Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Nama : Muhammad Recky Alfirdaus

Kelas : Akuntansi 4C
NPM : D2.2101863

Tugas Akuntansi II

1. Jelaskan dua kriteria untuk menentukan penilaian aset keuangan!

Dalam menentukan penilaian aset keuangan, terdapat dua kriteria utama yang digunakan, yaitu:
1. Nilai Wajar (Fair Value): Kriteria pertama adalah penilaian berdasarkan nilai wajar aset
keuangan. Nilai wajar merupakan harga yang dapat diterima jika aset tersebut
diperdagangkan di pasar yang aktif antara pihak yang berkepentingan yang bertransaksi
secara independen. Penilaian berdasarkan nilai wajar memperhitungkan faktor-faktor
seperti penawaran dan permintaan di pasar, risiko yang terkait dengan aset tersebut, serta
informasi terbaru yang relevan. Nilai wajar memberikan informasi aktual mengenai nilai
aset pada saat tertentu dan digunakan dalam laporan keuangan untuk memberikan
gambaran yang lebih akurat mengenai kinerja dan posisi keuangan perusahaan.
2. Biaya Perolehan (Cost of Acquisition): Kriteria kedua adalah penilaian berdasarkan biaya
perolehan aset keuangan. Biaya perolehan merupakan jumlah uang atau setara uang yang
dibayarkan atau dianggap dibayarkan untuk memperoleh aset tersebut. Penilaian
berdasarkan biaya perolehan memperhitungkan harga pembelian aset, biaya-biaya
transaksi yang terkait dengan perolehan aset, serta biaya-biaya lain yang diperlukan untuk
mendapatkan aset ke dalam kondisi yang siap digunakan. Penilaian berdasarkan biaya
perolehan memberikan informasi mengenai investasi awal yang telah dilakukan
perusahaan dalam memperoleh aset keuangan tersebut.

2. Jenis investasi mana yang dinilai pada biaya perolehan diamortisasi? Jelaskan alasan
untuk akuntansi ini!

Pada umumnya, jenis investasi yang dinilai pada biaya perolehan diamortisasi adalah investasi
dalam obligasi atau surat utang jangka panjang dengan bunga tetap.
Alasan utama untuk menggunakan metode biaya perolehan diamortisasi dalam menghitung nilai
investasi ini adalah untuk mencerminkan pemulihan nilai aset secara proporsional seiring
berjalannya waktu. Saat memperoleh obligasi atau surat utang, perusahaan biasanya membayar
jumlah yang lebih rendah dari nilai nominal obligasi tersebut. Perbedaan antara harga pembelian
yang lebih rendah dan nilai nominal obligasi disebut diskonto (discount). Diskonto ini kemudian
diamortisasi selama masa kepemilikan obligasi.
Dengan menggunakan metode biaya perolehan diamortisasi, diskonto (atau premi jika ada)
diakui secara proporsional selama jangka waktu investasi, dan bunga periodik yang diterima oleh
perusahaan juga diakui. Dalam proses ini, nilai investasi di atas atau di bawah biaya perolehan
awal secara bertahap dikurangi atau ditambahkan hingga mencapai nilai nominal obligasi pada
saat jatuh tempo.
Pendekatan ini mencerminkan pengakuan pendapatan dan amortisasi diskonto secara konsisten
seiring berjalannya waktu, yang memungkinkan perusahaan menghasilkan laporan keuangan
yang akurat dan relevan. Selain itu, dengan menggunakan biaya perolehan diamortisasi,
perusahaan juga dapat memperoleh gambaran yang lebih realistis tentang kinerja investasi dan
nilai riil aset pada setiap periode pelaporan.

3. Identifikasikan dan jelaskan jenis – jenis klasifikasi untuk investasi ekuitas?

Jenis-jenis klasifikasi untuk investasi ekuitas dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama
berdasarkan tujuan, pengaruh, dan strategi investasi. Berikut adalah beberapa jenis klasifikasi
umum untuk investasi ekuitas:
1. Investasi Jangka Panjang: Investasi ekuitas jangka panjang adalah investasi dalam saham
perusahaan dengan tujuan mempertahankan kepemilikan jangka panjang. Investor yang
melakukan investasi ini biasanya berharap untuk mendapatkan keuntungan dari apresiasi
harga saham, dividen, dan hak suara dalam perusahaan. Investasi jangka panjang
cenderung dilakukan oleh investor institusional, seperti dana pensiun atau perusahaan
asuransi.
2. Investasi Nilai (Value Investing): Investasi ekuitas dengan pendekatan nilai melibatkan
mencari saham-saham dengan harga yang dianggap rendah dibandingkan dengan nilai
sebenarnya dari perusahaan tersebut. Investor yang menganut strategi nilai ini mencari
saham-saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsik perusahaan dan berharap
bahwa harga saham tersebut akan naik seiring waktu ketika pasar mengakui nilai
sebenarnya perusahaan.
3. Investasi Pertumbuhan (Growth Investing): Investasi ekuitas dengan pendekatan
pertumbuhan fokus pada saham-saham perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan
pendapatan dan laba yang tinggi di masa depan. Investor yang menganut strategi
pertumbuhan ini cenderung berinvestasi dalam perusahaan-perusahaan yang beroperasi di
sektor-sektor dengan prospek pertumbuhan yang kuat, seperti teknologi atau industri
inovatif lainnya.
4. Investasi Dividen: Investasi ekuitas dividen melibatkan memilih saham-saham
perusahaan yang secara konsisten membayar dividen kepada pemegang saham. Investor
yang mengutamakan dividen cenderung mencari penghasilan pasif dari dividen yang
dihasilkan oleh perusahaan, yang dapat digunakan sebagai pendapatan tambahan atau
untuk reinvestasi.
5. Investasi Indeks: Investasi ekuitas indeks melibatkan membeli saham-saham yang
tergabung dalam indeks pasar saham tertentu, seperti S&P 500 atau Dow Jones Industrial
Average. Investor yang melakukan investasi indeks bertujuan untuk mencerminkan
kinerja keseluruhan pasar saham dan mendapatkan diversifikasi yang luas dengan
mengikuti perubahan dalam komposisi indeks.
Setiap jenis klasifikasi investasi ekuitas ini memiliki karakteristik, risiko, dan potensi
pengembalian yang berbeda. Pemilihan jenis investasi yang tepat bergantung pada profil risiko
dan tujuan investasi individu.

4. Investasi utang dianggap telah mengalami penurunan nilai ketika kemungkinan


pengembalian dana pokok atau bunga yang diharapkan dari investasi tersebut menurun.
Penurunan nilai ini biasanya terjadi ketika kondisi keuangan peminjam (debitur)
memburuk atau ketika terdapat ketidakpastian atas kemampuan debitur untuk membayar
kembali pinjaman sesuai jadwal.

Untuk menghitung penurunan nilai investasi utang, umumnya digunakan metode nilai tercatat
(amortized cost method) dan metode nilai wajar (fair value method). Berikut adalah penjelasan
singkat mengenai kedua metode tersebut:

1. Metode Nilai Tercatat (Amortized Cost Method):


Metode ini digunakan ketika investasi utang diharapkan akan dipertahankan hingga jatuh tempo
dan peminjam memiliki kemampuan untuk membayar kembali pinjaman. Penurunan nilai
dihitung dengan membandingkan nilai tercatat investasi dengan nilai kini (present value) dari
arus kas yang diharapkan akan diterima dari investasi tersebut. Jika nilai kini arus kas lebih
rendah dari nilai tercatat, maka terdapat penurunan nilai investasi.

2. Metode Nilai Wajar (Fair Value Method):


Metode ini digunakan ketika investasi utang diharapkan akan dijual sebelum jatuh tempo atau
ketika terdapat ketidakpastian atas kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjaman.
Penurunan nilai dihitung dengan membandingkan nilai wajar investasi saat ini dengan nilai wajar
sebelumnya. Jika nilai wajar saat ini lebih rendah dari nilai wajar sebelumnya, maka terdapat
penurunan nilai investasi.

Dalam kedua metode tersebut, penurunan nilai investasi utang diakui sebagai kerugian dan
dicatat sebagai pengurangan nilai investasi dalam laporan keuangan. Perusahaan biasanya juga
harus melakukan evaluasi secara periodik terhadap investasi utang yang dimilikinya untuk
menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai yang harus diakui.

Penting untuk dicatat bahwa proses penilaian penurunan nilai investasi utang dapat melibatkan
pertimbangan yang kompleks dan bergantung pada faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, risiko
kredit, dan perkiraan arus kas masa depan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsultasikan
dengan profesional akuntansi atau ahli keuangan yang kompeten untuk menghitung penurunan
nilai investasi utang secara tepat.

5. Apa perbedaan utama antara instrumen keuangan tradisional dan instrumen keuangan
derivatif?

Perbedaan utama antara instrumen keuangan tradisional dan instrumen keuangan derivatif
terletak pada sifat, karakteristik, dan cara mereka digunakan dalam aktivitas keuangan. Berikut
adalah beberapa perbedaan penting antara keduanya:

1. Sifat Kontrak:
- Instrumen Keuangan Tradisional: Instrumen keuangan tradisional mewakili kepemilikan
langsung terhadap aset atau utang tertentu. Contoh instrumen keuangan tradisional termasuk
saham, obligasi, pinjaman bank, dan deposito.
- Instrumen Keuangan Derivatif: Instrumen keuangan derivatif tidak mewakili kepemilikan
langsung terhadap aset, tetapi nilainya berasal dari aset acuan (underlying asset) atau variabel
lain. Contoh instrumen keuangan derivatif termasuk opsi (options), kontrak berjangka (futures
contracts), dan swap.

2. Risiko dan Imbal Hasil:


- Instrumen Keuangan Tradisional: Imbal hasil dan risiko instrumen keuangan tradisional
bergantung pada kinerja langsung aset yang mendasarinya. Misalnya, imbal hasil saham
bergantung pada kenaikan harga saham dan dividen yang diterima, sedangkan imbal hasil
obligasi bergantung pada tingkat bunga dan kemampuan penerbit untuk membayar bunga dan
pokok.
- Instrumen Keuangan Derivatif: Imbal hasil dan risiko instrumen keuangan derivatif terkait
dengan pergerakan atau perubahan nilai aset acuan. Contohnya, nilai opsi saham berubah
berdasarkan fluktuasi harga saham yang mendasarinya.

3. Tujuan Penggunaan:
- Instrumen Keuangan Tradisional: Instrumen keuangan tradisional digunakan untuk tujuan
investasi atau pembiayaan. Mereka memberikan akses langsung ke kepemilikan aset atau sumber
pendanaan.
- Instrumen Keuangan Derivatif: Instrumen keuangan derivatif digunakan untuk tujuan lindung
nilai (hedging), spekulasi, atau arbitrase. Mereka memungkinkan para pelaku pasar untuk
mengelola risiko atau memperoleh keuntungan dari fluktuasi harga atau variabel lainnya tanpa
kepemilikan langsung atas aset yang mendasarinya.

4. Kompleksitas dan Nilai Waktu:


- Instrumen Keuangan Tradisional: Instrumen keuangan tradisional umumnya memiliki struktur
dan karakteristik yang lebih sederhana, serta memiliki jangka waktu yang tetap.
- Instrumen Keuangan Derivatif: Instrumen keuangan derivatif cenderung lebih kompleks dalam
struktur dan terkadang melibatkan persyaratan kontrak yang rumit. Selain itu, instrumen derivatif
sering memiliki tanggal jatuh tempo tertentu dan tergantung pada waktu yang berlalu.

Penting untuk dicatat bahwa instrumen keuangan derivatif dapat memiliki risiko yang lebih
tinggi dibandingkan dengan instrumen keuangan tradisional karena eksposur terhadap fluktuasi
harga atau variabel lainnya. Karena itu, pemahaman yang mendalam dan manajemen risiko yang
baik sangat

penting saat menggunakan instrumen keuangan derivatif.

6. Garfield Company melakukan investasi dalam obligasi Chester Corporation senilai


€ 80.000, suku bunga kupon 9%, dan jangka waktu 5 tahun. Obligasi tersebut dibeli
pada harga € 74.086 dan memberikan imbal hasil sebesar 11%. Garfield berencana untuk
memiliki obligasi tersebut dan memperoleh arus kas kontraktual. Buatlah jurnal Garfield
untuk:
a. Pembelian investasi
b. Penerimaan bunga tahunan dan amortisasi diskonto!

A. Investasi Hutang € 74.086


Kas € 74.086
b. Kas ( € 80.000 x 0.9 ) € 7.200
Investasi Hutang € 949
Pendapatan Bunga ( € 74.086 x 11 ) € 8.149

7. Pada 1 Januari 2010, Jennings Company membeli obligasi pada nilai pari sebesar €
300.000. Obligasi tersebut memiliki suku bunga kupon 10%. Obligasi tersebut bertanggal
1 Januari 2010 dan jatuh tempo pada 1 Januari 2015 dengan piutang bunga pada 31
Desember setiap tahunnya. Obligasi tersebut dimiliki untuk memperoleh arus kas
kontraktual.
Diminta:
a. Buatlah jurnal pada tanggal pembelian obligasi!
b. Buatlah jurnal untuk mencatat bunga yang diterima selama 2010!
c. Buatlah jurnal untuk mencatat bunga yang diterima selama 2011!

a. Jurnal pada tanggal pembelian obligasi:


Tanggal 1 Januari 2010:
Investasi Obligasi €300.000
Kas €300.000

b. Jurnal untuk mencatat bunga yang diterima selama 2010:


Tanggal 31 Desember 2010:
Piutang Bunga ( 300.000 x 10% x 12/12 ) €30.000
Pendapatan Bunga €30.000

c. Jurnal untuk mencatat bunga yang diterima selama 2011:


Tanggal 31 Desember 2011:
Piutang Bunga ( 300.000 x 10% x 12/12 ) €30.000
Pendapatan Bunga €30.000

You might also like