Jurnal Seni Tari

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

JURNAL SENI TARI

ESTETIKA TARI PATTU’DU TOMMUANE DI KECAMATAN BANGGAE


KABUPATEN MAJENE
Huldia Syahbuddin1, Rahma2, Selfiana Saenal3
123
Program Studi Seni Tari, Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni dan Desain Email:
1
Huldiasyahbuddin19@gmail.com

ABSTRACT

Huldia Syahbuddin 2021, Aesthetics of the Pattu'du Tommuane Dance in the District of
Banggae, Majene Regency. This study aims to describe: 1) The integrity of the Pattu'du Tommuane
Dance in the District of Banggae, Majene Regency, namely in terms of (a) its compact movement and
the movement of attacking each other. (b) a floor pattern that uses two straight rows of floor patterns
facing each other to attack each other. (c) music accompaniment de'de pellamba which means music
will accompany the dancers from beginning to end. (d) the costumes used by the dancers are alang
pants without a shirt. (e) the properties used are shields and spears as symbols of war. (2) The
prominence of the Pattu'du Tommuane Dance in the District of Banggae, Majene Regency, we can see
in part (a) the prominent motion is when attacking each other (b) the gong and drum instruments sound
more prominent and create an atmosphere of war. (c) the color of the pants (blue) that stands out and
does not wear a costume. (3) The balance of the Pattu'du Tommuane Dance in the District of Banggae,
Majene Regency, can be seen from the element (a) the motion looks balanced because the number of
dancers is even so it looks neat. (b) Always use a balanced floor pattern. (c) accompaniment music
used by de'de pellamba to accompany the dance from beginning to end. (d) To support the most
prominent appearance, namely the accessories used by Tombi sare-sare, tombi tallu, teppang bobo,
kawari and passapu or petuyu'ulu (e) the place where the Pattu'du Tommuane Dance is performed on
the arena or open stage.

Keywords: Aesthetics, Pattu'du Tommuane Dance

ABSTRAK

Huldia Syahbuddin 2021, Estetika Tari Pattu’du Tommuane di Kecamatan Banggae


Kabupaten Majene. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: 1) Keutuhan Tari Pattu’du Tommuane
di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, yaitu dari segi (a)gerakannya yang rampak dan gerakan
saling menyerang. (b)pola lantai yang digunakan dua baris pola lantai lurus kesamping saling
berhadapan untuk saling serang satu sama lain. (c)musik iringan de’de pellamba yang artinya musik
akan mengiringi penari dari awal hingga akhir. (d)kostum yang digunakan penari adalah celana alang
tanpa baju.(e)properti yang digunakan adalah tameng dan tombang sebagai simbol peperangan.
(2)Penonjolan Tari Pattu’du Tommuane di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, dapat kita lihat
pada bagian (a)gerak menonjol adalah ketika saling serang menyerang (b) instrument gong dan
gendang terdengar lebih menonjol dan memunculkan suasana peperangan. (c) warna celana (biru)
yang terlihat menonjol dan tidak menggunakan kostum baju. (3)Keseimbangan Tari Pattu’du
Tommuane di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, dapat dilihat dari element (a)gerak terlihat
seimbang karena penari berjumlah genap sehingga terlihat rapih. (b)Selalu menggunakan pola lantai
yang seimbang. (c)musik iringan yang di gunakan de’de pellamba yang untuk mengiringi tari dari
awal hingga akhir. (d) Sebagai penunjang penampilan yang paling menonjol yakni aksesoris yang
digunakan Tombi sare-sare, tombi tallu, teppang bobo, kawari dan passapu atau petuyu’ulu (e)tempat
pertunjukan Tari Pattu’du Tommuane di panggung arena atau terbuka.

Kata Kunci: Estetika, Tari Pattu’du Tommuane

PRELIMINARY

[1]
JURNAL SENI TARI

The art of dance as one of the elements of the nation's culture is one form of art that must be
maintained and preserved in the era of globalization as it is today. The art of dance which has the
movements and characteristics of each region is followed by supporting factors so that these
differences are created, one of which is social influence, geographical location, religion and various
kinds of things that are dominant. As is the case with the Pattu'du dance originating from the West
Sulawesi area. Beauty or Aesthetics is understood as something that discusses beauty, beauty in the
form of God's creation such as nature and everything in it that makes a person feel amazed by the
beauties that have been created by God. Also the beauty that comes from human creations such as
paintings, handicrafts, songs and dances that have beauty values in them.

Dance aesthetics are an inseparable part of society, the beauty of dance is not only harmony in body
movements, space and music. For this reason, aesthetics is seen as very necessary in the creation of
traditional, modern dance works and even dances that have genres such as classical, contemporary
and others. In this study, aesthetics was used to research the Pattu'du Tommuane dance on the
Mandar tribe in West Sulawesi.

The Mandar tribe is one of the largest ethnic groups in West Sulawesi. In addition to the Bugis,
Makassar and Toraja tribes, the Mandar tribe is also widely spread in South Sulawesi. Not much
different from its neighboring Bugis tribe, the Mandar tribe also has the characteristics of being a
formidable tribe at sea. In addition, the main livelihood of the population is as fishermen, just like
other tribes in Indonesia, the Mandar tribe also has a culture that is no less interesting, ranging from
government procedures, food, clothing, holiday celebrations, sacred traditional ceremonies, and
various a tradition that still exists today. Like one of the religious ceremonies sayyang pattu'du in
West Sulawesi Province, precisely in Majene Regency, Banggae is one of the sub-districts in Majene
Regency, West Sulawesi Province which until now still maintains the aesthetics of the Pattu'du
Tommuane dance which is always displayed in various events. culture in the region.

Pattu'du dance which is a dance that originates from a ceremony of worship and respect for the Ruler
/ King. Pattu'du in the past was only performed at official royal ceremonies, such as at the
inauguration ceremony of the King, the marriage ceremony of the King's son or daughter, the son's
circumcision ceremony. or the King's Daughter, and other official Royal ceremonies. The
presentation of Pattu'du at that time was initially performed in an open arena but over time, this dance
was also performed on the proscenium stage and underwent changes in terms of form and function.
Pattu'du in Mandar according to the gender of the dancers consist of Pattu'du Towaine (female) and
Pattu'du Tommuane (male). (Noor and Ahmad,

2005:18).

Pattu'du dance as part of the traditional dance of the Mandar tribe in West Sulawesi, has been
performed many times at various events. Likewise, students and dance observers who raise and write
empirically about the background of the birth of the Pattu'du dance, the form of presentation of the
Pattu'du dance. But on the other hand, there is still a lack of information about the Pattu'du
Tommuane dance, especially from the aesthetic point of view of the Pattu'du Tommuane dance.
Starting from the description above, the researchers as the next generation, are interested in knowing
more deeply through scientific studies by raising the title Aesthetics of Pattu'du Tommuane Dance in
Banggae District, Majene Regency.

[2]
JURNAL SENI TARI

upacara keagamaan sayyang pattu’du di


PENDAHULUAN Provinsi Sulawesi Barat tepatnya di Kabupaten
Majene, Banggae adalah salah satu kecamatan
Seni tari sebagai salah satu unsur yang ada di Kabupaten Majene Provinsi
kebudayaan bangsa merupakan salah satu Sulawesi Barat yang sampai saat ini masih
bentuk kesenian yang harus dijaga dan menjaga estetika dari tari Pattu’du Tommuane
dilestarikan dalam era globalisasi seperti yang selalu ditampilkan dalam berbagai
sekarang ini. Seni tari yang memiliki acaraacara kebudayaan di wilayah tersebut.
gerakgerak dan ciri khas dari masing-masing Tari Pattu’du yang merupakan tarian
daerah yang diikuti oleh faktor-faktor yang berasal dari upacara pemujaan dan
penunjang sehingga terciptanya perbedaan- penghormatan kepada Penguasa/Raja.Pattu’du
perbedaan tersebut, salah satunya pengaruh pada masa lampau hanya dipergelarkan pada
sosial, letak geografis, agama dan berbagai upacara-upacara resmi kerajaan, seperti pada
macam hal yang bersifat dominan. Seperti upacara pelantikan Raja, upacara perkawinan
halnya dengan tari Pattu’du yang berasal dari Putra atau Putri Raja, upacara sunatan Putra
daerah Sulawesi barat. Keindahan atau Estetika atau Putri Raja, dan upacara resmi Kerajaan
dipahami sebagai sesuatu yang membahas lainnya. Penyajian Pattu’du pada masa itu
tentang keindahan, keindahan yang berupa awalnya dipertunjukan di arena terbuka namun
ciptaan Tuhan seperti alam dan seisinya yang seiring perkembangan zaman, tarian ini juga
membuat seseorang merasa tarpukau dengan dipertunjukkan di panggung proscenium serta
keindahan-keindahan yang telah diciptakan mengalami perubahan-perubahan dari segi
oleh Tuhan. Juga keindahan yang berasal dari bentuk maupun fungsinya. Pattu’du di Mandar
ciptaan manusia seperti karya lukisan, menurut jenis kelamin penarinya terdiri dari
kerajinan tangan, nyanyian dan tarian-tarian Pattu’du Towaine (perempuan) dan Pattu’du
yang memiliki nilai-nilai keindahan Tommuane (laki-laki). (Noor dan Ahmad,
didalamnya. 2005:18).
Estetika tari merupakan bagian tak Tari Pattu’du sebagai bagian dari tari
terpisahkan dari masyarakat, keindahan tari tradisional suku Mandar di Sulawesi Barat,
bukan hanya keselarasan dalam sudah banyak kali ditampilkan pada berbagai
gerakangerakan badan, ruang dan musik. Untuk acara. Demikian juga mahasiswa dan pemerhati
itu estetika dipandang sangat perlu dalam seni tari yang mengangkat dan menulis secara
penciptaan sebuah karya tari tradisional, emperis tentang latar belakang lahirnya tari
modern bahkan tarian yang memiliki gendre Pattu’du, bentuk penyajian tari Pattu’du.
seperti klasik, kontemporer dan lain-lain. Namun disisi lain masih minimnya yang
Dalam penelitian kali ini estetika digunakan mengangkat tentang tari Pattu’du Tommuane
untuk penelitian tari Pattu’du Tommuane pada khususnya dari kacamata estetika tari Pattu’du
suku Mandar yang ada di Sulawesi Barat. Tommuane tersebut. Bertolak dari uraian di
Suku Mandar adalah salah satu etnis atas, maka peneliti sebagai generasi penerus,
terbesar di Sulawesi Barat. Selain Suku Bugis, tertarik untuk mengetahui lebih mendalam
Makassar, dan Toraja, suku Mandar juga melalui kajian ilmiah dengan mengangkat judul
banyak tersebar di Sulawesi Selatan. Tidak Estetika Tari Pattu’du Tommuane di
jauh berbeda dengan suku tetangganya yaitu Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.
Bugis, suku Mandar juga memiliki ciri sebagai
suku yang tangguh di laut. Selain itu mata RESEARCH METHODS
pencaharian utama penduduknya adalah
sebagai nelayan, sama seperti suku-suku
lainnya di Indonesia, suku Mandar juga This type of research is qualitative research.
memiliki kebudayaan yang tidak kalah This method is also referred to as the artistic
menariknya, mulai dari tata cara pemerintahan, method, because the research process is more
makanan, pakaian, perayaan hari besar, upacara artistic (less patterned) and is referred to as an
adat yang sakral, dan berbagai tradisi yang interpretative method (Sugiyono 2016:7).
masih ada hingga saat ini. Seperti salah satu Describing a research result into an article that

[3]
JURNAL SENI TARI

has been selected to be poured into a actors in the dance are 6 men with an average
description form. age of 9-12 who have not yet reached puberty.
According to Mr. Tammalele during the
interview, when in the field the number of
dancers must be even, because there are
The data that has been collected from library
movements of attacking and parrying each
sources related to the Pattu'du Tommuane
other so that the Pattu'du Tommuane Dance is
Dance, field observations and interviews with
required to have an even number.
resource persons will be analyzed and then
reduced again. And described in the form of a
description in order to get a clear picture of the
aesthetics of the Pattu'du Tommuane dance in So far, the Pattu'du Tommuane Dance does not
the Banggae sub-district, Majene district. have the name of a variety of movements
because the movements carried out flow to the
beat of the music and if you look closely, this
dance has movements that can be divided into
METODE PENELITIAN
the first and second parts of the movement.
Jenis penelitian ini adalah penelitian The first movement of the Pattu'du Tommuane
kualitatif. Metode ini disebut juga sebagai Dance begins with 6 teenage male dancers
metode artistik, karena proses penelitian lebih entering the performance arena by jogging,
bersifat seni (kurang terpola) dan disebut while the right hand holds a spear-shaped wood
sebagai metode interpretative (sugiyono and the left hand holds a shield. The initial
2016:7). Mendeskripsikan sebuah hasil movement is that the dancers come forward
penelitian ke dalam sebuah tulisan yang telah with movements as if they want to spear. then
di seleksi untuk dituangkan ke dalam bentuk the spear and shield are swung right then left
pendeskripsian. then the right hand swings the spear down and
Data yang telah terkumpul dari the left hand swings the shield up. Then the
sumbersumber pustaka yang berkaitan dengan dancer swings the shield and spear in front of
Tari Pattu’du Tommuane, observasi dilapangan the chest straight with the shoulders then
dan wawancara bersama narasumber akan spreads the arms and takes one step back while
dianalisis kemudian di reduksi kembali. Serta jumping, the right hand lifts the spear above
dideskripsikan dalam bentuk uraian agar the shoulder and the left hand is brought
mendapat gambaran yang jelas tentang estetika forward like a movement to deflect the
tari Pattu’du Tommuane di kecamatan opponent this movement is then repeated 5
Banggae, kabupaten Majene. times according to the direction face in one
type of floor pattern.

RESULTS AND DISCUSSION


The second movement is rotating towards the
Research result right, both hands holding the spear and shield
are then swung from right to left, this
Form movement is repeated 3 times until they are
facing each other. The dancers face each other
Tommuane in Banggae District, Majene 3 in front and 3 behind, then walk until they are
Regency. facing each other with the right hand lifting the
spear over the shoulder and the left hand
The presentation of the Pattu'du Tommuane
holding the shield in a position ready to
Dance contains a general description of the
withstand attacks and attack positions. This
dance such as the dancer or performer, variety
movement depicts as if they are carrying out a
of movements, floor patterns, musical
war in which the movement is seen attacking
accompaniment, costumes, accessories, make-
each other. This movement is done 2 times
up, property and stage performances. Pattu'du
repetition.
Tommuane means male. Where the main

[4]
JURNAL SENI TARI

wawancara, ketika berada di lapangan jumlah


penari diharuskan genap, sebab adanya gerakan
There are several kinds of floor patterns used, saling menyerang dan menangkis sehingga
namely a circular floor pattern, one straight pada Tari Pattu’du Tommuane diharuskan
row to the side, two straight rows back, berjumlah genap.
alternating floor patterns (zig-zag) and a v- Sejauh ini Tari Pattu’du Tommuane tidak
shaped floor pattern at the end of the show. memiliki nama ragam gerak karena gerakan
Where the show uses an arena stage that can be yang dilakukan mengalir mengikuti ketukan
seen from all sides. musik dan jika diperhatikan tarian ini memiliki
gerak yang bisa dibedakan menjadi bagian
gerak pertama dan kedua. Gerak pertama Tari
This dance uses a combination of music (vocal Pattu’du Tommuane di awali dengan 6 orang
and instrumental) which is still traditional penari laki-laki remaja masuk ke arena
instrumental, namely drums, calungs, puik- pertunjukan dengan berlari-lari kecil,
puik and gongs, each of which contrasts sedangkan tangan kanan memegang kayu yang
between instruments and dynamic movements. berbentuk tombak dan tangan kiri memegang
tameng. Gerakan awal yaitu penari maju
kedepan dengan gerakan seolah-olah mau
menombak. kemudian Tombak dan tameng
As for make-up and clothing, the make-up in diayunkan kekanan lalu kekiri kemudian tangan
this dance is only limited to emphasizing facial kanan mengayunkan tombak ke bawah dan
lines to make it look fresher and the clothes in tangan kiri mengayunkan tameng ke atas.
the show, the dancers only wear blue knee- Kemudian penari mengayunkan tameng dan
length shorts and don't wear tops, only go bare- tombak kedepan dada lurus dengan bahu
chested as a characteristic of the Pattu'du kemudian membentangkan tangan dan mundur
Tommuane dance in general. As a support for satu langkah sambil lompat, tangan kanan
the most prominent appearance, the accessories mengangkat tombak ke atas bahu dan tangan
used are Tombi sare-sare, tombi tallu, teppang kiri dimajukan ke depan seperti gerakan
bobo, kawari and passapu or petuyu'ulu. And menagkis lawan gerakan ini kemudian di ulang
don't miss the spears and shields that faithfully kembali sebanyak 5 kali sesuai dengan arah
accompany the dancers when the Pattu'du hadap dalam satu jenis pola lantai.
Tommuane show begins on the open stage. Gerakan kedua iyalah berputar kearah
kanan, kedua tangan yang memegang tombak
dan tameng kemudian diayunkan dari kanan ke
HASIL DAN PEMBAHASAN kiri, gerakan ini diulang sebanyak 3 kali sampai
saling berhadapan. Penari saling berhadapan
Hasil Penelitian masing-masing 3 di depan dan 3 di belakang,
lalu berjalan hingga saling berhadapan dengan
Bentuk Penyajian Tari Pattu’du tangan kanan mengangkat tombak ke atas bahu
dan tangan kiri memegang tameng dengan
Tommuane di Kecamatan Banggae,
posisi siap menahan serangan dan posisi
Kabupaten Majene.
menyerang. Gerakan ini menggambarkan
seolah-olah sedang melakukan peperangan
Penyajian Tari Pattu’du Tommuane
yang di mana pada gerakan tersebut terlihat
berisi tentang gambaran umum dari tarian
saling menyerang satu sama lain. Gerakan ini
tersebut seperti Penari atau pelaku, ragam
dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan.
gerak, pola lantai, musik iringan, kostum,
Pola lantai yang digunakan ada beberapa
aksesoris, make up, properti dan panggung
macam yaitu pola lantai berbentuk lingkaran,
pertunjukan. Pattu’du Tommuane berarti
satu baris lurus kesamping, dua baris lurus
lakilaki. Dimana pelaku utama dalam tarian
kebelakang, pola lantai selang seling (zig-zag)
tersebut adalah laki-laki yang berjumlah 6
dan pola lantai berbentuk v di akhir
orang dengan usia rata-rata 9-12 yang belum
pertunjukan. Dimana pertunjukan tersebut
baligh. Menurut bapak Tammalele saat

[5]
JURNAL SENI TARI

menggunakan panggung arena yang dapat which is circular like being surrounded and the
dilihat dari segala sisi. two rows of floor patterns are straight sideways
Tarian ini menggunakan musik gabungan facing each other to attack each other as in a
(vocal dan instrumental) instrumental yang position when fighting and create a relationship
digunakan masih bersifat tradisional yaitu that complements each other. so that it looks
gendang, calung, puik-puik dan gong yang untidy and creates a depiction of the
masing-masing kontras antara instrumen dan atmosphere of war. Through the traditional
gerak yang dinamis. instruments contained in the Pattu'du
Adapun rias dan busana, riasan dalam Tommuane Dance, it is played smoothly and is
tarian ini hanya sebatas pempertegas garisgaris heard to have very distinctive beats on each
wajah agar terlihat lebih segar dan busana sound. Where occasionally the sound of the
dalam pertunjukkannya penari hanya drum is required to be more prominent because
menggunakan celana pendek selutut berwarna the local community believes that the sound
biru dan tidak mengenakan baju atasan hanya produced by the beating of the drum can burn
bertelanjang dada sebagai ciri tari Pattu’du the spirit of the soldiers so that it looks unified
Tommuane pada umumnya. Sebagai penunjang and in sync with one another. Not only that,
penampilan yang paling menonjol yakni the costumes used also look intact and become
aksesoris yang digunakan Tombi sare-sare, one unit because the dancers simultaneously
tombi tallu, teppang bobo, kawari dan passapu wear alang pants costumes, where the use of
atau petuyu’ulu. Serta tidak ketinggalan tombak costumes in the Pattu'du Tommuane Dance is
dan tameng yang setia menemani penari dikala adjusted to the dance theme, namely the theme
pertunjukan Pattu’du Tommuane dimulai di of war. The unity that appears in the use of this
panggung terbuka. property can be seen from the tools used,
namely the spear used to attack and the shield
used to restrain so that the function of these
Aesthetics of Pattu'du Tommuane Dance two properties creates a unity that looks intact.
in Banggae District, Majene Regency. Reflecting on events in ancient times when
people fought in open and wide areas, the use
Aesthetics of Dance Pattu'du Tommuane of the venue was adapted to the Pattu'du
using the theory of Djaelantik (1999:3557) Tommuane Dance which is a war dance.
defines that what is called aesthetics is a
science that studies everything related to Dominance, the protrusion that we can
beauty, studying all aspects of what we call see from the Pattu'du Tommuane Dance is
beauty. These three aspects include: motion, when the dancer's attacking and
parrying movements are performed alternately.
Integrity (Unity), the integrity intended While voicing hoi hoi, hoi, hoi shouts, every
in the Pattu'du Tommuane Dance is a time the movement is danced which makes it
combination of several aspects, namely the unique and displays the form of a war image.
integrity of the dancers, motion, musical From the instruments played in the Pattu'du
accompaniment, costumes, property and stage Tommuane show, the sound of drums and
performances. The wholeness that we can see gongs is more prominent or more dominant
from the Pattu'du Tommuane Dance is through than the sound of other musical instruments.
motion, according to a humanist named Mr. Another uniqueness that shows the muscles or
Tammalele where the dancers who dance the the dancer's body as a symbol of war so that the
Pattu'du Tommuane Dance are required to be costumes worn are only shorts or called alang
men and their movements are also a depiction pants and do not use tops.
of war movements such as resisting attacks and
attacking each other which are found in second Balance            (Balance),
part of the movement. Dancers complement
each other as one attacks and the other parries. The balance in motion can be seen from
The same applies to the aspect of the floor the number of dancers that are required to be an
pattern in the Pattu'du Tommuane Dance, even number, namely 6 people, consisting of 3

[6]
JURNAL SENI TARI

people each on each side. In relation to the seperti pada posisi ketika berperang dan
number of dancers mentioned above, the floor menciptakan sebuah hubungan yang saling
design used in the Pattu'du Tommuane melengkapi satu sama lain sehingga nampak
performance is also balanced between one untuh dan menciptakan penggambaran suasana
pattern and another. The spirit of the dancers perang. Melalui instrumen tradisional yang
when they hear the sound of Pattu'du terdapat dalam Tari Pattu’du Tommuane
Tommuane dance accompaniment from the dimainkan secara mengalun dan terdengar
beginning to the end of the performance using memiliki ketukan-ketukan yang sangat khas
beats that are repeated continuously. So that pada setiap bunyian. Dimana sesekali suara
the music that accompanies the Pattu'du gendang diharuskan lebih menonjol sebab
Tommuane Dance remains balanced with the masyarakat setempat percaya bahwa suara yang
movements danced by the dancers. By using dihasilkan dari pukulan gendang dapat
accessories that almost cover the body parts of membakar semangat para prajurit sehingga hal
the dancers who are not wearing costumes, it ini terlihat untuh dan sinkron antara satu
looks balanced with the pants used by the dengan lainnya. Tidak hanya itu, kostum yang
dancers in the dance. The balance also digunakan juga terlihat utuh dan menjadi satu
includes the stage used in the Pattu'du kesatuan karena para penari sacara serentak
Tommuane performance which can be seen menggunakan kostum celana alang, yang
from all sides (the arena) or in the open field in dimana penggunaan kostum pada Tari pattu’du
accordance with war dances in general. tommuane disesuaikan dengan tema tari yaitu
bertemakan peperangan. Kesatuan yang
Estetika Tari Pattu’du Tommuane di nampak pada penggunaan properti ini terlihat
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene. dari alat yang digunakan yaitu tombak yang di
pakai untuk menyerang dan tameng yang
Estetika Tari Pattu’du Tommuane digunakan untuk menahan sehingga fungsi
menggunakan teori dari Djaelantik (1999:3557) kedua properti ini menciptakan suatu kesatuan
mendefinisikan bahwa yang dinamakan estetika yang nampak utuh. Bercermin dari kejadian
adalah suatu ilmu yang mempelajari segala pada zaman dahulu ketika orang-orang
sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, berperang di daerah yang terbuka dan luas
mempelajari semua aspek dari apa yang kita sehingga penggunaan tempat pertunjukan pun
sebut keindahan. ketiga aspek tersebut disesuaikan dengan Tari Pattu’du Tommuane
diantaranya adalah : yang merupakan tarian peperangan.
Keutuhan (Unity), keutuhan yang Penonjolan (Dominance), Penonjolan
dimaksudkan dalam Tari Pattu’du Tommuane yang bisa kita lihat dari Tari Pattu’du
merupakan gabungan beberapa aspek, yaitu Tommuane adalah gerak, ketika gerakan
keutuhan penari, gerak, musik iringan, kostum, menyerang dan menangkis yang dilakukan silih
property dan panggung pertunjukan. Keutuhan berganti oleh penari. Sambil menyuarakan
yang dapat kita lihat dari Tari Pattu’du teriakan hoi, hoi, hoi, setiap kali gerakan
Tommuane melalui gerak, menurut Budayawan tersebut ditarikan yang menjadikannya unik
yang bernama bapak Tammalele dimana penari dan menampilkan wujud dari gambaran
yang menarikan Tari Pattu’du Tommuane peperangan. Dari instrumen yang dimainkan
diharuskan laki-laki dan geraknya pun dalam pertunjukan Pattu’du Tommuane suara
merupakan penggambaran dari gerakan gendang dan gonglah yang lebih menonjol atau
berperang seperti menahan serangan dan saling lebih dominan dibanding suara alat musik
menyerang yang terdapat pada gerakan bagian lainnya. Keunikan lainnya yang
ke dua. Penari saling mengisi ketika yang satu memperlihatkan otot-otot atau tubuh penari
menyerang dan satunya lagi menangkis. Sama sebagai simbol peperangan sehingga kostum
halnya pada aspek pola lantai yang terdapat yang dikenakan hanyalah celana pendek atau
dalam Tari Pattu’du Tommuane yakni disebut dengan celana alang dan tidak
melingkar seperti sedang mengepung dan dua menggunakan atasan.
baris pola lantai lurus ke samping saling Keseimbangan (Balance),
berhadapan untuk saling serang satu sama lain

[7]
JURNAL SENI TARI

Keseimbangan pada gerak dapat terlihat dari presentation above, we can see that the Pattu'du
jumlah penari yang diharuskan berjumlah Tommuane Dance during the Balanipa
genap yakni 6 orang, yang terdiri dari kingdom functioned as a worship dance to the
masingmasing 3 orang pada setiap kubu.dan gods because at that time it still adhered to
terlihat sinkron ketika hendak melakukan animism.
gerakan rampak maupun pada gerakan saling
menyerang. Berelasi dengan jumlah penari The Pattu'du Tommuane dance along with the
tersebut di atas, maka bentuk desain lantai yang development of the times then began to change
digunakan dalam pertunjukan Pattu’du its function into a dish that can be enjoyed by
Tommuane juga seimbang antara pola yang all circles or in the sense that this dance then
satu dengan lainnya. Semangat penari ketika switched functions as an entertainment dance
mendengar suara musik iringan tari Pattu’du and could also be a pick-up dance. Which was
Tommuane dari awal hingga akhir pertunjukan first staged at the porda sul-sel event in Majene
mengguankan ketukan yang berulang secara Regency in 1983. Starting from this, then the
terus menerus. Sehingga musik yang Pattu'du Tommuane Dance, was used as a
mengiringi Tari Pattu’du Tommuane nampang reference every time it was staged until now the
tetap seimbang dengan gerakan yang ditarikan overall form of presentation when it was about
oleh penari. Dengan menggunakan aksesoris to be pulled.
yang hampir menutupi bagian tubuh penari
yang tidak menggunakan kostum tampak The Pattu'du Tommuane Dance is now starting
terlihat seimbang dengan celana yang to experience many changes, starting from the
digunakan oleh penari dalam tarian tersebut. function of the Pattu'du Tommuane Dance
Keseimbangan juga meliputi panggung yang performance to the form of presentation that is
digunakan dalam pertunjukan Pattu’du in the parts of the Pattu'du Tommuane Dance.
Tommuane yang dapat dilihat dari segala sisi Currently, the form of presentation of the
(arena) atau di lapangan terbuka sesuai dengan timmuane dance consists of an even number of
tarian peperangan pada umumnya. male dancers with the age of teenagers, with
attacking movements that are carried out
alternately as if they were at war, as shown in
Research Discussion. the floor pattern used, namely a circle, straight
parallel to the side and back and zigzag. . The
Aesthetics of Pattu'du Tommuane Dance in accompaniment of the Pattu'du Tommuane
Banggae District, Majene Regency. Dance, which used to only use gongs and
drums, has now used keke or puik-puik and
The Pattu'du Tommuane dance, the form of calung. For the use of make-up in this dance,
presentation in the era of the Balanipa no make-up is used and only use shorts called
kingdom, has a form of presentation in which alang pants without clothes. The accessories
the male dancers dance the war dances for the Pattu'du Tommuane dance consist of a
mentioned in the previous statement, for the red triangular head tie called Passapu' or in
floor pattern in this dance only uses a floor Mandarin it is called Petuyu' ulu. a necklace
pattern that can be balanced between the right with a rectangular shape of Tombi Sare-sare
and left rows and the pattern of the floor in this and a necklace with 3 layers of gold colored
dance. circular floor, while the musical Tombi Tallu, arm straps, a triangular waist
instruments only use drums and gongs as strap with a red checkered color is also called
musical instruments that accompany the passapu. and the last one is kawari. For its
Pattu'du Tommuane Dance. The costumes properties use spears and shields with an open
used only use reed pants. The make-up used at field performance venue.
that time was still not wearing make-up, so the
dance property did not use spears and shields, Aesthetics of Pattu'du Tommuane Dance using
and only used weapons that existed at that time, theory (A.A.M. Djelantik 1999:35-57). By
while the venue for this dance was usually using the indicator 3 important parts, namely
pulled in an open field. From the form of Unity, Prominence (Dominance) and Balance

[8]
JURNAL SENI TARI

(Balance). The concept of beauty as a work dan kiri serta pola lantai melingkar, sedangkan
created by humans, which obtains the form of untuk alat musiknya hanya menggunakan alat
beauty from the various elements in it. Which musik gendang dan gong sebagi alat music
can lead to a sense of pleasure, satisfaction, yang mengiringi Tari Pattu’du Tommuane.
security and happiness. Where the elements of Kostum yang digunakan hanya menggunakan
beauty in the Pattu'du Tommuane dance can be celana alang. Rias yang digunakan juga pada
found in the elements of the integrity of the zaman itu masih belum mengenakan riasan
Pattu'du Tommuane dance, the prominence of begituun untuk property tari belum
the Pattu'du Tommuane dance, and the balance menggunakan tombak dan tameng hanya
of the Pattu'du Tommuane dance. menggunakan senjata yang ada pada zaman itu
sedangkan untuk tempat pertunjukan pada
Wholeness as a whole from the Pattu'du tarian ini biasanya di tarikan di lapangan
Tommuane dance performance as said by terbuka. Dari bentuk penyajian di atas dapat
djelantik about wholeness where wholeness has kita lihat bahwasnya Tari Pattu’du Tommuane
a relevant relationship between parts does not pada masa kerajaan balanipa yangdifungsikan
mean just a combination or just like that, but sebagai tarian pemujaan kepada para dewadewa
one requires the presence of the other, the parts karena pada zaman itu masih menganut faham
complement each other so that cohesiveness is animism.
established. between one part and another. Tari Pattu’du Tommuane seiring
Meanwhile, the next element in the Pattu'du berkembangnya zaman kemudian mulai beralih
Tommuane dance is the protrusion element, in fungsi menjadi sebuah sajian yang dapat
which the protruding elements are the parts that dinikmali oleh segala kalangan atau dalam
are considered more important than the others, artian tarian ini kemudian beralih fungsi
or we can call them something unique to the sebagai tarian hiburan dan bisa juga sebagai
parts in it that include movement, tarian penjemputan. Yang dimana pertama kali
accompaniment and costumes. dipentaskan pada acara porda sul-sel di
Kabupaten Majene pada tahun 1983. Berawal
The balance in the Pattu'du Tommuane dance dari sinilah kemudian Tari Pattu’du
is found in the movement, floor patterns, Tommuane, di jadikan acuan setiap akan di
accompaniment music, accessories and pentaskan hingga saat ini secara keseluruhan
performance venues. In the parts of the bentuk penyajiannya ketika hendak di tarikan.
Pattu'du Tommuane dance, they are Tari Pattu’du Tommuane sekarang ini
interconnected with each other as a form of mulai mengalami banyak perubahan mulai dari
performance that appears to have a balance that fungsi pertunjukan tari Tari Pattu’du
is in the parts of the Pattu'du Tommuane dance. Tommuane hingga bentuk penyajian yang ada
pada bagian-bagian pada Tari Pattu’du
Tommuane. Sekarang ini bentuk penyajian tari
timmuane yang terdiri dari penari laki-laki
yang berjumlah genap dengan usia reamaja,
dengan gerakan menyerang yang dilakukan
Pembahasan Penelitian. secara bergantian seperti sedang berperang,
seperti yang diperlihatkan pada pola lantai yang
Estetika Tari Pattu’du Tommuane di digunakan yaitu lingkaran, dan lurus sejajar
kesamping dan kebelakang serta zigzag. Musik
Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene.
iringan pada Tari Pattu’du Tommuane yang
Tari Pattu’du Tommuane bentuk dulunya hanya mengunakan gong dan gendang
penyajian pada zaman kaerajaan balanipa ini kini telah menggunakan keke atau puik-puik
memiliki bentuk penyajian yang dimana penari dan calung. Untuk penggunaan make up pada
laki-lakinya menarikan tarian peperangan yang tari ini tdka mengunakan make up dan hanya
ada pada pernyataan sebelumnya, untuk pola mengunakan celana pendek yang disebut celana
lantai pada tari ini hanya menggunakan pola alang tampa baju. Aksesoris Tari Pattu’du
lantai yang dapat seimbang antara baris kanan Tommuane terdiri dari pengikat kepala

[9]
JURNAL SENI TARI

berbentuk segi tiga berwarna merah kotak- keseimbangan yang ada di dalam bagianbagian
kotak yang di sebut Passapu’ atau dalam bahsa pada tari Pattu’du Tommuane.
mandar disebut Petuyu’ ulu. kalung dengan
bentuk segi empat Tombi Sare-sare dan kalung
3 susun yang berwarna emas Tombi Tallu,
pengikat lengan, pengikat pinggang yang
berbentuk segi 3 dengan warna merah kotak-
kotak disebut juga passapu.dan yang terakhir
adalah kawari. Untuk propertinya
menggunakan tombak dan tameng dengan
tempat pertunjukan lapangan terbuka.
Estetika Tari Pattu’du Tommuane Gambar 1.
dengan menggunakan teori (A.A.M. Djelantik Penari dan pemusik Pattu’du Tommuane
(Dokumentasi: Huldia Syahbuddin 11 februari 2021)
1999:35-57). Dengan menggunakan indicator 3 Image 1. Dancer and musician Pattu'du Tommuane
bagian penting yaitu Keutuhan (Unity), (Documentation: Huldia Syahbuddin 11 February
Penonjolan (Dominance) dan Keseimbangan 2021)
(Balance). Konsep keindahan sebagai suatu
CONCLUSIONS
karya yang diciptakan oleh manusia, yang AND
memperoleh wujud keindahan dari berbagai RECOMMENDAT
macam elemen yang ada didalamnya. Yang IONS
dapat menimbulkan rasa senang, puas, aman
dan bahagia. Dimana elemen-elemen
keindahan pada tari Pattu’du Tommuane ini Conclusion.
dapat kita jumpai pada elemen-elemen
keutuhan tari Pattu’du Tommuane, penonjolan The wholeness of
tari Pattu’du Tommuane, dan keseimbangan the Pattu'du
dari tari Pattu’du Tommuane. Tommuane dance
Keutuhan secara keselurun dari bentuk as a whole can be
pementasan tari Pattu’du Tommuane seperti enjoyed from the
yang dikatakan oleh djelantik tentang keutuhan aspect which
dimana keutuhan memiliki hubungan yang includes the
relevan antar bagian bukan berarti gabungan integrity of the
semata-mata atau begitu saja, tetapi yang satu movement, floor
memerlukan kehadiran yang lain, bagianbagian patterns, musical
saling mengisi hingga terjalin kekompakan accompaniment,
costumes,
antar bagian yang satu dengan yang lainnya.
property, and the
Sementara itu elemen selanjutnya dalam tari
venue. The
Pattu’du Tommuane adalah elemen penonjolan integrity of the
yang dimana pada elemen penonjolan Pattudu
merupakan bagian-bagian yang dipandang temmuane dance
lebih penting dari pada yang laiinya, atau bisa in terms of motion
kita sebut sebagai sesuatu yang khas pada includes 2 parts of
bagian-bagian yang ada dilamnya yang motion, in which
mencangkup gerak, musik iringan dan kostum. the movement of
Keseimbangan pada tari Pattu’du the Pattu'du
Tommuane terdapat pada bagian gerak, pola Tommuane dance
lantai, musik iringan, aksesoris dan tempat in the first part
pertunjukan. Pada bagian-bagain tari Pattu’du describes the
Tommuane tersebut itu saling memeiliki cohesiveness of
keterkaitan satu sama lain sebagai bentuk the soldiers in the
pertunjukan yang Nampak memiliki past, while the
second part

[10]
JURNAL SENI TARI

describes possible for an


attacking each arena
other so that the performance
overall Pattu'du venue that can be
Tommuane dance seen from all sides
describes the because it reflects
atmosphere of on the ancient
war. Meanwhile, people during the
from the aspect of war who were
the floor pattern, kept in a large
we can see from area.
the formation of
the floor pattern The overall
that is carried out, prominence of the
namely one Pattu'du
straight line to the Tommuane dance
side, two straight can be seen from
lines to the side the aspects that
and forward and a include motion,
circle. The next accompaniment
aspect is the music, costumes.
accompaniment Where the
music which looks protrusion of the
intact because the motion is found in
accompaniment the movement of
music used the 2nd part
accompanies the which seems to
dancers from the attack each other.
beginning of the while for the
dance to the end. musical
The costume is the accompaniment,
next part that the prominent part
looks intact of all the beats of
because all of the the musical
dancers only wear instruments used
blue shorts (alang are the gongs and
pants) and waist drums because in
belts. Next is the the past they only
property that we used 2 musical
can see. It looks instruments,
intact because it namely the gong
uses a spear and and drum. Then
shield as a in the costume
property where that stands out,
the shield serves what is used is
as a protector of bright blue reed
the Singkoron pants.
with a spear that
functions as a We can see the
weapon to attack. overall balance of
And the intactness the Pattu'du
that appears Tommuan dance
intact is the venue from aspects that
for the show include balance of
which makes it motion, floor

[11]
JURNAL SENI TARI

patterns, accessories used


accompaniment can appear
music, balanced because
accessories, and the use of
the venue. The accessories on the
balance that dancer almost
appears in the covers the body
movements part of the dancer
carried out is the who is not
movement carried wearing a
out by the dancers costume so that it
who tell or appears to cover
describe the it.
cohesiveness of
the soldiers when The balance in the
they are about to venue that uses an
go to war, then in arena
the second part of performance stage
the movement tells that can be seen
the war that took from all sides so
place where the that the Pattu'du
movements are Tommuane dance
attacking each presentation can
other so that it be enjoyed.
looks like telling
the atmosphere of
war. Then the
balance aspect of Suggestion
the floor pattern
used is using a
floor pattern that
balances the 1.          It is
dancers when hoped that the
moving as in the Majene
floor pattern Community and
which depicts 2 all the people of
straight lines South Sulawesi
ahead by will continue to
performing preserve the
rampak culture that has
movements and existed so far in
using a floor Majene Regency,
pattern of 2 especially the
straight rows to Pattu'du
the side by Tommuane Dance
attacking each which is a dance
other in turn. originating from
Furthermore, the Majene Regency.
balance that
appears from the 2.       The
accompaniment development of
music which uses the Pattu’du
repeated beats. Tommuane Dance
Furthermore, the requires more
balance of the direction and

[12]
JURNAL SENI TARI

attention from the dilakukan yaitu satu baris lurus kesamping, dua
government. This baris lurus kesmping dan kedepan dan
direction and lingkaran. Aspek selanjutnya adalah musik
attention is iringan yang Nampak utuh karena musik
expected to come iringan yang digunakan mengiringi penari dari
from awal menari hingga akhir. Kostum merupakan
bagian selanjutnya yang Nampak utuh karena
The Directorate of keseluruhan penari hanya menggunakan
Arts, Ministry of
kostum celana pendek berwarna biru ( celana
Education and
alang ) dan pengikat pinggang. Selanjutnya
culture from both
the Majene adalah proprti yang bisa kita lihat Nampak utuh
Regency karena menggunakan tombak dan tameng
government and sebagai property dimana tameng yang
the attention of berfungsi sebagai pelindung singkoron dengan
the West Sulawesi tombak yang berfungsi sebagai senjata untuk
Province. menyerang. Dan keutuhan yang Nampak utuh
adalah tempet pertunjukan yang mungganakan
3.         It is tempat pertunjukan arena yang dapat dilihat
hoped that the dari segala sisi karena bercermin sama
culturalists who orangorang zaman dahulu ketika berperang
have developed  yang diaman berada pada area yang luas.
the Pattu’du
Tommuane Dance Penonjolan tari Pattu’du Tommuane
so that it can be secara keseluruhan dapat kita lihat dari aspek
more popularized yang mencangkup Gerak, musik iringan,
and taught to kostum. Dimana bagian penonjolan pada gerak
artists, especially terdapat pada gerakan bagian ke 2 yang
observers from the Nampak saling serang menyerang. sedangkan
field of dance. untuk musik iringannya bagian yang menonjol
dari semua ketukan alat musik yang digunakan
adalah alat musik gong dan gendang karena
dulu hanya menggunakan 2 alat musik yaitu
gong dan gendang. Kemudian pada bagian
KESIMPULAN DAN SARAN kostum yang meninjol adalah yang digunakan
adalah celana alang berwarna biru terang.
Kesimpulan. Keseimbanga tari Pattu’du Tommuan
secara keseluruhan data kita lihat dari aspek
Keutuhan pada tari Pattu’du Tommuane yang mencangkup Keseimbangan gerak, pola
secara keseluruhan dapat kita nikmati dari lantai, musik iringan, aksesoris, dan tempat
aspek Yang mencangkup keutuhan dari gerak, pertunjukan. Keseimbangan yang Nampak pada
pola lantai, musik iringan, kostum, property, gerakan yang dilakukan alah gerakan yang
dan tempat pertunjukan. Keutuhan tari pattudu dilakukan adalah gerakan rampak yang
temmuane dari segi gerak mencangkup 2 dialkukan penari yang menceritakan atau
bagian gerak yang dimana pada bagian gerakan menggambarkan kekompakan para prajurit
tari Pattu’du Tommuane pada bagian pertama dulu ketika hendak akan pergi berperang
adalah menggambarkan kekompakan para kemudian pada gerakan bagian kedua
prajurit dulunya sedangkan pada bagian kedua menceritakan peperangan yang terjadi diaman
menggambarkan saling serang menyerang gerakannya yang saling menyerang sehingga
sehingga secara keseluruhan tari Pattu’du terlihat menceritakan suasana peperangan.
Tommuane menggambarkan suasana Kemudian aspek keseimbangan dari pola lantai
peperangan. Sedangkan dari aspek pola lantai yang digunakan yaitu menggunakan pola lantai
bisa kita lihat dari formasi pola lantai yang yang menyeimbangkan penari ketika bergerak

[13]
JURNAL SENI TARI

seperti pada pola lantai yang menggambarkan 2 Asdy, Ahmad. 2006. Cultural Exploration to
baris lurus kedepan dengan melakukan gerakan Know Mandar Art. Central Jakarta. Maha
rampak dan menggunakan pola lantai 2 baris Putra Foundation
lurus ke samping dengan melakukan gerakan
saling menyerang silih berganti. Selanjutnya Asdy, Ahmad. 2019. Get to know the Mandar
keseimbangan yang Nampak dari musik Traditional Pattu'du. Tingas-tinggas. Maha
iringannya yang dimana menggunakan ketukan Putra Foundation.
yang berulang ulang. Selanjutnya
Djaelantik, M, A. A. 1999. Aesthetics an
keseimbangan dari aksesoris yang digunakan
introduction. Bandung. Indonesian Performing
bisa Nampak seimbang karena penggunaan
Arts Society.
aksesoris pada penari hamper menutupi bagian
tubuh penari yang tidak menggunakan kostum Hidayat. 2005. Insights on Dance. State
baju sehingga Nampak University of Malang: 7 november 2013
menutupi.
Keseimbangan pada tempat pertunjukan yang Harjana, Suka. 1995. Indonesian Performing
menggunakan panggung pertunjuka arena yang Arts. Yogjakarta: Indonesian Art Society.
dapat dilihat dari segala sisi sehingga bisa
dilikmati sajian tari Pattu’du Tommuane ini. Hidajat, Robby. 2011. Choreography and
Creativity. Yogyakarta: Kendil Media,
Saran Indonesian Art Library

Suryodiningratan.
1. Diharapkan kepada Masyarakat Majene
dan seluruh masyarakat Sulawesi Selatan Mustika, Ika Ayu. 2013. The Symbolic
agar tetap melestarikan kebudayaan yang Meaning of the Pattu'du Tommuane Dance
telah ada selama ini Di Kabupaten Majene Costume in
khususnya Tari Pattu’du Tommuane yang
merupakan tarian yang berasal dari Regency
Kabupaten Majene.
Majene. Makassar. Makassar State University.
2. Pengembangan Tari Pattu’du Tommuane
membutuhkan pengarahan dan perhatian Hadi, Y Sumandiyo. 2007. Text and Context
yang lebih dari pemerintah. Pengarahan Dance Study. Yogyakarta: Book Publisher
dan perhatian ini diharapkan berasal dari Library.
Direktorat Kesenian Departemen
Pendidikan dan kebudayaan baik dari Hidajat, Robby. 2011. Choreography and
pemerintah Kabupaten Majene maupun Creativity of knowledge and choreography
perhatian dari Provisinsi Sulawesi Barat. practicum performances. Yogyakarta:
3. Diharapkan kepada para budayawan yang Indonesian art library media kendil
telah mengembangkan Tari Pattu’du
Tommuane ini agar kiranya dapat lebih Jazuli, M. 1996. World Map of Dance.
dipopulerkan dan diajarkan kepada Sukoharjo: Farisma Indonesia.
seniman-seniman khususnya pengamat
Kusudiarjo, Bagong. 1981. About Dance.
dari bidang kesenian tari.
Yogyakarta: Nur Cahaya.

Lathief, Halilintar. 1982. Pa'bitte Passapu


Traditional Dance in Kajang

BIBLIOGRAPHY Bulukumba (An Introduction to Research).


Yogyakarta: LBS

Yogyakarta.

[14]
JURNAL SENI TARI

Murgiiyanto, Sal. 2004. Tradition and Hidayat. 2005.Wawasan Seni Tari .Universitas
Innovation. Wedatama Widya Sastra. Negeri Malang: 7 november 2013
Harjana,Suka.1995.Seni Pertunjukkan
Moleong, Lexy J. 2006. Qualitative Research Indonesia.
Methods. Bandung: Rosdakarya. Yogjakarta:Masyarakat Seni Indonesia.
Hidajat, Robby. 2011. Koreografi
Najamuddin, Munasiah. 1982. Traditional
Dan Kreatifitas.Yogjakarta:Kendil
dance of South Sulawesi, Makassar, Bhakti Media Pustaka Seni Indonesia
Centra Baru. Suryodiningratan.
Noor, Novianty and Ahmad Hasan. 2005. Mustika, Ika Ayu.2013.Makna Simbolik
Traditional Mandar Dance in Majene Regency. Kostum Tari Pattu’du Tommuane di
Majene: Department of Education and Culture Kabupaten

Majene District. Majene.Makassar.Universitas Negeri


Padalia, Andi. 2002. Pattukduk Dance An Makassar.
Anthropological Study of Art About Shifting Hadi, Y Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks
Value Orientation from Sacred to Profanity at dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka
Tinambung Polmas. Makassar: UNM Book Publisher.
Postgraduate Thesis. Hidajat, Robby. 2011. Koreografi
dan Kreativitas pengetahuan dan
Sedyawati, Eddie. 1991. Indonesian Culture. pertunjukan praktikum
Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada koreografi. Yogyakarta: Kendil media
pustaka seni Indonesia
Sumardjo, Jacob. 2000. Jazuli, M. 1996. Peta Dunia Seni Tari.
Sukoharjo: Farisma Indonesia.
Bandung, ITB. Kusudiarjo, Bagong. 1981. Tentang Tari.
Yogyakarta: Nur Cahaya.
Soedarsono, 1977. Dance Composition, Basic
Elements, Yogyakarta, ASTI. Lathief, Halilintar.1982.Tari Tradisional
Pa’bitte Passapu di Kajang
Sugiono. 2008. Business Research Methods. Bulukumba (Sebuah Pengantar
Bandung: Alphabeta Penelitian). Yogyakarta: LBS
Yogyakarta.
Sumaryono. and Suanda, Endo. 2006. Murgiayanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi.
Spectacle Dance. Jakarta: Institution Wedatama Widya Sastra.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian
Archipelago Art Education.
Kualitatif . Bandung: Rosdakarya.
Wahyudiyanto. 2008. Knowledge of Dance. Najamuddin, Munasiah. 1982. Tari tradisional
ISI Surakarta: Press Solo. Sulawesi Selatan,
Makassar,Bhakti Centra Baru.
Noor, Novianty dan Ahmad Hasan. 2005.
Tarian Tradisional Mandar
DAFTAR PUSTAKA di Kabupaten Majene. Majene: Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan
Asdy,Ahmad. 2006. Jelajah Budaya Mengenal Kabupaten Majene.
Kesenian Mandar.Jakarta Padalia, Andi. 2002.Tari Pattukduk Suatu
pusat. Yayasan Maha Putra Kajian Antropologi Seni
Asdy, Ahmad. 2019. Mengenal Pattu’du Tentang Pergeseran Orientasi Nilai
Tradisional Mandar.Tinggas- dari Sakral ke Profan di Tinambung
tinggas. Yayasan Maha Putra. Polmas. Makassar: Tesis Pasca Sarjana
Djaelantik,M,A.A. 1999. ESTETIKA sebuah UNM.
pengantar . Bandung.Masyarakat Seni Sedyawati, Edi. 1991. Budaya Indonesia.
Pertunjukkan Indonesia. Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada

[15]
JURNAL SENI TARI

Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni.


Bandung, ITB.
Soedarsono, 1977. Komposisi Tari,
Elemenelemen Dasar, Yogyakarta,
ASTI.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta
Sumaryono.dan Suanda, Endo. 2006. Tari
Tontonan. Jakarta:
Lembaga
Pendidikan Seni Nusantara.
Wahyudiyanto. 2008.Pengetahuan Tari. ISI
Surakarta: Press Solo.

[16]

You might also like