Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 23

A. .

Tentang Buku
Judul : Pendidikan profesi keguruan
Pengarang : Dr.H.A.Rusdiana, Drs, M.M, Dr.Hj. Yeti heryati,M.Pd
Penerbit : CV.Pustaka setia
Tahun terbit :2015
Jumlah halaman :350

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pemahaman hakikat keprofesian

1. Profesi

A. Pengertian profesi

Kata profesi identik dengan kata kehalian , javis ( 1983) seorang ilmuan tugas profesi

sebagai seorang ahli . profesi adalah jabaran atau pekerjaan yang menuntut kehlian , tanggung

jawab , dan kesetiaan dari para pelakunya .

B. Ciri-ciri profesi

Robrt W .Richy (suharsimi Arikunto) memberikan batasan-batasan ciri-ciri profesi antara

lain : lebih mementingkan pelayanan manusia yang ideal di bandingkan dengan kepentingan

pribadi , secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep serta prinsip

pengetahuan khusus yang mendukung keahllian nya.

C. Karaterisitik profesi

menurut abraham adalah adanya aktivitas yang bersifat intelektual , berdasarkan ilmu

pengetahuan ,di gunakan untuk tujuan pelayanan yang dapat di pelajari , terorganisasi secara

internal , dan altruisti mementingkan orang lain .

2. Profesional

a. Pengertian pofesional
Profesional adalah orang yang menyandang jabatan atau pekerjaan yang di lakukan dengan

kehalian atau keterampilan yang tinggi .

b. Proses profesional

Proses profesional adalah proses evolusi yang menggunaan pendataan organisasi dan

sistematis untu mengembangan profesi arah status profesional .

3. Profesionalisasi

Profesionalisasi adalah proses menuju perwujudan dan peningatan profesi dalam

mencapai riteria yang sesuai dengan standar yang telah di tetapan

4. Profesionalism

a. Pengertian profesionalism

Profesionalism adalah sebutan yang mengacu pada siap mental dalam bentu omitmen dari

para anggota suatu profesi untu senantiasa mewujudan dan meningatan ualitas profesionalnya .

b. Batasan profsionalism

Profsionalism adalah sbutan yang mngacu siap mntal dalam bntu omitmn dari anggota

suatu profsi untu snantiasa mwujudan dan mnungatan ualitas profsionalnya .

B. Pokok-pokok profsional

1) Tidak memaksa

2) Tidak berjanji

BAB 2
KONSEP DASAR GURU PROFESIONAL
A. Makna dan hakikat guru profesional

1) Mengapa guru harus profesional

2) Untuk napa guru profesionl

B. Hakikat dan ciri-ciri guru profsional


1) Prinsip-prinsip guru profsional

2) Ciri kepribadian guru profesional

C. konsep dasar sikap dan perilaku guru profesional

1) Sikap salahan-salaan guru

2) kompetensi guru dan dosen

D. Menjadi guru profesional ,inspiratif, inovatif, dan reatif

BAB 3
KOMPETENSI DAN KINERJA GURU PROfESIONAL
A. Hakikat Kompetensi

1. Pengertian kompetensi

Dalam kamus besar bahasa indonesia karangan purwadinata , kompetnsi adalah kekuasaan untuk

menentukan atau memutuskan suatu hal . pengrtian dasar komptnsi adalah kemampuan atau

kecapaian.

2. Kompetensi yang harus di memiliki oleh seorang guru

3. Standar kompeternsi Guru, Kompetensi pedagogi, Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial,

Kompetensi profesional

B. Hakikat kinerja individu guru

1. kinerja guru

 Merencanakan pembelajaran

 Melaksanakan pembelajaran

2. kinerja inovatif guru

3. Beban kerja guru dalam undang -undang guru dan dosen no 14 tahun 2005 dan beban kerja guru

dalam UU no 16 tahun 2009

C. Penilaian kinerja guru


Menurut peraaturan mentri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi 16

tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang di lakukan terhadap setiap butir

kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, pangkatan , dan jabatannya .

BAB 4
PENDATAAN SISTEM DALAM PENGEMBANGAN BELAJAR MENGAJAR
1. Makna Pendataan Pembelajaran

Pendataan pembelajaran dapat di katakan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap

proses pembelajaran.

2. Pendatan sistem dalam pembelajaran

Sistem adalah satuan yang terdiri dari komponen-komponen yang terpadu dan berproses

untuk mencapai tujuan.

3. Ciri-ciri sistem pembelajaran

Pendataan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran kegiatan

belajar mengajar berlangsung terjadinya interaksi antara siswa dan guru dan memberikan

memudahkan siswa untuk belajar secara efektif.

BAB 5
MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
A. Konsep Model Pengmbangan Sistem Pemblajaran

1. Teori model pengembangan

Dalam bidang pembelajaran ,istilah model dan istilah terotis sering disamakan , walaupun ada

juga yang membedakannya . kebingungan penggunaan istilah teori dengan model terjadi karna

dua hal ,yakni ketidakpastian apakah sebuah model merupakan model dari analisis situasi yang

umum atau teori ataukah dimasudkan untuk menjadi model untuk sintesis

2. Model pemblajaran ‘

a. Model interaksi sosial


b. Model pengolahan informasi

B. Model Pengembangan Sistem Pembelajaran

Model Pengembangan Sistem Pembelajaran yang berorintasi pada kelas, Model Pengembangan

Sistem Pembelajaran yang berorintasi pada hasil

C. Desain Model pembelajaran inovatif inspiratif

1. Prinsip-prinsip teori pembelajaran

2. Teori pemodelan tingkah laku

D. Pengembangan model pembelajaran

1. Pengembangan model pembelaran konstrutivisme

2. Pengembangan model pembelajaran yang berpihak pada struktur model c-id

BAB 6
STRATEGI RENCANA PENGEMBANGAN TUJUAN DAN BAHAN PENGAJARAN
A. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian strategi pembelajarn

2. Dasar pertimbangan pemilihan strategi

B. Perencanaan Pengajaran Dan Penyusunan Program Pengajaran

1. Pengertian perencanaan pengajaran

2. Dimensi perencanaan pengajaran

C. Pengembangan Dan Strategi Menyiapan Bahan Ajar

1. Pemahaman bahan ajar

2. Tujuan membuat bahan ajar

D. Penyusunan program pengajaran

1. Penguasaan materi

2. Analisis materi pelajaran


BAB 7
STRATEGI RENCANA PENGEMBANGAN MEDIA DAN METODE PENGAJARAN
A. Pengembangan strategi, metode dan media pengajaran

B. Pengembangan metode pembelajaran

1. Pengetian metode pembelajaran

2. Pendatan metode pembelajaran

C. Pengembangn Media Pembelajaran

1. Pengertian media pembelajaran

Media adalah berbagai jenis komponen di lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk

belajar.

2. Jenis- jenis dan karakteristik media pembelajaran

1. Media grafis

2. Media audio

D. Pemilihan media pembelajaran

1. Media berbasis visual

2. Media berbais audio-visual

BAB 8
STRATEGI RENCANA EVALUASI DAN UMPAN BALIK PENGAJARAN
A. Konsep dasar evaluasi pendidikan

1. Pengertian evaluasi pendidikan

Evaluasi pendidikan adalah proses kegitan untuk menentukan kemajuan

pendidikan,dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.

2. Fungsi evaluasi pendidikan, Fungsi secara umum memiliki tiga fungsi pokok, yaitu mengukur

kemajuan, menunjang penyusuan rencana, dan memperbaiki melakukan penyempurnaan kembali


. Fungsi khusus ‘Fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat diteili dari tiga segi, yaitu segi

psikologis, segi didati, dan segi administratif.

3. Tujuan evaluasi pendidikan. Tujuan umum menghimpun bahasan letrangan yang alan dijadian

sebagai bukti mengenai taraf perkembangan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam

jangka waktu tertentu .Tujuan khsuus merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program

pendidikan .

B. Strategi pengembangan evaluasi pengajran yaitu evaluasi pembelajaran dan Jenis- jenis

pembelajaran

C. Prosedur pengembangan evaluasi pembelajaran yaitu Perencanaan evaluasi dan Peladanaan

evaluasi’

D. Umpan Balik evaluasi Pengajaran

BAB 9
KONSEP BIMBINGAN KONSELING
A. Hakikat bimbingan konseling

1. Pengertian bimbingan konseling

a. Definisi bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan

b. Definisi konseling

konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dan

melalui hubungan itu.

Tujuan bimbingan dan konseling

2. Hakikat dari tujuan bimbingan konseling adalah membantu individu memperkembangkan diri

secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan prediksi posisi yang dimilikinya.

3. Fungsi bimbingan dan konseling di sekolah


a. Fungsi pemahaman

b. Fungsi pencegahan

B. Landasan teori dalam bimbingan konseling

1. Landasan ilmiah

2. Landasan pedagogis

C. Teori bimbingan konseling

1. Teori gestalt

2. Teori behavioristik

BAB 10
PENERAPAN BIMBINGAN DI SEKOLAH
A. Hakikat dan pentingnya program bimbingan konseling disekolah

1. Hakikat manusia, manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam

berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pentingnya BK di sekolah, BK dapat di posisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip

keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi tiap siswa untuk datang membuat

diri tanpa was-was akan privasinya.

B. Program bimbingan konseling disekolah

1. Hakikat pengembangan program BK, Layanan program bimbingan dan konseling merupakan

kegitan yang terencana berdasarkan pengurusan kebutuhan yang diwujudkan dalam bentuk

program bimingan dan konseling.

2. komponen program BK di sekolah

a. komponen program bimbungan konseling di sekolah

b. kegiatan oprasional

C. Layanan Bimbingan kesehatan Mental


1. Pengertian kesehatan mental, kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang bersugguh-

sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan

dirinya sendiri dan lingkungannya

2. Penyakit-penyakit mental

PROFESI KEGURUAN
Oleh : Prof. SOETJIPTO
: Drs. RAFLIS KOSASI, M.Sc.
Bab I Pendahuluan
A. Maksud Penulisan Buku
Didalam silabus mata kuliah Profesi Keguruan disebutkan, tujuan mata kuliah ini adalah
setelah mengikuti mata perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk mengembangkan peran profesionalnya sebagai seorang guru dengan acuan
sikap profesional dan wawasan tentang kode etik keguruan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab. Peran professional guru dalam keseluruhan program pendidikan disekolah
diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.

B. Kaitan Buku Dengan Kurikulum


Kurikulum LPTK dikembangkan sedemikian rupa sehingga mahasiswa mendapatkan
pengalaman maksimal dalam rangka pembentukan kemampua profesionalnya. Kurikulum ini
terdiri dari kajian toretik tentang materi ajaran dan pengetahuan lain yang mendukungnya, serta
bagaimana mengajarkan materi itu secara efektif dan efisien kepada murid. Selain itu kurikulum
LPTK juga memungkinkan lulusannya dapat memperoleh kemampuan untuk bidang-bidang
tertentu non-kependidikan, yang dituntut dunia kerja. Misalnya seorang mahasiswa jurusan
matematika dapat mengambil pilihan pelajaran bahasa inggris sehingga ia mampu menjadi
pemandu wisata.
.
C. Struktur Isi Buku
Dalam tiap-tiap bab buku ini dijelaskan tujuan yang ingin dicapai setelah mahasiswa
mempelajari bab yang bersangkutan. Untuk melihat apakah tujuan yang dicantumkan dalam
permulaan bab itu tercapai atau tidak, pada akhir bab ini dilakukan pengecekan melalui beberapa
tugas dalam bentuk latihan soal. Buku ini berisikan 9 bab, masing-masing bab mempunyai
beberapa sub bab yang merupakan uraian lebih lanjut dari bab itu

D. Cara Menggunakan Buku


Buku ini dimaksudkan sebagai buku pegangan bagi mahasiswa didalam mengikuti kuliah
teori dan kegiatan dalam praktek, sebagai pegangan dalam praktek uraian yang bersifat teoritis
atau sebaliknya. Diterbitkannya buku ini sebagai buku pegangan dalam proses belajar-mengajar,
baik untuk dosen maupun mahasiswa.

Bab II Konsep Profesi Guru


1. Pengertian dan syarat profesi guru
>> Pengertian dan syarat profesi guru
Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani
masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa
profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha
dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Lebih
khusus lagi, Sanusi et al. (1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi
dalam pendidikan, yakni sebagai berikut :
 Subyek pendidikan
 Pendidikan dilakukan secar internasional
 Teori-teori pendidikan
 Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia
 Inti pendidikan tejadi dalam prosesnya
 Sering terjadi dilema antara tujuan pendidikan untuk perubahan atau mencapai sesuatu.
>> Perkembangan profesi keguruan
Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) secara jelas melukiskan
sejarah pendidikan di Indonesia terutama dalam zaman kolonial belanda, termasuk juga sejarah
profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak dididik
secara khusus menjadi guru, secara berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru
yang lulus dari sekolah guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di solo tahun 1852.
Karena kebutuhan guru yang mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima
macam guru, yakni:
 Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh
 Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru
 Guru bantu
 Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
 Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang berasal dari warga yang pernah
mengecap pendidikan.
2. Kode etik profesi keguruan
1. Pengertian kode etik
Menurut UU nomor 8 tahun 1974 tentang pokok kepegawaian kode etik adalah pedoman
sikap dan tingkah laku dan perbuatan di dalam dan diuar kedinasan.
Dalam kongres PGRI XIII, Menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru.
2. Tujuan kode etik
Secara umum tujuan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979) :
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
3. Sanksi pelanggaran kode etik
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral.
Barang siapa melanggar kode etik akan mendapatkan celaan dari rekan-rekannya, sedangkan
sanksi yang dianggap berat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.
4. Kode etik guru Indonesia
Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Fungsi kode etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku
setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik didalam
maupun diluar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
3. Organisasi professional keguruan
1. Fungsi Organisasi profesional keguruan
Fungsi organisasi keguruan adalah sebagai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi. Dan untuk mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka.
2. Jenis-jenis organisasi keguruan
 PGRI (persatuan guru republik Indonesia)
 MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran)
3. Jenis organisasi dibidang profesi pendidikan :
 ISPI (ikatan sarjana pendidikan Indonesia)
 IPBI (ikatan petugas bimbingan Indonesia)
 HISAPIN (Himpunan sarjana Administrasi pendidikan Indonesia)
 HSPBI (Himpunan sarjana pendidikan bahasa Indonesia)

Bab III Sikap Profesional Keguruan


Dalam bab ini dibicarakan pengertian sikap professional ; sasaran sikap professional
terhadap peraturan perundang-undangan, organisasi professional, teman sejawat, anak didik,
tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan. Serta bagaimana pengembangan sikap professional itu
harus dilaksanakan.
A. Pengertian
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukakan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihan bagaimana sikap dan perbuatan
guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut ditaladani atau tidak.
B. Sasaran sikap professional
1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: “Guru melaksanakan
segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan “ (PGRI, 1973). Kebijaksanaan
pendidikan negara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di indonesia, Departemen
dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan aparatnya, pemerataan kesempatan belajar antara lain
dengan melalui kewajiban belajar,peningkatan mutu pendidikan, pembenahan generasi muda
dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut
biasanya akan dituangkan ke dalam bentuk ketentuan-kententuan pemerintah. Dari ketentuan-
ketentuan pemerintah ini selanjutnya dijabarkan kedalam program-program umum pendidikan.

2. Sikap terhadap organisasi profesi


Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menujukkan kepada kita betapa pentingnya peranan
organisasi profesisebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukanpembinaan, agar lebih berdaya guna dan berguna sebagai wadah usaha untuk
membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para
anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, di mana unsur pembentukannya adalah
guru-guru. Oleh karena itu,guru harus bertindak dengan sesuai tujuan sistem. Ada hubungan
timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban
maupun dalam mendapatkan hak.
3. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 kode Etik Guru di sebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa : (1) Guru hendaknya
menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru
hendaknya menciptakan dan memelihara smangat kekeluargaan dan kesetiakawanan ssosial di
dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan
kepada kita betapa pentingnya hubungan yang harmonisperlu di ciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan sesama anggota
profesi dapat di lihat dari 2 segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan
formal adalah hubungan yang perlu di lakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan,
sedangkan hubungan kekeluargaan adalah hubungan persaudaraan yang perlu di lakukan, baik
dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka menanjung
tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
>> Hubungan guru berdasarkan lingkungan kerja
Seperti yang kita ketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah dan
beberapa guru di tambah beberapa orang personal sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan
sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah membawa misinya akan banyakbergantung kepada
semua manusia yang terlibat di dalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, Semua personel sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik
dengan anak didik di sekolah tersebut. Sikap profesional lain yangperlu di tumbuhkan oleh guru
adalah sikap ingin bekerja sama, saling menghargai, saling pengertian, dan rasa tanggung jawab.
Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan
kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan
kepentingan orang lain ( Hermawan, 1979 ).
>> Hubungan guru berdasarkan lingkungan keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang di
ucapkan pada upacara pelantikkan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan
bahwa setiap dokter akan memerlukan teman sejawatnya sebagai saudara, yang mana wajib
membantu dalam kesukaraan, saling mendorong kemajuan dalam bidang profesinya, dan saling
menghormati hasil-hasil karyanya. Meraka saling memberitahukan penemuan-penemuan baru
untuk meningkatkan profesinya. Sebagai saudara mereka berkewajiban saling mengoreksi dan
saling menegur, jika terdapat kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dapat merugikan
profesinya.
4. Sikap terhadap anak didik
Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas di tuliskan bahwa : Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa
pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus di pahami oleh seorang guru
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni : tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing, dan prinsip pembentukkan manusia indonesia seutuhnya. UU No. 2/1989 tentang
sistem pendidikan nasional, yakni : manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip
yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem Amongnya.
Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan
harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan
peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan
kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi
peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing
mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksakannya menurut
kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani sekarang telah di ambil menjadi motto dari
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
5. Sikap terhadap tempat kerja
Suasana yang harmonis di sekolah tidak akan terjadi apabila personil yang terlibat
di dalamnya, yaitu : Kepala sekolah, gurru, staf administrasi dan siswa, tidak menjalin hubungan
yang baik di antara sesamanya. Penciptaan suasana kerja memang harus di lengkapi dengan
terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini di maksudkan
untuk membina peran dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. Hanya sebagian
kecil dari waktu, di mana peserta didik berada di sekolah dan di awasi oleh guru-guru. Sebagian
besar waktu justru di gunakan peserta didik di luar sekolah, yakni di rumah dan di masyarakat
sekitar, Oleh sebab itu, amatlah beralasan orang tua dan masyarakat bertanggung jawab terhadap
pendidikan mereka. Agar pendidikan di luar ini terjalin dengan baik dengan apa yang di lakukan
oleh guru di sekolah di perlukan kerja sama yang baik antara guru, orang tua dan masyarakat
sekitar.

6. Sikap terhadap pemimpin


Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang
lebih besar ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ) guru akan selalu berada dalam
bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai
dari pengurus cabang, daerah,sampai ke pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar
Depdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya
sampai ke menteri pendidikan dan kebudayaan. Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau
organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana
tiap anggota organisasi itu di tuntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan
organisasi tersebut.
7. Sikap terhadap pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan
dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan
ketelatenan kecil. Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu. Namun bila seorang
telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia di tuntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia mencintai
kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, ia
commited dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu
melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya. Agar dapat memberikan layananan
yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikn kemampuan dan
pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan
orang tua.
C. Pengembangan sikap professional
Seperti telah diungkapkan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu
profesional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya. Ini
berarti bahwa ketujuh sasaran penyikapan yang telah dibicarakan harus selalu dipupuk dan
dikembangkan. Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik selagi dalam
pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas ( dalam jabatan ).
\
1. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan
2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan

Bab IV Bimbingan dan Konseling


A. Pengertian bimbingan konseling
1. Pengertian
Banyak ahli yang mencoba untuk merumuskan pengertian bimbingan dan konseling dari
Jones(1963), Rochman nata widjaja(1978), Bimo walgito(1982:11). Dan dari beberapa ahli maka
dapat dirumuskan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, suatu
proses membantu individu, bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuannya/ potesinya, kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu
dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan.
2. Pengertian konseling
Berdasarkan pendapat bayak tokoh dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseing itu
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Pada umumnya dilaksanakan secara individual.
 Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
 Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli.
 Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien.
B. Peran bimbingan konseling dalam pendidikan sekolah
C. Tujuan bimbingan disekolah
D. Peran bimbingan dan konseling dalam pembelajaran siswa
1. Bimbingan belajar
2. Bimbingan sosial
3. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
E. Landasan bimbingan konseling
F. Prinsip operasional bimbingan dan konseling disekolah
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah landasan teori yang mendasari pelaksanaan
layanan bimbingan dan konselin, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung
dengan baik.
1. Prinsip umum
2. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing
3. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan
bimbingan
4. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi
bimbingan
G. Asas-asas bimbingan konseling
H. Orientasi layanan bimbingan dan konseling
 Orientasi individual
 Orientasi perkembangan siswa
 Orientasi permasalahan yang dihadapi siswa
I. Kode etik bimbingan konseling
Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan berikut ini dikemukakan suatu
rumusan dari Winkel (1992):”kode etik jabatan ialah pola ketentuan /aturan /tata cara yang
menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi”.

Bab V Program Bimbingan di Sekolah dan Peran Guru Dalam


Pelaksanaannya
A. Program Bimbingan Sekolah
Program bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
pemberian layanan bimbingan dan konseling. Winkel (1991) menjelaskan bahwa program
bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan terncana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama
periode waktu tertentu.
1. Pengertian Program Bimbingan
2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
3. Variasi program bimbingan menurut jenjang pendidikan
4. Tenaga bimbingan disekolah beserta fungsi dan perannya
5. Struktur organisasi bimbingan dan konseling disekolah
6. Mekanisme implementasi program bimbingan dan konseling disekolah
Konselor beserta personal lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut :
 Komponen pemrosesan data
 Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi bebebrapa aspek, yaitu :
 Komponen kegiatan pemberian informasi
 Kompenen ini terdiri dari :
 Komponen kegiatan konseling
 Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengelami masalah yang sifatnya lebih pribadi. Jika
ada masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu diaihkan kepada
pihak lain yang lebih ahli.
 Komponen pelaksana
 Komponen metode/alat
 Komponen waktu kegiatan
 Komponen sumber data
B. Peran Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan Di Sekolah
Peranan guru dalam pelaksana bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi 2 :
1. Tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas
2. Diluar kelas.

Bab VI Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan


A. Pengertian dan konsep administrasi pendidikan
1. Pengertian Admisnistrasi Pendidikan
Pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai
aspeknya.
Pertama, administrasi pendidikan mempunyai pengetian kerja sama untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan
pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan,
penilaian.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem
adlah keseluruhan yang terdiri dari bagian itu berinterksi dalam suatu untuk merubah menjadi
keluar.
Keempat, administrsi pendidikan juga dapat dilihat dari segi memanjemen jika
administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju pad usaha untuk melihat apakah pemanfaatan
sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujaun pendidikan sudah mencapai sasaran yang
ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi
pendidikan di lihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana
kemampuan administrator pendidikan itu apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing
madyo mangun karso, dan ing ngarso sung tulodho dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Keenam, administrsi pendididkan juga dapa dilihat dari proses pengambilan keputusan.
Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok oranga bukanlah
pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada bermacam masalah dan ia
haru memecahkan masalah itu.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi
dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita
maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.
Kedelapan, administrasi seringkali di artika dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan
ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat menyatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan surat menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
B. Fungsi Administrasi pendidikan
Pada dasrnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui
serangkaian usaha itu (Longenecker,1964). Oleh karena itu fungsi administrasi pendidikan
dibicarakan sebagai serangkaian proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
1. Tujuan Pendidikan Menengah
Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang dijabarkan dari tujuan
pendidikan nasional. Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2, disebutkan bahwa: “pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
undang-undang republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989.
2. Proses Sebagai Fungsi administrasi pendidikan menengah
Agar kegiatan dala komponen administrasi endidikan menengah dapat berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui suatu tahapan proses yang
merupakan daur (siklus), mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti telah disinggung secara garis
besar pada bagian terdahulu.
3. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah
Sekolah merupakan bentuk organisasi pendidikan. Seperti yang dijelaskan organisasi
diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu dengan memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber, disamping sumber yang ada
diluar dirinya, seperti uang, material, dan waktu.
D. Peran Guru dalam Administrasi Pendidikan
Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar dalam suatu lingkungan
tertentu. Didalam peraturan pemerintah nomor 38 tahun 1992, pasal 20 disebutkan bahwa :
“tenaga pendidikan yang akan ditugaskan utnuk bekerja sebagai pengelola satuan pendidikan dan
pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih dari kalangan guru”. Ini berarti,
bahwa selain peranannya untuk menyukseskan kegiatan administrasi disekolah, guru perlu secara
sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi sekolah, jika karier yang
ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas, kepala sekolah atau pengelola satuan pendidikan
yang lain.

Bab VII Peranan Guru Dalam Administrasi Sekolah Menengah


A. Administrasi Kurikulum
Perencanaan dan pengembangan kurikulum di sekolah antara lain meliputi :
a). Penyususnan kalender pendidikan untuk tingkat sekolah dasar berdasarkan kelender
pendidikan yang disusun pada tingkat kanwil
b). Penyusunan jadwal pelajaran untuk sekolah.
B. Pengembangan Kurikulum
Guru Perlu mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum
ini:
1. Prosedur pembahasan materi kurikulum
2. Seperti yang telah disinggung dimuka, di dalam UU No. 2 Tahun 1989, Maka sekolah harus
mengusahakan agar materi kurikulum itu disesuaikan dengan kebutuhan tersebut melalui
berbagai kegiatan pembahasan. Kegiatan pembahsan dapat dilakukan melalui diskusi kelompok
guru bidang studi, semua guru, dan guru dengan kepala sekolah.
3. Penambahan mata pelajaran sesuai dengan lingkungan sekolah
4. Sekolah dapat menambah kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. 5. Penjabaran dan
penambahan bahan kajian mata pelajaran.
6. Mata pelajaran atau kajian dalam mata pelajaran dapat ditambah oleh sekolah untuk
memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan tidak bertentangan dan mengurangi kurikulum
yang telah ditetapkan secara nasional.
C. Pelaksanaan Kurikulum
Dengan menerapkan kurikulum harus juga melakukan suatu proses kedepannya, hal – hal yang
perlu diperhatikan didalam pelaksanaan kurikulum adalah :
1) Penyusunan dan pengembangan satuan pengajaran
2) Prosedur penyusunan satuan pengajaran
3) Pengembangan satuan pengajaran
4) Penggunaan satuan pengajaran bukan buatan guru sendiri
5) Pelaksanaan proses belajar mengajar
6) Pengaturan ruang belajar
7) Kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler
8) Evaluasi hasil belajar dan program pengajaran
D. Administrasi kesiswaan
Kegiatan dalam administrasi kesiswaan dapat dipilih menjadi tiga bagian besar, yaitu
penerimaan siswa, pembinaan siswa, dan penamatan program siswa disekolah. Penerimaan siswa
adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu. Pembinaan siswa adalah
pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik didalam maupun diluar jam
belajar dikelas.
E. Administrasi sarana dan prasarana
Administrasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan keseluruhan proses pengadaan,
pendayagunaan, dan pengawasan prasarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang
pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien.
F. Administrasi keuangan menengah
Didalam kegiatan administrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan,
pencatatan, pelaporan, dan pertanggung jawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan
sekolah. Tujuan adinistrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan,
sehingga pengurusnya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
G. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan
sekolah. Husemas ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran
informasi dua arah yang efisien serta saling pengertian antar sekolah, personel sekolah dengan
masyarakat.
H.Administrasi Layanan Khusus
Layanan khusus adalah suatu usaha yang tidak secara langsung berkenaan dengan proses
belajar mengajar di kelas, tetapi dengancara khusus diberikan oleh sekolah kepada para siswanya
agar mereka lebh optimal dalam melaksanakan proses belajar.Ada berbagai jenis layanan khusus,
tetapi hanya tiga jenis lebih banyak ditemui. Ketiga jenis layanan khusus itu adalah pusat sumber
belajar, usaha kesehatan sekolah(UKS), dan kafetarian/warung/kantin sekolah

Bab VIII Sistim dan Struktur Organisasi Sekolah


A. Unsur dan Struktur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dalam Bab XV pasal 49 undang-undang nomor 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa
pengelolaan sistem pendidikan bahwa pengeloaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung
jawab menteri P dan K. Pasal 50 menyebutkan bahwa pengelolaan satuan dan kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintahan selain oleh menteri P dan K, juga menteri
lain atau pemimpin lembaga pemerintah lain yang menyelenggarakan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Unsur-unsur dalam struktur organisasi departemen pendidikan dan kebudayaan adalah:
1. Menteri
2. Sekretariat Jenderal
3. Inspektorat Jenderal
4. Direktorat pendidikan dasar dan menengah
5. Direktorat jenderal pendidikan tinggi
6. Direktorat pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga,
7. Direktorat jenderal kebudayaan
8. Badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan,
9.pusat-pusat dibidang khusus
10. Instansi vertikal di wilayah.
B. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( LPTK )
1. Tujuan dan isi program pendidikan guru
Tujuan pendidikan guru adalah membentuk kemampuan untuk :
a) Melaksanakan tugas, yang empunyai kompenen mengenal apa yang harus dikerjakan, menguasai
cara bagaimana setiap aspek dan tahap tugas tersebut harus dikerjakan, serta menghayati dengan
rasional mengapa suatu bagian tugas dilaksanakan denga satu cara dan tidak dengan cara lain.
b) Mengetahui batas-batas kemampuannya sendiri, serta siap dan mampu menemukan sumber yang
dapat membantu mengatasi keterbatasannya itu.
Menurut T.Raka Joni (1991) tujuan pendidikan prajabatan guru adalah sebagai berikut :
 Penguasaan bahan ajaran
 Penguasaan teori dan keterampilan keguruan
 Pemilikan kemampuan memperagakan unjuk kerja.
 Pemilikan sikap, nilai, dan kepribadian.
 Pemilikan kemampuan melaksanakan tugas profesional alin dan tugas administratif rutin.

Bab IX Supervisi Pendidikan


A. Pengertian, fungsi dan peran
Kimball Wiles (1967) “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching
learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang
lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi
belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi
belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi.
Guru harus memiliki yakni :
1) kemampuan personal,
2) kemampuan profesional
3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
B. Pelaksanaan Supervisi
Secara umum ada 2 (dua) kegiatan yang termasuk dalam kategori supevisi pengajaran,
yakni:
1. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru-guru
2. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah kepada kepala sekolah dan guru-guru
untuk meningkatkan kinerja.
BUKU 3

You might also like