Implementasi Pencapaian Secara Progresif

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2021.12.

1-18
Tulisan Diterima: 03-02-2021; Direvisi: 18-03-2021; Disetujui Diterbitkan: 25-03-2021

IMPLEMENTASI PENCAPAIAN SECARA PROGRESIF


DALAM OMNIBUS LAW CIPTA KERJA
(The Implementation of Progressive Realization at Omnibus Law)
Agus Suntoro
Komnas HAM RI, Jakarta
agussuntoro08@gmail.com

ABSTRACT
The government and the parliaments initiated the omnibus law's formation with Law No. 11/2020. This
regulation aims to improve the investment ecosystem by changing, removing and forming new norms
from various sectoral. The regulation process was considered not transparent, and the public only
learned about the substance of the regulation when the academic review and draft were submitted to the
DPR. Omnibus Law is potential for regression to protect and fulfill economic, social and cultural
rights. This research will answer the problem formulations: (1) how is the conception of progressive
realization in the fulfillment of economic, social and cultural rights; (2) how is the view of the contents
of the omnibus law that intersect with human rights. The research method used is qualitative with a
descriptive presentation. Primary data collects from parliamentarians, experts and activists, while
secondary data comes from reports, journals, books and regulations. The result of this study concluded
(a) there was regression in the implementation of the progressive realization of economic, social, and
cultural rights; (b) the substantial material in the omnibus law on Cipta Kerja still ignores human
rights norms, especially indications of decent working conditions, natural resources, and the
environment.
Keywords: human rights; omnibus law; and progressive realization.

ABSTRAK
Pemerintah bersama DPR membentuk omnibus law melalui UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, regulasi ini ditujukan untuk peningkatan ekosistem investasi dengan merubah, menghapus dan
membentuk norma baru dari berbagai regulasi sektoral. Proses penyusunan regulasi dinilai tertutup,
publik baru mengetahui norma-norma ketika naskah akademik dan draf disampaikan kepada DPR pada
12 Februari 2020, ternyata substansi omnibus law berimplikasi pada potensi pemunduran dalam
perlindungan hak ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan pada hal tersebut, penelitian ini akan
menjawab rumusan masalah: (1) bagaimana konsepsi progressive realization dalam pemenuhan hak
ekonomi, sosial dan budaya; (2) bagaimana pandangan terhadap muatan omnibus law Cipta Kerja yang
bersinggungan dengan hak asasi manusia. Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan
penyajian deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan permintaan keterangan anggota
parlemen, akademisi/ahli, dan aktivis, sedangkan data sekunder dari laporan, jurnal, buku dan peraturan
perundang-undangan. Penelitian ini berkesimpulan bahwa (a) implementasi progressive realization
yang seharusnya menuju pada pemenuhan hak secara penuh dalam bidang ekosob justru mengalami
pemunduran; (b) secara substansi materi dalam omnibus law masih mengabaikan norma hak asasi
manusia terutama indikasi penurunan kondisi layak dan adil dalam aspek ketenagakerjaan, sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
Kata kunci: omnibus law; hak asasi manusia; dan realisasi secara progresif.

1
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

PENDAHULUAN
Berdasarkan Naskah akademis perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik
omnibus law Cipta Kerja, secara eksplisit dengan terjadi kecenderungan penurunan dari
paradigmatik yang disusun dalam regulasi ini target 6.0%, sejak 2010 pertumbuhan ekonomi
adalah memajukan ekosistem ekonomi. Hal yang mencapai 6,4% kemudian terus menurun,
tersebut didasarkan pada upaya mewujudkan pada 2014 hanya 5.0%, dan pada 2018 juga
Visi Indonesia 2045 yang bertujuan masih sekitar 5,3%; (c) masih lebarnya rentang
menjadikan Indonesia menjadi 5 (lima) disparitas pertumbuhan ekonomi antar daerah,
kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan sehingga alokasi ekonomi, sumber daya dan
tinggi, tingkat kemiskinan mendekati 0 (nol) modal masih terkonsentrasi di Pulau Jawa
persen dan memiliki tenaga kerja yang (58%) dan Sumatera (25%)3 .
berkualitas. Langkah tersebut dimulai tahun
Salah satu upaya pemerintah untuk
2020 - 2024 melalui upaya pemerintah
menghadapi tantangan tersebut adalah melalui
menjaga pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7
kebijakan legislasi dengan menginisiasi dan
(lima koma tujuh) persen dan pertumbuhan
mengajukan omnibus law Cipta Kerja. Pada 12
PDB riil per Kapita sebesar 5 (lima) persen.
Februari 2020, secara resmi Surat Presiden
Diharapkan pada 2036 Indonesia keluar dari
(Surpres) beserta draf omnibus law diserahkan
Middle Income Trap (MIT) dan tahun 2040
pemerintah melalui Menteri Koordinator
angka pertumbuhan ekonomi diproyeksikan
Bidang Ekonomi, Airlangga Hartanto kepada
rata-rata 6 (enam) persen dan pertumbuhan
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Puan
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita
Maharani. Konsepsi reformasi regulasi ini
sebesar 4 (empat) +/- 1 (satu) persen1.
diharapkan oleh pemerintah akan memberikan
Meskipun demikian, pemerintah peningkatan kualitas yang semakin baik
menyadari target optimis tersebut sulit dicapai sebagai sistem subtansial dalam hukum.
dalam situasi ekonomi dunia yang mengalami Mengingat, bahwa reformasi legislasi memiliki
perlambatan yang berpengaruh terhadap makna yang paling mendasar adalah “to make
kondisi internal dalam negeri. Terdapat 3 (tiga) better” ataupun “return to a former good
faktor yang telah diidentifikasi mempengaruhi state”, sehingga diharapkan dengan omnibus
perlambatan tersebut yakni: (a) daya saing law maka penataan sistem hukum di Indonesia
Indonesia masih rendah yang didasarkan pada semakin membaik.4
skema indeks kemudahan berusaha (Ease of
Menilik substansi omnibus law Cipta
Doing Business/EoDB). Berdasarkan peringkat
Kerja terdapat 15 (lima belas) bab, 174
EoDB pada 2020, Indonesia hanya menempati
(seratus tujuh puluh empat) pasal, 79 (tujuh
urutan ke 73 (tujuh puluh tiga) jauh tertinggal
puluh sembilan) undang-undang sektoral yang
dari Thailand pada posisi 21 (dua puluh satu)
terkait, dan 1.244 (seribu dua ratus empat
dan Malaysia urutan 12 (dua belas). Indikator
puluh empat) pasal yang akan dirubah, dihapus
EoDB didasarkan pada respon pelaku usaha
dan/atau dibentuk norma baru5. Secara garis
terhadap perizinan, peraturan perundang-
undangan, pelayanan pemerintah, akses
terhadap keuangan, dan kepastian hukum2; (b) Rangking,di%20posisi%2069%20dan%2027,
Bisnis Indonesia, June 22, 2020.
3
Bappenas, “Prakarsa Pemerintah Daerah Dalam
1
Kemenkoperekonomian, “Naskah Akademis Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan
RUU Cipta Kerja” (2020). Pembangunan Daerah” (Jakarta, 2018).
2
Hadijah Alaydrus, “Peringkat Kemudahan 4
Ahmad Ulil Aedi, Sakti Lazuardi, Ditta Chandra
Berusaha Indonesia Turun ke Posisi 73”, diakses Putri, “Arsitektur Penerapan Omnibus Law
dari Melalui Transplantasi Hukum Nasional
https://ekonomi.bisnis.com/read/20181101/9/8555 Pembentukan Undang-Undang,” Jurnal Ilmiah
30/peringkat-kemudahan-berusaha-indonesia- Kebijakan Hukum, Vol. 14, No. 1 (2020): 1-18.
turun-ke-posisi- 5
Dian Erika Nugrahaeni, ”5 Aturan dalam RUU
73#:~:text=Bisnis.com%2C%20JAKARTA-- Cipta Kerja yang Berpotensi Memiskinkan

2
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

besar beberapa kluster atau bab yang diatur juga mendapatkan perhatian dari berbagai
yakni: peningkatan ekosistem dan berusaha; aktivis, ahli, akademisi dan kelompok sipil
ketenagakerjaan; kemudahan dan perlindungan masyarakat banyak yang menyuarakan
Usaha Kecil Menengah; kemudahan berusaha; penentangan - terhadap substansi dalam
dukungan riset dan inovasi; pengadaan lahan; omnibus law7.
kawasan ekonomi; investasi pemerintah pusat
Berdasarkan pemikiran tersebut,
dan proyek strategis nasional; pelaksanaan
penelitian dan penulisan ini menjadi penting
administrasi pemerintahan; dan pengenaan
karena diskursus mengenai omnibus law masih
sanksi6.
sedikit di Indonesia, apalagi ditinjau dan
Setelah melalui perdebatan legislasi di memasukan perspektif HAM. Oleh karena itu,
DPR dan juga dipengaruhi demonstrasi oleh penulisan ini akan fokus pada 2 (dua) aspek
publik terutama kaum buruh dan mahasiswa, yaitu: (a) bagaimana tinjauan progressive
pada 5 Oktober 2020 dalam Sidang Paripurna, realization dalam pembentukan UU Cipta
DPR dan Pemerintah sepakat terkait dengan Kerja dan (b) bagaimana pandangan hak asasi
omnibus law. Setelah itu, kemudian manusia dikaitkan dengan ketentuan dalam
ditandatangani Presiden Joko Widodo dan muatan omnibus law Cipta Kerja yang
diundangkan pada 2 November 2020 menjadi bersinggungan dengan hak asasi manusia, yang
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. dalam aspek ini dibatasi pada ruang lingkup
hak atas kehidupan yang layak berkaitan
Berdasarkan pandangan pada proses
dengan hak atas ketenagakerjaan serta hak atas
dan substansi dari omnibus law terdapat
lingkungan hidup yang sehat.
indikasi bahwa materi muatan banyak
memiliki relasi dan keterkaitan dengan hak Penulisan ini memiliki kebaruan dan
asasi manusia. Apabila dilakukan pencermatan kekhususan dalam pembahasan omnibus law
secara mendalam berbagai hak menjadi bagian Cipta Kerja, karena pada umumnya penulisan
yang terdampak dalam substansi omnibus law yang sebelumnya dilakukan pada 2019 dan
Cipta Kerja mulai dari persoalan pemenuhan 2020 misalnya oleh Mandala Harefa dan
hak atas penghidupan yang layak dalam Achmad Sani Alhusain dengan judul
persoalan perburuhan, aspek lingkungan hidup Pembentukan Omnibus Law dalam Upaya
yang baik dan sehat, persoalan akses terhadap Meningkatkan Investasi fokus pada proses
sumber daya alam, persoalan penggusuran pembentukan omnibus law ditinjau dari aspek
paksa dan hak atas keadilan. stimulus ekonomi dengan mendorong investasi
secara masif.8 Sedangkan penelitian, Pudjo
Tentunya, secara garis besar rumpun
Utomo dengan judul Omnibus Law: Dalam
hak-hak tersebut menjadi bagian dari hak
Perspektif Hukum Responsif lebih
ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) yang
menekankan pemikiran Nonet-Selznick agar
menuntut negara melalui pemerintah untuk
pembentukan hukum mencirikan sifat
mewujudkan pemenuhan, perlindungan dan
responsif terhadap perkembangan kebutuhan
penegakannya. Dalam aspek inilah doktrin
manusia9. Dari kedua penelitian tersebut, tidak
mengenai progressive realization menjadi
menyinggung dan menggunakan pendekatan
penting bahwa tidak diperkenankan adanya
hak asasi manusia, akan tetapi keduanya
pemunduran dalam hal askes dan kualitas
dengan adanya regulasi yang baru terhadap 7
Noviarizal Fernandez, “Ngotot Bahas Omnibus
implementasi hak-hak tersebut. Kondisi ini
Law, Koalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemerintah
dan DPR“, Bisnis Indonesia, April 3, 2020.
Buruh”, diakses dari 8
Mandala Harefa; Achmad Sani Alhusain,
https://nasional.kompas.com/read/ “Pembentukan Omnibus Law Dalam Upaya
2020/02/20/14274841/5-aturan-dalam-ruu-cipta- Meningkatkan Investasi,” Parliamentary Review
kerja-yang-berpotensi-memiskinkan- Vol. II, No. 1 (2020): 11–20.
buruh?page=all, February 20, 2020. 9
Pudjo Utomo, “Omnibus Law: Dalam Perspektif
6
Kemenkoperekonomian, “Rancangan UU Cipta Hukum Responsif,” Jurnal Nurani Hukum vol. 2,
Kerja” (2020). no.1, Juni (2019): 31–40.

3
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

sepakat bahwa pembentukan omnibus law terutama berkaitan dengan progressive


merupakan mekanisme penyederhanaan realization dalam pemenuhan hak ekonomi,
regulasi dalam kerangka mendorong sosial dan budaya.
percepatan investasi oleh pemerintah yang
Sedangkan untuk meninjau aspek hak
bertujuan mendorong pada penciptaan
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
lapangan pekerjaan serta kesejahteraan rakyat.
juga berdasarkan pemikiran Philips Alston
Penulisan ini diharapkan menjadi mengenai Core Labour Standar (CLS) yang
produk ilmiah dan relevan untuk memberikan menekankan pentingnya perspektif hak asasi
masukan dalam pembentukan undang-undang, manusia dalam regulasi12. Mengenai aspek
baik eksekutif dan legislatif sehingga UU lingkungan hidup yang sehat dapat mengacu
Cipta Kerja sebagai omnibus law maupun pada pemikiran John H Knox, United Nation
aturan turunannya, baik aspek prosedur Special Rapporteur telah menetapkan
pembentukan dan materi muatan di dalamnya Framework Principles on Human Right and
tetap selaras dengan hukum dan konsepsi hak the Environment13 terutama Prinsip I (pertama)
asasi manusia sebagai tujuan utama dalam yang mengatur kewajiban negara untuk
kehidupan berbangsa dan bernegara di memastikan lingkungan yang aman, bersih,
Indonesia. Mengingat salah satu asas dalam sehat dan berkelanjutan, serta melibatkan
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan masyarakat (termasuk masyarakat adat dan
Peraturan Perundang-Undangan harus komunitas tradisional) dalam pengambilan
mencerminkan adanya asas keterbukaan dan keputusan tentang seluruh spektrum masalah
asas kemanusiaan dalam setiap pembentukan yang berpengaruh bagi kehidupan mereka.
regulasi di Indonesia.
Untuk memperkuat data dan analisa,
penulis telah melakukan wawancara melalui
diskusi terfokus bersama perwakilan
METODE PENELITIAN pemerintah, legislatif, ahli (akademisi), aktivis
Metode penelitian yang dilakukan dan perwakilan kelompok sipil. Beberapa
untuk penulisan ini adalah kualitatif, yang pihak yang terlibat diantaranya M. Choirul
analisis dan penyajiannya dilakukan secara Anam, Komisioner Komnas HAM, Willy
normatif-deskriptif. Penelitian ini juga Aditya Wakil Ketua Badan Legislatif DPR,
mendasarkan pada problem indentification ahli diantaranya Prof. Aloysius Uwiyono
yang didasarkan pada aspek formil (Universitas Indonesia), Prof. Hariadi K
pembentukan dan substansi dalam omnibus (Institut Pertanian Bogor) dan perwakilan
law Cipta Kerja yang memiliki potensi dan kelompok sipil seperti Sekjen Organisasi
melemahkan upaya perlindungan, penegakan Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI),
dan pemenuhan HAM. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),
Indonesian Center for Enviromental Law
Beberapa pendekatan analisis (ICEL), Presidium Indonesian Human Rights
didasarkan pada pandangan Sarah Joseph Committe for Social Justice dan Center for
dalam Research Handbook on International Indonesia Taxation Analysis (CIRA).
Human Rights Law10 dan Eithan Fehner dalam Sedangkan data sekunder diperoleh dari
Closing the ‘Escape Hatch’: A Toolkit to
Monitor the Progressive Realization of
of Human Rights Practice 1, no. 3 (2009): 402–
Economic, Social, and Cultural Rights11 35.
12
Philips Alston, “Core Labour Standars and the
10
Sarah Joseph, Research Handbook on Transformation of the International Labour Rights
International Human Rights Law, Edward Elgar Regime,” EIJIL Oxford 15 (2004): 457–521.
Publishing Limited (USA: Edward Elgar (EE), 13
John Knox, “Framework Principles on Human
2010). Rights and the Environment,” UN Human Rights
11
Eitan Felner, “Closing the ‘ Escape Hatch ’: A Special Procedures: Special Rapportuer,
Toolkit to Monitor the Progressive Realization of Independent Experts & Working Groups, (2018):
Economic , Social , and Cultural Rights,” Journal 1–25.

4
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

berbagai buku, jurnal, laporan, serta peraturan pangan, hak atas pekerjaan, dan berbagai hak
perundang-undangan. lain. Untuk mewujudkan tanggung jawabnya
inilah inisiatif negara, dalam hal ini pemerintah
dengan membentuk berbagai kementerian,
PEMBAHASAN lembaga, badan-badan khusus dan termasuk
BUMN diperlukan. Dalam konteks Indonesia,
a. Tinjauan Terhadap Progressive dengan adanya Pasal 33 UUD 1945 maka
Realization secara lugas mengamanatkan kepada negara
Dalam konstruksi HAM, tanggung melalui pemerintah untuk sebesar-besarnya
jawab negara lebih spesifik dalam bentuk mewujudkan kemakmuran rakyat karena
penghormatan (to respect), melindungi (to diberikan kewenangan satu-satunya untuk
protect), dan memenuhi (to fullfil). Konsepsi menguasai, mengelola dan mengatur
ini tidak saja didasarkan pada Deklarasi Umum pemanfaatan semua sumber daya dan kekayaan
Hak Asasi Manusia, Kovenan Internasional alam.
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (the Diskursus konseptual mengenai
International Convenant on Economic, Social pencapaian secara progresif (progressive
and Cultural Rights/ICESCR) yang telah realization) dalam hak ekosob secara umum
diratifikasi dengan UU No. 11 Tahun 2005, didasarkan pada Article 2(1) of the ICESCR
juga termaktub dalam Pasal 28 I Ayat (4) UUD yang menyatakan bahwa “Each State Party to
1945 dan Pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 the present Covenant undertakes to take steps,
tentang Hak Asasi Manusia, akan tetapi juga indi vidually and through international
sesuai dengan teori mengenai negara berbasis assistance and cooperation, especially
hak. economic and technical, to the maximum of its
Jacob Kirekemann dan Thomas available resources, with a view to achieving
Martin14 dalam Applying a Rights–Based progressively the full realization of the rights
Approach: An Insipirational Guide for Civil recognized in the present Covenant by all
Society menyatakan bahwa “A fundamental appropriate means, including particularly the
thesis for the human rights framework is the adoption of legislative measures”.
idea that the legitimacy of the state is based on Katharine G. Young, dari Boston
its respect, protection and fulfilment of the University dalam Waiting for Rights:
rights of each and every individual”, Progressive Realization and Lost Time
menekankan bahwa dalam negara berbasis hak menggambarkan bahwa secara internasional,
maka hak dimaknai sebagai elemen paling penjabaran doktrinal dari konsep realisasi
penting yang dipertahankan yang memiliki progresif dimulai dengan sungguh-sungguh
makna untuk mencegah praktik pada tahun 1990, setelah pengakhiran Perang
penyalahgunaan kekuasaan melalui Dingin dan tekanan banyak negara bekas
pembentukan regulasi oleh legislator dan penjajahan. Pada saat itu, Komite PBB untuk
pemerintah. Hak Ekosob menggambarkan realisasi
Implementasi dari konsepsi ini adalah progresif sebagai perangkat fleksibilitas yang
negara diwajibkan memenuhi hak-hak warga diperlukan untuk pemenuhan hak. Komite
negara, termasuk hak-hak ekonomi, sosial, dan memuji doktrin ini karena kemampuannya
budaya (ekosob) secara bertahap menuju mengakomodasi realitas dunia nyata dan
realisasi penuh hak. Beberapa ciri khas hak kesulitan yang dihadapi oleh berbagai negara
ekosob meliputi hak atas perumahan, hak atas menuju realisasi penuh. Kondisi ini
dipengaruhi perbedaan kepemilikan sumber
14
daya alam antar berbagai negara pihak. Untuk
Jacob Kirkemann Boesen and Tomas Martin, itu, komite memahami karakteristik akses dan
Applying A Rights-Based Approach: An
kepemilikan sumber daya alam yang berlainan
Inspirational Guide for Civil Society, ed. Mette
Holm (Copenhagen, Denmark: The Danish untuk mewujudkan realisasi penuh dan fakta
Institute for Human Rights, 2007). bahwa tidak sedikit negara yang mengalami

5
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

kemunduran dalam realisasinya sehingga perlu mencampuri. Sebagai contoh dalam beberapa
dipertimbangkan - dan dilihat secara hati- hak yang dijamin dalam ICESR seperti hak
hati15. untuk berserikat, hak mogok, kebebasan
melakukan riset, larangan eksploitasi anak
Selanjutnya Office the United Nation
untuk pekerjaan berbahaya - dan berbagai hal
High Commissioner for Human Rights
lain.
(OCHCR) dalam dokumennya mengenai
progressive realization menegaskan cakupan Pandangan kritis terhadap pemaknaan
kewajiban negara pihak untuk melakukan dua progressive realization tersebut juga
hal, yakni: (a) mengambil langkah-langkah didasarkan pada paragraf 16 dan 22 Prinsip
yang tepat menuju implementasi atau realisasi Limburg yang menyatakan bahwa “All States
secara penuh hak ekosob; (b) memaksimalkan parties have an obligation to begin
pemanfaatan seluruh sumber daya yang ada. immediately to take steps towards full
Konsep progressive realization berangkat dari realization of the rights contained in the
fakta bahwa realisasi penuh hak-hak ekonomi, Covenant” dan “Some obligations unders the
sosial dan budaya umumnya tidak akan dapat Covenant require immediate implementation in
dicapai dalam waktu yang singkat. Konsep ini full by all States parties, such as the
juga mempertimbangkan tingkat kesulitan probihation of discrimination in article 2(2) of
yang dihadapi tiap negara dalam menjamin the Covenant.”
perwujudan penuh hak ekosob16.
Oleh karenanya, meskipun ICESCR
Ifdhal Kasim, mantan Ketua Komnas dan Prinsip Limburg menetapkan pencapaian
HAM dalam Implementasi Hak-hak Ekonomi, secara bertahap dan mengakui realitas
Sosial dan Budaya: Kerangka Normatif dan keterbatasan sumberdaya yang tersedia di satu
Standar Internasional17, melihat progressive sisi, pada sisi lain ia juga menetapkan berbagai
realization didasarkan pada rumusan artikel kewajiban yang memiliki efek segera
2(1) ICESCR. Dalam ICESCR menggunakan (immediate effect). Mengingat pada dasarnya
formulasi “… undertakes to take steps, … to dalam implementasi hak ekosob, kini bisa
the maximum of its available resources, with a dituntut kepada negara untuk memenuhinya
view to achieving progressively the full bahkan melalui proses judisial. Dalam konteks
realization of the rights recognized in the inilah, tindak lanjut dalam pemenuhan hak
present Covenant …”. Meskipun demikian perlu dikonkretkan dalam upaya mengadopsi
Ifdhal, tidak sepenuhnya setuju terkait langkah-langkah legislatif (by all appropriate
pembedaan yang diameterikal dan kontras means including particularly adoption of
antara pemenuhan hak ekosob dan hak sipil legislative measures) sehingga menjadi dasar
politik, karena dalam beberapa aspek keduanya oleh seluruh pihak dalam upaya menjamin
saling terkait dalam realisasinya. Meskipun pemenuhan hak ekosob tersebut.
realisasi hak ekosob bercirikan hak positif
Sarah Joseph dalam Research
(positive rights) yang menegaskan perlunya
Handbook on International Human Rights
intervensi (keterlibatan) dari negara untuk
Law18 secara khusus membahas progressive
memenuhi kewajiban dalam konvenan,
realization, intinya menekankan pentingnya
terdapat nuansa negative rights dalam hak
realisasi negara untuk memenuhinya dalam
sipol berupa freedom from (bebas dari) yang
waktu sesegera mungkin, dengan cara yang
justru meminta negara untuk tidak
terus menerus, meningkat, tumbuh,
berkembang, mengintensifkan, mempercepat,
15
Katharine G Young, “Waiting for Rights  : eskalasi, bertahap dan selangkah demi
Progressive Realization and Lost Time” (Boston, selangkah. Meskipun tidak diatur bagaimana
USA, 2019). penuntutan terhadap progressive realization
16
Pihri Buhaerah, “Mengukur Hak-Hak Ekosob”
(Jakarta, 2015).
17
Ifdhal Kasim, “Implementasi Hak-Hak Ekonomi, 18
Joseph, Research Handbook on International
Sosial Dan Budaya” (Komnas HAM, 2007). Human Rights Law.

6
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

dalam Komentar Umum ICESCR, akan tetapi Tabel 1


Sarah menilai 2 (dua) model untuk melakukan Metode Monitoring Hak Ekosob
penilaian yakni:
No Metode Penjelasan
pertama, beberapa hak di bawah ICESCR
Monitoring
menimbulkan kewajiban yang segera berlaku,
1 Penggunaan Indikator akan
salah satu contohnya adalah hak untuk bebas
Indikator memberikan cara paling
dari diskriminasi dalam menikmati semua hak Statistik efektif untuk mengukur
ekosob. Beberapa hal yang jamak misalnya pencapaian progresif dari
berkaitan dengan pendidikan, kesehatan dan hak-hak yang ditemukan
pekerjaan yang harus diperlakukan setara dalam Kovenan.
antara pria dan wanita tanpa diskriminasi; OHCHR telah
mengembangkan
kedua, kewajiban negara untuk bergerak cepat kerangka kerja
dan seefektif mungkin (imposes an obligation konseptual dan
to move as expeditiously and effectively as metodologis untuk
possible) untuk mewujudkan pemenuhan hak. menggunakan indikator
negara harus segera menyediakan kerangka kuantitatif untuk
kerja analitis yang berguna untuk memahami memantau pelaksanaan
kewajiban, mekanisme pemantauan realisasi hak ekosob terkait
hak, merancang strategi yang tepat dan pemenuhan normatif hak
substantif ke dalam
program yang didefinisikan dengan jelas
indikator kuantitatif.
(termasuk indikator, tolok ukur, target
2 Penggunaan Negara pihak diminta
nasional). Kondisi ini dipengaruhi analisis tolok ukur menetapkan tolok ukur
terhadap kondisi aktual, identifikasi akurat (benchmark) mereka sendiri sebagai
kelompok paling rentan dan bagaimana kunci, misalnya
perumusan kebijakan yang sesuai. kematian anak yang
harus dicapai selama
Sementara Eitan Felner dalam Closing
periode waktu tertentu.
the ‘Escape Hatch’: A Toolkit to Monitor the Kemajuan terhadap tolok
Progressive Realization of Economic, Social, ukur ini kemudian dapat
and Cultural Rights19 telah merumuskan alat dipantau, dinilai oleh
dan metode untuk melakukan pengukuran badan pengawas dan
terhadap pelaksanaan progressive realization, akan dievaluasi selama
yang dapat dirumuskan dalam 3 (tiga) metode: pelaporan.
3 Alokasi a. Alokasi anggaran
Belanja ke yang diperlukan atau
Sektor dikeluarkan untuk
Tertentu pembiayaan pada
sektor tertentu.
b. Penghitungan
pengeluaran
tambahan untuk
mencapai realisasi
hak.
c. Pola pemunduran hak
akibat sebagai
dampak dalam
pemenuhan
kebutuhan sosial.
Sumber: Diolah dari Closing the ‘Escape Hatch’: A
Toolkit to Monitor the Progressive
19
Felner, “Closing the ‘ Escape Hatch ’: A Toolkit
to Monitor the Progressive Realization of
Economic , Social , and Cultural Rights.”

7
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

Lebih jauh, pemenuhan hak ekosob b. Realisasi Hak atas Pekerjaan dan
sangat berkaitan erat dengan komitmen Penghidupan yang Layak
pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah dalam
Philip Alston dalam Core Labour
kebijakannya terutama berkaitan dengan
Standards (CLS) and Transformation of the
proses legislasi, pembangunan ataupun
Intentional Labour Right Regime22,
tindakan lainnya harus menjadikan progressive
mengajukan konsep penilaian terhadap kondisi
realization dan penanganan kemiskinan
kerja layak dan adil didasarkan pada indikator
menjadi titik sentralnya. Dengan demikian,
bagaimana pemenuhan hak-hak fundamental
seluruh struktur dan proses yang
(normatif), larangan kerja paksa, hak untuk
mempengaruhi seluruh distribusi dan
berkumpul dan berorganisasi, hak atas upah
redistribusi pendapatan yang didalamnya
yang setara, dan prinsip non diskriminasi.
menyangkut hak atas pekerjaan, kondisi kerja
yang layak dan adil, kontrol atas sumber daya Pandangan Alston tersebut merujuk
alam, lingkungan, ketersediaan dan akses atas pada paragraph 2 Declaration on
pelayanan publik, adanya jaminan sosial Fundamental Principles and Rights at Work
termasuk dalam pembentukan legislasinya (1998) yang menyatakan bahwa “Safeguarding
kesemuannya difokuskan pada implementasi and promoting respect for basic workers right,
bagi perwujudan hak tersebut20. including the prohibition of forced labour and
child labour, freedom of association and the
Sebagai tindak lanjut dari berbagai
right to organized and bargain collectively,
pemikiran dan pengukuran progressive
equal remuneration for men and women for
realization Sarah Joseph dan Eitan Felner,
work equal value, and non-discrminination in
dikaitkan dengan substansi dalam omnibus law
employment, fully implementating the
Cipta Kerja, maka secara jelas bahwa terdapat
vonventions, and taking into account the
tantangan yang berat bagi upaya perlindungan,
principles embodied in thoses conventions in
pemenuhan dan penegakan hak ekosob karena
the case of thoses countries that are not States
terindikasi ternyata justru mengalami pola
parties to thus achieve truly sutanied economic
kemunduran (regressive patterns). Indikator
growth and sustaniable development”23.
tersebut, terutama terlihat dalam perumusan
norma-norma dalam omnibus law terutama Virginia Mantouvalou dalam Are
berkaitan aspek hak atas pekerjaan, hak atas Labour Rights Human Right?, menekankan
lingkungan hidup dan sumber daya alam yang pentingnya pendekatan positivisme melalui
secara khusus akan diuraikan dalam pembentukan regulasi domestik dalam upaya
pembahasan berikutnya. Idealnya hukum yang menjamin pemenuhan hak atas pekerjaan dan
dibentuk bersifat progresif yakni mempunyai penghidupan yang layak dengan mangacu pada
keberpihakan - dan memiliki kegunaan untuk literatur hukum internasional. Beberapa
kepentingan masyarakat secara luas. Produk diantaranya adalah the Universal Declaration
hukum dalam sistem perundang-undangan, of Human Rights (UDHR), terutama Pasal 4
disebut memiliki kualitas yang baik apabila yang melarang perbudakan, Pasal 23 yang
secara prosedural dan substansial mampu mengatur syarat kerja dan hak atas pekerjaan,
menyerap harapan dan melindungi dan Pasal 24 mengenai hak untuk istirahat dan
kepentingan masyarakat.21 libur; ICESR, (1966), Europan Convention on

20
Yosep Adi Prasetyo, “Hak Ekosob Dan https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2
Kewajiban Negara,” Pemerkuatan Pemahaman 020.V20.233-244.
HAM Untuk Hakim Seluruh Indonesia (Lombok: 22
Alston, “Core Labour Standars and the
Komnas HAM, 2012). Transformation of the International Labour Rights
21
Eko Noer Kristiyanto, “The Urgency of Omnibus Regime.”
Law to Accelerate Regulatory Reform in The 23
International Labour Organization, “Declaration
Perspective of Progressive Law,” Jurnal on Fundamental Principles and Rights at Works,
Penelitian Hukum De Jure 20, no. 10 (2020): 1998,” International Documents on Corporate
233–44, Responsibility § (2010).

8
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

Human Rights (ECHR, 1950) dan the San Pengaturan ini secara khusus mengubah,
Salvador Protocol in the Area of Economic, menyisipkan, menghapus dan menetapkan
Social and Cutural Right (1999) 24. pengaturan baru yang bersinggungan dengan 4
(empat) UU yaitu: (a) UU No. 13 Tahun 2003
Berdasarkan pada kedua pandangan
tentang Ketenagakerjaan; (b) UU No 40 Tahun
ahli tersebut dan juga Komentar Umum 18
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
Hak Atas Pekerjaan ICESR, menegaskan
dan UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan
secara keseluruhan prinsip hak atas pekerjaan
Penyelenggara Jaminan Sosial; dan (d) UU No.
dan penghidupan yang layak tersebut tercipta
18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
apabila memenuhi kondisi: (1) ketersediaan,
Migran Indonesia.
berkaitan dengan penciptaan lapangan
pekerjaan yang difasilitasi secara maksimal Berdasarkan analisis terhadap omnibus
oleh negara; (2) aksesibilitas (keberterimaan), law Cipta Kerja khususnya substansi materi
adanya lowongan pekerjaan tanpa diskriminasi ketenagakerjaan, terdapat berbagai rumusan
atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, pasal yang justru memperlemah konsep
bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat progressive realization dan mengindikasikan
lainnya, asal usul negara atau sosial, kekayaan, terjadinya regressive patterns dengan
kelahiran, difabilitas fisik atau mental, status menurunkan standar dan jaminan terhadap hak
kesehatan (termasuk HIV/AIDS), orientasi untuk mendapatkan pekerjaan dan
seksual, atau sipil, politik-politik, status sosial penghidupan yang layak, diantaranya:
atau status lainnya; dan (3) akseptabilitas dan
Tabel 2
mutu, berkaitan dengan kondisi kerja yang adil
Pasal Bermasalah dalam Omnibus Law
dan nyaman, khususnya kondisi kerja yang
Cipta Kerja
aman, hak untuk membentuk serikat buruh
serta hak untuk memilih dan menerima
Pasal Pengaturan Aspek
pekerjaan secara bebas25. Penilaian
Oleh karena itu mendasarkan pada Pasal Menghapus Pasal 43 Diskriminasi
konsep negara berbasis hak dan dalam 81 dan 44 UU No. 13 Terhadap
konstruksi hak asasi manusia bahwa pilar Tahun 2003 yang Akses
utama yang bertanggungjwab terhadap hak mengatur urgensitas Ketersediaan
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak penggunaan tenaga Pekerjaan
dengan prasyarat tersebut adalah negara kerja asing, jangka
melalui pemerintah (duty holder). Hal tersebut waktu, pendamping di
merupakan mandat Pasal 28I Ayat (4) UUD Indonesia, standar
1945 jo. Pasal 71 UU Nomor 39 Tahun 1999 kompetensi, kriteria
jabatan dan jabatan
tentang Hak Asasi Manusia, mengingat hak
dalam struktur
atas pekerjaan ini sangat penting untuk perusahaan.
pemenuhan hak-hak asasi lainnya serta
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan Pasal Meskipun Privatisasi
inheren dengan martabat manusia. 81 menghidupkan Hubungan
kembali Pasal 59 UU Kerja dan
Kembali ke konteks dalam omnibus 13/2003 yang Sifat
law Cipta Kerja, pengaturan ketenagakerjaan membatasi pekerjaan Hubungan
dirumuskan di Bab VI antara Pasal 81-84. kontrak hanya pada Kerja Bersifat
pekerjaan (a) sekali Kontrak
selesai; (b)
24
Virginia Mantouvalou, “Are Labour Rights diperkirakan
Human Rights?,” European Labour Law Journal waktunya sebentar;
3, No. 2 (2012): 151–172. (c) musiman dan (d)
25
Komnasham, Komentar Umum Kovenan jenis atau sifat tidak
Internasional Hak Sipil dan Politik; Kovenan tetap. Akan tetapi
Internasional Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya, dengan
Pertama (Jakarta: Komnas HAM RI, 2009).

9
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

menghapuskan Pasal sehingga akan terjadi


59 ayat (4) UU No.
disparitas mengenai
13/2003 yang
upah buruh.
membatasi waktu
lamanya PKWT Pasal Mengatur pemutusan Subordinasi
(kontrak) yakni paling 81 hubungan kerja lebih Buruh dan
lama 2 (dua) tahun mudah dibanding Kemudahan
dan hanya boleh dengan UU 13/2003 Dalam Proses
diperpanjang 1 (satu) karena menghapuskan PHK oleh
kali untuk jangka ketentuan Pasal 151 perusahaan
waktu paling lama 1 ayat (2) yang
(satu) tahun, mengatur bahwa
menyebabkan tidak pemutusan hubungan
ada batas waktu kerja harus
kontrak diberikan - dirundingkan terlebih
dengan demikian tetap dahulu dengan serikat
saja kontrak bagi para buruh/serikat,
pekerja dapat penghapusan
berlangsung seumur ketentuan dalam Pasal
hidup. 155 yang mengatur
bahwa PHK harus
Pasal Mengenai pengaturan Akseptabilitas
terlebih dahulu
81 cuti dan hak istirahat, dan mutu
mendapatkan
dalam UU No. 13
penetapan dari
Tahun 2003 lebih
lembaga perselisihan,
memberikan
penghapusan
perlindungan, akan
ketentuan dalam Pasal
tetapi dalam omnibus
161 yang mengatur
law salah satunya
mekanisme bertahap
mengenai cuti panjang
sebelum pemutusan
setelah bekerja 6
hubungan kerja
(enam) tahun bukan
dengan pemberian
sebagai hak normatif
surat peringatan;
kembali akan tetapi
didasarkan pada Pasal Mengatur persoalan Ancaman
persetujuan 81 kemunduran terhadap
perusahaan. perlindungan terhadap kebebasan
serikat buruh/serikat berserikat dan
Pasal Pengupahan yang Ancaman
bekerja, indikasi berkumpul,
81 kurang melindungi Terhadap
tersebut dimulai dari memperlemah
buruh/pekerja, Kondisi Kerja
ketentuan tidak soliditas
indikasi tersebut Layak dan
perlunya perundingan buruh
diantaranya melalui Adil
dalam proses PHK
pengupahan berkaitan
dengan serikat
ditetapkan hanya oleh dengan Upah
buruh/serikat pekerja,
Gubernur, minim
adanya perubahan
keterlibatan
sifat hubungan kerja
perwakilan buruh dan
menjadi PKWT
akan menyulitkan
(kontrak) dan alih
dalam penetepannya
daya, dampaknya
karena kondisi antar
dalam jangka panjang
kabupaten/kota
adalah menghambat
berbeda, pengaturan
penguatan serikat
upah minimum padat
buruh.
karya dan upah
minimum UMKM, Sumber: Diolah dari Undang-Undang Cipta Kerja,
Tahun 2020

10
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

Timboel Siregar, Sekretaris Jenderal (outsourcing) dengan dalih perluasan


Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI)26 kesempatan kerja dan percepatan proyek
menilai kehadiran omnibus law Cipta Kerja strategis nasional.
dari berbagai pasal-pasal yang diatur bersifat
Aloysius menggunakan teori campur
kontra produktif dalam upaya perlindungan
tangan pemerintah melalui pembentukan
terhadap buruh dibanding dengan regulasi
peraturan perundang-undangan (legislasi),
dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
seharusnya sepanjang menyangkut hak
Ketenagakerjaan. Beberapa indikasi tersebut
pekerja/buruh menggunakan mekanisme
adalah alih-alih menciptakan lapangan kerja
standar maksimum, sebaliknya menyangkut
baru untuk 3.000.000 juta angkatan kerja –
hubungan kerja antara buruh/pekerja dengan
akan tetapi justru akan menjadi hubungan kerja
pengusaha adalah menerapkan standar
tidak kondusif terutama karena penghilangan
minimum. Akan tetapi dalam konteks ini
Pasal 161 yang menegaskan bahwa pemutusan
terjadi degradasi dan berpotensi terjadi modern
hubungan kerja (PHK) langsung dapat
slavery terutama dengan membuka seluruh
dilakukan tanpa adanya surat peringatan bagi
sifat, jenis dan posisi pekerjaan adalah terbuka
kesalahan ringan oleh buruh/pekerja; demikian
untuk alih daya (outsourcing) sehingga tidak
halnya menghilangkan ketentuan pemberian
hanya bagi pekerjaan yang bersifat musiman,
surat peringatan atau surat panggilan bagi
sementara, dan bersifat penunjang. Untuk
buruh yang 5 (lima) hari kerja tidak masuk
menghindari kesewenang-wenangan dengan
tanpa perlu melakukan klarifikasi langsung
penyerahan kepada pengusaha, maka salah
dapat di PHK.
satu hal yang perlu diatur berapa jangka waktu
Selain itu, Timboel juga mengkritisi kontrak kerja dilakukan dan memastikan
minimnya keterlibatan organisasi pekerja/ adanya pesangon sebagai guarante baik
buruh dalam proses perencanaan, pengaturan terhadap para pekerja dengan status tetap
materi muatan dan pembentukan omnibus law. maupun outsourcing (kontrak).
Padahal Kovensi ILO selalu mendorong
Implikasi dari pembukaan pekerjaan
mekanisme tripartid meliputi pemerintah,
yang bersifat outsourcing tidak hanya
pengusaha dan buruh sebagai standar dalam
menyangkut dengan sustainable dan kepastian
pembahasan seluruh persoalan yang berkaitan
hak atas pekerjaan, akan tetapi memberikan
dengan buruh/pekerja. Implikasinya peran
dampak lain yaitu berpotensi terjadinya
buruh semakin menurun, misalnya dalam
penurunan kualitas hubungan kerja antara
penetapan upah hanya diatur oleh Gubernur
pengusaha dan buruh. Buruh menjadi posisi
semata tanpa melihat aspirasi dan penentuan
yang rentan terhadap kebijakan perusahaan dan
kelayakan buruh, dan demikian halnya dalam
tidak equal lagi sebagaimana maksud dari
proses PHK tidak perlu perundingan dengan
pembentukan hubungan kerja yang harmonis.
serikat buruh/pekerja, bisa langsung dengan
pekerja langsung. Dengan pengesahan omnibus law ini
berimplikasi pada semakin rentannya posisi
Sedangkan Dr. Aloysius Uwiyono,
dan kedudukan buruh/pekerja maka dalam
ahli hukum perburuhan Universitas Indonesia
aspek berorganisasi dan berserikat. Ketika
(UI)27 menilai terjadi penurunan terhadap
regulasi dalam omnibus law Cipta Kerja tidak
upaya perlindungan terhadap hak atas
mewajibkan perundingan dengan serikat
pekerjaan dan upah yang layak dimulai dengan
buruh/serikat pekerja sebelum perusahaan
memaksakan berlakunya alih daya buruh
melakukan PHK dan para buruh disibukkan
mempertahankan agar kontrak diperpanjang,
26
Timboel Siregar, Diskusi Omnibus Law Cipta maka konsolidasi penguatan organisasi dan
Kerja Kluster Ketenagakerjaan, Komnas HAM, perjuangan hak semakin sulit dilakukan28.
June 23th, 2020.
27
Aloysius Uwiyono, Diskusi Omnibus Law Cipta
Kerja Kluster Ketenagakerjaan, Komnas HAM, 28
Timboel Siregar,…… Komnas HAM, June 23th,
June 23th, 2020. 2020.

11
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

Setelah dilakukan analisis mendalam adanya pemutusan hubungan kerja sepihak dan
dan didasarkan pada pandangan Philip Alston penghalangan kegiatan untuk berserikat29.
serta Virginia Mantouvalou, serta Komentar 18
Oleh karena itu, kita perlu mendorong
Hak Atas Pekerjaan terhadap substansi
dalam upaya pemenuhan hak ekosob, dalam
omnibus law Cipta Kerja terkait dengan aspek
menjamin hak atas pekerjaan dan penghidupan
ketenagakerjaan, terindikasi pemunduran dan
yang layak maka negara melalui pemerintah
justru bukan mengarah pada progressive
didorong untuk berupaya mengambil langkah-
realization menuju realisasi penuh, karena
langkah (undertakes to take steps), sejauh
dipengaruhi faktor:
dimungkinkan oleh sumberdaya yang tersedia
(a) Pengurangan aspek ketersediaan, beberapa (to the maximum available resources),
kebijakan yang diambil terutama berkaitan pencapaian secara bertahap demi realisasi
dengan pelonggaran terhadap penerimaan sepenuhnya (achieving progressively the full
tenaga kerja (dari luar negeri) perlu realization), dan dengan semua cara yang
diperketat terutama untuk yang tidak tepat, termasuk pada khususnya dengan
menjanjikan transfer teknologi dan bersifat mengadopsi langkah-langkah legislatif (by all
tenaga unskill, hal itu perlu dilakukan agar appropriate means including particularly
memberikan kesempatan kerja yang luas adoption of legislative measures), bukan justru
bagi masyarakat; semakin melemahkan upaya perlindungan,
pemenuhan dan penegakan HAM, terutama
(b) Aksesibilitas/keberterimaan, penurunan
bagi para pekerja/buruh melalui rumusan
didasarkan dari aspek jaminan
norma-norma dalam omnibus law Cipta Kerja.
kelangsungan pekerjaan terutama karena
meletakan hubungan kerja ke dalam ranah Dalam sistem hukum ketenagakerjaan
privat antara buruh dengan pengusaha, masih terjadi disparitas kedudukan antara
perubahan sifat hubungan kerja PKWT pemberi kerja (pengusaha) dengan para buruh.
(kontrak) untuk semua jenis, sifat dan level Perbedaan bargaining position inilah yang
pekerjaan dan kemudahan dalam proses menjadi landasan normatif dalam teori konsep
PHK yang sangat merugikan buruh dan negara kesejahteraan (welfarestate) menggeser
mengancam kelangsungan hak atas ranah hukum privat menjadi hukum publik.
pekerjaan; dan Oleh karenanya peran dan intervensi negara
masih sangat diperlukan untuk melindungi
(c) Akseptabilitas dan mutu, berkaitan
pekerja sebagai kelompok yang memiliki
penurunan kondisi kerja yang layak dan
posisi lebih lemah30. Perlindungan hukum yang
adil meliputi pengaturan mengenai upah
dimaksud dengan tujuan supaya dalam
yang layak dan jaminan sosial yang
hubungan kerja dapat terjamin adanya keadilan
semakin berkurang, pengurangan hak-hak
maupun perlindungan terhadap hak asasi
istirahat dan cuti, serta melemahkan serikat
manusia (pekerja) yang keduanya merupakan
pekerja dan serikat buruh dalam
tujuan dari perlindungan hukum itu sendiri.31
menjalankan organisasi serta membela
kepentingan buruh.
Padahal merujuk pada data pengaduan
Komnas HAM, dengan regulasi UU No. 29
Komnas HAM, “Laporan Tahunan 2019”,
13/2003 yang dinilai substansi norma dan (Jakarta: Komnas HAM, 2019)
pengaturannya lebih memberikan keadilan dan 30
Haikal Arsalan; Dinda Silviana Putri, “Law and
kelayakan kerja, ternyata jumlah kasus Human Right Reformation on Industrial Dispute
ketenagakerjaan pada 2019 saja mencapai 213 Settlement,” Jurnal HAM 11, No. 1, April (2020):
(dua ratus tiga belas) kasus, baik yang 39–149.
struktural dengan korban banyak pekerja
31
Fithriatus Shalihah, “Perjanjian Kerja Waktu
ataupun kasus individual. Persoalan yang Tertentu (PKWT) Dalam Hubungan Kerja
Menurut Hukum Ketenagakerjaan Indonesia
paling banyak diadukan berkaitan tidak
Dalam Perspektif Ham,” Uir Law Review 1, No.
diberikan hak-hak normatif seperti upah, 02 (2017): 149–60.

12
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

c. Pertaruhan Kondisi Lingkungan Hidup secara regulatif memberikan tanggung jawab


kepada negara, baik melalui kerangka legislatif
Perdebatan mengenai pentingnya hak
dalam pembentukan perundang-undangan
atas lingkungan yang baik dan sehat dengan
(termasuk konteks ini omnibus law Cipta
hak asasi manusia selalu dinamis, terutama
Kerja) maupun mekanisme judisial melalui
pasca generasi ketiga menyangkut solidarity
peradilan.
rights berkenaan dengan aspek pembangunan.
Alan Boyle dalam Human Rights and the Meskipun demikian progressive
Environment: Where Next?32 menjelaskan realization untuk menjamin hak atas
relasi hak atas lingkungan hidup yang sehat lingkungan hidup dalam rumusan norma
dengan hak asasi manusia karena omnibus law Cipta Kerja masih menjadi
bersinggungan dengan hak untuk hidup, hak tantangan yang besar, terutama karena adanya
atas kesehatan, hak atas property dan hak atas penghapusan dan pengubahan berbagai
kehidupan personal. Lebih jauh Alan rumusan pasal dalam UU No. 32 Tahun 2009
mendiskripsikan relasi tersebut didasarkan tentang Perlindungan dan Pengelolaan
pada 3 (tiga) faktor yakni (a) sebagai tindak Lingkungan Hidup. Beberapa hal mendasar
lanjut negara-negara terhadap Rio Declaration perubahan tersebut khususnya berkaitan
on Environment and Development 1992; (b) penghapusan izin lingkungan dan
perlunya pembentukan mekanisme pengaturan menggantinya dengan persetujuan lingkungan,
guna mempercepat kerangka perlindungan pengurangan kegiatan usaha yang diwajibkan
lingkungan hidup yang layak; dan (c) faktor memiliki analisis dampak lingkungan
kesulitan dalam penanganan isu lingkungan (AMDAL), pelimpahan kewenangan pengujian
hidup yang bersifat lintas teritori yang dan penilaian kelayakan lingkungan kepada
berpengaruh pada pemanasan global. pihak swasta, pembatasan akses dan partisipasi
publik dalam proses penyusunan AMDAL,
Eratnya hubungan antara hak asasi
serta penghilangan mengenai Komisi Penilai
manusia dengan hak atas lingkungan hidup ini
AMDAL.
menjadi sebuah keniscayaan, bahkan menjadi
Prinsip 1 Framework Principles On Human Secara khusus Indonesian Center for
Rights and the Environment yang secara Environmental Law (ICEL)34 juga memberikan
khusus disusun oleh John H Knox, UN Special catatan khusus terkait aspek sumber daya dan
Rapporteur yang menyatakan bahwa “Human lingkungan hidup. Salah satu perubahan
beings are part of nature, and our human mendasar dalam omnibus law adalah politik
rights are intertwined with the environment in hukum sentralisasi kewenangan bidang
which we live. Environmental harm interferes perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang
with the enjoyment of human rights, and the ditarik dan didominiasi pemerintah pusat.
exercise of human rights helps to protect the Selain itu juga menyoroti kegiatan usaha
environment and to promote sustainable dengan risiko tinggi yang dinilai
development”.33 perumusannya masih abstrak yang
berpengaruh terhadap kriteria dan tahap
Berpijak pada dua kerangka pemikiran
implementasinya, lebih akuntabel dan terukur
tersebut dan didasarkan pada instrumen hukum
dalam regulasi lama melalui mekanisme
dalam domestik terutama UU 1945 Pasal 28 H
AMDAL, serta peralihan metode pengenaan
Ayat (1) dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
sanksi pidana menjadi administratif bagi
HAM melalui Pasal 9 Ayat (3) yang secara
pelaku perusak lingkungan.
khusus memberikan jaminan terhadap hak atas
lingkungan hidup yang sehat dan baik, maka ICEL memberikan pandangan bahwa
kriteria wajib AMDAL dalam omnibus law
32
Alan Boyle, “Human Rights and the masih sangat ringkas - dan memerlukan
Environment: Where Next?,” European Journal
of International Law 23, no. 3 (2012): 613–642.
33
Knox, “Framework Principles on Human Rights 34
ICEL, “Catatan Atas RUU Cipta Kerja” (Jakarta,
and the Environment.” 2020).

13
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

pengaturan yang rinci, detail dan jelas agar perlunya unsur kesalahan dan pembuktian.
tidak menimbulkan multitafsir dan berdampak Secara ringkas, melalui Pasal 88 omnibus law
pada kemunduran upaya menjaga lingkungan. menghapus frase “bertanggung jawab mutlak
Sejatinya jika mendasarkan pada Pasal 23 Ayat atas kerugian yang terjadi tanpa perlu
(1) UU No. 32 Tahun 2009 kriteria usaha yang pembuktian unsur kesalahan”.
wajib memiliki AMDAL limitasinya terukur,
Implikasinya bagi perusahaan atau
yakni jika usaha: (a) mengubah bentuk lahan
orang yang tindakannya, usahanya dan/atau
dan bentang alam; (b) eksploitasi terhadap
kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan
sumber daya alam; (c) proses dan kegiatan
dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau
yang menimbulkan pencemaran dan
menimbulkan ancaman serius terhadap
kemerosotan daya alam; (d) proses dan hasil
lingkungan hidup, meskipun dapat dituntut
eksploitasi mempengaruhi lingkungan alam
pertanggungjawaban akan tetapi masih
dan buatan; (e) kegiatan yang mempengaruhi
memerlukan pembuktian unsur kesalahannya.
kawasan konservasi; (f) introduksi jasad renik,
Padahal esensi konsep strict liability sebagai
tumbuhan dan hewan; (g) usaha yang memiliki
mekanisme pengawasan bagi pelaku agar
resiko tinggi dan berkaitan dengan pertahanan
menjaga dan menaati kaidah lingkungan hidup,
negara; dan (h) penerapan teknologi yang
melakukan upaya pencegahan dan pemulihan
memiliki dampak bagi perubahan lingkungan
dampak. Penerapan hukum pidana lingkungan
hidup.
ini dalam pandangan Prof. Sudarto, ahli hukum
Aspek lain yang menjadi sorotan, pidana Universitas Diponegoro dimaksudkan
adalah berkaitan dengan pembatasan ruang sebagai mekanisme penanggulangan kejahatan
partisipasi dan akses publik, terutama dalam lingkungan, sekaligus upaya pencegahan.
proses penyusunan AMDAL. Perubahan Pasal Diharapkan dengan penerapan secara tegas
26 Ayat (2) omnibus law Cipta Kerja, akan terwujud cita pembangunan hukum
mengatur bahwa dalam proses penyusunan nasional Indonesia, yakni mewujudkan
dokumen Amdal maka hanya masyarakat keadilan dan kesejahteraan masyarakat36.
sekitar lokasi yang terdampak langsung yang
Pentingnya penerapan konsep strict
dilibatkan dalam proses konsultasi.
liability selaras dengan Framework Principles
Implikasinya, hanya warga sekitar lokasi area
on Human Rights and the Environment Angka
produksi yang bisa menyampaikan pandangan,
35, yang memberikan kewajiban kepada
keberatan dan masukan terhadap proses
perusahaan untuk melakukan perencanaan,
AMDAL. Padahal dampak kerusakan
mitigasi, pengelolaan dan pemulihan terhadap
lingkungan tidak saja menyangkut sisi hulu
dampak usahanya. Prinsip ini secara khusus
sumber eksploitasi atau operasi kegiatan, akan
diadopsi dari Guiding Principle Business on
tetapi sampai hilir yang akan berdampak pada
Human Rights (Rugie Principle)37 angka 22
masyarakat luas. Dalam ekosistem lingkungan
yang menyatakan bahwa “In assessing human
hidup tidak dikenal pembatasan yang bersifat
rights impacts, business enterprises will have
administratif dengan mengkotak-kotakan
looked for both actual and potential adverse
wilayah karena sifatnya holistik dan
impacts. Potential impacts should be prevented
komprehensif.35
or mitigated through the horizontal integration
Persoalan kritikal lain yang dinilai of findings across the business enterprise,
terjadi kemunduran adalah perubahan
paradigma dalam penuntutan pidana dengan 36
Sumarni Alam, “Optimimalisasi Sanksi Pindana
mereduksi makna konsep strict liability, yakni Terhadap Pelanggaran Baku Mutu Lingkungan
tanggung jawab terhadap kerugian akibat Dari Limbah,” Jurnal Penelitian Hukum De Jure
perilaku pengerusakan lingkungan tanpa 20, No. 1, Maret (2020): 137–151.
37
United Nation Human Rights Office of The High
Commissioner, “Guiding Principles on Business
35
Brian Azeri Dkk, “Kertas Posisi Rancangan UU and Human Rights Guiding Principles on
Cipta Kerja (Omnibus Law) Dalam Perspektif Business and Human Rights” (New York and
Hak Asasi Manusia” (Jakarta, 2020). Geneva, 2011).

14
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

while actual impacts-those that have already KESIMPULAN


occurred–shouldbe a subject for remediation”.
Berdasarkan keseluruhan hasil analisis
Meskipun demikian, dalam omnibus dan pembahasan penelitian ini berkesimpulan:
law yang patut diapresiasi adalah mengatur (a) pembentukan UU Cipta Kerja dalam
kembali dalam normanya mengenai tanggung perspektif hak asasi manusia masih
jawab perusahaan atas kebakaran dalam mengindikasikan pemunduran (regression) dan
wilayah operasionalnya. Melalui ketentuan kontradiktif dengan mekanisme progressive
Pasal 49 Ayat (2) mengatur bahwa setiap realization menuju pemenuhan hak ekosob
Pemegang hak atau Perizinan Berusaha secara penuh sebagai mandat ICESR
bertanggungjawab atas terjadinya kebakaran dibandingkan dengan undang-undang sektoral
hutan di areal kerjanya. Ketentuan ini menjadi sebelumnnya yang dilakukan perubahan,
oase karena dalam draf RUU mereka hanya penghapusan dan pembentukan norma baru;
dibebani upaya pencegahan dan pengedalian (b) bahwa muatan materi dalam omnibus law
semata. Diharapkan dengan pengaturan ini Cipta Kerja, khususnya berkaitan dengan aspek
tidak akan terjadi peristiwa kebakaran lahan hak asasi manusia khususnya mengenai hak
dan hutan sebagaimana pada kurun waktu atas pekerjaan menunjukkan adanya
2013–2015 yang terjadi di Sumatera, pemunduran karena terjadi pelemahan dalam
Kalimantan, Sulawesi dan Papua yang diprotes upaya perlindungan bagi buruh terhadap
berbagai negara tetangga. Bahkan data tim kondisi kerja yang layak dan adil, serta dalam
pemantauan Komnas HAM tahun 2015 upaya perlindungan hak atas lingkungan hidup
memperkirakan wilayah kerusakan hutan yang layak karena pembentukan aturan yang
mecapai 2.6 juta Ha, 23 orang meninggal dunia bersifat melonggarkan regulasi yang bersifat
dan ratusan ribu menderita penyakit saluran restriktif dan pengenaan sanksi pidana
pernafasan.38 lingkungan.
Merujuk pada beberapa pemunduran
dalam progressive realization dalam aspek SARAN
lingkungan hidup dan sumber daya alam, maka Selaras dengan kesimpulan tersebut
penting untuk mengingatkan pemerintah dan dan pidato Presiden pada Sidang Tahunan 14
DPR dalam menyusun aturan pelaksana Agustus 2020, bahwa “semua kebijakan harus
omnibus law untuk menempatkan lingkungan mengedepankan ramah lingkungan dan
hidup yang sehat sebagai paradigma dan selalu perlindungan HAM, kecepatan dan ketepatan
melandaskan pada konsep strict liability. tidak bisa dipertukarkan dengan kecerobohan
Tindakan tersebut dilakukan guna menghindari dan kesewenang-wenangan”, maka diharapkan
peringatan Susana Borràs, dari Center for seluruh aparatus perwakilan pemerintah dan
Environmental Law Studies of Tarragona, DPR yang terlibat dalam pembahasan omnibus
Spain dalam New Transitions from Human law Cipta Kerja ataupun aturan turunannya
Rights to the Environment to the Rights of untuk menjadikan hak asasi manusia sebagai
Nature, yang menekankan bahwa bagi negara paradigma utama, sehingga pemenuhan secara
yang membiarkan kejahatan lingkungan penuh hak ekosob sebagai cita-cita dan
terjadi, maka terdapat mekanisme hukum kewajiban sebagai negara pihak dalam ICESR
internasional melalui International Criminal akan berproses dengan baik selaras dengan
Court (ICC) untuk diadili sebagai pelaku konsep progressive realization, bukan justru
kejahatan ekosida, terutama akibat pembiaran terjadinya regression yang semakin
terhadap eksploitasi penambangan, ekstraksi menurunkan jaminan, pemenuhan dan
bahan bakar fosil, dan deforestasi39. perlindungan hak asasi manusia di Indonesia.

38
Laporan Pemantauan Hak atas Kesehatan dalam
Karhutla (Jakarta: Komnas HAM, 2015).
39
Susana Borràs, “New Transitions from Human Nature,” Transnational Environmental Law 5, no.
Rights to the Environment to the Rights of 1 (2016): 113–143.

15
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

UCAPAN TERIMA KASIH Boyle, Alan. “Human Rights and the


Environment: Where Next?” European
Sebagai akhir dari tulisan ini saya Journal of International Law 23, No. 3
sampaikan terima kasih kepada Sandrayati (2012): 613–642.
Moniaga, selaku Komisioner Pengkajian dan Buhaerah, Pihri. “Mengukur Hak-Hak Ekosob.”
Penelitian Komnas HAM RI, Andante Widi Jakarta, 2015.
Arundati, selaku Kabiro Pemajuan HAM, serta Commissioner, United Nation Human Rights
semua ahli dan nara sumber yang terlibat Office of The High. “Guiding Principles on
dalam penelitian ini. Business and Human Rights Guiding
Principles on Business and Human
DAFTAR PUSTAKA Rights.” New York and Geneva, 2011.
https://www.ohchr.org.gudingprinciplesbus
Ahmad Ulil Aedi, Sakti Lazuardi, Ditta Chandra inessher_en.
Putri, “Arsitektur Penerapan Omnibus Dinda Silviana Putri, Haikal Arsalan; “Law and
Law Melalui Transplantasi Hukum Human Right Reformation on Industrial
Nasional Pembentukan Undang-Undang,” Dispute Settlement.” Jurnal HAM 11, no.
Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 14, 1, April (2020): 39–49.
No. 1 (2020): 1-18. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30641/h
Alam, Sumarni. “Optimimalisasi Sanksi Pindana am.2020.11.39-50.
Terhadap Pelanggaran Baku Mutu Dkk, Brian Azeri. “Kertas Posisi Rancangan UU
Lingkungan Dari Limbah.” Jurnal Cipta Kerja (Omnibus Law) Dalam
Penelitian Hukum De Jure 20, no. 1, Maret Perspektif Hak Asasi Manusia.” Jakarta,
(2020): 137–51. 2020.
https://doi.org///dx.doi.org/10.30641/dejure Felner, Eitan. “Closing the ‘ Escape Hatch ’: A
.2020.V20.137-151. Toolkit to Monitor the Progressive
Alhusain, Mandala Harefa; Achmad Sani. Realization of Economic , Social , and
“Pembentukan Omnibus Law Dalam Cultural Rights.” Journal of Human Rights
Upaya Meningkatkan Investasi.” Practice 1, No. 3 (2009): 402–435.
Parliamentary Review Vol. II, no. No. 1 https://doi.org/10.1093/jhuman/hup023.
(2020): 11–20. ICEL. “Catatan Atas RUU Cipta Kerja.” Jakarta,
Alston, Philips. “Core Labour Standars and the 2020.
Transformation of the International Labour Joseph, Sarah. Research Handbook on
Rights Regime.” EIJIL Oxford 15 (2004): International Human Rights Law. Edward
457–521. Elgar Publishing Limited. USA: Edward
Bappenas. “Prakarsa Pemerintah Daerah Dalam Elgar (EE), 2010.
Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah Kasim, Ifdhal. “Implementasi Hak-Hak
Dan Pembangunan Daerah.” Jakarta, 2018. Ekonomi, Sosial Dan Budaya.” 2007.
Boesen, Jacob Kirkemann, and Tomas Martin. Kemenkoperekonomian. Naskah Akademis
Applying A Rights-Based Approach: An RUU Cipta Kerja (2020).
Inspirational Guide for Civil Society. ———. Rancangan UU Cipta Kerja (2020).
Edited by Mette Holm. Copenhagen, Knox, John. “Framework Principles on Human
Denmark: The Danish Institute for Human Rights and the Environment.” UN Human
Rights, 2007. Rights Special Procedures: Special
Borràs, Susana. “New Transitions from Human Rapportuer, Independent Experts &
Rights to the Environment to the Rights of Working Groups. Geneva, 2018.
Nature.” Transnational Environmental Komnasham. Komentar Umum Kovenan
Law 5, no. 1 (2016): 113–43. Internasional Hak Sipil Dan Politik;
https://doi.org/10.1017/S20471025150002 Kovenan Internasional Hak Ekonomi,
8X. Sosial Dan Budaya. Pertama. Jakarta:
Komnas HAM RI, 2009.

16
Implementasi Pencapaian Secara Progresif
Agus Suntoro

Kristiyanto, Eko Noer. “The Urgency of Law Review 1, No. 02 (2017): 149–160.
Omnibus Law to Accelerate Regulatory https://doi.org/10.25299/uirlrev.2017.1.02.
Reform in The Perspective of Progressive 955.
Law.” Jurnal Penelitian Hukum De Jure the International Labour Organization. ILO:
20, No. 10 (2020): 233–244. Declaration on Fundamental Principles and
Mantouvalou, Virginia. “Are Labour Rights Rights at Works, 1998, 1 International
Human Rights?” European Labour Law Documents on Corporate Responsibility §
Journal 3, No. 2 (2012): 151–172. (2010).
https://doi.org/10.1177/2013952512003002 https://doi.org/10.4337/9781845428297.00
04. 035.
Prasetyo, Yosep Adi. “Hak Ekosob Dan Utomo, Pudjo. “Omnibus Law: Dalam
Kewajiban Negara.” Pemerkuatan Perspektif Hukum Responsif.” Jurnal
Pemahaman HAM Untuk Hakim Seluruh Nurani Hukum Vol. 2, No. 1, Juni (2019):
Indonesia. Lombok: Komnas HAM, 2012. 31–40.
Shalihah, Fithriatus. “Perjanjian Kerja Waktu Young, Katharine G. “Waiting for Rights  :
Tertentu (PKWT) Dalam Hubungan Kerja Progressive Realization and Lost Time.”
Menurut Hukum Ketenagakerjaan Boston, USA, 2019.
Indonesia Dalam Perspektif Ham.” Uir

17
JURNAL HAM
Volume 12, Nomor 1, April 2021

KOSONG

18

You might also like