai kapasitas adsorpsi
banyak yang teradsorp adsorbat zat warna dan lebih besar pada pewarna metilen biru jika
kapasitas adsorpsi meningkat hingga tercapai dibandingkan dengan zeolit-A dari abu dasar
keadaan konstan pada waktu setimbang [29]. batubara yaitu sebesar 41,50 mg/g. Nilai
30 tersebut mengalami kenaikan sebesar 5,24%
25 dari nilai kapasitas adsorpsi zeolit-A dari abu
Qt (mg/g)

20
dasar batubara yang hanya mencapai 39,43
15
mg/g. Untuk pewarna kongo merah, nilai
10
kapasitas tertinggi didapatkan pada adsorben
5
0
material zeolit-A dari bahan murni dengan
0 20 40 60 80 100 nilai sebesar 70,73 mg/g. Hasil ini meningkat
Waktu (menit) sebesar 4,67% dari pada nilai zeolit-A dari abu
Gambar 6. Pengaruh waktu kontak terhadap kapasitas dasar batubara yang hanya mencapai 67,57
adsorpsi Metilen Biru dan Kongo Merah. (■ = Zeolit-A mg/g. Nilai kapasitas tertinggi didapatkan pada
abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni adsorben material zeolit-A dari bahan murni
pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo
Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru). dengan nilai sebesar 70,73 mg/g. Hasil ini
meningkat sebesar 4,67% dari pada nilai
30
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

zeolit-A dari abu dasar batubara yang hanya y = -0,0708x + 4,1267


mencapai 67,57 mg/g. Berdasarkan analisa R² = 0,7775
3
adsorpsi-desorpsi nitrogen, adsorben zeolit-A y = -0,07x + 4,287
R² = 0,8288
dari bahan murni memiliki ukuran pori yang 1
lebih besar (3,20 nm) yang dapat

ln (Qe-Qt)
-1 0 20 40 60 80 100
mengindikasikan zat warna metilen biru
dengan ukuran diameter rata-rata mencapai -3
y = -0,0336x + 0,5656
1,051 nm mampu teradsorp hingga kedalam -5
y = -0,0328x + 0,5198
R² = 0,4235 R² = 0,4145
permukaan pori adsorben [30].
Waktu (menit)
Gambar 8. Plot kinetika Orde Satu Semu (■ = Zeolit-A
3.3.3 Kinetika Adsorpsi abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
Studi terkait kinetika dari proses pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo
adsorpsi metilen biru dan kongo merah Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru).
bertujuan untuk mengetahui model kinetika 25
adsorpsi yang digunakan dalam eksperimen. y = 0,2468x + 6,1084
R² = 0,9534
Kinetika adsorpsi pada penelitian ini ditinjau 20
y = 0,1536x + 9,1188

(t/Qt)
dari segi orde satu semu dan orde dua semu. 15 R² = 0,9053
Pada Gambar 8 dan 9 menunjukkan plot 10
y = 0,0221x + 1,2842 y = 0,022x + 1,243
orde satu semu dan orde dua semu terhadap 5
R² = 0,9099 R² = 0,9286
adsorpsi metilen biru dan kongo merah. Nilai 0
koefisien korelatif pada semua jenis adsorben 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
mengikuti tren model orde dua semu pseudo Waktu (menit)
Ho untuk proses adsorpsi pada pewarna Gambar 9. Plot kinetika Orde Dua Semu (■ = Zeolit-A
metilen biru dan kongo merah. Karena nilai abu dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
koefisien korelasi yang didapat dari persamaan pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo
Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru).
grafik model orde dua semu lebih tinggi
dibandingkan nilai koefisien korelasi dari
3.3.4 Isoterm Adsorpsi
persamaan model orde satu semu dan difusi
Studi terkait isoterm adsorpsi juga
intra partikel. Adsorben zeolit-A baik dari
dibahas dalam penelitian ini. Isoterm
bahan murni maupun abu dasar batubara
Langmuir dan Freundlich digunakan untuk
memiliki nilai koefisien korelasi (R2) masing-
menggambarkan sistematika adsorpsi dalam
masing 0,9099 dan 0,9286 terhadap zat warna
sistem. Berdasarkan Gambar 10 dam 11
metilen biru, serta 0,9534 dan 0,9053 terhadap
didapatkan nilai koefisien korelasi (R2) plot
zat warna kongo merah. Hal ini menunjukkan
Langmuir lebih tinggi yaitu sebesar 0,97 dan
kesesuaian dengan penelitian yang pernah
0,9707 terhadap zat warna kongo merah pada
dilaporkan oleh Chunfeng dkk (2009) [4]
setiap adsorben masing-masing zeolit-A dari
bahwa zeolit-A yang disintesis dari fly ash
bahan murni dan abu dasar. Sedangkan nilai
mengikuti tren model orde dua pseudo Ho
koefisien korelasi (R2) plot Freundlich lebih
untuk adsorpsi zat warna metilen biru. Begitu
tinggi yaitu sebesar 0,9866 dan 0,9805
pula dengan Abbas dkk (2017) [17] juga
terhadap zat warna metilen biru pada setiap
melaporkan bahwa zeolit-A dari bahan murni
adsorben masing-masing zeolit-A dari bahan
mengikuti tren model orde dua pseudo Ho
murni dan abu dasar. Pada adsorpsi kongo
untuk adsorpsi zat warna kongo merah.
merah diasumsikan adsorpsi terjadi secara
monolayer (terbentuk satu lapisan molekul
adsorbat pada sisi permukaan adsorben) dan
terjadi interaksi secara kimia antara adsorben
zeolit-A baik dari bahan murni maupun abu
dasar batubara dengan adsorbat kongo merah.
31
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

5 adsorpsi Freundlich, sedangkan pada adsorpsi


y = 0,3482x + 2,5684
R² = 0,9866
kongo merah dengan kedua jenis adsorben
4
mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir.
(ln Qe) y = 0,4501x + 2,0144
3 R² = 0,9805
y = 2,1409x - 7,3354
5. Saran
2
R² = 0,9668 y = 2,1264x - 7,3287 Pada penelitian selanjutnya yang
1 R² = 0,9585 berkaitan tentang sintesis zeolit-A berbahan abu
3 3.4 3.8 4.2 4.6 5 5.4 dasar dari perusahaan semen disarankan untuk
(ln Ce) melakukan beberapa variasi, misalnya rasio
Gambar 10. Plot isoterm Freundlich (■ = Zeolit-A abu
dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
NaOH/abu dasar atau asal abu dasar batubara
pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada Kongo untuk mengetahui kondisi adsorpsi optimal
Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen Biru). pada zat warna.
0.3
y = 19,933x - 0,0989
0.25 R² = 0,97 6. Daftar Pustaka
0.2 y = 19,158x - 0,0968 [1] Z. Derakhshan, M. A. Baghapour, M.
R² = 0,9707 Ranjbar, and M. Faramarzian, “Adsorption of
(1/Qe)

0.15
y = 0,331x + 0,0121
y = 0,5435x + 0,0112
methylene blue dye from aqueous solutions
0.1 R² = 0,9697
0.05 R² = 0,9704 by modified pumice stone: kinetics and
0
equilibrium studies,” 2013.
[2] R. Rahmi and L. Lelifajri, “Influence of heat
0 0.02 0.04 0.06
treatment on eggshell particles as low cost
(1/Ce)
adsorbent for methylene blue removal from
Gambar 11. Plot isoterm Langmuir (■ = Zeolit-A abu
aqueous solution,” Rasayan J. Chem., vol. 10,
dasar pada Metilen Biru, ▲= Zeolit-A bahan murni
pada Kongo Merah, X=Zeolit-A abu dasar pada pp. 634–642, Jun. 2017, doi:
Kongo Merah, ♦=Zeolit-A bahan murni pada Metilen 10.7324/RJC.2017.1021736.
Biru). [3] J. Shu, Z. Wang, Y. Huang, N. Huang, C.
Sedangkan pada adsorpsi metilen biru Ren, and W. Zhang, “Adsorption removal of
diasumsikan adsorpsi terjadi secara multilayer Congo red from aqueous solution by
(terbentuk lebih dari satu lapisan molekul polyhedral Cu2O nanoparticles: kinetics,
isotherms, thermodynamics and mechanism
adsorbat pada sisi permukaan adsorben) dan
analysis,” J. Alloys Compd., vol. 633, pp.
terjadi interaksi secara fisika antara adsorben 338–346, 2015.
zeolit-A baik dari bahan murni maupun abu [4] W. Chunfeng, L. I. Jiansheng, W. Lianjun, S.
dasar batubara dengan adsorbat metilen biru. U. N. Xiuyun, and J. HUANG, “Adsorption
of dye from wastewater by zeolites
4. Kesimpulan synthesized from fly ash: kinetic and
Zeolit-A telah berhasil disintesis dari equilibrium studies,” Chinese J. Chem. Eng.,
abu dasar batubara PT. Petrokimia Gresik vol. 17, no. 3, pp. 513–521, 2009.
serta bahan murni. Hasil pengujian oleh zeolit- [5] Z. Yang et al., “A novel approach for
A dari abu dasar batubara memiliki kapasitas methylene blue removal by calcium dodecyl
adsorpsi 67,57 mg/g dan 39,43 mg/g masing- sulfate enhanced precipitation and microbial
masing untuk metilen biru dan kongo merah. flocculant GA1 flocculation,” Chem. Eng. J.,
Sedangkan, zeolit-A dari bahan murni vol. 303, pp. 1–13, 2016.
[6] M. S. Mahmoud, J. Y. Farah, and T. E.
memiliki kapasitas adsorpsi 70,73 mg/g dan
Farrag, “Enhanced removal of Methylene
41,50 mg/g. Hasil adsorpsi menunjukkkan Blue by electrocoagulation using iron
material hasil sintesis lebih efektif digunakan electrodes,” Egypt. J. Pet., vol. 22, no. 1, pp.
sebagai adsorben metilen biru. Dari dua jenis 211–216, 2013.
adsorben hasil sintesis, adsorpsi pada kedua [7] M. A. Ahmed, M. F. A. Messih, E. F. El-
jenis zat warna mengikuti kinetika adsorpsi Sherbeny, S. F. El-Hafez, and A. M. M.
orde dua semu. Untuk adsorpsi metilen biru Khalifa, “Synthesis of metallic silver
pada kedua jenis adsorben mengikuti isoterm nanoparticles decorated mesoporous SnO2 for
32
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

removal of methylene blue dye by coupling vol. 28, no. 1, pp. 54–72, 2017.
adsorption and photocatalytic processes,” J. [18] H. Auer and H. Hofmann, “Pillared clays:
Photochem. Photobiol. A Chem., vol. 346, characterization of acidity and catalytic
pp. 77–88, 2017. properties and comparison with some
[8] K. Rida, S. Bouraoui, and S. Hadnine, zeolites,” Appl. Catal. A Gen., vol. 97, no. 1,
“Adsorption of methylene blue from aqueous pp. 23–38, 1993.
solution by kaolin and zeolite,” Appl. Clay [19] C. D. Williams and C. L. Roberts, “A
Sci., vol. 83, pp. 99–105, 2013. comparative study of two methods for the
[9] T. Robinson, G. McMullan, R. Marchant, synthesis of fly ash-based sodium and
and P. Nigam, “Remediation of dyes in potassium type zeolites,” Fuel, vol. 88, no. 8,
textile effluent: a critical review on current pp. 1403–1416, 2009.
treatment technologies with a proposed [20] S. Rayalu, S. U. Meshram, and M. Z. Hasan,
alternative,” Bioresour. Technol., vol. 77, “Highly crystalline faujasitic zeolites from
no. 3, pp. 247–255, 2001. flyash,” J. Hazard. Mater., vol. 77, no. 1–3,
[10] A. Ahmad, M. Rafatullah, and M. Danish, pp. 123–131, 2000.
“Removal of Zn (II) and Cd (II) ions from [21] M. Chareonpanich, O. Jullaphan, and C.
aqueous solutions using treated sawdust of Tang, “Bench-scale synthesis of zeolite A
sissoo wood as an adsorbent,” Holz als Roh- from subbituminous coal ashes with high
und Werkst., vol. 65, pp. 429–436, 2007. crystalline silica content,” J. Clean. Prod.,
[11] V. Garshasbi, M. Jahangiri, and M. Anbia, vol. 19, no. 1, pp. 58–63, 2011.
“Equilibrium CO2 adsorption on zeolite 13X [22] Y. Yanti, “Sintesis Zeolit-A dan Zeolit
prepared from natural clays,” Appl. Surf. Karbon Aktif dari Abu Dasar PLTU Paiton
Sci., vol. 393, pp. 225–233, 2017. dengan Metode Peleburan,” Inst. Teknol.
[12] A. A. Pour, S. Sharifnia, R. Sepuluh Nop. Surabaya, 2009.
NeishaboriSalehi, and M. Ghodrati, [23] S. Mintova, Verified syntheses of zeolitic
“Performance evaluation of clinoptilolite and materials. Synthesis Commission of the
13X zeolites in CO2 separation from International Zeolite Association, 2016.
CO2/CH4 mixture,” J. Nat. Gas Sci. Eng., [24] S. A. L. B. Cu II, “Pemanfaatan Limbah Abu
vol. 26, pp. 1246–1253, 2015. Dasar Batubara sebagai Bahan Dasar Sintesis
[13] A. Kongnoo, S. Tontisirin, P. Worathanakul, Zeolit dan Aplikasinya.”
and C. Phalakornkule, “Surface [25] Y. Xiao et al., “Mechanism on solvent-free
characteristics and CO2 adsorption crystallization of NaA zeolite,” Microporous
capacities of acid-activated zeolite 13X Mesoporous Mater., vol. 237, pp. 201–209,
prepared from palm oil mill fly ash,” Fuel, 2017.
vol. 193, pp. 385–394, 2017. [26] P. Kunecki, R. Panek, M. Wdowin, and W.
[14] M. Qiu, C. Qian, J. Xu, J. Wu, and G. Wang, Franus, “Synthesis of faujasite (FAU) and
“Studies on the adsorption of dyes into tschernichite (LTA) type zeolites as a
clinoptilolite,” Desalination, vol. 243, no. 1– potential direction of the development of lime
3, pp. 286–292, 2009. Class C fly ash,” Int. J. Miner. Process., vol.
[15] M. Sarioglu, “Removal of ammonium from 166, pp. 69–78, 2017.
municipal wastewater using natural Turkish [27] A. R. Loiola, J. Andrade, J. M. Sasaki, and L.
(Dogantepe) zeolite,” Sep. Purif. Technol., R. D. Da Silva, “Structural analysis of zeolite
vol. 41, no. 1, pp. 1–11, 2005. NaA synthesized by a cost-effective
[16] B. Said, T. Cacciaguerra, F. Tancret, F. hydrothermal method using kaolin and its use
Fajula, and A. Galarneau, “Size control of as water softener,” J. Colloid Interface Sci.,
self-supported LTA zeolite nanoparticles vol. 367, no. 1, pp. 34–39, 2012.
monoliths,” Microporous Mesoporous [28] A. Iryani, M. M. Ilmi, and D. Hartanto,
Mater., vol. 227, pp. 176–190, 2016. “Adsorption study of congo red dye with
[17] A. M. Abbas, Y. I. Mohammed, and T. A. ZSM-5 directly synthesized from bangka
Himdan, “Adsorption kinetic and kaolin withouth organic template,” Malaysian
thermodynamic study of congo red dye on J. Fundam. Appl. Sci., vol. 13, no. 4, pp. 832–
synthetic zeolite and modified synthetic 839, 2017.
zeolite,” Ibn AL-Haitham J. Pure Appl. Sci., [29] D. Karadag, “Modeling the mechanism,
33
JURNAL SAINS TERAPAN VOL.8 NO.1 2022 e-ISSN 2477-5525
p-ISSN 2406-8810

equilibrium and kinetics for the adsorption


of Acid Orange 8 onto surfactant-modified
clinoptilolite: The application of nonlinear
regression analysis,” Dye. Pigment., vol. 74,
no. 3, pp. 659–664, 2007.
[30] A. R. Abbasi, M. Karimi, and K. Daasbjerg,
“Efficient removal of crystal violet and
methylene blue from wastewater by
ultrasound nanoparticles Cu-MOF in
comparison with mechanosynthesis
method,” Ultrason. Sonochem., vol. 37, pp.
182–191, 2017.

34

You might also like