Professional Documents
Culture Documents
Ushul Fiqh - QURBAN-x
Ushul Fiqh - QURBAN-x
Ushul Fiqh - QURBAN-x
QURBAN
Oleh
kelompok 11:
Muhammad Rafli Ersadianazmi (22010303040)
Nazhar Maulana (220103030196)
Fatimatuzzahrah (220103030223)
A. Latar Belakang
Ibadah Qurban merupakan salah satu ibadah yang memiliki makna dan signifikansi penting
dalam agama Islam. Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul
Adha dengan melaksanakan ibadah Qurban. Ibadah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
tradisi keagamaan umat Islam sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
Dalam Al-Quran, kisah Nabi Ibrahim AS yang siap untuk mengorbankan putranya, Ismail
AS, atas perintah Allah SWT, menjadi landasan utama dalam pelaksanaan ibadah Qurban. Kisah
ini merupakan contoh kepatuhan dan pengabdian yang luar biasa kepada Allah SWT, serta
mengajarkan nilai-nilai seperti kesetiaan, pengorbanan, dan ketaqwaan kepada-Nya.
Melalui ibadah Qurban, umat Muslim diberikan kesempatan untuk mengekspresikan rasa
syukur, mengingat pengorbanan Nabi Ibrahim AS, dan meneladani sikap kesediaan untuk
mengorbankan yang terbaik dari apa yang dimiliki untuk kepentingan agama dan sesama. Dalam
melaksanakan ibadah ini, umat Muslim diperintahkan untuk menyembelih hewan ternak yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti unta, sapi, atau kambing, sebagai bentuk
penghormatan dan taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah SWT.
Selain nilai-nilai spiritual, ibadah Qurban juga memiliki nilai sosial dan kemanusiaan.
Hewan-hewan yang disembelih dalam ibadah ini tidak hanya dimaksudkan sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai sarana untuk berbagi dan membantu
sesama. Daging hewan qurban dibagikan kepada fakir miskin, yatim piatu, dan mereka yang
membutuhkan, sehingga tercipta rasa kebersamaan, persaudaraan, dan kepedulian sosial dalam
masyarakat.
Dalam konteks modern, ibadah Qurban tetap relevan dan berdampak positif dalam
membangun kebersamaan umat Muslim, memperkuat ikatan sosial, dan mengurangi kesenjangan
sosial. Selain itu, melalui ibadah ini, umat Muslim diajak untuk lebih menghargai nikmat rezeki
yang diberikan oleh Allah SWT dan belajar berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Qurban
Secara bahasa kata Qurban dalam ilmu fiqih dikenal dengan istilah Udhhiyah
()ةَّ ِي ْحضُأ. Imam alQurtubi menjelaskan definisi Udhhiyah secara
bahasa adalah sebagai berikut:
Kambing yang disembelih pada waktu dhahwah (waktu dhuha). (Al-Jaami’ Li
Ahkaamil Quran Karya Imam al-Qurtubi). Sedangkan Udhhiyyah menurut istilah
syara’ sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibnu Abdiin adalah: Hewan yang
disembelih dengan tujuan bertaqarrub kepada Allah swt di hari Nahr dengan syarat-
syarat tertentu. (Hasyiah Ibnu Abdiin).1
B. Hukum Qurban
Adapun masalah hukum qurban, Imam Syafiiy (w. 204 H) dan ulama
syafiiyah menyebutkan hukumnya sunnah mu’akkadah. Qurban termasuk syiar
agama Allah yang sebaiknya dijaga bagi yang mampu melaksanakannya walaupun
tidak wajib berdasarkan dalil syar’i. (An Nawawi, Al Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
hal. 383 jilid. 8). 3
Dan ternyata ibadah qurban juga dianjurkan bagi siapapun yang berada di
kota, desa, sedang bepergian atau musafir dan juga orang yang sedang haji sangat
dianjurkan meskipun dia sudah menyembelih hadyu. Imam an-Nawawi (w. 676 H)
dalam kitab al Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa:4
Imam Syafiiy (w. 204 H) berkata dalam bab sesembelihan: qurban hukumnya
sunnah bagi siapapun yang memiliki keluasan rizki baik penduduk kota, desa,
musafir dan orang yang sedang haji meskipun sudah melakukan hadyu atau belum.
(An Nawawi, Al Majmu’ Syarh alMuhadzdzab, hal. 383 jilid. 8).
5
1
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy (Jakarta: Rumah Fiqh Publishing, 2019),
hlm 15.
2
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 19.
3
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 20.
4
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 20.
5
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 21.
keluarga masing-masing ingin berqurban misal suami, istri dan anak-anaknya ikut
berqurban semua, maka ini jauh lebih afdhal. Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam
kitab alMajmu’ Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa:6
Hewan Yang Sah Untuk Qurban Pertama: bahwa hewan yang diperbolehkan
untuk qurban hanya dari jenis al-An’am saja. Yaitu hewan unta, sapi dan kambing.
Selain dari 3 jenis hewan diatas maka qurban tidak boleh dan tidak sah. Maka tidak
ada ceritanya anda qurban ke masjid dengan membawa ratusan bebek untuk qurban
walaupun nilai harganya sebanding dengan 1 ekor kambing. Yang ada malah anda
akan diusir oleh panitia qurban.
9
Kedua: bahwa hewan yang diperbolehkan untuk qurban hanya hewan yang
sudah cukup umur saja. Jika belum mencapai batasan umur yang ditentukan syariat
maka qurbannya tidak sah. Hati-hatilah anda dalam membeli hewan qurban. Begitu
juga anda sebagai pedagang hewan qurban harus hati-hati ketika menjual qurban.
Tanggung jawab ada di pundak anda. Jangan sampai qurban seseorang menjadi tidak
sah.
Dalam madzhab syafi’iy untuk unta harus yang sudah berumur 5 tahun, sapi
harus sudah umur 2 tahun dan kambing juga harus sudah umur 2 tahun. Adapun
domba harus sudah umur 1 tahun. Imam an-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab al
Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab menyebutkan bahwa: Tidak sah berqurban dengan
domba kecuali sudah berumur 1 tahun, begitu juga tidak sah unta yang belum
berumur 5 tahun,sapi yang belum 2 tahun dan kambing yang belum berumur 2 tahun
lebih. Inilah yang ditetapkan oleh Imam Syafi'i dan para ulama syafiiyah. (An
Nawawi, Al Majmu’ Syarh alMuhadzdzab, hal. 393 jilid. 8).10
6
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 21.
7
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 21.
8
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 21-22.
9
Muhammad Ajib, Fiqih Perspektif Madzhab Syafi.iy, hlm 22.
C. Ketentuan Qurban
Apakah qurban sah atau tidak? Kamu harus tahu rukun qurban, dimana ada 4 hal
yang harus terpenuhi agar qurban dinyatakan sah.
Jika keempat rukun sudah terpenuhi, maka bisa melakukan qurban. Nantinya
qurban akan dinyatakan sah menurut syariat islam, namun jika ada salah satu rukun
yang tidak terpenuhi, maka qurban tidak akan sah dan tidak bisa dilakukan amalan
qurban, sekalipun dilakukan di tanggal 10-13 dzulhijjah.
Apakah semua hewan bisa untuk qurban? Tentu saja tidak, sesuai dengan
ketentuan syarat hewan qurban, hanya hewan ternak saja. Dimana masih ada 4
kriteria lagi agar hewan sah untuk qurban di Hari Raya Idul Adha.
Kambing hanya boleh usia di atas 1 hingga 2 tahun. Domba hanya boleh usia
di atas 6 hingga 12 bulan. Sapi hanya boleh usia di atas 2 hingga 3 tahun. Unta hanya
boleh usia di atas 5 hingga 6 tahun. Jika usia hewan yang akan dikurbankan kurang
atau melebihi, maka tidak sah jika digunakan untuk qurban.
Perhatikan kondisi fisiknya dan pastikan tidak terdapat cacat permanen, hal
ini akan menyebabkan aib dan tidak sah qurbanya.
Bahkan tidak sah jika hewan tersebut dalam kasus sengketa seperti masih
digadaikan, hewan bagi waris atau status kepemilikan tidak pada perseorangan.
Pasalnya tidak akan sah qurban seseorang jika nantinya ada yang mengatakan hewan
tersebut masih jadi milik orang lain, sekalipun sudah disembelih.
11
Reni Novitasari, Rukun, Syarat sah, dan Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban (2020).
D. Jenis dan Pembagian Hewan Qurban
Sudah dijelaskan jika hewan yang boleh digunakan untuk qurban hanya
hewan ternak dalam kondisi sehat dan status kepemilikan jelas. Maka hukum hewan
untuk qurban ini adalah sah dan boleh digunakan untuk qurban.
Bagaimana jika ingin qurban namun tidak mampu membelinya, ada beberapa
alternatif pembagian hewan qurban. Seperti unta yang bisa digunakan untuk 10
orang, sedangkan sapi hanya boleh untuk 7 orang. Namun, ada juga hadist yang
menyatakan sah hukumnya qurban seekor kambing untuk satu keluarga.
A. Membaca Bismillah
B. Membaca Shalawat Nabi
C. Menghadap ke arah kiblat (bagi hewan yang disembelih dan orang yang
menyembelih)
D. Membaca Takbir 3 kali bersama-sama
E. Berdoa agar qurbannya diterima oleh Allah SWT (orang yang menyembelih yang
mengucapkan).
12
Kesimpulan
Qurban atau Udhhiyah dalam ilmu fiqih adalah penyembelihan hewan pada
waktu dhuhur dengan tujuan bertaqarrub kepada Allah SWT.
Dalam madzhab Syafii, qurban termasuk ibadah sunnah mu'akkadah yang sangat
dianjurkan. Ibadah qurban dianjurkan bagi siapa saja yang mampu, termasuk
penduduk kota, desa, musafir, dan orang yang sedang melaksanakan ibadah haji.
Qurban dalam madzhab Syafii termasuk sunnah kifayah, artinya jika satu
anggota keluarga melaksanakan qurban, maka kesunnahan tersebut sudah mencukupi
bagi seluruh keluarga. Namun, lebih baik jika setiap anggota keluarga melaksanakan
qurban sendiri-sendiri.
Hewan yang sah untuk qurban adalah unta, sapi, dan kambing. Hewan-hewan
ini harus mencapai usia tertentu sesuai ketentuan, seperti unta minimal 5 tahun, sapi
dan kambing minimal 2 tahun, dan domba minimal 1 tahun. Ada empat rukun
penyembelihan hewan qurban, yaitu pelaksanaan penyembelihan, penyembelih,
hewan yang akan disembelih, dan alat untuk menyembelih.
Hewan qurban harus dalam kondisi fisik yang baik, tanpa cacat permanen.
Qurban hanya sah jika hewan tersebut dimiliki secara sah oleh pemiliknya, tidak
dalam sengketa kepemilikan, atau tidak terlibat dalam kasus penipuan atau pencurian.
Jenis dan pembagian hewan qurban dapat bervariasi, dengan unta dapat digunakan
untuk 10 orang, sapi untuk 7 orang, dan seekor kambing dapat mencukupi untuk satu
keluarga.
12
Reni Novitasari, Rukun, Syarat sah, dan Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban (2020).
Tata cara penyembelihan meliputi membaca Bismillah, membaca shalawat
Nabi, menghadap kiblat, membaca takbir tiga kali bersama-sama, dan berdoa agar
qurban diterima oleh Allah SWT. Qurban merupakan ibadah sunnah mu'akkadah
yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Ibadah ini melibatkan penyembelihan
hewan yang sah dan sesuai dengan tata cara yang ditentukan. Melalui qurban, umat
Muslim diharapkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh
berkah serta pahala.
Daftar Pustaka
Novitasari, Reni, Rukun, Syarat sah, dan Tata Cara Penyembelihan Hewan
Qurban, 2020.