Professional Documents
Culture Documents
Pedoman Gizi Lansia
Pedoman Gizi Lansia
PELAYANAN GIZI
LANJUT USIA
ISBN 978-602-235-039-2
1. Judul I.NUTRITION
II. GERIATRIC - HEALTH SERVICES FOR THE
AGED
KATA PENGANTAR
secara paripurna, baik dari aspek kesehatan, gizi, aspek mental dan sosial.
Upaya pelayanan kesehatan paripurna bagi para lanjut usia perlu dikembangkan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lanjut usia, termasuk di dalamnya
upaya pelayanan gizi pada lanjut usia. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya
angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, disamping penyakit infeksi dan
kurang gizi. Karena itu upaya pelayanan gizi merupakan bagian yang penting untuk
meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia agar tetap sehat dan produktif.
Buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia ini disusun dengan tujuan agar
dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit, Puskesmas maupun
sarana pelayanan kesehatan lain dalam mengoptimalkan pelayanan gizi bagi lanjut
usia yang selaras dengan program kesehatan lainnya.
Kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan dan penyempurnaan buku ini
sangat diharapkan, semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam rangka
pengembangan program gizi pada lanjut usia.
i
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
LAMPIRAN ........................................................................................................ 30
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. KMS Lansia dan Brosur makanan Sehat untuk Lanjut Usia ....... 30
Lampiran 11. Menu Untuk Lansia dengan Berat Badan Kurang ...................... 40
Lampiran 12. Menu Untuk Lansia dengan Berat Badan Lebih (Kegemukan) .... 41
Lampiran 14. Contoh Menu Untuk Lansia Tanpa Gigi dan Konstipasi .............. 54
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Sasaran rencana strategi
Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan UHH dari
70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun 2000, jumlah lansia 14,4
juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010
jumlah lansia sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk.
Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus
meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa.
1
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi
penyakit pada lanjut usia 55-64 tahun adalah Penyakit Sendi 56,4%, Hipertensi
53,7%, Stroke 20,2‰, Penyakit Asma 7,3%, Jantung 16,1%, Diabetes 3,7%,
Tumor 8,8%. Meningkatnya penyakit degeneratif pada lanjut usia ini akan
meningkatkan beban ekonomi keluarga, masyarakat dan negara.
Pelayanan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan lanjut usia dapat
dilakukan di semua fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta. Dengan meningkatkan pelayanan gizi pada lanjut usia diharapkan
dapat menanggulangi masalah gizi lanjut usia sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan status gizi dan kesehatan lanjut usia.
B. Tujuan
Umum : M eningkatkan status kesehatan lanjut usia agar sehat, mandiri dan
produktif melalui pelayanan gizi yang bermutu.
Khusus :
a. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
gizi pada lanjut usia.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi pada lanjut usia.
c. Meningkatkan status gizi lanjut usia.
C. Sasaran
Sasaran pelayanan gizi lanjut usia terdiri dari:
1. Sasaran langsung:
a. Pra lanjut usia (45-59 tahun)
b. Lanjut usia (60-69 tahun)
c. Lanjut usia risiko tinggi ( ≥ 70 tahun atau > 60 tahun dengan masalah
kesehatan)
2. Sasaran tidak langsung:
a. Tenaga kesehatan
b. Keluarga dimana lanjut usia berada
c. Masyarakat di lingkungan lanjut usia/kader lansia
d. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan lanjut usia
2
D. Kebijakan dan Strategi
Kebijakan dan Strategi pelayanan gizi lanjut usia disesuaikan dengan kebijakan
dan strategi program kesehatan lanjut usia :
1. Kebijakan :
a. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan secara terpadu dengan
meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor.
b. Pembinaan gizi lanjut usia terutama ditujukan pada upaya peningkatan
kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap
produktif dan berperan aktif dalam pembangunan.
c. Pembinaan gizi lanjut usia sebagai bagian dari upaya kesehatan
keluarga melalui pelayanan kesehatan di tingkat dasar dan rujukan.
d. Pembinaan gizi lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan holistik
dengan memperhatikan nilai sosial dan budaya.
e. Upaya promotif dan preventif dilaksanakan secara komprehensif
bersama-sama dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lanjut usia dilakukan
atas dasar kekeluargaan dan gotong-royong, dibina oleh pemerintah
pada semua tingkat administrasi.
2. Strategi:
a. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi kepada stakeholder dan
pengambil kebijakan.
b. Meningkatkan pelayanan gizi lanjut usia baik individu maupun
masyarakat.
c. Meningkatkan upaya deteksi dini adanya masalah gizi lanjut usia.
d. Meningkatkan sistem informasi dalam setiap kegiatan pelayanan gizi
lanjut usia.
e. Menyediakan fasilitas pelayanan gizi lanjut usia.
f. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam
pelayanan gizi lanjut usia.
g. Meningkatkan pendidikan gizi lanjut usia melalui KIE.
h. Memantapkan kerjasama lintas program, lintas sektor, LSM dan swasta.
i. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan
mandiri.
3
BAB II
GIZI LANJUT USIA
A. Batasan
Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Usia pertengahan (45-59 tahun)
2. Lanjut usia (60-74 tahun)
3. Lansia tua (75-90 tahun)
4. Usia sangat tua (> 90 tahun)
B. Proses Menua
Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang
masa, sejak dari janin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses
menua berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan.
Pada akhirnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia
pada jaringan tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
secara keseluruhan.
4
Faktor yang mempengaruhi proses menua
FAKTOR EKSTERNAL
STESSOR PSIKOSOSIAL PENDIDIKAN
PENY. INFEKSI/
KONSUMSI DEGENERATIF
Faktor internal
HYGIENE SANITASI/
SOS-BUD PROSES MENUA LINGKUNGAN
Faktor biologi
KELUARGA/ LINGKUP
PENGASUH PERGAULAN/
KELOMPOK
EKONOMI MASYARAKAT
Berikut tabel kondisi lanjut usia yang dapat mempengaruhi status gizi.
KONDISI PERUBAHAN
NO STATUS GIZI
LANJUT USIA POLA MAKAN
Metabolisme basal Kebutuhan energi Cenderung
1
menurun menurun kegemukan/obesitas
Aktivitas/ kegiatan fisik Energi yang dipakai Cenderung
2
berkurang sedikit kegemukan/obesitas
Cenderung
3 Ekonomi meningkat Konsumsi berlebih
kegemukan/obesitas
Makan tidak enak/ Dapat terjadi kurang
4 Fungsi indera menurun
nafsu makan menurun gizi
Kesulitan makan
Penyakit periodental makanan berserat Dapat terjadi kurang
5 atau (sayur, daging) , gizi dan kegemukan/
gigi tanggal cenderung makan obesitas
makanan lunak
6
Penurunan sekresi
Mengganggu Defisiensi zat gizi
asam lambung dan
6 penyerapan vitamin mikro
enzim pencernaan
dan mineral
makanan
Susah buang air Wasir (perdarahan) à
7 Mobilitas usus menurun
besar anemia
Sering menggunakan Menurunkan nafsu Dapat terjadi kurang
8
obat-obatan/alkohol makan gizi
Kesulitan untuk
Gangguan kemampuan Dapat terjadi kurang
9 menyiapkan makanan
motorik gizi
sendiri
Kurang bersosialisasi
Nafsu makan Dapat terjadi kurang
10 , kesepian (perubahan
menurun gizi
psikologis)
Asupan makanan Dapat terjadi kurang
11 Pendapatan menurun
menurun gizi
Dapat terjadi kurang
Sering makan/lupa
12 Demensia (pikun) gizi dan kegemukan/
makan
obesitas
C. Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses
fisiologi dan psikososial sebagai akibat proses menua.
7
3. Aktivitas fisik dan pekerjaan
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada
berurangnya aktivitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang.
Kecukupan zat gizi seseorang juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-
hari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaaan seseorang makin besar
zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaaan fisik yang berat
memerlukan zat gizi yang lebih banyak.
4. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energi lebih banyak dibandingkan
postur tubuh yang lebih kecil.
5. Iklim/suhu udara
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat
gizi lebih untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
6. Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai
dengan kondisi kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan
stressor psikososial yang kerap terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi
kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasi sesudah sakit memerlukan
penyesuaian kebutuhan gizi.
7. Lingkungan.
Lanjut usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik,
industri, dll) perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein,
vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi.
Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang.
Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia
untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan
gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung secara individu.
8
havermout, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat
yang berasal dari biji-bijian dan kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai
sumber energi dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi
konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup.
3. Batasi konsumsi lemak dan minyak
Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak
tinggi tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko terjadinya berbagai
penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan lain-
lain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari
kacang-kacangan, alpukat, miyak jagung, minyak zaitun. Lemak minyak ikan
mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol dan mencegah
arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya
mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi.
4. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel
darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti
daging, hati dan sayuran hijau. Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila
berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia gizi besi dengan tanda-
tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mata berkunang-kunang. Demikian
juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dalam
jumlah cukup.
5. Biasakan makan pagi
Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan
fisik, mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas
kerja. Lanjut usia sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat
dan produktif.
6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah
yang bersih dan tertutup. Air sangat dibutuhkan sebagai media dalam
proses metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air minum akan
mengakibatkan kesadaran menurun.
7. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
Agar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolah
raga. Aktifitas fisik sangat penting peranannya bagi lansia. Dengan
melakukan aktifitas fisik, maka lanjut usia dapat mempertahankan bahkan
meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena keterbatasan fisik
yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam melakukan aktifitas
fisik sehari-hari.
9
8. Pesan lainnya :
- Tidak minum alkohol
- Mambaca label makanan
D. Masalah gizi
Masalah gizi lanjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak
usia muda yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan
masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik,
ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah kurang gizi juga
banyak terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik (KEK), anemia dan
kekurangan zat gizi mikro lain.
b. Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung
menjadi lebih tinggi. Selain itu pembuluh darah pada lanjut usia sering
mengalami aterosklerosis (lebih tebal dan kaku), sehingga tekanan
darah akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di pembuluh darah otak
akan memacu timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di jantung dapat
menyebabkan serangan jantung berupa nyeri dada atau kematian otot
jantung (angina pektoris atau infark miokard) yang dapat menyebabkan
kematian.
c. Diabetes Mellitus
Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa
darah yang melebihi nilai normal (gula darah puasa ≥ 126 gr/dl dan atau
gula darah sewaktu diatas 200 gr/dl). Diabetes umumnya disebabkan
oleh kerusakan sel beta di pankreas yang menghasilkan fungsi insulin,
sehingga kekurangan insulin atau dapat juga terjadi karena gangguan
fungsi insulin dalam glukosa ke dalam sel. Pada orang dengan berat
badan lebih, hiperglikemia terjadi karena insulin yang dihasilkan oleh
pankreas tidak mencukupi kebutuhan.
11
DM Tipe I : Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena
terjadi kerusakan sel dan pankreas. Umumnya B
normal atau di bawah normal dan disertai dengan
trias DM, polifagi, poliuri, polidipsi (banyak makan,
banyak minum dan banyak kencing)
DM TipeII : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM),
selain terjadi kerusakan sel dan pankreas juga disertai
tidak berfungsinya insulin, 75% penderita DM tipe II
adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.
f. Arthritis Gout
Kelainan metabolisme protein menyebabkan kadar asam urat dalam
darah meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang
menyebabkan rasa nyeri dan bengkak sendi. Pada penderita gout perlu
pembatasan konsumsi lemak, protein, purin, untuk penurunan kadar
asam urat. Disarankan banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari.
12
BAB III
PELAYANAN GIZI INDIVIDU
Pelayanan gizi secara individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh Tim
Asuhan Gizi dan merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan lanjut usia/
geriatri yang terpadu, sehingga pelaksanaannya ditangani bersama-sama secara
terkordinasi oleh berbagai disiplin ilmu terkait.
Kerjasama antara lanjut usia, keluarga/pengasuh dengan tim asuhan gizi sangat
penting untuk menunjang keberhasilan pelayanan gizi lanjut usia.
a. Rawat Jalan
Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan merupakan pelayanan gizi secara individu
dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk melakukan dan
mendukung keberhasilan proses konseling gizi.
b. Rawat Inap
Kegiatan pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi secara individu
dengan serangkaian kegiatan asuhan gizi terstandar untuk memberikan
intervensi gizi.
Kegiatan intervensi gizi yang diberikan meliputi pelayanan makan dan konseling
gizi, serta kunjungan rumah sebagai tindak lanjut kegiatan.
A. Penapisan
Sebelum memberikan pelayanan gizi pada lanjut usia perlu dilakukan
penapisan gizi untuk menentukan apakah lanjut usia dalam kondisi malnutrisi.
Ada beberapa instrumen penapisan gizi yang dapat dilakukan pada lanjut
usia khususnya untuk gizi kurang, antara lain Mini Nutritional Assessment
(MNA) dan Nutritional Screening Initiative (NSI). Instrumen penapisan dapat
membantu untuk identifikasi status gizi lanjut usia. Berdasarkan hasil penapisan
selanjutnya lanjut usia yang berisiko perlu mendapat pelayanan gizi.
13
gizi. Dengan PAGT diharapkan ahli gizi di tempat pelayanan kesehatan dapat
memberikan pelayanan secara efektif dan berkualitas terhadap lanjut usia.
PAGT meliputi :
Cara pengukuran :
a) Posisikan lansia berdiri tegak pada permukaan tanah/lantai
yang rata tanpa memakai alas kaki(sandal, sepatu)
b) Posisikan Ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan
menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian jari-
jari kaki
c) Pandangan mata lurus kedepan
d) Kedua lengan menggantung santai menempel didinding tembok
e) Pada waktu mengukur TB, punggung, tumit, pantat dan belakang
kepala menempel pada tembok, posisi kepala tegak dan pandangan
mata lurus ke depan, lengan menggantung di sisi
2. Pengukuran Berat Badan
a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan berat
badan tanpa pegas
b) Alat sudah ditera
c) Letakkan di lantai yang rata posisikan angka sampai
menunjukkan angka nol
d) Hasil pengukuran dibaca pada skala dengan ketelitian 0,1 cm
e) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala
Cara Pengukuran :
a) Lansia berdiri tegak dengan memakai pakaian seminimal
mungkin, tidak membawa beban atau benda apapun dan tanpa
alas kaki (sandal, sepatu)
b) Mata menutup lurus kedepan, dan tubuh tidak membungkuk
c) Pembacaan dilakukan pada alat secara langsung
3. Pengukuran Panjang Depa
Kondisi/ Syarat Pengukuran
a) Lansia yang diukur harus memiliki kedua tangan yang dapat
direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus mendatar/
horizontal dan dan tidak dikepal
b) Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit
atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat dilakukan
c) Panjang depa tidak dianjurkan diukur dalam posisi berbaring
atau telentang karena dapat mengurangi tingkat ketelitian hasil
pengukuran sehingga hasilnya kurang akurat (WHO 1995)
15
Cara Pengukuran :
a) Lansia berdiri dengan kaki dan bahu menempel membelakangi
tembok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok.
b) Bagian atas kedua lengan hingga ujung telapak tangan
menempel erat didinding sepanjang mungkin
c) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulaI dari
bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah
tangan kiri
4. Pengukuran Tinggi Lutut
a) Kondisi Syarat Pengukuran :
Tingggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan
sehingga sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan
seseorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang
tidak dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya
b) Alat Pengukuran :
Penggaris kayu/ stailess stell dengan mata pisau menempel
pada sudut 900 pada kaki kiri
Cara pengukuran :
a) Lansia diukur dalam posisi duduk atau berbaring/ tiduran
diatas lantai atau kasur deengan permukaan rata/ flat tanpa
menggunakan bantal atau alas kepala (topi) apapun
b) Segitiga kayu diletakkan pada kaki kiri antara tulang kering
dengan tulang paha membentuk sudut 90 0
c) Penggaris kayu/ stailess stell ditempatkan diantara tumit sampai
bagian tertinggi dari tulang lutut. Pembacaan dilakukan pada
alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
5. Pengukuran Tinggi Duduk
Kondisi syarat pengukuran :
a) Bila lansia tidak dapat berdiri tegak dan atau merentangkan
kedua tangannya sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral
dan tidak dikepal.
b) Jika salah satu atau kedua pergelangan tangan tidak dapat
diluruskan karena sakit atau sebab lainnya
Alat Pengukuran :
a) Alat ukur antropometer terdiri dari bangku duduk dari kayu
dengan panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 40 cm bagi
lansia laki-laki dan 35 cm bagi lansia perempuan.
16
b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding
Cara Pengukuran
a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-kan dulu
sampai lantai
b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak, kepala dan tulang
belakang/punggung menempel rapat ke dinding
c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha
d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi)
e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding
bangku dan mata menatap lurus ke depan
f) Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di
dinding tepat di atas kepala, setelah dikurangi tinggi bangku
b) IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk lanjut usia dengan kondisi khusus
(tidak dapat berdiri atau bongkok) dapat merujuk pada tabel BB/TL,
BB/PD, BB/TD ( terlampir),
17
c) Lingkar perut
Digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Cara pengukurannya
adalah dengan berpuasa pada malam hari sebelum pemeriksaan
dan pada hari pemeriksaan mengenakan pakaian yang ringan.
Pengukuran dilakukan dalam posisi berdiri tegak dengan kedua
tangan disamping dan kaki rapat. Tepi tulang iga yang terendah
dan Krista iliaka pada garis aksila tengah (mid- axillary line) diberi
tanda dengan pena. Pita pengukur non elastic diletakkan melintang
di pertengahan antara kedua tanda tersebut melingkari perut secara
horizontal. Kemudian dilakukan pembacaan dalam sentimeter.
Selama dilakukan pengukuran, pasien diminta untuk bernapas biasa
(Gibson, 2005). Klasifikasi lingkar perut adalah dikatakan obesitas
sentral jika lingkar perut pada laki-laki ≥ 90 cm dan perempuan ≥ 80
cm.
b. Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang
lain yang memberikan informasi mengenai status gizi guna menegakkan
diagnosis gizi.
Berikut ini adalah beberapa parameter biokimia yang sering digunakan:
1. Albumin rendah/hipoalbuminemia mengindikasikan adanya
defisiensi protein, stress akut, katabolisme, overload cairan, gagal
hati, pembedahan. Albumin tinggi/hiperalbuminemia kemungkinan
dehidrasi dan gagal ginjal. Selain dalam darah, kadar albumin juga
dapat diperiksa dalam urin.
2. Asam folat serum rendah mengindikasikan adanya defisiensi asam
folat, vitamin B12, anemia makrositik, penggunaan obat-obatan
tertentu.
3. Glukosa darah tinggi/hiperglikemia mengindikasikan adanya
perubahan metabolisme karbohidrat, kelebihan intake energi,
kanker, diabetes mellitus, infus dekstrosa yang berlebihan, infeksi,
respon stres, penggunaan obat-obatan. Glukosa darah rendah/
hipoglikemia, kemungkinan penghentian makanan parenteral total
yang mendadak, pemberian insulin yang berlebihan. Selain itu
glukosa dapat juga diperiksa dengan urin reduksi.
4. Hemoglobin rendah mengindikasikan kemungkinan adanya
defisiensi protein, Fe, anemia, perdarahan.
5. Natrium serum tinggi/hipernatremia mengindikasikan adanya defisit
volume cairan, pemberian natrium yang berlebihan, kehilangan air
18
bebas yang terjadi sekunder akibat interaksi obat. Natrium serum
rendah/hiponatremia, kemungkinan kelebihan cairan, kehilangan
natrium lewat saluran cerna, sonde dengan formula susu rendah
natrium untuk waktu yang lama.
c. Klinis
Data klinis meliputi suhu tubuh, tekanan darah, keluhan-keluhan yang
dirasakan seperti penurunan nafsu makan, gangguan metabolisme
berupa mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan. Berikut ini
beberapa contoh tanda klinis :
1. Penurunan berat badan mengindikasikan defisiensi energi,
penurunan berat badan secara akut kemungkinan defisiensi cairan,
sedangkan peningkatan berat badan kemungkinan kelebihan intake
energi.
2. Rambut pudar, kering, mudah patah mengindikasikan defisiensi
protein, rambut mudah dicabut tanpa rasa sakit kemungkinan
defisiensi protein, rambut rontok kemungkinan defisiensi protein,
seng, biotin / kelebihan vitamin A, hilangnya pigmen rambut pada
sekeliling kepala, kemungkinan defisiensi protein dan tembaga.
3. Mimisan (Epistaksis) mengindikasikan defisiensi vitamin K,
pembesaran tiroid kemungkinan defisiensi iodium.
4. Hepatomegali mengindikasikan defisiensi protein atau kelebihan
vitamin A, ascites kemungkinan defisiensi protein dan atau kelebihan
intake cairan.
5. Kehilangan massa otot kemungkinan defisiensi energi .
6. Parestesia (sakit dan perasaan geli atau sensasi yang berubah
pada anggota gerak),ataksia (penurunan perasaan getaran dan
posisi tremor penurunan reflek tendon), konfabulasi, disorientasi
mengantuk, letargi kemungkinan defisiensi vitamin B dan C .
d. Riwayat makan
Mengkaji data riwayat makan yaitu mengkaji kebiasaan makan klien
secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif digunakan Formulir
Food Frequency (FFQ) dan dari hasilnya dapat diketahui seberapa
sering seseorang mengkonsumsi bahan makanan sumber zat gizi
tertentu. Secara kuantitatif digunakan Formulir Food Recall dan dari
hasilnya dapat diketahui berapa besar pencapaian asupan energi dan
zat gizi seseorang terhadap angka kebutuhan gizi.
19
e. Riwayat Personal
Pengumpulan dan pengkajian data riwayat pasien meliputi riwayat obat
dan suplemen yang dikonsumsi, sosial budaya, riwayat penyakit dan
data umum pasien, sebagai berikut:
agama
Sosial Budaya l Situasi rumah
l Akses sosial
gizi
l Riwayat penyakit dulu dan sekarang
l Riwayat pembedahan
Riwayat Penyakit
l Penyakit kronik atau resiko komplikasi
l Kemampuan kognitif
l Umur
l Jenis kelamin
l Tingkat pendidikan
2. MENEGAKKAN DIAGNOSIS
Setelah mendapatkan data mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat,
pola makan, bentuk dan frekuensi makan serta pantangan makan, lakukan
pengkajian data dengan menganalisis asupan gizinya dan dibandingkan
dengan AKG serta anjuran gizi sesuai dengan penyakitnya, uraikan kepada
klien, analisis permasalahan yang dihadapi.
20
3. INTERVENSI GIZI
Intervensi gizi bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi yang sudah
ditegakkan pada diagnosis gizi. Pemecahan masalah yang dipilih dengan
mempertimbangkan faktor–faktor seperti dukungan keluarga, sosial
ekonomi, pemanfaatan pekarangan, dll.
21
3. Perhitungan kebutuhan lemak
a) Pada lanjut usia konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 20-
25% dari kebutuhan energi dengan rasio lemak tidak jenuh :
lemak jenuh = 2 : 1
b) Kolesterol merupakan sejenis lemak yang hanya terdapat di
makanan hewani terutama pada otak, hati, daging berlemak,
kuning telur, konsumsinya harus dibatasi. Kolesterol tidak
melebihi 300 mgr / hari didalam makanan.
6. Serat
Kebutuhan serat 25-30 gram/ hari
7. Kebutuhan cairan
Masukan cairan perlu diperhatikan karena adanya mekanisme rasa
haus dan menurunnya cairan tubuh total (penurunan massa lemak).
Lanjut usia membutuhkan cairan antara 1,5 – 2 liter per hari (6-8
gelas).
22
b. Preskripsi Diet
23
e) Aspek Pesan
1) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan
2) Porsi kecil tapi sering, jarak antara dua waktu makan tidak
kurang dari 3 jam
3) Biasakan sarapan pagi dan makan malam lebih awal
4) Pilihlah jenis makanan selingan yang sehat, seperti : buah
buahan segar, dan makanan yang direbus
5) Perilaku makan sesuai dengan prinsip gizi seimbang bagi lansia
6) Makanan yang dikukus, dipanggang, direbus lebih baik daripada
digoreng.
7) Dianjurkan memilih makanan dengan bumbu yang tidak
merangsang
c. Rujukan
Pada kasus tertentu yang membutuhkan penanganan khusus dan
lebih lanjut rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
24
Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari
diagnosis gizi.
c. Evaluasi hasil, Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan monitoring dan
evaluasi di atas kita akan mendapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
1) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi
2) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman,
suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral
3) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi Pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter
pemeriksaan fisik
4) Dampak terhadap pasien/ klien terkait gizi Pengukuran yang terkait
dengan persepsi pasien/ klien terhadap intervensi yang diberikan
dan dampakn pada kualitas hidupnya.
25
BAB IV
PELAYANAN GIZI MASYARAKAT
Pelayanan gizi masyarakat ditujukan bagi lanjut usia yang berada di keluarga,
kelompok lanjut usia (posyandu lanjut usia, pos pembinaan terpadu/posbindu, dll)
dan panti werdha.
A. KELUARGA
Pelayanan gizi lanjut usia yang berada di keluarga dilakukan oleh tenaga
kesehatan melalui pendampingan tenaga kesehatan terhadap anggota keluarga
dalam meningkatkan dan mempertahankan status gizi lanjut usia. Pelayanan
gizi lanjut usia di keluarga terdiri dari:
a. Pendidikan gizi
Pendidikan gizi pada lanjut usia yang dilakukan di rumah pada prinsipnya
memberikan pendidikan pada lanjut usia dan keluarganya yang bertujuan
agar lanjut usia:
1) Mendapatkan gizi yang cukup sesuai dengan kondisinya (sehat/sakit).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
3) Mengatasi perubahan fungsi saluran pencernaan yang menyertai
proses penuaan.
4) Mencegah dan menghambat osteoporosis dan mencegah terjadinya
gangguan gizi (kegemukan/obesitas atau kurang gizi termasuk kurang
zat gizi mikro).
b. Penyediaan Makanan
Penyediaan makanan pada lanjut usia sebaiknya dilakukan oleh anggota
keluarga atau pengasuh khusus untuk lanjut usia. Tenaga kesehatan dan
ahli gizi dari puskesmas melakukan kunjungan rumah untuk memberikan
nasehat diet dan membantu menyusun menu untuk lanjut usia.
c. Rujukan
Pada kasus tertentu yang membutuhkan penanganan khusus dan lebih
lanjut seperti tidak ada asupan makan selama 3 hari terakhir dan terjadi
26
penurunan status gizi (menjadi semakin kurus, lemah, lesu) dapat dirujuk
ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan kesehatan lebih lanjut.
Kelompok lanjut usia (Poksila) adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sebagai wadah pelayanan kepada
lanjut usia di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat bersama dengan lintas sektor, LSM, swasta dan
organisasi sosial dengan kegiatan utama adalah upaya promotif dan preventif.
Kegiatan Kelompok Lanjut Usia dilakukan oleh kader terlatih yang didampingi
oleh tenaga kesehatan.
27
atau dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Topik penyuluhan
disesuaikan dengan masalah gizi yang ada pada lanjut usia.
3. Penyelenggaraan makanan
Penyusunan diet dan menu dapat dilakukan untuk kelompok namun tetap
memperhitungkan kebutuhan individu lanjut usia yang dirawat. Untuk
kegiatan ini sebaiknya panti memiliki ahli gizi sendiri agar pelayanannya
dapat berlangsung dengan lebih baik. Contoh menu dapat dilihat pada
lampiran.
4. Konseling gizi
Pada kasus yang memerlukan konseling gizi pada lanjut usia di PSTW,
diberikan konseling oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan yang terlatih. Bila
ada masalah lebih lanjut sebaiknya dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat.
28
BAB V
PENUTUP
Pelayanan gizi lanjut usia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan program kesehatan lanjut usia. Diharapkan Pelayanan gizi lanjut usia
menjadi salah satu program prioritas Kabupaten/Kota untuk meningkatkan status
kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia secara berkesinambungan.
Buku Pedoman Pelayanan gizi lanjut usia bagi Tenaga Kesehatan ini diharapkan
dapat menjadi pegangan/rujukan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
dan masyarakat.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan dan gizi lanjut usia sehingga dapat hidup sehat, aktif dan produktif
melalui pelayanan gizi yang bermutu.
29
Lampiran 1. KMS Lansia dan Brosur Makanan Sehat untuk Lanjut Usia
30
Lampiran 2. Tabel Angka Kecukupan Gizi
31
Lampiran 3. Mini Nutrional Assessment I. Skrining
Nama :
Jenis kelamin :
Tanggal :
Umur :
Berat badan (kg) :
Tinggi badan (cm) :
FORM SKRINING*
A. Apakah anda mengalami penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir disebabkan
kehilangan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau menelan?
0 = kehilangan nafsu makan berat (severe)
1 = kehilangan nafsu makan sedang (moderate)
2 = tidak kehilangan nafsu makan
B. Kehilangan berat badan dalam tiga bulan terakhir ?
0 = kehilangan BB > 3 kg
1 = tidak tahu
2 = kehilangan BB antara 1 – 3 kg
3 = tidak mengalami kehilangan BB
C. Kemampuan melakukan mobilitas ?
0 = di ranjang saja atau di kursi roda
1 = dapat meninggalkan ranjang atau kursi roda namun tidak bisa pergi/jalan-jalan ke luar
2 = dapat berjalan atau pergi dengan leluasa
D. Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir?
0 = ya
2 = tidak
E. Mengalami masalah neuropsikologis?
0 = dementia atau depresi berat
1 = demensia sedang (moderate)
2 = tidak ada masalah psikologis
F. Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) ?
0 = IMT < 19 kg/m2
1 = IMT 19 - 21
2 = IMT 21 – 23
3 = IMT > 23
SKOR SKRINING
l Sub total maksimal – 14
l Jika nilai > 12 : tidak mempunyai risiko, tidak perlu melengkapi form penilaian
l Jika < 11 : mungkin mengalami malnutrisi, lanjutkan mengisi form penilaian
32
Lampiran 4 Mini Nutrional Assessment II. Penilaian
FORMULIR PENILAIAN **
A. Apakah anda tinggal mandiri ? (bukan di panti/Rumah Sakit)?
0 = tidak
1 = ya
B. Apakah anda menggunakan lebih dari tiga macam obat per hari
0 = ya
1 = tidak
C. Apakah ada luka akibat tekanan atau luka di kulit?
0 = ya
1 = tidak
D. Berapa kali anda mengonsumsi makan lengkap / utama per hari ?
0 = 1 kali
1 = 2 kali
2 = 3 kali
E. Berapa banyak anda mengonsumsi makanan sumber protein ?
l Sedikitnya 1 porsi dairy produk (seperti susu, keju, yogurt) per hari à ya/
tidak
l 2 atau lebih porsi kacang-kacangan atau telur per minggu à ya / tidak
l Daging ikan atau unggas setiap hari à ya / tidak
0.0 = jika 0 atau hanya ada 1 jawabnya ya
0.5 = jika terdapat 2 jawaban ya
1.0 = jika terdapat 3 jawaban ya
F. Apakah anda mengkonsumsi buah atau sayur sebanyak 2 porsi atau lebih per
hari ?
0 = tidak
1 = ya
G. Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per hari ?
0.0 = kurang dari 3 gelas
0.5 = 3 – 5 gelas
1.0 = lebih dari 5 gelas
H. Bagaimana cara makan ?
0 = harus disuapi
1 = bisa makan sendiri dengan sedikit kesulitan
2 = makan sendiri tanpa kesulitan apapun juga
I. Pandangan sendiri mengenai status gizi anda ?
0 = merasa malnutrisi
1 = tidak yakin mengenai status gizi
33
2 = tidak ada masalah gizi
J. Jika dibandingkan dengan kesehatan orang lain yang sebaya/seumur,
bagaimana anda mempertimbangkan keadaan anda dibandingkan orang
tersebut ?
0 = tidak sebaik dia
0.5 = tidak tahu
1.0 = sama baiknya
2.0 = lebih baik
K. Lingkar lengan atas (cm)?
0 = < 21 cm
0.5 = 21 – 22 cm
1.0 >
L. Lingkar betis (cm) ?
0 < 31 cm
1 > 31 cm
**PENILAIAN SKOR:
I. Skor Skrining
II.
Skor Penilaian
Skor total indikator malnutrisi (maksimum 30)
17-23.5 : risiko malnutrisi
Kurang dari 17 : malnutrisi
34
Lampiran 6. Formulir Riwayat Pola Makan/Kebiasaan
35
Lampiran 7. Formulir Recall 24 Jam
36
Lampiran 8. Anamnesis Gizi Pasien Kunjungan Ulang
DIAGNOSIS : DIET :
HIDANGAN SEHARI
JUMLAH
37
Lampiran 9. Contoh Penulisan Asuhan Gizi Dengan Format ADIME
A. Seorang lansia perempuan umur 75 tahun
1. TB = 150 cm, BB = 38 kg, IMT = 16,8. Dalam 6 bulan terakhir pasien
merasa lebih kurus, baju menjadi lebih longgar
2. Gigi sudah banyak yang tanggal/ompong. Pasien sudah pernah punya gigi
palsu tapi tidak dipakai lagi karena sakit bila digunakan. Saat ini pasien
hanya bisa makan makanan yang lunak. Nafsu makan saat ini baik, tapi
kadang malas makan sendirian
3. Pola makan (nasi lembik + ikan/tempe & tahu) 2-3x/hari, makan sayur 1-2x/
minggu, jarang makan buah (karena keras), kue/biscuit 2-3x/minggu
4. Pasien tinggal dengan anak perempuannya yang bekerja dari pagi-sore,
pasien masih suka masak sendiri
38
Lampiran 10. Contoh Menu Untuk Lansia Sehat
39
Lampiran 11. Menu Untuk Lanjut Usia Dengan Berat Badan Kurang
SYARAT DAN CONTOH MENU UNTUK LANJUT USIA DENGAN BERAT BADAN
KURANG
1. Jika seseorang mengalami kekurangan berat badan maka makanan yang
diberikan adalah makanan yang mengandung tinggi kalori dan tinggi Protein.
(TKTP)
2. Diet TKTP adalah diet yang mengandung energy dan protein diatas kebutuhan
normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan
sumber protein tinggi seperti susu, telur dan daging, atau dalam bentuk minuman
enteral nutrisi. Diet ini diberikan bila pasien mempunyai cukup nafsu makan dan
dapat menerima makanan lengkap.
Nilai Gizi
Energi : 2100 Kalori
Protein : 85 gram
Lemak : 40 gram
Karbohidrat : 325 gram
Breat
WAKTU MENU I URT
(Gram)
2 lembar+1
PAGI Roti isi telur 80+50
butir
susu 20 1 gelas
40
10.00 Sari buah 100 1 gelas
Kue sus 50 1 potong
SIANG Nasi 150 1 gelas
Empal gepuk 50 1 potong
Tempe goreng 50 1 potong
sayur lodeh 100 1 gelas
alpukat 100 1 potong
16.00 Bubur kacang ijo 25 1 gelas
MALAM nasi 100 ¾ gelas
Semur Ayam 50 1 potong
Tahu bakso 100 1 potong
Sayur sup 100 1 gelas
pisang 75 1 buah
susu 20 1 gelas
Lampiran 12. Menu Untuk Lanjut Usia Dengan Berat Badan Lebih ( Kegemukan )
SYARAT DAN CONTOH MENU UNTUK LANJUT USIA DENGAN BERAT BADAN
LEBIH (KEGEMUKAN)
Jika berat badan berlebih maka harus mengurangi konsumsi sumber energi untuk
menurunkan berat badan sampai mencapai berat badan normal.
Diet rendah energi untuk usia lanjut harus memenuhi syarat sebagai beikut ;
1. Energi dikurangi sampai dengan 500 Kalori dari kebutuhan normalnya.
Sebaiknya berasal dari karbohidrat dan lemak
2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 gram per kg Berat Badan per hari
3. Lemak sedang, yaitu 20-25 % dari kebutuhan Energi total. Usahakan berasal
dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh
4. Karbohidrat sedikit lebih rendah yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
Gunakan lebih banyak sumber karbohidrat komples untuk memberi rasa
kenyang dan mencegah konstipasi. Sebagai alternatif bisa digunakan gula
buatan sebagai pengganti gula pasir.
41
rendah lemak, kacang kacangan, tempe , tahu, susu kedele.
c. Sayuran yang banyak mengandung serat dan diolah tanpa santan kental
d. Buah, semua macam buah diperbolehkan terutama yang banyak mengandung
serat.
Nilai Gizi
Energi : 1500 Kalori
Protein : 80 gram
Lemak : 35 gram
Karbohidrat : 233 gram
Breat
WAKTU MENU I URT
(Gram)
Roti bakar isi orak arik telur 2 lembar +
PAGI 80 +50 1butir
Jus wortel dan pepaya 100 1 gelas
10.00 Apel 100 1buah
Susu skim 20 1 gelas
SIANG Nasi 150 1 gelas
Ikan pepes 50 1 potong
Tumis Tempe 50 1 potong
Sayur asem 100 1 gelas
Lalap dan sambal 100 1gelas
Jus Jambu biji 100 1 gelas
16.00 Pisang kukus 50 1 potong
42
Semur Ayam 50 1 potong
Perkedel Tahu panggang 75 1 potong
Setup brokoli +Wortel+buncis 100 1 gelas
mangga 75 ½ buah
Pada lanjut usia (lansia) sering dijumpai menderita beberapa penyakit yang bersifat
multipatologi, disebut “Geriatri”.Penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia antara
lain osteoporosis, diabetes mellitus, kardiovaskular, malnutrisi, hipertensi dan lain
lain.
43
Bahan makanan yang tidak dianjurkan :
Makanan tinggi serat yang dimakan bersama dengan makanan sumber kalsium
karena tinggi serat dapat menghambat penyerapan kalsium. Misalnya makan
bekatul dicampur susu; makan teri ikan bersama daun singkong.
Nilai Gizi :
Energi : 1725 Kalori Kalsium : 1224 mg
Protein : 76 gram Vitamin A : 28459 IU
Lemak : 39 gram Besi : 16,3 mg
Karbohidrat : 281 gram Pospor : 1301 mg
SIANG &
Nasi (siang/s+malam/m) 150 1 gelas
MALAM
Ikan pepes duri lunak 50 1 potong
(s/m)
Tahu bacem (s/m) 100 1 potong
Sayur asem (s/m) 100 1 gelas
Pisang (s/m) 75 1 buah
16.00 Jus wortel+nanas 100 +100 1 gelas
44
B. Diet untuk lanjut usia yang menderita Diabetes Melitus
Pengaturan Diet :
1. Jumlah energi ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, aktifitas, suhu tubuh dan kelainan metabolic
2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya (50-60% total energi)
3. Makanan cukup protein, mineral dan vitamin.
4. Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan
45
Contoh menu :
Nilai Gizi :
Energi : 1703 Kalori Kalsium : 531 mg
Protein : 66 gram Vitamin A : 15552 IU
Lemak : 73,7 gram Besi : 20 mg
Karbohidrat : 210 gram Pospor : 827 mg
46
C. Diet untuk komplikasi penyakit jantung
Berbagai penyakit jantung sering menjadi komplikasi lanjut usia biasanya
ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kenaikan trigliserida serta penurunan kolesterol HDL
Tujuan Diet :
a. Menurunkan berat badan (BB) bila terlalu gemuk dan mempertahankan
pada batas normal
b. Mengurangi/menghilangkan penimbiunan cairan/garam
Pengaturan Diet :
a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan bila terlalu gemuk diberikan
pengurangan energy
b. Protein diberikan 15% dari total kebutuhan energy
c. Karbohidrat dibatasi, antara 50-60% dari total energy. Pengurangan terutama
berasal dari karbohidrat murni seperti pengunaan gula pasir dikurangi
d. Lemak < 20% dari total kebutuhan energy, diutamakan menggunakan lemak
tidak jenuh ganda seperti yang terdapat dalam minyak jagung, minyak
kedele, minyak biji bunga matahari dan lain lain
e. Kolesterol dibatasi sehari 300-500 mg
f. Serat cukup antara 20-30 gr/hari berupa serat yang dapat larut seperti
pektin yang terdapat dalam apel, kesemek dan lain lain.
g. Mengurangi natrium terutama apabila ada edema dan hipertensi
Bahan Makanan yang dianjurkan ;
Lemak tidak jenuh, misalnya minyak jagung, minyak kedele, minyak biji
bunga matahari, minyak kapas, minyak zaitun, minyak kacang, kacang
tanah, kacang mede, alpukat
Bahan makanan yang tidak dianjurkan :
a. Bahan makanan tinggi kholesterol atau minyak jenuh dapat meningkatkan
kadar cholesterol darah seperti otak, jeroan (limpa, jantung, paru, babat),
kuning telur, udang, susu full cream, lemak dari daging (sapi, kambing), kulit
ayam, mentega, keju, margarine, santan, minyak kelapa, minyak kelapa
sawit, kepiting, sosis, kornet, daging asap
b. Bahan makanan sumber karbohidrat sederhana : dapat meningkatkan
trigliserida darah
karbohidrat sederhana (Refine) seperti gula pasir, permen, sirup, madu,
termasuk kue kue dari tepung tepungan seperti cake, kue bolu dan biscuit
47
Contoh menu sehari
Nilai Gizi :
Energi : 1722 Kalori Vitamin A : 11257 IU
Protein : 68,3gram Besi : 15,1 mg
Lemak : 44,6 gram Kalsium : 636 mg
Karbohidrat : 275 gram Pospor : 1157 mg
48
MENU UNTUK PENDERITA JANTUNG KORONER
Pengaturan diet
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan, bila terlalu gemuk diberikan pengurangan
energy
b. Protein 0,8 – 1 gram/hari atau 15% dari total energy sehari
c. Natrium diberikan sesuai berat tidaknya hipertensi. Penggunaan garam
dapur dikurangi sesuai kebutuhan natrium
d. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
e. Frekuensi pemberian makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien
49
Bahan makanan yang dianjurkan :
a. Bahan makanan yang tinggi kalium untuk membantu menyeimbangkan
nilai elektrolit dalam darah sehingga menurunkan natrium: sayuran, seperti
bayam, daun singkong, daun pepaya; buah buahan, seperti pisang, melon,
alpukat, tomat; umbi umbian, seperti kentang, singkong, ubi
a. Bahan makanan tinggi kalsium : susu, produk susu seperti yoghurt, keju,
ice cream; ikan yang dimakan dengan tulangnya seperti ikan teri, bandeng
presto tulang lunak; kedele dan produk hasil olahnya seperti susu kedele,
tahu, tempe; sayuran seperti bayam dan brokoli
50
Contoh Menu Sehari
Nilai Gizi
Energi : 1674Kalori Vitamin A : 14039 IU
Protein : 61,4gram Besi : 21 mg
Lemak : 44,7gram Kalsium : 649 mg
Karbohidrat : 266 gram Pospor : 1235 mg
51
MENU UNTUK PENDERITA HIPERTENSI
52
Bahan makanan yang harus dihindari:
a. Makanan yang berkadar purin tinggi, yaitu antara 150-180 mg per 100 gram
bahan makanan, seperti hati, ginjal, jantung, limpa, paru paru, otak, sarden,
ekstrak daging dan ragi
b. Makanan yang berkadar purin sedang, yaitu antara 50-150 mg per 100
gram bahan makanan, daging, ikan, kerang, kacang kacangan, kacang
buncis, bunga kol, bayam, asparagus dan jamur
Breat
WAKTU MENU I URT
(Gram)
PAGI Nasi 100 ¾ gelas
Telur dadar isi sayuran 50 +20 1 potong
tomat 50 1 buah
susu 25 1 gelas
53
Lampiran 14. Contoh Menu Untuk Lansia Tanpa Gigi dan Konstipasi
54
55
64 65
66 67
68 69
70 71
Nama :............................................................... TB : ................ Cm
Umur : .............................................................. BB : ................ Kg
IMT (Indeks Masa Tubuh) :............................................................
Kementerian Kesehatan RI
Kebutuhan Gizi Sehari : 2011
Kalori : Kkal Lemak : gram
Protein: gram Karbohidrat : gram
Nasi /pengganti :
Berat(gr) * URT
...................... .......................
UNTUK
Hewani/nabati
Sayuran
Minyak
:
:
:
...................... .......................
...................... .......................
Contoh Menu Sehari
LANJUT USIA
...................... ....................... Pagi Siang Malam
Gula pasir : ...................... .......................
Nasi/Nasi Tim/ Nasi/Nasi Tim/ Nasi/Nasi Tim
Selingan Jam 10.00 : Bubur Bubur Pepes teri nasi (teri
................................................................................................................ Telur dadar Ikan goreng basah)
Tahu Bacem Tahu panggang isi Tempe mendoan
Tumis kacang sayuran Capcay
Siang Jam 12.00 – 13.00 :
panjang + udang Sayur asem Jeruk
Nasi /pengganti : ...................... .......................
Pepaya
Hewani : ...................... .......................
Nabati : ...................... ....................... Jam 10.00 Jam 16.00 Jam 21.00
Sayuran : ...................... ....................... (Selingan) (Selingan) (Selingan)
Buah : ...................... ....................... Pisang rebus Jus alpukat Susu rendah lemak
Minyak : ...................... .......................