Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

otivasi
Jurnal Manajemen
motivan
JournalOfMgemt

E-ISSN : 2407-5310
P-ISSN : 2085-1596

F ak tor P er ti m ba ng a n M as y ar ak at M e m ili h D aftar Ef ek Sy ar i ah


F en n i Su p r i ad i, D ed i H ar iy an t o

Ide nti fi k as i M a naj e m e n As et d an Ki n erj a K e ua ng a n Ter h ad a p N il ai Pa s ar


Pa d a P er us ah a an Pr o per ti Ya ng Ter daft ar di Bur s a Efek I nd o nes i a
Sa n t y M ayd a B at u b ar a

Pe ng ar u h PD R B, Pe ndi di k a n d a n P e ng a ng g ur an Ter h a da p K e m i s ki n an
di Ka bu pat e n S am b as
U r a y D ian N o vit a, N u r Ist iq a m ah

M a naj e m e n Ki ner j a, K ea dil a n d an Ki n erj a Kar y a w a n Pa da P T. Su n pri m a


N us ant ar a P e m bi ay a an ( C ol u m bi a F i n a nc e) P o nti an ak
U d in R in ald i, Tr i D ian a, A n d in i T r ian a D e wi

Pe ng ar u h Ba ur a n P em as ar an Ter h a da p Ke p utus an K ons um e n M em bel i M o bil


H o nd a Pa da H o n da D ay a M otor di Kot a P o nti an ak
Su m iy at i, Ja k ar ia

Pe ng ar u h Str es s K er j a Ter h a da p Ki n er j a P eg aw ai Pe nj ag a da n Tek ni si S ar an a


Ba nt u N av i g as i P el ay ar a n P a da K ant or D i stri k N av i g as i Kel as III P onti a na k
D e vi Y as m in , A lf ian Yu d a Pr a s et iyo

Pe ng ar u h Pr om os i Ter h ad a p K e put us an M a has i s w a M em i li h Pr og r am Stu di


Bu di d ay a P eri k a na n Pol i tek ni k N eg er i Po nti an ak
Sa m su d d in , En d an g S et iya n in g sih

Pe ng ar u h R etur n On As s et, R etur n On Eq ui ty dan E ar ni ng P er Sh ar e Ter h a da p

www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi
R etur n S ah am P em b ent uk In dek s K om pa s 1 00
D ed i H ar iy an t o , A b d u r r ah m an
9 7 7 24D7 5 31DD5

Volume 13, No: 1 (2017); Juni


&

PROGAMSTUDINJEMEN

Univ er sit as M uh a m ma diy a h P onti a na k

Berbagai Faktor Yang Memengaruhi Perusahaan Dalam Pengambilan Keputusan


Transfer Pricing

Febriana Louw a,*


a
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widya Dharma Pontianak, Indonesia

ARTIKEL INFO ABSTRAK

Keywords: Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pajak, profitabilitas, tunneling


Pajak; incentive, leverage, mekanisme bonus, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan
Profitabilitas;
Tunneling Incentive;
transfer pricing. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive
Leverage; sampling dengan jumlah sampel yang telah dikumpulkan yaitu 59 perusahaan dari
Mekanisme Bonus; periode 2014 sampai dengan periode 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah
Ukuran Perusahaan; metode asosiatif. Teknik analisis menggunakan metode kuantitatif dengan analisis
Transfer pricing.
statistik deskriptif, uji multikolinearitas, uji regresi logistik serta pengujian hipotesis
dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 22. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing, profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing, tunneling incentive tidak
berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing, leverage berpengaruh positif
terhadap keputusan transfer pricing, mekanisme bonus tidak berpengaruh terhadap
keputusan transfer pricing, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
keputusan transfer pricing.

1. Pendahuluan

Keputusan transfer pricing merupakan rangkaian konsep dalam menentukan harga persetujuan dagang yang memiliki
kaitan dari produk, jasa yang diberikan, harta imaterill, dan pelunasan pembayaran keuangan perusahaan yang arm’s length
priciple (prinsip kewajaran) yang diterapkan. Konsep pajak adalah faktor yang memiliki kekuatan dalam mengambil keputusan
yang dikeluarkan oleh perusaan saat akan menggunakan transfer pricing. Tersedianya beban pajak perusahaan semakin
meningkat membuat para perusahaan menggunakan transfer pricing agar bisa menurunkan jumlah beban pajak yang diterima.
Menurunnya pajak yang didapatkan oleh sebuah negara dikarenakan adanya transfer pricing. Perusahaan menggunakannya
dengan cara menempatkan laba perusahaan agar bisa menurunkan jumlah pajak yang menjadi hutang agar bisa keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan semakin meningkat.
Ada beberapa faktor dalam rencana pajak yang memiliki pengaruh dalam keputusan transfer pricing, salah satunya adalah
profitabilitas yang merupakan rasio yang bisa menilai kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dalam
periode yang ditentukan. Laba yang didapatkan perusahaan semakin tinggi diharuskan untuk membayar pajak yang semakin
tinggi juga sehingga dilakukanlah keputusan transfer pricing agar bisa mengurangi pembayaran pajak yang harus dikeluarkan
sebuah perusahaan.

*Corresponding author.
E-mail addresses: febrianalouw1976@gmail.com (F. Louw).

https://doi.org/10.29406/jmm.v16i2.2273
2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2020

64
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

Tunneling incentive adalah keadaan yang juga mempunyai peran terhadap keputusan transfer pricing. Tunneling
merupakan kegiatan dimana dikerjakan para mayoritas pemegang saham dalam mengubah harta dan laba yang dimiliki oleh
perusahaan agar memiliki laba hanya untuk para pemegang saham mayoritas sedangkan yang untuk minoritas tidak
mendapatkannya akan tetapi tetap menanggung beban yang didapatkan. Kegiatan dalam menunda dividen merupakan contoh
Tunneling, yang mengalihkan aktiba dari entitas yang dikontrol ke entitas yang lainnya, dimana para pemegang saham memiliki
kendali dalam mengontrol prinsip kewajaran usaha dengan meletakkan orang yang memiliki ikatan saudara menjadi pejabat
dengan posisi yang menentukan di perusahaan tanpa proses seleksi.
Leverage memiliki pengaruh dalam keputusan transfer pricing yang digunakan perusahaan. Leverage merupakan rasio
keuangan dalam menilai kekuatan perusahaan dalam pembiayaan utang. Leverage yang semakin tinggi menunjukkan perusahaan
tersebut menggunakan utang yang besar juga dalam menyediakan kebutuhan perusahaan. Beban bunga yang didapatkan dari
utang yang besar membuat perusahaan lebih memilih untuk melakukan transfer utang kepada perusahaan yang mempunyai
hubungan istimewa demi menekan pajak perusahaan yang wajib dibayar.
Selanjutnya yang dapat mempengaruhi keputusan transfer pricing adalah cara kerja pemberian hadiah lebih. Mekanisme
bonus merupakan bentuk aspresiasi yang dikasih oleh perusahaan kepada manajer atau direksi terhadap pencapaian yang mereka
dapatkan pada periode tertentu. Pencapaian berdasarkan pada informasi laba bersih perusahaan adalah teknik dalam mengetahui
apa saja yang telah dilakukan oleh para manajer dan direksi terhadap perusahaan yang mereka pegang. Tidak menutup
kemungkinan bahwa pihak manajemen akan menggunakan transfer pricing demi mendapatkan bonus yang nanti akan terima
sesuai perhitungan keuntungan perusahaan.
Dalam pengaruh keputusan transfer pricing digunakanlah penerapan bonus. Penerapan tersebut berupa penghargaan yang
dikasih kepada perusahaan untuk para manajer atau direksi dikarenakan telah mampu memberi capaian yang bagus sesuai periode
yang ditetapkan. Info pencapaian tersebut didapatkan dari informasi keuntungan bersih dari perusahaan yang dinilai. Agar
mendapatkan bonus tersebut membuka peluang kepada oknum manajemen yang mempraktekkan transfer pricing demi
mendapatkan bonus yang semakin besar menyesuaikan keuntungan perusahaan dimana mereka bekerja.
Penilaian perusahaan juga memiliki peran untuk perusahaan agar menggunakan transfer pricing. Penilaian perusahaan
adalah perbandingan yang mampu dihitung tinggi atau rendahnya sebuah perusahaan. Perusahaan yang memiliki kapasitas besar
biasanya lebih melakukan bisnis dan transaksi keuangan dengan perusahaan yang kapasistasnya lebih kecil. Jenis-jenis tindakan
bisnis dan transaksi pada perusahaan memiliki peluang yang lebih tinggi dalam mempraktikkan transfer pricing.
Menyesuaikan latar belakang yang telah diutarakan, tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini agar memahami
pengaruh pada pajak, profitabilitas, tunneling incentive, leverage, mekanisme bonus, dan ukuran perusahaan tentang tindakan
yang dilakukan oleh perusahaan saat menggunakan transfer pricing. Objek pada penelitian ini adalah Perusahaan yang bergerak
di bagian Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

2. Kajian Teoritis

Transfer pricing merupakan persetujuan kedua belah pihak yang diterapkan perusahaan multinasional antara pihak yang
mempunyai kaitan istimewa dan perusahaan tersebut bisa menurunkan jumlah pembayaran pajak. Pohan (2018: 196) berpendapat
bahwa transfer pricing diartikan biaya dimana perlu dijumlahkan dengan mempertimbangkan biaya penyerahan produk barang
atau pelayanan atau kekayaan imaterill lainnya antar sebuah perusahaan dengan perusahaan lainnya dimana memiliki hubungan
istimewa menurut berasaskan harga pasar normal (arm’s length price principle).
Menurut PMK-213/PMK.03/2016, di dalamnya menyebutkan asas tersebut adalah asas yang dibuat dalam keadaan
persetujuan kedua belah pihak yang mempunyai ikatan khas satu sama lain atau dalam keadaan transaksi setara yang dikerjakan
kepada pihak tidak memiliki hubungan istimewa untuk perbandingan. UU No 36 Tahun 2008 di dalamnya membahas tentang
perusahaan yang memiliki ikatan khas dan juga keluarga harus tetap melaksanakan pembayaran pajak.
Transaksi yang dilakukan antar perusahaan tersebut menyebabkan keanehan pada nilai barang yang berbeda seperti
biasanya. Garis besarnya transaksi yang dilakukan oleh yang seharusnya membayar pajak mereka melakukan transfer pricing.
Kejadian itu menyebabkan adanya pengalihan terhadap keuntungan, permulaan kenanya pajak atau harga yang dikeluarkan oleh
wajib pajak ke yang lain dengan melakukan pengurangan pada seluruh jumlah pajak masuk terutang kepada wajib pajak yang
memiliki ikatan khas.
Yao (2013) berpendapat bahwa transfer pricing perlu dibatasi ruang geraknya dengan cara melakukan audit dengan
menerapkan metode transaksi arm’s length. Seandainya harga transfer dihargai berbeda secara rinci dari harga wajar, bisa jadi
otoritas pajak yang memiliki kewenangan perlu menghitung pajak terhadap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan yang

65
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

mempunyai ikatan khas sesuai aturan UU No. 36 tahun 2008 Pasal 18 ayat (3). Biaya yang dikeluarkan saat transfer sering
berbelok dengan signifikan dari harga yang telah disetujui. Transfer pricing seing kali dihubungkan pada perkiraan harga yang
perlu diminimalisir secara garis besar pada total pajak utang sebuah perusahaan.
Mulyadi (2001: 382) berpendapat bahwa biaya transfer pada dasarnya mempunyai tiga kriteria antara lain: pertama,
problem harga transfer yang ada di divisi yang bisa diperhitungkan kinerjanya menurut keuntunganyang diperoleh. Kedua, harga
transfer mempunyai unsur keuntungan di dalamnya dan yang ketiga harga transfer adalah media untuk menjelaskan diversifikasi
dan sekalian integrasikan pembentukan divisi.
Perusahaan yang tergolong besar mempunyai diversifikasi barang atau segmen yang tidak sedikit akan memajukan
peningkatan pemakaian transfer pricing dalam menggunakan transfer produk barang atau jasa diantara segmen, tiap divisi
maupun antar perusahaan di tingkat induk dan anak. Perusahaan pada intinya mempunyai keinginan untuk mendapatkan
keuntungan maksimal hingga kinerja pada sebuah divisi dapat diperhitungkan menurut keuntungan yang didapatkan lebih ke
arah tindakan transfer pricing, yang didapatkan dengan cara melakukan pendekatan binary untuk menyediakan nilai 1 di
perusahaan yang mempunyai transaksi kepada pihak-pihakyang berelasi dan menilai angka 0 kepada perusahaan yang tidak
mempunyai transaksi kepada pihak-pihak berelasi.
Huda, Nugraheni, dan Kamarudin (2017) menyebutkan bahwa transfer pricing secara garis besar merupakan manifestasi
dalam kegiatan menghindari pajak dan juga penggelapan. Menghindari pajak berpatokan dengan skema stransaksi yang
berkeinginan dalam menurunkan jumlah pajak dengan menggunakan sela pada penetapan pajak pada sebuah negara tanpa
menyalahi aturan yang sudah ada tentang pajak. Memang terasa legal, akan tetapi cara yang dilakukan merupakan cara yang
amoral. Transaksi yang dilakukan menyebabkan harga yang ada kurangwajar atau bentuknya terealisasi pada transaksi yang
mana teralihkan penghasilan atau latarnya berkenaan antara satu wajib pajak dengan yang lainnya. Pengukuran pajak diproksikan
pada effective tax rate menjadi bagian pembanding tax ecpense dikurang deffered tax expense lalu melakukan pembagain earning
before tax.
Menurut Rossing (2013), siapapun yang menghindari pajak dengan cara memanfaatkan sumber daya lokal dan tidak
melakukan kontribusi kepada masyarakat. Hal tersebut akan mengakibatkan kerugian pada negara disebabkan perusahaan
menggunakan segala fasilitas yang tersedia tapi tidak memberikan umpan balik baik kepada negara atau masyarakat dalam
pembayaran pajak. Transfer pricing digunakan dengan melakukan pindahan hasil dari negara dengan tarif pajak yang besar
kepada negara diubah menjadi kecil dengan menggunakan celah peraturan yang tersedia. Demi mencegah hal tersebut pihak
yang berkepentingan seperti otoriras pajak harus memberi perhatian yang lebih spesifik untuk menanggapi praktik transfer
pricing agar kerugian yang didapatkan oleh negara dapat ditekan serendah-rendahnya.
Problem yang ada pada transfer pricing dapat diselesaikan dengan syarat Menteri Keuangan atau Dirjen Pajak diberi
kewenangan dalam menetapkan besaran Penghasilan Kena Pajak (PKP) agar bisa dihitung pajak terutang untuk pihak yang
memiliki hubungan istimewa dan agar memeriksa pelaksanaan transfer pricing. Dengan wewenang yang diberikan pihak
Kemenku dan Dirjen Pajak dapat menerbitkan Pedoman Pemeriksaan Pajak kepada para pelaku Wajib Pajak yang memiliki
ikatan khas yang dikelola di dalam PP Dirjen Pajak No. PER-22/PJ/2013.
Borkowski dan Gaffney (2012) mengungkapkan Section 482 (§482) yang terdapat pada Internal Revenue Code dengan
perspektif di negara Amerika Serikat mengatur transaksi antara entitas berelasi pada perusahaan transnasional mesti dihargai
menggunakan prinsip kewajaran seakan-akan entitas yang ada tidak memiliki kaitan. Transfer pricing yang banyak dilakukan
antara perusahaan transnasional dari sebuah negara ke sebuah perusahaan transnasional di negara lainnya saling terlibat dalam
pengalihan pendapatan dari satu yuridiksi ke yang lainnya sehingga dapat berpengaruh kepada pendapatan kedua negara dalam
hal pajak.
Hal yang ditawarkan oleh transfer pricing yaitu menimalisirkan objek pajak yang terdapat pada pajak penghasilan. Pohan
(2018: 215) menyebutkan transfer pricing bisa menyebabkan kekurangan atau bahkan kehilangan kemampuan pendapatan suatu
negara terutama dari pajak. Perusahaan kemungkinan besar akan merekolasi pendapatannya secara garis besar ke low tax country
dan memindahkan biaya yang memiliki jumlah besar kepada high tax country.
Clausing (2003) berpendapat bahwa biaya transfer dapat dipengaruhi oleh strategi dalam mengurangi pajak perusahaan
multinasional. Perusahaan tersebut menggunakan selisih tarif pajak menggunakan pengalihan penghasilan dari negara
menggunakan harga pajak yang besar menuju negara yang tarif pajaknya lebih kecil. Perusahaan dengan tanggungan pajak yang
besar kemungkinan besar akan menggunakan transfer pricing agar bisa mengurangi biaya pajak terutang yang ditanggung.
Tindakan tersebut sama dengan kajian yang yang telah dilaksanakan Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012) dengan
menyebutkan bahwa pajak yang memiliki pengaruh positif dalam menerapakan transfer pricing.
Profitabilitas merupakan ratio yang diterapkan agar mendapatkan info dalam hal tingkatan kemampuan sebuah perusahaan
untuk mendaptakan keuntungan dengan menggunakan aktiva yang telah tersedia. Menurut Rego (2003), perusahaan yang mampu

66
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

mendapatkan keuntungan yang semakin tinggi maka perusahaan tersebut cenderung mengindari pembayaran pajak dibandingkan
perusahaan yang biasa. Perusahaan saat menggunakan transfer pricing mendapatkan keuntungan yang besar menyeimbangi
harga transfer dalam menurunkan keuntungan dalam yuridiksi pajak yang besar atau meninggikan keuntungan dalam yuridiksi
pajak yang kecil. Pengukuran profitabilitas diproksikan menggunakan return on assets (ROA) yang menjadi pembanding dalam
keunttungan bersih setelah pembayaran pajak untuk semua aset. Pernyataan tersebut sama dengan pernyataan yang telah diteliti
oleh Richardson, Taylor, dan Lanis (2013), dimana profitabilitas memiliki pengaruh positif kepada pengambil keputusan dalam
transfer pricing.
Kegiatan yang dikerjakan para pemilik saham yang memiliki nilai paling banyak untuk mengubah aset dan profit yang ada
pada perusahaan agar memiliki laba pribadi sendiri akan tetapi bebannya ditanggung juga oleh para semua pemegang saham
baik yang memiliki nilai paling maupun yang paling rendah, dalam istilah pajak disebut Tunneling.
Tunneling incentive yang diangkat dalam penelitian ini diproksikan menggunakan persentase kepada para pemilik saham
yang mempunyai saham pengendali lebih dari 20% oleh perusahaan lain. Keberadaan tunneling akan menyebabkan perselisihan
perwakilan diantara pemilik saham mayoritas dengan yang minoritas.
Mutmaimah (2009) berpendapat bahwa masalah perwakilan yang terjadi diantara pemilik saham yang lebih banyak dan
yang lebih sedikit dikarenakan beberapa sebab. Pemilik saham yang lebih banyak ikut serta di dalam manajemen yang
menyebabkan para pemegang saham mayoritas menerapkan ekspropriasi kepada pemilik saham yang lebih sedikit. Pemilik
saham yang lebih banyak memiliki kekuasaan dalam perubahan kemanajemenan untuk pengambilan kebijakan perusahaan,
dengan lemahnya perlindungan kepada pemegang saham yang memiliki saham minoritas dalam mendorong para mayoritas agar
menerapkan tunneling.
Menurut Wang dan Xiao (2011), tindakan tunneling yang diterapkan oleh para pemegang saham yang memiliki kendali
agar mengurangi kinerja perusahaan. Dalam hal ini para pemegang saham pengendali yang ikut serta dalam tindakan tunneling
masih belum memiliki keinginan agar meminta sensitivitas kerja yang lebih baik dan para pemegang terkuat saham agar
bertanggung jawab terhadap prestasi perusahaan yang didapatkan ketika penggalian sumber daya perusahaan. Di lain pihak para
pemegang saham mayoritas melakukan pengorbanan hak para pemilik saham yang lebih sedikit menggunakan tunneling.
Adanya para pemegang saham pengendali menurut Chen, Wang, dan Lin (2014), yang menggunakan tunneling
mengerjakan sebuah masalah keagenan kepada pemegang saham minoritas dan tunneling merupakan bentuk yang langsung dari
kenyataan permasalahan perwakilan keagenan saham pengendali yang memberikan masalah yang besar dalam hal kepentingan
para pemegang saham minoritas. Disaat perusahaan mempunyai kelebihan dalam hal kemampuan, para pemegang saham
mayoritas lebih ke arah untuk menerapkan tunneling daripada memberikannya dalam bentuk dividen. Transaksi yang dilakukan
kepada pemilik hubungan istimewa tentu akan digunakan oleh para pemegang saham pengendali agar melaksanakan tunneling.
Dengan menerapkan tunneling, para pemegang saham mayoritas mendapatkan laba atau insentif lebih untuk mereka sendiri.
Hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh Mispitanti (2015) menampilkan tunneling incentive mempunyai peranyang
positif untuk pengambilan keputusan transfer pricing.
Leverage merupakan kemampuan menurut akal sehat atau ratio yang diterapkan dalam melakukan pengukuran perihal
besarnya aktiva sebuah perusahaan dibayar melalui utang yang dipunyai perusahaan. Debt to total assests ratio (DAR) digunakan
untuk mengukur leverage sebagi pembanding jumlah semua kewajiban dengan jumlah kekayaan perusahaan.
Cahyadi dan Noviari (2018) berpendapat bahwa semakin besar rasio leverage yang dipunyai oleh perusahaan maka mereka
lebih ke arah menghindari pembayaran pajak dengan melakukaan penataan utang dengan cara akusisi utang para anggota
perusahaan yang mempunyai ikatan istimewa. Pembiayaan tersebut tentu akan menyebabkan masalah yang keadaannya bertahan
dan menyebabkan keuntungan yang seharusnya dikenai pajak menjadi menurun dan pembayaran pajakpun menjadi sedikit.
Pendapat tersebut memiliki kesamaan dengan kajian yang dikerjakan Richardson, Taylor, dan Lanis (2013) yang menyebutkan
tentang leverage yang memiliki pengaruh positif dalam mempengaruhi keputusan transfer pricing.
Cara kerja pemberian bonus merupakan bentuk asperiasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk para manajer atau direksi
yang telah membuktikan kinerja yang lebih dan memberikan keuntungan yang begitu besar melewati target yang telah ditetapkan.
Cara kerja pembagian bonus yang diperhitungkan ini menerapkan Indeks Trend Laba Bersih (ITRENDLB) sebagai pembanding
keuntungan bersih tahun t dilakukan pembagian keuntungan bersih tahun t-1.
Perusahaan umumnya menerapkan sistem penyerahan bonus agar memotivasi kinerja karyawan dan pada dasarnya
perusahaan menginginkan target yang mesti didapatkan agar para karyawan bisa mendapatkan bonus yang telah disediakan oleh
perusahaan. Saraswati dan Sujana (2017) berpendapat agar memaksimalkan keuntungan, para manajer mesti menyeimbangi
peraturan akuntansi yang telah dilaksanakan demi mendapatkan bonus yang akan diberikan oleh pemiliki perusahaan.
Seandainya bonus yang didapatkan dikarenakan perolehan pencapaian keuntungan perusahaan diharapkan para manajer dapat
meningkatkan laba yang diinformasikan menggunakan praktik transfer pricing.

67
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

Para pemegang perusahaan akan memperhitungkan capaian target keuntungan perusahaan secara menyeluruh dalam
melakukan penilaian prestasi kinerja para direksi. Laba perusahaan yang semakin meningkat secara menyeluruh maka semakin
tinggi pula penghargaan yang didapatkan oleh para direksi dari para pemilik perusahaan. Pendapat ini sama dengan kajian yang
pernah dikerjakan Hartati, Desmiyawati, dan Julita (2015) dan menyimpulkan bahwa cara kerja pemberian bonus memiliki
pengaruh positif untuk keputusan transfer pricing.
Proses pengukuran pada perusahaan adalah suatu tindakan yang mana untuk mengetahui ukuran besar atau kecil pada
perusahaan menggunakan logaritma natural dari semua total kekayaan. Menurut Richardson, Taylor, dan Lanis (2013)
perusahaan yang memiliki omset besar lebih mengarahkan untuk menggunakan praktik transfer pricing. Transaksi yang
diterapkan perusahaan tidak terikat dengan segala aspek perpajakan yang mana perusahaan besar lebih ke arah menerapkan
transaksi lebih dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika membandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar
bisa mendapatkan laba datri transfer pricing agar bisa menimalisir pajak terutang perusahaan. Pendapat ini sependapat dengan
kajian yang dilaksanakan Richardson, Taylor, dan Lanis (2003) yang menyebutkan penilaian perusahaan mempunyai peran
dalam mengarahkan ke arah positif untuk pengambil putusan transfer pricing.
Dari hasil kajian teroritis yang telah diungkapkan maka hipotesis yang ada pada penelitian yaitu sebagai berikut:
H1: Pajak yang memiliki pengaruh positif dalam menentukan keputusan transfer pricing.
H2: Profitabilitas yang memiliki pengaruh positif dalam menentukan keputusan transfer pricing.
H3: Tunneling incentive yang memiliki pengaruh positif dalam menentukan keputusan transfer pricing
H4: Leverage yang memiliki pengaruh positif dalam menentukan keputusan transfer pricing.
H5: Mekanisme dalam pemberian bonus yang memiliki peran dalam memberi pengaruh positif dalam menentukan
keputusan transfer pricing.
H6: Ukuran perusahaan yang memiliki pengaruh positif dalam menentukan keputusan transfer pricing

3. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan merode dengan mendapatkan data sekunder yang membantu penelitian berasal dari administrasi
tahunan dan adminsitrasi keuangan dari media resmi milik Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Tahapan penelitian
yang dilaksanakan hanya kepada perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang resmi tercatat pada BEI pada tahun 2014-
2018. Sample yang didapatkan adalah 59 perusahaan dengan menerapkan metode purposive sampling yang menunjukkan
karakteristik dalam memperoleh sampel adalah badan yang mendapatkan Initial Public Offering (IPO) sebelum tahun 2014.
Perusahaan yang dikontrol perusahaan lain dengan persentase pemilikan saham 20% atau lebih. PSAK No. 15 menyebutkan
perihal pengaruh besar yang dipunyai oleh pemilik saham yaitu 20% atau lebih dari itu, dan perusahaan tidak memiliki masalah
hingga menyebabkan rugi hingga periode dilakukan pengamatan. Penyelidikan data yang dilaksanakan menerapkan analisis
regresi logistik. Penggunaan variabel dependen pada analisis adalah variabel dummy.

4. Hasil dan Pembahasan

Perusahaan yang diteliti sebanyak 59 perusahaan di bidang manufaktur dan memang sudah terdaftar secara resmi pada BEI
dengan tahun penyelidikan yang diambil dari tahun 2014-2018. Kajian dan hasil penelitian ini dapat diketahui:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Effective tax rate, ROA, tunneling incentive, leverage, mekanisme penyaluran bonus, dan pengukuran perusahaan
yang ada pada statistik desktiptif diketahui:

Tabel 1. Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


ETR 295 -5,5484 ,9712 ,241881 ,3979304
ROA 295 ,0282 52,6704 8,593457 8,7083307
TunnelingI 295 20,7900 98,1800 54,579881 21,7053486
Leverage 295 ,0692 ,8888 ,410586 ,1814661
MekanismeB 295 -,9883 53,7286 1,471533 3,4812970

68
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

UkuranP 295 25,62 33,47 28,7098 1,66429


Valid N (listwise) 295
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020

Hasil output di Tabel 1 menampilkan statistik deskriptif dengan variabel yang diperiksa dalam penelitian. Rata-rata ETR
adalah sebesar 24,19 persen, rata-rata ROA adalah sebesar 8,59 persen, rata-rata tunneling incentive yaitu sebesar 54,58 persen,
rata-rata leverage adalah sebesar 41,06 persen, rata-rata mekanisme pemberian bonus yaitu sebanyak 1,47 persen, dan rata-rata
ukurannya adalah sebesar 28,71 persen.
Berikut adalah statistik deskriptif dari pengambil keputusan transfer pricing pada perusahaan yang bergerak di bidang
Manufaktur di BEI disajikan pada Tabel 2:

Tabel 2. Keputusan Transfer Pricing

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid tidak ada indikasi TP 44 14.9 14.9 14.9
ada indikasi TP 251 85.1 85.1 100.0
Total 295 100.0 100.0
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020

Statistik deskriptif menunjukkan bahwa sebesar 85,1 persen dari total pengamatan melakukan transaksi transfer pricing
dan sebesar 14,9 persen dari total pengamatan tidak melakukan transaksi transfer pricing. Hal ini menampilkan Perusahaan
Manufaktur yang menjadi sampel cenderung menerapkan praktik transfer pricing.

2. Pengujian Asumsi Klasik


Pengujian dilaksanakan untuk mengetahui uji multikolinearitas yang ditampilkan pada Tabel 3:

Tabel 3. Uji Multikolinearitas


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -1,547 ,327 -4,736 ,000
ETR -,092 ,047 -,103 -1,976 ,049 ,998 1,002
ROA ,005 ,002 ,123 2,152 ,032 ,821 1,218
TunnelingI -,001 ,001 -,059 -1,044 ,297 ,835 1,197
Leverage ,304 ,106 ,155 2,874 ,004 ,930 1,076
MekanismeB ,003 ,005 ,030 ,582 ,561 ,993 1,007
UkuranP ,080 ,012 ,374 6,932 ,000 ,928 1,078
a. Dependent Variable: TP
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020

Uji multikolinearitas menampilkan bahwa tidak adanya adanya hubungan yang besar antar variabel penelitian. Hal ini
menampilkan bahwa variabel ETR, ROA, dan tunneling incentive, leverage, mekanisme bonus, dan ukuran perusahaan tidak
terdapat permasalahan multikolinearitas.

3. Analisis Regresi Logistik

Berikut disajikan perbandingan -2LogL awal dan -2LogL akhir:

69
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

Tabel 4. Perbandingan -2logl Awal Dan Akhir

-2Log Likelihood awal 248,529


-2Log Likelihood akhir 153,940
Sumber: Data Olahan, 2020

Nilai -2LogL awal yaitu sebesar 248,529. Sesudah memasukkan kelima variabel independen, nilai -2LogL berubah jadi
sebesar 153,940 di mana terjadi penurunan sebesar 94,589. Artinya penambahan variabel independen pajak, profitabilitas,
tunneling incentive, leverage, mekanisme pemberian bonus, dan ukuran perusahaan kedalam model memperbaiki model fit.
Uji Hosmer and Lemeshow Test bisa diperhatikan pada Tabel 5:

Tabel 5. Hasil Uji Hosmer And Lemeshow Test

Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 8,275 8 ,407
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020

Hasil Chi-square yang diperoleh dengan Hosmer and Lemeshow Test adalah sebesar 8,275 dan signifikan pada 0.407
menunjukkan lebih besar dari 0,05. Hasil output menunjukkan model disebutkan fit dan model dapat diterima.
Hasil dari pengujian koefisien determinasi dapat diperhatikan pada Tabel 6:

Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 153,940a ,274 ,482
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020

Hasil yang didapatkan berdasarkan uji Nagelkerke R Square yaitu 0,482. Maksudnya adalah variabilitas variabel
dependen bisa dijabarkan oleh variabilitas variabel independen dengan angka 48,2 persen sisanya 51,8 persen diterangkan oleh
variabel lain selain yang dilakukan pada penelitian ini.

Perkiraan dari perusahaan yang tidak melaksanakan transfer pricing pada angka susunan 52,3%, dibandingkan prediksi
perusahaan yang melaksanakan transfer pricing dengan angka susunan 97,%. Jadi semua penetapan klasifikasi di angka 90,8%.
Berikut ini disajikan tabel klasifikasi pada Tabel 7:

Tabel 7. Tabel Klasifikasi

Classification Tablea
Predicted
TP
Observed tidak ada indikasi TP ada indikasi TP Percentage Correct
Step 1 TP tidak ada indikasi TP 23 21 52,3
ada indikasi TP 6 245 97,6
Overall Percentage 90,8
a. The cut value is ,500
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020
Hasil dari uji prediksi/hipotesis yang ditampilkan pada Tabel 8:

70
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a ETR -2,345 1,259 3,471 1 ,062 ,096
ROA ,060 ,042 2,052 1 ,152 1,062
TunnelingI -,014 ,010 2,017 1 ,156 ,986
Leverage 3,212 1,388 5,351 1 ,021 24,817
MekanismeB ,025 ,109 ,053 1 ,818 1,026
UkuranP 1,372 ,258 28,290 1 ,000 3,942
Constant -36,592 6,919 27,968 1 ,000 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: ETR, ROA, TunnelingI, Leverage, MekanismeB, UkuranP.
Sumber: Hasil Output SPSS 22, 2020

Berdasarkan Tabel 8, dipahami adanya kesamaan regresi logistik pada penelitian ini yaitu:
TP
Ln = -36,592 - 2,345ETR + 0,060ROA - 0,014TI + 3,212Lev + 0,025MB + 1,372UP + e
1-TP

Hasil uji prediksi/hipotesis menampilkan pajak mempunyai angka nilai koefeisien regresi negatif di angka tinggi yaitu
2,345 dan tingkatan pentingnya di angka 0,062 yang mana angka nilainya lebih besar dari 0,05 yang artinya pajak tidak memiliki
pengaruh kepada keputusan transfer pricing. Pajak yang tidak mempunyai peran kepada keputusan transfer pricing dikarenakan
tidak menerapkan kegiatan tax planning demi bisa mengurangi beban pajak serendah mungkin dari aturan pajak yang telah
ditetapkan. Peraturan perpajakan memiliki kaitan kepada transfer pricing yang mana wajib setiap tindakan dilakukan menurut
arm’s length principle (prinsip kewajaran). Penelitian ini menunjukkan perbedaan pendapat pada penilaian yang telah
dilaksanakan oleh Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma, akan tetapi memiliki pendapat yang sependapat kajian yang telah
dilaksanakan oleh Mispiyanti (2015) tentang pajak yang tidak ada pengaruh di keputusan transfer pricing.
Pengujian ini menghasilkan hipotesis yang menampilkan profitabilitas mempunyai nilai koefisein regresi positif di angka
0,060 dan tingkat signifikansinya di angka 0,152 menunjukkan lebih tinggi dari 0,05. Artinya profitabilitas tidak memiliki
pengaruh pada keputusan transfer pricing. Itu disebabkan perusahaan yang memiliki profitabiltas yang besar menampilkan
bahwa bisa memberikan keuntungan yang besar dan melakukan kewajiban dengan membayar pajak di angka yang sepadan
terhadap apa yang telah diatur. Pada penelitian ini tidak memberi dukungan kepada penelitian yang telah dilaksanakan oleh Ilmi
dan Prastiwi (2020) yang mana menunjukkan pajak tidak memiliki pengaruh pada keputusan transfer pricing.
Hasil dari test hipotesis menunjukkan tunneling incentive mempunyai nilai koefisien regresi negatif di angka -0,013 dan
tingkat yang penting di angka 0,156 yang besarannya memiliki kelebihan tinggi di angka 0,05 yang artinya tunnelling incentive
tidak ada pengaruh pada keputusan transfer pricing. Hal tersebut dikarenakan tranparansi informasi laporan keuangan yang lebih
jelas dan aturan yang diperbaiki menjadi lebih baik yang akhirnya kepentingan para kelompok pemegang saham minoritas
menjadi terlindungi dan kelompok pemegang saham mayoritas tidak arogan menggunakan hak kendali yang ada pada mereka
untuk menggunakan transfer pricing yang nanti dapat memberikan efek rugi kepada para pemilik saham yang lebih sedikit.
Penelitian ini membuktikan bahwa tidak setuju dengan kajian yang telah dilaksanakan Mispiyanti akan tetapi sama dengan hasil
kajian yang dilaksanakan Rosa, Andini, dan Raharjo (2017) yang menyebutkan tunneling incentive tidak memiliki penguruh
pada putusan transfer pricing.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa leverage mempunyai nilai koefisien regresi positif di angka 3,212 dan tingkat
signifikansinya di angka 0,021 yang mana artinya angkanya lebih kecil dari 0,05 menunjukkan leverage memiliki pengaruh yang
kearah positif pada putusan transfer pricing. Hal tersebut dikarenakan perusahaan menggunakan praktik transfer pricing agar
bisa meningkatkan leverage pada perusahaan yang menyebabkan beban bunga perusahaan semakin meningkat hingga dapat
mengurangi beban pajak yang mestinya dibayar oleh perusahaan. Hasil kajian ini memiliki pemahaman yang sependat dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh Cahyadi dan Noviari (2018).
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa peraturan tentang pemberian bonus mempunyai nilai koefisien regresi positif di
angka 0,023 dan tingkat signifikansi di angka 0,819 yang berarti lebih tinggi dari 0,05 yang artinya aturan aturan pemberian
bonus tidak berpengaruh kepada keputusan transfer pricing. Dikarenakan pengawasan yang dilaksanakan oleh para orang yang
memiliki perusahaan yang baik dan dibentuknya komite audit yang bisa mencari kecurangan, kesalahan, dan celah yang bisa
dimanfaatkan oleh para manajemen perusahaan. Hasil ini berbeda dengan kajian yang dilaksanakan Hartati, Desmiyawati, dan

71
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

Julita akan tetapi memiliki pendapat yang sama dengan kajian yang dilaksanakan Saraswari dan Sujana (2017) yang berpendapat
bahwa aturan pemberian bonus tidak memiliki peran pada keputusan transfer pricing.
Hasil uji hipotesis menunjukkan besaran perusahaan mempunyai nilai koefisien regresi positif di angka 1,372 dan tingkat
signifikan di angka 0,000 yang artinya nilainya lebih rendah dari 0,05 yang artinya besaran sebuah perusahaan mempunyai peran
positif untuk keputusan transfer pricing. Hal tersebut membuktikan bahwa besaran ukuran perusahaan mempunyai lebih banyak
agenda bisnis dan tansaksi yang membahas keuangan dan itu memberi dampak yang tinggi kepada perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan transfer pricing. Hasil penelitian yang dilakukan ini memiliki pemahaman yang sependapat penelitian
yang telah dilaksanakan oleh Richardson, Taylor, dan Lanis (2013).

`5. Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini melakukan uji yang mempengaruhi pajak, profitabilitas, tunneling incentive, leverage, mekanisme bonus,
dan ukuran perusahaan dalam menentukan transfer pricing kepada objek penelitian perusahaan di bidang manufaktur yang telah
terdata secara legal di BEI dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Hasil penelitin membuktikan bahwa pajak, profitabilitas,
tunneling incentive, dan mekanisme bonus tidak memiliki pengaruh pada keputusan transfer pricing beda dengan leverage dan
besaran perusahaan mempengaruhi ke arah positif kepada keputusan transfer pricing.
Penelitian ini membuktikan koefiseien determinasi di angka 48,2%. Ada 51,8% variabel indipenden lainnya yang bukan
bagian model penelitian ini yang bisa jadi ada pengaruh pada keputusan transfer pricing. Pada penelitian berikutnya bisa
melibatkan variabel independen lain seperti intangible assets dan penelitian berikutnya diharapkan memanfaatkan objek
penelitian di sektor lain atau bisa memperluas jangkauan objek penelitian yang akan dimanfaatkan untuk penelitian sehingga
memendapatkan hasil penelitian dan kesimpulan yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Borkowski, Susan C., dan Mary A. Gaffney. 2012. FIN 48, Uncertainty and Transfer Pricing: (Im) Perfect Together. Journal of
International Accounting, Auditing dan Taxation, vol. 21, hal.32-51.
Cahyadi, Anisa Sheirina, dan Naniek Noviari. 2018. Pengaruh Pajak, Exchange Rate, Profitabilitas, dan Leverage Pada
Keputusan Melakukan Transfer Pricing. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 24, hal. 1441-1473.
Chen, Yunsen, Yutao Wang, dan Le Lin. 2014. Independent Directors’ Board Networks and Controlling Shareholders’
Tunneling Behavior. China Journal of Accounting Research, vol. 7, hal. 101-118.
Clausing, Kimberley A. 2003. Tax-motivated Transfer Pricing and US Intrafirm Trade Price. Journal of Public Economics, 87,
hal. 2207-2223.
Hartati, Winda., Desmiyawati, dan Julita. 2015. Tax Minimization, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap
Keputusan Transfer Pricing Seluruh Perusahaan yang Listing di BEI. Simposium Nasional Akuntansi XVIII.
Huda, Mokhamad K., Ninis Nugraheni, dan Kamarudin Kamarudin. 2017. The Problem of Transfer Pricing in Indonesia
Taxation System. International Journal of Economics and Financial Issues, vol.7, no.4, hal.139-143.
Ilmi, Fahimatul, dan Dewi Prastiwi. 2020. Pengaruh Profitabilitas, Inovasi Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Transfer Pricing Aggressiveness. Jurnal Akuntansi Unesa, Vol.8, No.2, hal.1-9.
Mispiyanti. 2015. Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing. Jurnal
Akuntansi & Investasi, Vol.16, hal.62-73.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat & Rekayasa. Jakarta: Salemba Empat.
Mutamimah. Tunneling atau Value Added Dalam Strategi Merger dan Akuisisi di Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan
Terapan, No. 2, 2009.
Pohan, Chairil Anwar. 2018. Pedoman Lengkap Pajak Internasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
RI., Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2013 Tentang Pedoman Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak Yang
Mempunyai Hubungan Istimewa.
__________. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/ PMK.03/ 2016 Tentang Jenis Dokumen Dan/Atau
Informasi Tambahan Yang Wajib Disimpan Oleh Wajib Pajak Yang Melakukan Transaksi Dengan Para Pihak Yang
Mempunyai Hubungan Istimewa, Dan Tata Cara Pengelolaannya.

72
F. Louw. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 64-73

__________. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Rego, Sonja Olhoft. 2003. Tax-Avoidance Activities of U.S. Multinational Corporation. Contemporary Accounting Research,
Vol. 20, No. 4, hal. 805-833.
Richardson, Grant, Grantley Taylor, dan Roman Lanis. 2013. Determinants of Transfer Pricing Aggressiveness: Empirical
Evidence from Australian Firms. Journal of Contemporary Accounting & Economics, Vol. 9, hal. 136-150.
Rosa, Ria, Rita Andini, dan Kharis Raharjo. 2017. Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, Mekanisme Bonus, Debt Covenant,
dan Good Corperate Governance (GCG) Terhadap Transaksi Transfer Pricing.
Rossing, Christian Plesner. 2013. Tax Strategy Control: The Case of Transfer Pricing Tax Risk Management. Management
Accounting Research, vol. 24, hal. 175-194.
Saraswati, Gusti Ayu R.S., dan I Ketut Sujana. 2017. Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling Incentive Pada Indikasi
Melakukan Transfer Pricing. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 19.2, hal. 1000-1029.
Universitas Widya Dharma. 2020. Pedoman Penulisan Skripsi, edisi revisi kesembilan. Pontianak: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Widya Dharma.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wang, Kun, dan Xing Xiao. 2011. Controlling Shareholders’ Tunneling and Executive Compensation: Evidence from China. J.
Account. Public Policy, Vol. 30, hal. 89-100.
Yao, Jen-Te. 2013. The Arm’s Length Principle, Transfer Pricing, and Location Choices. Journal of Economics and Business,
Vol. 65.
Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, Made Gede Wirakusuma. 2012. Pengaruh Pajak dan Tunneling Incentive pada
Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi Unikal XV.

73

You might also like