Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 227

COVER

BUNGA RAMPAI

DASAR-DASAR AKUNTANSI KEUANGAN


UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
DASAR-DASAR AKUNTANSI KEUANGAN
Ernawati Budi Astuti
Titin Vegirawati
Vero Deswanto
Desmiwerita
Laynita Sari
Mitha Christina Ginting
Sri Retnoningsih
Septony B. Siahaan
Murni Hayati
Muhammad Isa Alamsyahbana
Duma Rahel Situmorang
Erawati Kartika
Novitasari

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
DASAR-DASAR AKUNTANSI KEUANGAN

Ernawati Budi Astuti


Titin Vegirawati
Vero Deswanto
Desmiwerita
Laynita Sari
Mitha Christina Ginting
Sri Retnoningsih
Septony B. Siahaan
Murni Hayati
Muhammad Isa Alamsyahbana
Duma Rahel Situmorang
Erawati Kartika
Novitasari
Editor:
Yerisma Welly

Tata Letak:
Risma Birrang
Desain Cover:
Nathanael
Ukuran:
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman:
viii, 213
ISBN:
978-623-195-240-0
Terbit Pada:
Mei 2023

Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
buku Dasar-dasar Akuntansi Keuangan dapat
dipublikasikan dan dapat sampai di hadapan pembaca.
Buku ini disusun oleh sejumlah akademisi dan praktisi
sesuai dengan kepakarannya masing-masing. Buku ini
diharapkan dapat hadir memberi kontribusi positif dalam
ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan Dasar-dasar
Akuntansi Keuangan.
Sistematika buku Dasar-dasar Akuntansi Keuangan ini
mengacu pada pendekatan konsep teoritis dan penerapan.
Buku ini terdiri atas 13 bab yang dibahas secara rinci,
yaitu: Dasar-dasar Akuntansi, Kerangka Konseptual yang
Mendasari Akuntansi Keuangan, Akuntansi Kas,
Akuntansi Piutang, Surat Berharga, Akuntansi
Persediaan, Akuntansi Aset, Akuntansi Liabilitas dan
Ekuitas, Penyusunan Laporan Posisi Keuangan,
Penyusunan Laporan Laba Rugi Komprehensif,
Penyusunan Arus Kas, Penyusunan Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Dasar Analisis Laporan Keuangan.
Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan,
sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Yang Kuasa. Oleh
sebab itu, kami tentu menerima masukan dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini,
secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

Pematang Siantar, 3 April 2023


Editor
Yerisma Welly

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................ii
1 DASAR-DASAR AKUNTANSI ...................................1
Pendahuluan ..........................................................1
Konsep Entitas Bisnis .............................................2
Konsep Biaya ..........................................................3
Persamaan Dasar Akuntansi ..................................3
Laporan Keuangan..................................................3
Akun sebagai Tempat Mencatat Transaksi ..............6
Bagan Akun ............................................................6
Sistem Akuntansi Ayat Jurnal Berpasangan ...........8
Pencatatan Jurnal ..................................................9
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan ...........12
2 KERANGKA KONSEPTUAL YANG
MENDASARI AKUNTANSI KEUANGAN .................17
Postulat Dasar Akuntansi .....................................17
Tingkatan pada Kerangka Konseptual
untuk Akuntansi Keuangan ..................................19
Tujuan Pelaporan Keuangan .................................20
Karakteristik Kualitatif dari
Informasi Akuntansi .............................................21
Elemen-Elemen Laporan Keuangan Perusahaan ...26
Konsep Pengakuan, Pengukuran dan
Pengungkapan ......................................................28
3 AKUNTANSI KAS ...................................................33
Pendahuluan ........................................................33

ii
Prinsip Pengakuan Akuntansi Kas:
Berbasis Kas (Cash Based) dan Berbasis
Akrual (Accrual Based) ..........................................35
Prinsip Pengakuan Kas: Berbasis Kas
(Cash Based).........................................................37
Prinsip Pengakuan Kas: Berbasis Akrual
(Accrual Based) .....................................................39
Implementasi Pengakuan Kas Berbasis Kas
(Cash Based) dan Berbasis Akrual
(Accrial Based) ......................................................41
Laporan Arus Kas: Informasi Akuntasi atas
Pengendalian Arus Kas .........................................41
4 AKUNTANSI PIUTANG ...........................................49
Pendahuluan ........................................................49
Pengelompokan Piutang ........................................51
Pengakuan dan Pencatatan Piutang ......................53
Potongan/Diskon Dagang .....................................55
Potongan Tunai (Sale Discount) .............................55
Penilaian Piutang Usaha .......................................56
Piutang Tak Tertagih.............................................56
Penagihan Piutang Usaha yang telah Dihapus ......59
5 SURAT BERHARGA...............................................63
Pendahuluan ........................................................63
Legitimasi Surat Berharga ....................................65
Surat Pengakuan Hutang......................................66
Surat Pengakuan Utang yang
dilegalisasi Notaris ................................................68
Surat Pengakuan Utang yang di
Waarmerking Notaris ............................................68

iii
Kekuatan Surat Pengakuan Utang
dilegalisasi Notaris sebagai Alat Bukti...................69
Wesel ....................................................................70
Saham ..................................................................73
Obligasi ................................................................75
6 AKUNTANSI PERSEDIAAN ....................................83
Pendahuluan ........................................................83
Tujuan dan Mafaat Akuntansi Persediaan ............85
Jenis-Jenis Persediaan .........................................86
Sistem Pencatatan Persediaan ..............................88
Penentuan Kuantitas Persediaan ..........................90
7 AKUNTANSI ASET .................................................99
Pengertian Aset .....................................................99
Jenis-Jenis Aset ..................................................100
Karakteristik Aset Tetap......................................100
Biaya Perolehan Aset Tetap .................................101
Pengeluaran Pendapatan Modal .......................... 101
Penyewaan Aset Tetap ........................................103
Akuntansi untuk Penyusutan ............................. 103
Faktor-Faktor dalam Menghitung Beban
Penyusutan.........................................................104
Metode Garis Lurus ............................................105
Metode Unit Produksi .........................................105
Metode Saldo Menurun Ganda............................ 106
Membandingkan Metode Penyusutan .................106
Pelepasan Aset Tetap ..........................................107
Membuang Aset Tetap ........................................107

iv
Menjual Aset Tetap .............................................108
Sumber Daya Alam .............................................108
Aset Tak Berwujud..............................................109
Hak Paten ........................................................... 109
Hak Cipta dan Merek Dagang ............................. 110
Goodwill .............................................................. 111
Pelaporan Keuangan untuk Aset Tetap
dan Aset tak Berwujud .......................................112
Analisis dan Interpretasi Keuangan:
Rasio Perputaran Aset Tetap ............................... 113
8 AKUNTANSI LIABILITAS DAN EKUITAS .............117
Definisi Liabilitas ................................................117
Jenis-Jenis Liabilitas ..........................................118
Karakteristik Liabilitas ........................................121
Cara Menganalisis Liabilitas ............................... 121
Hubungan Antara Liabilitas dan Leverage ..........122
Definisi Ekuitas ..................................................123
Jenis-Jenis Ekuitas ............................................124
Konsep Pemeliharaan Ekuitas ............................ 125
Elemen-Elemen Ekuitas......................................126
Contoh Ekuitas ...................................................127
Letak Liabilitas dan Ekuitas pada Laporan
Posisi Keuangan .................................................128
9 PENYUSUNAN LAPORAN POSISI KEUANGAN ....133
Pengertian Laporan Posisi Keuangan ..................133
Fungsi Laporan Posisi Keuangan ........................133
Unsur – Unser Laporan Posisi Keuangan ............134
Penyusunan Laporan Posisi Keuangan ...............140

v
Bentuk Laporan Posisi Keuangan .......................143
10 PENYUSUNAN LAPORAN LABA RUGI DAN
PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN ................149
Pengertian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain (Statement of Comprehensif
Income) ............................................................... 149
Tujuan dan Kegunaan Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain .......................... 151
Keterbatasan Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain .......................... 151
Komponen Laba Rugi ..........................................154
Komponen Penghasilan Komprehensif Lain ........155
Penyajian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain dalam Satu Laporan .............155
Penyajian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain dalam Dua Laporan ..............158
Faktor-Faktor Penentu Penyajian
Penghasilan dan Beban ......................................160
Informasi Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensi Lain dalam Catatan
Atas Laporan Keuangan ......................................161
11 PENYUSUNAN ARUS KAS ...................................165
Laporan Arus Kas ...............................................165
Format Laporan Arus Kas Metode Langsung .......172
Contoh Soal ......................................................173
Informasi .......................................................... 174
Soal Latihan 1 ....................................................177
Soal Latihan 2 ....................................................178
12 PENYUSUNAN LAPORAN
PERUBAHAN EKUITAS .......................................183

vi
Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas ..............183
Definisi Laporan Perubahan Modal (Ekuitas) ......183
Contoh Laporan Perubahan Ekuitas ...................184
Penyebab Perubahan Ekuitas ............................. 185
Komponen dalam Laporan Perubahan Ekuitas ...185
Rumus Penghitungan Perubahan Modal
dan Contoh Laporannya .....................................187
13 DASAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ...........197
Laporan Keuangan..............................................197
Jenis Laporan Keuangan ....................................198
Analisis Perbandingan (Komparatif)
Laporan Keuangan..............................................200
Analisis Common size ..........................................202
Analisis Rasio Keuangan .....................................206
Rasio Likuiditas ..................................................208
Rasio Profitabilitas ..............................................209

vii
viii
1
DASAR-DASAR AKUNTANSI

Ernawati Budi Astuti, S.E., M.Si.


Universitas Wahid Hasyim

Pendahuluan
Akuntansi adalah sistem informasi yang menyediakan
laporan untuk para stakeholder terkait aktivitas ekonomi
dan kondisi perusahaan. Akuntansi adalah bahasa bisnis
yang menyampaikan informasi bisnis kepada para
stakeholder. Informasi disampaikan kepada para
stakeholder melalui proses:
1. Mengidentifikasi stakeholder
2. Menilai kebutuhan stakeholder
3. Merancang sistem informasi akuntansi untuk
memenuhi kebutuhan para stakeholder
4. Mendokumentasikan data ekonomi terkait aktivitas
dan transaksi perusahaan
5. Menyiapkan laporan akuntansi bagi stakeholder
Stakeholder dapat diidentifikasi menjadi internal
stakeholder dan external stakeholder. Dua kondisi yang
berbeda ini menyebabkan munculnya kebutuhan yang
berbeda terkait dengan laporan keuangan yang mereka
perlukan. Internal stakeholder yang terdiri dari manajer
dan karyawan, terlibat langsung di dalam proses
pengelolaan usaha (bisnis) perusahaan.

1
Akuntansi manajerial atau akuntansi manajemen adalah
bidang akuntansi yang menyediakan informasi bagi
internal stakeholder. Akuntansi manajemen bertujuan
menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu
untuk mendukung kebutuhan manajer dan karyawan
dalam mengambil keputusan. Informasi yang dibutuhkan
misalnya terkait pelanggan, harga produk dan rencana
pengembangan bisnis.
External stakeholder seperti investor, kreditor, konsumen,
pemerintah, pihak pajak adalah pihak yang tidak terlibat
secara langsung di dalam pengelolaan bisnis perusahaan.
Akuntansi keuangan adalah bidang akuntansi yang
menyediakan informasi bagi external stakeholder.
Akuntansi keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi yang relevan dan tepat waktu yang mendukung
kebutuhan para stakeholder yang tidak terlibat langsung
di dalam proses pengelolaan bisnis perusahaan. Misalnya
laporan keuangan terkait operasi dan kondisi bisnis yang
menampilkan kinerja suatu perusahaan bermanfaat bagi
investor atau investor potensial dalam mengambil
keputusan untuk menanamkan dananya (melakukan
investasi) atau tidak (Martani, 2016).

Konsep Entitas Bisnis


Konsep entitas bisnis adalah asumsi dasar akuntansi
keuangan yang memberikan batasan data ekonomi dalam
sistem akuntasi ke data yang berhubungan langsung
dengan aktivitas bisnis. Hal ini menyatakan dengan jelas
bahwa bisnis dilihat sebagai entitas terpisah dari pemilik,
debitur atau stakeholder lain. Misalnya, akuntan
perusahaan perseorangan akan mencatat aktivitas bisnis
saja. Dia tidak akan memperhitungkan aktivitas pribadi
pemilik. Catatan akuntansi tidak akan mencampur harta
pemilik secara pribadi dengan harta yang digunakan
dalam menjalankan bisnis (Warren, dkk, 2016).

2
Konsep Biaya
Jumlah suatu pos laporan keuangan dicatat sebesar
harga perolehan yang meliputi harga beli dan semua biaya
yang dikeluarkan sampai pos itu siap digunakan. Konsep
biaya meliputi konsep objektivitas dan konsep
pengukuran. Konsep objektivitas mewajibkan pencatatan
dan pelaporan akuntansi dibuat berdasarkan bukti yang
obyektif. Konsep pengukuran mewajibkan pencatatan
data ekonomi dalam satuan mata uang, seperti rupiah.
Uang adalah unit pengukuran yang umum dipakai dalam
pelaporan data keuangan (Warren, dkk, 2016).

Persamaan Dasar Akuntansi


Aset = Liabilitas + Ekuitas
Menyatakan hubungan antara hak kreditor dan hak
pemilik, yang keduanya merupakan hak atau klaim atas
aset. Aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan
dan digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Contoh
aset adalah kas, persediaan, peralatan, kendaraan,
gedung, dan tanah. Hak kreditor memperlihatkan utang
perusahaan dan bisa disebut dengan liabilitas. Hak
pemilik disebut dengan ekuitas pemilik. Liabilitas biasa
disampaikan terlebih dahulu sebelum ekuitas untuk
menyatakan bahwa kreditor memiliki hak pertama atas
aset (Warren, dkk, 2016).

Laporan Keuangan
Di dalam PSAK (revisi 2016) disampaikan bahwa laporan
akuntansi yang disiapkan bagi stakeholder setelah semua
transaksi yang sudah diotorisasi dicatat. Laporan
keuangan yang disusun oleh perusahaan harus diberikan
identifikasi nama perusahaan, judul laporan keuangan,
dan tanggal atau periode waktu pelaporan.

3
Laporan keuangan utama yang disusun oleh perusahaan
adalah:
1. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan
beban untuk suatu periode waktu tertentu
berdasarkan matching concept atau konsep
pembandingan atau pemadanan antara pendapatan
dan beban. Konsep ini memastikan bahwa suatu
pendapatan akan bisa diakui jika ada beban yang
mengawalinya dan suatu beban baru bisa diakui jika
ada pendapatan yang dihasilkannya.
Laporan laba rugi juga menampilkan informasi kinerja
perusahaan yang ditunjukkan dengan angka laba
atau rugi. Laba adalah selisih lebih pendapatan
dibandingkan dengan beban sedangkan rugi adalah
manakala pendapatan yang dihasilkan dalam suatu
periode lebih kecil dibandingkan dengan beban yang
dikeluarkan.
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan keuangan yang menyajikan informasi
perubahan ekuitas pemilik dalam satu periode waktu
tertentu. Laporan ekuitas pemilik disusun setelah
laporan laba rugi karena informasi dari laporan laba
rugi yang berupa angka laba neto atau rugi neto akan
dimasukkan ke laporan ekuitas pemilik. Angka laba
neto akan menambah nilai ekuitas sedangkan angka
rugi neto akan mengurangi nilai ekuitas.
3. Laporan Posisi Keuangan
Laporan keuangan yang menampilkan jumlah aset,
liabilitas dan ekuitas pemilik. Laporan posisi
keuangan biasanya ditampilkan dalam bentuk akun
(account form) yang mencerminkan bentuk dasar dari
persamaan akuntansi di mana aset ditampilkan di sisi

4
kiri sedangkan liabilitas dan ekuitas ditampilkan di
sisi kanan. Jumlah ekuitas pemilik di akhir yang
disajikan di laporan ekuitas pemilik harus dilaporkan
di laporan posisi keuangan.
4. Laporan Arus Kas
Terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Aktivitas operasi
Arus kas dari aktivitas operasi berisi laporan
penerimaan dan pembayaran kas dari aktivitas
operasi. Arus kas neto dari aktivitas operasi akan
berbeda dengan jumlah laba neto di dalam suatu
periode. Hal ini terjadi karena pendapatan dan
beban belum dicatat pada saat yang sama dengan
saat kas diterima dari pelanggan atau kas yang
dibayarkan kepada kreditor.
b. Aktivitas investasi, dan
Arus kas dari aktivitas investasi berisi laporan
transaksi kas untuk pembelian dan penjualan
atas aset yang bersifat permanen (aset tetap).
c. Aktivitas pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan berisi laporan
transaksi kas yang berhubungan dengan investasi
kas oleh pemilik, peminjaman, dan penarikan kas
oleh pemilik.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi
tentang penjelasan atau rincian atau analisis dari
suatu nilai pos yang disajikan dalam laporan laba
rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan arus kas, dan
laporan posisi keuangan. Catatan atas laporan
keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari laporan keuangan yang lain.

5
Informasi yang disajikan di dalam laporan laba rugi,
laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas adalah
untuk periode waktu tertentu. Sedang informasi yang
disajikan di dalam laporan posisi keuangan adalah untuk
posisi di tanggal tertentu.

Akun sebagai Tempat Mencatat Transaksi


Akun (account) adalah catatan yang menunjukkan
kenaikan dan penurunan setiap elemen persamaan
akuntansi. Suatu akun memiliki tiga bagian, yaitu:
1. Judul, yaitu nama pos yang dicatat dalam akun
2. Tempat untuk mencatat jumlah kenaikan pos
3. Tempat untuk mencatat jumlah penurunan pos
Terdapat aturan di dalam pencatatan transaksi ke dalam
akun. Semua akun yang merupakan bagian dari aset akan
dicatat kenaikannya di sisi debit (akun bersaldo debit) dan
semua akun yang merupakan bagian dari liabilitas dan
ekuitas akan dicatat kenaikannya di sisi kredit (akun
bersaldo kredit). Selisih nilai debit dan kredit akan disebut
dengan saldo akun (Warren, dkk, 2016).

Bagan Akun
Menurut Al Haryono Jusuf (2017) bagan akun adalah
daftar akun yang ada di dalam buku besar yang biasa
disebut juga dengan daftar akun (chart of account). Buku
besar (ledger) adalah suatu kelompok akun untuk sebuah
entitas bisnis. Akun disusun berurutan seperti apa yang
disajikan di laporan keuangan. Akun dalam laporan posisi
keuangan akan disebutkan paling awal dengan urutan
aset, liabilitas dan ekuitas pemilik. Akun laporan laba rugi
disebutkan setelahnya dengan urutan pertama
pendapatan dilanjutkan dengan beban.

6
1. Aset
Adalah sumber daya yang dimiliki sebuah entitas
bisnis yang bisa digunakan untuk menghasilkan
pendapatan. Sumber daya ini dapat berwujud
(memiliki wujud fisik) seperti kas, persediaan,
peralatan atau tidak berwujud tetapi memiliki nilai
seperti hak paten, hak cipta, dan merk dagang.
2. Liabilitas
Adalah kewajiban atau utang sebuah entitas kepada
pihak luar (kreditor). Liabilitas yang harus dibayarkan
dalam periode paling lama satu tahun dikategorikan
ke dalam liabilitas jangka pendek sedangkan liabilitas
yang jangka waktu pelunasannya lebih dari satu
tahun dikategorikan ke dalam liabilitas jangka
panjang.
3. Ekuitas pemilik
Biasa juga disebut dengan modal pemilik adalah hak
pemilik akan aset perusahaan setelah seluruh
liabilitas dibayarkan.
4. Pendapatan
Adalah nilai yang muncul atas kenaikan aset dan
ekuitas pemilik atas hasil dari menjual barang atau
memberikan jasa kepada pelanggan. Misalnya
pendapatan jasa, pendapatan sewa.
5. Beban
Adalah nilai yang muncul karena penggunaan aset
atau jasa di dalam menghasilkan pendapatan.
Misalnya beban gaji, beban listrik.

7
Sistem Akuntansi Ayat Jurnal Berpasangan
Biasa disebut juga dengan double-entry accounting system
di mana sistem ini mendasarkan pada persamaan
akuntansi dan mensyaratkan:
1. Setiap transaksi bisnis dicatat setidaknya ke dalam
dua akun
2. Total jumlah yang dicatat di sisi debit sama dengan
yang disampaikan di sisi kredit
Sistem akuntansi ayat jurnal berpasangan memiliki
aturan terkait pencatatan pendebitan dan pengkreditan,
yaitu:
1. Untuk akun laporan posisi keuangan
Aturan debit dan kredit untuk akun laporan posisi
keuangan adalah:
Akun Laporan Posisi Keuangan
ASET = LIABILITAS + EKUITAS PEMILIK
Akun Aset Akun Liabilitas Akun Ekuitas
Pemilik
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
untuk untuk untuk untuk untuk untuk
kenaikan penurunan penurunan kenaikan penurunan kenaikan
(+) (-) (-) (+) (-) (+)

2. Untuk akun laporan laba rugi


Aturan debit dan kredit akun pada laporan laba rugi
dibuat berdasarkan hubungannya dengan ekuitas
pemilik. Jika akun ekuitas pemilik di laporan posisi
keuangan akan dicatat di kredit jika ada kenaikan,
maka akun pendapatan akan dicatat menambah
ekuitas pemilik.
Akun Laporan Laba Rugi
Akun Pendapatan Akun Beban
Debit Kredit Debit Kredit
Untuk untuk untuk untuk
Penurunan kenaikan kenaikan penurunan
(-) (+) (+) (-)

8
Pencatatan Jurnal
Adalah proses akuntansi yang dimulai dengan
menganalisis dan mencatat transaksi ke dalam ayat jurnal
dan diakhiri dengan menyiapkan neraca saldo setelah
penutupan. Langkah-langkah dalam siklus akuntansi
menurut Carl S Warren, dkk (2017) adalah:
1. Menganalisis dan mencatat transaksi-transaksi ke
dalam jurnal
Berdasarkan pada aturan debit dan kredit, suatu
transaksi akan dicatat di dalam jurnal. Sehingga bisa
dikatakan bahwa jurnal adalah catatan ketika
transaksi terjadi. Tetapi tidak semua transaksi bisa
dibuat jurnal, hanya transaksi yang dilengkapi
dengan bukti yang valid dan dilengkapi dengan
otorisasi dari pihak yang berwenang.
Proses pencatatan transaksi dalam jurnal disebut
dengan menjurnal. Hasil dari pencatatan transaksi
disebut ayat jurnal. Proses menganalisis suatu
transaksi sesuai ketentuan sistem ayat jurnal
berpasangan adalah:
a. Memastikan akun apa yang terpengaruh atas
munculnya suatu transaksi. Apakah aset,
liabilitas, ekuitas pemilik, pendapatan atau
beban.
b. Memastikan saldo akun akan naik atau turun
pdada setiap akun yang terpengaruh
c. Menentukan apakah setiap kenaikan atau
penurunan perlu dicatat sebagai debit atau kredit
sesuai aturan.
d. Mencatat transaksi dengan memakai ayat jurnal
yang sesuai.

9
2. Mem-posting transaksi ke dalam buku besar
Ayat jurnal akan diposting secara periodik ke buku
besar sesuai dengan posisi debit atau kreditnya,
menurut urutan tanggal transaksi. Langkah-langkah
dalam proses posting adalah:
a. Tanggal dicatat di kolom tanggal
b. Jumlah dicatat di kolom debit atau kredit
c. Halaman jurnal dicatat di kolom referensi posting
d. Nomor akun dicatat di kolom referensi posting di
dalam jurnal
3. Menyiapkan neraca saldo yang belum disesuaikan
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
apakah terdapat kesalahan di dalam proses posting.
Neraca saldo yang belum disesuaikan bukanlah
menjadi bukti akurat tentang buku besar tetapi hanya
untuk menunjukkan bahwa jumlah debit dan kredit
sama.
4. Menyiapkan dan menganalisis data penyesuaian
Neraca saldo adalah bahan pokok untuk menyusun
laporan keuangan. Rekening yang sudah
menunjukkan keadaan yang sebenarnya dapat
digunakan untuk menyusun laporan keuangan,
sedangkan yang belum perlu disesuaikan.
Rekening yang perlu disesuaikan antara lain:
a. Perlengkapan/bahan habis pakai (supplies)
b. Beban dibayar di muka (prepaid expense)
c. Pendapatan diterima di muka (deffered revenue)
d. Beban yang masih harus dibayar (accrued
expenxe)

10
e. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued
income)
f. Penyusutan aset tetap (depreciation)
5. Membuat ayat jurnal penyesuaian
Ayat jurnal penyesuaian disiapkan berdasarkan data
penyesuaian. Setiap ayat jurnal penyesuaian paling
tidak mempengaruhi satu akun laporan laba rugi dan
satu akun laporan posisi keuangan. Penjelasan atas
setiap jurnal penyesuaian akan disertakan dalam
setiap ayat jurnal penyesuaian yang dibuat.
6. Menyiapkan neraca saldo yang disesuaikan
Neraca saldo yang disesuaikan dapat dibuat setelah
semua ayat jurnal penyesuaian disusun untuk
memeriksa kesamaan jumlah saldo debit dan kredit.
Semua kesalahan yang muncul akibat pemindahan
ayat jurnal penyesuaian harus ditemukan dan
diperbaiki.
7. Menyiapkan laporan keuangan
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari siklus
akuntansi. Urutan penyusunan laporan keuangan
dibuat sesuai dengan urutan logika penyampaikan
urutan informasi yang disampaikan. Laporan laba
rugi disusun pertama yang akan menghasilkan
informasi berupa laba atau rugi neto yang
menunjukkan kinerja suatu entitas. Laba atau rugi
neto akan disajikan ke dalam laporan ekuitas pemilik
bersama dengan penambahan investasi dan juga
pemberian hak kepada pemilik. Saldo akhir modal
pemilik dilaporkan di laporan posisi keuangan dan
ditambahkan dengan jumlah liabilitas untuk
menyamakan dengan jumlah aset (persamaan dasar
akuntansi).

11
8. Membuat ayat jurnal penutup dan posting ke buku
besar
Ayat jurnal penutup dibuat pada akhir periode
akuntansi agar akun-akun siap digunakan kembali
pada periode berikutnya. Ada empat ayat jurnal
penutup yaitu:
a. Semua pendapatan didebit sebesar saldonya dan
mengkredit ikhtisar laba rugi.
b. Semua beban dikredit sebesar saldonya dan
mendebit ikhtisar laba rugi.
c. Ikhtisar laba rugi didebit sebesar saldonya dan
mengkredit modal pemilik.
d. Hak pemilik yang diambil dikredit dan mendebit
modal pemilik.
9. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan
Adalah langkah terakhir dalam siklus akuntansi.
Tujuan hal ini dilakukan untuk memasatikan bahwa
buku besar sesuai dengan awal periode berikutnya.
Semua akun beserta saldo dalam neraca saldo setelah
penutupan harus sama dengan akun dan saldo di
laporan posisi keuangan pada akhir periode.

Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan


PSAK (Revisi 2017) menyampaikan bahwa kerangka
konseptual pelaporan keuangan adalah pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk external stakeholder.
Kerangka konseptual bukanlah standar (bukan bagian
dari PSAK) sehingga tidak menjelaskan standar untuk
melakukan pengukuran atau pengungkapan. Jika
terdapat perbedaan antara kerangka konseptual dengan
PSAK, maka persyaratan yang ada di dalam PSAK akan

12
mengungguli persyaratan yang disampaikan kerangka
konseptual.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI) merevisi kerangka konseptual pada
28 September 2016 yang merupakan adopsi dari The
Conceptual Framework for Financial Reporting per 1
Januari 2016. Revisi ini dilakukan sebagai wujud
komitmen konvergensi IFRS di Indonesia. Kerangka
konseptual yang baru ini menggantikan kerangka
konseptual sebelumnya (penyesuaian 2014) yang berlaku
efektif per 1 Januari 2015. Kerangka konseptual berlaku
efektif sejak tanggal pengesahan.
Kerangka konseptual pelaporan keuangan (KKPK) berisi
tentang:
1. Bab 1: Tujuan Pelaporan Keuangan Bertujuan Umum
Tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum adalah
untuk menyediakan informasi keuangan mengenai
entitas pelapor yang berguna bagi investor yang sudah
ada dan investor potensial, pemberi pinjaman, dan
kreditor lainnya dalam mengambil keputusan tentang
penyediaan sumber daya kepada entitas.
2. Bab 2: Entitas Pelapor
Bab 2 ini belum bisa disampaikan karena masih
dalam pembahasan IASB (International Accounting
Standard Board) dalam proyek kerangka
konseptualnya.
3. Bab 3: Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan
yang Berguna
Mengidentifikasi jenis informasi yang akan sangat
berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam
membuat keputusan mengenai entitas pelapor
berdasarkan informasi dalam laporan keuangan. Agar
informasi keuangan bisa berguna maka harus

13
memenuhi kriteria relevan (relevance) dan
merepresentasikan secara tepat (faithfull
representation). Kemanfaatan informasi keuangan
dapat meningkat jika informasi tersebut dapat
dibandingkan (comparable), dapat diverifikasi
(verifiable), tepat waktu (timely), dan dapat dipahami
(understandable).
4. Bab 4: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (KDPPLK) 1994: Pengaturan yang
tersisa

14
Daftar Pustaka
Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Jakarta: IAI.
Jusuf, Al Haryono. (2017). Dasar-Dasar Akuntansi
Keuangan. Yogyakarta: STIE TKPN.
Martani, Dwi dkk. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat.
Warren, Carl S dkk. (2016). Pengantar Akuntansi 1
Adaptasi Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

15
Profil Penulis
Ernawati Budi Astuti, S.E., M.Si.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu akuntansi
dimulai pada tahun 1995 silam. Hal tersebut
membuat penulis memilih untuk masuk ke
STIE YKPN Yogyakarta dengan memilih
Jurusan Akuntansi dan berhasil lulus pada
tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
master dengan mengambil jurusan Magister Akuntansi di
Universitas Diponegoro.
Penulis adalah dosen di Fakultas Ekononi dan Bisnis
Universitas Wahid Hasyim Semarang di program studi
akuntansi sejak tahun 2005 sampai sekarang. Penulis
memiliki kepakaran di bidang akuntansi keuangan,
analisis laporan keuangan dan sistem informasi
akuntansi. Penulis aktif dalam melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat tidak hanya karena
memenuhi kewajiban tridarma perguruan tinggi tetapi
sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian penulis
kepada lingkungan. Beberapa kali proposal penelitian
maupun pengabdian masyarakat yang penulis tulis lolos
pendanaan dari internal perguruan tinggi dan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi. Penulis di dalam melaksanakan kegiatan
penelitian maupun pengabdian akan melibatkan
mahasiswa dengan tujuan selain untuk berbagi ilmu juga
untuk memberikan tambahan pengalaman bagi
mahasiswa di luar kelas.
Email Penulis: erna_fe@unwahas.ac.id

16
2
KERANGKA KONSEPTUAL
YANG MENDASARI
AKUNTANSI KEUANGAN

Dr. Titin Vegirawati, M.Si., Ak.


Universitas IBA

Kerangka Konseptual (Conceptual Framework)


menunjukkan upaya yang dilakukan oleh badan
penyusun standar untuk mengembangkan konsep-
konsep yang dapat digunakan dalam menetapkan standar
dan memberikan referensi atau literatur untuk
memecahkan masalah-masalah akuntansi yang timbul.

Postulat Dasar Akuntansi


Pada awal pembentukan kerangka kerja konseptual,
organisasi-organisasi yang terlibat dalam penyusunan
standar seperti American Institute of Certified Public
Accountant merekomendasikan sebuah badan yang
menetapkan prinsip-prinsip dasar akuntansi. Accounting
Principle Board (APB) yang merupakan organisasi
pemrakarsa standar akuntansi membangun empat
tingkatan yang harus dibahas dalam pengembangan
akuntansi keuangan yaitu postulat, prinsip, aturan
penerapan prinsip terhadap situasi tertentu dan riset.
Kata Postulat diartikan sebagai asumsi, konsep, atau
konvensi. Postulat dapat juga didefinisikan sebagai
asumsi dasar mengenai ekonomi, potitik, lingkungan

17
sosial dimana akuntansi beroperasi atau dijalankan.
Postulat juga berfungsi sebagai fondasi untuk derivasi
logis dari proposisi lanjutan. Postulat merupakan fondasi
yang harus diterima secara umum oleh akuntan (Ahmed,
1994).
Schoeder, Clark, dan Cathey (Schoeder, Clark, & Cathey,
2020) mengelompokkan postulat akuntansi yang
berkaitan dengan lingkungan, ekonomi dan politik dalam
5 postulat yang terdiri dari postulat kuantitatif, postulat
pertukaran, postulat entitas, postulat periode waktu dan
unit pengukuran.
Postulat kuantifikasi menyatakan bahwa data kuantitatif
membantu membuat keputusan-keputusan ekonomi yang
rasional, sehingga asumsi data-data akuntansi dilaporkan
dengan data kuantitatif. Postulat kedua adalah
pertukaran, dimana lingkungan akuntansi merangkum
informasi hasil transaksi pertukaran antar dua entitas
atau lebih. Transaksi pertukaran menghasilkan
pendapatan, beban, aset, utang maupun investasi modal.
Postulat ketiga yang mendukung terlaksananya akuntansi
adalah entitas. Pengelolaan entitas secara tersendiri yang
terpisah dari kepentingan lain diluar entitas,
memungkinkan akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan secara akurat. Entitas pelaporan harus jelas,
sehingga memudahkan dalam pengakuan elemen-elemen
akuntansi. Postulat ke empat adalah periode waktu.
Dengan adanya periode waktu penyusunan laporan
keuangan disusun secara terpisah antar satu periode
dengan periode yang lain. Ada periode cut off, sehingga
menjamnin reliabiltas informasi keuangan sesuai periode
waktu pelaporan keuangan. Postulat terakhir yang
menjadi asumsi dasar akuntansi adalah unit pengukuran,
atau unit moneter. Sebuah laporan hanya dapat disusun
dengan menggunakan satu unit pengukuran moneter.
Implementasi dari satu unit pengukuran menimbulkan

18
koreksi-koreksi penyesuaian untuk transaksi-transaksi
yang dilakukan dengan menggunakan mata uang yang
berbeda.

Tingkatan pada Kerangka Konseptual untuk Akuntansi


Keuangan
Kerangka konseptual berfungsi sebagai fondasi bagi
pengembangan akuntansi dan pelaporan keuangan. Pada
tahun 2010 International Accounting Standard Board
(IASB) dan Financial Accounting Standard Board (FASB)
menerbitkan dua bab dari Statement of Financial
Accounting Standard (SFAC) nomor 8 yaitu bab 1 dan bab
3 yang merupakan proyek gabungan pengembangan
kerangka konseptual untuk akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Statement of Financial Accounting Standard No 8SFAC
nomor 8 menjelaskan tingkatan pada kerangka
konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan
keuangan Kerangka konseptual ini dibangun dengan tiga
tingkatan yang terdiri dari tujuan pelaporan keuangan,
karakteristik kualitatif dan elemen-elemen laporan
keuangan, serta pedoman penerapan untuk pengakuan,
pengukuran dan pengungkapan.
Kerangka Konseptual untuk Akuntansi Keuangan dapat
diilustrasikan pada gambar 2.1

19
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual untuk Akuntansi Keuangan
Sumber: Schroeder, Clark, Cathey (2020)
Tujuan pelaporan keuangan adalah dasar dari kerangka
konseptual. Aspek lain kerangka konseptual karakteristik
kualitatif, elemen-elemen laporan keuangan, pengakuan,
pengukuran dan pengungkapan mengalir secara logis dari
tujuan tersebut. Aspek-aspek dari kerangka tersebut
membantu memastikan bahwa pelaporan keuangan
mencapai tujuannya.

Tujuan Pelaporan Keuangan


IASB dan FASB telah menjelaskan tujuan pelaporan
keuangan untuk menyediakan informasi keuangan suatu
entitas yang berguna bagi investor potensial dan investor
yang ada, pemberi pinjaman atau kreditur lain untuk
mengambil keputusan atas sumber daya yang tersedia
untuk entitas tersebut. Keputusan yang dimaksud adalah
keputusan mengenai membeli, menjual atau
mempertahankan saham atau instrumen pinjaman dan
menyediakan atau menyelesaikan pinjaman. Di samping
itu keputusan tersebut tergantung pada hasil yang

20
diharapkan dari instrument kekayaan yang mereka miliki
atas entitas tertentu. Sementara itu hasil yang mereka
harapkan berkaitan dengan jumlah, waktu dan
ketidakpastian atas arus kas masuk yang akan mereka
terima di masa mendatang.
Tujuan pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan
motif laba adalah menyediakan informasi yang akan
berguna bagi berbagai pengguna yang memiliki
kepentingan atas kinerja keuangan, posisi perusahaan,
kinerja manajemen serta berkepentingan terhadap
pengambilan keputusan mengenai investasi, pinjaman
atau perluasan kredit, ingin melakukan kegiatan bisnis
pada perusahaan pelapor. (Zeff, 2013). Sementara itu
opini lain menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan
adalah pelayanan, untuk menunjukkan efektivitas dan
efisiensi manajemen suatu entitas dan manajemen tata
kelola, apakah telah melaksanakan tanggung jawabnya
dalam mengelola sumber daya entitas yang ada (Pelger,
2016).

Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi


Karakteristik kualitatif merupakan karakteristik dasar
yang mempengaruhi manfaat informasi bagi keputusan
yang akan dibuat. Karakteristik kualitatif suatu informasi
dibangun untuk memberikan informasi kepada pengguna
utama, yang terdiri dari investor, pemberi pinjaman atau
kreditur yang telah ada pada saat informasi dihasilkan
dan pengguna potensial di masa yang akan datang.
Informasi akuntansi harus memiliki nilai yang lebih tinggi
dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
informasi tersebut. Manfaat informasi akuntansi harus
lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk mengumpulkan bukti transaksi, memproses,
memverifikasi dan melaporkan informasi tersebut kepada
para stakeholder yang berkepentingan. Stakeholder harus

21
memperhitungkan apakah manfaat menganalisis dan
menginterpretasi informasi yang diberikan lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Ilustrasi
yang menggambarkan karakteristik kualitatif informasi
akuntansi dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi


Sumber: Schroeder, Clark & Cathey (2020)
Dua kualitas dasar yang membuat informasi akuntansi
berguna dalam pengambilan keputusan adalah relevansi
(relevance) dan penyajian yang jujur (faithfull
representation). FASB mendefinisikan relevan sebagai
“membuat suatu perbedaan”. Poin penting informasi yang
relevan adalah nilai umpan balik, nilai prediksi dan
ketepatan waktu. (Stice, Stice, & Skousen, 2009).
Pendapat lain menyatakan bahwa informasi keuangan
relevan jika informasi tersebut memiliki nilai prediksi
(predictive value), nilai konfirmasi, dan materialitas
(Schoeder, Clark, & Cathey, 2020).

22
Informasi yang relevan merupakan informasi yang mampu
memberikan nilai umpan balik dan nilai prediksi secara
bersamaan. Umpan balik dari kinerja masa lalu
membantu pemakai informasi untuk mengkoreksi
rencana dan membantu membuat prediksi masa yang
akan datang (Heri, 2018). Disamping memiliki nilai
umpan balik dan nilai prediksi, informasi yang relevan
harus tepat waktu. Pihak yang berkepentingan atas
entitas tertentu selalu menunggu informasi untuk
menentukan berbagai keputusan, misalnya keputusan
untuk segera membeli lebih banyak saham menahan
saham yang dimiliki atau menjual saham tersebut.
Informasi akhir tahun merupakan informasi yang
ditunggu. Namun ada kalanya informasi yang ditunggu
tersebut tidak kunjung diterbitkan, sehingga investor atau
stakeholder lain gagal mengambil keputusan terbaik pada
entitas tersebut, atau memntuskan untuk memindahkan
investasinya pada entitas yang selalu melaporkan
informasi akuntansinya sesuai dengan waktu yang
diharapkan. Demi mempertahankan modal investor yang
ditanam pada entitas tertentu, perlu membuat kebijakan
penerbitan laporan keuangan. Sebagian entitas yang
merupakan emiten bursa efek memilih menerbitkan
informasi akuntansi interim seperti informasi triwulan
atau semester.
Informasi yang relevan harus memperhatikan
materialitas. FASB mengeluarkan SFAC no 8 ynng
mendefinisikan materialitas sebagai nilai ambang batas
dalam mengakui elemen-elemen dari informasi akuntansi.
Dengan kata lain materialitas dimaknai sebagai batas nilai
yang dihilangkan atau disalahsajikan akan dipandang
oleh penyedia sumber daya dapat mengubah seluruh
bauran informasi secara signifikan. Batas materialitas
merupakan batas yang juga digunakan auditor dalam
menetapkan batas kesalahan, untuk menyimpulkan

23
apakah suatu entitas telah menyusun laporan keuangan
yang memadai dan tidak mengandung salah saji material.
Informasi akuntansi merepresentasi fenomena ekonomi
dalam kata dan angka. Disamping syarat informasi
tersebut berkualitas adalah relevan, syarat lain yang tidak
kalah pentingnya adalah disajikan dengan jujur (faithful
representation). Informasi akuntansi dikatakan jujur
apabila memenuhi tiga kriteria yaitu lengkap, netral dan
bebas dari kesalahan.
Informasi akuntansi dianggap lengkap (completeness)
apabila mencakup semua informasi yang dibutuhkan
pengguna. Informasi lengkap merupakan informasi yang
dikumpulkan dari transaksi-transaksi yang terjadi setiap
hari. Setelah semua jurnal dibuat, maka terbentuklah
neraca saldo. Informasi ini belum lengkap sampai entitas
melakukan penyesuaian atas neraca saldo dari data
memo penyesuaian. Jurnal penyesuaian dibuat dari data
tambahan seperti beban penyusutan yang dihitung setiap
akhir periode, koreksi kas yang dibuat setelah ada
rekonsiliasi bank dan beberapa data lain. Disamping itu
informasi yang lengkap harus melaporkan entitas dan
anak-anak perusahaan yang dimilikinya. Oleh karena itu
pada akhir periode, entitas perusahaan anak harus
dikonsolidasi.
Selain memperhatikan informasi akuntansi yang netral
didefinisikan sebagai informasi tanpa bias, dan tidak
mengharapkan disukai oleh pengguna tertentu dengan
mengorbankan harapan pengguna lain. Kriteria ketiga
sebuah informasi dikatakan jujur apabila bebas dari
kesalahan, yang meliputi kesalahan pencatatan,
kesalahan penghitungan atau kesalahan dalam
melaporkan informasi akuntansi.

24
Informasi akuntansi yang relevan dan jujur didukung oleh
beberapa karakteristik kualitatif yaitu dapat
diperbandingkan, dapat diverifikasi, tepat wakut dan
dapat dipahami. Dapat diperbandingkan memungkinkan
para pengguna mengukur persamaan dan perbedaan, dan
dianalisis dengan perhitungan perhitungan tertentu
sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna.
Sementara konsistensi didefinisikan sebagai karakteristik
kualitatif yang menuntut penyaji informasi akuntansi
untuk memilih menggunakan metode yang sama untuk
beberapa periode. Perubahan metode harus dijelaskan
secara memadai dalam pengungkapan atas informasi
akuntansi, sehingga pengguna informasi tersebut tetap
dapat membandingkan informasi tersebut walau dengan
adanya perubahan metode.
Daapat diverifikasi merupakan karakteristik kualitatif
informasi akuntansi dimana informasi akuntansi yang
dihasilkan siap diuji oleh pemeriksa yang independen dan
kompeten, sehingga informasi tersebut memenuhi
konsensus. Informasi akuntansi harus dapat diverifikasi,
baik informasi dalam bentuk angka atau data kuantitatif,
maupun aturan-aturan dibalik angka-angka tersebut,
dalam bentuk kebijakan dan metode yang digunakan.
Dapat diverifikasi artinya informasi tersebut dapat diuji
berdasarkan bukti bukti transaksi yang akurat. Bukti
transaksi dikatakan akurat jika banyaknya bukti
pendukung sudah sesuai dengan prosedur pengendalian
yang telah ditentukan.
Informasi yang relevan dan jujur tidak terlepas dari
ketepatan waktu. Informasi baru dapat dikatakan
berkualitas, jika informasi tersebut dihasilkan tepat pada
waktunya dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan. Beberapa informasi akuntansi diterbitkan
lebih cepat agar pengguna dapat mengambil keputusan
lebih cepat. Contohnya laporan keuangan tidak hanya

25
diterbitkan setiap akhir tahun takwin, tetapi juga
diterbitkan pada periode antar tahun takwin, seperti
laporan interim. Informasi yang terlambat menyebabkan
entitas gagal memperoleh manfaat dari informasi tersebut,
meskipun dalam beberapa keadaan, informasi yang
kadaluarsa masih dapat memiliki nilai dan diolah dengan
analisis tertentu, misalnya untuk menentukan tren
masing-masing komponen informasi.

Elemen-Elemen Laporan Keuangan Perusahaan


Elemen-elemen dalam laporan keuangan yang dijelaskan
pada SFAC No 6 adalah aset, utang, ekuitas, investasi oleh
pemilik dan kepada pemilik, laba komprehensif,
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
FASB dan IASB menjelaskan definisi aset dan liabilities.
Kedua badan penyusun standar ini menyepakati bahwa
aset (Asset) adalah sumber daya ekonomi suatu entitas
saat ini, yang dimiliki oleh suatu entitas, dimana entitas
dapat mengakses dan memperoleh manfaat di masa yang
akan datang. Aset yang dilaporkan pada posisi debit
dalam laporan posisi keuangan dibagi dalam tiga
kelompok yaitu aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain.
Aset lancar merupakan aset yang dimiliki oleh suatu
entitas yang perputaran penggunaannya kurang dari satu
tahun. Aset tetap merupakan aset entitas yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Setiap
tahun penggunaan, entitas akan melaporkan beban
penyusutan yang disajikan dalam laporan laba rugi,
sementara penyusutannya diakumulasi dalam akun
akumulasi penyusutan pada laporan posisi keuangan.
Aset lain lain merupakan aset yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar maupun aset tetap.
Contoh aset lain-lain adalah bangunan dalam konstruksi,
dimana bangunan ini merupakan aset tetap tetapi belum

26
bisa digunakan dan tidak dihitung akumulasi
penyusutannya.
Liabilitas (Liabilities) didefinisikan sebagai kewajiban
ekonomis suatu entitas yang harus
dipertanggungjawabkan dimasa yang akan datang.
Liabilitas dilaporkan pada posisi kredit dalam laporan
posisi keuangan. Liabilitas dapat dilakukan kepada pihak
eksternal entitas atau kepada pihak internal entitas
seperti utang kepada karyawan. Liabilitas dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu liabilitas
jangka pendek dan liabiltias jangka panjang. Liabilitas
jangka pendek merupakan kewajiban entitas yang harus
dibayar dalam jangka waktu satu tahun. Sementara
liabilitas jangka panjang merupakan kewajiban yang
dapat dibayar dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Ekuitas (Equity) yang merupakan elemen dalam laporan
posisi keuangan didefinisikan sebagai hak sisa atas aset
yang dimiliki oleh suatu entitas setelah dikurangkan
dengan kewajiban. Ekuitas yang dilaporkan pada posisi
kredit laporan posisi keuangan terdiri dari 3 bagian yaitu
modal saham, agio atau disagio saham dan laba ditahan.
SFAC No 5 menjelaskan definisi dari laba komprehensif
sebagai perubahan ekuitas yang terjadi pada suatu entitas
dalam satu periode yang diakibatkan oleh transaksi atau
peristiwa, kecuali yang berasal dari investasi yang
dilakukan oleh dan kepada pemilik.
SFAC no 6 menjelaskan empat elemen dalam laporan
keuangan yaitu pendapatan, keuntungan, beban dan
kerugian. Pendapatan (revenue) merupakan arus masuk
atau penambahan aset atau penurunan utang atau
kombinasi keduanya dalam satu periode akuntansi
sebagai hasil dari kegiatan utama entitas yang sedang
beroperasi. Sementara keuntungan (gain) didefiniskan
sebagai kenaikan aset neto yang berasal dari transaksi

27
peripheral atau insidental dan semua transaksi lain
selama satu periode yang mempengaruhi entitas selama
satu periode yang bukan disebabkan dari pendapatan
atau investasi dari pemilik.
SFAC no 6 juga menjelaskan definisi beban (expenses).
Beban merupakan arus keluar maupun penggunaan aset
atau bertambahnya liabilitas atau kombinasi keduanya
selama satu periode yang disebabkan oleh produksi,
pengiriman atau kegiatan lain yang merupakan operasi
utama atau besar dari entitas yang sedang berjalan.
Elemen lain yang dijelaskan dalam SFAC no 6 ini adalah
kerugian (loss). Kerugian merupakan penurunan dalam
aset neto dari transaksi peripheral atau insidental yang
terjadi dalam satu periode yang mempengaruhi suatu
entitas diluar distribusi kepada pemilik.

Konsep Pengakuan, Pengukuran dan Pengungkapan


Pengakuan
Pengakuan (recognition) didefinisikan sebagai suatu cara
untuk melaporkan informasi keuangann dengan
menyatakan semua penilaian atau estimasi dan kemudian
digunakan untuk membuat jurnal. Pengakuan komponen
tertentu didasari pada empat kriteria yaitu definisi,
keterukuran, relevansi dan penyajian yang jujur.
(Schoeder, Clark, & Cathey, 2020). Akun yang akan diakui
harus memenuhi definisi elemen yang ada dalam SFAC No
6. Memenuhi karakteristik dapat diukur dengan
reliabilitas yang memadai, relevan dalam pengambilan
keputusan dan direpresentasikan secara jujur.
Pengukuran
Pengukuran didefinisikan sebagai proses pemberian
angka atau nilai kepada suatu objek atau kejadian sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dengan kata lain pengukuran
merupakan proses menetapkan jumlah uang yang diakui

28
dan dimasukkan dalam laporan keuangan (Schoeder,
Clark, & Cathey, 2020)
Beberapa metode pengukuran yang dapat digunakan dan
dapat digunakan secara kombinasi untuk akun-akun
dalam laporan keuangan yaitu:
1. Biaya Historis (historical cost)
2. Biaya kini (current cost)
3. Nilai realisasi bersih (net realizable value/net
settlement value).
4. Nilai sekarang (yang terdiskonto)/present value
discounted
Pengungkapan
Pengungkapan merupakan penyampaian elemen-elemen
informasi akuntansi yang sangat penting kepada pihak
yang berkepentingan. Pengungkapan yang memadai
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Tujuan
pengungkapan adalah untuk mendeskripsikan elemen
yang diakui dengan penyajian pengukuran yang relevan.
Tujuan kedua adalah menggambarkan elemen yang tidak
diakui dengan pengukuran yang berguna. Sementara
tujuan ketiga adalah membantu investor dan kreditur
memperkirakan potensi dan risiko yang akan dihadapi
atas elemen yang tidak diakui, serta memberikan
informasi interim yang dibutuhkan. (Hidayati & Sunyoto,
2012).
Pengungkapan diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu
pengungkapan wajib dan (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan atas
laporan keuangan yang diwajibkan oleh pihak tertentu
seperti Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan
Keuangan, atau pihak lain. Sementara pengungkapan

29
sukarela merupakan pengungkapan tambahan yang
dilakukau secara sukarela oleh entita. (Fitriasuri, 2017)
Pengungkapan wajib yang disajikan entitas masih
dibawah 100% (Fitriasuri, 2017). Dalam penelitian
Fitriasuri (Fitriasuri, 2017) pengungkapan yang
disampaikan masing-msing entitas yang terdaftar di
Bursa Efek Indoneisa adalah, ikhtisar data keuangan
penting, informasi saham, laporan direksi dan dewan
komisaris, profil perusahaan, analysis dan pembahasan
manajemen, tatakelola, tanggung jawab sosial dan
lingkungan, laporan keuangan yang diaudit, dan surat
pernyataan anggota direksi dan dewan komisaris
mengenai tanggung jawab atas laporan tahunan.
Pengungkapan sukarela lebih rendah dibandingkan
dengan pengungkapan wajib, yaitu rata rata sebesar 52%.
Informasi yang disajikan dalam pengungkapan sukarela
ini berkaitan dengan informasi dasar, sejarah
perusahaan, statistic keuangan dan nonkeuangan,
informasi masa depan, hasil diskusi dan analisis
manajemen, dan informasi tambahan lain.

30
Daftar Pustaka
Ahmed, E. A. (1994). Accounting Postulates And Principles
From An Islamic Perspective. Review of Islamic
Economics, 3(2), 1-8.
Fitriasuri. (2017). Praktek Pengungkapan Laporan
Keuangan Perusahaan Setelah Konvergensi Ifrs Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.
Prosiding SNaPP2017 Sosial, Ekonomi, dan
Humaniora, 7, pp. 547-557.
Heri. (2018). Teori Akuntansi. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Hidayati, E., & Sunyoto. (2012). Pentingnya
Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan dalam
Meminimalisasi Asimetri Informasi. Jurnal Wiga, 2(2),
19-28.
Pelger, C. (2016). Practices of standard-setting – An
analysis of the IASB's and FASB's process of
identifying the objective of financial reporting.
Accounting, Organization and Society, 51-73.
Rut, P. M. (2016). Analisis Pengakuan, Pengukuran dan
Pengungkapan Pendapatan dan Beban Berdasarkan
PSAK NO. 36 pada AJB Bumiputera 1912 Manado.
Jurnal EMBA, 4(1), 601-612.
Schoeder, R., Clark, M., & Cathey, J. (2020). Teori
Akuntansi Keuangan Teori dan Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Stice, J., Stice, E., & Skousen, K. (2009). Akuntansi
Keuangan Intermediate Accounting (16 ed.). Jakarta:
Salemba Empat.
Zeff, S. A. (2013). The Objectives of Financial Reporting: A
Historical Survey and Analysis. Accounting and
Business Research, 1-93.

31
Profil Penulis
Dr. Titin Vegirawati, M.Si., Ak.
Penulis merupakan dosen yang telah
tersertifikasi dan kompeten, telah memiliki
pengalaman mengajar sejar tahun 1994.
Lulus S1 dari Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya pada tahun 1993, dan melanjutkan pendidikan
S2 pada Program Ilmu Ekonomi BKU Akuntansi pada
Universitas Padjadjaran di tahun 1999. Dengan semangat,
penulis telah menyelesaikan pendidikan S3 nya ditahun
2019. Selain mengajar penulis juga aktif dalam organisasi
profesi akuntansi yaitu Ikatan Akuntan Indonesia. Selain
menjadi pengurus dan ketua bidang akuntan syariah,
penulis juga pernah menjabat sebagai manajer IAI
Wilayah Sumatera Selatan. Penulis memiliki kepakaran
dibidang akuntansi keuangan, teori akuntansi dan
akuntansi syariah. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi, dana
kemenristekdikti , maupun dana mandiri. Bersama
beberapa dosen dari institusi yang sama maupun berkerja
sama dengan dosen pada perguruan tinggi lain, penulis
telah menulis beberapa artikel dari hasil penelitian bidang
akuntansi dan akuntansi syariah dan telah diterbitkan
pada jurnal internasional dan jurnal nasional
terakreditasi Sinta.
Email Penulis: titinvegirawati@gmail.com

32
3
AKUNTANSI KAS

Dr. Vero Deswanto, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA.


Universitas Malahayati

Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai konsep dan definisi
akuntansi kas, metode pengakuan akuntansi atas
transaksi yang berhubungan dengan kas, yang mengacu
pada standar akuntansi di Indonesia yaitu PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), maupun
standar akuntansi internasional IFRS (International
Financial Reporting Standards), sebagai instrument
standar dan kebijakan acuan yang dikembangkan dan
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk
memberikan pedoman tentang cara menyusun dan
menyajikan laporan keuangan di Indonesia. Penulis juga
menjelaskan definisi dari kas menurut standar
pernyataan akuntansi keuangan.
Metode pemaparaan dalam buku ini dilakukan melalui
pendekatan kesesuaian antara praktik pencatatan dan
pengelolaan kas dalam transaksi akuntansi dengan
konsep-konsep akuntansi ini secara jelas dan ringkas.
Termasuk juga memberikan gambaran dalam
memberikan panduan praktis tentang bagaimana
menerapkan prinsip akuntansi kas, hingga bagaimana
menyiapkan laporan arus kas sebagai informasi hasil dari
pengelolaan arus kas dalam perusahaan diperiode
tertentu, sebagai informasi yang berkualitas untuk

33
menghasilkan analisis kinerja keuangan terutama yang
berhubungan dengan dampak dari transaksi kas.
Blackman (2022) menyampaikan mengenai pentingnya
pengelolaan kas, sebagai fungsi yang dapat membantu
perusahaan mengidentifikasi potensi kelemahan dalam
pengendalian kas dan mengambil tindakan yang tepat
untuk mengatasinya. Akuntansi Kas, merupakan konsep
yang mendukung pengelolaan kas secara efektif bertujuan
membantu perusahaan dalam mengoptimalkan arus kas
dan memaksimalkan jumlah kas yang tersedia untuk
diinvestasikan dalam proyek pertumbuhan dan ekspansi.
Pemahaman akuntansi kas, sebagai hal utama dalam
mendukung pengelolaan kas perusahaan yang berfungsi
untuk mengevaluasi pengelolaan arus kas dalam format
informasi laporan arus kas yang berkualitasn, serta untuk
melakukan pengendalian kondisi keuangan sesuai
laporan keuangan, dan menilai praktik efektifitas
manajemen yang efektif sangat penting untuk
memastikan keandalan dan keakuratan laporan ini.
Singkatnya, manajemen kas akuntansi sangat penting
bagi perusahaan dalam rangka menjaga kesehatan
keuangan, mendukung pertumbuhan dan ekspansi, dan
memenuhi persyaratan pelaporan keuangan perusahaan.
Menurut Larson (2018), manajemen kas adalah aspek
penting akuntansi yang melibatkan pengelolaan arus kas
organisasi, saldo kas, dan likuiditas untuk memastikan
bahwa organisasi memiliki cukup uang tunai untuk
memenuhi kewajiban keuangannya. Aspek penting yang
menjadi dasar dalam pengelolaan kas secara efektif,
adalah sebagai berikut:
1. Aspek Likuiditas, dimana perusahaan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan.
Manajemen kas memastikan bahwa organisasi
memiliki cukup uang untuk memenuhi kewajiban

34
keuangannya, seperti membayar tagihan, gaji, dan
pajak tepat waktu. Kegagalan untuk memenuhi
kewajiban ini dapat mengakibatkan hukuman,
konsekuensi hukum, dan rusaknya reputasi
organisasi.
2. Aspek profitabilitas, manajemen kas yang efektif
dapat meningkatkan profitabilitas organisasi dengan
mengurangi biaya pinjaman, meminimalkan saldo kas
yang menganggur, dan memaksimalkan bunga yang
diperoleh dari saldo kas.
3. Aspek Proyeksi Perencanaan, merencanakan masa
depan diamana manajemen kas membantu organisasi
merencanakan masa depan dengan memberikan
wawasan tentang arus kasnya dan mengidentifikasi
potensi kekurangan atau surplus kas. Hal ini
memungkinkan organisasi untuk membuat
keputusan tentang investasi, ekspansi, dan kegiatan
keuangan lainnya.
4. Aspek keberlangsungan bisnis. Manajemen kas
sangat penting untuk memastikan kelangsungan
bisnis selama kemerosotan ekonomi, gejolak pasar,
atau kejadian tak terduga yang dapat memengaruhi
arus kas organisasi.

Prinsip Pengakuan Akuntansi Kas: Berbasis Kas (Cash


Based) dan Berbasis Akrual (Accrual Based)
Basis kas dan basis akrual adalah dua metode akuntansi
berbeda yang digunakan untuk mencatat transaksi
keuangan dalam bisnis. Berikut adalah perbedaan utama
antara kedua metode ini:
1. Akuntansi berbasis kas adalah metode akuntansi di
mana pendapatan dan pengeluaran dicatat pada saat
kas diterima atau dibayarkan. Dengan kata lain,
pendapatan diakui pada saat kas diterima, dan beban

35
diakui pada saat kas dibayarkan. Metode akuntansi
ini tidak memperhitungkan kapan pendapatan
diperoleh atau kapan biaya dikeluarkan.
2. Akuntansi basis akrual: Akuntansi basis akrual
adalah metode akuntansi di mana pendapatan dan
pengeluaran dicatat pada saat terjadinya, terlepas
dari kapan uang tunai diterima atau dibayar. Dengan
kata lain, pendapatan diakui pada saat diperoleh, dan
beban diakui pada saat terjadinya, terlepas dari kapan
uang berpindah tangan.
Perbedaan utama antara basis kas dan basis akrual
adalah waktu pengakuan pendapatan dan biaya.
Akuntansi berbasis kas mencatat transaksi hanya ketika
uang tunai dipertukarkan, sementara akuntansi basis
akrual mencatat transaksi ketika terjadi, terlepas dari
kapan uang tunai dipertukarkan.
Akuntansi basis akrual adalah metode akuntansi yang
disukai untuk sebagian besar bisnis karena memberikan
gambaran yang lebih akurat tentang kinerja keuangan
dan posisi keuangan perusahaan. Ini memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan keuangan
perusahaan dan membantu dalam membuat keputusan
yang lebih tepat. Namun, akuntansi basis kas lebih
sederhana dan lebih mudah dikelola untuk usaha kecil
dengan transaksi terbatas. Ini juga cocok untuk bisnis
dengan aliran pendapatan yang stabil dan dapat
diprediksi. Penting untuk dicatat bahwa standar dan
peraturan akuntansi tertentu, seperti Standar Pelaporan
Keuangan Internasional/International Financial Reporting
Standards (IFRS), mensyaratkan penggunaan akuntansi
basis akrual untuk tujuan pelaporan keuangan.
Standar Pelaporan Keuangan Internasional/International
Financial Reporting Standards (IFRS) tidak mengizinkan
penggunaan akuntansi kas untuk tujuan pelaporan

36
keuangan. Sebaliknya, IFRS mensyaratkan penggunaan
akuntansi akrual, yang mengakui pendapatan saat
diperoleh dan biaya saat dikeluarkan, terlepas dari kapan
uang tunai diterima atau dibayarkan. Menurut IFRS,
laporan keuangan harus memberikan pandangan yang
benar dan adil tentang kinerja keuangan dan posisi suatu
entitas. Ini membutuhkan penggunaan akuntansi akrual,
yang memberikan gambaran yang lebih akurat dan
komprehensif tentang kinerja dan posisi keuangan entitas
daripada akuntansi kas. IFRS mensyaratkan entitas
untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi akrual yang ditetapkan dalam kerangka
IFRS. Prinsip-prinsip ini mencakup pengakuan
pendapatan pada saat diperoleh dan penandingan beban
dengan periode terjadinya.
Selain itu, IFRS mensyaratkan entitas untuk memberikan
pengungkapan tambahan tentang dasar akuntansi yang
digunakan, termasuk setiap kebijakan akuntansi yang
diterapkan yang dapat mempengaruhi daya banding
laporan keuangan dengan entitas lain. Singkatnya, IFRS
mensyaratkan penggunaan akuntansi akrual untuk
tujuan pelaporan keuangan dan tidak mengizinkan
penggunaan akuntansi kas. Akuntansi akrual
memberikan gambaran yang lebih akurat dan
komprehensif tentang kinerja dan posisi keuangan suatu
entitas, yang diperlukan bagi pengguna laporan keuangan
untuk membuat keputusan yang tepat.

Prinsip Pengakuan Kas: Berbasis Kas (Cash Based)


Akuntansi berbasis kas adalah metode akuntansi yang
mengakui pendapatan dan beban pada saat kas diterima
atau dibayarkan. Dengan kata lain, transaksi dicatat
hanya pada saat kas benar-benar diterima atau dibayar,
bukan pada saat terjadinya. Salah satu contoh akuntansi
berbasis kas dapat dilihat pada usaha kecil, dimana

37
mereka sering menggunakan metode ini karena sederhana
untuk mempertahankan dan membutuhkan pengetahuan
teknis yang lebih sedikit tentang prinsip akuntansi.
Akuntansi berbasis kas memiliki kelebihan dan
kekurangan. Salah satu keuntungannya adalah mudah
dan mudah dimengerti, dan juga memungkinkan bisnis
untuk mengawasi arus kas mereka. Namun, kelemahan
utama adalah bahwa hal itu mungkin tidak
mencerminkan posisi keuangan bisnis secara akurat,
terutama jika terlibat dalam kontrak jangka panjang atau
memiliki sejumlah besar piutang atau hutang dagang
(Investopedia, 2021).
Akuntansi kas adalah metode akuntansi yang mencatat
pendapatan dan pengeluaran hanya ketika uang tunai
diterima atau dibayarkan. Kenali pendapatan saat kas
diterima, dalam akuntansi kas, pendapatan diakui saat
kas diterima dari pelanggan. Dengan kata lain,
pendapatan dicatat pada saat pembayaran diterima, baik
pada saat produk terjual maupun pada saat produk
dikirimkan. Beban diakui pada saat dibayar tunai.
Demikian pula, beban diakui pada saat pembayaran
dilakukan kepada pemasok, karyawan atau pihak lain.
Dengan kata lain, utang dicatat pada saat pembayaran,
baik pada saat terjadinya utang maupun pada saat barang
atau jasa diterima. Buku kas memberikan penjelasan
tentang istilah dan praktik kas. Sumber daya penting bagi
siapa pun yang tertarik untuk memahami cara kerja arus
kas, termasuk pemilik bisnis, profesional, dan pelajar.
Banyak contoh untuk menjelaskan tentang konsep
akuntansi berbasis kas, salah satunya seperti contoh
yang jelaskan dalam Investopedia (2022), dengan contoh
sebagai berikut: misalkanlah Anda memiliki bisnis
pertamanan kecil, dan pada bulan Januari Anda
menyediakan layanan pertamanan untuk klien seharga
Rp1.000. Anda menyelesaikan pekerjaan di bulan Januari

38
tetapi klien tidak membayar Anda hingga Februari. Di
bawah akuntansi berbasis kas, Anda akan mengakui
pendapatan sebesar Rp1.000 pada bulan Februari saat
Anda menerima uang tunai, bukan pada bulan Januari
saat Anda menyelesaikan pekerjaan. Demikian pula, jika
Anda membeli persediaan senilai Rp500 pada bulan
Januari tetapi tidak membayarnya sampai Februari,
menurut akuntansi basis tunai, Anda akan mengakui
pengeluaran sebesar Rp500 pada bulan Februari saat
Anda membayar persediaan tersebut, bukan pada bulan
Januari saat Anda menerimanya.

Prinsip Pengakuan Kas: Berbasis Akrual (Accrual


Based)
Akuntansi akrual adalah metode akuntansi yang
mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya,
terlepas dari kapan transaksi tunai terjadi. Ini berarti
bahwa pendapatan diakui pada saat diperoleh dan beban
diakui pada saat terjadinya, terlepas dari apakah uang
tunai telah diterima atau dibayarkan. Misalnya, jika suatu
perusahaan menjual produk secara kredit, pendapatan
dari penjualan diakui pada saat penjualan, meskipun
pembayarannya baru diterima di kemudian hari.
Demikian pula, jika perusahaan mengeluarkan beban
untuk persediaan, beban tersebut diakui pada saat
persediaan diterima, bahkan jika pembayaran tidak
dilakukan sampai kemudian hari.
Akuntansi akrual memberikan gambaran yang lebih
akurat tentang kinerja keuangan perusahaan dari waktu
ke waktu daripada akuntansi kas, yang hanya mencatat
transaksi saat kas berpindah tangan. Ini juga
memungkinkan pelacakan piutang dan hutang dagang
yang lebih baik, yang dapat membantu perusahaan
mengelola arus kas mereka (Horngren, 2018)

39
Dalam artikel di Investopedia (2021), menjelaskan bahwa
akuntansi akrual adalah metode akuntansi yang mencatat
pendapatan dan pengeluaran saat diperoleh atau
dikeluarkan, terlepas dari kapan pembayaran diterima
atau dilakukan. Pendekatan ini memberikan gambaran
yang lebih akurat tentang kinerja dan posisi keuangan
perusahaan, karena mencerminkan semua aktivitas
ekonomi, termasuk yang mungkin tidak menghasilkan
transaksi tunai.
Akuntansi akrual banyak digunakan dalam bisnis dan
diwajibkan untuk sebagian besar perusahaan publik oleh
Prinsip Akuntansi yang diterima Secara Umum/Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika Serikat.
Metode akrual juga diperlukan untuk tujuan perpajakan
di banyak negara. Salah satu manfaat akuntansi akrual
adalah memberikan ukuran profitabilitas perusahaan
yang lebih akurat. Dengan mengakui pendapatan dan
pengeluaran saat diperoleh atau dikeluarkan, bukan saat
kas diterima atau dibayarkan, akuntansi akrual dapat
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
kesehatan keuangan perusahaan.
Misalnya, jika sebuah perusahaan memberikan layanan
kepada pelanggan pada bulan Desember tetapi tidak
menerima pembayaran hingga Januari, berdasarkan
akuntansi akrual, pendapatan akan diakui pada bulan
Desember, ketika layanan diberikan. Ini akan
memberikan representasi yang lebih akurat dari kinerja
keuangan perusahaan pada bulan Desember, daripada
menunggu sampai pembayaran diterima pada bulan
Januari. Singkatnya, akuntansi akrual adalah metode
akuntansi yang banyak digunakan yang memberikan
gambaran yang lebih akurat tentang kinerja dan posisi
keuangan perusahaan dengan mengakui pendapatan dan
beban saat diperoleh atau dikeluarkan, bukan saat kas
diterima atau dibayarkan.

40
Implementasi Pengakuan Kas Berbasis Kas
(Cash Based) dan Berbasis Akrual (Accrial Based)
Akuntansi buku dan arus kas adalah metode akuntansi
penting yang dapat digunakan bisnis untuk mengelola
keuangan mereka. Akuntansi buku, juga dikenal sebagai
akuntansi akrual, mencatat transaksi saat terjadi,
terlepas dari kapan uang tunai diterima atau dibayarkan.
Metode ini berguna untuk bisnis dengan transaksi
keuangan yang kompleks, karena dapat memberikan
representasi kinerja keuangan perusahaan yang lebih
akurat dari waktu ke waktu. Akuntansi arus kas, di sisi
lain, mencatat transaksi saat uang tunai diterima atau
dibayarkan. Metode ini lebih sederhana dan mudah
daripada pembukuan, dan dapat berguna untuk usaha
kecil atau individu yang tidak memiliki transaksi
keuangan yang rumit.
Meskipun kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan, banyak bisnis menggunakan kombinasi
pembukuan dan akuntansi arus kas untuk mengelola
keuangan mereka secara efektif. Dengan menggunakan
kedua metode tersebut, bisnis dapat memperoleh
gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja keuangan
mereka dan membuat keputusan yang lebih tepat tentang
operasi mereka.
Kesimpulannya, meskipun akuntansi pembukuan dan
akuntansi arus kas memiliki fitur unik, keduanya
merupakan alat penting yang dapat digunakan bisnis
untuk mengelola keuangan mereka secara efektif. Memilih
metode yang tepat bergantung pada kompleksitas
transaksi keuangan bisnis dan kebutuhan spesifik bisnis.

Laporan Arus Kas: Informasi Akuntasi atas


Pengendalian Arus Kas
Salah satu laporan keuangan yang dibuat bisnis adalah
laporan arus kas, yang menampilkan jumlah uang dan

41
setara uang yang masuk dan keluar dari bisnis selama
periode waktu tertentu. Ini adalah instrumen penting
untuk mengevaluasi likuiditas dan stabilitas keuangan
perusahaan bagi investor, kreditur, dan pemangku
kepentingan lainnya. Dewan Standar Akuntansi
Internasional/International Accounting Standards Board
(IASB) membuat kumpulan aturan akuntansi yang
dikenal sebagai Standar Pelaporan Keuangan
Internasional/International Financial Reporting Standards
(IFRS) yang berfungsi sebagai pedoman untuk membuat
laporan keuangan. Laporan arus kas harus disiapkan oleh
bisnis sesuai dengan IFRS sebagai bagian dari pelaporan
keuangan mereka. Aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan aktivitas pendanaan adalah tiga area utama di mana
arus kas masuk dan keluar ditunjukkan dalam laporan
arus kas berdasarkan IFRS. Aktivitas operasional adalah
cara utama perusahaan menghasilkan pendapatan,
aktivitas investasi adalah saat membeli dan menjual aset
jangka panjang, dan aktivitas pembiayaan adalah saat
meminjam uang dan membayarnya kembali. Rekonsiliasi
laba atau rugi bersih yang dicatat dalam laporan laba rugi
dengan arus kas bersih dari aktivitas operasional yang
dilaporkan dalam laporan arus kas adalah persyaratan
lain dari IFRS untuk bisnis (IAS 7 - Statement of Cash
Flows., 2021). Mengadopsi dari standar intersional diatas
(IAS no 07) tersebut, standar akuntansi di Indonesia yang
mengatur atas Informasi atas pengendalian transaksi kas
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 2.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
mengungkapkan bahwa Laporan Arus Kas dapat
memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam asset
bersih entitas. Selain itu, laporan arus kas juga
memberikan informasi kemampuan entitas suatu
perusahaan dalam menghasilkan arus kas di masa depan,
42
termasuk Informasi proyeksi aliran kas dimasa yang akan
dating, misalkan seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam membayar dividen dan memenuhi kewajibannya.
Secara klasifikasi, mengacu pada standar internasional,
PSAK no 2 mengklasifikasikan arus kas dalam klasifikasi
sebagai berikut:
1. Arus Kas Operasional: arus kas yang berasal dari
kegiatan operasional utama bisnis baik pemasukan
atau pengeluaran.
2. Arus Kas Investasi: arus kas yang berasal dari
kegiatan investasi perusahaan baik itu pemasukan
atau pengeluaran. Kegiatan yang masuk ke dalam
investasi ini adalah aktivitas penjualan dan pembelian
dari asset perusahaan dan kegiatan yang ada
hubungannya dengan piutang perusahaan.
3. Arus Kas Pembiayaan: arus kas yang asalnya dari
pendanaan yang didapatkan oleh perusahaan.
Berikut adalah tabel yang mengklasifikasikan dan
memperhitungkan dampak dari aktivitas arus kas yang
disusun sebagai dasar informasi dalam pengambilan
kebijakan strategis, khususnya yang berdampak pada
transaksi kas perusahaan.
Contoh Arus Kas
(nama akun dan nilai adalah asumsi dan dapat
disesuaikan tanpa merubah substansi transaksi)
Arus kas dari aktivitas operasi
Penerimaan dari pelanggan +
Pembayaran kepada pemasok dan karyawan -
Penerimaan dari aktivitas operasi lainnya
Kas yang dihasilkan dari operasi +
Penerimaan bunga +
Pengembalian pajak +
Pembayaran pajak penghasilan badan -

43
Contoh Arus Kas
(nama akun dan nilai adalah asumsi dan dapat
disesuaikan tanpa merubah substansi transaksi)
Arus kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi
Arus kas dari aktivitas investasi
Penerimaan dividen tunai +
Penerimaan dari penjualan aset tetap Penerimaan +
bunga dari piutang lain-lain
Hasil penjualan investasi jangka panjang lainnya +
Imbalan kas bersih untuk kombinasi bisnis +/-
Investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama -
Perolehan aset takberwujud dan aset lain-lain -
Perolehan aset tetap -
Arus kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Penerimaan pinjaman jangka pendek +
Penerimaan pinjaman jangka panjang Pembayaran +
dividen tunai kepada kepentingan nonpengendali
Pembayaran biaya keuangan -
Pembayaran pinjaman jangka panjang -
Pembayaran liabilitas sewa -
Pembayaran dividen tunai kepada pemilik entitas induk -
Pembayaran pinjaman jangka pendek -
Arus kas bersih digunakan untuk aktivitas
pendanaan
Kenaikan bersih kas dan setara kas
Kas dan setara kas pada awal tahun
Dampak perubahan selisih kurs terhadap kas dan
setara kas
Kas dan setara kas pada akhir tahun

Akuntansi arus kas adalah metode akuntansi yang


mencatat transaksi berdasarkan saat kas diterima atau
dibayarkan, terlepas dari kapan pendapatan diperoleh
atau biaya dikeluarkan. Metode ini dapat berguna untuk

44
usaha kecil atau perorangan dengan transaksi keuangan
sederhana, karena mudah dimengerti.
Salah satu keuntungan dari akuntansi arus kas adalah
memberikan gambaran yang jelas tentang likuiditas
perusahaan, atau kemampuannya untuk membayar
tagihan dan utangnya. Dengan melacak arus kas masuk
dan keluar, bisnis dapat mengelola arus kas mereka
dengan lebih baik dan menghindari masalah arus kas.
Namun, satu kelemahan potensial dari akuntansi arus
kas adalah bahwa hal itu mungkin tidak memberikan
gambaran yang akurat tentang kinerja keuangan
perusahaan dari waktu ke waktu. Karena pendapatan dan
beban hanya dicatat saat kas diterima atau dibayarkan,
metode ini mungkin tidak memperhitungkan waktu saat
pendapatan diperoleh atau beban dikeluarkan.
Secara keseluruhan, akuntansi arus kas dapat menjadi
alat yang berguna bagi bisnis untuk mengelola arus kas
dan menjaga likuiditas. Namun, ini mungkin tidak
memberikan gambaran lengkap tentang kinerja keuangan
perusahaan, dan bisnis mungkin perlu menggunakan
metode akuntansi lain, seperti akuntansi akrual, untuk
mendapatkan representasi keuangan mereka yang lebih
akurat.

45
Daftar Pustaka
Blackman, A. (2022). "Why Is Cash Management Important
for a Business?". Retrieved from
www.investopedia.com/:
https://www.investopedia.com/articles/personal-
finance/102214/why-cash-management-important-
business.asp
Horngren, S. S. (2018). Introduction to Management
Accounting. Pearson.
IAS 7 - Statement of Cash Flows. (2021). Retrieved from
https://www.iasplus.com/en/standards/ifrs/ifrs7
Investopedia. (2021). "Cash Basis Accounting.". Retrieved
from https://www.investopedia.com/terms/c/cash-
basis-accounting.asp.
Investopedia. (2021). Accrual Accounting. Retrieved from
https://www.investopedia.com/terms/a/accrualacco
unting.asp
Investopedia. (2022). Cash Basis Accounting. Retrieved
from
https://www.investopedia.com/terms/c/cashbasisac
counting.asp
Larson. (2018). https://www.fundera.com. Retrieved from
Why Cash Management is Important for Your
Business: https://www.fundera.com/blog/why-cash-
management-is-important-for-your-business.

46
Profil Penulis
Dr. Vero Deswanto, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA.

Pengalaman penulis di bidang


akuntansi/keuangan dan audit lebih dari 10
tahun, baik sebagai praktisi akuntan dan
auditor di perusahaan bidang IT, managing
partner konsultan akuntansi www.kjaved.com, dan quality
control disalah satu Kantor Akuntan Publik. Maupun,
akademisi, penulis saat ini sebagai dosen Magister
Akuntansi serta dosen tamu bidang akuntansi untuk
beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.
Jenjang gelar akademis ditempuh hingga tingkat Doktoral
Ilmu Akuntansi (S3) di Univesitas Padjadaran- Bandung,
serta penulis memiliki pengakuan sertifikasi profesi
auditor (CPA, dari IAPI), akuntan beregister (CA dari IAI)
dan akuntan negara (Ak dari Kementerian Keuangan RI).
Beberapa tulisan dalam bentuk buku ilmiah dan jurnal
ilmiah bidang keilmuan akuntansi telah diterbitkan baik
untuk lingkup nasional maupun internasional. Sejak
tahun 2006, penulis juga menginisiasi pembelajaran
online, maupun channel youtube (tubeversitas) sebagai
upaya pengembangan ilmu akuntansi keuangan.
Email Penulis: verodeswanto@gmail.com

47
48
4
AKUNTANSI PIUTANG

Desmiwerita, S.E., M.Si.


Akademi Akuntansi Indonesia

Pendahuluan
Dahulunya piutang disebut juga dengan tagihan atau
uang kita sama orang lain. Sekarng ini Namanya piutang,
yaitu penjualan baik berupa barang- barang maupun jasa
pada umumnya yang dilakukan secara kredit atau
hutang, sehingga menimbulkan kewajiban yang harus
dibayar oleh pihak ketiga. Piutang atau piutang dagang
atau piutang usaha merupakan kewajiban yang timbul
akibat dari penjualan dari barang-barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan secara kredit, biasanya piutang
dagang akan dibayar atau dilunasi dalam kurun waktu
kurang dari satu tahun, sehingga piutang ini salah satu
termasuk dalam aktiva lancar karena yang telah kita
bahas diatas bahwa jangka pembayarannya kurang dari
satu tahun.
Biasanya pembayaran dilakukan dengan uang, tetapi
apabila piutang yang timbul akibat dari penjualan
angsuran akan dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu
aktiva lancer dan aktiva tidak lancer tergantung pada
jangka waktu pembayarannya, kalau seandainya
pembayarannya kurang dari satu tahun maka masuklah
dia aktiva lancer, tetapi kalua sebaliknya jangka
pembayarannya lebih dari satu tahun maka masuklah dia
pada aktiva lain-lain. Piutang yang muncul bukan dari

49
penjualan barang- barang dan jasa maka itu tidak
termasuk dalam pengelompokan piutang dagang namun
termasuk pengelompokan piutang bukan dagang.
Berikut ini adalah beberapa pendapat dari para ahli
mengenai piutang.
1. Menurut Warren dkk (2015), definisi piutang adalah:
Piutang dapat mencakup seluruh uang yang diklaim
terhadap entitas lain, termasuk perorangan,
perusahaan, dan organisasi lain. Piutang piutang ini
biasanya sebagai bagian yang signifika n dari total
aset lancar.
2. Menurut Martani dkk (2016), definisi piutang adalah
klaim suatu perusahaan pada pihak lain baik yang
terkait deng an transaksi penjualan atau pendapatan
maupun merupakan piutang yang berasal dari
transaksi lainnya.
3. Menurut Mardiasmo (2016), definisi piutang adalah
tagihan yang tim bul dari penjualan barang dagangan
dan jasa secara kredit.
4. Menurut Simon (1973) yang dikutip oleh Manulang
(2005) dan ditulis oleh Nurjannah (2013) dalam
jurnalnya yaitu sebagai berikut:
“The term receivabel is applicabel to all claims againts
other, whether are claims for the money, for good, or for
serving, and for accounting purpouse, however the term is
employed is narrow sense to desaign claims that are
expected to be setled by the receipt of thr money”.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa piutang adalah suatu
klam kepada konsumen atau pihak ketiga baik berupa
barang, uang dan jasa serta segala sesua tu baik
berbentuk perkiraan transaksi. Didalam melakukan
transaksi tentu penjualan yang secara cicilan atau kredit
mendapatkan klaim bagi perusahaan kita untuk

50
melakukan penagihan atas transaksi yang terjadi
tersebut, Dimana yang telah disepakati antara
perusahaan dengan konsumen.

Pengelompokan Piutang
Piutang kita kelompokan menjadi 2 yaitu:
1. Piutang usaha adalah piutang yang terjadi akibat dari
hasil penjualan barang dan jasa secara kredit.
2. Piutang lain-lainnya seperti piutang dari bunga,
pinjaman dan pemegang saham serta lain lainnya.
Menurut SAK, piutang juga dikelompokkan berdasarkan
sumber terjadinya yaitu:
1. Piutang usaha
2. Piutang lain- lain
Menurut klasifikasinya piutang juga dikelompokkan yaitu:
1. Piutang usaha
2. Piutang non usaha
Klasifikasi piutang menurut Kieso, et.al. (2017) yaitu:
1. Piutang Dagang (Trade receivabels)
Subklasifikai piutang dagang yaitu:
a. Piutang Usaha yang mana merupakan hasil
pembayaran barang atau jasa yang dijual dari
pembeli yang disepakti oleh janji lisan.
b. Wesel Tagih yang piutang dagang adalah jumlah
terutang yang digunakan oleh pelanggan baik
berupa barang atau jasa yang telah diberikan
sebagai bagian dari operasional bisnis normal.
c. mana merupakan hasil pembayaran sejumlah
uang tertentu dari janji tertulis pada tanggal yang
sudah ditentukan untuk masa depan.

51
2. Piutang Non Dagang
Berbagai transaksi yang terjadi itu dapat
menimbulkan piutang dagang, seperti:
a. Uang muka yang didapat dari
karyawan/staf/anak peru sahaan.
b. Uang jaminan tersebut digunakan sebagai
jaminan bagi penyedia jasa atau untuk menutup
kemungkinan kerugian dan kerusakan.
c. Deviden atau piutang bunga.
d. Gugatan terhadap:
1) Perusahaan asuransi bertanggung jawab atas
kerugian,
2) Terdakwa dalam kasus hukum,
3) Instansi pemerintah memungut pajak,
4) Perusahaan di bidang pengangkutan
memungut barang rusak atau barang hilang,
5) Kreditur komoditas yang dikembangkan.
Menurut Baridwan (2004) klasifikasi piutang yaitu: 1.
Piutang usaha Perusahaan yang menghasilkan
penjualan kredit barang atau jasa kemudian memiliki
piutang. Periode pembayaran pelanggan adalah satu
tahun, dan piutang tersebut termasuk dalam aset
lancar. 2. Piutang non-usaha Piutang perusahaan
yang timbul dari penjualan barang atau pemberian
jasa disebut piutang bukan usaha dan tidak termasuk
dalam kelompok piutang usaha. Pendapatan yang
terutang untuk bisnis.
3. Piutang Penghasilan
Perusahaan mencatat pendapatan yang masih akan
diterima selama periode waktu digunakan. Ini berarti

52
mereka mengakui pendapatan yang masuk selama
jangka waktu tersebut, yang tercermin dari tahun ke
tahun. Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK 13
(2018) menyatakan bahwa aset milik suatu entitas
dianggap lancar jika memenuhi kriteria yang
tercantum dalam pernyataan tersebut. Kriteria ini
mencakup semua uang yang saat ini tersedia dalam
pundi-pundi entitas. Entitas dapat memprediksi
bahwa asetnya akan dijual dan digunakan selama
operasi normal. Entitas harus memperdagangkan
sumber daya berwujud dengan suatu tujuan. Aset
dianggap sebagai uang atau properti lain yang setara
jika dapat bertahan setidaknya selama dua belas
bulan tanpa habis. Dalam SAK 13 (2018), Ikatan
Akuntan Indonesia mencatat bahwa mata uang milik
suatu entitas adalah lancar. Pasalnya, pernyataan
tersebut menyatakan bahwa semua dana yang
tersedia di brankas perusahaan memenuhi kriteria.
Entitas berharap untuk menggunakan asetnya
selama operasi rutin. Untuk berdagang, entitas harus
memiliki tujuan dalam pikiran. Aset dapat dianggap
setara dengan uang atau properti lainnya jika dapat
bertahan setidaknya selama satu tahun tanpa
digunakan.

Pengakuan dan Pencatatan Piutang


Piutang usaha mencakup berbagai klaim atau gugatan
terhadap pihak ketiga yang penerimaan kasnya di masa
depan diketahui berkaitan dengan penyelesaiannya.
Piutang usaha diakui pada saat hak milik dialihkan
kepada pembeli atau pada saat terjadi transaksi yang
dikenal dengan basis akrual. Penggunaan basis akrual
dalam akuntansi mengakibatkan adanya pengakuan
pendapatan yang masih akan diterima. Martani dkk
(2016) menyatakan:

53
“Pengakuan piutang dikaitkan dengan pengakuan
pendapatan. Ketika perusahaan telah mengakui
pendapatannya, maka perusahaan akan mengakui
piutangnya. Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh
entitas pada nilai wajar. Nilai wajar adalah harga
perolehan atau nilai tukar antara kedua belah pihak pada
tanggal transaksi.”
Berikut adalah jurnal untuk mengetahui pengakuan
piutang atas penjualan barang atau jasa.
Tabel 4.1 Jurnal Pengakuan Piutang
Keterangan Jurnal
Ayat jurnal untuk mengakui Piutang Dagang Rp x x x
piutang atas penjualan Penjualan Rp x x x
barang a tau jasa
Ayat jurnal untuk mencatat Kas Rp x x x
pembayaran piutang dengan Dkon Penjualan Rp x x x
mendapatkan diskon Piutang Dagang Rp x x x
Ayat jurnal untuk mencatat Kas Rp x.x x
pembayaran piutang tanpa Piutang Dagang Rp x x.x
mendapatkan diskon
Sumber: Martani (2016)
Komentar lain oleh Efraim (2014) menyatakan: “Piutang
usaha diakui pada saat barang dijual atau jasa dijual.
Barang-barang tertentu dikirim secara fisik. Pengakuan
piutang berkaitan dengan pencatatan transaksi yang
menimbulkan piutang. Jumlah piutang usaha yang
tercatat merupakan harga pertukaran antara pihak
berelasi (price exchange). Harga pertukaran adalah
kuantitas yang diminta dari debitur (klien dan peminjam).
Tabel 4.2 Jurnal Pengakuan Piutang Simpan Pinjam
Keterangan Jurnal
Ayat jurnal untuk Piutang Anggota Rp x x x
mengakui piutang Kas Rp x.x x
simpan pinjam
Ayat jurnal pada saat Kas Rp x x x
pembayaran piutang Piutang Anggota Rp x x x Pendapatan
simpan pinjam Bunga Rp x x x
Sumber: Rudianto (2010)

54
Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang
harus dikonfirmasi adalah nilai tukar antara pihak yang
bertransaksi. Harga pertukaran adalah jumlah yang
terhutang kepada debitur, biasanya dibuktikan dengan
beberapa jenis dokumen bisnis. Faktor-faktor yang
memperumit pengukuran nilai tukar adalah:
1. Ketersediaan diskon (diskon dagang dan diskon
tunai).
2. Jangka waktu antara tanggal penjualan dengan
tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur bunga).

Potongan/Diskon Dagang
Potongan dagang sering digunakan untuk menghindari
perubahan katalog yang sering terjadi, untuk mengutip
harga yang berbeda untuk jumlah pembelian yang
berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur
sebenarnya dari pesaing. Contoh: sebuah penerbit buku
menjual 75.000 buku pelajaran kepada seorang
pelanggan dengan diskon 20%, dan penerbit mencatat
piutang sebesar 75.000 – (20% x 75.000) = 60.000.

Potongan Tunai (Sale Discount)


Tujuan pemberian diskon tunai adalah untuk memberi
insentif kepada pembeli agar membayar sesegera
mungkin. Diskon tersebut biasanya dinyatakan dalam
bentuk 3/10, n/30 (total 30 hari jika dibayar dalam 10
hari) atau 2/10, EOM (diskon 2% jika dibayar dalam 10
hari setelah akhir bulan). Dua metode yang dapat
digunakan untuk mencatat penjualan adalah:
1. Metode Kotor
Diskon penjualan hanya akan dikonfirmasi di akun
saat pembayaran diterima dalam periode diskon.
Diskon penjualan akan muncul di laporan laba rugi
sebagai pengurang penjualan untuk mendapatkan
penjualan bersih.

55
2. Metode Bersih
Pandangan lain adalah bahwa diskon penjualan yang
tidak diambil mencerminkan penalti atau penalti yang
ditambahkan untuk menetapkan harga guna
mendorong pembayaran sesegera mungkin. Artinya,
penjual menawarkan kredit dengan harga lebih tinggi
daripada penjualan tunai, dan kenaikan harga
diimbangi dengan diskon tunai yang ditawarkan. Oleh
karena itu, pembeli yang membayar secara tunai
selama masa diskon, dan pembeli yang membayar
setelah masa diskon berakhir, akan dikenakan sanksi
karena harus membayar lebih dari harga tunai.

Penilaian Piutang Usaha


Piutang yang diharapkan akan tertagih dalam satu tahun
atau satu siklus operasi, mana yang lebih lama,
diklasifikasikan sebagai lancar; sedangkan semua piutang
lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang.Piutang
jangka pendek dinilai dan dilaporkan sebesar nilai
realisasi bersih, jumlah bersih yang diharapkan akan
diterima secara tunai, dan tidak selalu jumlah piutang
resmi.

Piutang Tak Tertagih


Penjualan selain penjualan tunai membawa risiko tidak
tertagihnya piutang. Piutang tak tertagih adalah
pendapatan yang hilang. Kerugian pendapatan dan
pengurangan laba diakui dengan mencatat beban piutang
tak tertagih (atau beban piutang tak tertagih atau rugi
piutang). Ada dua metode pencatatan piutang tak tertagih,
yaitu:
1. Metode Penghapusan Langsung
Tidak ada entri jurnal yang akan dibuat sampai akun
tertentu secara khusus ditetapkan sebagai tidak
tertagih. Kerugian tersebut kemudian dicatat dengan

56
mengkredit piutang usaha dan mendebet kerugian
tersebut.
Biaya Akun yang Tidak Dapat Dipulihkan
Kerugian dari metode ini adalah biasanya tidak
mencocokkan biaya dengan pendapatan untuk
periode yang relevan.
Jurnal penghapusan piutang usaha:
Beban Utang Macet xxx
Piutang Dagang xxx
2. Metode Penyisihan
Taksiran piutang tak tertagih dari seluruh penjualan
kredit atau total piutang. Estimasi tersebut dicatat
sebagai beban dan pengurang tidak langsung (dengan
menambah akun penyisihan) dari piutang usaha
selama periode penjualan dicatat. Metode penyisihan
hanya berlaku bila nilai aset dapat menurun dan
jumlah penurunan (kerugian) dapat diestimasi secara
andal.
Perkiraan ini biasanya didasarkan pada faktor-faktor
berikut:
1. Persentase Pendekatan Penjualan
Metode ini mencocokkan biaya dengan pendapatan
karena metode ini mengaitkan biaya untuk periode di
mana penjualan dicatat.
2. Metode Persentase Piutang Atau Metode Neraca
Potongan tunai (sale discount) bertujuan untuk
memberi insentif kepada pembeli untuk membayar
sesegera mungkin. Diskon biasanya dinyatakan
sebagai 3/10, n/30 (total 30 hari jika dibayar dalam
10 hari) atau 2/10, EOM (diskon 2% jika dibayar
dalam 10 hari setelah akhir bulan). Tujuan dari
metode ini adalah untuk melaporkan nilai bersih
piutang usaha yang dapat direalisasikan di neraca.

57
Pendekatan ini dapat diterapkan dengan menggunakan
tingkat komposit yang mencerminkan taksiran piutang
tak tertagih. Pendekatan lain yang lebih peka terhadap
keadaan aktual piutang usaha adalah membuat jadwal
penuaan dan menerapkan persentase yang berbeda untuk
kategori penuaan yang berbeda berdasarkan pengalaman
masa lalu. Bagan Penuaan Piutang Usaha dapat
menunjukkan akun mana yang memerlukan perhatian
khusus dengan menunjukkan umur piutang dagang
Contoh
PT SYaiful Ardi
Skedul Umur Piutang

Nama Saldo per 61 – 90 91-120


Pelanggan < 60 hari >120 hari
31 Des’08 hari hari
CV Werry 575,000 300,000 275,000
PT Annisa 780,000 200,000 325,000
PT Bintang 545,000 195,000 100,000 250,000
Fa. Zaky 980,000 750,000 150,000 80,000
2,880,000 1,250,000 345,000 455,000 575,000

% estimasi tidak
Umur Jumlah Penyisihan
tertagih
< 60 1,250,000 3 37,500
hari
61 – 90 345,000 12 41,400
hari
91-120 455,000 20 91,000
hari
>120 575,000 25 143,750
hari
Saldo penyisihan piutang tak tertagih akhir
tahun 313,650

Kita misalkan akun penyisihan di kredit sebesar


8.000 sebelum penyesuaian. Totalnya adalah sebesar
313.650 – 8.000 = 305.650.

58
Apabila, penyisihan memiliki saldo debit sebesar 8.000
sebelum penyesuaian, maka yang harus dicatat sebagai
Beban Piutang tak Tertagih adalah sebesar 313.650 +
8.000 = 321.650.

Skedul umur piutang biasanya tidak disusun untuk


menentukan Beban Piutang tak Tertagih, tetapi sebagai
alat untuk pengendalian dalam menentukan komposisi
piutang dan mengidentifikasi piutang yang diragukan.
Metode presentase piutang menghasilkan penilaian
piutang yang lebih akurat di neraca. Akan tetapi, dari
sudut penandingan, pendekatan presentase penjualan
memberikan hasil yang lebih baik.

Penagihan Piutang Usaha yang telah Dihapus


Piutang usaha yang sudah dipastikan tidak akan tertagih,
maka saldonya harus dipindahkan dari pembukuan
dengan mendebit akun penyisisihan untuk piutang tak
tertagih dan mengkredit akun piutang usaha.
Penghapusan Piutang Penyisihan untuk XXX -
Piutang tak Tertagih - XXX
Piutang Usaha
Apabila Piutang Usaha yang telah dihapus akan dilakukan
pembayaran oleh Debitur,maka Piutang Usaha harus dimunculkan
kembali, jurnalnya:
Pada saat ada Piutang Usaha XXX -
informasi, Piutangyg Penyisihan untuk - XXX
telah dihapus,akan Piutang tak
dibayar Tertagih
Pada saat diterimanya Kas XXX -
pelunasan Piutang Usaha - XXX

59
Daftar Pustaka
Ikhsan, Arfan, dkk. (2013). Teori Akuntansi. Bandung:
Cita Pustaka Media
Godfrey, J., A. Hodgson, S. Holms, dan A. Tarca. (2010).
Accounting Theory. John Wiley & Sons: Australia.
Paton, Andrew W. (1962). Accounting Theory. Second
Editon. USA.
Paton, W. A.; A. C., Littleton. (2002). An Introduction to
Corporate Accounting Standards. American
Accounting Association. USA
Ervina, dkk. (2020). Teori Akuntansi. Bandung: CV Media
Sains Indonesia.

60
Profil Penulis
Desmiwerita S.E., M.Si.
Penulis dilahirkan di Padang, 3 Agustus 1977.
Penulis menamatkan pendidikan Sarjana
Akuntansi di Universitas Ekasakti Padang dan
pendidik an Magister Akuntansi di Universitas
Andalas, Saat ini menjabat sebagai Wakil
Direktur II di Akademi Akuntansi Indonesia
Padang , Sebagai Pelatih Ahli di program
Sekolah Penggerak wilayah Sumatera Barat, dan lulus
sebagai Dosen Magang Industri program
KEMENDIKBUDRISTEK ,dalam mengajar mengampu
mata kuliah mata kuliah Akuntansi Keaungan Menengah
I, Akuntansi Keuangan Menengah II, Akuntansi Sektor
Publik, Akuntansi Perusahaan Manufaktur dan lainnya.
dan aktif melakukan penelitian dan pengabdian yang
didanai oleh internal Perguruan Tinggi. Buku yng pernah
ditulis adalah Pengantar ilmu ekonomi.

61
62
5
SURAT BERHARGA

Laynita Sari, S.E., M.M., Ak.


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP

Pendahuluan
Surat berharga muncul dari kebutuhan pedagang, yang
kemudian diserap dalam praktik ekonomi. Peraturan
pemerintah di Eropa mulai mengkodifikasi surat
berharga, dan kemudian kodifikasi itu diterapkan di
koloni mereka juga. Surat berharga di Indonesia mulai
terbentuk pada tahun 1980, hal ini menyebabkan
perubahan pasar keuangan Indonesia yang semakin
berkembang, dan surat berharga komersial menjadi salah
satu bentuk perkembangan pasar keuangan. Pemerintah
kemudian menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.
28/52/DIR dan No. 49/52/UPG tentang “Persyaratan
Komersial dan Penerbitan Surat Berharga” oleh Bank
Umum Indonesia. Menurut peraturan tersebut, bank
umum di Indonesia memiliki kebijakan yang seragam dan
ada dasar hukum yang kuat untuk keberadaan jaminan
komersial karena Direktur Bank Indonesia menerbitkan
Surat Keputusan (SK). Undang-Undang nomor 10 tahun
1998 tentang perbankan, perubahan atas Undang-
Undang nomor 7 tahun 1992 menyatakan bahwa surat
berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga
atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit

63
dalam bentuk lazim diperdagangkan dalam pasar modal
dan pasar uang.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli surat
berharga memiliki beberapa definisi, antara lain dari:
1. Wirjono Prodjodikoro: ”Surat bersifat seperti uang
tunai, yang dapat dipakai melakukan pembayaran.”
2. Emmy Pangaribuan Simandjuntak: “Surat berharga
apabila dalam surat tersebut tercantum nilai yang
sama dengan nilai perikatan dasarnya.”
3. Purwosutjipto: “Surat berharga adalah surat bukti
tuntutan utang, ada unsur pembawa hak dan mudah
diperjualbelikan.”
Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan surat
berharga pada umumnya yaitu:
1. Penerbit (sebagai debitur)
Penerbit dari sebuah surat berharga merupakan
pihak yang mempunyai kewajiban (debitur) untuk
membayar sejumlah uang kepada pihak lain
(kreditur).
2. Pemegang pertama/pembawa (sebagai kreditur)
Pemilik atau pemegang surat berharga adalah pihak
yang menerima pembayaran dari debitur/penerbit.
Dalam hal ini, kedudukan pemilik atau pemilik adalah
sebagai kreditur.
3. Tersangkut
Tersangkut merupakan pihak yang membayar
pembayaran kepada pemilik.

64
Legitimasi Surat Berharga
Surat berharga secara fisik adalah bukti diri bagi
pemegangnya, bahwa ia adalah yang berhak atas nilai
sejumlah uang yang tercantum dalam surat berharga
tersebut. Pembayaran dengan itikad baik (Pasal 584
KUHPer penyerahan harus berdasarkan suatu alas hak
yang sah dan dilakukan oleh orang yang berhak). UU
hanya memberi perlindungan kepada debitur/kreditur
yang jujur Debitur tidak mengira bahwa pemegang surat
adalah orang yang tidak berhak; tidak ada hubungan dan
tidak bersekongkol dengan pemegang Pembayaran dengan
itikad buruk:
1. Pembayar/Tertarik/bank mengetahui atau patut
mengetahui bahwa surat berharga yang diunjukan
untuk memperoleh pembayaran berasal dari
perbuatan tidak halal/tidak sah
2. Pembayar melakukan keteledoran, harus mengulangi
pembayaran kepada yang berhak.
Syarat Formal Surat Berharga:
1. Menyebutkan nama/jenis surat berharga secara jelas.
2. Memuat/mengandung persyaratan suatu
kesanggupan; janji; perintah/kewajiban tidak
bersyarat (unconditional).
3. Sejumlah uang “a sum of money.
4. Mencantumkn nama pihak yang wajib/harus
membayar.
5. Penetapan nama tempat pembayaran.
6. Penyebutan tanggal dan tempat surat berharga
diterbitkan/ditarik.
7. Harus ditandatangani dengan atau tanpa stempel dari
penerbit/penarik yang sah.

65
Syarat Material Surat Berharga
1. Adanya perikatan dasar/sebab yang sah.
2. Merupakan hak tagih untuk mendapat pembayaran
uang atau penyerahan kebendaan.
3. Dapat dialihkan dengan cara endosemen; cessie atau
pengalihan dari tangan ke tangan.
4. Tidak dapat dibatalkan oleh penerbit atau penarik.
5. Tersedianya dana/bendanya pada saat
penguangan/penyerahan.

Surat Pengakuan Hutang


Surat Pengakuan Utang adalah surat berharga (blanket
lien) yang dikeluarkan untuk mengikat secara sah setiap
sekuritas milik debitur demi kepentingan kreditur. Pasal
1 angka 10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Bank menyatakan bahwa surat berharga
adalah Surat Pengakuan Utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau
kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar
modal dan pasar uang.
Secara yuridis, dua jenis Surat Pengakuan Utang yang
digunakan bank:
1. Surat Pengakuan Utang Bank di Bawah Tangan
Yang dimaksud Surat Pengakuan Utang di bawah
tangan adalah Surat Pengakuan Utang yang dibuat
oleh Bank (Kreditur) dan nasabahnya (Debitur) yang
dibuat oleh para pihak, tanpa Notaris.
Kelemahan dari Surat Pengakuan Utang bawah
tangan adalah:

66
a. Jika proses hukum dimulai karena kelalaian
debitur, debitur dapat menolak untuk
menandatangani, yang akan mengakibatkan
batalnya kekuatan hukum dari kontrak kredit
yang telah selesai.
b. Dalam pasal 1877 KUHPerdata, jika seseorang
memungkiri tulisan/tanda tangannya, maka
Hakim harus memerintahkan agar kebenaran dari
pada tulisan atau tandatangan tersebut diperiksa
di muka Pengadilan, tentunya hal tersebut akan
merepotkan bank sebagai Kreditur.
c. Karena surat utang ini dibuat oleh para pihak
yang bentuknya disediakan oleh bank, maka
dalam hal terjadi perselisihan, debitur dapat
mempersengketakan hal yang telah disepakati
dalam surat utang tersebut.
d. Apabila kewajiban utang swasta hilang karena
suatu sebab, maka bank tidak lagi memiliki
catatan asli adanya kewajiban utang sebagai
bukti.
2. Surat Pengakuan Utang Notariil
Pada dasarnya perjanjian pinjam meminjam
merupakan salah satu instrumen utang yang sangat
penting dalam pemberian pinjaman bank, yang harus
dapat dilaksanakan terhadap kewajiban pembayaran
dari sudut pandang kreditur, sehingga debitur wajib
melunasi utangnya. Baik dengan atau tanpa
penetapan pengadilan sebagai perintah untuk
memenuhi kewajiban pelunasan debitur. Mengingat
kepentingan ini, dalam proses pemberian kredit
sebaiknya:

67
a. Mempergunakan Hak Tanggungan
b. Pembuatan perjanjian kredit dalam bentuk akta
notariil (Akta Notaris)

Surat Pengakuan Utang yang dilegalisasi Notaris


Legalisasi (Pengesahan) adalah pengesahan akta dibawah
tangan oleh Notaris atau pejabat umum lainnya yang
ditunjuk oleh UndangUndang dengan membubuhkan
pernyataan tertentu pada akta dibawah tangan tersebut.
Surat Pengakuan Utang di bawah tangan yang telah
dilegalisasi akan menjamin kepastian mengenai:
1. tanggal akta, bahwa instrumen itu dieksekusi pada
tanggal yang ditentukan dalam dokumen;
2. tanda tangan, bahwa tanda tangan yang tercantum
dalam akta adalah tanda tangan orang (para pihak)
yang namanya tercantum dalam akta.
Sehingga tanggal dokumen atau surat yang bersangkutan
sesuai dengan tanggal pengesahan. Ini menjamin validitas
tanda tangan para pihak. Para pihak yang
menandatangani akta tersebut tidak dapat menyangkal
atau menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak
mengetahui atau memahami isi akta/surat yang
ditandatanganinya (penolakan).

Surat Pengakuan Utang yang di Waarmerking Notaris


Waarmerking adalah tanggal akta di bawah tangan yang
disahkan oleh notaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh
undang-undang. Dokumen pribadi dengan tanda
peringatan menjamin kepastian tentang tanggal
kejahatan. Namun, tindakan itu ada di tangan yang
dilegalkan atau peringatan tetap berada di telapak tangan
sebagai tindakan. Surat Pengakuan Utang bawah tangan
yang di Register (Waarmerking) artinya adalah Akta/surat

68
yang bersangkutan dicatat dalam buku khusus yang
dibuat oleh notaris pada tanggal tertentu. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan dokumen atau surat
yang ditandatangani terlebih dahulu oleh para pihak
sebelum dikirim ke notaris. Oleh karena itu, tanggal surat
tidak harus sama dengan tanggal pengajuan. Jika ditinjau
dari sudut kekuatan hukumnya untuk pembuktian, maka
tentu saja lebih kuat Legalisasi daripada Register
(waarmerking). Dokumen tertentu yang digunakan
sebagai kelengkapan suatu proses mutlak diminta harus
dilegalisir, misalnya: di kantor Pertanahan, surat
persetujuan dari ahli waris untuk menjaminkan tanah
dan bangunan, atau surat persetujuan isteri untuk
menjual tanah yang terdaftar atas nama suaminya dan
lain sebagainya.

Kekuatan Surat Pengakuan Utang dilegalisasi Notaris


sebagai Alat Bukti
Jika ditinjau dari sudut kekuatan hukumnya tata urutan
kekuatan pembuktian surat/akta/tulisan (bukti tertulis)
adalah:
1. Akta Notariil
2. Surat di bawah tangan yang dilegalisasi Notaris
3. Surat di bawaah tangan yang di waarmerking
4. Surat di bawah tangan yang tanpa melibatkan pejabat
umum (Notaris).
Kekuatan hukum suatu surat di bawah tangan yang
dikukuhkan sebagai alat bukti lebih kuat dari pada suatu
catatan (warmerking). Dokumen-dokumen tertentu yang
digunakan untuk menyelesaikan proses pemindahan
kepemilikan atau hak-hak lain atas suatu benda bersifat
wajib dalam bentuk legalisasi. Jika surat/dokumen
tersebut tidak diaktakan, maka tidak dapat diakui sebagai
transaksi sita yang lengkap. Jika di kemudian hari timbul

69
masalah, yang bersangkutan harus menandatangani
ulang kontrak dan mengesahkannya di hadapan notaris.
Akta yang dibuat dengan surat perjanjian hutang yang
diaktakan memiliki kekuatan yang berbeda dengan surat
perjanjian hutang yang dibuat secara pribadi, karena
beban pembuktian untuk surat perjanjian hutang rahasia
harus melalui proses yang baik di mana para pihak harus
mendengar saksi tentang keasliannya. utang para pihak,
kebenaran tanda tangan dan kebenaran kesepakatan para
pihak atas isi kontrak, bukti pengakuan utang swasta
menjadi lebih malapetaka ketika ada pihak yang tidak
mengakui kebenaran kehadirannya. . , waktu dan tanda
tangan. perbuatan itu hadir (menyangkal) sehingga beban
pembuktian ada pada pihak lawan untuk memberikan
alat bukti lain. Di sisi lain, dalam hal ekstrak penegakan
utang yang disahkan oleh notaris, kebenaran dalam
pernyataan eksekusi utang yang disahkan dianggap sah,
selama tidak ada bukti yang bertentangan, orang yang
menggugat kebenaran harus membuktikan
keberatannya.

Wesel
Definisi surat wesel berdasarkan hukum Indonesia adalah
surat dengan kata perintah pembayaran, dikeluarkan
pada tanggal dan tempat tertentu, di mana penerbit
dengan tanpa syarat mewajibkan yang bersangkutan
untuk membayar kepada pemiliknya sejumlah uang
tertentu sebagai kompensasi pada tanggal dan tempat
tertentu. Sedangkan definisi internasional untuk wesel
adalah dengan memakai istilah bill of exchange atau draft.
Definisinya sebagai berikut bill of exchance/draft an
unconditional order in writing, addressed by person to
another signed by the person giving it, requiring the person
to whom it is addressed to pay on demand or at fixed or

70
determinable future time, a sum certain in money to or to
the order of, a specified person or to bearer.
Syarat formil wesel:
1. Klausula Teks dan Bahasa
Harus menuliskan “surat wesel” dalam rumusan teks
dan bahasa wesel mengikuti klausula teksnya.
2. Tanggal dan Tempat Penerbitan
Harus disertakan untuk menentukan hari
pembayaran dihitung dari tanggal penerbitan. Tanggal
ini menentukan apakah si penanda tangan sudah
cukup umur atau belum. Indikasi tempat penerbitan
tidak mempengaruhi sah atau tidaknya perintah
pembayaran. Jika nama tempat tidak disebutkan,
maka dianggap masuk di ruang sebelah nama
penerbit (asas legal forum).
3. Tandatangan Penerbit
Merupakan syarat mutlak wesel. Karena penerbitan
perintah pembayaran merupakan perbuatan hukum,
maka tanda tangan tersebut merupakan bukti bahwa
penerbit perintah pembayaran bertanggung jawab
atas segala akibat hukum dari penerbitan perintah
pembayaran tersebut. Kewajiban penerbit wesel
adalah untuk menjamin pembayaran pada hari bayar.
Kewajiban tersebut adalah kewajiban pokok terhadap
pemegang wesel yang jujur yang tidak boleh dirugikan
merupakan asas holder in due course.
4. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah
uang.
Perintah untuk membayar sejumlah uang tidak boleh
digantungkan pada syarat tertentu yang sifatnya
menghalangi atau tidak memperlancar pembayaran

71
wesel. Pembayaran harus berupa uang dalam jumlah
tertentu, tidak boleh berupa barang.
5. Nama tersangkut/tertarik
Tertarik/Drawer adalah orang yang mendapat
perintah dari penerbit untuk melakukan pembayaran.
Orang tersebut bisa berbeda atau bisa sama dengan
penerbit. Dalam hal ini penerbit memerintahkan
dirinya sendiri untuk membayar.
6. Penetapan hari bayar
Penetapan hari bayar harus disebutkan, karena
apabila tidak disebutkan wesel dianggap harus
dibayar pada saat hari atau waktu diunjukkan atau
disodorkan.
7. Tempat Pembayaran
Tempat pembayaran adalah tempat domisili
tertarik/tersangkut/orang yang menerbitan, selaku
orang yang harus melakukan pembayaran. Jika tidak
secara tegas disebutkan maka dipakai tempat yang
disebutkan di samping nama tertarik.
8. Nama Orang Yang Menerima Pembayaran
Orang yang menerima pembayaran disebut sebagai
penerima atau nemer. Penerima ini dapat dialihkan
kepada orang yang ditunjuk atau order,
dimungkinkan juga si penerima adalah juga si
penarik/tersangkut sendiri.
Para pihak dalam penerbitan wesel:
1. Penerbit (Trekker atau Drawer) adalah orang yang
menerbitkan wesel.
2. Tersangkut atau Tertarik (Betrokkene atau Drawee)
adalah orang yang diberi perintah tanpa syarat untuk
membayar.

72
3. Akseptan (Acceptant atau Acceptor) adalah tersangkut
yang telah setuju untuk membayar wesel pada hari
bayar dengan memberikan tandatangan.
4. Pemegang Pertama (Nemer atau Holder) adalah orang
yang menerima wesel pertama kali dari penerbit.
5. Pengganti (Geendosseerde atau Indorsee) adalah orang
yang menerima peralihan wesel dari pemegang
sebelumnya.
6. Endosan (Endosant atau Indoser) adalah orang yang
mengalihkan wesel kpada pemegang berikutnya.

Saham
Saham (stock/share) adalah salah satu instrumen pasar
keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham
merupakan salah satu keputusan yang diambil oleh
perusahaan ketika memutuskan untuk membiayai
perusahaan. Di sisi lain, saham merupakan sarana
investasi yang banyak dipilih investor karena dapat
menawarkan return yang menarik. Saham dapat
didefinisikan sebagai indikasi kepentingan (komersial)
seseorang atau pihak dalam suatu perusahaan atau
korporasi. Dengan penyertaan modal tersebut, pihak
tersebut mempunyai hak atas penghasilan perseroan,
piutang atas kekayaan perseroan dan hak untuk ikut
serta dalam rapat umum (RUPS). Pada dasarnya ada dua
manfaat yang diperoleh investor dari membeli atau
memiliki saham.
Keuntungan pertama adalah pemegang saham menerima
dividen. Dividen adalah pembagian keuntungan yang
dibayarkan oleh perusahaan, yang berasal dari
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen
dibayarkan setelah pemegang saham menyetujui rapat
umum. Jika pemodal ingin menerima dividen, maka
pemodal harus memiliki saham tersebut dalam waktu

73
yang relatif lama, yaitu. H. sampai kepemilikan saham
tersebut mencapai suatu titik waktu di mana ia diakui
sebagai pemegang saham yang berhak atas dividen.
Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dapat berupa
dividen tunai - artinya setiap pemegang saham menerima
dividen tunai sejumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham - atau dapat juga dalam bentuk dividen saham,
artinya setiap pemegang saham menerima. dividen sama
dengan jumlah saham sehingga jumlah saham yang
dimiliki pemodal bertambah seiring dengan pembagian
saham. Sebagai keuntungan tambahan, pemegang saham
menerima capital gain. Capital gain adalah selisih antara
harga beli dan harga jual. Capital gain terdiri dari
perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya seorang
investor membeli saham ABC dengan harga Rp3.000 per
saham kemudian menjualnya dengan harga Rp3.500 per
saham, berarti investor tersebut memperoleh capital gain
sebesar Rp500 untuk setiap saham yang terjual.
Namun pemegang saham tidak selalu mendapatkan
keuntungan, terkadang pemegang saham juga
mendapatkan kerugian yang disebut capital loss.
Kerugian modal adalah kebalikan dari keuntungan modal,
di mana investor menjual saham kurang dari harga beli.
Misalnya, saham PT XYZ dibeli dengan harga Rp2.000 per
saham, setelah itu harga saham terus turun hingga
mencapai Rp1.400 per saham. Khawatir harga saham
akan jatuh lebih jauh, investor menjual dengan harga Rs
1.400 mengakibatkan kerugian Rs 600 per saham. Risiko
pemegang saham lainnya adalah risiko likuidasi, risiko ini
dapat terwujud apabila perseroan yang sahamnya dimiliki
dinyatakan pailit atau perseroan dilikuidasi. Dalam hal
ini, tuntutan para pemegang saham mendapat prioritas
setelah dipenuhinya seluruh kewajiban perseroan (dari
hasil penjualan kekayaan perseroan). Jika aset
perusahaan tersisa, sisanya dibagikan secara
proporsional kepada semua pemegang saham. Namun,
74
jika tidak ada lagi aset perusahaan, pemegang saham
tidak akan menerima hasil likuidasi. Kondisi ini
merupakan risiko terbesar bagi pemegang saham. Oleh
karena itu, pemegang saham harus senantiasa memantau
perkembangan perusahaan. Perdagangan saham di pasar
sekunder atau dalam perdagangan saham harian, harga
saham berfluktuasi dalam bentuk naik atau turun.
Pembentukan harga saham didasarkan pada permintaan
dan penawaran saham tersebut. Dengan kata lain, harga
saham terbentuk sesuai dengan permintaan dan
penawaran saham tersebut. Pasokan dan permintaan ini
didorong oleh banyak faktor spesifik saham (kinerja
perusahaan dan industri tempat perusahaan beroperasi)
serta faktor makro seperti suku bunga, inflasi, nilai tukar
dan faktor non ekonomi seperti kondisi sosial politik dan
faktor lainnya.

Obligasi
Obligasi atau bonds adalah surat hutang jangka
menengah yang dapat dinegosiasikan yang berisi
kewajiban penerbit untuk membayar bunga untuk jangka
waktu tertentu dan membayar pokok kepada pembeli
obligasi pada tanggal yang telah ditentukan. Obligasi yang
merupakan surat berharga yang diakui oleh kreditur PT,
berisi janji untuk membayar bunga dan mewajibkan
penerbit untuk melunasi pokoknya pada saat jatuh
tempo. Pemegang obligasi berhak menghadiri rapat umum
pemegang obligasi. Jenis-jenis obligasi dapat terbagi atas
beberapa jenis yang dapat dilihat dari beberapa
pendekatan yaitu berdasarkan:

75
Jaminan yang diberikan atau hak klaim:
1. Obligasi dengan jaminan (secured bonds)
a. Guaranted bonds (obligasi dengan garansi), yaitu
obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga.
b. Mortgage bonds, yaitu obligasi yang pelunasan
bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan
hipotik atas properti atau asset tetap.
c. Collateral trust bonds, obligasi yang dijamin
dengan efek yang dimiliki penerbit dalam
portofolionya, misalnya saham-saham anak
perusahaan yang dimilikinya.
d. Equipment trust bonds (obligasi dengan jaminan
pesawat, KA, truk).
2. Obligasi tanpa jaminan/unsecured bonds
a. Obligasi yang tidak dijamin oleh aset tertentu
tetapi oleh aset umum penerbit contohnya
debenture bonds.
b. Subordinate debenture bonds (obligasi yang
merupakan turunan dari debenture)
3. Obligasi dilihat dari cara pembayaran dan penetapan
bunga serta pokok hutang
a. Zero Coupon Bonds, obligasi yang tidak
melakukan pembayaran bunga secara periodik,
namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus
pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds, yaitu Obligasi dengan kupon yang
dapat diuangkan secara berkala sesuai ketentuan
penerbit.

76
c. Fixed Coupon Bonds, yaitu Obligasi yang memiliki
kupon tetap sebelum masa penawaran di pasar
perdana dan dibayarkan secara berkala.
d. Floating Coupon Bonds, yaitu obligasi dengan
tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum
jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
(benchmark) tertentu seperti average time deposit
(ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku
bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
4. Obligasi berdasarkan nilai nominal
a. Konvensional Bonds yaitu obligasi yang lazim
diperjualbelikan dalam satu nominal, contohnya
obligasi yang dijual Rp1 miliar per satu lot.
b. Retail Bonds, yaitu obligasi yang diperjual belikan
dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik
corporate bonds maupun government bonds.
5. Obligasi yang dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
a. Konvensional Bonds, yaitu obligasi yang
diperhitungan dengan menggunakan sistem
kupon bunga.
b. Syariah Bonds, yaitu obligasi yang perhitungan
imbal hasil dengan menggunakan perhitungan
bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua
macam obligasi syariah, yaitu:
1) Obligasi Syariah Mudharabah adalah obligasi
syariah yang menggunakan sistem bagi hasil
sehingga pendapatan yang diperoleh penanam
obligasi tersebut diakui sebagai pendapatan
penerbit.
2) Obligasi Syariah Ijarah merupakan Obligasi
syariah yang menggunakan leasing sehingga
kupon (pembayaran ijarah) bersifat tetap dan

77
dapat diketahui/dihitung sejak obligasi
diterbitkan.
6. Obligasi berdasarkan konvertibilitas
a. Berkaitan dengan hak menukar obligasi dengan
saham biasa untuk jangka waktu tertentu
b. Convertible Bonds, yaitu obligasi yang
memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam
sejumlah saham milik penerbitnya.
c. Exchangeable Bonds, yaitu obligasi yang
memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah
saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
d. Callable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan
hak kepada emiten untuk membeli kembali
obligasi pada harga tertentu sepanjang umur
obligasi tersebut.
e. Putable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan
hak kepada investor yang mengharuskan emiten
untuk membeli kembali obligasi pada harga
tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
7. Obligasi berdasarkan badan penerbit atau emiten
a. Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah/Badan
Pemerintah (Government Bonds), yaitu obligasi
yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
b. Obligasi yang diterbitkan Pemerintah daerah
(Municipal Bond), yaitu obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-
proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik
(public utility).

78
c. Obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta
(Corporate Bonds), yaitu obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan
usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha
swasta.
8. Obligasi berdasarkan jatuh tempo/maturity
a. Obligasi berjangka pendek ( masa jatuh tempo
hanya 1 tahun)
b. Obligasi berjangka menengah (masa jatuh tempo
antara 1 sampai dengan 5 tahun)
c. Obligasi berjangka panjang (masa jatuh tempo
lebih dari 10 tahun) Obligasi
9. Berdasarkan tingkat suku bunga
a. Obligasi fixed interest rate (dengan tingkat suku
bunga tetap)
b. Obligasi floating variable interest rate (dengan
tingkat suku bunga mengambang)
10. Obligasi berdasarkan jangka waktu
a. Limited (ada batas waktu)
b. Unlimited (tidak terbatas/abadi) = annuity bonds
11. Obligasi berdasarkan dominasi mata uang
a. Obligasi yang memakai mata uang asing (foreign
currency)
b. Obligasi yang memakai mata uang nasional (local
currency) (Rupiah)

79
Daftar Pustaka
Prananingtyas, P. (2018). Buku Ajar Hukum Surat
Berharga.
Sembiring, S. (2016). Hukum surat berharga: Nuansa
Aulia.
Sukarno, K. S. (2016). Penghapusan Legalisasi Surat
Pengakuan Utang dalam Perjanjian Kredit Perbankan.
Tjiptono, D., & Hendy, M. F. (2013). Edisi 3 Pasar Modal
Di Indonesia. In: Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7, Tahun 1992.
Tentang Perbankan: Mini Jaya Abadi.

80
Profil Penulis
Laynita Sari, S.E., M.M., Ak.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu ekonomi
khususnya Akuntansi dimulai pada tahun
2002 silam. Hal tersebut membuat penulis
memilih untuk masuk ke Perguruan Tinggi
Universitas Andalas Padang Jurusan
Akuntansi. Setelah menamatkan studi S1 di Prodi
Akuntansi, penulis kemudian melanjutkan studi ke
Pendidikan Profesi Akuntansi pada tahun 2007 di
Universitas Andalas. Tahun 2008 penulis memulai
pekerjaannya di Bank Rakyat Indonesia. Penulis menjadi
Officer di Bank Rakyat Indonesia lebih dari 10 tahun. Pada
tahun 2019 penulis menamatkan studi Magister
Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi KBP Padang
konsentrasi Manajemen Keuangan. Tahun 2020 penulis
melanjutkan Studi Doktoral Imu Manajemen konsentrasi
Manajemen Keuangan di Universitas Putra Indonesia
YPTK konsentrasi Manajemen Keuangan. Saat ini penulis
berprofesi sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
KBP Padang. Penulis memiliki kepakaran dibidang
Akuntansi, Perbankan, dan Manajemen Keuangan. Dan
untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
didanai oleh internal perguruan tinggi dan juga
Kemenristek DIKTI. Selain peneliti, penulis juga aktif
menulis buku dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat
tercinta ini.
Email Penulis: laynitasari4@gmail.com

81
82
6
AKUNTANSI PERSEDIAAN

Mitha Christina Ginting, S.E., M.Si.


Universitas Methodist Indonesia

Pendahuluan
Persediaan merupakan bagian dari aktiva lancar,
dimana persediaan tersebut disediakan baik untuk
diproduksi maupun disediakan untuk dijual.
Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur
selalu memiliki persediaan di toko maupun di gudang
perusahaan. Persediaan tersebut dapat berupa
persediaan bahan baku, barang dalam proses, atau
barang jadi (Warren, 2018). Persediaan harus dimiliki
karena merupakan produk perusahaan yang harus
dijual sebagai sumber pendapatan.
Persediaan merupakan salah satu asset perusahaan
yang sangat penting karena berpengaruh langsung
terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola
dengan baik dan dicatat dan dilaporkan dengan baik
agar perusahaan dapat menjual produknya serta
memperoleh pendapatan sehingga tujuan perusahaan
tercapai. Persediaan adalah suatu pos harta yang
ditahan untuk di jual dalam kegiatan usaha yang biasa
atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam kegiatan produksi dimana akan menghasilkan
produk yang siap untuk dijual dalam satu periode
akuntansi.

83
Persediaan merupakan salah satu asset yang sangat
penting bagi suatu entitas baik perusahaan ritel,
manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya (Martani dkk.,
2019). Persediaan atau inventory yang dimiliki oleh
perusahaan tidak begitu saja terpajang di dalam gudang.
Anda perlu melakukan pencatatan dan perhitungan
persediaan agar tidak menderita rugi. Jangan sampai juga
Anda memiliki persediaan yang terlalu banyak atau malah
kekurangan persediaan sehingga tidak bisa memenuhi
permintaan pelanggan. Pencatatan dan perhitungan
persediaan ini dikenal dengan nama akuntansi
persediaan.
Persediaan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 14 Tahun 2021 adalah aset yang
dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam
proses produksi untuk di jual, atau dalam bentuk bahan
baku atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa. Persediaan adalah bagian
dari aktiva atau aset lancar yang merupakan aset terbesar
dalam perusahaan dagang. Maka persediaan menjadi hal
penting dalam perusahaan dagang.
Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur
memiliki jenis persediaan yang berbeda. Kalau di
perusahaan dagang, persediaan barang yang di beli dan
dimiliki akan digunakan untuk di jual pada periode
tersebut maupun di periode yang akan datang.
Perusahaan dagang membeli dan menjual barangnya
kembali tanpa mengubah bentuk fisik barang dan
memberi nilai tambah. Penjualan di perusahaan dagang
meliputi sistem tunai dan kredit. Penjualan tunai caranya
lebih sederhana yaitu pembeli memilih barang,
membayarnya di kasir dan barang bisa dibawa pulang.
Berbeda dengan perusahaan dagang, di perusahaan
manufaktur membeli bahan baku atau barang setengah
jadi kemudian diolah menjadi barang jadi untuk siap di

84
jual di pasaran. Pada perusahaan manufaktur, persediaan
memiliki tiga kategoti yaitu bahan baku untuk produksi,
persediaan barang setegah jadi yang akan diproses
menjadi barang jadi, dan persediaan barang jadi yang
sudah selesai diproses dan siap di jual ke konsumen.

Tujuan dan Mafaat Akuntansi Persediaan


Sistem akuntansi persediaan memiliki tujuan untuk
mencatat setiap mutasi dan setiap jenis persediaan
yang dimiliki dan disimpan oleh perusahaan. Sistem ini
berhubungan dengan penjualan dan retur penjualan,
serta pembelian dan retur pembelian.
1. Menyajikan informasi tentang persediaan mulai
dari pengakuan persediaan sampai proses
penerimaan dengan prosedur yang baku.
2. Memberikan informasi persediaan yang tersedia
dan perhitungan tingkat pengendalian persediaan.
3. Sebagai pengendalian persediaan sehingga bisa
dilakukan perhitungan persediaan secara
ekonomis.
Manfaat akuntansi persediaan, antara lain sebagai
berikut:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya
barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan
perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan
berkualitas atau tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang
dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

85
4. Mempertahankan aktivitas operasi perusahaan
atau menjamin kelancaran arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada
suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan
jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu
sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.

Jenis-Jenis Persediaan
1. Bahan Baku
Persediaan perusahaan yang dikerjakan ulang melalui
proses produksi menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi tergantung dari aktivitas perusahaan.
Tingkat persediaan bahan baku dipengaruhi oleh
ramalan produksi, musiman produksi, keandalan
pemasok, dan efisiensi rencana pembelian dan
aktivitas produksi.
2. Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi
oleh durasi manufaktur, waktu yang telah berlalu
sejak bahan baku memasuki proses manufaktur
hingga selesai, karena barang dalam proses adalah
produk yang masih membutuhkan proses produksi
untuk menjadi produk jadi. Penyelesaian produk jadi
diperlukan dengan mengurangi waktu produksi atau
dapat meningkatkan perputaran persediaan. Salah
satu cara untuk mempersingkat waktu produksi
adalah dengan meningkatkan teknologi agar proses
produksi dapat dipercepat. Ada juga pilihan untuk
membeli bahan daripada membuatnya sendiri.

86
3. Barang Jadi
Persediaan barang jadi merupakan barang hasil
proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat
segera dijual, pada persediaan ini besar kecilnya
persediaan barang jadi sebenarnya merupakan
masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer
keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan
dengan cara mengubah persyaratan kredit atau
dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil
(marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-
barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai
piutang dagang, manajer keuangan harus tetap
membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka
menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang),
karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas
tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat
menutup tambahan resiko penagihan piutang.
Dari uraian tersebut dapat kita artikan bahwa dalam proses
akuntansi persediaan, persediaan memerlukan adanya
penilaian (valuation), karena persediaan merupakan bagian
dari cost yang akan di match dengan revenue, dan akan
menghasilkan income dan penyajian laporan arus kas.
Dengan melihat sifat-sifat dasar persediaan dalam
hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan serta
konsep dasar akuntansi, maka persediaan merupakan input
values.
Metode tersebut merupakan salah satu konsep penilaian
terhadap inventory yang akan menjadi dasar dalam
penyajian pada laporan posisi keuangan. Penekanan
pembahasan tujuan teori akuntansi terhadap inventory,
adalah menentukan alternatif pedoman untuk mengevaluasi
prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran)
yang lebih baik dan memberikan informasi yang lebih baik
tentang arus kas perusahaan dikemudian hari. Beberapa
dasar pengukuran inventory dari segi kadar interpretasi dan
revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.

87
Persediaan diklasifikasikan menurut sifat bisnis
perusahaan. Pada perusahaan dagang, persediaan adalah
aset yang dapat di jual kembali dan paling aktif dalam
operasi bisnis. Dalam industri manufaktur atau
perusahaan manufaktur, persediaan dapat dikategorikan
sebagai berikut: Persediaan bahan baku, barang dalam
proses dan barang jadi. Perbedaan klasifikasi saham
antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur
sebenarnya disebabkan oleh perbedaan fungsi kedua
perusahaan tersebut (Situmorang & Simanjuntak, 2019).
Dengan kata lain, fungsi perusahaan dagang adalah
menjual barang yang dibeli sebagai barang jadi. Dengan
kata lain, tidak ada tahapan pengolahan, dan pada saat
pengolahan terjadi, pengolahan tersebut hanya terbatas
pada pengemasan atau penyediaan kemasan agar barang
lebih menarik sesuai dengan preferensi konsumen. Fungsi
perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah
menjadi produk akhir.

Sistem Pencatatan Persediaan


Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir
periode dan menetapkan biaya persediaan selama satu
periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:
1. Sistem Periodik (Physical)
Sistem Periodik (Physical) yaitu pada setiap akhir
periode dilakukan perhitungan fisik untuk
menentukan jumlah persediaan penutup. Untuk
perhitungan, persediaan diukur dan ditimbang pada
akhir periode kemudian dikalikan dengan
harga/tingkat biaya. Perusahaan yang menggunakan
tabel periodik umumnya memiliki karakteristik
persediaan yang berbeda-beda, namun nilainya relatif
kecil.

88
Misalnya, stand majalah di perkantoran dan pusat
perbelanjaan menjual berbagai macam majalah,
koran, alat tulis, asesoris handphone, dan gantungan
kunci. Ada banyak jenis persediaan, namun nilainya
relatif kecil, sehingga tidak efisien untuk mencatat
semua transaksi yang nilainya kecil tetapi sering
diperdagangkan. Namun, teknologi komputer
memudahkan pencatatan transaksi berfrekuensi
tinggi seperti toko retail, sehingga alasan ini bisa
diabaikan untuk saat ini.
2. Sistem Permanen (Perpetual)
Sistem permanen (perpetual) yaitu melakukan
pembukuan atas persediaan secara terus menerus
yaitu dengan membukukan setiap transaksi
persediaan baik pembelian maupun penjualan.
Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal
persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk
mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu
sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan
kembali persediaan pada saat mencapai jumlah
tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga
elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada
akun yang digunakan untuk mencatat pembelian
persediaan. Pada system pencatatan periodik
pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun
pembelian sehingga pada kahir periode akan
dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok
barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan
pada akhir periode.

89
Penentuan Kuantitas Persediaan
Untuk menentukan jumlah barang yang masih dikuasai
oleh perusahaan pada suatu saat dapat ditentukan
melalui beberapa cara yaitu:
1. Stock opname: perhitungan barang pada awal dan
akhir periode yang di hitung, cara ini merupakan
ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen
untuk menentukan jumlah persediaan akhir, sebagai
salah satu persyaratan memperoleh unqualified
opinion.
2. Menggunakan metode pencatatan perpetual.
3. Menggunakan metode gabungan antara metode
pencatatan perpetual dengan stock opname.
4. Menggunakan metode penilaian berdasarkan
hubungan agregatif, yaitu gross profit method dan
realized inventory method.
Laporan laba rugi dapat disajikan dalam dua bentuk,
yaitu All Inclusive Concept of Income (AICI) dan Current
Operating Concept of Income (COCI). Diantara kedua
metode tersebut, metode penyajian yang memiliki banyak
kelemahan untuk penyajian saham adalah AICI,
kelemahan tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Metode Stock opname atau Periodic Method
Persediaan yang merupakan komponen Cost of Goods
Sold (CGS) maka perhitungan kuantitas persediaan
yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari
kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang.
Beginilah cara penghitungan inventaris ditagih ke
CGS, perkiraan yang terlalu tinggi dimungkinkan
karena hanya membandingkan dan menghitung
inventaris dikurangi inventaris akhir. Artinya, jika
barang hilang, rusak, menguap, menurun kualitasnya
dan lain sebagainya, jika tidak dipublikasikan,

90
laporan laba rugi tidak akan berarti atau kurang
berarti. Karena ada kerugian yang seharusnya diklaim
sebagai kerugian barang yang luar biasa,
penghitungan persediaan secara teratur tidak cukup
sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen
yang cepat.
2. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada
saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena
dengan metode pencatatan yang kontinyu ini berarti
saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun
perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung
jumlah barang bedasarkan catatan akan
mengakibatkan nilai persediaan overstatement,
karena adanya persediaan yang rusak dan lain
sebagainya. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam
menentukan jumlah inventory adalah kalau
menggunakan metode gabungan antara metode
perpetual dengan stock opname.
3. Metode Agregatif
Dalam metode ini kesulitannya sama dengan
kesulitan yang dialami metode perpetual, kalau dalam
hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga
persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau
penentuan jumlah dan nilai persediaan dikombinasi
dengan stock opname.

91
Perbedaan diantara kedua sistem adalah sebagai
berikut (Doloksaribu & Tambunan, 2021):
Sistem Periodik Sistem Perpetual
Saat Pembelian: Saat Pembelian:
Perkiraan pembelian Perkiraan pembelian akan langsung
langsung dicatat pada akun persediaan
dicatat pada akun Persediaan xxx
pembelian Kas xxx
Pembelian xxx
Kas xxx
Saat Penjualan: Saat Penjualan:
Perkiraan penjualanPerkiraan penjualan akan langsung
langsung dicatat pada akun penjualan dan juga
dicatat pada akun diikuti diketahuinya
penjualan. nilai persediaan/harga
Kas xxx pokok penjualan yang berkurang.
Penjualan xxx Kas xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan xxx
Akhir Periode: Untuk Akhir Periode: Untuk mengetahui berapa
mengetahui berapa Harga Harga Pokok Penjualan:
Pokok Penjualan: Tidak Perlu dilakukan karena setiap
Pesediaan akhir dilakukan penjualan sudah langsung
xxx diketahui berapa HPP.
HPP xxx
Retur pembelian xxx NO ENTRY
Pot. Pembelian xxx
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx
Biaya angkut pembelian
xxx

Catatan:
Untuk menghitung besarnya persediaan akhir dapat
kita hitung dengan memperbandingkan persediaan
yang masuk dengan yang keluar.
Contoh Soal 1
Pada awal tahun 2020, diketahui persediaan awal
sebanyak 500 unit dengan harga per unit Rp1.000,-
kemudian pada tanggal 1 Maret 2020, dilakukan
pembelian secara kredit (2/10, n/30) sebanyak 1000
unit dengan harga per unit Rp1.000,-, dan pada tanggal

92
3 Maret 2020 dilakukan pengembalian barang yang
dibeli sebanyak 200 unit. Kemudian tanggal 17 Mei
2020 dilakukan penjual secara tunai sebanyak 800
unit dengan harga per unit Rp 2.500,-
Diminta:
1. Buatlah jurnal untuk setiap transaksi di atas?
2. Buatlah jurnal akhir periode?
Penyelesaian:

Sistem Periodik Sistem Perpetual

Akun Debet Kredit Akun Debet Kredit

Tanggal 1 Maret 2020 dilakukan pembelian 500 unit @ 1.000


Pembelian 1.000.000 Persediaan 1.000.000

Hutang 1.000.000 Hutang 1.000.000


Dagang Dagang

Tanggal 3 Maret 2020 dikembalikan 200 unit


Hutang 200.000 Hutang 200.000
Dagang Dagang

Retur 200.000 Persediaan 200.000


Pembelian

Pada tanggal 17 Mei 2020 dilakukan penjualan 800 unit @ 2.500


Kas 2.000.000 Kas 2.000.000

Penjualan 2.000.000 Penjualan 2.000.000

HPP 800.000

Persediaan 800.000

93
Jurnal akhir periodik:

Persediaan akhir 500.000


Retur pembelian 200.000 NO ENTRY
HP Penjualan 800.000
Persediaan awal 500.000
Pembelian 1.000.000

Dari kasus diatas dapat kita lihat atau kita buktikan


dengan mencari laba kotor yang diperoleh oleh
perusahaan tersebut:
PT ABC
Laporan Laba Rugi
untuk Tahun yang Berakhir 20xx
Penjualan 2.000.000
HPP:
Persediaan awal 500.000
Pembelian 1.000.000
Retur pembelian (200.000)
Barang tersedia untuk 1.300.000
dijual
Persediaan akhir (500.000)
Harga pokok Penjualan (800.000)
Laba kotor 1.200.000

Dari kasus diatas seandainya persediaan awal Salah


dicatat menjadi 300.000 atau menjadi 800.000, maka
bagaimana efek kesalahan terhadap laba atau rugi
perusahaan tersebut. Jika andaikan persediaan akhir
dicatat sebesar Rp300.000.

94
PT ABC
Laporan Laba Rugi
untuk tahun yang berakhir 20xx
Penjualan 2.000.000
HPP:
Persediaan awal
300.
000
Pembelian
1.00
0.000
Retur pembelian
(200.
000)
Barang tersedia untuk dijual 1.100.000
Persediaan akhir (500.000)
Harga pokok Penjualan (600.000)
Laba kotor akan menjadi terlalu besar 1.400.000

Jika andaikan persediaan akhir dicatat sebesar


Rp800.000
PT ABC
Laporan Laba Rugi
untuk Tahun yang Berakhir 20xx
Penjualan 2.000.000
HPP:
Persediaan awal 800.000
Pembelian 1.000.000
Retur pembelian (200.000)
Barang tersedia untuk 1.600.000
dijual
Persediaan akhir (500.000)
Harga pokok Penjualan (900.000)
Laba kotor akan menjadi 1.100.000
terlalu kecil

95
Daftar Pustaka
Doloksaribu, Ardin & Bonifasius H. Tambunan. (2021).
Akuntansi Keuangan Menengah I: Intermediate
Accounting. LPPM UHN Press: Medan.
Martani, Dwi, dkk. (2019). Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK. Edisi 2 Buku 1. Salemba Empat:
Jakarta.
Situmorang, C. V., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh
Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. JURNAL AKUNTANSI DAN
BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 5(2), 160.
https://doi.org/10.31289/jab.v5i2.2694
Warren, Carl S. (2018). Pengantar Akuntansi 1: Adaptasi
Indonesia. Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.

96
Profil Penulis
Mitha Christina Ginting, S.E., M.Si.
Penulis lahir di Medan 26 Juni 1986. Penulis
menyelesaikan Studi S1 - Sarjana Ekonomi
(S.E.) di Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas HKBP Nommensen pada
tahun 2008. Penulis menyelesaikan studi S2 Program
Magister (M.Si.) di Program Studi Magister Ilmu Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2013. Penulis memiliki kepakaran dibidang
Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan.
Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
didanai oleh Kemenristek DIKTI ada sebanyak 3 (tiga) kali
dengan judul Komitmen Organisasional, Motivasi Layanan
Publik dan Kinerja Layanan Dalam Sektor Publik (Tahun
2018), Pengaruh Pendanaan dari Luar Perusahaan dan
Modal Sendiri Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada
Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (Tahun 2019), dan Pengaruh Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah (Tahun
2019).
Selain itu peneliti, penulis juga menulis buku ber ISBN
bersama Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Methodist Indonesia berjudul Praktikum Pengantar
Akuntansi dan Kertas Kerja Praktikum Pengantar
Akuntansi dan book chapter dengan judul Good Corporate
Governance dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan Negara yang tercinta
ini.
Email Penulis: mithachristina026@gmail.com

97
98
7
AKUNTANSI ASET

Sri Retnoningsih, S.E., M.Ak.


Universitas Wahid Hasyim

Pengertian Aset
Menurut FASB aset pada konteks konseptualnya (SFAC
No. 6, prg. 25) yaitu manfaat ekonomi dimasa depan yang
didapat dan dikendalikan oleh suatu perusahaan sebagai
akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Kemudian
dalam IFRS aset adalah kepemilikan sumber daya suatu
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang
dapat dikendalikan, seperti membuat atau membeli serta
memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang
diharapkan. Selanjutnya dalam PSAK No. 16 revisi tahun
2011 aset merupakan seluruh harta kepemilikan
seseorang atau sebuah perusahaan, baik itu bersifat
berwujud atau tak berwujud yang bernilai atau berharga
dimana nantinya akan memberikan keuntungan bagi
seseorang atau perusahaan (Dewan Standar Akuntansi
Indonesia, 2020). IAI dalam (Rahmawati et al., 2020) aset
adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa di masa lalu serta memberikan
manfaat ekonomis perusahaan di masa depan.

99
Jenis-Jenis Aset
Jenis aset dipisahkan jadi beberapa kategori, diantaranya
adalah:
1. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset yang masa penggunaanya
hanya dalam jangka waktu singkat, dimana kurang
dari setahun. Yang merupakan aset lancar yaitu
investasi jangka pendek, kas, piutang, persediaan,
hutang, dan serta piutang pendapatan.
2. Aset Tetap
Aset tetap merupakan aset yang memiliki bentuk atau
wujud serta siap untuk dipergunakan didalam
kegiatan operasional perusahaan. Aset tetap tidak
diharapkan untuk dijual serta masa penggunaanya
lebih dari setahun. Yang termasuk aset tetap yaitu
investasi jangka panjang, bangunan, dan tanah
(Palandeng et al., 2022).
3. Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud yaitu berupa aset tetap yang tidak
mempunyai bentuk atau wujud namun memiliki nilai
guna berupa pemberian hak ekonomi dan hukum
untuk pemiliknya. Yang merupakan contoh aset tidak
berwujud adalah: merek dagang, hak paten, hak cipta
dan goodwill (Indonesia, 2010).

Karakteristik Aset Tetap


Aset tetap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Warren,
2017):
1. Memiliki bentuk nyata fisik adalah definisi dari aset
berwujud.
2. Dipunyai serta dapat dipakai entitas didalam kegiatan
operasional.

100
3. Tidak ditujukan untuk dijual dalam kegiatan
operasional.

Biaya Perolehan Aset Tetap


Biaya perolehan aset tetap mencangkup semua nominal
yang dikeluarkan untuk memperoleh aset siap pakai,
misalnya biaya pengiriman dan biaya pemasangan
peralatan dimasukan dibagian total biaya aset (Pontoh et
al., 2016). Pengeluaran perlu dicantumkan berupa
mendebit akun aset tetap yang bersangkutan, berupa
gedung, tanah, mesin, serta peralatan. Suatu biaya yang
tidak digunakan serta tidak memberikan nilai manfaat
aset dibukukan menjadi beban, misalnya biaya yang
dicatat sebagai beban adalah kerusakan, kesalahan
pemasangan, kerusakan saat pembongkaran, dan denda
karena tidak mendapatkan lisensi penuh dari pemerintah.
Biaya langsung selama konstruksi, seperti pembelian
bahan baku dan tenaga kerja harus dikapitalisasi dengan
mendebet akun yang disebut kontruksi dalam proses.
Ketika kontruksi berakhir, biaya direklasifikasi dengan
mendebit akun aset tetap seperti gedung, lalu mengkredit
kontruksi dalam proses. Bagi beberapa perusahaan,
kontruksi yang sedang berlangsung dapat memiliki saldo
yang sangat besar.

Pengeluaran Pendapatan Modal


Aset tetap yang telah diakuisisi dan dioperasikan dapat
menimbulkan biaya sebagai bentuk pemeliharaan dan
perbaikan. Mungkin akan terjadi biaya tambahan yang
timbul dalam meningkatkan aset atau melakukan
pembaruan yang bisa memperpanjang masa penggunaan
aset. Biaya yang dikeluarkan dalam suatu masa disebut
pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Biaya
yang menambahkan atau memperpanjang umur
penggunaan suatu aset yaitu pengeluaran modal (capital

101
expenditure) (Nurjanah, 2019). Pemeliharaan dan
Perbaikan yaitu biaya yang terikat atas pemeliharaan dan
perbaikan aset yang mana biaya yang dikeluarkan diakui
menjadi beban periode berjalan. Biaya ini sebagai
pengeluaran pendapatan dan dicantumkan menjadi
penambahan Beban Pemeliharaan dan Perbaikan. Misal,
untuk pemeliharaan truk pengiriman dibayarkan
sejumlah Rp1.000.000 yang dicatat sebagai berikut:
Beban Perbaikan dan Perawatan 1.000.000
Kas 1.000.000
Peningkatan Aset merupakan pengeluaran yang terjadi
pada peningkatan nilai aset contohnya dalam
meningkatkan nilai truk pengiriman yaitu dengan
menambah hidrolik lift sejumlah Rp7.000.000 untuk
mempercepat serta mempermudah bongkar muat barang
berat. Biaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut disebut
pengeluaran uang kas, lalu dibukukan sebagai
penambahan akun aset tetap. Pengeluaran pada kasus
ini, yaitu:
Truk Pengiriman 7.000.000
Kas 7.000.000
Perbaikan Luar Biasa merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk memperpanjang masa manfaat. Sebagai contohnya
sebuah mesin produksi yang habis masa manfaatnya
dapat diperbaiki dengan biaya Rp2.000.000, dengan biaya
tersebut dapat memperpanjang masa manfaatnya hingga
sepuluh tahun. Pengeluran tersebut dicatat sebagai
pengurang pada akun akumulasi penyusutan
dikarenakan adanya pengeluaran modal. Pada kasus
mesin ini, pengeluaran yang dicatat yaitu:
Akumulasi Penyusutan-Mesin 2.000.000
Kas 2.000.000

102
Penyewaan Aset Tetap
Sewa (lease) adalah kesepakatan atau perjanjian atas
pemakaian aset untuk jangka waktu tertentu, contohnya
kendaraan, komputer, peralatan medis, atau pesawat
terbang yang di sewakan. Pihak yang terlibat dalam
kesepakatan sewa, yaitu:
1. Pemberi sewa (lessor) adalah pemilik aset
2. Penyewa (lesse) merupakan pihak yang memperoleh
hak dari pemilik aset dalam memakai asetnya.
Kontrak sewa, dimana penyewa memiliki kewajiban dalam
memenuhi pelunasan sewa secara bertahap selama masa
sewa. Manfaat dari menyewa aset adalah penyewa dapat
menggunakan aset tanpa menghabiskan dana atau
memperoleh pendanaan untuk membeli aset, selain itu,
beban-beban seperti biaya pemeliharaan dan perbaikan
menjadi tanggung jawab pemberi sewa.

Akuntansi untuk Penyusutan


Aset tetap selain tanah, yang masa manfaat
penggunaanya untuk menyediakan jasa harus
dipindahkan secara sistematis ke akun beban selama
masa manfaatnya, yaitu biaya peralatan, bangunan, dan
penggunaan tanah (Kusuma, 2022). Pemindahan dari
biaya ke beban secara periodik untuk jenis pengeluaran
yang disebut dengan penyusutan atau depresiasi
(depreciation), dikarenakan tanah mempunyai
kemungkinan yang tidak terhingga, maka tidak
mengalami depresiasi.
Dalam jurnal penyesuaian yang digunakan sebagai
pencatatan penyusutan yaitu dengan meletakan akun
beban penyusutan dibagian debit dan akumulasi
penyusutan yang merupakan lawan akun beban
penyusutan dibagian kredit. Pemakaian akun aset lawan

103
berkemungkinan biaya awal pada akun aset tetap tidak
berubah.

Faktor-Faktor dalam Menghitung Beban Penyusutan


Ada tiga faktor yang menetapkan besarnya beban
penyusutan per periode, yaitu: Biaya awal aset tetap,
masa manfaat yang diinginkan, nilai taksiran di akhir
masa manfaanya (nilai residu).
Nilai residu (residual value) yaitu jumlah aset di akhir
masa manfaat yang diinginkan, perlu diestimasikan pada
waktu aset tersebut siap untuk digunakan. selisih antara
total biaya perolehan awal dengan nilai residu merupakan
biaya penyusutan. Biaya penyusutan yaitu total biaya aset
yang dialokasikan menjadi biaya penyusutan selama
masa penggunaanya (Kusuma, 2022). Apabila aset tetap
tidak memiliki nilai residu atau nilai sisa, sehingga
seluruhan biaya harus dialokasikan pada penyusutan.
Biaya Awal – Nilai Residu = Biaya yang Dapat Disusutkan
Untuk sebuah aset yang dikeluarkan pada pertengahan
bulan pertama, banyak perusahaan yang menghitung
penyusutan asetnya selama sebulan penuh. Ketika aset
tersebut dianggap telah dibeli atau dijual padal awal
bulan. Maka dari itu, selama pembelian dan penjualan
selama pertengahan bulan berikutnya dianggap sama
sepertiyang terjadi pada hari bulan pertama.
Tiga metode yang umum dipergunakan yaitu (Warren,
2017):
1. Metode garis lurus
2. Metode unit produksi
3. Metode saldo menurun ganda

104
Metode Garis Lurus
Metode garis lurus (straight line method) yaitu metode
penyusutan yang menghasilkan total biaya penyusutan
yang serupa disetiap tahunnya selama masa penggunaan
aset. Metode ini adalah metode yang sering dipakai dalam
perhitungan penyusutan. Presentase garis lurus
ditetapkan dengan membagi 100% atas total tahun umur
penggunaan yang diinginkan, seperti dibawah ini.
Umur Manfaat yang Presentase Garis
Diharapkan Lurus

5 Tahun 20% (100%/5)

8 Tahun 12,5% (100%/8)

10 Tahun 10% (100%/10)

20 Tahun 5% (100%/20)

25 Tahun 4% (100%/25)

Metode Unit Produksi


Metode unit produksi (units-of-production methode) yaitu
metode penyusutan yang menghasilkan total beban
penyusutan yang berdasarkan kapasitas produksi aset
tetap yang diharapkan. Sesuai dengan penempatan
asetnya, metode ini ditunjukan dalam jam, mil, atau total
produksi. Misalnya, pernyataan mil biasa digunakan pada
sebuah unit produksi truk. Didalam aset entitas
manufaktur, metode ini biasa dijelaskan berupa jumlah
produk.
Metode unit produksi ditetapkan pada dua langkah,
Langkah 1. Penentuan penyusutan per unit:
Biaya − Nilai Residu
Penyusutan per unit =
Total Unit Produksi
105
Langkah 2. Penentuan beban penyusutan:
Beban penyusutan = penyusutan per unit X total unit
produksi yang dipakai.

Metode Saldo Menurun Ganda


Metode saldo menurun ganda (double-declining-balance
method) metode penyusutan yang menghasilkan
penurunan biaya berkala selama perkiraan masa
penggunaan aset. Metode ini diterapkan pada tiga
langkah.
Langkah 1. Penentuan presentase garis lurus, dengan
penggunaan umur kegunaan yang diinginkan
Langkah 2. Penentuan saldo menurun ganda dengan
mengalihkan tarif garis lurus dari tahap 1
dengan 2
Langkah 3. Perhitungan beban penyusutan dengan
mengalihkan tarif saldo menurun ganda dari
tahap 2 ke nilai buku aset
Metode saldo menurun ganda memprediksi penyusutan
yang lebih tinggi pada tahun pertama masa penggunaan
aset, diikuti dengan penurunan total penyusutan. Oleh
karena itu, metode saldo menurun ganda biasa disebut
metode penyusutan akselerasi (accelerated depreciation
method). Penerimaan aset pada tahun-tahun awal operasi
sering kali lebih besar daripada tahun-tahun berikutnya.

Membandingkan Metode Penyusutan


Semua metode memperhitungkan sebagian dari nilai total
aset pada periode akuntansi dan tidak dapat
mendepresiasi aset dibawah nilai residu.

106
Metode Umur Biaya yang Tarif Beban
Manfaat Dapat Penyusutan Penyusutan
Disusutkan

Garis Tahun Biaya Tarif garis lurus* Konstan


Lurus dikurangi
nilai
residu

Unit Total Biaya Biaya − Nilai Residu Variabel


Produksi unit dikurangi Total Unit Produksi
produksi nilai
residu

Saldo Tahun Nilai buku Tarif garis lurus * Menurun


Menurun menurun, x2
Ganda namun
tidak di
bawah
nilai
residu

*tarif garis lurus = (100%/umur manfaat)

Pelepasan Aset Tetap


Aset tetap yang sudah tidak dipakai boleh dijual atau
dibuang. Dalam hal ini, nominal buku aset wajib
dihapuskan dari akun (Palandeng et al., 2022). Walaupun
sebuah aset tetap telah habis disusutkan, namun aset
tersebut tidak boleh dihapus dari akun. Apabila aset
tersebut masih dipakai perusahaan, sehingga biaya
perolehan dan akumulasi penyusutanya tetap
dicantumkan pada buku besar walaupun aset telah
disusutkan semuanya.

Membuang Aset Tetap


Pembuangan aset tetap dapat dilakukan, apabila aset
tetap sudah tidak digunakan entitas serta tidak
mempunyai nilai residu atau nilai pasar. misalnya,
diasumsikan apabila aset tetap yang telah disusutkan

107
semuanya dan tidak mempunyai nilai residu akan
dihilangkan (Nur Sahara & Wahyuningsih, 2017).
Pencatatan ayat jurnal dalam pembuangan aset yaitu
dengan menghapuskan aset terkait dan mengakumulasi
penyusutannya pada buku besar. Namun sebaliknya,
apabila aset tersebut belum susutkan keseluruhan maka
harus disusutkan terlebih dahulu dengan melakukan
jurnal penyusutan.

Menjual Aset Tetap


Pencatatan ayat jurnal yang digunakan dalam pencatatan
penjualan aset tetap serupa pada pembuatan ayat jurnal
pada pembuangan aset. Perbedaanya dengan jurnal
pembuangan aset yaitu dimana penerimaan kas perlu
dicatatat. Penjualan aset akan menghasilkan keuntungan
tau laba jika hrga jual aset lebih tinggi dari nilai buku
aset, sedangkan jika harga jual lebih rendah dari nilai
buku, maka menghasilkan kerugian.

Sumber Daya Alam


Aset tetap yang dimiliki beberapa perusahaan yaitu
berupa mineral, bijik besi, kayu, batu bara, atau sumber
daya alam lain. Dikarenakan sumber daya tersebut
ditanam maupun ditambang lalu diperjualkan, maka
separuh biayanya didebitkan pada akun beban. Prosedur
pengalihan biaya sumber daya pada akun beban yang
disebut dengan deplesi (depletion).
Penentuan deplesi yaitu:
Tahap 1. Menentukan tarif deplesi:
Biaya Sumber Daya
Tarif Deplesi =
Perkiraan Total Unit Sumber Daya
Tahap 2. Mengalihkan tarif deplesi dengan jumlah yang
diambil dari sumber daya selama periode
berjalan.
Beban deplesi = Tarif deplesi x Jumlah diambil

108
Aset Tak Berwujud
IAS 38 atau PSAK 19 dalam warren (2017) mengartikan
bahwa aset tak berwujud sebagai aset nonmoneter yang
identifikasinya tanpa wujud atau bentuk. Untuk
mendapatkan pengakuan sebagai aset tak berwujud, aset
perlu memenuhi kondisi dimana bisa teridentifikasi,
dikendalikan, serta memiliki kegunaan ekonomi masa
depan. Aset tak berwujud perusahaan berkemungkinan
besar mendapatkan kegunaan ekonomis masa depan dari
aset tersebut dan biaya perolehan aset tesebut bisa
dihitung secara kredibel. Contoh aset tak berwujud yaitu
hak paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill. Aset
tak berwujud biasa dipergunakan dalam aktivitas
operasional perusahaan serta tidak diruntukan untuk
dijual. Akuntansi untuk aset tak berwujud serupa dengan
akuntansi aset tetap yaitu:
1. Penentuan biaya awal
2. Penentuan amortisasi (amortization), dimanan total
biaya dialihkan ke beban
3. Amortisasi dihasilkan dari berjalananya masa
penurunan penggunaan aset tak berwujud.

Hak Paten
Suatu entitas mendapatkan hak ekslusif dalam
memproduksi serta menjual produk dengan satu atau
lebih karakteristik yang unik. Hak ini merupakan hak
paten (patent), yang diberikan pemerintah kepada
pencipta. Masa berlaku hak paten hingga masa kegunaan
20 tahun. Sebuah perusahaan bisa membeli hak paten
dari perusahaan lain atau bisa mendapatkan hak paten
yang dikembangkan oleh departemen penelitian dan
perluasannya.

109
Biaya awal membeli hak paten, mencangkup kompensasi
atas jasa yang terikat dengan mendebit akun aset. Biaya
tersebut dihilangkan atau diamortisasi selama taksiran
masa manfaat hak paten. Masa manfaat hak paten
mungkin lebih pendek dari sisa hukum paten. Perkiraan
masa penggunaan hak paten pula bisa berubah akibat
adanya perubahan teknologi atau minat konsumen.
Metode linier atau garis lurus biasa dipakai dalam
penentuan amortisasi hak paten. Pencatatan amortisasi
yaitu akun beban disisi debit dan akun hak paten disisi
kredit. Akun aset pertimbangan tersendiri umumnya tidak
dipakai pada aset tak berwujud.
Contoh diasumsikan bahwa perusahaan memperoleh hah
paten pada awal tahun fiskal senilai Rp150.000.000,
namun masa hak paten belum mau selesai dalam 14
tahun, sisa masa kegunaanya diestimasi tinggal 5 tahun.
Ayat jurnal penyesuaian dalam pencatatan amortisasi ini
yaitu:
31 Des Beban amortisasi-hak paten 30.000.000
Hak paten 30.000.000
(Mencatat amortisasi paten (Rp150.000.000/5))
Sebagian besar perusahaan mengekspansi hak paten
mereka melalui sebuah penelitian dan perluasan. Dalam
hal ini, setiap biaya penelitian dan perluasan umum
disajikan sebagai beban operasional pada periode
tersebut. Pengakuan biaya penelitian dan perluasan
diakui karena manfaat masa depan dari penelitian dan
perluasan sangat baik.

Hak Cipta dan Merek Dagang


Hak cipta (copyright) yaitu hak eksklusif dalam
mempublikasikan serta menjual karya tulis, bahan
analitis, atau komposisi musik. Hak cipta diberikan oleh
pemerintah dan berlaku selama 70 tahun setelah

110
kematian pengaranganya. Biaya hak cipta termasuk biaya
penuh untuk membuat sebuah karya ditambah dengan
biaya administrasi guna memperoleh hak tersebut. Hak
cipta yang diperoleh dari pihak ketiga perlu ditulis sesuai
harga belinya. Hak cipta diamortisasi selama masa
kegunaanya.
Merek dagang (trademark) merupakan nama, simbol, atau
istilah yang dipakai dalam mengidentifikasi suatu entitas
dan produknya. Sebagian besar entitas mengidentifikasi
merek dagang mereka dengan menggunakan sebuah
tanda dalam iklan dan produknya.

Goodwill
Goodwill berfokus di aset tak berwujud yang dihasilkan
dari beberapa faktor yang dapat menguntungkan
perusahaan yaitu lokasi, kualitas produk, nama baik, dan
keterampilan manajerial. Goodwill dapat berkemungkinan
meningkatkan perkembangan investasi sebuah
perusahaan yang biasanya melebihi tingkat normal.
Standar Akuntansi Indonesiaa(PSAK) dalam warren (2017)
mengizinkan goodwill dicantumkan di akun, apabila
suatu transaksi dapat ditentukan secara objektif.
Contohnya adalah membeli sebuah perusahaan dengan
harga di atas aset neto (aset – liabilitas) yang didapatkan.
Kelebihan tersebut diakui sebagai goodwill dan disajikan
dalam aset tak berwujud. Goodwill tidak diamortisadi
seperti hak paten dan hak cipta, namun kerugian harus
dicatat jika prospek masa depan atas perusahaaan yang
diakuisisi menjadi lemah. Kerugian ini biasanya disajikan
pada laporan laba rugi sebagai bagian beban lain-lain.
Perbandingan aset tak berwujud

111
Aset tak Deskripsi Periode Beban Periodik
berwujud Amortisasi
Hak Hak eksklusif Estimasi Beban
Paten untuk memperoleh umur amortisasi
keuntungan atas manfaat
amortisasi
Hak Cipta Hak eksklusif Estimasi Beban
untuk memeroleh masa amorisasi
keuntungan dari manfaat
sastra, arstistik, tidak
atau komposisi melebihi
musik masa legal
Merek Hak eksklusif Tidak ada Rugi penurunan
Dagang unyuk nilai jika wajar
menggunakan kurang dari nilai
nama, istilah, atau tercatat (nilai
simbol yang
diturunkan)
Goodwill Kelebihan harga Tidak ada Rugi penurunan
pembelian bisnis nilai jika wajar
atas nilai wajar kurang dari nilai
aset (aset – tercatat (nilai
liabilitas) yang
diturunkan)

Pelaporan Keuangan untuk Aset Tetap dan Aset tak


Berwujud
Pada laporan keuangan total biaya penyusutan, biaya
amortisasi, serta kerugian penurunan nilai pada suatu
periode perlu disampaikan tersendiri atau diungkapkan
pada pembukuan atas laporan keuangan. Gambaran
umum tentang metode yang dipakai untuk menghitung
penyusutan harus disediakan. Di laporan posisi
keuangan, setiap kategori aset tetap perlu disajikan pada
laporan posisi keuangan atau pembukuan atas laporan
keuangan. Pengungkapan akumulasi penyusutan wajib
dilakukan, baik sesuai kategori atau keseluruhan. Aset
tetap bisa diungkapkan sebesar nilai buku yang mana
harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutanya
disebut nilai neto. Apabila beberapa kategori aset tetap,
angka tunggal bisa diungkapkan pada laporan posisi

112
keuangan, yang didukung dengan catatan daftar terpisah
dan dilaporkan dibawah judul yang lebih deskriptif. Aset
tak berwujud umum disajikan terpisah mengikuti aset
tetap didalam laporan posisi keuangan. Saldo tiap
kategori aset tak berwujud harus diungkapkan setelah
dikurangi amortisasi.

Analisis dan Interpretasi Keuangan: Rasio Perputaran


Aset Tetap
Rasio perputaran aset merupakan ukuran efesiensi aset
tetap untuk menghasilkan pendapatan. Perhitungan
dalam rasio perputaran aset tetap (fixed asset turnover
ratio) yaitu mengukurrtotal penerimaan dari penjualan
yang dihasilkan dari nilai nominal aset tetap. Rumus
perputaran aset tetap yaituu:
Penjualan
Rasio Perputaran Aset Tetap =
Rata − rata Nila Buku Aset Tetap

113
Daftar Pustaka
Dewan Standar Akuntansi Indonesia. (2020). Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 16 Tentang Aset
Tetap. Aset Tetap, 16(revisi), 1–35.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. 19(19).
Kusuma, E. R. H. (2022). Analisis Perlakuan Aset Tetap
Rumah Sakit Umum Daerah (Studi Empiris Pada
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA). Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis, 10(1), 158–164.
Nur Sahara, Y. P., & Wahyuningsih, S. D. (2017).
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Terhadap Laporan
Keuangan Berdasarkan Sak Etap. Jurnal Penelitian
Teori & Terapan Akuntansi (PETA), 2(2), 51–75.
https://doi.org/10.51289/peta.v2i2.310
Nurjanah, M. M. dan Y. (2019). Analisis Perlakuan
Akuntansi Atas Perolehan Dan Penyusutan Aset Tetap
Dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan. 7(3).
Palandeng, R. A. N., Morasa, J., & Lambey, dan R. (2022).
Evaluasi Penerapan PSAP No. 7 Akuntansi Aset Tetap
pada Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Minahasa. Jurnal LPPM Bidang
EkoSosBudKum (Ekonomi, Sosial, Budaya, Dan
Hukum), 6(1), 29–36.
Pontoh, E., Morasa, J., & Budiarso, N. (2016). Evaluasi
Penerapan Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva
Tetap Berdasarkan Psak No.16 Tahun 2011 Pada PT
Nichindo Manado Suisan. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(3), 68–
77.

114
Rahmawati, A., Dewi, K., Nugraheni, A. P., & Tidar, U.
(2020). The management of assets/regional owned
goods in labor department of Magelang city. Jurnal
Ilmiah MEA, 4(3), 761–776.
Warren, Carl S.,dkk. (2017). Pengantar Akuntansi 1
Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

115
Profil Penulis
Sri Retnoningsih, S.E., M.Ak.
Penulis biasa dipanggil Retno terlahir di Pati
pada tahun 1991. Penulis telah menempuh
pendidikan sarjana (S1) akuntansi di
Universitas Wahid Hasyim dan magister (S2)
akuntansi di Universitas Diponegoro. Saat ini sedang
mengajar pada program studi akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wahid Hasyim,
Semarang.
Penulis memiliki konsentrasi keilmuan akuntansi di
bidang keuangan. Disaat berada dibangku perkuliahan
memilih akuntansi keuangan. Penelitian yang dilakukan
sejak 2019 sampai sekarang berkaitan dengan ilmu
keuangan. Penulis telah menyelesaikan beberapa karya
tulis ditahun 2022 berupa buku ajar antaralain
Matematika Ekonomi dan Bank dan Lembaga Keuangan
Email Penulis: sri_retnoningsih@unwahas.ac.id

116
8
AKUNTANSI LIABILITAS
DAN EKUITAS

Septony B. Siahaan, S.E., M.Si. Ak., CA., CPA.


Universitas Methodist Indonesia

Definisi Liabilitas
Liabilitas dapat dipandang sebagai aset, namun
keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari cara
perusahaan beroperasi. Istilah yang satu ini mengacu
pada dukungan finansial yang ditujukan untuk menjaga
kelancaran produksi dan operasi. Nama lain untuk
tanggung jawab adalah kesalahan utama. Hitungan sering
disamakan dengan uang. Perusahaan terpaksa membayar
utangnya kepada pihak lain. Pemangku kepentingan
meliputi bank, koperasi, perusahaan lain dan lembaga
keuangan. Namun, dalam istilah akuntansi, biaya sering
disebut sebagai akrual. Oleh karena itu, perusahaan yang
stagnan atau tidak berkembang didorong untuk berutang.
Tujuannya agar bisnis berkembang dengan baik dan
produksinya meningkat.
Liabilitas adalah kewajiban jangka pendek perusahaan
yang timbul dari peristiwa masa lalu (Schroeder et al.,
2020). Diharapkan dengan melakukan pembayaran
tersebut akan menghasilkan arus keluar sumber daya
perusahaan untuk mewujudkan keuntungan finansial.
Sebagaimana dipahami di atas, pembayaran secara
sederhana didefinisikan sebagai kewajiban yang harus

117
dibayarkan perusahaan kepada pihak lain untuk
mendapatkan nilai finansial.
Dalam akuntansi, pembayaran merupakan bagian dari
persamaan dasar akuntansi, yaitu: Aset = Kewajiban +
Ekuitas. Pada saat yang sama, kewajiban berdasarkan
Kerangka Dasar Pengukuran dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDP2LK) adalah kewajiban entitas saat ini
yang timbul dari peristiwa masa lalu dan pembayarannya
diharapkan mengakibatkan arus kas keluar dari entitas
tersebut. aset keuangan. Keuntungan.

Jenis-Jenis Liabilitas
Liabilitas terbagi menjadi dua jenis yaitu Liabilitas
Jangka Panjang (Long Term Liability) dan Liabilitas
Jangka Pendek (Short Term Liability). Kemudian apa
yang membedakan keduanya? Berikut akan dibahas
mengenai perbedaan antara Liabilitas Jangka Panjang
(Long Term Liability) dan Liabilitas Jangka Pendek
(Short Term Liability) sebagai berikut:
1. Liabilitas Jangka Panjang (Long Term Liability)
Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban yang
harus dibayar oleh perusahaan, tetapi jangka
waktunya lebih dari satu tahun. Jenis liabilitas
jangka panjang merupakan liabilitas yang sifatnya
berlangsung dalam periode yang panjang.
Umumnya, masa periode lebih dari satu tahun.
Pembayaran kewajiban ini pun lebih santai karena
tuntutannya lebih ringan. Beberapa contoh
kewajiban jangka panjang adalah utang obligasi,
karena sebagian besar utang obligasi adalah utang
jangka panjang. Selain itu contoh lain dari liabilitas
jangka panjang yaitu utang yang berbentuk
hipotek, pinjaman dana tunai, dan utang kredit
bank dalam waktu jangka panjang.

118
2. Liabilitas Jangka Pendek (Short Term Liability)
Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban yang
perlu dibayar dalam jangka waktu singkat yakni
satu tahun dan tidak boleh lebih (Warren et al.,
2018). Jenis liabilitas ini juga sering disebut
sebagai liabilitas lancar. Jenis liabilitas jangka
panjang merupakan liabilitas yang sifatnya
berlangsung dalam periode yang panjang.
Umumnya, masa periode lebih dari satu tahun.
Pembayaran kewajiban ini pun lebih santai karena
tuntutannya lebih ringan. Sejumlah contoh
liabilitas jangka pendek meliputi utang dividen,
utang biaya, pajak penjualan, tagihan listrik, gaji
karyawan setiap bulan, dan lain sebagainya.
Macam-macam liabilitas dapat dilihat dari akun atau
posnya. Ada beberapa contoh aset liabilitas
berdasarkan cerminan investasinya, antara lain
sebagai berikut:
1. Utang Bunga
Utang bunga merupakan pos yang sifatnya wajib
atau pasiva. Utang bunga merupakan bagian yang
harus dibayarkan kepada nasabah, baik sesudah
jatuh tempo maupun sebelumnya. Bunga akrual
berlaku untuk sebelum jatuh tempo, sementara
utang bunga untuk yang sudah jatuh tempo.
2. Utang Tagihan
Tagihan merupakan bentuk kewajiban yang harus
dibayarkan oleh perusahaan. Tagihan biasanya ada
karena pemakaian fasilitas atau jasa layanan.
Tagihan mencakup bunga, denda, hingga biaya
administrasi. Semua bagian ini masuk ke dalam
pokok aset operasional.

119
3. Utang Hipotek
Hipotek memiliki arti bahwa perusahaan
melakukan kredit dengan menaruh dasar jaminan
yang agunannya berupa benda tidak bergerak.
Dalam perjanjiannya, hipotek terkait dengan hak
kreditur untuk memindahkan tagihan kepada
pihak ketiga yang telah ditunjuk.
4. Utang Pajak Penghasilan
Karyawan yang bekerja di bawah sebuah badan
usaha atau perusahaan tidak membayar pajaknya
sendiri. Utang ini harus dibayarkan sekitar 12
bulan ke depan atau selama setahun. Laporan
utang ini harus tercantum dalam kewajiban lancar
pada laporan posisi keuangan perusahaan.
5. Utang Obligasi
Obligasi merupakan salah satu bentuk surat utang
yang penerbitannya dilakukan oleh penerbit
obligasi kepada para pemegangnya. Obligasi masuk
ke dalam liabilitas jangka panjang. Jika
perusahaan memiliki utang obligasi, maka harus
membayar pokok utang pada waktu tempo.
6. Kewajiban Kontijensi
Kewajiban ini dapat bersifat abstrak karena
memprediksi potensi yang terjadi di masa depan
perusahaan. Terdapat beberapa bagian yang
termasuk ke dalam kewajiban kontijensi,
contohnya: wesel bayar, pajak hingga utang gaji.
Kewajiban ini juga dapat menimbulkan gugatan di
masa depan. Perselisihan yang menyangkut
kewajiban kontijensi dapat merusak operasional
badan usaha. Oleh sebab itu, ada baiknya
perusahaan melakukan persiapan dengan
menaruh dana cadangan pada pos kontijensi.

120
Karakteristik Liabilitas
Menurut International Financial Reporting Standard
(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 57
Tahun 2021), liabilitas (kewajiban) memiliki sejumlah
karakteristik yaitu antara lain:
1. Kewajiban adalah hasil dari transaksi di masa lalu
yang menimbulkan tanggung jawab.
2. Kewajiban merupakan bentuk pinjaman dari
perorangan atau lembaga yang diperuntukkan
sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan.
3. Kewajiban harus diselesaikan dengan cara
mentransfer sejumlah aset, baik berupa layanan
ataupun berbagai hal lainnya.
4. Kewajiban memiliki konsekuensi dan kebijakan, di
mana salah satu pihak tidak dapat menyelesaikan
tugasnya.

Cara Menganalisis Liabilitas


Munculnya liabilitas dalam suatu perusahaan dapat
dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan finansial di dalam
perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, mencatat liabilitas
harus dilakukan secara rinci dan terstruktur,
penjelasannya berikut ini:
1. Rasio Liabilitas Terhadap Ekuitas
Rasio utang terhadap ekuitas atau Debt to Equity Ratio
(DER) ini mengukur liabilitas jangka pendek dan
liabilitas jangka panjang terhadap akun ekuitas
pemilik. Jika rasio lebih dari 40-50 persen utang
terhadap ekuitas berarti pemilik bisnis harus
melakukan pengurangan liabilitas.
Sebagai contoh: Jika saldo ekuitas adalah Rp
240.000.000 dan total liabilitas (total liabilitas jangka
panjang dan liabilitas jangka pendek) adalah

121
Rp150.000.000. Berarti rasio mencapai 60 persen.
Bisnis apapun ini, harus mengurangi liabilitasnya.
2. Rasio Liabilitas Terhadap Aset
Rasio liabilitas terhadap aset mengukur persentase
total liabilitas (baik liabilitas jangka panjang dan
liabilitas jangka pendek) terhadap total aset bisnis
(Siringoringo et al., 2022) dan (Kholis et al., 2021).
Perusahaan harus memiliki cukup aset untuk di jual
untuk melunasi liabilitas atau utang bisnis, jika
diperlukan. Rasio liabilitas terhadap aset harus
kurang dari 50 persen karena beberapa aset tidak
dapat di jual sesuai nilainya seperti yang tercatat
dalam laporan posisi keuangan. Jika total
keseluruhan utang bisa ditutupi oleh total aset usaha,
maka besar kemungkinan usaha kamu bisa terus
beroperasi.

Hubungan Antara Liabilitas dan Leverage


Konsep dari leverage bisnis mengacu pada bagaimana
bisnis tersebut memperoleh aset baru. Jika aset diperoleh
dengan meminjam maka akan menambah liabilitas. Dan
semakin banyak pinjaman maka semakin banyak pula
leverage bisnis. Beberapa kewajiban memang sangat baik
untuk bisnis. Karena leverage sendiri dapat
meningkatkan aset dan harus mendapatkan atau
mempertahankan pelanggan. Hal ini juga berlaku untuk
semua model bisnis. Misalnya, sebuah restoran
mendapatkan terlalu banyak pelanggan dalam satu
ruang. Kondisi tersebut justru akan membatasi
perkembangan restoran itu sendiri. Maka jika restoran
meminjam untuk ekspansi (menggunakan leverage),
restoran bisa melayani lebih banyak pelanggan sehingga
pendapatannya juga akan meningkat.

122
Definisi Ekuitas
Ekuitas memiliki definisi yang berbeda dengan liabilitas.
Meskipun keduanya sering kali dihubungkan, namun
definisinya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Ekuitas merupakan bagian uang yang nantinya akan
dikembalikan ke pemilik usaha atau investor ketika utang
sudah lunas (Schroeder et al., 2020). Nilai ekuitas
seringkali menjadi acuan sebuah bisnis selain melihat
contoh aset liabilitas dan ekuitas. Pasalnya, nilai tersebut
akan mempengaruhi tingkat kesehatan sebuah bisnis.
Catatan perusahaan juga bisa diwakilkan dengan
menggunakan ekuitas dari pemilik maupun investor
saham. Ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset
perusahaan setelah dikurangi liabilitas (kewajiban) dalam
laporan posisi keuangan (Martani et al., 2019). Ekuitas
juga diartikan sebagai modal atau kekayaan entitas
bisnis, di hitung dengan jumlah aset dikurangi dengan
liabilitas.
Ekuitas = Aset - Liabilitas
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of
ownership yang memiliki arti sebagai kekayaan bersih
perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 21 Tahun 2021, Ekuitas
merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu
selisih antara aset dan kewajiban yang ada, dan dengan
demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi
pemilik dan hasil usaha perusahaan.
Ekuitas akan mengalami pengurangan terutama dengan
adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik,
pembagian keuntungan atau karena kerugian. Ekuitas
terdiri atas setoran pemilik yang sering kali disebut modal
atau simpanan pokok anggota untuk badan hukum
koperasi, saldo laba, dan unsur lainnya. Tujuan ekuitas

123
sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan yang harus
dilaporkan sehingga dapat memberikan informasi
mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai
dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang
berlaku.

Jenis-Jenis Ekuitas
Ekuitas perusahaan terdiri dari ekuitas pemilik dan
ekuitas pemegang saham, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik menandakan seberapa besarnya
seorang pemilik memiliki bisnis tersebut. Hanya saja,
ekuitas pemilik biasanya berhubungan dengan bisnis
yang berskala kecil. Perhitungannya adalah dengan
cara mengurangi jumlah kewajiban yang harus
dibayarkan. Ekuitas pemilik adalah besarnya
kepemilikan seorang pemilik atas bisnis terkait.
Ekuitas pemilik biasanya berlaku untuk bisnis kecil.
Perhitungan ekuitas pemilik serupa dengan ekuitas
pemegang saham, yaitu besarnya aset dikurangi
dengan nilai kewajiban bisnis tersebut.
2. Ekuitas Pemergang Saham
Ekuitas pemegang saham adalah jumlah nilai aset
yang diberikan kepada para pemegang saham suatu
perusahaan, setelah dikurangi dengan utang-utang
atau kewajiban lainnya. Ekuitas yang satu ini
menyangkut kepemilikan para pemegang saham.
Ekuitas yang satu ini setara dengan nilai yang sudah
dikurangi dengan daftar utang dan berbagai
kewajiban perusahaan lainnya.
Nilai ekuitas perusahaan mencerminkan nilai buku
perusahaan. Nilai ini merupakan salah satu faktor yang
menentukan harga saham perusahaan. Namun, tidak

124
jarang ditemukan harga saham yang lebih tinggi dari nilai
ekuitas per saham perusahaan. Kenaikan harga saham
menunjukkan bahwa investor percaya bahwa perusahaan
memiliki prospek yang baik di masa depan. Dalam
menjalankan bisnis, sangat penting bagi seorang
pengusaha untuk memahami dasar-dasar ekuitas
perusahaan. Dengan begitu dapat mengetahui berapa
nilai saham dan aset tanpa utang dan kewajiban yang
menunjukkan sehat atau tidaknya perusahaan.

Konsep Pemeliharaan Ekuitas


Konsep pemeliharaan ekuitas dalam kerangka konseptual
terdiri dari konsep pemeliharan ekuitas keuangan dan
konsep pemeliharaan ekuitas fisik. Konsep pemeliharan
modal penting artinya dalam mengukur laba yang
diperoleh perusahaan. Laba adalah jumlah maksimum
yang dapat dikonsumsi oleh sebuah perusahaan dalam
suatu periode, namun kekayaan awal periode perusahaan
sama dengan kekayaan akhir periode perusahaan. Oleh
karena itu laba adalah kelebihan setelah posisi awal
dipelihara.
Untuk mengilustrasikan konsep pemeliharaan modal,
misalkan PT ABC membeli persediaan pada 1 Januari
20XX sejumlah US$ 100,000 dan menjual persediaan
tersebut dengan tunai seharga US$ 150,000 pada akhir
tahun. Pada 31 Desember 20XX, persediaan yang sama
ternyata bernilai US$120.00. Untuk mengukur laba yang
diperoleh PT ABC maka, ekuitas awal harus dipelihara
(kekayaan awal periode sama dengan kekayaan akhir
periode).
Jika PT ABC hendak memelihara ekuitas keuangan maka
laba yang diperoleh adalah sebesar US$ 50,000 (US$
150,000 – US$ 100,000) karena perusahaan memilih
untuk menyisihkan US$ 100,000 untuk memelihara
kekayaan yang sama dengan awal periode. Jika PT ABC

125
hendak memelihara ekuitas fisik maka PT ABC harus
menyisihkan US$ 120,000 agar jumlah fisik persediaan
dapat dipertahankan sama dengan awal periode
(kekayaan perusahaan akhir periode sama dengan
kekayaan awal periode) sehingga laba yang diperoleh
adalah sebesar US$ 30,000 (US$ 150,000 – US$ 120,000).

Elemen-Elemen Ekuitas
Berikut yang termasuk elemen-elemen ekuitas suatu
entitas atau perusahaan, antara lain sebagai berikut:
1. Modal Disetor
Modal disetor merupakan jumlah uang yang disetor
oleh pemilik atau pemegang saham. Modal disetor
dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu modal saham dan
agio/disagio saham (additional paid-in capital).
2. Modal Sumbangan
Modal sumbangan merupakan modal yang diperoleh
perusahaan karena memperoleh aset yang berasal
dari sumbangan.
3. Laba Tidak Dibagikan (Retained Earning)
Laba tidak dibagi atau saldo laba ditahan adalah
kumpulan laba dari tahun-tahun sebelumnya yang
tidak dibagi sebagai dividen.
4. Modal Penilaian Kembali
Modal penilaian kembali adalah selisih nilai buku
lama dengan nilai buku baru.
5. Modal Lain-Lain
Modal lain-lain adalah modal dari cadangan
pelunasan obligasi dan lain sebagainya yang tidak
dikategorikan dalam empat kategori di atas.

126
Contoh Ekuitas
Berikut yang termasuk contoh ekuitas suatu entitas atau
perusahaan, antara lain sebagai berikut:
1. Saham Biasa
Saham biasa merupakan bagian dari ekuitas
perusahaan, mewakili modal atau investasi awal yang
disetor. Ekuitas ini memberikan pemilik atau
pemegang saham hak untuk memiliki aset tertentu.
Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab,
termasuk pemilihan direktur dan pejabat serta
perumusan kebijakan dan prosedur operasional
Perusahaan.
2. Saham Preferen
Berbeda dengan saham biasa, pemilik saham preferen
hanya memiliki sedikit kewajiban dan tidak memiliki
hak untuk memilih. Namun demikian, mereka
biasanya memiliki hak klaim atas aset dan
pendapatan perusahaan yang lebih dari hak
pemegang saham biasa.
3. Saham Treasury
Pos ekuitas bisnis yang lain adalah saham treasury.
Saham jenis ini digunakan untk membeli kembali
saham-saham dari pemegang saham biasa. Nilai
saham ini biasanya negatif dan direpresentasikan
dalam pembukuan sebagai pengurangan atas total
nilai ekuitas.
4. Tambahan Modal Disetor
Ekuitas bisnis jenis ini berasal dari tambahan
investasi atau modal yang disetorkan oleh para
pemegang saham, di luar nilai saham pokok mereka.
Pos ekuitas ini disebut juga kontribusi surplus, yang
biasanya jauh lebih tinggi dari pos-pos ekuitas

127
lainnya. Nilai ekuitas ini dapat berubah sesuai dengan
laba-rugi yang diperoleh perusahaan dari penjualan
saham.
5. Pendapatan Tersimpan
Saldo laba atau pendapatan yang disimpan
merupakan jumlah total pendapatan yang diperoleh
suatu bisnis, dikurangi seluruh dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham. Intinya,
pendapatan ini adalah pendapatan bersih yang
diperoleh oleh entitas bisnis dan tidak dibayarkan
kepada pemegang saham.

Letak Liabilitas dan Ekuitas pada Laporan Posisi


Keuangan
Berikut disajikan liabilitas dan ekuitas suatu entitas pada
laporan posisi keuangan:
PT ABC
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 20XX
AKTIVA PASSIVA

Aktiva Lancar: Liabilitas:

Kas xxx Liabilitas Jangka Pendek:

Surat berharga xxx Utang dagang xxx

Piutang dagang xxx Utang wesel xxx

Piutang wesel xxx Utang PPh xxx

Cad. Kerugian Piutang (xxx) Utang gaji xxx

Biaya dibyr dimuka xxx sewa diterima dimuka xxx

Perlengkapan xxx Total Liabilitas Jangka Pendek xxx

Persediaan xxx

Total Aktiva lancar xxx Liabilitas Jangka Panjang

Utang Obligasi xxx

Investasi jangka panjang xxx Utang wesel jangka panjang xxx

Total Kewajiban Jangka xxx

128
Panjang

Aktiva Tetap berwujud: Total Liabilitas

Peralatan xxx Ekuitas:

Bangunan xxx Modal saham xxx

Ak. Penyusutan (xxx) Agio saham xxx

Tanah xxx Laba ditahan xxx

Total Aktiva berwujud xxx Total Modal xxx

Aktiva tetap tidak


berwujud:
Paten xxx

Merek xxx

Total akt. tak berwujud xxx

Total Aktiva XXX Total Pasiva (Liabilitas + XXX


Ekuitas)

129
Daftar Pustaka
Kholis, A., Syaharman, S., Fadli, Z., & Simanjuntak, A.
(2021). Human Capital, Total Aset, Liabilities Dan
Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan. Financial:
Jurnal Akuntansi, 7(2), 238–245.
https://doi.org/10.37403/financial.v7i2.326
Martani, Dwi, et al. 2019. Akuntansi Keuangan Menengah
Berbasis PSAK. Edisi 2 Buku 1. Salemba Empat:
Jakarta.
Schroeder, Richard G., Clark, Myrtle W., & Cathey, Jack
M. (2020). Teori Akuntansi Keuangan: Teori dan
Kasus. Edisi 12. Salemba Empat: Jakarta.
Siringoringo, N. F., Simanjuntak, A., Panjaitan, R. Y., &
Rumapea, M. (2022). Pengaruh Account Receivable
Turnover, Debt To Asset Ratio, dan Divident Payout
Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan
Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2016-2020. Jurnal Manajemen,
8(1), 135–154.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
Warren, Carl S. (2018). Pengantar Akuntansi 1: Adaptasi
Indonesia. Edisi 4. Salemba Empat: Jakarta.

130
Profil Penulis
Septony B. Siahaan, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA.
Penulis lahir di P. Siantar 01 September 1971.
Penulis menyelesaikan Studi S1 - Sarjana
Ekonomi (S.E.) di Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara pada tahun 1998. Penulis
menyelesaikan studi S2 Program Magister (M.Si.) di
Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara pada
tahun 2008.
Penulis sebelum menjadi Dosen, pernah bekerja di
beberapa perusahaan menduduki posisi sebagai Internal
Audit dan juga Kepala Akuntansi dan perpajakan, juga
sampai saat bekerja sebagai Auditor pada Kantor Akuntan
Publik. Penulis juga aktif menjadi anggota Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dan Institute Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) dan mengikuti Seminar-seminar yang dilakukan
Asosiasi tersebut. Penulis memiliki kepakaran dibidang
Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan, dan
untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut, dan telah menerbitkannya di beberapa jurnal.
Penulis juga aktif memberikan pelatihan/inhouse training
dibidang Akuntansi dan perpajakan kepada
karyawan/staff perusahaan dan pelaku UMKM.
Email Penulis: valen250315@gmail.com

131
132
9
PENYUSUNAN LAPORAN
POSISI KEUANGAN

Murni Hayati, S.E., M.Si.


Akademi Akuntansi (AKTAN) “Boekittinggi”

Pengertian Laporan Posisi Keuangan


Laporan Posisi Keuangan (Financial Position Statement)
merupakan suatu laporan yang memberikan informasi
tentang harta (Assets), kewajiban (Liabilities) dan modal
(Equity) entitas dalam suatu periode akuntansi. Laporan
Posisi Keuangan adalah hasil atau output dari proses
akuntansi, yang sering juga disebut dengan siklus
akuntansi (Accounting Procces). Laporan posisi keuangan
memiliki tiga bagian yaitu aset, liabilitas dan ekuitas (IAI,
2015). Laporan posisi keuangan adalah laporan keuangan
suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode
akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan (aset,
liabilitas, dan ekuitas) dari suatu entitas pada akhir
periode (Refita, 2021). Laporan posisi keuangan
menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu (Kasmir, 2019).

Fungsi Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan mempunyai beberapa fungsi,
antara lain:

133
1. Untuk mengetahui jumlah harta (Assets), kewajiban
(Liabilities) dan modal (Equity) entitas dalam suatu
periode akuntansi
2. Alat analisis yang nantinya akan dijadikan sebagai
dasar dalam mengambil keputusan bagi pihak – pihak
yang berkepentingan dengan entitas
3. Alat analisis ratio keuangan seperti ratio likuiditas
dan solvabilitas.
4. Ratio likuiditas merupakan ratio yang menunjukkan
kemampuan entitas dalam melunasi kewajiban yang
segera jatuh tempo atau kewajiban jangka pendek.
Sedangkan ratio solvabilitas merupakan ratio yang
menunjukkan kemampuan entitas dalam melunasi
semua kewajiban baik kewajiban jangka pendek
maupun kewajiban jangka panjang. Dengan demikian
dapat diketahui kemampuan entitas dalam melunasi
kewajiban yang segera jatuh tempo atau kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang
Alat perbandingan posisi keuangan dari satu periode
ke periode lainnya (perbandingan horizontal). Dengan
demikian dapat diketahui perubahan posisi keuangan
dari satu periode ke periode berikutnya
5. Alat analisis untuk mengetahui perubahan posisi
keuangan secara berkala dari satu periode akuntansi
ke periode akuntansi berikutnya

Unsur – Unser Laporan Posisi Keuangan


Untuk memberikan ilustrasi yang jelas dan lebih mudah
dipahami, berikut ini disajikan unsur – unsur dari
kelompok perkiraan – perkiraan yang ada dalam Laporan
Posisi Keuangan (Financial Position Statement). Adapun
kelompok dari unsur – unsur tersebut sebagai berikut:

134
1. Bagian Aktiva.
a. Harta (Assets)
Harta (Assets) merupakan hak milik atas benda
.yang dimiliki oleh suatu entitas. Aset adalah
sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dimana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan (Fitria, 2013). Kelompok
harta (Assets) ini terdiri dari beberapa golongan,
yaitu:
1) Harta lancar (Current Assets).
Harta lancar yaitu uang tunai atau harta lain-
nya yang segera dapat ditukarkan dengan
uang. Harta ini sering juga disebut sebagai
kekayaan yang dimiliki entitas yang
mempunyai masa manfaat kurang dari satu
periode akuntansi.
Contoh:
a) Kas (Cash)
b) Surat – Surat berharga (Marketable
Securities)
c) Piutang Wesel (Notes Receivable)
d) Piutang Usaha/Dagang (Account
Receivable)
e) Persediaan Barang Dagang (Merchandise
Inventory)
f) Perlengkapan Kantor (Office Supplies)
g) Asuransi dibayar dimuka (Prepaid
Insurance)

135
2) Harta tetap (Non Current Asset)
Harta tetap yaitu harta yang mempunyai
wujud secara secara pisik dipakai dalam
kegiatan normal entitas yang masa
manfaatnya melebihi dari satu periode
akuntansi. Aset tetap adalah aset berwujud
yang diperoleh dengan kondisi siap pakai
maupun dibangun terlebih dahulu dan
dipakai dalam aktivitas operasi perusahaan,
tidak ditujukan dijual kembali dalam rangka
aktivitas normal perusahaan serta memiliki
manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku
(lebih dari satu periode) (IAI, 2014). Adapun
golongan dari Non Current Assets ini terdiri
atas
a) Investasi jangka panjang (Investment)
Investasi jangka panjang yaitu kekayaan
yang dimiliki oleh entitas dalam bentuk
surat-surat berharga (saham dan obligasi)
dalam jangka waktu panjang atau lebih
dari satu periode akuntansi dengan
tujuan untuk memperoleh penghasilan.
Contoh:
 Investasi dalam bentuk obligasi
(Investmen in Bond)
 Investasi dalam bentuk saham
(Investment in stock)
b) Aktiva tetap berwujud (Fixed Asset)
Aktiva tetap berwujud yaitu aktiva yang
dimiliki entitas yang mempunyai wujud
secara pisik dipakai dalam kegiatan
normal entitas yang masa manfaat
ekonomisnya lebih dari satu tahun atau

136
satu periode akuntansi. Aktiva ini di-
gunakan dalam rangka membantu
aktivitas entitas, aktiva ini bisa dilihat,
diraba dan dirasakan.
Contoh:
 Peralatan (Equipment)
 Mesin (Machine)
 Gedung (Building)
 Mobil Operasional (Operational Car)
 Tanah (Land)
c) Aktiva tetap tidak berwujud (Intangible
Assets).
Aktiva tetap tidak berwujud yaitu aktiva
yang dimiliki oleh entitas yang
mempunyai masa manfaat ekonomis lebih
dari satu tahun atau satu siklus
akuntansi, tetapi secara pisik tidak bisa
dilihat atau dirasakan.
Contoh:
 Hak patent (Patent)
 Hak Merk (Trade Merk)
 Hak Cipta (Copy Right)
 Goodwill
d) Aktiva lain-lain (others assets).
Aktiva lain-lain yaitu harta lainnya yang
dimiliki entitas dimana harta ini tidak
dapat dikategorikan dalam
kelompok-kelompok sebelumnya.
Contoh:
 Persekot yang dibayarkan (Advance to
Customer)

137
2. Bagian Pasiva
Bagian pasiva ini terdiri dari Kewajiban (Liabilities)
dan Modal (Capita/Equity).
a. Kewajiban (Liabilities).
Kewajiban (Liabilities) merupakan pengorbanan
sumber – sumber ekonomi dimasa yang akan
datang sebagai akibat adanya transaksi dimasa
lalu. Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang
timbul dari peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi (IAI, 2018).
Kelompok kewajiban (Liabilities) ini terdiri dari
beberapa golongan, yaitu:
1) Kewajiban Jangka Pendek (Current
Liabilities/Short Term Debt)
Kewajiban jangka pendek yaitu kewajiban
yang timbul akibat transaksi masa lalu
dimana pelunasannya dilakukan kurang dari
satu tahun atau satu periode akuntansi.
Kewajiban jangka pendek ini sering disebut
sebagai pengorbanan sumber-sumber
ekonomi dimasa yang akan datang sebagai
akibat adanya transaksi masa lalu yang
jangka waktu pelunasannya kurang dari satu
periode akuntansi.
Contoh:
a) Utang usaha/dagang (Account Payable)
b) Utang gaji (Salaries Payable)
c) Utang bunga (Interest Payable)
d) Utang Pajak (Tax Payable)

138
2) Kewajiban Jangka Panjang (Non Current
Liabilities/Long Term Debt)
Kewajiban jangka panjang yaitu kewajiban
yang timbul akibat transaksi masa lalu
dimana palunasannya dilakukan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun atau satu
periode akuntansi. Kewajiban jangka panjang
ini sering disebut sebagai pengorbanan
sumber-sumber ekonomi dimasa yang akan
datang sebagai akibat adanya transaksi masa
lalu yang jangka waktu pelunasannya
melebihi satu periode akuntansi.
Contoh:
a) Utang Bank (Bank Payable)
b) Utang Hipotik (Montgage Payable)
c) Kredit Investasi (Investment Credit)
d) Kredit Modal Kerja Permanen (Permanent
Working Capital Payable)
b. Modal (Equity)
Modal merupakan hak pemilik atau pemegang
saham atas Harta (Assets) yang dimiliki oleh
Entitas. Besarnya Modal yang dimiliki oleh
pemilik adalah sebesar Harta (Asset) setelah
dikurangi dengan Kewajiban (Liabilities).
Menurut Munawir dalam Naibaho dkk, pengertian
modal adalah hak yang dimiliki oleh perusahaan
yang terdapat pada sisi kanan laporan posisi
keuangan perusahaan yaitu pada pos modal
saham dan laba ditahan. Sedangkan modal terdiri
dari modal asing dan modal sendiri (Naibaho,
Topowijono and Azizah, 2015). Modal yang akan
dicantumkan dalam Laporan Posisi Keuangan

139
entitas tergantung dari bentuk hukum entitas
tersebut, untuk entitas perorangan misalnya
Modal Tuan A, entitas berbentuk Firma misalnya
Modal Tuan A, Tuan B, Tuan C dan seterusnya,
sedangkan untuk entitas berbentuk Perseroan
Terbatas terdiri dari saham biasa (Commond
Stock) dan saham istimewa (Preferrect Stock).

Penyusunan Laporan Posisi Keuangan


Dalam penyusunan Laporan Posisi Keuangan (Financial
Position Statement) ini, semua nilai nominal dari masing –
masing perkiraan Harta (Assets), Kewajiban (Liabilities)
dan Modal (Equity) bersumber dari hasil (output) proses
akuntansi (Accounting Procces), yang sering juga disebut
dengan Siklus Akuntansi. Siklus akuntansi merupakan
suatu proses atau tahap-tahap yang dilakukan dalam
menghasilkan informasi keuangan, mulai dari pencatatan
transaksi berdasarkan bukti transaksi ke dalam jurnal
dan memprosesnya lebih lanjut sehingga menghasilkan
Informasi Keuangan. Salah satu informasi keuangan yang
dihasilkan yaitu Laporan Posisi Keuangan (Financial
Position Statement)
Transaksi dimulai dari pencatatan transaksi berdasarkan
bukti transaksi (Transaction Evidence) ke dalam Jurnal
(Journal). Kemudian Jurnal di posting ke dalam Buku
Besar (General Ledger). Saldo perkiraan - perkiraan Buku
Besar diringkas atau disusun ke dalam suatu daftar yang
disebut dengan Neraca Saldo (Trial Balance). Setelah
menyusun Nerasa Saldo, saldo-saldo yang belum
menunjukkan jumlah atau nilai yang sebenarnya akan
disesuaikan dengan membuat suatu jurnal yang
dinamakan dengan Jurnal Penyesuaian (Adjusment
Journal). Setelah itu barulah disusun suatu daftar yang
dinamakan dengan Kertas Kerja (Worksheet). Dalam
Kertas Kerja tersebut, disesuaikanlah antara Neraca Saldo

140
dengan Jurnal Penyesuaian yang menghasilkan Neraca
Saldo disesuaikan (Adjusted Trial Balance). Berdasarkan
Neraca Saldo disesuaikan, perkiraan – perkiraan yang
bersifat Nominal (Nominal Account), yakni perkiraan
pendapatan (Revenue) dan beban – beban (Expenses)
dipindahkan ke dalam kolom Laba Rugi Komprehensif
(Comprehensuve Income Statement). Sedangkan
perkiraan-perkiraan yang bersifat Rill (Real Account),
yakni perkiraan-perkiraan Harta (Assets), perkiraan-
perkiraan Kewajiban (Liabilities) dan perkiraan Modal
(Equity) dipindahkan ke dalam kolom Laporan Posisi
Keuangan (Financial Position Statement) yang ada di dalam
Kertas Kerja.
Berdasarkan informasi dari Kertas Kerja tersebut,
khususnya kolom Laporan Posisi Keuangan, maka
disusunlah Laporan Posisi Keuangan (Financial Position
Statement).secara terstruktur sebagai berikut:
1. Harta (Assets) dicatat dibelahan atau bagian Aktiva
disusun sedemikian rupa, dengan ketentuan:
a. Terlebih dahulu dicatat Harta Lancar (Current
Assets). Harta lancar dicatat dengan ketentuan
yang paling cair didahulukan, misalnya dicatat
terlebih Kas (Cash) kemudian Surat- surat
Berharga (Marketable Securities), Piutang Wesel
(Notes Receivable) Piutang Usaha/Dagang
(Account Receivable), setelah itu Persediaan
Barang Dagang (Merchandise Inventory) dan
seterusnya.
b. Kemudian baru dicatat Harta Tetap (Non Current
Assets), dengan ketentuan yang paling keras
dicatat paling akhir (kemudian), misalnya dicatat
terlebih dahulu Investasi Jangka Panjang
(Investment in Bond, Investmenr in Stock) dan
seterusnya kemudian baru di catat Aktiva Tetap

141
Berwujud (Fixed Assets) seperti Peralatan
(Equipment), Mesin (Machine), Gedung (Building),
Mobil Operasional (Operational Car), Tanah (Land)
dan seterusnya.
c. Setelah itu baru dicatat harta tetap tidak
berwujud (Intangible Assets) seperti Hak patent
(Patent), Hak Merk (Trade Merk) dan sebagainya.
2. Kewajiban (Liabilities) dan Modal (Equity) dicatat
dibelahan atau bagian Pasiva disusun sedemikian
rupa, dengan ketentuan:
a. Terlebih dahulu dicatat Utang Jangka Pendek
(Current Liabilities). Utang jangka pendek ini
dicatat dengan ketentuan mana yang paling
segera harus dibayar dicatat terlebih dahulu,
misalnya dicatat terlebih dahulu Utang
usaha/dagang (Account Payable), kemudian
Utang gaji (Salaries Payable), setelah itu Utang
bunga (Interest Payable), Utang Pajak (Tax
Payable) dan seterusnya.
b. Kemudian baru dicatat Utung Jangka Panjang
(Non Current Liabilities), dengan ketentuan mana
yang lama jangka waktu pembayarannya dicatat
paling akhir, misalnya dicatat terlebih dahulu
Utang Bank (Bank Payable), kemudian Utang
Hipotik (Montgage Payable), setelah itu Kredit
Investasi (Investment Credit), Kredit Modal Kerja
Permanen (Permanent Working Capital Payable)
dan seterusnya.
c. Setelah selesai mencatat seluruh kewajiban baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang
barulah dicatat kelompok modal (Equity).

142
Bentuk Laporan Posisi Keuangan
Bentuk Laporan Posisi Keuangan (Financial Position
Statement), terdiri atas:
1. Bentuk Skontro (Account Form)
2. Bentuk Staffel (Report Form)
Laporan Posisi Keuangan Bentuk Skontro
(Account Form)
Laporan Posisi Keuangan bentuk Skontro merupakan
suatu daftar atau informasi mengenai harta (Assets),
Kewajiban (Liabilities) dan Modal (Equity) Entitas dalam
satu periode akuntansi, yang terdiri 2 (dua) belahan atau
bagian.
Bagian sebelah kiri dari daftar tersebut dinamakan
belahan Aktiva dan bagian sebelah kanan dinamakan
belahan Pasiva.
Berikut ini diberikan contoh Laporan Posisi Keuangan
dalam bentuk Skontro:
PD. EVNIA JAYA
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Per 31 Desember 20XA

143
Laporan Posisi Keuangan Bentuk Staffel (Report Form)
Laporan Posisi Keuangan bentuk Staffel merupakan suatu
daftar atau informasi mengenai harta (Assets), Kewajiban
(Liabilities) dan Modal (Equity) Entitas dalam satu periode
akuntansi, penyajiannya dari atas ke bawah berbentuk
report yakni aktiva (Assets) di bagian atas dan pasiva
yakni kewajiban dan modal (Liabilities & Equity) di bagian
bawah. Laporan yang disusun vertikal atau dari atas ke
bawah. Laporan ini umumnya menempatkan aset pada
kolom bagian atas sementara liabilitas dan ekuitas berada
di kolom bawahnya. Secara imajiner, setiap kolom akan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterangan nama di
bagian kiri dan keterangan harga di bagian kanan
(Winasis, 2021).
Berikut ini diberikan contoh Laporan Posisi Keungan
dalam bentuk Staffel (Report Form):

144
145
Daftar Pustaka
Fitria. (2013). ‘Definisi Asset’, Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
IAI. (2014). ‘PSAK 16 Aset Tetap’, in Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan.
IAI. (2015). ‘PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan’, in
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Dewan
Standar Akuntansi Keuangan.
IAI. (2018). ‘PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan’, in
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Dewan
Standar Akuntansi Keuangan.
Kasmir. (2019). Analisis Laporan Keuangan. revisi cet.
Depok: Rajawali Pers.
Naibaho, A., Topowijono and Azizah, D.F. (2015).
‘PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN
PENJUALAN, STRUKTUR AKTIVA DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi
Kasus pada Perusahaan Property and Real Estate
yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013)’, Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 28(1), p. No. 1. Available
at: administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id.
Refita. (2021). Pengertian Laporan Posisi Keuangan
Beserta Fungsi dan Unsurnya, Finata Blog. Available
at: https://finata.id/laporan-posisi-keuangan/#t-
1625129459394 (Accessed: 15 January 2023).
Winasis, B. (2021). Laporan Neraca : Bentuk, Cara
Menyusun, dan Membacanya, Modal Rakyat. Available
at: https://www.modalrakyat.id/blog/laporan-
neraca-adalah (Accessed: 15 January 2023).

146
Profil Penulis
Murni Hayati, S.E., M.Si.
Penulis merupakan alumni SMA – 1
Landbauw Bukittinggi, yang kemudian
melanjutkan Pendidikan Tinggi DIII
Akuntansi pada Akademi Akuntansi
Indonesia Padang, pendidikan S1 jurusan
Akuntansi pada Universitas Ekasakti Padang dan
menyelesaikan pendidikan S2 jurusan Akuntansi
Keuangan Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang.
Penulis mempunyai pengalaman kerja dalam berbagai
bidang, dimulai dari staff akuntan pada Kantor Akuntan
Publik Hendri Lathief Padang, Karyawati Bank Nasional -
Bank Nusa Nasional Cabang Bukittinggi, Manager KPRI
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dan pengalaman
bekerja diberbagai perusahaan sebagai Head Accounting.
Penulis memulai karirnya sebagai seorang dosen pada
tahun 2005 pada Yayasan Pengembangan Ilmu dan
Teknologi Bukittinggi di Akademi Akuntansi (AKTAN)
“Boekittinggi”. Untuk mewujudkan karirnya sebagai
dosen profesional, penulis pun berperan aktif sebagai
peneliti dibidang kepakarannya dan telah menghasilkan
karya ilmiah yang dipublikasikan baik tingkat nasional
maupun internasional. Penulis juga menulis buku dan
pengabdian kepada masyarakat yang pada umumnya
sebagai nara sumber di berbagai instansi pemerintah dan
auditor di KUMKM dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Email Penulis: mhayatise@gmail.com

147
148
10
PENYUSUNAN LAPORAN LABA
RUGI DAN PENGHASILAN
KOMPREHENSIF LAIN

Muhammad Isa Alamsyahbana, S.E., M.Ak.


STIE Pembangunan Tanjungpinang

Pengertian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan


Komprehensif Lain (Statement of Comprehensif
Income)
Istilah laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif
Lain mulai digunakan sejak diberlakukannya PSAK 1
dalam rangka konvergensi dengan IFRS, yang merupakan
adopsi dari IAS 1 Presentation of Financial Statement.
PSAK 1 memperkenalkan laporan laba rugi komprehensif
yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai
kinerja entitas yang menimbulkan perubahan pada
jumlah ekuitas entitas, yang bukan berasal dari transaksi
dengan atau kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, misalnya setoran modal atau pembagian deviden.
Laba rugi komprehensif (Kartikahadi et al., 2019) terdiri
dari:
1. Laba rugi: memberikan informasi mengenai
pendapatan, beban dan laba rugi suatu entitas selama
priode tertentu. Laporan ini memberikan informasi
mengenai hasil bersih entitas, sama dengan jumlah
laba bersih yang dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi
yang selama ini dikenal.

149
2. Penghasilan komprehensif lainnya: atau biasa disebut
OCI (Other comprehensif income) berisi pos-pos
pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laba
rugi. Komponen penghasilan komprehensif lainnya
diantaranya:
a. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan
aset tidak berwujud, karena entitas menggunakan
metode revaluasi untuk satu atau lebih, kelompok
aset tetapnya dan aset tak berwujud sebagaimana
diatur dalam PSAK 16 Aset Tetap dan PSAK 19
Aset Tak Berwujud.
b. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program
manfaat pasti, sebagaimana diatur dalam PSAK
24 Imbalan Kerja.
c. Kuntungan dan kerugian yang timbul dari
penjabaran laporan keuangan, sebagaimana
diatur dalam PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs
Valuta Asing
d. Keuntungan dan kerugian pengukuran kembali
aset keuangan yang dikategorikan sebagai
tersedia untuk dijual, sebagaimana diatur dalam
PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengukuran dan
Pengakuan
e. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian
instrumen lindung nilai dalam rangka lindung
nilai arus kas, sebagaimana dalam PSAK 55
Instrumen Keuangan: Pengukuran dan Pengakuan.
Penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk
jumlah penghasilan komprehensif lain dalam priode
tahun berjalan, diklasifikasikan berdasarkan sifat dan
dikelompokkan sesuai dengan SAK yang mengatur
mengenai kondisi jika pendapatan komprohensif lain:

150
1. Tidak akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi
2. Akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi ketika
kondisi tertentu terpenuhi

Tujuan dan Kegunaan Laporan Laba Rugi dan


Penghasilan Komprehensif Lain
Tujuan penyusunan laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain adalah untuk memberikan informasi
tentang kinerja keuangan entitas selama suatu priode
usaha tertentu, yaitu laba rugi, komposisi dan rincian
penghasilan (pendapatan dan keuntungan) dan beban
serta pendapatan komprehensif lain yang berguna untuk
menghitung atau menganalisis profitabilitas, efisiensi,
pengembalian investasi (return on investment), laba per
saham (earnings per share), serta ramalan tentang
kemampuan arus kas entitas tersebut.
Kegunaan laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain dapat disimpulkan terutama untuk hal-
hal sebagai berikut:
1. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan kinerja
entitas selama suatu priode usaha tertentu
2. Memberikan informasi penting sebagai acuan
penyusunan rencana akan datang
3. Mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dimasa
depan

Keterbatasan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan


Komprehensif Lain
Suatu entitas ketika didirikan tentunya dengan harapan
akan selalu adam artinya mampu bertahan dan
berkembang untuk waktu yang tidak terbatas. Salah satu
asumsi dasar yang mendasari penyusunan laporan
keuangan berdasarkan SAK adalah keberlangsungan
usaha (going concern), yaitu diasumsikan entitas akan

151
berusaha terus dalam waktu yang tidak terbatas.
Sedangkan evaluasi atas kinerja perusahaan tentunya
tidak mungkin ditunggu sampai entitas tersebut berhenti
berusaha atau dilikuidasi, baru dilakukan perhitungan
dan pelaporan tentang kinerja. Untuk mengevaluasi
kinerja entitas secara berkala, maka perlu disusun
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya.
Lazimnya disusun laporan tahunan, dan untuk
memenuhi kebutuhan informasi yang lebih mutahir
sering kali juga disusun laporan interim, yaitu tengah
tahunan, triwulan dan bulanan.
Penentuan batas (cut-off) dalam perhitungan pendapatan
dan beban untuk dilaporkan pada suatu laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain adalah sangat penting
agar laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
dapat menyajikan informasi secara akurat dan tidak
menyesatkan. Laporan keuangan yang disusun
berdasarkan SAK untuk tujuan umum mengandung
beberapa keterbatasan yang perlu dipahami oleh
pengguna laporan, diantaranya:
1. Beberapa konsep dasar yang mendasari penyusunan
SAK membawa dampak perhitungan laba rugi atau
kurang dapat mencerminkan keadaan sebenarnya.
Penggunaan biaya historis dalam perhitungan harga
pokok penjualan dalam keadaan fluktuasi harga atau
tingkat inflasi yang cukup signifikan, dapat
mengakibatkan hasil perhitungan laba rugi menjadi
kurang mencerminkan kenyataan sebenarnya. Hal
tersebut terutama dapat terjadi bila perputaran
persediaan barang dagang dan bahan baku agak
lambat.
2. Perhitungan dan pelaporan akuntansi banyak
menggunakan asumsi dan estimasi yang kadang-
kadang belum tentu tepat. Seperti perhitungan beban
penyusunan aset tetap didasarkan atas asumsi,

152
antara lain umur teknis dan ekonomis aset. Misalnya
suatu usaha industri yang semula menaksir umur
teknis dan ekonomis seperangkat mesin adalah 10
tahun, mungkin saja dalam waktu lima tahun sudah
tidak produktif lagi secara teknis dan ekonomis. Hal
ini dapat terjadi karena taksiran semula salah,
perawatan yang kurang baik sehingga memperpendek
umur teknis, perkembangan teknologi atau
perubahan selera konsumen yang berpengaruh
terhadap umur ekonomis taksiran maupun sebab-
sebab lainnya.
3. Untuk industri tertentu, perhitungan dan pelaporan
penghasilan dan pendapatan juga harus dilakukan
berdasarkan asumsi dan taksiran. Penentuan asumsi
dan pemelihan metode taksiran jelas sangat
berdampak atas hasil perhitungan laba rugi. Sebagai
contoh, untuk penjualan cicilan, pekerjaan kontruksi,
dan lainnya.
4. Beberapa unsur yang tidak dapat ditaksir dengan
andal kepastiannya sering kali luput diperhitungan
atau disajikan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain.
5. Laporan Keuangan adalah sekedar cerminan masa
lalu. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan
SAK yang berlaku umum dalam rangka
pertanggungjawaban manajemen kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders) adalah laporan
tentang masa yang telah lalu. Semakin lama jarak
waktu penggunaan dan semakin dinamis perubahan
keadaan, maka akan semakin kurang daya guna
untuk perencanaan.

153
Komponen Laba Rugi
Komponen Laporan Laba Rugi pada dasarnya disusun
berdasarkan:
1. Penghasilan (income), meliputi pendapatan (revenues)
dan keuntungan (gains). Agar lebih jelas, berikut
definisi untuk setiap bagiannya, yaitu:
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat
ekonomik selama periode pelaporan dalam bentuk
arus kas masuk atau kenaikan aset, atau
penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
b. Pendapatan (revenue) adalah penghasilan yang
timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
normal, yang dikenal dengan berbagai sebutan
seperti penjualan, imbalan, bunga, deviden, royalti
dan sewa.
c. Keuntungan (gains) mencerminkan pos lain yang
memenuhi definisi penghasilan namun tidak
termasuk dalam kategori pendapatan, misalnya
keuntungan dari pelepasan aset.
2. Beban (expense), adalah penurunan manfaat
ekonomik selama priode pelaporan dalam bentuk arus
kas keluar atau penurunan aset, atau kenaikan
liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak disebabkan oleh distribusi kepada
penanam modal. Kemudian beban mencakup:
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang normal meliputi, misalnya beban
pokok penjualan, upah dan penyusutan.
b. Kerugian, mencerminkan pos lain yang memenuhi
definisi beban namun tidak termasuk dalam
kategori beban yang timbul dari pelaksanaan
aktivitas entitas yang normal, misalnya kerugian
dari pelepasan aset.

154
Komponen Penghasilan Komprehensif Lain
Adapun komponen penghasilan komprehensif lainnya,
yaitu:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan
aset tak berwujud, karena entitas menggunakan
metode revaluasi untuk satu atau lebih kelompok aset
tetapnya dan aset tak berwujudm sebagaimana diatur
dalam PSAK 16 Aset Tetap dan PSAK 19 Aset Tak
Berwujud
2. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program
manfaat pasti, sebagaimana diatur dalam PSAK 24
Imbalan Kerja
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari
penjabaran laporan keuangan, sebagaimana diatur
dalam PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta
Asing
4. Keuntungan dan kerugian pengukuran kembali aset
keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk
dijual, sebagaimana diatur dalam PSAK 55 Instrumen
Keuangan: Pengukuran dan Pengakuan
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian
instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai
arus kas, sebagaimana diatur dalam PSAK 55
Instrumen Keuangan: Pengukuran dan Pengakuan

Penyajian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan


Komprehensif Lain dalam Satu Laporan
Menurut peraturan Bapepam dan LK VIII.G.7 mewajibkan
emiten atau perusahaan Publik untuk menyajikan
seluruh pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu
priode dalam satu laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Dengan demikian bagi emiten atau
entitas publik, tidak terdapat pilihan untuk menyajikan

155
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
dalam bentuk dua laporan.
Ilustrasi 1. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain
(Bentuk Satu Laporan)
PT Akuntansi Keuangan
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
untuk Priode yang berakhir 31 Desember 2022 dan 2021

156
Jumlah yang disajikan sebagai laba (rugi) periode berjalan
(AAA dan BBB) harus sama dengan jumlah laba rugi yang
diatribusikan. Demikian juga jumlah laba rugi
komprehensif (CCC dan DDD) harus sama dengan jumlah
laba rugi komprehensif yang diatribusikan.
PSAK 1 menyebutkan informasi minimun yang harus
dicakup dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain. Sementara Peraturan Bapepam dan LK
VIII.G.7 juga memberikan komponen laporan laba rugi
dan penghasilan komprehensif lain yang harus disajikan
secara tersendiri. Berikut adalah informasi minimum yang
harus dicakup dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain berdasarkan ketentuan PSAK 1:
1. Pendapatan
2. Biaya keuangan
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura
bersama yang dicatat dengan menggunakan metode
ekuitas
4. Beban pajak
5. Jumlah tunggal untuk total operasi yang dihentikan
(lihat PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dikuasai untuk
Dijual dan Operasi yang Diberhentikan).
Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-
pos untuk jumlah selama periode:
1. Pos-pos penghasilan komprehensif lain (selain jumlah
dalam paragraf (2), yang diklasifikasikan berdasarkan
sifat dan dikelompokkan sesuai dengan SAK:
a. Tidak ada diklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi
b. Akan direklasifikasi lebih lanjut ketika kondisi
tertentu terpenuhi

157
2. Bagian penghasilan komprehensif lain atas entitas
asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
menggunakan metode ekuitas, dipisahkan ke dalam
bagian pos berdasarkan SAK.
a. Tidak ada diklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi
b. Akan direklasifikasi lebih lanjut ketika kondisi
tertentu terpenuhi

Penyajian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan


Komprehensif Lain dalam Dua Laporan
Jika entitas menyajikan laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif dalam bentuk dua laporan,
maka laporannya terdiri dari:
1. Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang menunjukkan
komponen laba rugi.
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif
lain, yaitu laporan yang dimulai dengan saldo laba
rugi hasil perhitungan dari Laporan Laba Rugi (butir
1 diatas) dan dilanjutkan dengan komponen
pendapatan komprehensif lain yang tidak diakui
dalam laba rugi sebagaimana disyaratkan oleh SAK
lainnya.
Ilustrasi 2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain
(Bentuk Dua Laporan)

158
PT Akuntansi Keuangan
Laporan Laba Rugi Konsolidasian
untuk Priode yang berakhir 31 Desember 2022 dan 2021

PT Akuntansi Keuangan
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain Konsolidasian
untuk Priode yang berakhir 31 Desember 2022 dan 2021

159
Faktor-Faktor Penentu Penyajian Penghasilan dan
Beban
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penentuan unsur dan penyajian penghasilan dan beban
dalam suatu laporan laba rugi antara lain:
1. Materialitas, yaitu seberapa besar suatu unsur
dibandingkan dengan total penghasilan, beban atau
laba rugi. Apakah relevan untuk pengguna laporan
dalam pengambilan keputusan. Keuntungan atau
kerugian selisih kurs valuta asing dalam jumlah
signifikan yang terjadi disuatu perusahaan yang
posisi keuangan dan kegiatan operasinya sarat valuta
asing (misalnya PT Garuda Indonesia, Tbk), maka
tentu harus dilaporkan sebagai unsur utama laporan
laba rugi. Tetapi jika keuntungan atau kerugian valas
atas USD 1000 yang ada di kas kecil suatu
perusahaan taksi, tentunya cukup dilaporkan sebagai
keuntungan dan kerugian lain-lain.
2. Sifat penghasilan atau beban, yaitu apakah suatu
penghasilan merupakan sumber pendapatan pokok
agtau hanya merupakan keuntungan sampingan atau
yang terjadi sekali-sekali, tentunya sangat
menentukan cara penyajiannya. Misalnya pendapatan
bungan dalam laporan laba rugi suatu bank akan
disajikan berbeda dengan pendapatan bunga dari
simpanan deposito berjangka pada suatu laporan laba
rugi perusahaan manufaktur. Bahan baku, beban
tenaga kerja dan beban penyusutan adalah beberapa
unsur beban yang harus dilaporkan dalam laporan
laba rugi suatu perusahaan manufaktur, karena
unsur beban tersebut merupakan informasi yang
relevan untuk menilai kinerja maupun menyusun
rencana kerja ke depan bagi suatu perusahaan
manufaktur.

160
3. Fungsi beban, yaitu sesuai dengan sifat usaha dan
susunan organisasi dan operasi suatu entitas. Beban
perlu dilaporkan sesuai fungsi terkait agar laporan
laba rugi mampu menyajikan informasi yang relevan.
Harga pokok penjualan barang atau jasa, beban
penjualan, beban administrasi dan umum dan beban
pembelanjaan adalah beberapa kelompok beban
sesuai fungsi yang lazimnya disajikan dalam laporan
laba rugi perusahaan perdagangan barang atau jasa.

Informasi Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensi


Lain dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
Suatu penghasilan atau beban lain-lain diluar usaha
pokok, bila cukup material harus disajikan secara khusus
tersendiri. Hal-hal yang menimbulkan laba rugi lain-lain
yang perlu diungkapkan secara khusus, yaitu:
1. Penurunan nilai persediaan sesuai nilai realisasi neto
atau penyesuaian nilai tanah, bangunan, dan
peralatan dengan jumlah yang dapat dipulihkan
(recoverable amount) serta pembalikan atas
penurunan nilai tersebut.
2. Restrukturisasi kegiatan usaha serta penyesuaian
kembali atas penyisihan beban restrukturisasi
3. Pelepasan tanah, bangunan atau peralatan
4. Pelepasan penyertaan
5. Penghentian usaha
6. Penyelesaian tuntutan hukum
7. Pembalikan suatu penyisihan (reversals of provisions)
8. Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan
terkait dengan sikap komponen dari penghasilan
komprehensif lain, termasuk reklasifikasi, baik dalam
laporan penghasilan komprehensif atau catatan atas
laporan keuangan.

161
9. Entitas mengungkapkan penyesuaian reklasifikasi
yang terkait dengan komponen penghasilan
komprehensif lain
10. Entitas mengungkapkan dalam laporan laba rugi atau
dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah deviden
per saham yang diumumkan

162
Daftar Pustaka
Kartikahadi, H. et al. (2019) Akuntansi Keuangan
Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Ketiga. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia.
PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri
Peraturan Bapepam dan LK No. VIII.G.7 Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik

163
Profil Penulis
Muhammad Isa Alamsyahbana, S.E., M.Ak.
Ketertarikan penulis terhadap riset
akuntansi dimulai pada tahun 2011 silam.
Hal tersebut membuat penulis memilih
untuk masuk ke Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Pembangunan
Tanjungpinang dengan jurusan Akuntansi. Penulis
memulai pendidikan DIII Akuntansi sejak tahun 2011 dan
lulus pada tahun 2014 yang kemudian dilanjutkan
dengan studi S1 Akuntansi di tempat yang sama yakni di
STIE Pembangunan Tanjungpinang dan lulus pada tahun
2017. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan Pasca
Sarjana dan berhasil menyelesaikan studi S2 Akuntansi
pada Universitas Batam (UNIBA) pada tahun 2019.
Penulis memiliki kepakaran dibidang Akuntansi
Keuangan, meliputi topik seputar Akuntansi Perbankan,
Pasar Modal, Komputer Akuntansi, Analisa Laporan
Keuangan dan Akuntansi EMKM. Dan untuk
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya tersebut.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan didanai oleh
internal perguruan tinggi. Selain peneliti, penulis juga
aktif menulis buku dengan harapan dapat memberikan
kontribusi positif bagi bangsa dan negara yang sangat
tercinta ini. Atas dedikasi dan kerja keras dalam menulis
buku.
Email Penulis: albanapengusahamuda@gmail.com

164
11
PENYUSUNAN ARUS KAS

Duma Rahel Situmorang, S.E., M.Si.


Universitas Methodist Indonesia

Laporan Arus Kas


Definisi laporan arus kas adalah laporan yang
memberikan informasi tentang pendapatan dan
pengeluaran perusahaan untuk periode waktu tertentu.
Laporan ini, juga dikenal sebagai laporan arus kas,
merupakan elemen penting yang tujuannya untuk
memberikan informasi tentang posisi keuangan
perusahaan selama periode target. Laporan ini memuat
informasi tentang jumlah uang yang diterima, seperti:
Penerimaan rekening dan investasi kas pemilik, jumlah
kas yang dikeluarkan perusahaan, pengeluaran yang
dibayarkan atau dikeluarkan, dan pembayaran utang.
Total operasi juga disebut sebagai arus kas atau cash flow
(Martani et al., 2019).
Untuk laporan ini, pertama-tama kami menyusun laporan
posisi keuangan berdasarkan informasi dari laporan laba
rugi periode berjalan dan informasi laporan posisi
keuangan periode sebelumnya. Laporan ini
memungkinkan kita untuk dengan mudah membuat
laporan arus kas ini. Laporan arus kas menunjukkan
bagaimana perubahan aliran kas suatu perusahaan
antara aliran masuk dengan aliran keluar. Tujuan laporan
arus kas adalah memberikan informasi yang relevan

165
mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu
perusahaan selama suatu periode tertentu.
Perusahaan barang ataupun jasa membutuhkan laporan
ini. Untuk dua jenis perusahaan tersebut ada tiga
komponen yang harus ada untuk membuat laporan, yaitu
arus kas operasional, arus kas investasi, dan arus kas
pendanaan atau pembiayaan. Dengan membuat laporan
ini, perusahaan bisa mengevaluasi aktiva (aset) bersih
perusahaan, struktur keuangan, dan kemampuan
memengaruhi jumlah serta waktu arus kas. Tujuannya
mengadaptasi perubahan keadaan dan peluang yang
dimiliki perusahaan. Berikut ini penjelasan tentang ketiga
komponen tersebut, antara lain sebagai berikut (Kieso, et
al., 2017):
1. Arus Kas Operasi
Jenis laporan yang pertama ini diartikan sebagai arus
kas yang terkait langsung dengan operasional
perusahaan pada periode tertentu. Biasanya yang
termasuk arus kas operasional adalah penerimaan
kas dari konsumen atau pendapatan piutang. Selain
itu yang termasuk dalam arus kas operasional adalah
pembayaran utang, pembayaran biaya pegawai seperti
gaji dan asuransi, penerimaan bunga, pembayaran
pajak, dan pengeluaran lain yang masih relevan
dengan aktivitas dalam klasifikasi tersebut.
Mencakup pengaruh atas kas dari transaksi yang
masuk ke dalam penentuan laba bersih.
Aliran Masuk:
a. Beban penyusutan;
b. Amortisasi aktiva tidak berwujud;
c. Penurunan piutang, persediaan, biaya yang masih
harus dibayar;

166
d. Kenaikan utang dagang dan utang yang masih
harus dibayar;
e. Kenaikan utang pajak dan pendapatan;
f. Amortisasi diskonto atas obligasi;
g. Kerugian penjualan investasi atas saham biasa;
h. Kerugian penjualan aktiva tetap;
i. Kerugian selisih nilai kurs.
Aliran Masuk:
a. Kenaikan piutang, persediaan, biaya yang masih
harus dibayar;
b. Penurunan utang dagang dan utang yang masih
harus dibayar;
c. Penurunan utang pajak dan pendapatan;
d. Amortisasi premium atas obligasi;
e. Laba penjualan investasi atas saham biasa;
f. Laba penjualan aktiva tetap;
g. Keuntungan selisih nilai kurs.
2. Arus Kas Investasi
Arus kas klasifikasi kedua ini diartikan sebagai
laporan aliran kas masuk dan keluar terkait dengan
aktivitas investasi perusahaan pada periode tertentu.
Arus kas ini kebalikan dari arus kas pendanaan, di
mana perusahaan justru mengeluarkan anggaran
untuk meningkatkan pendapatan. Beberapa aktivitas
yang tergabung dalam arus kas investasi antara lain
pembelian dan penjualan aset tetap, penyertaan
saham (investasi), dan bentuk investasi lain yang
berpotensi memberikan keuntungan bagi perusahaan
di masa mendatang (Situmorang & Simanjuntak,
2019). Mencakup pengadaan dan penerimaan utang

167
serta perolehan dan disposisi investasi (baik Utang
dan ekuitas) serta kekayaan, pabrik, dan peralatan.
Aliran Masuk:
a. Penjualan aktiva tetap;
b. Penjualan investasi jangka panjang.
Aliran Keluar:
a. Pembelian aktiva tetap;
b. Pembelian investasi jangka panjang.
3. Arus Kas Pendanaan
Arus kas ketiga ini diartikan sebagai laporan yang
terkait dengan aktivitas pembiayaan perusahaan,
yaitu pengurangan dan penambahan modal pada
periode tertentu. Arus kas pembiayaan ini bukan
berarti aliran dana keluar untuk membiayai suatu
kegiatan usaha, melainkan aliran dana masuk.
Contoh paling mudah dari kegiatan pembiayaan yang
masuk kategori arus kas ini antara lain pendanaan
atau pembiayaan dari pinjaman bank, penerbitan
obligasi atau surat utang, penerbitan saham melalui
penawaran umum saham perdana atau Initial Public
Offering (IPO), penerbitan saham baru melalui Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), dan
aktivitas lainnya. Dari beberapa contoh di atas, kita
mendapatkan satu benang merah kesamaan, yaitu
perusahaan mendapatkan pendanaan, tetapi
sekaligus beban untuk mengembalikan pinjaman
bank, membagikan dividen dari penerbitan saham,
dan membayar kupon bunga dari penerbitan surat
utang. Melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas
pemilik dan mencakup perolehan modal dari pemilik
dan kompensasinya kepada pemilik dengan
pengembalian atas dan dari investasi mereka serta

168
pinjaman uang dari creditor dan pembayaran kembali
Utang yang dipinjam.
Aliran Masuk:
a. Penerbitan utang obligasi;
b. Penerbitan saham biasa.
Aliran Keluar:
a. Penebusan atau pembelian kembali utang
obligasi;
b. Penebusan atau pembelian kembali saham;
c. Pembayaran dividen.
Catatan
a. Dalam penyusunan laporan arus kas laba ditahan
tidak berpengaruh.
b. Pada metode langsung beban penyusutan akan
dikeluarkan karena secara otomasi beroperasi
atau tidak beroperasi perusahaan kalau
penyusutan untuk aktiva tetap akan dibebankan.
Alias dipakai atau tidak dipakai aktiva tersebut
akan secara otomatis menyusut.
c. Namun pada metode tidak langsung akan
ditunjukkan adanya beban penyusutan karena
pada metode tersebut hanya melakukan
penyesuaian saja.
Tabel 9.1. Komponen Aktivitas Aliran Arus Kas
Aktivitas Penerimaan Kas Pengeluaran Kas
Penjualan produk Pembelian barang dagang
Pendapatan lain-lain Pembayaran tenaga kerja
Beban overhead
Aktivitas
Beban pemasaran
Operasi
Beban administrasi
Pembayaran beban lain-
lain

169
Penjualan Pembelian bangunan
bangunan Pembelian mesin
Aktivitas Penjualan mesin Pembelian kendaraan
Investasi Penjualan Pembeian tanah
kendaraan
Penjualan tanah
Aktivitas Penerbitan saham Pembayaran dividen
Pendanaan Penerbitan obligasi Pelunasan obligasi
Cara mudah melakukan laporan arus kas berdasarkan
pengelompokan sumber penerimaan dan pengeluaran kas
pada sebuah perusahaan. Berikut ini adalah format
umum laporan arus kas pada sebuah perusahaan dengan
data sebagai berikut:
(Penurunan) bersih dalam kas/setara kas xxx
Saldo Kas yang berasal dari atau digunakan
untuk:
> Aktivitas Operasi xxx
> Aktivitas Investasi xxx
> Aktivitas Pembiayaan xxx
Kenaikan Awal Tahun xxx
Saldo kas akhir tahun xxx

Metode yang digunakan dalam membuat laporan ini ada


dua, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
Sebelum masuk ke metode masing-masing, kita sudah
harus memiliki laporan laba-rugi periode berjalan dan
laporan posisi keuangan periode yang sedang berjalan
dengan neraca periode tahun sebelumnya sesuai
penjelasan sebelumnya. Meski berbeda metode, hasil
akhir yaitu selisih di tiap pos harus nol atau mendekati.
Dengan begitu, artinya kita tidak melakukan kesalahan
penghitungan dan memasukkan informasi atau data yang
salah ke pos yang ada dalam laporan tersebut.

170
Metode-metode dalam penyusunan laporan arus kas:
1. Metode Langsung: Aliran Biaya dan Pendapatan
Metode pertama ini menyajikan laporan dalam tiga
kelompok penerimaan dan pengeluaran kas, yaitu
operasional, investasi dan pendanaan/pembiayaan.
Tiga kelompok ini telah disebutkan dalam
komponennya. Artinya, jika kita membuat laporan
arus kas dengan metode langsung maka perlu ada tiga
komponen tersebut selain laporan laba-rugi periode
berjalan serta laporan posisi keuangan periode tahun
sebelumnya dengan laporan posisi keuangan periode
berjalan. Keuntungan menerapkan laporan dengan
metode langsung adalah informasi sumber dana serta
penggunaan kas yang langsung terlihat. Arus kas
yang telah digolongkan ke dalam berbagai kategori
juga lebih mudah dipahami. Namun ada kekurangan
dari cara ini yaitu sulit mencari data terkait laporan.
Biayanya pun tidak murah. Kesimpulan dari metode
ini adalah laporannya disusun berdasarkan buku kas
atau bank sehingga tiap transaksi yang dicatat
digolongkan menjadi tiga.
2. Metode Tidak Langsung: Melakukan Penyesuaian
Pada metode kedua ini arus kas dari kegiatan
operasional ditentukan dengan cara mengoreksi
berbagai macam transaksi dari penerimaan dan
pembayaran kas untuk operasional perusahaan dari
masa lalu dan masa depan. Unsur penghasilan dan
beban yang berkaitan dengan arus kas investasi
seperti biaya penyusutan juga ikut dikoreksi.
Keuntungan metode penyajian laporan tidak langsung
ini adalah data yang lebih terpusat pada perbedaan
antara laba bersih dan arus kas dari kegiatan
operasional perusahaan. Selain itu, kita akan
mendapatkan hubungan atau keterkaitan antara

171
laporan laba-rugi, neraca, dan laporan arus kas.
Kesimpulan dari laporan ini adalah penyusunannya
sangat dipengaruhi data dari laporan keuangan
perusahaan. Selain itu tidak membutuhkan
penggolongan setiap transaksi kas karena berpatokan
pada penggolongan aktivitas transaksi di laporan
keuangan tersebut.

Format Laporan Arus Kas Metode Langsung

PT GLOBAL PRIMA
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang berakhir 31
Desember 20xx
(dalam rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan
operasi:
Ditambah:
Kas atas penjualan (penerimaan dari xxx
pelanggan)
Dikurangi:
Kas atas pembelian persediaan xxx
Kas atas biaya operasi xxx
Kas atas biaya bunga xxx
Kas atas pembayaran pajak xxx (xxx)
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi xxx
Aliran kas yang berasal dari kegiatan
investasi:
Ditambah:
Kas masuk yang berasal dari penjualan xxx
investasi
Dikurangi:
Kas keluar untuk membeli peralatan (xxx)
Aliran kas bersih dari aktivitas xxx
investasi
Aliran kas dari kegiatan pembiayaan:

172
Ditambah:
Kas yang diterima dari penjualan xxx
saham
Dikurangi:
Kas untuk membayar deviden xxx
Kas untuk membayar utang obligasi xxx (xxx)
Aliran kas masuk bersih dari kegiatan xxx
pembiayaan:
Kenaikan aliran kas xxx
Saldo kas pada awal tahun xxx
Saldo kas pada akhir tahun xxx

Contoh Soal
PT Global Inti menyajikan laporan posisi keuangan
untuk 2 tahun yaitu 2020 dan 2021 dan juga
menyajikan laporan laba rugi untuk tahun 2021.
Dengan data sebagai berikut:
Keterangan 2020 2021 Perubahan
Kas 40.000 50.000 (Naik) 10.000
Piutang 50.000 60.000 (Naik) 10.000
Persediaan 80.000 60.000 (Turun) 20.000
Aktiva Tetap 70.000 100.000 (Naik) 30.000
Akumulasi (10.000) (15.000) (Naik) 5.000
penyusutan
Investasi Jangka 50.000 70.000 (Naik) 20.000
Panjang
280.000 325.000
Utang Dagang 20.000 15.000 (Turun) 5.000
Utang Biaya 30.000 35.000 (Naik) 5.000
Utang Obligasi 90.000 70.000 (Turun) 20.000
Modal Saham 120.000 180.000 (Naik) 60.000
Laba Ditahan 20.000 25.000 5.000
280.000 325.000

173
PT Global Inti
Laporan Laba Rugi
untuk Tahun yang Berakhir 2021
Penjualan 100.000
Harga pokok penjualan (35.000)
Laba Kotor 65.000
Biaya Operasional:
Biaya Penjualan 15.000
Biaya Administrasi 25.000
Biaya Penyusutan 5.000
Total Biaya Operasional (45.000)
Laba bersih sebelum 20.000
pajak

Informasi
Selama tahun 2021 dilakukan pembayaran dividen
sebesar 15.000
Diminta:
1. Susunlah laporan arus kas berdasarkan metode
langsung.
2. Susunlah laporan arus kas berdasarkan metode
tidak langsung.
Penyelesaian:
Metode Langsung
PT Global Inti
Laporan Arus
Kas
Untuk tahun
yang berakhir
2021
Aktivitas Operasi:
Aliran Masuk:
Penjualan 100.000
Kenaikan Piutang -
10.000
Total aliran masuk 90.000

174
Aliran Keluar:
1. Pembelian Tunai
(pemabayaran ke
supplies)
Harga Pokok Penjualan 35.000
Penurunan persediaan (20.000)
Total Pembelian 15.000
Penurunan utang 5.000
dagang
Total Pembelian tunai 20.000
2. Biaya Operasi:
Biaya Penjualan 15.000
Biaya administrasi 25.000
Total biaya 40.000
Kenaikan utang biaya (5.000)
Total biaya operasi 35.000
Total aliran Keluar (55.000)
Aliran Kas Masuk 35.000
aktivitas operasi

Aktivitas Investasi:
Kenaikan aktiva tetap (30.000)
Kenaikan investasi (20.000)
jangka panjang
Aliran kas keluar (50.000)
aktivitas investasi

Aktivitas Pendanaan:
Penurunan Utang (20.000)
obligasi
Kenaikan modal saham 60.000
Pembayaran deviden (15.000)
Aliran kas masuk 25.000
aktivitas pendanaan
Aliran Arus Kas Masuk 10.000
Saldo awal kas 40.000
Saldo kas akhir 50.000

175
Metode tidak Langsung
PT Global
Inti
Laporan
Arus Kas
Untuk tahun yang berakhir 2021
Aktivitas Operasi:
Laba bersih 20.000
Penyesuaian bersumber dari Neraca:

Kenaikan Piutang (10.000)

Penurunan Persediaan 20.000


Penurunan utang dagang (5.000)

Kenaikan utang biaya 5.000


Biaya penyusutan 5.000

Total penyesuaian 15.000

Aliran kas masuk aktivitas Operasi 35.000

Aktivitas Investasi:
Kenaikan aktiva tetap (30.000)

Kenaikan investasi jangka panjang (20.000)

Aliran kas keluar aktivitas investasi (50.000)

Aktivitas Pendanaan:
Penurunan Utang obligasi (20.000)

Kenaikan modal saham 60.000

Pembayaran deviden (15.000)

Aliran kas masuk aktivitas pendanaan 25.000

Aliran Arus Kas Masuk 10.000


Saldo awal kas 40.000

Saldo kas akhir 50.000

176
Catatan:
1. Pada aktivitas Operasi yang diperhitungkan adalah
aliran aktiva lancar dan utang lancar serta
komponen dalam laporan laba rugi dan laporan
posisi keuangan.
2. Pada aktivitas Investasi yang diperhitungkan
adalah aktiva tetap dan investasi jangka panjang
dalam laporan posisi keuangan.
3. Pada aktivitas Pendanaan yang diperhitungkan
adalah penerimaan penerbitan saham dan utang
jangka panjang dalam laporan posisi keuangan.

Soal Latihan 1
Susunlah laporan arus kas untuk PT ABC pada tahun
2021, dengan data Laporan Posisi Keuangan
perbandingan dan laba rugi disajikan sebagai berikut:
PT ABC
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 20
Keterangan 2020 2021 Keterangan 2020 2021
Kas 30.000.000 30.000.00 Utang dagang 15.000.000 30.000.000
0
Piutang 30.000.000 20.000.00 Utang biaya 25.000.000 20.000.000
0
Biaya dibyr dimuka 20.000.000 35.000.00 Utang pajak 10.000.000 15.000.000
0
Persediaan 25.000.000 20.000.00 Utang obligasi 40.000.000 50.000.000
0
Investasi jangka pjg 40.000.000 75.000.00
0
Aktiva tetap 50.000.000 40.000.00 Modal saham 85.000.000 70.000.000
0
Ak. Penyusutan - -15.000.000 Laba Ditahan 10.000.000 20.000.000
10.000.000
Total Aktiva 185.000.000 205.000.000 T.Passiva 185.000.000 205.000.000

177
PT ABC
Laporan Laba Rugi
untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2019
Penjualan 120.000.000
Harga Pokok Penjualan 40.000.000
Laba kotor 80.000.000
Biaya Penjualan 20.000.000
Biaya Administrasi 15.000.000
Biaya Penyusutan 5.000.000
Total biaya (40.000.000)
Laba operasi sebelum 40.000.000
pajak
Biaya pajak 12.000.000
Laba bersih 28.000.000

Informasi Tambahan:
Diketahui bahwa selama tahun 2021, dilakukan
pembayaran dividen sebesar Rp 18.000.000,-
Diminta:
Susunlah laporan arus kas dengan metode Langsung
dan Metode Tidak Langsung

Soal Latihan 2
Susunlah laporan arus kas untuk PT ABC pada tahun
2021, dengan data Laporan Posisi Keuangan
perbandingan dan laba rugi disajikan sebagai berikut:
PT ABC
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2021
Keterangan 2020 2021 Keterangan 2020 2021
Kas 20.000.000 15.000.000 Utang dagang 10.000.000 10.000.000
Piutang 25.000.000 20.000.000 Utang biaya 10.000.000 15.000.000
Persediaan 15.000.000 25.000.000
Utang obligasi 30.000.000 35.000.000
Investasi jangka pjg 20.000.000 15.000.000
Aktiva tetap 25.000.000 30.000.000 Modal saham 45.000.000 30.000.000
Ak. Penyusutan -5.000.000 -10.000.000 Laba Ditahan 5.000.000 5.000.000
Total Aktiva 100.000.000 95.000.000 T.Passiva 100.000.000 95.000.000

178
PT ABC
Laporan Laba Rugi
untuk tahun yang berakhir 2021
Penjualan 65,000,000
Harga pokok penjualan (15,000,000)
Laba Kotor 50,000,000
Biaya Operasional:
Biaya Penjualan 15,000,000
Biaya Administrasi 20,000,000
Biaya Penyusutan 5,000,000
Total Biaya (40,000,000)
Operasional
Laba bersih sebelum 10,000,000
pajak

Informasi Tambahan:
Diketahui bahwa selama tahun 2021, dilakukan
pembayaran dividen sebesar Rp 10.000.000,-
Diminta:
Susunlah laporan arus kas dengan metode Langsung dan
Metode Tidak Langsung.

179
Daftar Pustaka
Kieso, Donald E., et al. (2017). Akuntansi Keuangan
Menengah (Intermediate Accounting): Edisi IFRS.
Volume 1. Salemba Empat: Jakarta.
Martani, Dwi, et al. (2019). Akuntansi Keuangan
Menengah Berbasis PSAK. Edisi 2 Buku 1. Salemba
Empat: Jakarta.
Situmorang, C. V., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh
Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. JURNAL AKUNTANSI DAN
BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 5(2), 160.
https://doi.org/10.31289/jab.v5i2.2694

180
Profil Penulis
Duma Rahel Situmorang, S.E., M.Si.
Penulis lahir di Lubuk Pakam 11 Juni 1988.
Penulis menyelesaikan Studi S1 - Sarjana
Ekonomi (S.E.) di Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Methodist
Indonesia Medan pada tahun 2010. Penulis
menyelesaikan studi S2 Program Magister
(M.Si.) di Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara pada
tahun 2013. Penulis memiliki konsentrasi dibidang
Akuntansi Keuangan. Beberapa penelitian telah
dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi. Selain
aktif melakukan penelitian, penulis juga menulis buku
lain berjudul Praktikum Pengantar Akuntansi dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa
dan negara terutama di bidang pendidikan.
Email Penulis: dudu_rara88@ymail.com

181
182
12
PENYUSUNAN LAPORAN
PERUBAHAN EKUITAS

Erawati Kartika, S.E., M.SA.


Univeritas AKI

Pengertian Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan perubahan modal merupakan salah satu dari 5
laporan keuangan dalam adalah laporan keuangan yang
memberikan informasi mengenai perubahan modal dalam
satu periode. Laporan ini di buat setelah nilai laba atau
rugi telah di peroleh. Untuk memperoleh laba ataupun
rugi operasi bisnis, tentu membutuhkan laporan laba
rugi. Secara sederhana, laporan perubahan modal dapat
diartikan sebagai laporan keuangan yang dibuat oleh
perusahaan untuk menggambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode
yang bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran
tertentu yang dianut. Laporan perubahan modal disusun
setelah adanya neraca lajur atau worksheet dan juga
laporan rugi, karena untuk membuat laporan kamu
membutuhkan neraca lajur dan laporan laba rugi sebagai
sumber data laporan ini.

Definisi Laporan Perubahan Modal (Ekuitas)


Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan
keuangan yang menunjukan perubahan modal suatu
perusahaan dalam satu periode tertentu. Tujuan

183
dibuatnya laporan perubahan ekuitas adalah sebagai
sarana informasi bagi para pengguna laporan keuangan
untuk menyelidiki dan menganalisis beberapa hal yang
berkaitan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen
serta menyediakan informasi tentang riwayat serta
prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Unsur-unsur yang ada di dalam Laporan Perubahan
Ekuitas yaitu: Modal Awal, Saldo Laba/Rugi, Prive, Modal
Akhir. Untuk definis akun-akun dalam Laporan
Perubahan Ekuitas adalah sebagai berikut:
1. Modal Awal, yaitu modal yang ditanamkan atau yang
ada pada awal periode akuntansi.
2. Saldo Laba/Rugi, yaitu jika laba (profit) akan
menambah modal dan jika rugi (loss) akan
mengurangi modal perusahaan.
3. Prive, yaitu pengambilan yang dilakukan oleh pemilik
saham.
4. Modal Akhir, yaitu saldo modal awal dijumlahkan
dengan laba/rugi dan dikurangi dengan prive
(pengambilan pribadi).

Contoh Laporan Perubahan Ekuitas


UD. HOCKY
Laporan Perubahan Ekuitas
31 Desember 2022
Modal Awal Rp 18.500.000,-
Laba bersih Rp 8.900.000,-
Prive Rp (2.400.000,-)
Penambahan Modal Rp 6.500.000,-
Modal Akhir Rp 25.000.000,-

184
Penyebab Perubahan Ekuitas
Beberapa alasan mengapa ekuitas bisa berubah adalah:
1. Jika ada pengambilan uang oleh pemilik perusahaan
untuk kepentingan pribadi, yang akan mengurangi
modal kerja.
2. Jika ada perubahan (pembelian atau penjualan)
pada aktiva tetap, yang akan mempengaruhi modal
kerja.
3. Jika ada penambahan dalam hutang jangka panjang,
yang akan mempengaruhi modal kerja.
4. Jika ada penambahan dalam investasi, yang akan
menambah modal kerja.
5. Jika perusahaan mengalami kerugian, yang akan
mempengaruhi modal kerja.

Komponen dalam Laporan Perubahan Ekuitas


Ada beberapa faktor penting dalam penyusunan laporan
perubahan ekuitas, yaitu modal awal, efektivitas
kebijakan akuntansi, efektivitas koreksi kesalahan
periode sebelumnya, penyesuaian saldo,
perubahan modal saham, dividen, laba rugi tahun
berjalan entitas terkait periode, perubahan cadangan
revaluasi, laba rugi, kerugian lain-lain dan saldo akhir.
1. Modal awal
Modal awal merupakan saldo akhir laporan keuangan
periode sebelumnya. Modal awal tidak disesuaikan
untuk mengoreksi kesalahan periode sebelumnya dan
disesuaikan pada periode berjalan.
2. Efek dari perubahan metode akuntansi
Penyesuaian cadangan pemegang saham pada awal
periode pelaporan komparatif diperlukan untuk

185
menyajikan ekuitas awal pada tingkat yang
ditentukan dalam kebijakan akuntansi baru.
3. Efek dari koreksi kesalahan periode sebelumnya
Pengaruh koreksi kesalahan periode lalu harus
ditunjukkan secara terpisah sebagai penyesuaian.
4. Saldo dipulihkan
Ekuitas menjadi milik pemegang saham pada awal
periode perbandingan setelah disesuaikan dengan
perubahan metode akuntansi dan koreksi kesalahan
periode sebelumnya.
5. Perubahan modal saham
Selama periode yang relevan, modal ekuitas harus
ditambahkan ke laporan perubahan ekuitas.
Beasiswa harus dipotong dari laporan. Efek yang
diterbitkan dan dibeli kembali harus disajikan secara
terpisah sebagai cadangan ekuitas dan cadangan
untuk premi ekuitas.
6. Dividen
Pembayaran dividen harus dikurangkan dari ekuitas.
Memang, dividen adalah pembagian kekayaan yang
menjadi milik masing-masing pemegang saham.
7. Laba dan rugi pada periode yang bersangkutan
Keuntungan dan kerugian yang dapat diatribusikan
kepada pemegang saham untuk periode tersebut
disajikan dalam laporan laba rugi.
8. Perubahan cadangan revaluasi
Perubahan provisi revaluasi harus diungkapkan
dalam laporan laba rugi sepanjang diakui di luar
laporan laba rugi. Memang, pembalikan kerugian
penurunan nilai sebelumnya tidak disajikan secara

186
terpisah dalam laporan perubahan ekuitas karena
sudah termasuk dalam hasil periode yang relevan.
9. Kelebihan dan kekurangan lainnya
Keuntungan dan kerugian lain yang tidak diakui
dalam laporan laba rugi dapat disajikan dalam
laporan perubahan modal sebagai keuntungan dan
kerugian yang diperhitungkan karena penerapan nilai
tukar, biaya masuk, dll.
10. Saldo akhir
Saldo penyisihan ekuitas pada akhir periode
pelaporan, ditunjukkan dalam laporan posisi
keuangan.

Rumus Penghitungan Perubahan Modal dan Contoh


Laporannya
Rumus laporan perubahan modal mencakup saldo awal
dan akhir ekuitas, net profit, dividen, serta perubahan
lainnya. Berikut ini rumusnya:

Saldo Awal Ekuitas Rp 250.000.000,-


(+) Net Profit Rp 50.000.000,-
Total Rp 300.000.000,-
(-) Dividen/Prive Rp 25.000.000,-
Saldo Akhir Ekuitas Rp 275.000.000,-

Saldo Akhir Ekuitas = Saldo Awal Ekuitas + Net


Profit – Dividen +/- Perubahan Lainnya
Keterangan:
1. Saldo awal ekuitas: merupakan jumlah modal
ekuitas pada awal periode pelaporan. Jumlah ini sama
dengan saldo akhir ekuitas pada periode sebelumnya.
2. Laba bersih (Net Profit): mewakili laba atau rugi bersih
yang terdapat dalam laporan laba rugi selama periode.

187
3. Dividen: pembagian laba yang dibayarkan melalui
kesepakatan saat rapat umum pemegang saham.
4. Perubahan lainnya: mencakup efek koreksi periode
sebelumnya, perubahan modal saham, dan
perubahan cadangan modal selama periode.
5. Saldo Penutupan: mewakili nilai modal ekuitas pada
akhir periode pelaporan.
Untuk lebih jelasnya, coba Anda perhatikan contoh
laporan perubahan modal pada tabel berikut ini:
PT Persada Nusantara
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2022
Penjualan Bersih Rp 200.000.000
HPP Rp 35.000.000
Laba Kotor Rp 165.000.000
Beban Usaha:
Beban Produksi Rp 50.000.000
Beban Upah
Rp 30.000.000
Karyawan
Beban Umum Rp Rp10.000.000
Total Beban Usaha Rp . 90.000.000
Laba Usaha Rp 75.000.000
Laba Sebelum
Rp 75.000.000
Pajak
PPh Rp 8.000.000
Laba Bersih Rp 67.000.000

Berdasarkan contoh tabel laporan laba rugi di atas,


selanjutnya Anda dapat menyusun laporan perubahan
modal seperti berikut:

188
PT Persada Nusantara
Laporan Perubahan Modal
Periode 31 Desember 2022
Modal Awal (Pembukaan) Rp 235.000.000
Laba Bersih Rp 67.000.000
Total Rp 302.000.000
Kerugian Lainnya Rp 15.000.000
Laba ditahan Rp 27.000.000
Efek Koreksi Rp 3.000.000
Total Rp (45.000.000)
Modal Akhir
(Penutupan) Rp 257.000.000

Perlu Anda catat bahwa format di atas bukanlah format


laporan perubahan modal yang baku, melainkan
tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan.
Langkah-Langkah Penyusunan Laporan Perubahan
Modal. Untuk mempersiapkan pernyataan, ikuti langkah-
langkah berikut:
1. Buat akun terpisah di buku besar untuk setiap jenis
ekuitas untuk nilai nominal saham, tambahan modal,
dan laba ditahan.
2. Catat setiap transaksi ke dalam masing-masing akun
ekuitas ke spreadsheet, dan identifikasi dalam
spreadsheet.
3. Gabungkan transaksi dalam spreadsheet ke dalam
jenis yang serupa, dan catat ke item baris terpisah
dalam laporan perubahan ekuitas.
4. Lengkapi data dan pastikan bahwa saldo awal dan
akhir cocok dengan yang ada di buku besar laporan
keuangan.
Contoh Soal 1:
Berikut diketahui data saldo setelah penyesuaian dan
Laporan Laba rugi untuk peruhsaan Jasa “Biro Konsultan
Fatahilah”:

189
Biro Konsultan Fatahilah
Neraca Saldo Seteleh Penyesuaian
31 Desember 2021
No
Nama Akun Debet Kredit
Akun
101 Kas Rp2.650.000 -
102 Piutang Kas Rp2.450.000 -
103 Perlengkapan Rp450.000 -
Sewa Dibayar
104 Rp400.000 -
Dimuka
151 Peralatan Kantor Rp2.000.000 -
Ak. Penys. Peralatan
152 - Rp600.000
Kantor
201 Utang Usaha - Rp1.500.000
203 Utang Gaji - Rp400.000
301 Modal, H. Fatahilah - Rp4.500.000
302 Prive, H. Fatahilah Rp200.000 -
401 Pendapatan Jasa - Rp4.300.000
402 Pendapatan Bunga - Rp350.000
501 Beban Gaji Rp1.800.000 -
502 Beban Iklan Rp300.000 -
503 Beban Perlengkapan Rp400.000 -
504 Beban Sewa Rp800.000 -
Beban Penys.
505 Rp200.000 -
Peralatan Kantor
Rp11.650.00 Rp11.650.00
Jumlah
0 0

Biro Konsultan Fatahilah


Laporan Perubahan Laba Rugi
31 Desember 2021
A Pendapatan:
Pendapatan Jasa Rp4.300.000
Pendapatan Bunga Rp350.000
Jumlah Pendapatan Rp4.650.000

190
B Beban
Beban Gaji Rp1.800.000
Beban Iklan Rp300.000
Beban Perlengkapan Rp400.000
Beban Sewa Rp800.000
Beban Penyusutan
Peralatan Kantor Rp200.000
Jumlah (Rp3.500.000 )
LABA BERSIH Rp1.150.000

Diminta:
Dari data laporan Saldo Setelah Penyesuaian dan Laporn
Laba Rugi maka buatlah Laporan Perubahan Ekuitas !
Jawaban:
Biro Konsultan Fatahilah
Laporan Perubahan Ekuitas
31 Desember 2021

Modal Awal Rp4.500.000


Laba Bersih Rp1.150.000
Prive Rp( 200.000 )
Penambahan Modal Rp950.000
Modal Akhir Rp5.450.000

191
Contoh Soal 2:
Tn Seruni merupakan pemilik UD. Makmur Seruni,
dengan modal awal sebesar Rp80.000.000 dan selama
tahun 2021 Tn. Seruni telah melakukan pengambilan
utuk keperluan pribadi sebesar Rp10.000.000. Pada akhir
periode diketahui bahwa UD. Makmur Seruni memperoleh
net profit sebesar Rp20.000.000.
Diminta:
Buatlah laporan perubahan Ekuitas !
Jawaban:
UD. Makmur Seruni
Laporan Perubahan Ekuitas
31 Desember 2021
80.000.000,
Rp
Modal Awal, Tn Seruni -
Laba Bersih seetelah
Rp
pajak 20.000.000,-
Prive Rp (10.000.000,-)
30.000.000,
Penambahan Modal Rp
-
Modal Akhir , Tn 50.000.000
Rp
Seruni ,-

Contoh Soal 3:
UD. Jaya Utama memiliki modal awal sebesar
Rp270.000.000. Sepanjang tahun 2021, Tuan Sastro
sebagai pemilik UD. Jaya Utama mengambil untuk
keperluan pribadi sebesar Rp10.000.000.
Diminta:
Dari data berikut, buatlah laporan perubanhan Ekuitas !

192
UD Jaya Utama
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2021
Penjualan Bersih Rp 93.500.000

Harga Pokok Penjualan Rp (64.000.000


)
Laba Kotor Rp 29.500.000
Beban Usaha:
R
Beban Penjualan
p 9.000.000
Beban Administrasi dan R
+
Umum p 2.450.000
Rp 11.450.000
Laba Usaha Rp 18.050.000
Pendapatan Diluar Usaha:
Pendapatatan Bunga Rp 600.000
Laba Bersih setelah Pajak Rp 18.650.000
Pajak Penjualan Rp (4.500.000)
R
Laba Bersih setelah Pajak
p 14.150.000

Diminta:
Dari data laporan Laba Rugi UD Jaya Utama, maka
buatlah Laporan Perubahan Ekuitas !
UD Jaya Utama
Laporan Perubahan Ekuitas
31 Desember 2021
Modal Awal, Tn 270.000.000,
Rp
Sastro -
Laba Bersih seetelah
Rp
pajak 14.150.000,-
(10.000.000,
Rp
Prive -)
Penambahan Modal Rp 4.150.000,-
Modal Akhir Tn 274.150.000,
Rp
Sastro -

Contoh Soal 4:

193
Berikut adalah data kertas kerja (neraca lajur) dari UD
Sinar Mas:
UD. Sinar Mas
Kertas Kerja
Per 31 Desember 2021
Neraca Saldo Penyesuaian NSSD Laba Rugi Neraca
No Nama akun
D K D K D K D K D K
1 Kas 30.000 30.000 30.000 -
2 Piutang Usaha 16.500 3.500 20.000 20.000 -
3 Persediaan Barang Dagangan 10.000 15.000 10.000 15.000 15.000 -
4 Sewa Dibayar dimuka 2.000 400 1.600 1.600 -
5 Perlengkapan 750 500 250 250 -
6 Peralatan 25.000 25.000 25.000 -
7 Akum. Penys. Peralatan 1.800 200 2.000 - 2.000
8 Utang Dagang 35.400 35.400 - 35.400
9 Modal 45.000 45.000 - 45.000
10 Prive 5.000 5.000 - 5.000 -
11 Penjualan 35.500 3.500 39.000 - 39.000
12 Pendapatan Komisi 500 500 - 500
13 Potongan Penjualan 600 600 - 600 -
14 Pembelian 25.000 25.000 - 25.000 -
15 Retur dan Pot. Pembelian 400 400 - 400
16 Beban angkut Pembelian 600 600 - 600 -
17 Beban Gaji 3.000 3.000 - 3.000 -
18 Beban Listrik 150 150 - 150 -
118.600 118.600 - - -
19 Ikhtisar Laba Rugi 10.000 15.000 10.000 15.000 10.000 15.000
20 Beban Perlengkapan 500 500 - 500 -
21 Beban Penys. Peralatan 200 200 - 200 -
22 Beban Sewa 400 400 - 400 -
23 29.600 29.600 137.300 137.300 40.450 54.900 96.850 82.400
14.450 14.450
54.900 54.900 96.850 96.850

Diminta:
Dari data diatas, buatlah laporan perubahan Ekuitas !
Jawaban:
UD. Sinar Mas
Laporan Perubahan Ekuitas
31 Desember 2021

Modal Awal Rp 45.000.000,-


Laba Bersih
Rp
seetelah pajak 14.450.000,-
Prive Rp (5.000.000,-)
Penambahan Modal Rp 9.450.000,-

Modal Akhir Rp 54.150.000,-

194
Daftar Pustaka
Hery. (2016). Akuntansi Dasar. Jakarta: PT Grasindo.
Hery. (2016). Mengenal dan Memahami Dasar-dasar
Laporan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.
Horngren, Charles T., Walter T. Harrison Jr. (2007).
Akuntansi. Edisi 7. (Diterjemahkan oleh: Gina Gandia
dan Danti Pujiati). Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kieso, D. E., J. W., & P. K. (2014). Accounting Principles
(7 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Salemba
Empat.
Pura, R. (2013). Pengantar Akuntansi 1 IFRS 1. Makassar:
Erlangga.
Sodikin, S., & B. R. (2014). Akuntansi Pengantar 1 (9 ed.).
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Sugiarto. (2002). Pengantar Akuntansi. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Warren, Carl S., James M. Reeve., Philip E. Fess. (2008).
Pengantar Akuntansi. Edisi 21. (Diterjemahkan oleh:
Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik
Hendrawan). Salemba Empat. Jakarta.
https://mekari.com/blog/laporan-perubahan-modal/

195
Profil Penulis
Erawati Kartika, S.E., M.SA.
Penulis lahir pada tahun 19975. Ketertarikan
penulis terhadap ilmu Ekonomi dimulai pada
tahun 1993 silam. Hal tersebut membuat
penulis memilih untuk masuk ke Perguruan
Tinggi dan berhasil menyelesaikan studi S1
Universitas 17 Agustus 1945 di Surabaya pada program
studi Akuntansi pada tahun 1998. Pada tahun 2008,
penulis melanjutakan studi S2 dengan program studi
pada Sains Akuntansi di Universitas Brawijaya Malang
dan selesai pada tahun 2008.
Penulis memiliki kepakaran dibidang Akuntansi keuagan,
Manajemn Keuangan dan Sistem Informasi Akuntansi.
Dan untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional,
penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang kepakarannya
tersebut dengan menulis beberapa jurnal Nasional dan
beberapa penelitian yang mendapatkan hibah dari
kemenristekdikti pada tahun 2019 dan 2020 serta
menulis beberapa buku modul untuk internal kampus
seperti akuntansi biaya, akuntansi manajemen, dan
pengantar Akuntansi. Sekarang penulis bekerja di sebagai
dosen Universitas Terbuka dan Universitas AKI di
Semarang Jawa Tengah sejak tahun 20012 – hingga
sekarang.
Email Penulis: kartikaera2010@gmail.com

196
13
DASAR ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN

Novitasari, S.Pd., M.Ak.


Politeknik Negeri Jakarta

Laporan Keuangan
Salah satu indikator dalam menilai kinerja suatu
perusahaan adalah dengan melihat dari laporan
keuangan yang dihasilkan. Laporan keuangan
memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
dilihat dari aspek keuangan, serta digunakan bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses
akuntansi yang digunakan untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau
aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2014). Fungsi
dari laporan keuangan diantaranya dapat membantu
menilai kinerja keuangan perusahaan.
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan secara umum merupakan hasil dari
proses akuntansi pada suatu periode waktu tertentu yang
merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data
keuangan yang disajikan dengan tujuan memberikan

197
informasi keuangan yang dapat dipercaya yang
membantu para pemakai laporan keuangan.

Jenis Laporan Keuangan


Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2012), terdapat 5 jenis
laporan keuangan, di antaranya:
1. Laporan Laba Rugi, yaitu laporan keuangan yang
menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Laporan ini menunjukkan
pendapatan dan beban selama periode waktu
tertentu.
2. Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu laporan yang
menunjukkan perubahan ekuitas pemilik yang terjadi
selama periode waktu tertentu, Seiring dengan
beroperasinya suatu usaha, ekuitas awal dapat
mengalami perubahan sesuai kinerja perusahaan.
3. Neraca, neraca dapat kita sebut sebagai catatan posisi
keuangan yang menyajikan informasi seputar aset,
kewajiban, dan modal dalam satu periode secara
menyeluruh dan terperinci.
4. Laporan Arus Kas, yaitu laporan yang menunjukkan
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan, yaitu laporan yang
memberikan informasi tambahan apabila empat
laporan keuangan lainnya memerlukan penjelasan
tertentu.
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat untuk memperoleh
informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan. Data keuangan dalam laporan keuangan
akan bermanfaat dan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

198
berkepentingan, apabila data tersebut diperbandingkan
dan dianalisis lebih lanjut.
Definisi Analisis Laporan Keuangan
Menurut (Prastowo, 2015), analisis laporan keuangan
merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan
dalam rangka membantu evaluasi posisi keuangan dan
hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa
lalu, dengan tujuan untuk menentukan prediksi
mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan pada
masa mendatang.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan di
analisis lebih lanjut dengan tujuan sebagai alat barometer
untuk melakukan forecasting atau memproyeksikan
posisi keuangan di masa yang akan datang, dan mereview
kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam
manajemen, operasional maupun keuangan.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan
untuk mengukur dan menentukan hubungan antara pos-
pos yang ada dalam laporan dan mengetahui perubahan
dari masing-masing pos. Tujuan dari metode dan teknik
analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga
dapat lebih dimengerti.
Terdapat dua metode analisis laporan keuangan, yaitu:
1. Analisis Horisontal/Dinamis, adalah analisis yang
membandingkan laporan keuangan pada beberapa
periode, sehingga diketahui perkembangannya.
Metode horizontal disebut juga sebagai metode
analisis dinamis.

199
2. Metode analisis vertical, adalah metode yang hanya
meliputi satu periode perusahaan dengan
membandigkan memperbadingkan antara pos yang
satu dengan pos yang lainnya.
Sementara untuk teknik analisis laporan keuangan
terdapat beberapa teknik, yaitu:
1. Analisis Perbandingan (Komparatif) Laporan
Keuangan
2. Analisis Common size
3. Analisis Rasio Keuangan

Analisis Perbandingan (Komparatif) Laporan Keuangan


Definisi Analisis Perbandingan
Teknik analisis komparatif atau pembandingan laporan
keuangan adalah teknik analisis yang dilakukan dengan
cara membuat perbandingan antar elemen laporan
keuangan untuk dua periode atau lebih. Analisis
perbandingan laporan keuangan menggunakan metode
horizontal atau dinamis.
Tujuan Analisis Perbandingan
Tujuan dilakukannya analisis perbandingan adalah
untuk mengetahui perubahan baik itu penurunan
maupun kenaikan, dalam rupiah maupun dalam
persentase yang terdapat dalam laporan keuangan.
Analisis perbandingan laporan keuangan ini
dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk membuat
perencanaan bisnis di masa mendatang.
Ilustrasi Analisa Perbandingan
Berikut ini adalah laporan keuangan laba rugi PT Multi
Daya yang diperbandingkan periode 2020 – 2021:

200
PT MULTI DAYA
Perbandingan Laporan Laba-Rugi
Untuk Periode 2020 & 2021
(dalam Jutaan Rupiah)
Kenaikan/Penurunan
Pos 2020 2021 %
(-)
Penjualan 73.000 89.000 16.000 21,9
Harga Pokok Penjualan 36.000 47.000 11.000 30,6
Laba Kotor 37.000 42.000 5.000 13,5
Beban Depresiasi 200 300 100 50,0
-
Beban pemeliharaan 2.500 2.100 - 400
16,0
-
Beban sewa 4.000 3.200 -800
20,0
Beban pajak 3.600 4.100 500 13,9
Total Beban 10.300 9.700 -600 -5,8
Laba Bersih Setelah
26.700 32.300 5.600 21,0
Pajak

PT MULTI DAYA
Neraca Perbandingan
31 Desember 2020 & 2021
(dalam Jutaan Rupiah)
Kenaikan/Penurunan
Pos 2020 2021 %
(-)
Kas 32.000 29.500 -2.500 -7,8
Surat Berharga 15.000 15.000 - -
Piutang Usaha 5.000 6.500 1.500 30,0
Persediaan 7.000 5.000 -2.000 -28,6
Total asset lancar 59.000 61.000 2.000 3,4
Mesin 65.000 65.000 - -
Akum. Depresiasi
500 700 200 40,0
mesin
Gedung 100.000 100.000 - -
Akum. Depresiasi
1.200 1.500 300 25,0
gedung
Total asset tetap 166.700 167.200 500 0,3
Total Asset 225.700 223.200 2.500 1,1
Hutang lancar 8.000 4.000 -4.000 -50,0
Hutang Jangka
27.000 27.000 - -
panjang
Total Hutang 35.000 31.000 -4.000 -11,4
Ekuitas saham 159.700 156.200 -3.500 -2,2
Laba ditahan 31.000 36.000 5.000 16,1
Total Ekuitas 190.700 192.200 1.500 0,8
Total Hutang &
225.700 223.200 -2.500 1,1
Ekuitas

Berdasarkan data laporan laba rugi dan neraca


perbandingan tersebut belum dapat memberikan
informasi yang berarti bagi pemakai laporan keuangan
jika belum di di interpretasikan lebih lanjut data-data

201
angka tersebut. Penganalisa harus meninjau perubahan-
perubahan yang terjadi serta menentukan apakah
perubahan tersebut menguntungkan atau tidak.
Perubahan-perubahan yang penting terjadi selama
periode 2021 dari PT Multi Daya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Dari laporan laba rugi menunjukkan adanya kenaikan
penjualan sebesar 21,9% atau Rp16.000.000,
mengakibatkan bertambahnya nett income (laba
bersih) sebesar Rp5.600.000 atau 21%. Kenaikan ini
disebabkan adanya penurunan biaya atau beban
(terutama beban pemeliharaan dan beban sewa).
2. Dengan bertambahnya piutang sebesar 30% namun di
ikuti dengan penurunan persediaan sebesar 28,6%,
perubahan ini menunjukkan tendensi yang kurang
menguntungkan, dimana terjadi peningkatan volume
penjualan kredit dan perputaran piutang (receivable
turnover) masih rendah. Hal ini dapat disebabkan
karena terlalu longgarnya kebijaksanaan dalam
pemberian kredit dan kurang efektifnya bagian
penagihan dalam bekerja.
3. Dengan berkurangnya hutang lancar sebesar
Rp4.000.000 atau 50% mengakibatkan perubahan
dalam pos lain, seperti kas menurun sebesar 7,8%
dan ekuitas saham berkurang sebesar 2,2%.

Analisis Common size


Teknik analisis perbandingan mempunyai kelemahan
yaitu tidak dapat membandingkan atau tidak memperoleh
gambaran tentang perubahan-perubahan dalam masing-
masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya
dengan total asset dan total penjualan. Untuk menyajikan
laporan keuangan dalam prosentase dari masing-masing
pos asset terhadap total assetnya, dan masing-masing pos

202
laba rugi terhadap total penjualan, maka dapat digunakan
teknik analisis persentase per komponen atau teknik
Common size.
Definisi Analisis Common size
Analisis common size ialah analisis yang disusun dengan
menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi
dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk
laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen
(Common-size statement) menyatakan masing-masing
posnya dalam satuan persen atas dasar total
kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis common size dan termasuk metode
analisis vertikal.
Metode untuk merubah jumlah rupiah dalam suatu
laporan keuangan menjadi persentase dapat dilakukan
sebagai berikut (Munawir, 2014):
1. Nyatakan total asset, total pasiva dan total penjualan
masing-masing dengan 100%.
2. Hitunglah ratio dari tiap-tiap pos atau komponen
dalam laporan keuangan dengan cara membagi
jumlah rupiah dari masin-masing pos dengan total
asset, total pasiva ataupun total penjualan, kemudian
dikalikan 100%.
Tujuan Analisis Common size
Tujuan Analisis Common size adalah untuk memperoleh
gambaran tentang komposisi dan proporsi investasi pada
setiap jenis aktiva, struktur modal dan pendanaan,
distribusi hasil penjualan pada biaya dan laba.

203
Ilustrasi Analisis Common size
Dari data laporan keuangan laba-rugi PT Multi Daya
untuk periode 2020 & 2021 dapat diketahui persentase
per komponen dengan perhitungan sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan (2020) Rp63.000.000
1. = x 100 = 49,3%
Total Penjualan (2020) Rp73.000.000

Ini berarti bahwa Harga Pokok Penjualan (2020)


adalah sebesar 49,3% dari total penjualan (2020),
atau setiap Rp1; penjualan maka sebesar Rp0,493
akan terserap dalam harga pokok penjualan.
Laba Bersih(2020) Rp26.700.000
2. Total Penjualan (2020)
= Rp73.000.000 x 100 = 36,6%

Ini berarti bahwa Laba Bersih (2020) adalah sebesar


36,6% dari total penjualan (2020), atau setiap Rp1;
penjualan akan diperoleh laba bersih sebesar
Rp0,366.
Laporan laba-rugi PT Multi Daya periode 2020 dan 2021
setelah di analisis menggunakan Teknik Common size
dapat dirubah menjadi seperti berikut ini:
PT MULTI DAYA
Laporan Persentase Per Komponen
Untuk Periode 2020 & 2021
(dalam Jutaan Rupiah)
% dari Total
Pos 2020 2021
2020 2021
Penjualan 73.000 89.000 100 100
Harga Pokok Penjualan 36.000 47.000 49,3 52,8
Laba Kotor 37.000 42.000 50,7 47,2
Beban Depresiasi 200 300 0,3 0,3
Beban pemeliharaan 2.500 2.100 3,4 2,4
Beban sewa 4.000 3.200 5,5 3,6
Beban pajak 3.600 4.100 4,9 4,6
Total Beban 10.300 9.700 257,5 10,9
Laba Bersih Setelah Pajak 26.700 32.300 36,6 36,3

Dari data laporan keuangan Neraca PT Multi Daya untuk


periode 2020 & 2021 dapat diketahui persentase per
komponen dengan perhitungan sebagai berikut:

204
Saldo Kas (2020) Rp32.000.000
1. Total Aset (2020)
= Rp225.700.000 x 100 = 14,2%

Ini berarti bahwa Saldo Kas pada tanggal 31 Desember


(2020) adalah sebesar 14,2% dari jumlah asset akhir
tahun 2020, atau setiap Rp1; asset di investasikan
dalam bentuk kas sebesar Rp0,142.
Saldo Hutang Lancar (2020) Rp8.000.000
2. Total Hutang & Ekuitas (2020)
= Rp225.700.000 x 100 = 3,5%

Ini berarti bahwa Saldo hutang lancar pada tanggal 31


Desember (2020) adalah sebesar 3,5% dari jumlah
pasiva (hutang dan ekuitas) akhir tahun 2020, atau
setiap Rp1; pasiva per 31 Desember 2020, Rp0,035
berupa hutang lancar.
Laporan Neraca PT Multi Daya periode 2020 dan 2021
setelah di analisis menggunakan Teknik Common size
dapat dirubah menjadi seperti berikut ini:
PT MULTI DAYA
Laporan Persentase Per Komponen
31 Desember 2020 & 2021
(dalam Jutaan Rupiah)
% dari Total
Pos 2020 2021
2020 2021
Kas 32.000 29.500 14,2 13,2
Surat Berharga 15.000 15.000 6,6 6,7
Piutang Usaha 5.000 6.500 2,2 2,9
Persediaan 7.000 5.000 3,1 2,2
Total asset lancar 59.000 56.000 26,1 25,1
Mesin 65.000 65.000 28,8 29,1
Akum. Depresiasi mesin 500 700 0,2 0,3
Gedung 100.000 100.000 44,3 44,8
Akum. Depresiasi gedung 1.200 1.500 0,5 0,7
Total asset tetap 166.700 167.200 73,9 74,9
Total Asset 225.700 223.200 100 100
Hutang lancar 8.000 4.000 3,5 1,8
Hutang Jangka panjang 27.000 27.000 12,0 12,1
Total Hutang 35.000 31.000 15,5 13,9
Ekuitas saham 159.700 156.200 70,8 70,0
Laba ditahan 31.000 36.000 13,7 16,1
Total Ekuitas 190.700 192.200 84,5 86,1
Total Hutang & Ekuitas 225.700 223.200 100 100

205
Analisis Rasio Keuangan
Rasio adalah angka yang menunjukan hubungan antara
suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan
keuangan. Hasil analisis dapat digunakan untuk melihat
kelemahan perusahaan selama periode waktu berjalan
dan untuk hasil yang cukup baik harus dipertahankan
untuk periode yang akan datang. Hasil analisis rasio
keuangan sangat bermanfaat bagi manajemen dan pihak-
pihak pemakai laporan keuangan lainnya.
Definisi Rasio Keuangan
Menurut (Kasmir, 2012), menyatakan Rasio keuangan
merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu
angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen
dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang
ada di antara laporan keuangan.
Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk menilai
kinerja perusahaan di masa lalu, sekarang, dan
kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Untuk
melakukan analisis rasio keuangan diperlukan data dari
laporan keuangan yang sudah ada, seperti dari laporan
laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Dengan begitu,
rasio keuangan akan membantu memberikan kesimpulan
dalam menentukan tingkat kesehatan keuangan pada
suatu perusahaan.
Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Manfaat analisis rasio keuangan menurut (Fahmi, 2013)
adalah untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja
perusahaan dan mengevaluasi kondisi suatu perusahaan,
bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat
perencanaan dan bagi para kreditor dapat digunakan

206
untuk memperkirakan potensi risiko pemberian pinjaman
yang akan dihadapi. Untuk dapat menentukan hal
tersebut diperlukan alat pembanding dan rasio dalam
perusahaan yang sejenis. Angka rasio dari industri sejenis
ini disebut dengan rasio standard atau rasio rata-rata.
Rasio standar dapat diketahui berdasarkan catatan
kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahun-
tahun yang telah lampau, rasio dari perusahaan lain yang
menjadi pesaingnya, dipilih satu perusahaan yang
tergolong maju dan berhasil, data laporan keuangan yang
di budgetkan dan rasio industri, dimana perusahaan yang
bersangkutan masuk sebagai anggotanya.
Berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi
suatu perusahaan, maka angka rasio dapat digolongkan
antara lain:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio untuk menguji
kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang
segera harus dipenuhi.
2. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio untuk mengukur
efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan
perusahaan memperoleh keuntungan.
3. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio untuk menilai struktur
modal atau mengukur kemampuan perusahaan
membayar semua kewajibannya.
4. Rasio Aktivitas, yaitu rasio untuk mengukur
seberapa efisien asset perusahaan digunakan untuk
menghasilkan pendapatan dan kas yang optimal.
Dalam buku ini rasio keuangan yang akan dibahas hanya
rasio likuiditas dan rasio profitabilitas.

207
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas banyak digunakan untuk mengukur
posisi keuangan jangka pendek. Rasio ini disebut juga
rasio modal kerja, yang dapat membantu manajemen
untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan
dalam perusahaan. Perusahaan dikatakan likuid
apabila perusahaan mempunyai asset lancar yang cukup
untuk membayar hutang lancar atau hutang jangka
pendeknya, sebaliknya apabila jumlah asset lancar tidak
cukup atau lebih kecil daripada jumlah hutang lancarnya,
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid. Rasio
likuiditas yang baik bagi perusahaan adalah jika melebihi
dari 200% atau jika asset lancar 2 kali lipat hutang lancar.
Berikut ini diberikan beberapa rasio likuiditas yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan
menginterpretasikan data keuangan:
1. Current ratio
Merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk
menganalisis posisi keuangan jangka pendek. Current
ratio atau rasio lancar adalah perbandingan antara
jumlah asser lancar dengan kewajiban lancar.
Ilustrasi Analisis Current ratio
Dari data Neraca PT Multi Daya Tahun 2020 dapat
dihitung current ratio sebagai berikut:
Aset Lancar
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 (2020) = x 100
Hutang Lancar
Rp59.000.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 (2020) = = 737,5%
Rp8.000.000
Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan bahwa
rasio lancar perusahaan tersebut adalah 737,5%,
yang berarti bahwa jumlah asset lancar ada 7,375 kali
dari jumlah hutang lancar atau setiap Rp1; hutang
lancar dijamin dengan Rp7,375 asset lancar.

208
2. Acid Test Ratio
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-jangka
pendeknya dengan tidak memperhitungkan
persediaan, karena dianggap persediaan memerlukan
waktu yang lebih lama untuk dijadikan uang kas.
Rasio ini merupakan perbandingan antara asset
lancar yang dikurangi persediaan terhadap hutang
lancar. Rasio ini dikenal juga dengan Quick Ratio.
Ilustrasi Analisis Acid Test Ratio
Dengan memakai data Neraca PT Multi Daya tahun
2020, Acid Test Ratio dapat dihitung sebagai berikut:
Aset Lancar − Persediaan
Acid Test Ratio (2020) = x 100
Hutang Lancar
Rp59.000.000 − Rp7.000.000
Acid Test Ratio (2020) = = 650%
Rp8.000.000

Dari perhitungan tersebut dapat ditentukan bahwa


current ratio perusahaan tersebut adalah 650%, yang
berarti bahwa jumlah asset lancar ada 6,50 kali dari
jumlah hutang lancar atau setiap Rp1; hutang lancar
dijamin dengan Rp6,50 asset lancar dikurangi
persediaan.

Rasio Profitabilitas
Rasio ini akan memberikan informasi tentang efektivitas
manajemen perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Rasio ini biasanya dimanfaatkan oleh
investor untuk menilai laba investasi yang akan diperoleh
investor dan untuk kreditur untuk menilai kemampuan
suatu perusahaan dalam membayarkan utangnya.
Beberapa rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk
mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan
laba, yaitu:

209
1. Return on Asset Ratio (ROA)
Return on Asset Ratio ini merupakan sebuah rasio
yang memperlihatkan perbandingan laba bersih yang
dihasilkan dalam perusahaan dengan asset yang
dimiliki perusahaan. Rasio keuangan ini juga
menjadi tolok ukur efektivitas manajemen dalam
mengelola investasi. Semakin tinggi nilai ROA,
semakin bagus kinerja perusahaan.
Ilustrasi Analisis Return on Asset Ratio
Contoh Analisa Return on Asset Ratio menggunakan
data keuangan Laporan Laba-Rugi dan Neraca PT
Multi Daya periode 2020 dan 2021.
Laba Bersih Setelah Pajak
Return on Asset (2020) = x 100
Total Aset

Rp26.700.000 − Rp7.000.000
Return on Asset (2020) =
Rp225.700.000
= 11,83%
PT Multi Daya pada tahun 2020 memperoleh laba
bersih sebesar 11,83% dari total asset yang dimiliki
perusahaan. Dengan kata lain setiap Rp1 asset
perusahaan akan menghasilkan laba bersih sebesar
Rp0,118.
2. Net Profit Margin Ratio (NPM)
Net Profit Margin Ratio adalah salah satu rasio
perhitungan untuk mengukur margin laba bersih atas
penjualan yang terjadi. Rasio ini merupakan
perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total
penjualan. Semakin tinggi rasio NPM, semakin baik
perusahaan memaksimalkan laba bersih dan semakin
mampu perusahaan meminimalkan beban.

210
Ilustrasi Analisis Net Profit Margin Ratio
Contoh Analisa Net Profit Margin Ratio menggunakan
data keuangan Laporan Laba-Rugi dan Neraca PT
Multi Daya periode 2020 dan 2021.
Perhitungan untuk Return on Asset Ratio tahun 2020
adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak
Net Profit Margin (2020) = x 100
Total Penjualan

Rp26.700.000
Net Profit Margin (2020) = x 100 = 36,58%
Rp73.000.000
PT Multi Daya mampu meraih laba bersih sebesar
36,58% dari total penjualan yang dihasilkan selama
tahun 2020. Sisanya 63,42% digunakan untuk beban
pokok penjualan, beban depresiasi, beban
pemeliharaan, beban sewa dan beban pajak.

211
Daftar Pustaka
Fahmi, I. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi
Keuangan. Salemba Empat.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo
Persada.
Munawir, S. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Liberty.
Prastowo, D. (2015). Analisis Laporan Keuangan Konsep
Dan Aplikasi (3rd ed.). SIM YKPN.

212
Profil Penulis
Novitasari, S.Pd., M.Ak.
Novitasari, lahir di Jakarta, 26 November
1981, anak ke-2 dari Eddy Suhaedy (Alm) dan
Siti Maesyaroh. Ketertarikan penulis terhadap
ilmu Akuntansi membuat penulis memilih
untuk masuk ke Jurusan Pendidikan
Ekonomi-Akuntansi S1 Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung pada tahun 2000. Lalu melanjutkan studi S2 di
prodi Akuntansi Manajemen di Universitas Mercu Buana
Jakarta pada tahun 2009.
Penulis memiliki keahlian dibidang Akuntansi. Dan untuk
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun
aktif sebagai peneliti dan pengabdi dibidang Akuntansi.
Selain meneliti, penulis juga aktif menulis buku dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi
mahasiswa khususnya dan masyarakat luas umumnya.
Saat ini penulis berstatus dosen tetap di Politeknik Negeri
Jakarta dan masih aktif mengajar di Jurusan Akuntansi
mengampu mata kuliah Akuntansi Bank, Analisa Laporan
Keuangan, Pengantar Akuntansi, Praktikum Pengantar
Akuntansi dan Penganggaran (Budgeting).
Email Penulis: novitasari@akuntansi.pnj.ac.id

213

You might also like