Sap DM G.3

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN KMB 1

5 PILAR PENATALAKSANAAN
DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH KELOMPOK PRASE:


1. SILPIDAYANI 060
2. HARMAYANI NASUTION 056
3. RIRI NOVIARTI 061
4. MAMAN FATURAHMAN 036
5. SEPTIAN ENDRIADI 035

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BAITURRAHIM JAMBI

TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
5 PILAR PENATALAKSANAAN
DIABETES MELITUS

Masalah : Diabetes Melitus

PokokPembahasan : 5 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Miletus

Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien

Jam :15.00 - Selesai

Waktu : 20 Menit

Tanggal : mei 2023

Tempat : Gedung 3 Rsud Hamba

Pemateri : Mahasiswa

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Kencing Manis/Diabetes Melitus adalah ketidakmampuan tubuh untuk
mengubah makanan menjadi energi karena gangguan metabolisme yang terjadi dalam
tubuh.   
Diabetes adalah suatu penyakit dimana metabolisme glukosa tidak normal, suatu resiko
komplikasi spesifik perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan
komplikasi perkembangan makrovaskuler. Secara umum, ketiga elemen diatas telah
digunakan untuk mencoba menemukan diagnosis atau penyembuhan diabetes (Mogensen,
2007).
B. Tujuan intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Keluarga dan pasien mampu


memahami dan mengerti tentang diabetes mellitus.
C. Tujuan intruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang diabetes mellitus, diharapkan


Keluarga dan pasien dapat:
1. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus
2. Menyebutkan penyebab diabetes mellitus

3. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus

4. Menyebutkan upaya pencegahan diabetes mellitus

D. Materi Penyuluhan
1. Pengertian diabetes mellitus
2. Penyebab diabetes mellitus
3. Tanda dan Gejala diabetes mellitus
4. Upaya pencegahan diabetes mellitus

E. MetodePenyuluhan

a. Ceramah

b. Tanya Jawab
F. Media

a. Leaflet

b. Flip chart

G. Pengorganisasian
1. Moderator : Harmayani nasution S.Kep
2. Demonstrasi : Riri Noviarti S.Kep
3. Notulen : Silpidayani S.Kep
Fasilitator : Silpidayani S.Kep
4. Observer : Maman faturrahman S.Kep
5. Dokumenter : Septian endriadiS.Kep
H. URAIAN TUGAS
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri, anggota kelompok dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. membuka dan menutup kegiatan
d. menjelaskan topic,kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. mengarahkan jalan nya kegiatan
f. memberikan kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Tugas Demonstrasi
a. Menjelaskan isi topic
3. Tugas fasilitor
a. memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan
b. memfasilitasi dalam kegiatan
c. membuat dan menjalankan absensi kegiatan
4. Tugas observer
a. mengamati jalan nya kegiatan
b. mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. membuat laporan hasil kegiatan yang telah di lakukan
I. PENGATURAN TEMPAT

Media

M D

F F

N O

Keterangan :

Media : Media

M : Moderator

F : Fasilitator

: Audiens

O : Observer

D : Dokumenter
J. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Waktu KegiatanPenyuluhan Audien

Kegiatan
1. Pembukaan 5 1. Mengucapkan salam Keluarga dan
pasien
menit 2. Memperkenalkan diri

3. Menyampaikan
tentang tujuan pokok
materi
4. Meyampakaikan
pokok pembahasan
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 10 PenyampaianMateri Keluarga dan
pasien
Menit 1. Menjelaskan
pengertian
2. Menjelaskan
penyebab
3. Menjelaskan tanda
dan gejala
4. Menjelaskan faktor
resiko
5. Menjelaskan upaya
pencegahan
6. Kesimpulan dari
yang dijelaskan
7. Evaluasi
3. Penutup 5 1. Tanya jawab
Keluarga
menit 2. Memberikan dan pasien
kesempatan pada
Peserta untuk
bertanya
3. Melakukan evaluasi

4. Menyampaikan
kesimpulan materi
5. Mengakhiri
pertemuan dan
Mengucapkan salam
K. Evaluasi

a. Evaluasi Struktur :

a. Penyuluh dapat memberikan materi penyuluhan yang baik

b. Media dan alat memadai

c. Setting sesuai dengan kegiatan

b. Evaluasi Proses

a. Pelaksanaan sesuai dengan lokasi waktu

b. Audien mengikuti dengan aktif materi penyuluhan

c. Audien menyanyakan hal-hal yang tidak dimengerti pada saat diskusi.

c. Evaluasi akhir

a. Audien dapat menyebutkan pengertian diabetes mellitus

b. Audien dapat Menyebutkan penyebab diabetes mellitus

c. Audien dapat menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus

d. Audien dapat menyebutkan cara pencegahan/Pengobatan diabetes mellitus

L. MATERI
Lima Pilar Diabetes Melitus:
1. Edukasi
Edukasi dalam penangan DM meliputi pemahaman pasien DM tentang: Penyakit DM.
a. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes adalah penyakit endokrin yang paling banyak ditemukan, secara
harfiah diabetes artinya “mengalirkan”, yang menunjukkan pengeluaran urin dalam
jumlah besar pada penyakit ini. Melitus artinya “manis” maka masyarakat lebih
mengenal dengan kencing manis.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika
telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik, penyakit mikrovaskular
(mikroangiopati), dan neuropati.
Nilai normal kadar gula darah :
b. Gula darah sewaktu : 70-200mg/dl
c. Gula darah puasa : 70-110 mg/dl
d. Gula darah 2jam PP (2 jam setelah
makan) : 100-140 mg/d
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan etiologi menurut ADA 2009, yaitu;
1) Diabetes Melitus Tipe 1 (insulin dependen diabetes mellitus)
Merupakan tipe diabetes melitus dengan gejala yang tiba-tiba dan awitan
seringkali pada usia remaja. DM tipe 1 ini disebabkan oleh penyakit autoimun
atau idiopatik yang menyebabkan defisiensi insulin akibat destruksi sel β
pankreas oleh limfosit T aktif sehingga produksi insulin sedikit atau tidak ada
sama sekali. Pada penderita diabetes melitus tipe 1 memerlukan insulin eksogen
untuk bertahan hidup
2) Diabetes Melitus Tipe 2 (non-insulin dependen diabetes mellitus)
Merupakan tipe diabetes melitus dengan awitan puncak 50 sampai 60 tahun,
ditandai dengan onset yang bertahap dan beberapa gejala gangguan metabolik
yang dapat dikontrol dengan diet.4 90% pengidap diabetes melitus mengalami
diabetes melitus tipe 2. Masalah dasar pada pasien diabetes melitus tipe 2 bukan
kekurangan insulin tetapi penurunan kepekaan sel-sel sasaran terhadap
keberadaan insulin. Pada awal penyakit, terjadi penurunan kepekaan terhadap
insulin yang diatasi oleh peningkatan sekresi insulin. Meskipun sekresi insulin
bisa normal atau sedikit meningkat namun, timbul gejala insufisiensi insulin
karena jumlah insulin tetap kurang memadai dibanding dengan jumlah glukosa.
Obesitas adalah faktor resiko terbesar, banyak pasien dengan diabetes melitus
tipe 2 yang mengalami sindrom metabolik dengan gambaran obesitas, lingkar
pinggang besar (bentuk apel), kadar trigliserida yang tinggi, kadar HDL rendah,
kadar glukosa tinggi dan tekanan darah tinggi.
3) Diabetes Melitus Tipe Lain
Diabetes melitus tipe lain dapat diakibatkan karena defek genetik fungsi sel beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin pankreas, endokrinopati, karena
obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindroma genetik
yang berkaitan dengan DM.
4) Diabetes Melitus Gestasional
Merupakan tipe diabetes melitus yang onsetnya diketahui ketika dalam masa
kehamilan.
c. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Ciri utama pada penderita DM adalah hiperglikemia, hal ini berkaitan dengan
tingginya kadar gula dalam darah serta kadar insulin yang tidak adekuat untuk
mengolah kelebihan gula tersebut. Ketika glukosa darah meningkat ke kadar di
mana jumlah glukosa yang tersaring melebihi melebihi kemampuan sel tubulus
melakukan reabsorpsi maka glukosa ikut keluar bersama urin (Glukosuria).
Glukosuria ini akan mengakibatkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya
menyebabkan diuresis osmotik yang ditandai dengan peningkatkan pengeluaran
urin (poliuria). Besarnya cairan yang keluar menyebabkan tubuh mengalami
dehidrasi dan sebagai kompensasi akan timbul rasa haus berlebih (polidipsia). Rasa
lapar semakin besar (polifagia) akan timbul sebagai akibat dari kehilangan kalori
karena glukosa hilang bersama urin dan menyebabkan keseimbangan kalori negatif.
Efek dari defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein serta keadaan
keseimbangan kalori negatif akan menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dengan diabetes tipe 1 sering memperlihatkan awitan gejala yang
eksplosif dengan polidipsia, poliuria, berat badan turun, polifagia, lemah, somnolen
yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien dapat menjadi sakit
berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau tidak mendapatkan
pertolongan segera. Sebaliknya pada pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama
sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, pada hiperglikemia berat akan
mengalami polidipsia poliuria, lemah, dan somnolen.
2. Diet Nutrisi (Perencanaan Makan) Untuk Diabetes Melitus
PENGATURAN MAKANAN

BAHAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI


MAKANAN
SUMBER Semua sumber
KARBOHIDRAT karbohidrat dibatasi:
nasi, bubur, roti, mie,
kentang, singkong,
ubi, sagu, gandum,
pasta, jagung, talas,
havermout, sereal,
ketan, macaroni
SUMBER Ayam tanpa kulit, hewani tinggi lemak Keju, abon, dendeng,
PROTEIN ikan, telur rendah jenuh (kornet, sosis, susu full cream,
HEWANI kolesterol atau putih sarden, otak, jeroan,
telur, daging tidak kuning telur)
berlemak
SUMBER tempe, tahu, kacang bayam, buncis, daun
PROTEIN hijau, kacang merah, melinjo, labu siam,
NABATI kacang tanah, kacang daun singkong, daun
kedelai k etela, jagung muda,
kapri, kacang
panjang, pare, wortel,
daun katuk
SAYURAN Sayur tinggi serat: nanas, anggur,
kangkung, daun mangga, sirsak,
kacang, oyong, pisang, alpukat, sawo,
ketimun, tomat, labu semangka, nangka
air, kembang kol, masak
lobak, sawi, selada,
seledri, terong
BUAH-BUAHAN jeruk, apel, pepaya, Buah-buahan yang
jambu air, salak, manis dan
belimbing (se suai diawetkan: durian,
kebutuhan) nangka, alpukat,
kurma, manisan
buah.
MINUMAN Minuman yang
mengandung
alkohol, susu kental
manis, soft drink, es
krim, yoghurt, susu
LAIN-LAIN makanan yang Gula pasir, gula mer
digoreng dan yang ah, gula batu, madu
menggunakan santan Makanan/ minuman
kental, kecap, saus tir yang manis: cake,
am kue-kue manis,
dodol, tarcis, sirup,
selai manis, c oklat,
permen, tape,
mayonaise,

3. Aktivitas Fisik (Olahraga)


Pada diabetes tipe 2, latihan jasmani dapat memperbaiki kendali glukosa secara
menyeluruh, aktivitas fisik juga terbukti menurunkan konsentrasi HbA1c, yang cukup
menjadi pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan kematian. Selain
mengurangi risiko, aktivitas fisik akan memberikan pengaruh yang baik pada lemak
tubuh, tekanan darah arteri, sensitibitas barorefleks, vasodilatasi pembuluh yang
endothelium-dependent, aliran darah pada kuli, hipertrigliseridemi, dan fibrinolysis.
Angka kesakitan dan ematian diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah dibanding mereka
yang santai.
Pada diabetes tipe 1, latihan jasmani akan menyulitkan pengaturan meabolik,
hingga kendali gula darah bukan merupakan tujuan dari latihan jasmani.tetapi latihan
endurance ternyata terbukti akan memperbaiki fungsi endotel vascular. Dari penelitian
epidemiologi retro dan prospektif, juga terbukti bahwa latihan jasmani yang teratur akan
mencegah komplikasi makro dan mikro vascular serta meningkatkan harapan hidup.
Prinsip latihan jasmani bagi diabetes, persis sama dengan prinsip latihan jasmani
secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti : frekuensi, intensitas, durasi dan
jenis
a. Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali
perminggu.
b. Intensitas : ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)
c. Durasi : 30-60 menit
d. Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
4. Obat – Obatan
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
aktivitas fisik, pasien DM akan diberikan obat penurun gula darah. Obat-obatan tersebut
harus dikonsumsi secara teratur, sesuai anjuran dokter. Selain itu, obat-obatan tersebut
juga harus diminum seimbang dengan jumlah makanan yang dikonsumsi. Obat-obatan
ini akan selalu diperlukan oleh pasien DM untuk mengontrol kadar gula dalam darah.
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Insulin Secretagogue
Sulfonilurea : meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Merupakan
obat pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurangm namun
masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Contohnya
glibenklamid. Kontra indikasi : pasien usia lanjut, pasien insufisiensi ginjal, ibu
hamil dan menyusui, ketoasidosis.
Glinid : bekerja cepat, merupakan prandial glucose regulator. Penekanan pada
peningkatan sekresi insulin fase pertama.obat ini berisiko terjadinya
hipoglikemia. Contohnya : repaglinid, nateglinid.

2) Insulin sensitizers
Thiazolindindion. Mensensitisasi insulin dengan jalan meningkatkan efek insulin
endogen pada target organ (otot skelet dan hepar). Menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga ambilan
glukosa di perifer meningkat. Agonis PPARγ yang ada di otot skelet, hepar dan
jaringan lemak.
3) Glukoneogenesis inhibitor
Metformin. Bekerja mengurangi glukoneogenesis hepar dan juga memperbaiki
uptake glukosa perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
Kontraindikasi pada pasien dengan gangguan ginjal dan hepar dan pasien
dengan kecendrungan hipoksemia.
4) Inhibitor absorbsi glukosa
Glukosidase inhibitor (acarbose). Bekerja menghambat absorbsi glukosa di usus
halus sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan. Obat ini tidak menimbulkan efek hipoglikemi. Hal-hal yang harus
diperhatikan :
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan decara bertahap sesuai respon
kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis maksimal.sulfonilurea
generasi I dan II 15-30 menit sebelum makan. Glimepirid sebelum/sesaat
sebelum makan. Repaglinid, Nateglinid sesaat/sebelum makan. Metformin
sesaat/pada saat/sebelum makan. Penghambat glukosidase α bersama makan
suapan pertama. Thiazolidindion tidak bergantung jadwal makan.
a) Insulin
(1) Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi insulin basal dan sekresi
insulin prandial. Terapi insulin diupayakan mampu meniru pada sekresi
insulin yang fisiologis.
(2) Defisiensi insulin mungkin hanya berupa defisiensi insulin basa, insulin
prandial atau keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan
timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan defisiensi
nsulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan.
(3) Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi
terhadap defisiensi yang terjadi.
(4) Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa insulin kerja cepat
(rapid insulin), kerja pendek (short acting), kerja menengah
(intermediate acting) atau insuli campuran tetap (premixed insulin)
Insulin diperlukan dalam keadaan : penurunan berat badan yang cepat,
hiperglikemia yang berta disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
laktat, gagal dengan kombinasi OHO dengan dosis yang hampir
maksimal, stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke),
kehamilan dengan DM/DM Gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan, gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat,
kontraindikasi atau alergi OHO.
b) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah
untuk kemudian diinaikan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah. Untuk kombinasi OHO dengan insulin, yang banyak dipakai
adalah kombinasi OHO dan insulin basal (kerja menengah atau kerja lama)
yang divberikan pada malam hari atau menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa yag baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah
adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan
evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar gula darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti ini kadar gula darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan insulin.

5. Monitor Kadar Gula Darah


Pada pasien diabetes diperlukan pemantauan kadar gula darah, dan bila
memungkinkan pematauan dilakukan secara mandiri. Cara ini memungkinkan deteksi
dan pencegahan secara dini terhadap peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah.
Pemantauan secara mandiri dengan benar akan mengurangi komplikasi yang
ditimbulkan dari DM tipe 2. Pemantauan kadar glukosa sendiri (PKGS) sudah banyak
dikembangkan dalam upaya pengendalian diabetes mellitus.
Hasil PKGS dapat mengindikasikan pada kondisi-kondisi berikut: pertama
mencapai dan memelihara glikemik PKGS memberikan informasi kepada dokter dan
perawat mengenai kendali glikemik dari hari kehari, agar dapat memberi naseha yang
tepat; kedua mencegah dan mendeteksi hipoglikemik; ketiga mencegah hiperglikemik
berat; keempat menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup, terutama berkaitan dengan
masa sakit, latihan jasmani, aau akivitas lainnya seperti berkendaraan; dan kelima
menentukan kebutuhan untuk memulai terapi insulin pada pasien diabetes mellitus
gestastional.
Pemantuan pengendalian gula darah juga diketahui melalui tes hemoglobin
terglikosilasi. Di dalam sel darah merah terdapat rantai molekul protein yang disebut
hemoglobin. Hemoglobin A1c (HbA1c) adalah komponen kecil hemoglobin yang
terikat gula. HbA1c juga disebut sebagai hemoglobin glikosilasi aau glucosylated.
Mengukur HbA1c dapat dikeahui seberapa inggi glukosa darah rata-rata selama 8-
12 minggu terakhir. Nilai HbA1c non-diabetes normal adalah3,5-5,5% dan pemeriksaan
HbA1c pada penderita DM adalah satu cara terbaik untuk memeriksa diabetes yang
terkendali.Pemeriksaan HbA1c dianjurkan dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.
Kadar HbA1c memiliki nilai normal kurang dari 6,5 menunjukkan pengendalian yang
baik terhadap pengobatan diabetes mellitus.

You might also like