Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Akal dan wahyu

Diaur Rahman, Tsalisa Ramadhani, Azwaliza Aziz Izlin


Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik

Pendahuluan
Akal merupakan kemampuan manusia untuk berpikir dan memahami dunia secara
rasional. Akal merupakan sebuah anugrah dari Allah SWT yang harus digunakan dengan baik
dan mengarah ke hal baik juga. Akal memegang peran penting dalam memahami ajaran islam
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, akal juga memiliki batasan,
karena pada dasarnya ada beberapa hal yang mungkin tidak dapat dipahami oleh akal
manusia. Dalam ajaran islam batas-batas akal juga diakui, seperti batasan sesuatu yang perlu
pemahaman lebih dalam atau bahkan tidak dapat dipahami oleh akal manusia secara
sempurna. Misalnya, sifat-sifat Allah SWT dan tafsir ayat-ayat Al-Qur’an yang memerlukan
pemahaman lebih dalam. Bahkan, dalam hal yang terkait dengan rahasia-rahasia ketuhanan
atau aspek-aspek metafisika sulit dipahami oleh akal manusia secara sempurna.
Wahyu dapat diartikan sebagai sumber pengetahuan yang diberikan langsung oleh
tuhan dan dianggap melebihi batas akal manusia. Dalam islam, wahyu merupakan sebuah
petunjuk yang diberikan langsung oleh Allah SWT kepada utusannya yaitu nabi dan rasulnya.
Wahyu dibrikan kepada manusia untuk memberikan petunjuk dan pengarahan untuk umat
manusia agar perilaku umat manusia sesuai apa yang telah diwahyukan. Al-Qur’an dan hadist
yang menjadi sumber utama ajaran agama islam merupakan salah satu wahyu yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada rasulullah. Al-Qur’an yang merupakan kitab suci yang
diturunkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad dan hadist yaitu segala
perilaku yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan menjadi suri tauladan bagi umat islam.
Akal dan wahyu digunakan oleh manusia untuk membahas serta mengembangkan
ilmu pengetahuan. Dalam praktiknya, akal digunakan manusia untuk berpikir dan bernalar.
Sedangkan wahyu digunakan oleh manusia sebagai pedoman dan acuan dalam berpikir dan
bernalar. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan salah satu hal yang penting dan tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Kehadiran ilmu pengetahuan dan tekhnologi
membantu mansuia untuk memahami dunia. Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan
karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah
SWT yaitu akal.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan
makhluk-makhluk lainnya. Yang membedakan antara manusia dengan makhluknya Allah
lainnya yaitu manusia diberi akal oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan kemapuan
berpikir kepada manusia. Kemampuan berpikir yang dimiliki oleh manusia berasal dari akal.
Akal yang dimiliki manusia digunakan untuk memilih, mempertimbangkan, dan menentukan
jalan pikirannya sendiri. Dengan menggunakan akal, manusia mampu membedakan anatara
hal baik dan buruk. Dengan akal jugamanusia mampu memahami Alqur’an yang diturunkan
sebagai wahyu oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan akal juga, manusia
mampu menelaah sejarah Islam dari masa ke masa dari masa lampau. Akal juga digunakan
untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam agama, akal memiliki kedudukan yang tinggi. Akal memiliki kedudukan yang
tinggi dalam agama karena akal merupakan makhluk tuhan yang tertinggi. Akal yang
membedakan manusia dari binatang dan makhluk lainnya. Akallah yang membuat manusia
bertanggungjawab atas perbuatannya. Yang penting dalam hal ini, menentukan dan
menjelaskan batasan-batasan akal, sebab kita meyakini bahwa hampir semua kaum Muslim
berupaya dan berusaha mengambil manfaat akal dalam pengajaran agama dan penjelasan
keyakinan agama secara argumentatif.
Seperti yang kita ketahui, wahyu adalah petunjuk yang diturunkan oleh Tuhan kepada
manusia untuk membimbingnya menuju kebenaran. Sedangkan akal adalah sesuatu yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk digunakan berpikir menuju kebenaran. Karena
keduanya berasal dari satu Tuhan yang sama untuk satu tujuan yang sama pula yaitu
kebenaran, maka mustahil keduanya bertentangan. Sebab dua buah kebenaran tidak mungkin
bertentangan.

Pembahasan

Pengertian akal
Dalam bahasa arab kata akal berasal dari kata “al-aql” memiliki arti paham, mengerti, atau
berfikir. Sedangkan dalam bahasa Yunani kata yang memiliki arti hampir sama dengan
paham, menyerupai, atau berfikir yaitu kata “nous” yang memiliki arti “daya pikir”, daya
pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Dengan kata lain akal merupakan kemapuan
intelektual manusia untuk memahami dan mengetahui sesuatu melalui pemikiran dan
penalaran. Akal menjadi alat penting bagi manusia dlam mengejar kebenaran dan menjalani
kehidupan yang baik dan bermakna.
Konsep akal dalam islam sangat penting, karena akal merupakan salah satu karunia yang
diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, dan menjadi instrument yang sangat diperlukan
dalam mengejar kebenaran dan mengambil keputusan yang benar. Selain itu konsep akal juga
sering diperdebatkan oleh para filosof dan ahli psikologi selama berabad-abad, dan berbagai
pandangan dan teori telah diusulkan tentang sifat dan fungsi akal menunjuk pada kemampuan
manusia untuk berpikir rasional, menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan pemikiran
kritis dalam menghadapi situasi dan masalah yang dihadapi.
Menurut Dr. Zaki Nazib Mahmud, akal adalah menghubungkan peristiwa dengan sebab
akibat atau konklusinya. Hubungan sebab akibat, maksusnya, akal mengembalikan peristiwa
yang nampak kepada sebab terjadinya peristiwa itu. Sedangkan dimaksud dengan hubungan
konklusi ialah akal melihat masa depan dengan memusatkannya pada peristiwa-peristiwa
yang serupa. Namun, jika indera melihat sesuatu yang sudah nyata dan diketahui, kemudian
berhenti disitu, dalam hal ini tidak ada yang disebut akal.

Fungsi akal
Pada dasarnya fungsi akal sangatlah banyak, seperti tolak ukur akan kebenaran dan
kebatilan. Akal memiliki kemaampuan untuk berpikir logis. Akal memberikan kemampuan
kepada manusia untuk memikirkan segala sesuatu yang logis, sehingga dapat memahami dan
mengambil keputusan yang benar. Selain itu, dengan kemampuan untuk berpikir logis
manusia dapat mengetahui hal yang baik dan buruk melalui akal yang logis tersebut. Akal
juga memiliki kemampuan untuk merenung dan refleksi. Akal memberika kemampuan
manusia untuk merenung dan refleksi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa
hidupnya. Sehingga manusia dapat mengambil pelajaran dan memperbaiki diri lewat
pelajaran-pelajaran hidup dari apa yang telah manusia renungkan. kemampuan untuk
mengenal Allah SWT dan memahami ajarannya. Akal juga memungkinkan manusia untuk
mengenal Allah dan memahami ajaran-ajaran nya, sehingga dapat mengambil keputusan
yang benar dan mengikuti jalan hiduo yang diridhai oleh Allah SWT.
Selain itu akal juga dapat digunakan sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara
tingkah laku yang benar. Akal memiliki kemampuan untuk mehamami dan menalar
informasi. Akal yang dimiliki manisia juga memungkinkan manusia untuk memahami
informasi dan data yang diterima, dan menalar berbagai hubungan dan keterkaiatan antara
informasi tersebut. Akal juga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang
bertanggung jawab. Akal juga memungkinkan manusia untuk membuat keputusan yang
bertanggung jawab dan moral., yang didasarkan pada pemikiran dan penalaran yang rasional
Akal memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari,
manusia sering dihadapkan oleh berbagai masalah yang harus dipecahkan. Akal
memungkinkan manusia untuk menganalisis masalah dan menentukan sumber masalah
sehingga dapat menemukan solusi dari masalah dengan menggunakan akal yang dimiliki.
Dan masih banyak fungsi akal lainnya, karena pada hakikatnya akal adalah sebagai mesin
penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap
manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan
tersebut. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau
tidak didasarkan pada akal, iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan
akallah yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Kekuatan akal
Kekuatan akal terletak pada kemampuannya untuk berpikir rasional, mengambil
keputusan, dan beragumen secara logis dan kritis. Kekuatan akal manusia memungkinkan
kita untuk memahami tuhan dan sifat-sifatnya yang dalam batas kemampuan manusia.
Melalui akal manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang keberadaan Allah SWT
sebagai sang pencipta alam semesta dan makhluk-makhluk didalamnya. Selain itu manusia
juga dapat memperoleh pemahaman tentanng sifat-sifat Allah, seperti maha kuasa, maha
mengetahui, dan lainnnya melalui tanda-tanda kebesaran Allah yang tercermin dalam alam
semesta dan ajaran islam. Kekuatan akal manusia mengetahui kehiduoan di akhirat. Akal
dapat membantu seseorang untuk memahami dan merenungkan konsep kehidupan di akhirat
melalui pemikiran kritis dan analitis. Selain itu kekuatan akal juga dapat membantu manusia
untuk melakukan perbuatan baik semasa hidupnya, sehingga ia dapat mempersiapkan diri
untuk menghadapi kehidupan diakhirat dengan penuh kebaikan dan kebajikan.
Kekuatan akal manusia mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa diakhirat bergantung
kepada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaraan tergntung pada tidak
mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat. Kekuatan akal manusia juga dapat membuat
hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban. Hukum dibuat berdasarkan
ajaran dan prinsip agama islam untuk membuat umat berbuat baik dan menjauhi perbuatan
jahat. Misalnya, terdapat hukum Syariah yang mengatur tata cara beribadah, zakat, dan
hukum pidana yang mencakup larangan melakukan perbuatan jahat seperti mencuri,
membunuh, daan berzina. [1]

Pengertian wahyu
Wahyu dalam bahasa arab “al wahy” yang memiliki arti suara, api, dan kecepatan. ketika
Al-Wahyu berbentuk masdar terdapat dua arti yang berbeda yaitu tersembunyi dan cepat.
Maka dari itu wahyu sering disebut sebagai pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada
seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk
maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-NabiNYA ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan
kepada Nabi. Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu
adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan
bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa pelantara.
Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
Terdapat dua jenis wahyu, yaitu wahyu yang diturunkan secara tertulis (wahyu kitabiah)
dan wahyu yang diturunkan secara lisan (wahyu ghairu kitabiah). Wahyu kitabiah adalah
wahyu yang diturunkan kepada para nabi dan rasulnya melalui kitab suci Al-Qur’an,
sedangkan wahyu ghairu kitabiah diturunkan melalui mimpi, peristiwa maupun emgalaman
yang dialami oleh para nabi dan rasul Allah SWT.
Wahyu dianggap sebagai sumber utama pengetahuan dalam islam yang harus diterima dan
diikuti oleh umat manusia untuk memperoleh hidayah dan kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat kelak. Oleh karena itu penghormatan terhadap wahyu dan kitab suci sangatlah penting
bagi kehidupan seorang muslim.
Fungsi wahyu
Wahyu berfungsi sebagai sumber pengetahuan yang paling tinggi dan benar yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara
berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang
buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di
akhirat.
Wahyu juga berfungsi menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada manusia, termasuk
hukum Syariah moarl dan etika yang harus diikuti oleh umat manusia . selain itu wahyu juga
berfungsi untuk menegakkan kebenaran dan melawan kebatilan dan kesetaraan. Wahyu juga
melindungi umat manusia dari pengaruh negatif dan kejahatan dimaasyarakat. Wahyu juga
sebagai petunjuk hidup umat manusia, membimbing mereka dalam mamilih jalan yang benar,
menghindari dosa dan kesalahan serta memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan
wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT dapat meningkatkan kesadaraan dan keimanan
manusia terhadap Allah SWT, serta mengajarkan nilai-nilai moral yang baik.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan allah kepada nabi-
nabiNYA untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak
menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu
Allah SWT. Dengan demikian, wahyu memainkan peran yang sangat penting dalam
kehidupan umat manusia, membimbing mereka dalam mengembangkan kehidupan yang
bermanfaat dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Kekuatan wahyu
Memang sulit untuk saat ini membuktikan bahwa wahyu memiliki kekuatan, akan tetapi
kita tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karena itu wahyu diyakini memiliki
kekuatan karena beberapa fakor. Seperti wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada
karena pemberian Allah sesuai dengan Qs Ibrahim: 4. Dalam Qs Ibrahim: 4, dijelaskan
bahwa Allah SWT memberikan wahyu kepada para nabi dan rasul untuk menyampaikan
ajaran-ajaran nya kepada manusia. factor lainnya yaitu wahyu lebih condong melalui dua
mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah. Al-Qur’anmerupakan wahyu Alah SWT yyang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Dan As-sunnah
merupakan kupulan hadist-hadist atau perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi
Muhammad SAW yang digunakan sebagai sumber kedua ajaran islam.
Faktor lain dari adanya kekuatan wahyu yaitu dapat membuat keyakinan pada diri
manusia. dengan adanya wahyu manusia tidak perlu lagi merasa was was mengenai
keyakinan yang mereka yakini. Karena wahyu merupakan informasi yang langsung
diturunkan oleh Allah kepada utusannya. Wahyu juga memberikan keyakinan penuhh pada
hati tentang adanya alam ghaib. Dan adanya kekuatan wahyu karena wahyu turun melalui
ucapan para nabi . [2]
Perbedaan pendapan mengenai akal dan wahyu
Akal dan wahyu menjadi pembahasan polemis dikalangan pateologi Islam. Pembahasan
tentang akal menyangkut empat hal berikut ini , dapatkah akal mengetahui Tuhan? Kalau
dapat, apakah akal dapat mengetauhi kewajiban berterima kasih kepada Tuhan? Dapatkah
akal mengetahui yang baik dan buruk? Kalau dapat, apakah akal dapat mengetahui kewajiban
berbuat baik dan buruk itu. Kaum Mu’tazilah berpendapat, semua persoalan di atas dapat
diketahui oleh akal manusia. Dengan perantara akal yang sehat dan cerdas seseorang dapat
mencapai makrifat atau mengetahui adanya Tuhan dan dapat pula mengetahui yang baik dan
buruk. Bahkan, sebelum wahyu turun, orang sudah harus wajib bersyukur kepada Tuhan,
Menjauhi yang buruk dan mengerjakan yang baik.
Berbeda dengan Muktazilah, kaum Asy’ariah bependapat, akal memang dapat mengetahui
adanya Tuhan, tetapi akal tidak dapat mengetahui cara berterima kasih kepada Tuhan, tidak
tahu mengerjakan yang baik dan yang buruk, tidak tahu bagaimana kewajiban mengerjakan
yang baik dan menjauhi yang buruk itu. Untuk mengetahui hal-hal tersebut diperlukan
wahyu. Melalui wahyulah manusia bisa mengetahuinya. Tanpa wahyu, Manusia tidak akan
tahu.
Golongan Maturidaiah Samarkand berpendapat, akal dapat mengetahui adanya Tuhan,
kewajiban mengetahui dan berterima kasih kepada Tuhan, dan mengetahui baik dan buruk.
Tetapi akal tidak dapat mengetahui bagaimana kewajibanberbuat baik dan meninggalkan hal
yang buruk. Untuk hal yang terakhir ini hanyandapat diketahui dengan wahyu. Karena itu,
wahyu sangat diperlukan untulk menjelaskannya.
Golongan Maturidiah Bukhara lain lagi. Menurt mereka, akal dapat mengetahui adanya
Tuhan dan yang baik dan yang buruk. Tetapi akal tidak dapat mengetahui kewajiban
berterima kasih kepada Tuhan dan kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang buruk Untuk
mengetahui kewajiban itu diperlukan wahyu.
Dari Uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan pandangan tentang
posisi dan kedudukan akal. Ada yang menempatkannya pada posisi yang tinggi dan kuat
(muktazilah dan maturidiah Samarkand) ; ada yang memandangnya sengat lemah
(Asy’ariah).
Perbedaan Pandangan mereka tentang kedudukan akal otomatis membawa kepada
perbedaan pandangan tentang kedudukan wahyu. Makin kuat kedudukan akal dalam
pandangan suatu aliran, makn lemah kedudukan wahyu. Sebaliknya, makin lemah kedudukan
akal beart wahyu menempati posisi yang kuat.
Golongan Mu’tazilah berpendapat, wahyu berfungsi untuk memperpendek jalan
mengetahui keberadaan Tuhan dan untuk mengingatkan manusia akan kewajiban-
kewajibannya. Semua masalah yang dikemukakan di atas, sudah dapat diketahui akal. [3]
Karena itu, tanpa wahyu pun tidak mengapa. Namun, Mu’tazilah tetap memandang wahu
sangat penting untuk menjelaskan rincian dari keempat masalah tersebut. Meskipun
Mu’tazilah dikenal rasional dan mengadalkan akal sserta
menempatkannya pada posisi yang tinggi. Namun mereka mengakui pula kelemahan akal dan
pentingnya wahyu. Akal, meskipun dapat mengetahui keempat persoalan diatas, namun
rinciannya secara detail tidak dapat diketahui akal dengan pasti. Untuk itu, wahyu menjadi
penting.
Menurut Asy’ariah, wahyu sangat penting dan menentukan. Manusia tidak akan dapat
mengetahui kewajiban kepada Tuhan, baik dan buruk, tanpa wahyu. Karena itu, bagi
golongan ini, kedudukan wahyu sangat tinggi.
Maturidah Samarkand lebih dekat kepada Mu’tazilah. Bagi mereka kedudukan wahyu
agak lemah. Wahyu diperlukan untuk mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan
manusia dalam melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan-perbuatan
buruk. Sedangkan Maturidiah Bukhara memandang kedudukan wahyu lebih kuat daripada
Maturidiah Samakand.Bagi mereka, wahyu sangat diperlukan untuk mengetahui kewajiban
berterimakasih kepada Tuhan dan kewajibannya melaksanakan yang baik dan menjauhi yang
buruk. Dengan kata lain, wahyu, diperlukan manusia untuk mengetahui kewajiban-
kewajibannya.

Kesimpulan
Akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat
kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah juga bisa benar. Wahyu
adalah firman Allah yang disampaikan kepada nabi-Nya baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk disampaikan kepada umat. Pengetahuan adalah hubungan subjek dan objek, sedangkan
ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji secara ilmiah dan kebenarannya jelas. Akal dan
wahyu digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Antara akal dan
wahyu terdapat ruang dimana keduanya dapat bertemu dan bahkan saling berinteraksi dan
terdapat ruang dimana keduanya harus berpisah. Pada saat wahyu merekomendasikan
berkembangnya sains dan lestarinya budaya dengan memberikan ruang kebebasan untuk akal
agar berpikir dengan dinamis, kreatif dan terbuka, disanalah terdapat ruang bertemu antara
akal dan wahyu. Sehingga hubungan antara akal dan wahyu tidak bertentangan akan tetapi
sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, bahkan kedua-duanya saling
menyempurnakan.

Reference

[1] H. Nasution, "Akala dan Wahyu Dalam Islam," UI Pres, Jakarta , pp. 6-8, 1986.

[2] A. S. Mukrim, "Pemikiran Islam : Antara Akal dan Wahyu," sarana perkasa.

[3] h. nasution, "Akal dan Wahyu Dalam Islam," UI Pres, Jakarta , 1986.

You might also like