Professional Documents
Culture Documents
Study Case Peng. Ep
Study Case Peng. Ep
Study Case Peng. Ep
Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyusun makalah studi kasus yang berjudul “Analisis Dampak
Pembatasan Ekspor Gas Alam dan Batu Bara Terhadap Perekonomian Di Indonesia” dari
awal penyusunan hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Dosen Dr. Putu Ayu Paramitha Purwanti, S.E.,M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan dan teman-teman sekalian yang telah mempercayai
kami untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari Ibu dosen dan teman-
teman pembaca sekalian demi perbaikan makalah studi kasus ini, karena kami sadar makalah
studi kasus ini tidaklah sempurna dan memiliki kekurangan. Sekian yang dapat kami sampaikan,
semoga makalah studi kasus ini dapat memberikan manfaat kepada Ibu dosen dan teman-teman
semua, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan di hati Ibu Dosen dan teman-teman sekalian.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah studi kasus ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana dampak dari pembatasan ekspor gas alam dan batu bara terhadap
perekonomian di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh pembatasan ekspor gas alam dan batu bara terhadap penggunanya.
3. Mengetahui cara pengendalian ekspor gas alam dan batu bara.
4. Mengetahui kondisi dan pasokan gas alam serta batu bara pada tahun 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
Gas bumi merupakan sumber daya alam dengan cadangan terbesar ketiga di dunia
setelah batu bara dan minyak bumi. Gas alam pada awalnya tidak dikonsumsi sebagai
sumber energi karena kesulitan dalam hal transportasi sehingga selalu dibakar ketika
diproduksi bersamaan dengan minyak bumi. Pemanfaatan gas alam di Indonesia tidak hanya
untuk transportasi dan rumah tangga saja, tetapi sekarang untuk industri. Gas alam di
Indonesia memiliki peranan yang cukup dominan setelah peran minyak sebagai
sumber energi utama mulai dikurangi. Apalagi dengan komitmen yang diberikan
pemerintah dalam Clean Development Mechanism pada Kyoto Protocol, gas alam mulai
dipilih karena tingkat polusi yang lebih rendah. Pemanfaatan gas alam di Indonesia tidak hanya
untuk transportasi dan rumah tangga saja, tetapi sekarang untuk industri.
Produk dari gas alam yang digunakan antara lain, LNG (liquefied natural gas) adalah
jenis gas alam metana yang akan memiliki komposisi 90% metana (CH4) ketika dicairkan pada
tekanan atmosferik dan suhu -163 derajat celcius. Jika dilihat dari sisi keunggulannya. Indonesia
juga memiliki gas alam atau gas bumi bernama CNG (compressed natural gas) yang merupakan
gas alam yang tetap jernih meskipun di bawah tekanan tinggi. Selain itu, CNG juga memiliki
sifat tidak berbau dan tidak korosif. Untuk metode penyimpanannya, CNG membutuhkan tempat
penyimpanan yang besar dan tekanan yang sangat tinggi agar kemurniannya tetap terjaga. Hal ini
menyebabkan CNG cukup sulit untuk didistribusikan ke tempat yang jauh. CNG banyak
dimanfaatkan untuk keperluan gas industri oleh masyarakat Indonesia.
Batubara adalah salah satu sumber energi di dunia. Batubara adalah campuran yang
sangat kompleks dari zat kimia organik yang mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam
sebuah rantai karbon. Menurut Undang-Undang no 4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara,
batubara merupakan endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan dan bisa terbakar. Dalam pengertian lain, batubara adalah batuan sedimen
(padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, serta berwarna coklat sampai hitam, yang
sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang menjadikan kandungan karbonnya
kaya(Sukandarrumidi, 1995).
Endapan batubara Indonesia tersebar dari Sumatera sampai Papua. Endapan itu paling
banyak ditemukan di cekungan-cekungan besar seperti di Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan
Timur, atau Kalimantan Selatan. Menurut Badan Geologi (2011), jumlah sumber daya batubara
mencapai 161 miliar ton dan cadangannya mencapai 28 miliar ton. Dengan jumlah itu, cadangan
batubara Indonesia hanya 0,6% dari jumlah cadangan batu bara dunia. Dari total produksi
batubara Indonesia, sekitar 25% digunakan untuk kepentingan dalam negeri, sedangkan 75%
diekspor ke luar negeri.
2.2 Permasalahan
Suatu negara melakukan ekspor suatu produk ke negara lain yang membutuhkan
dikarenakan setiap negara memiliki karakteristik sumber daya alam yang berbeda atau di dalam
negerinya memiliki komoditas yang melimpah/ berlebih dan negara yang mengimpor tidak dapat
memenuhi barang tersebut. Ekspor merupakan salah satu indikator dalam memacu pertumbuhan
ekonomi suatu negara, oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah ekspor merupakan salah
satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Ekspor dan Impor memegang peranan penting
dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Komoditas ekspor minyak mentah, batubara dan
gas alam yang terus meningkat diharapkan dapat membantu peningkatan penyerapan tenaga
kerja di sektor pertambangan. Indonesia adalah salah satu negara yang mengekspor migas dan
non migas sejak tahun 1975 sampai sekarang. Sumber daya alam terhadap batu bara dan gas
merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan
perekonomian. Oleh karena itu tentunya Indonesia sering melakukan ekspor batu bara dan gas ke
negara negara lain.
Ekspor merupakan salah satu kegiatan memindahkan barang yang ditujukan kepada
negara luar. Ini disebabkan karena Indonesia salah satu penghasil batu bara dan gas yang besar di
Indonesia. Pada 2013 sebanyak 32 persen gas bumi diekspor dalam bentuk LNG sehingga terjadi
defisit gas di dalam negeri, 8 demikian pula dengan batubara sebesar 79 persen diekspor ke luar
negeri. Potensi untuk mengoptimalkan pasokan gas dan batu bara domestik masih sangat
terbuka. Hal ini didukung infrastruktur kilang gas alam cair atau Floating Storage and
Regasification Unit (FSRU), small scale LNG receiving terminal dan jaringan pipa transmisi dan
distribusi gas bumi sehingga memudahkan distribusi gas dari satu tempat ke tempat lain.
Sedangkan untuk distribusi batu bara relatif lebih mudah dan tidak ada hambatan. Potensi untuk
mengoptimalkan pasokan gas dan batubara domestik masih sangat terbuka.
Pembatasan ekspor adalah kebijakan yang diterapkan oleh negara pengekspor suatu
komoditas yang bertujuan untuk membatasi arus ekspor komoditas tersebut. Pembatasan ekspor
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara seperti larangan ekspor, pajak
ekspor, kuota ekspor, atau izin ekspor. Kebijakan pembatasan ekspor diterapkan baik oleh
Negara berkembang maupun oleh Negara maju untuk merealisasikan tujuan ekonomi dan non
ekonomi. Tujuan ekonomi dari penerapan kebijakan pembatasan ekspor antara lain
meningkatkan penerimaan negara, mendorong perkembangan industri hilir, dan stabilisasi harga
komoditas ekspor di pasar domestik. Kebijakan pembatasan ekspor juga dapat ditujukan untuk
mencapai tujuan non-ekonomi seperti perlindungan terhadap lingkungan hidup dan konservasi
sumber daya alam. Larangan ekspor biasanya dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan non
ekonomi, sedangkan pajak ekspor lebih berorientasi pada pencapaian tujuan ekonomi.
Menurut jenis energinya, permintaan energi saat ini masih didominasi oleh BBM (38,3 persen)
diikuti oleh biomassa (26,5 persen), batubara (12,3 persen), gas (10,4 persen), listrik (8,8
persen), LPG (3,0 persen), dan BBN (0,1 persen). Perkembangan permintaan energi tahun 2011-
2030 berdasarkan skenario BAU menurut jenis energinya diperlihatkan pada
Permintaan batubara sebagai energi final di Indonesia hanya sebatas pada sektor industri
dan semuanya digunakan sebagai bahan bakar proses termal industri dan pembangkit sendiri
(captive). Jenis industri yang paling banyak menggunakan batubara adalah semen, kemudian
diikuti oleh tekstil, pupuk, pulp/kertas, dan metalurgi. Permintaan batubara diperkirakan akan
terus meningkat seiring dengan semakin mahalnya BBM. Dari tahun 2011 hingga 2030,
permintaan batubara berdasarkan Skenario BAU tumbuh dengan laju 9,5 persen. Konsumsi
batubara pada tahun 2011 adalah 19,2 juta TOE diproyeksikan meningkat menjadi 107 juta TOE
pada tahun 2030. Proyeksi kebutuhan batubara pada sektor industri dari tahun 2011 hingga 2030
menurut skenario ditampilkan pada
Perkembangan produksi dan ekspor dan impor batubara menurut skenario BAU
diperlihatkan pada Gambar Impor batubara Gambar Permintaan Batubara Sektor Industri
Menurut Skenario 42 sampai saat ini sangat kecil karena hanya digunakan untuk keperluan
khusus. Permintaan batubara dalam negeri digunakan untuk energi final di sektor industri dan
energi primer untuk pembangkit listrik. Peningkatan produksi untuk mempertahankan laju
peningkatan ekspor kemungkinan akan terkendala dengan semakin kuatnya dorongan pelestarian
lingkungan hidup dan meningkatnya kebutuhan dalam negeri\
Gas bumi saat ini merupakan jenis energi primer utama ketiga di Indonesia, setelah
minyak bumi dan batubara, dengan pangsa sekitar 15 persen. Pasokan gas bumi berasal dari
lapangan minyak dan gas dalam negeri. Di Masa lalu produksi gas bumi sebagian besar
dimanfaatkan untuk ekspor dalam bentuk LNG dan gas pipa. Dengan semakin meningkatnya
permintaan energi dalam negeri, sedangkan harga minyak cenderung meningkat maka
permintaan gas bumi dalam negeri juga diperkirakan akan terus meningkat. Gambar 4.11
Permintaan Gas bumi Menurut Sektor (Skenario BAU) 44
Berdasarkan skenario BAU, pasokan gas bumi pada periode 2011- 2030 akan tumbuh
rata-rata 5,2 persen per tahun, dari 33,8 juta TOE pada tahun 2011 menjadi 93,5 juta TOE pada
tahun 2030. Produksi, ekspor dan impor gas bumi untuk skenario BAU diperlihatkan pada
Gambar
Gambar 4.12 Produksi, Ekspor dan Impor Gas Bumi (Skenario BAU)
2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi
3. Akumulasi Modal
Dari ketujuh faktor tersebut salah satu faktor utama yang mempengaruhi pembangunan
ekonomi yaitu Sumber Daya Alam (SDA). Dimana, Sumber Daya Alam (SDA) atau kekayaan
alam memiliki peran penting dalam perekonomian dalam suatu negara karena pembangunan
tidak akan bisa berjalan tanpa adanya SDA. Dalam hal ini, kita mengenal ada dua jenis SDA,
yaitu hayati dan non hayati. SDA berperan sebagai bahan dasar dan pemasok bahan untuk setiap
produksi yang perlu dilakukan. SDA yaitu sesuatu yang berasal dari alam, mencakup kesuburan
tanah, letak dan susunanya, kekayaan alam, mineral, iklim, sumber air, hingga ke sumber
kelautan. Bagi pertumbuhan ekonomi, ketersediaan sumber daya alam yang melimpah sangat
baik dalam menunjang pembangunan. Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada
sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Namun
demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Terutama jika tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya
dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Contoh dari Sumber Daya Alam dalam
pembangunan ekonomi adalah gas alam dan batu bara.
Gas alam adalah sumber energi yang berasal dari fosil tanaman, hewan, dan
mikroorganisme yang tersimpan di bawah tanah selama ribuan bahkan jutaan tahun. Kegunaan
utama gas alam antara lain untuk produksi bahan bakar dan juga amonia atau komponen utama
dalam pembuatan pupuk. Gas alam atau gas bumi juga memiliki peran penting bagi kehidupan
masyarakat Indonesia seperti mendukung perindustrian, pembangkit listrik, komersil, dan untuk
kehidupan sehari-hari. Batubara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi dunia,
yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik sebesar hampir 40% di seluruh dunia.
Sumber Daya Alam Indonesia berupa minyak bumi dan gas alam saat ini mayoritas
dikuasai oleh pihak asing. Indonesia memproduksi gas alam bertujuan untuk mengekspor saja,
tetapi mengakibatkan penurunan dalam memproduksi minyak bumi dalam membentuk kebijakan
untuk mengutamakan mengkonsumsi terkhusus domestic dengan konsumen terbesarnya sektor
industri. Pengaruh ekspor batubara terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa ekspor
sektor pertambangan dalam hal ini batubara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
sehingga dapat dikatakan bahwa PDB negara tujuan merupakan salah satu pengaruh positif untuk
ekspor batubara Indonesia.
Estimasi perhitungan biaya dan manfaat pembatasan ekspor gas dan batubara dilakukan
dengan menggunakan simulasi berdasarkan Tabel Input Output (IO) tahun 2005. Berikut ini
adalah penjelasan singkat mengenai analisis Model Input Output.
Analisis Model IO dapat menghasilkan karakteristik sektor minerba seperti (a) backward
linkage, (b) forward linkage, (c) output multiplier, (d) employment multiplier, dan (e) income
multiplier. Disamping itu, model IO dapat digunakan untuk menduga dampak ekonomi yang
timbul dari perubahan permintaan akhir yang disebabkan oleh konsumsi dan ekspor. Secara
ringkas, konsep dasar Model IO disampaikan pada bagian berikut.
Output yang diproduksi oleh sektor 1 (X1) didistribusikan ke dua macam pemakai.
Pemakai pertama adalah sektor produksi yang terdiri dari sektor 1 sampai dengan sektor n.
Sektor 1 sendiri menggunakan sebesar x11, sektor 2 menggunakan sebesar x12, sektor 3
menggunakan sebanyak x13 dan seterusnya hingga sektor n menggunakan sebesar x1n. Bagi
sektor produksi, output yang diproduksi oleh sektor 1 tersebut merupakan bahan baku atau Input
Antara (intermediate input) yang digunakan dalam proses produksi lebih lanjut.
Pemakai kedua adalah para pemakai akhir dan bagi mereka output sektor 1 digunakan
sebagai Permintaan Akhir (final demand). Dengan demikian maka total output sektor i (Xi)
adalah jumlah output sektor i yang digunakan sebagai input antara oleh sektor j (j = 1, 2, ... n)
ditambah dengan Permintaan Akhir sektor i, yang dirumuskan dalam bentuk :
Jika output suatu sektor tidak mencukupi kebutuhan untuk Input Antara dan Permintaan
Akhir maka harus dilakukan impor. Sehingga struktur permintaan output dan penyediaannya
menjadi :
Persamaan permintaan dan penyediaan sektor i di atas dapat ditulis dalam bentuk notasi :
Bertolak dari konsep keseimbangan umum di dalam model I-O, Total Output suatu sektor
harus sama dengan Total Input sektor tersebut. Itulah sebabnya Total Output sektor 1 bernilai
sama dengan Total Input sektor 1 yaitu X1. Namun input yang diperlukan dalam proses produksi
sektor 1 bukan hanya Input Antara, tetapi diperlukan juga input lain yang disebut Input Primer.
2.5 Metode Analisis Data
Estimasi permintaan dan penawaran gas dan batubara dilakukan dengan menggunakan
Model LEAP (Long–Range Energy Alternatives Planning System). Estimasi dilakukan dalam
rentang waktu hingga tahun 2030. Model LEAP merupakan model untuk memproyeksikan
permintaan dan penyediaan energi jangka panjang. Model LEAP sudah berupa perangkat lunak
komputer yang dapat secara interaktif digunakan untuk melakukan analisis dan evaluasi
kebijakan dan perencanaan energi. LEAP dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute,
Boston, Amerika Serikat. LEAP telah digunakan banyak negara terutama negara-negara
berkembang karena menyediakan simulasi untuk memilih pasokan energi mulai dari energi fosil
sampai energi terbarukan, seperti biomasa.
Model LEAP digunakan untuk membuat perencanaan permintaan dan penyediaan energi
di Indonesia dari tahun 2012 hingga 2030. Prakiraan energi dihitung berdasarkan besarnya
aktivitas pemakaian energi dan besarnya pemakaian energi per aktivitas (intensitas pemakaian
energi). Aktivitas energi dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk.
Sedangkan intensitas energi merupakan tingkat konsumsi energi per Produk Domestik Bruto
(PDB) atau per jumlah penduduk dalam waktu tertentu. Intensitas energi dapat dianggap tetap
selama periode simulasi atau mengalami penurunan untuk menunjukkan skenario meningkatnya
efisiensi pada sisi permintaan. Dalam Model LEAP keterkaitan antara permintaan dan
penyediaan energi secara agregat dinyatakan dalam bentuk Reference Energy System (RES).
Tabel 5.1 Dampak pembatasan ekspor dan pengendalian batubara terhadap output perekonomian
per tahun
Dilihat dari sisi pertumbuhan output perekonomian, hasil simulasi menghasilkan beberapa
temuan yaitu :
- Skenario berdasarkan proyeksi LEAP menghasilkan nilai kenaikan output yang lebih
rendah dibandingkan nilai kenaikan output yang dihasilkan oleh skenario zero export.
- Economic Gain yang dihasilkan dari penerapan kebijakan zero export gas mengikuti pola
pergerakan kenaikan nilai suplai gas alam Indonesia selama periode proyeksi 2013-2030,
yaitu meningkat selama periode 2013-2023 lalu menurun tajam selama 2023-2026 untuk
kemudian meningkat secara konsisten hingga akhir periode proyeksi ditahun 2030.
- Skenario zero gas export juga memberikan manfaat ekonomi tambahan dalam bentuk
penghematan devisa sebesar US$ 4,9 miliar per tahun selama periode 2013-2030
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA