Professional Documents
Culture Documents
2584 18596 1 PB
2584 18596 1 PB
2584 18596 1 PB
2, 2018 : 93-106
p-ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi Nomor 21/E/KPT/2018
ABSTRACT
High urban activities tend to impact on the degradation of environmental quality. One of the causes of
environmental degradation is conversion of forests into office buildings and settlements. An effort to reduce
enviromental quality degradation is by applying green open space (RTH) in which for the urban areas the most
appropriate form is city's urban forest. City's urban forest in addition to having ecological values it has economic
values. This study aims to determine total economic value of urban forest of PT. Holcim Indonesia Tbk in Cilacap
Regency, Central Java. The study was carried out related to public perception, if the product or services produced
by urban forest is calculated in term of monetary value such that, it is expected that the society would increasingly
recognize the important role of urban forest. Measurements were carried out in 2013, using total economic value
approach, covering direct and indirect values. The results showed that total economic value of urban forests of
PT. Holcim Indonesia is IDR598,719,138,213.00 per year, consisting of direct benefit of IDR346,769,705,800.00
and indirect benefit of IDR251,949,432,413.00. The result of analysis shows that urban forest meets the feasibility
requirement when viewed from the benefits obtained compared with cost incurred.
ABSTRAK
Tingginya aktivitas ekonomi suatu kota cenderung berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan kota
tersebut. Salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan adalah alih fungsi lahan hutan menjadi gedung
perkantoran dan pemukiman. Salah satu upaya untuk menekan penurunan kualitas lingkungan adalah dengan
menerapkan konsep ruang terbuka hijau (RTH) di mana untuk daerah perkotaan, bentuk yang paling sesuai adalah
hutan kota. Hutan kota selain memiliki fungsi ekologis, juga memiliki nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan
mengetahui nilai ekonomi total hutan kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Penelitian ini dilakukan terkait persepsi masyarakat, apabila nilai atau jasa yang dihasilkan oleh hutan kota
dihitung dalam bentuk uang diharapkan masyarakat akan semakin meyadari bahwa peranan hutan kota sangat
penting. Pengukuran dilakukan pada tahun 2013, dengan menggunakan pendekatan nilai ekonomi total, meliputi
nilai guna langsung dan tak langsung. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ekonomi hutan kota PT. Holcim
Indonesia adalah Rp598.719.138.213,00 yang terdiri dari manfaat langsung sebesar Rp346.769.705.800,00 dan
manfaat tidak langsung sebesar Rp251.949.432.413,00. Dari hasil analisis nilai manfaat diperoleh bahwa hutan
kota memenuhi kelayakan jika dilihat dari manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.
©2018 JPSEK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpsek.2018.15.2.93-106 93
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
94
Nilai Ekonomi Total Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah........(R. Mohamad Mulyadin & Surati)
pabrik PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten penelitian adalah hutan kota PT. Holcim
Cilacap Jawa Tengah yang dibangun oleh Indonesia Tbk Kecamatan Cilacap Utara,
perusahaan dan merupakan hutan kota yang Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
terluas di wilayah Kabupaten Cilacap. PT.
Holcim Indonesia Tbk membangun hutan B. Kerangka Pikir Penelitian
kota untuk mendukung pemerintah daerah Hutan kota memberikan manfaat ekologis
dalam penyedian ruang terbuka hijau, juga bagi masyarakat sekitar, karena dengan
sebagi penyerap dan penjerap polusi udara vegetasi yang terdapat di dalamnya bisa
dan kebisingan akibat dari kegiatan industri. mereduksi pencemaran udara, dan manfaat
Penelitian ini perlu dijadikan ekologis lainnya. Berbagai hal yang
pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyebabkan manfaat dan nilai ekonomi
pilihan kebijakan pemanfaatan lahan kota. hutan kota tidak diketahui, yaitu karena faktor-
Menilai manfaat hutan kota dengan suatu faktor khusus (karakteristik) hutan kota yang
harga yang bernilai ekonomi sangat perlu belum banyak diketahui masyarakat (Asyrafy,
dilakukan sebagai bahan pertimbangan 2008).
untuk meningkatkan posisi tawar, khususnya Persepsi masyarakat saat ini selalu terkait
ketika terjadi benturan peruntukan dengan dengan nilai ekonomi, apabila nilai atau jasa
penggunan lahan lainya seperti: hotel, mall, yang dihasilkan oleh hutan kota dihitung
rumah sakit, lapangan terbang dan lain dalam bentuk uang diharapkan masyarakat
sebagainya (Asyrafy, 2008). Penelitian ini akan semakin meyadari bahwa peranan hutan
juga untuk menekankan pentingnya hutan kota sangat penting. Atas dasar pemikiran
kota dalam mengurangi kerugian lingkungan tersebut maka suatu hutan kota dapat dinilai
akibat pembangunan kota (Anjani, 2016). secara ekonomi dengan kerangka pemikiran
penelitian seperti pada Gambar 1.
II. METODE PENELITIAN Menurut Nurfatriani (2006) & Fatimah
(2012) bahwa konsep nilai ekonomi total dan
A. Lokasi dan Waktu Penelitian metode penilaian ekonomi mencoba untuk
Penelitian ini dilakukan pada September memberikan “nilai” terhadap seluruh manfaat
hingga November tahun 2013. Lokasi yang dihasilkan hutan baik yang bersifat
95
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
diperdagangkan dan memiliki harga pasar tulis. Inventarisasi dilakukan secara sensus
maupun yang tidak memiliki harga pasar. dengan menggunakan metode jalur sepanjang
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh 100 m dengan lebar jalur 50 m (25 m kiri dan
nilai ekonomi total dari hutan kota di PT. 25 m kanan). Inventarisasi dilakukan dengan
Holcim Indonesia Tbk. Awal penelitian ini 10 jalur dan lima kali ulangan, sehingga
dilakukan dengan menginventarisasi sumber total 50 plot. Data sekunder diperoleh dari
daya hutan kota. Proses inventarisasi tersebut studi literatur, pencatatan di kantor Badan
dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual Pusat Statistik (BPS) dan instansi atau
sumber daya hutan kota. Metode analisis yang lembaga terkait lainnya. Sumber data yang
digunakan untuk mengidentifikasi kondisi dikumpulkan selengkapnya disajikan pada
aktual sumber daya hutan kota yaitu dengan Tabel 1.
analisis deskriptif. Selanjutnya dilakukan
identifikasi manfaat hutan kota melalui D. Analisis Data
pendekatan nilai ekonomi total dengan Analisis yang digunakan untuk menduga
mewawancara responden. Nilai ekonomi total nilai ekonomi hutan kota adalah analisis
tersebut bisa diperoleh dari nilai guna dan ekonomi total. Analisis selengkapnya adalah
nilai guna tak langsung dari hutan kota. sebagai berikut:
C. Pengumpulan Data 1. Nilai ekonomi total
Data yang dikumpulkan adalah data Nilai ekonomi total hutan kota diperoleh
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menjumlahkan seluruh komponen
dengan cara inventarisasi jenis dan jumlah manfaat yang dihasilkan dari hutan kota. Nilai
pohon yang ada di dalam hutan kota dengan ekonomi total yang dihitung dari nilai guna
menggunakan peralatan geoghrapical langsung berupa nilai kayu, air, flora dan fauna
position system (GPS), kamera digital, tally serta nilai tidak langsung berupa nilai serap
sheet, tali, pita meter, dendrometer dan alat karbon yang dihitung adalah yang di hasilkan
96
Nilai Ekonomi Total Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah........(R. Mohamad Mulyadin & Surati)
dari hutan kota PT. Holcim Indonesia Tbk. Nilai air dalam penelitian diperoleh dengan
Menurut Bahruni et al., (2007) bahwa nilai menggunakan metode biaya pengadaan, yaitu
ekonomi total tidaklah statis, tetapi nilai ini dengan mengalikan harga air (Ha) di pasaran
dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekosistem (Rp per m3) dengan penggunaan air (Pa, m3 per
hutan, sebagai akibat tindakan pengelolaan tahun) untuk operasional pabrik PT. Holcim
hutan. Nilai ekonomi total menurut Dixon Indonesia Tbk. Air yang digunakan untuk
& Hufschmidt (1986) dan Pearce & Kerry operasional pabrik dihasilkan dari keberadaan
(1990) terdiri dari nilai guna langsung (N1), hutan kota tersebut. Perhitungannya adalah
dan guna tak langsung (N2). Perhitungannya sebagai berikut:
adalah sebagai berikut: Na = Ha x Pa
NET = N1 + N2
Di mana: NET: Nilai ekonomi total hutan 3). Nilai flora, fauna dan tanah (Nf)
kota (Rp per hektar per tahun); N1: Nilai guna Nilai flora, fauna dan tanah merupakan
langsung (Rp per hektar per tahun); N2: Nilai nilai penggunaan baik langsung maupun
guna tak langsung (Rp per hektar per tahun). tak langsung yang berpotensi dihasilkan
di masa yang akan datang. Parameter yang
a. Nilai guna langsung (N1) dianalisis meliputi nilai flora dan fauna. Baik
Nilai guna langsung merupakan nilai dari nilai flora, fauna maupun tanah dihitung
pemanfaatan sumber daya alam yang dapat menggunakan metode pendekatan harga
dirasakan secara langsung oleh masyarakat. pasar. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Parameter yang dianalisis yaitu nilai kayu, Nf = Nflora + Nfauna + Ntanah
nilai air dan nilai flora, fauna, dan tanah.
Perhitungannya adalah sebagai berikut: Dimana: Nf: Nilai flora, fauna, tanah (Rp
per hektar per tahun); Nflora: Nilai flora (Rp per
N1 = Nk +Na +Nf hektar per tahun) : harga flora x jumlah flora;
Di mana: N1: Nilai guna langsung (Rp per Nfauna: Nilai fauna (Rp per hektar per tahun)
tahun); Nk: Nilai kayu (Rp per tahun); Na: : harga fauna x jumlah fauna; Ntanah: Nilai
Nilai air (Rp per tahun); Nf: Nilai flora, fauna tanah per satuan luas (Rp750.000,00 per m3)
dan tanah (Rp per tahun). (BPS Kabupaten Cilacap, 2013).
1). Nilai kayu (Nk) b. Nilai guna tak langsung (N2)
Nilai kayu diperoleh dengan menggunakan Nilai guna tak langsung merupakan nilai
metode pendekatan harga pasar, yaitu dengan dari manfaat yang secara tidak langsung
mengalikan harga kayu (Hk) di pasaran dirasakan manfaatnya, dan dapat berupa hal
(Rp per m3) dengan jumlah potensi kayu yang mendukung nilai guna langsung, seperti
(Jk) yang ada di hutan kota (m3 per tahun). berbagai manfaat yang bersifat fungsional
Perhitungannya adalah sebagai berikut: yaitu manfaat ekologis hutan (Nurfatriani,
Nk = Hk x Jk 2006). Nilai guna tak langsung dapat dilihat
2). Nilai air (Na) dari nilai ekologis hutan dalam mendukung
Menurut Nurfatriani & Adi (2007) dan melindungi kegiatan ekonomi yang
penentuan nilai air untuk pemanfaatan memiliki manfaat pasar yang dapat diukur
komersial menggunakan metode harga pasar, (Dwiprabowo et al., 2012). Nilai guna tak
yaitu dengan mengalikan volume air yang langsung yang dianalisis dalam penelitian ini
dimanfaatkan dengan harga air di pasaran yaitu potensi pohon terkait daya serap karbon
dan tarif normal. Harga air sesungguhnya (NCO2) dan potensi oksigen yang dihasilkan
didekati dari biaya penuh pengadaan air yang (NO2). Perhitungannya adalah sebagai berikut:
telah mencakup perhitungan eksternalitas. N2 = NCO2 + NO2
97
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
98
Nilai Ekonomi Total Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah........(R. Mohamad Mulyadin & Surati)
selatan, dengan kawasan seluas 225.361 PT. Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap
hektar. Wilayahnya berbatasan dengan terletak 4 km dari pusat ibukota Kabupaten
Samudera Indonesia di sebelah selatan, Cilacap dengan luas area sekitar 118 hektar.
Kabupaten Banyumas di sebelah utara, Pabrik dengan kapasitas produksi terpasang
Kabupaten Kebumen di sebelah timur dan 2,6 juta ton clinker per tahun ini berdiri
Propinsi Jawa Barat di sebelah barat (BPS berdampingan secara harmonis dengan
Kabupaten Cilacap, 2013). pemukiman masyarakat dan berbagai
Penduduk Kabupaten Cilacap pada tahun institusi. Dengan visi “Menyediakan kondisi
2016 mencapai 1.910.314 jiwa. Sebagian kehidupan yang sehat untuk masa depan
besar masyarakat bermata pencaharian di yang lebih baik” PT Holcim Indonesia Tbk
sektor pertanian (50%), sebagian lainnya di Pabrik Cilacap telah membuktikan kinerjanya
sektor perdagangan (20%), industri (14%), sebagai perusahaan terbaik yang ramah
angkutan dan transportasi (10%) dan sektor lingkungan dengan mendapatkan beragam
lainnya 6% (BPS Kabupaten Cilacap, 2016). penghargaan.
Berdasarkan Masterplan RTH Kabupaten Salah satu bentuk kepedulian PT. Holcim
Cilacap, luas eksisting ruang terbuka hijau Indonesia Tbk terhadap lingkungan adalah
adalah 1.389,57 hektar atau setara 20,44 % dengan penetapan area seluas 46 hektar dari
luas wilayah. Seluas 82,9 hektar dari RTH seluruh luasan pabrik untuk dialihfungsikan
tersebut adalah hutan kota yang berada di 6 sebagai hutan kota. Hutan kota ini merupakan
(enam) lokasi, yaitu Stadion Wijaya Kesuma yang paling besar di Kabupaten Cilacap
seluas 0,4 hektar, Wana Wisata Hutan Bakau (Gambar 2). Terdapat 51 jenis pohon yang
seluas 10 hektar, Komplek PT. Holcim tersebar di seluruh area hutan kota dengan
Indonesia Tbk Cilacap Plant seluas 46 hektar, jumlah mencapai 4.625 pohon. Struktur
Komplek Perhutani Sleko seluas 1,5 hektar, vegetasi pohon yang terdapat di hutan kota
Komplek Lapangan Parkir PT Pertamina RU PT. Holcim Indoesia Tbk disajikan pada Tabel
IV Cilacap seluas 4,35 hektar, dan Green Belt 2.
seluas 20,65 hektar.
99
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
100
Nilai Ekonomi Total Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah........(R. Mohamad Mulyadin & Surati)
101
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Nilai flora yang dihasilkan hutan kota
dalam satu hari perusahaan membutuhkan air diperoleh dari komoditas berbentuk buah-
paling sedikit 600 m3 untuk mendinginkan buahan memiliki nilai ekonomi mencapai
mesin produksi berkapasitas besar. Dengan Rp40.023.000,00 per tahun. Pohon mangga
konsumsi air sebesar itu, maka dalam satu merupakan jenis dengan jumlah paling banyak
tahun pemanfaatan air perusahaan mencapai (15 pohon) terdapat di hutan kota. Namun
219.000 m3 (asumsi 1 tahun = 365 hari). Dari dalam hal potensi buah yang dihasilkan,
pemakaian tersebut, diasumsikan tingkat rambutan merupakan yang paling produktif
kebocoran aliran air sebesar 3% dan dengan (68 kg). Hasil pengamatan menunjukkan harga
harga dasar air yang berlaku di Kabupaten buah yang beragam di mana secara ekonomi,
Cilacap untuk industri besar sebesar buah mangga merupakan penyumbang
Rp5.820,00 per m3, maka nilai air yang nilai terbesar (Rp10.800.000,00 per tahun)
dihasilkan yaitu sebesar Rp1.312.817.400,00 meskipun dalam hal potensi produksi buah
per tahun (Tabel 3). berada di bawah buah lainnya (Tabel 4).
Dalam hal flora, terdapat 11 jenis tanaman Dalam hal fauna, data pengamatan
perkebunan dengan total jumlah mencapai menunjukkan terdapat populasi rusa
91 pohon yang dapat menghasilkan nilai berjumlah 19 ekor. Dengan asumsi harga
ekonomi dalam bentuk komoditas dari rusa per ekor Rp9.000.000,00 maka potensi
produksi buahnya. Secara lengkap komoditas ekonomi yang dihasilkan dapat mencapai
nilai flora di hutan kota disajikan pada Tabel Rp171.000.000,00, harga tersebut apabila
4. semua rusa dijual.
Tabel 4. Nilai komoditas flora di Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk
Table 4. Values of fruit tree commodities in urban forest of PT. Holcim Indonesia Tbk
102
Nilai Ekonomi Total Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah........(R. Mohamad Mulyadin & Surati)
Tanah atau lahan yang diperuntukkan nilai untuk tahun 2016 dan 2017 adalah
sebagai hutan kota saat ini tentu memiliki Rp99.491.336,00, dan Rp99.785.951,00.
nilai ekonomi di masa yang akan datang. Hasil Dalam hal potensi produksi oksigen,
pengamatan menunjukkan harga tanah di suatu vegetasi mampu menghasilkan oksigen
sekitar kawasan pabrik adalah Rp750.000,00 sebanyak 1,2 kg per hari. Data BPS Kabupaten
per m2. Dengan luas hutan kota sebesar 46 Cilacap (2013) mencatat harga untuk oksigen
hektar (460.000 m2) maka nilai tanah yang mencapai Rp25.000,00 per kg. Berdasarkan
dihasilkan mencapai Rp345.000.000.000,00. data tersebut, dapat diketahui potensi produksi
Berdasarkan parameter nilai flora, fauna oksigen hutan kota PT. Holcim Indoesia Tbk
dan tanah maka hutan kota memiliki nilai flora, secara ekonomi setara Rp251.850.000.000,00
flora dan tanah sebesar Rp345.211.023.000,00. per tahun.
Dari uraian diatas, berdasarkan parameter Berdasarkan parameter nilai daya serap
nilai kayu, air, flora, fauna dan tanah maka karbon dan potensi produksi oksigen, hutan
dapat diketahui bahwa hutan kota PT. Holcim kota PT. Holcim Indoesia Tbk memiliki nilai
Indonesia memiliki nilai guna langsung ekonomi untuk manfaat tidak langsung setara
sebesar Rp346.769.705.800,00 per tahun. Rp251.949.432.413,00 per tahun.
b. Nilai guna tidak langsung 2. Analisis nilai manfaat hutan kota
Salah satu peran penting dari keberadaan Analisis nilai manfaat hutan kota dengan
hutan yaitu fungsi ekologis. Salah satu perbandingan antara hutan kota PT. Holcim
fungsi ekologi hutan adalah kemampuannya Indonesia Tbk dengan Hutan Kota Srengseng,
dalam menyerap polusi yang diakibatkan Jakarta (Yulief, 2008). Hutan kota Srengseng
oleh cemaran gas karbondioksida (CO2) di dengan luas 15 hektar memiliki nilai ekonomi
udara. Kualitas udara yang baik menunjukkan total (NET) sebesar Rp310.075.842.525,00
kualitas lingkungan di daerah tersebut (Iqbal, (Yulief, 2008), sedangkan Hutan kota PT.
Hermawan, & Dahlan, 2015). Selain sebagai Holcim Indonesia Tbk Rp598.719.138.213,00
penyerap karbon, hutan juga memiliki fungsi dengan luas 46 hektar.
sebagai penghasil oksigen yang dibutuhkan Nominal ekonomi ini mengindikasikan
oleh hampir semua makhluk hidup untuk besarnya harga yang terkandung dari
proses pembakaran sehingga menghasilkan manfaat-manfaat yang dimiliki oleh masing-
energi untuk bertahan hidup (Samsoedin masing hutan kota. Besarnya NET baik pada
& Wibowo, 2012; Subarudi & Samsoedin, Hutan Kota Srengseng maupun Hutan Kota
2012). Fungsi ini tergolong ke dalam nilai PT Holcim Indonesia Tbk didominasi oleh
hutan guna tak langsung di mana manfaat nilai guna langsung. Hal ini mengindikasikan
secara ekonominya tidak dirasakan langsung bahwa keberadaan hutan kota baik di masa kini
oleh masyarakat. ataupun masa yang akan datang memiliki nilai
Daya serap karbon menggunakan yang lebih berharga dan manfaat langsung
persamaan alometrik dan menurut Lubis yang diterima atau dirasakan oleh masyarakat
et al. (2013) sumbangan cadangan karbon sangat besar (Samsoedin & Wibowo, 2012).
pohon terbesar dihasilkan dari pohon famili
Fabaceae, seperti akasia. Dengan luas hutan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
kota 46 hektar dan asumsi harga CO2 sebesar
US$5 per ton (Iqbal et al., 2015; Pirard, 2005), A. Kesimpulan
maka hutan kota PT. Holcim Indoesia Tbk Hutan kota di area pabrik semen PT. Holcim
memiliki potensi daya serap karbon setara Indonesia Tbk memiliki luas 46 hektar dengan
Rp99.432.413,00 per tahun. Nilai tersebut jumlah pohon mencapai 4.625 pohon terbagi
untuk periode tahun 2013–2015. Sedangkan kedalam 52 jenis pohon. Kalikiria (Glyricidia
103
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
104
Nilai Ekonomi Total Hutan Kota PT. Holcim Indonesia Tbk di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah........(R. Mohamad Mulyadin & Surati)
Hairiah, K., Sitompul, S., Noordwijk, & Palm, C. Pearce, D., & Kerry, T. (1990). Economic of natural
(2011). Methods for sampling carbon stocks resources and the environment. New York:
above and below ground. Bogor: ICRAF. Harvester Weatsheaf.
Hougner, C., Colding, J., & Söderqvist, T. (2006). Peraturan Bupati Cilacap Nomor 103 Tahun 2012
Economic valuation of a seed dispersal service tentang Nilai Perolehan Air dan Harga Dasar
in the Stockholm National Urban Park, Sweden. Air untuk Menghitung Pajak Air Tanah di
Ecological Economics Journal, 59(3), 364–374. Kabupaten Cilacap.
https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2005.11.007 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
Indrajaya, Y., & Mulyana, S. (2017). Simpanan 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
karbon dalam biomassa pohon di Hutan Kota Kawasan Perkotaan.
Kebun Binatang Bandung. Prosiding Seminar Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 68 Tahun 2014
Nasional Geografi UMS 2017 Pengelolaan tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan
Sumber Daya Wilayah Berkelanjutan (pp. untuk Perhitungan PSDH, GRT dan PNT.
550–560). Surakarta 22 Mei 2017. Surakarta: Pieter, J., Benu, F., & Kaho, M. R. (2015). Valuasi
Muhammadiyah University Press. ekonomi ekowisata terhadap pengembangan
IPCC. (2006). IPCC guideline 2006: Guidelines for objek wisata kawasan pesisir. Jurnal Ilmu
national green house gas inventories. Hayama: Lingkungan, 13(1), 55–64.
Inst. Global Environ. Strategies. Pirard, R. (2005). Pulpwood plantations as carbon sink
Iqbal, M., Hermawan, R., & Dahlan, E. N. (2015). in Indonesia: Methodological challenge and
Potensi serapan karbondioksida beberapa impact on livelihoods. In D. Murdiyarso & H.
jenis daun tanaman di jalur hijau Jalan Raya Herawati (Eds.), Carbon forestry: Who will
Pajajaran, Bogor. Jurnal Penelitian Sosial dan benefit? Proceedings of workshop on carbon
Ekonomi Kehutanan, 12(1), 67–76. sequestration and sustainable livelihoods.
Kunarso, B. T. P. dan A. (2010). Valuasi ekonomi Bogor : Center for International Forestry
Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang. Research Bogor, Indonesia.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Samsoedin, I., & Wibowo, A. (2012). Analisis potensi
7(1), 13–23. dan kontribusi pohon di perkotaan dalam
Kusminingrum, N. (2008). Potensi tanaman dalam menyerap kaca. Studi kasus : Taman Kota
menyerap CO2 dan CO untuk mengurangi Monumen Nasional, Jakarta. Jurnal Penelitian
dampak pemanasan global. Permukiman, 3(2), Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 9(1), 42–53.
96–128. Subarudi, & Samsoedin, I. (2012). Kajian kebijakan
Lubis, S. H., Arifin, H. S., & Samsoedin, I. (2013). hutan kota: Studi kasus di Provinsi Daerah
Analisis cadangan karbon pohon pada lanskap Khusus Ibukota Jakarta. Jurnal Analisis
hutan kota di DKI Jakarta. Jurnal Penelitian Kebijakan Kehutanan, 9(2), 144–153.
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 10(1), 1–20. Suryandari, E. Y., & Alviya, I. (2015). Faktor-faktor
Mulyadin, R. M., & Gusti, R. E. P. (2013). Analisis yang memengaruhi penyelenggaraan hutan
kebutuhan luasan area hijau berdasarkan daya kota: Studi kasus Kota Medan, Deli Serdang
serap CO2 di Kabupaten Karanganyar Jawa dan Palangka Raya. Jurnal Penelitian Sosial
Tengah. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi dan Ekonomi Kehutanan, 12(1), 13–30.
Kehutanan, 10(4), 264–273. Suzana, B. O. L., Timban, J., Kaunang, R., & Ahmad,
Mulyana, S. (2013). Kajian jenis pohon potensial untuk F. (2011). Valuasi ekonomi sumber daya hutan
hutan kota di Bandung, Jawa Barat. Jurnal mangrove di Desa Palaes Kecamatan Likupang
Analisis Kebijakan Kehutanan, 10(1), 58–71. Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Muryani. (2013). Penerapan proses hirarki analitik dan ASE, 7(2), 29–38. https://doi.org/10.1017/
valuasi ekonomi dalam pengelolaan sumber CBO9781107415324.004
daya alam (Studi kasus : Taman Nasional Ujung Tyrväinen, L. (2001). Economic valuation of
Kulon, Banten). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, urban forest benefits in Finland. Journal of
XXIII(1), 86–95. Environmental Management, 62(January), 75–
Nurfatriani, F. (2006). Konsep nilai ekonomi total dan 92. https://doi.org/10.1006/jema.2001.0421
metode penilaian sumber daya hutan. Jurnal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 2007 tentang Penataan Ruang.
3(1), 1–16. Wahyuni, T., & Samsoedin, I. (2012). Kajian aplikasi
Nurfatriani, F., & Adi, I. N. (2007). Manfaat hidrologis kebijakan hutan kota di Kallimantan Timur.
hutan di hulu DAS Citarum sebagai jasa Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(3),
lingkungan bernilai ekonomis. Info Sosial 219–239.
Ekonomi Kehutanan, 7(3), 175–194.
105
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 15 No.2, 2018 : 93-106
106