Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.

213-224

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Disampaikan : 13 Agustus 2020


Direview : 27 Agustus 2020
Volume 9 No 3 - Oktober 2020 Diterima : 13 Oktober 2020
http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi/index
ISSN 2339-1499 (online) – ISSN 0216-1036 (print)

Life Cycle Assessment dan Life Cycle Cost untuk Serat Kenaf

Desrina Yusi Irawati1, Melati Kurniawati2


1)
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri, Universitas Katolik Darma Cendika
Jl. Dr. Ir. H. Soekarno 201, Surabaya, 60117
2)
Fakultas Teknologi Industri, Program Studi S1 Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Bandung
Jl. PHH. Mustofa 23, Bandung, 40124
E-mail: desrina.yusi@gmail.com, melati@itenas.ac.id

Abstract

Kenaf fiber from the kenaf plant is the excellent raw material for industry because of the various
diversified products it produces. To develop sustainable kenaf fiber, information is needed on the
strengths and weaknesses of kenaf cultivation systems with respect to productivity and environmental
impact. Therefore, a comprehensive environmental and economic impact assessment was conducted
from cultivating kenaf to kenaf fiber. The environmental impact assessment uses the Life Cycle
Assessment (LCA) method and economic calculations from the life cycle of kenaf to kenaf fiber to
collectors use the Life Cycle Cost (LCC) method. The calculation of environmental impacts is in
accordance with the stages of ISO 14040, using a single score assessment. The LCA results show that
the treatment stage is the highest contributor of the three groups of impact categories. The highest to
the lowest in the impact category group that was influenced by the treatment stage were resources with
a value of 21.4 mPt, human health with a value of 8.76 mPt, and ecosystem quality with a value of 1.91
mPt. The cost identified through the LCC is Rp. 6,088,468,333, NVP and B/Cnet are positive. The
results of the sensitivity analysis if there is a reduction in production> 6%, the business is still profitable
and can be run.

Keywords: Life Cycle Assessment, Life Cycle Cost, kenaf fiber

Abstrak

Serat kenaf dari tanaman kenaf menjadi bahan baku primadona bagi industri karena berbagai produk
diversifikasi yang dihasilkan. Untuk mengembangkan serat kenaf yang berkelanjutan, diperlukan
informasi tentang kekuatan dan kelemahan sistem budidaya kenaf sehubungan dengan produktivitas
dan dampak lingkungan. Oleh karena itu dilakukan penilaian dampak lingkungan dan ekonomi yang
komprehensif dari tahap pembibitan kenaf, pemeliharaan tanaman kenaf yang meliputi pemupukan
dan pemberian pestisida, pasca panen yang terdiri dari perendaman batang kenaf, penyeratan kulit
batang kenaf, dan pencucian, serta tahap terakhir adalah pengiriman serat kenaf ke pengepul.
Penilaian dampak lingkungan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA) dan perhitungan
ekonomi dari siklus hidup tanaman kenaf hingga serat kenaf sampai ke pengepul menggunakan
metode Life Cycle Cost (LCC). Perhitungan dampak lingkungan sesuai dengan tahapan ISO 14040,
menggunakan penilaian single score. Hasil LCA menunjukkan bahwa tahap pemeliharaan menjadi
penyumbang tertinggi dari tiga kelompok kategori dampak. Urutan tertinggi sampai terendah kelompok
kategori dampak yang dipengaruhi oleh tahap pemeliharaan adalah resources dengan nilai 21,4 mPt,
human health senilai 8,76 mPt, dan ecosystem quality senilai 1,91 mPt. Biaya yang teridentifikasi
melalui LCC sebesar Rp. 6.088.468.333, NVP dan B/Cnet bernilai positif. Hasil dari analisis sensitivitas
jika terjadi pengurangan produksi > 6% maka usaha masih menguntungkan dan dapat dijalankan.

Kata kunci: Life Cycle Assessment, Life Cycle Cost, serat kenaf

213
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Pendahuluan produksi dan kualitas serat (Mohd et al., 2014).


Dewasa ini industri manufaktur melibatkan Kelembaban dan curah hujan yang tinggi
bahan mentah, konsumsi energi dan air, serta selama musim tanam dapat menyebabkan
proses pembuangan limbah ke lingkungan penyakit jamur pada tanaman kenaf. Penyakit
dalam jumlah besar (Ahmad et al., 2019). Jika dan hama ini dapat merusak tunas muda,
kondisi tersebut terus berlangsung maka kuncup bunga. dan buah kenaf yang sedang
pencemaran lingkungan akan terus terjadi. berkembang. Oleh sebab itu penggunaan
Terdapat sebuah konsep untuk melakukan pestisida sangat penting untuk perlindungan
perbaikan lingkungan yaitu green supply chain. kenaf (Aminah et al., 2006).
Konsep green supply chain mengintegrasikan Penggunaan pupuk kimia dan pestisida
sustainable environmental processes ke dalam secara terus menerus berbahaya bagi
traditional supply chain yang artinya ekosistem lingkungan. Padang rumput yang
perusahaan melakukan serangkaian kegiatan menerima nitrogen (N) dalam bentuk urea,
industri dari hulu sampai hilir dengan maka urea di tanah dihidrolisis dengan cepat
memperhatikan aspek lingkungan. menjadi ion amonium (NH4+). Bagian tersebut
Ketersediaan bahan baku merupakan bagian selanjutnya berubah sebagai dinitrogen oksida
hulu dari industri. (N2O), merupakan penyumbang gas rumah
Serat kenaf menjadi serat alami terpenting kaca (Singh et al., 2013). Penggunaan pupuk
di dunia (Santoso et al., 2015). Hampir semua juga berkontribusi pada pengasaman tanah,
bagian kenaf dapat digunakan untuk bahan eutrofikasi air permukaan, polusi akuifer, dan
baku berbagai industri, namun yang menjadi peningkatan emisi amonia (NH3) (Li et al.,
andalan adalah serat dari batangnya. Serat 2014). Aplikasi pestisida telah mengakibatkan
kenaf mendapat perhatian kalangan industri kontaminasi ekosistem tanah (Imfeld, 2012).
dalam 10 tahun terakhir karena berbagai Selain itu, kendala utama produksi serat kenaf
produk diversifikasi yang dihasilkan serat terdapat saat pasca panen, yaitu biaya tenaga
kenaf. Produk diversifikasi serat kenaf adalah kerja yang tinggi terutama saat masa tebang,
bahan baku tekstil (Indriani et al., 2013), angkut, penyeratan (retting), serta bau
produk fashion (Masykur & Puspitasari, 2019), menyengat dari air rendaman kenaf. Untuk
kertas lainer (Kardiansyah & Sugesty, 2014; mengembangkan hasil serat kenaf yang lebih
Tahir et al., 2011), industri otomotif (Hassan et berkelanjutan, diperlukan informasi tentang
al., 2017), konstruksi (Akil et al., 2015), dan kekuatan dan kelemahan sistem budidaya
lain-lain. Beberapa keunggulan serat kenaf sehubungan dengan produktivitas dan dampak
terdapat pada hal biaya, kepadatan, lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan
keterbaruan, daur ulang, abrasivitas dan penilaian dampak lingkungan dan ekonomi
biodegradasi (Jeyanthi & Rani, 2012). Hal yang komprehensif dari sistem pertumbuhan
tersebut menunjukkan bahwa dari segi kenaf sampai dihasilkan serat kenaf.
ekonomi, kenaf memiliki prospek dan peluang Penilaian dampak lingkungan yang terkait
cerah di masa depan (Sudjindro, 2012). dengan pertumbuhan kenaf dapat
Persebaran kenaf terbesar di Indonesia ada menggunakan metode Life Cycle Assessment
di lahan bonorowo, Laren, Lamongan. Lahan (LCA). LCA adalah metodologi standar ISO
bonorowo adalah lahan menjadi rawa ketika yang umum diterapkan untuk menilai kategori
musim hujan. Budidaya kenaf di lahan dampak lingkungan pada siklus hidup produk
bonorowo menguntungkan proses budidaya dari penggunaan dan pengolahan bahan
kenaf pada tahap perendaman serat kenaf. (Perez Gil et al., 2013). LCA sering digunakan
Namun sebenarnya lahan bonorowo dalam industri sebagai alat untuk mengukur
merupakan lahan yang kurang potensial untuk dampak dari opsi produksi yang dijalankan.
tanaman karena pH tanah dan kandungan Salah satunya LCA digunakan untuk
hara rendah, kandungan Fe dan alumunium menentukan dampak lingkungan dari produksi
tinggi, dan genangan air terkadang susah pertanian (Tuomisto et al., 2012; Nemecek et
dikendalikan (Purnomo et al., 2005). al., 2011; Jonell et al., 2015). Manfaat metode
Kebutuhan nutrisi suatu tanaman tergantung LCA adalah mengembangkan evaluasi
pada kondisi iklim dan sifat-sifat tanah. Kenaf sistematis dari konsekuensi lingkungan terkait
salah satu tanaman yang membutuhkan nutrisi dengan proses suatu produk (Tukker, A.,
tambahan berupa pupuk untuk meningkatkan 2000), menganalisis trade-off lingkungan

214
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

terkait dengan satu atau lebih produk atau 2016). LCC telah digunakan di berbagai subjek
proses untuk membantu mendapatkan penelitian seperti dampak energi alternatif
masukan terhadap tindakan yang (Benedict, 2017; Petrillo et al., 2016), produksi
direncanakan (Vink et al., 2003), mengukur makanan (Ahmad et al., 2019), perbaikan
siklus kehidupan atau proses yang proses produksi (Dian et al., 2014), proyek
berkontribusi utama menghasilkan dampak pembangunan (Buyung et al., 2019), maupun
lingkungan ke udara, air, dan tanah (Miettinen proyek pengadaan mesin (Meiriza et al., 2017).
& Hamalainen, 1997; Fernando et al., 2015), Menurut Buyung et al. (2019) metode LCC
menilai dampak manusia dan ekologis dari memiliki banyak variabel yang tak terduga,
konsumsi material dan pelepasan lingkungan salah satu cara untuk memperkirakan adalah
dalam komunitas lokal, wilayah, dan dunia meninjau ke belakang dan memperkirakan
(Frankl & Rubik, 1999), membandingkan dan hasil ke masa yang akan datang (forecast).
mengidentifikasi dampak kesehatan serta Pada penelitian ini LCC digunakan untuk
ekologis antara dua atau lebih produk atau mengidentifikasi biaya yang melekat pada
proses tertentu dan area lingkungan spesifik budidaya tanaman kenaf sampai menjadi serat
yang menjadi perhatian. Informasi LCA dapat kenaf di lahan bonorowo Laren, Lamongan.
digunakan dengan faktor-faktor lain, seperti Setelah dilakukan identifikasi biaya dari setiap
data biaya dalam mempertimbangkan proses kemudian dilakukan analisis
pemilihan suatu produk atau proses (Daddi et sensitivitas.
al., 2017). Penelitian LCA tentang budidaya Penelitian ini merupakan langkah awal
kenaf di Indonesia pernah dilakukan oleh menuju green dengan melakukan penilaian
Irawati & Wulandari (2019). Perbedaan antara dampak lingkungan dan ekonomi dari siklus
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya hidup produksi tanaman kenaf menjadi serat
adalah pada penelitian sebelumnya hanya kenaf dengan menggunakan metode LCA dan
mengukur dampak lingkungan dari perkebunan LCC. Siklus hidup tersebut meliputi tahap
kenaf menggunakan metode LCA. Penilaian pembibitan kenaf, pemeliharaan tanaman
dampak yang diukur adalah empat kelompok kenaf yang meliputi pemupukan dan
kategori dampak yang dihasilkan dari penilaian pemberian pestisida, pasca panen yang terdiri
Impact 2002+. Selain itu data dihitung secara dari perendaman batang kenaf, penyeratan
keseluruhan tanpa dikelompokkan sesuai kulit batang kenaf, dan pencucian, dan tahap
siklus serat kenaf. Data yang digunakan pada terakhir adalah pengiriman serat kenaf ke
penelitian sebelumnya adalah data ketika pengepul. Informasi yang diperoleh dalam
perkebunan kenaf berjalan mendekati ideal. penelitian ini berguna membuat kebijakan
Pada penelitian ini selain mengukur dampak untuk menyeimbangkan produksi serat kenaf
lingkungan menggunakan LCA, juga dilakukan sebagai raw material yang berkelanjutan.
penilaian ekonomi dengan LCC. Pada tahap
LCA, data yang diolah dikelompokkan Metodologi
berdasarkan siklus serat kenaf sampai serat Penilaian dampak lingkungan dan ekonomi
kenaf dikirim ke pengepul. Penilaian dampak dari siklus hidup produksi tanaman kenaf
berdasarkan Eco Indicator 99 dan data yang menjadi serat kenaf menggunakan metode
digunakan adalah data saat kondisi budidaya LCA dan LCC. Model penilaian kinerja
kenaf tidak sesuai harapan akibat cuaca lingkungan dan ekonomi dijelaskan secara
ekstrem. singkat di bagian flowchart berikut ini.
Menurut Meiriza et al. (2017), metode LCC
merupakan pendekatan yang menghasilkan Pengumpulan Data
total biaya dengan mempertimbangkan Data yang digunakan pada penelitian ini
variabel biaya pemeliharaan, biaya merupakan data hasil wawancara dengan
operasional, biaya pergudangan, biaya ketua kelompok tani kenaf, Laren, Lamongan.
populasi dan biaya pembelian. LCC berguna Data yang dikumpulkan mulai dari data tahap
untuk mengambil keputusan berdasarkan nilai pembibitan kenaf, pemeliharaan tanaman
ekonomis dengan mempertimbangkan aspek kenaf yang meliputi pemupukan dan
yang berhubungan dengan proses produksi pemberian pestisida, pasca panen yang terdiri
selama jangka waktu umur hidup produk dari perendaman batang kenaf, penyeratan
tersebut (Buyung et al., 2019; Sugirianta et al., kulit batang kenaf, dan pencucian, dan tahap

215
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

terakhir adalah pengiriman serat kenaf ke siklus tersebut. Ruang lingkup siklus hidup
pengepul. Dalam siklus tersebut berisikan data pertumbuhan kenaf sampai menjadi serat
tentang jumlah, jenis dan harga bahan atau kenaf pada penelitian ini meliputi tahap
alat pertumbuhan kenaf, transportasi, jumlah pembibitan kenaf, pemeliharaan tanaman
panen, dan harga jual serat kenaf. kenaf yang meliputi pemupukan dan
pemberian pestisida, pasca panen yang
terdiri dari perendaman batang kenaf,
Research Question penyeratan kulit batang kenaf, dan
Bagaimana dampak lingkungan dan besar biaya pencucian, dan tahap terakhir adalah
selama proses pertumbuhan tanaman kenaf
pengiriman serat kenaf ke pengepul. Unit
sampai panen serat kenaf, dan serat kenaf dikirim
ke pengepul di lahan bonorowo Laren fungsional yang digunakan pada penelitian
ini adalah 1 kg serat kenaf. Obyek yang
dituju adalah kelompok tani lahan
Tahap Pengumpulan Referensi
bonorowo Laren.
Konsep pertumbuhan tanaman kenaf di lahan
bonorowo Laren, LCA, dan LCC 2. Life Cycle Inventory (LCI)
Langkah kedua LCA ini adalah
mengelompokkan dan mengompilasi input
Tahap Pengumpulan Data dan output dari masing-masing tahapan
Data diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua
yang menjadi ruang lingkup penelitian. Data
kelompok tani kenaf Laren, Lamongan.
Data yang dikumpulkan: jumlah, jenis dan harga input dan output diperoleh dari informasi
bahan/alat selama budidaya kenaf sampai serat ketua kelompok tani lahan bonorowo,
kenaf terkumpul di pengepul, transportasi, jumlah Laren. Data input dan output disesuaikan
panen, dan harga jual serat kenaf.
dengan ecoinvent database yang telah
tersedia di SimaPro.
Tahap Pengolahan Data 3. Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
Analisis dampak lingkungan menggunakan LCA: Pada tahap LCIA adalah mengonversi data
Goal & scope definition, Life Cycle Inventory, Life input dan output dari LCI sehingga
Cycle Impact Assessment, dan Interpretation
menghasilkan dampak lingkungan pada
Analisis biaya menggunakan LCC: Biaya investasi, masing-masing siklus dan bagian penyebab
Biaya Operasional, Net Present Value (NPV), Net dari dampak tersebut. Pengolahan data
Benefit Cost (B/Cnet), dan analisis sensitivitas
menggunakan software SimaPro 9
mengikuti pedoman yang ditetapkan dalam
Tahap Analisis standar ISO 14040. Metode LCIA yang
Analisis terhadap hasil pengolahan LCA dan LCC dipilih pada pengolahan dengan SimaPro 9
adalah Eco Indictor 99. Indikator dampak
yang diukur dari Eco Indicator 99 adalah
Kesimpulan
carcinogens, respiratory organics,
respiratory inorganics, climate change,
Gambar 1. Alur penelitian radiation, ozone layer, ecotoxity,
acidification/ euthrophication, land use,
Model LCA minerals, dan fossil fuel. Kesebelas
Ruang lingkup tahap LCA pada penelitian kategori dampak dikelompokkan menjadi
ini adalah cradle to gate, yang mencakup tiga kategori dampak yaitu kesehatan
semua proses hulu di produksi serat kenaf. manusia, kualitas ekosistem dan sumber
Langkah pengerjaan LCA berdasarkan daya (Goedkoop, M. & Spriensma, R.,
metodologi ISO 14010 yang terdiri dari empat 2000) .
fase yaitu: 4. Interpretation
1. Goal and scope definition Ini adalah tahap pembahasan hasil dari
Tujuan umum LCA pada sistem tahap sebelumnya dalam kaitannya dengan
pertumbuhan kenaf adalah menentukan tujuan penelitian.
dampak lingkungan dari siklus
pertumbuhan kenaf di lahan bonorowo Model LCC
Laren dan mengidentifikasi sumber Pada tahap perhitungan biaya
penyebab dampak lingkungan terbesar dari menggunakan metode LCC maka semua biaya

216
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

yang dikeluarkan selama proses penanaman NPV; B/Cnet = 0, maka usaha berada dalam
kenaf sampai menjadi serat kenaf kondisi total revenue = total cost. NPV;B/Cnet >
diperhitungkan. 0, maka usaha tani layak untuk dijalankan.
Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas
LCC = Biaya investasi + Biaya Opersional untuk mengetahui sampai di mana usaha akan
Pers.1 tetap layak jika dilakukan penurunan produksi.
Analisis sensitivitas diasumsikan dari data
Data yang dihitung terdiri dari biaya investasi, masa lalu yaitu penurunan produksi sebesar
biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya 6%.
populasi dan biaya yang harus dikurangi
(Meiriza et al., 2017). Hasil dan Diskusi
Biaya investasi awal adalah biaya yang Evaluasi lingkungan dan ekonomi pada
harus dikeluarkan dalam pembangunan tanaman kenaf sampai diperoleh serat kenaf
sebuah proyek (Utari et al., 2016). Dalam dilakukan dari perspektif siklus hidup,
penelitian ini meliputi sewa lahan, pembelian menggunakan LCA dan LCC. Model penilaian
bibit dan pembelian peralatan. Biaya kinerja lingkungan dan ekonomi dijelaskan
operasional merupakan biaya yang secara singkat di bagian berikut.
dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung (Meiriza et al., 2017). Biaya Potensi Lahan Bonorowo Laren
operasional terdiri dari biaya tanaman sebelum Berdasarkan permintaan pasar dunia untuk
menghasilkan dan biaya setelah serat alam yang ramah lingkungan, maka
menghasilkan. Biaya pemeliharaan masuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia,
dalam biaya tanam sebelum menghasilkan, Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand,
yang terdiri dari biaya pupuk dan biaya Bangladesh, dan India mempunyai peluang
penyemprotan pestisida. besar menjadi negara produsen serat kenaf
Pendapatan yang didapatkan petani karena negara-negara tersebut memiliki
selama masa hidup kenaf menjadi serat kenaf sumber daya alam yang mendukung.
dihitung dengan mencari selisih antara Tingginya minat konsumen terhadap serat
penerimaan dengan semua biaya yang kenaf maka perlu disiapkan dan dikembangkan
melekat pada produk tersebut. Penerimaan teknik penanaman dan daerah
diperoleh dari perkalian total produksi yang pengembangan.
terjual dengan harga jual (Sutjipta, 2006). Pengembangan tanaman kenaf di
Indonesia dilakukan di lahan bonorowo, lahan
TR = Y × Py Pers.2 gambut, dan lahan podsolik merah kuning.
Setiap jenis lahan yang digunakan memiliki
Sebagai keterangan, TR = total revenue, Y = sifat tersendiri sehingga teknik budidaya sedikit
jumlah produksi yang dihasilkan, Py = harga berlainan. Umumnya proses pertumbuhan
per produk. kenaf sampai menghasilkan serat kenaf adalah
Untuk mengetahui keuangan bersih dan pengolahan tanah, penyebaran bibit,
nilai manfaat dari sebuah usaha maka pengairan, pemupukan, penyiangan gulma,
dilakukan perhitungan Net Present Value pengendalian hama, panen, perendaman,
(NPV) dan Net Benefit/Cost. Persamaan yang penyeratan, dan penjemuran. Lahan bonorowo
digunakan untuk menghitung NPV dan B/Cnet merupakan lahan dengan banjir musiman.
adalah sebagai berikut (Utari et al., 2016): Lahan ini dijumpai di wilayah Jawa Timur dan
Jawa Tengah, salah satu wilayah Jawa Timur
$
NPV = 𝛴!"# 𝑁𝐵i (1+i)-n Pers. 3 adalah di kawasan Lamongan tepatnya desa
Laren. Lahan bonorowo Laren merupakan
!
$$$$$(&)
!"#$ "# lahan penanaman kenaf terbesar di Indonesia.
B/Cnet = ! Pers. 4
!"#$ $$$$$
#" (() Saat terendam banjir, lahan bonorowo Laren
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman
Sebagai keterangan, BT = Net Benefit, i = pangan, kecuali bertanam tanaman kenaf. Hal
discount factor, n = Tahun. Jika, NPV; B/Cnet < ini dikarenakan batang kenaf akan tumbuh
0, maka usaha tidak layak untuk dijalankan. akar adventif jika batang terendam air. Waktu
tanam kenaf terbaik dilakukan pada bulan

217
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

September-Oktober. Pada lahan bonorowo memberikan manfaat sebagai bahan baku


khususnya lahan bonorowo Laren, pengairan industri dan bagi perekonomian warga Laren.
dilakukan dengan mengambil air sungai Berdasarkan informasi dari ketua kelompok
Bengawan Solo, namun pengairan dilakukan tani Laren, serat kenaf hasil budidaya warga
jika musim panas terlalu ekstrem. Keunggulan Laren menjadi komoditas ekspor bahan
penanaman kenaf di lahan bonorowo adalah mentah dalam pembuatan dashboard dan
perendaman batang kenaf langsung dilakukan interior otomotif. Proses bertanam kenaf di
pada lahan bonorowo yang banjir, tidak lahan bonorowo Laren sampai menghasilkan
membutuhkan kolam khusus. serat kenaf melalui tahap pemilihan benih yang
Lahan podsolik merah kuning yang bermutu, penyebaran benih, pemupukan,
dijadikan lahan pengembangan kenaf berada pemeliharaan, panen, perendaman,
di Kalimantan Selatan dan Timur, waktu tanam penyeratan, pengeringan, dan pengangkutan.
pada bulan Februari-Maret. Lahan ini memiliki Penanaman kenaf di lahan bonorowo Laren
pH rendah, konsentrasi Fe dan Al yang tinggi dimulai pada bulan September sampai
serta peka terhadap erosi. Tingginya Februari. Dalam penelitian ini, data yang
kandungan Al membuat kecambah kenaf digunakan berdasarkan tanam kenaf bulan
mengalami keracunan sehingga pertumbuhan September 2019 sampai Maret 2020 ketika
kenaf terhambat (Heliyanto et al., 1998; serat kenaf telah kering dan siap
Marjani et al., 2009). Penanaman kenaf di didistribusikan ke pengepul. Total lahan
lahan gambut berada di wilayah Kalimantan bonorowo yang dimanfaatkan untuk budidaya
Barat, waktu tanam terbaik pada bulan Maret- kenaf pada tahun 2019-2020 adalah 393 Ha.
April (Kangiden et al., 1996). Ciri-ciri lahan
gambut adalah kaya akan bahan organik, Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
unsur mikro (Zn, Cu, dan Mn), tetapi pH tanah Serat kenaf yang dihasilkan dari 393 Ha
rendah dan sering terjadi genangan air karena lahan bonorowo Laren adalah 117.900 kg.
pasang dan surut air laut. Perilaku pasang Berdasarkan proses tanaman kenaf menjadi
surut itu sulit dikendalikan (Sastrosupadi & 117.900 kg serat kenaf, dibutuhkan bahan-
Santoso, 2002). Pada lahan podsolik merah bahan yaitu benih kenaf sebanyak 4.930 kg,
kuning dan gambut terdapat penambahan pupuk urea 128.000 kg, pestisida 10,5 kg.
langkah pengerjaan yaitu pengapuran tanah. Proses pengiriman serat kenaf dari petani ke
Hal ini bertujuan menormalkan nilai pH tanah. pengepul menggunakan truk. Konsumsi solar
Di samping itu perendaman batang kenaf pada proses pengiriman tersebut adalah 1.700
dilakukan pada kolam perendaman yang telah kg. Seluruh data bahan serta hasil serat kenaf
disiapkan (Santoso, B., 2014). dikelompokkan sesuai siklusnya, selanjutnya
diolah menggunakan SimaPro 9, metode Eco
Life Cycle Inventory (LCI) Indicator 99. Data yang diolah disesuaikan
Serat kenaf merupakan jenis serat sel dengan ecoinvent database yang tersedia
berdinding tebal berlignin, berfungsi sebagai pada software SimaPro. Data input dan output
penahan terhadap tegangan. Keunggulan ini secara lengkap disajikan seperti Gambar 2.

Gambar 2. Input data di SimaPro

218
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Eco Indicator 99 adalah pendekatan penyumbang terbesar kategori dampak


endpoint yang dilanjutkan dengan identifikasi lingkungan adalah tahap pemeliharaan. Tahap
area yang menjadi pusat perhatian yaitu pemeliharaan memiliki nilai dampak paling
kategori kerusakan hingga penentuan tinggi pada kategori carcinogens, respiratory
penyebab kerusakan. Metode Eco Indicator 99 organics, respiratory inorganics, climate
terdiri dari sebelas indikator dampak yang change, radiation, ozone layer, ecotoxity,
kesebelas indikator tersebut merupakan acidification/ euthrophication, minerals, dan
bagian dari tiga kategori kerusakan yaitu fossil fuel. Tahap pembibitan mempunyai nilai
kesehatan manusia, kualitas ekosistem dan dampak paling tinggi pada kategori dampak
sumber daya. Kategori kerusakan kesehatan land use. Tahap pasca panen tidak
manusia adalah kategori utama yang berpengaruh pada dampak lingkungan
berkontribusi 89% terhadap hasil kerusakan dikarenakan pada tahap pasca panen
yang diperoleh Eco Indicator 99 (Dreyer et al., menggunakan air untuk proses perendaman,
2003). Hal tersebut menjadi alasan dipilihnya penyeratan, dan pencucian.
metode Eco Indicator 99 karena pertumbuhan Berdasarkan penilaian dampak single score
tanaman kenaf sampai menjadi serat kenaf per tiga kelompok kategori dampak pada Tabel
yang di kirim ke pengepul masih berjalan 2 dan Gambar 3, diketahui bahwa tahap
secara manual, penggunaan tenaga manusia pemeliharaan menjadi penyumbang tertinggi
sangat besar. dari ketiga kelompok kategori dampak. Urutan
Penentuan dampak lingkungan pada tahap tertinggi sampai terendah kelompok kategori
LCIA diperoleh dari hasil olah data tahap LCI. dampak yang dipengaruhi oleh tahap
Pada tahap LCIA, pembobotan sebelas pemeliharaan adalah yang pertama resources
dampak lingkungan mengikuti langkah single dengan nilai 21,4 mPt, kedua human health
score. Analisis single score adalah langkah senilai 8,76 mPt, dan ketiga ecosystem quality
opsional dalam analisis siklus hidup sesuai senilai 1,91 mPt. Kelompok kategori sumber
dengan pedoman ISO 14044. Analisis single daya terdiri dari kategori dampak minerals dan
score merupakan pembobotan (kuantitatif) fossil fuels. Tahap pemeliharaan berpengaruh
yang mewakili kepentingan relatif dari dampak terhadap fossil fuels dan minerals, yaitu
lingkungan yang berbeda dan digunakan untuk sebesar 20,9 mPt dan 0,464 mPt. Kelompok
menghitung satu nilai gabungan (skor tunggal). kategori kesehatan manusia terdiri dari
Analisis single score digunakan untuk kategori dampak carcinogens, respiratory
mendukung pengambilan keputusan, terutama organics, respiratory inorganics, climate
pada saat itu sulit untuk memiliki kesimpulan change, radiation, dan ozone layer. Tahap
keseluruhan hanya berdasarkan hasil titik pemeliharaan berpengaruh besar pada
tengah (Heijungs et al., 2007). dampak respiratory inorganic senilai 6,31 mPt,
Berdasarkan hasil penilaian dampak siklus selanjutnya climate change senilai 1,99 mPt,
pertanian kenaf menggunakan pembobotan carcinogens senilai 0,435 mPt, radiation senilai
single score per kategori dampak lingkungan 0,0185 mPt, ozone layer senilai 0,00134 mPt,
pada Tabel 1, diketahui bahwa siklus dan respiratory organic senilai 0,0051 mPt.

Tabel 1. Hasil single score per kategori dampak lingkungan


Unit Total Pembibitan Pemeliharaan Transportasi
Total mPt 33,8 0,526 32 1,22
Carcinogens mPt 0,465 0,0146 0,435 0,0149
Respiratory organic mPt 0,00587 0,0000291 0,0051 0,000736
Respiratory inorganics mPt 6,66 0,038 6,31 0,308
Climate change mPt 2,08 0,00798 1,99 0,0808
Radiation mPt 0,0203 0,0000579 0,0185 0,0018
Ozone layer mPt 0,0014 0,00000261 0,00134 0,0000607
Ecotoxicity mPt 0,964 0,00278 0,932 0,0292
Acidification/Eutrophication mPt 0,734 0,00636 0,699 0,0293
Land use mPt 0,733 0,42 0,278 0,0349
Minerals mPt 0,486 0,00192 0,464 0,0201
Fossil fuels mPt 21,6 0,034 20,9 0,702

219
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Tabel 2. Hasil single score pada tiga kelompok kategori dampak lingkungan
Unit Total Pembibitan Pemeliharaan Transportasi
Total mPt 33,8 0,526 32 1,22
Resources mPt 22,1 0,036 21,4 0,722
Human Health mPt 9,23 0,0606 8,76 0,407
Ecosystem Quality mPt 2,43 0,429 1,91 0,0934

Gambar 3. Grafik hasil single score pada tiga kategori dampak lingkungan

Sedangkan kelompok kategori dampak Life Cycle Cost (LCC)


kualitas ekosistem tediri dari kategori dampak Life cycle Cost (LCC) pada penelitian ini
ecoxitocity, acidification, dan land use. Tahap digunakan untuk mengidentifikasi biaya-biaya
pemeliharaan berpengaruh besar terhadap yang melekat dari proses awal hingga
kategori dampak ecoxitocity senilai 0,932 mPt distribusi serat kenaf di lahan bonorowo.
dan dampak acidification senilai 0,699 mPt, Proses identifikasi dibagi menjadi dua tahap
sedangkan tahap pemeliharaan tidak yaitu proses identifikasi biaya investasi dan
mempengaruhi dampak land use. Dampak dilanjutkan dengan proses identifikasi biaya
land use dipengaruhi oleh tahap pembibitan. operasional. Selanjutnya biaya ini digunakan
Tingginya nilai dampak kategori akibat untuk menentukan studi kelayakan budidaya
tahap pemeliharaan dikarenakan pada tahap kenaf sampai menghasilkan serat kenaf di
pemeliharaan menggunakan bahan kimia yaitu lahan bonorowo Laren.
urea dan pestisida. Dalam prosesnya pupuk
urea membutuhkan energi. Energi yang Biaya Investasi
digunakan dalam proses produksi dan Lahan yang digunakan dalam budidaya
transportasi. Energi ini berpengaruh pada kenaf merupakan hasil sewa lahan, sehingga
ketersediaan bahan bakar fosil. Penggunaan petani kenaf tidak melakukan pembukaan
urea dapat mempengaruhi sistem pernapasan lahan. Penyewaan lahan dilakukan selama
karena pada urea mengandung nitrogen satu siklus penanaman. Biaya sewa lahan per
oxides, ammonia, sulfur dioxide, dan sulfate hektar adalah Rp. 2.000.000. Biaya lain yang
dengan ukuran < 2,5 um. Hal ini mudah masuk dalam biaya investasi awal adalah
terhirup oleh manusia dan mengiritasi sistem pembelian peralatan. Peralatan yang
pernapasan (Kunzli et al., 2010). Penguapan digunakan antara lain cangkul, timba, ember,
pupuk menghasilkan emisi CxHy dan NOx sarung tangan, serta depresiasi alat
yang menyebabkan gas rumah kaca, salah penyemprot pestisida dan masker. Selain itu,
satu penyebab tidak langsung terjadinya dibutuhkan bibit untuk penanaman dengan
perubahan iklim (Wang et al., 2017). harga bibit kenaf per kilogram adalah
Rp.18.000. Total biaya investasi awal adalah

220
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Rp.893.648.333. Rincian biaya investasi ton. Harga per kg serat kenaf adalah Rp.
disajikan pada Tabel 3. 7.000, dengan begitu total pendapatan adalah
Rp 8.253.000.000. Terdapat selisih yang
Tabel 3. Biaya investasi menjadi laba kotor sebesar Rp 2.164.531.667.
Komponen Jumlah Biaya (Rp.)
Sewa Lahan 393 (ha) 786.000.000 Tabel 5. Biaya operasional setelah menghasilkan
Peralatan 18.908.333 Komponen Biaya (Rp)
Bibit 4930 (kg) 88.740.000 TK Tebang Rendam 786.000.000
Total Biaya 893.648.333 TK Seset 1.473.750.000
TK Jemur 294.750.000
Biaya Operasional TK Pengangkutan 3.750.000
Operasional yang dilakukan dalam Depresiasi Mobil (per tahun) 5.050.000
pemeliharaan tanaman kenaf antara lain Bahan Bakar 9.120.000
pemberian pupuk dan penyemprotan pestisida. Total Biaya 2.572.420.000
Dalam satu kali siklus dibutuhkan pupuk urea
sebanyak 500 kg/Ha dan pestisida sebanyak 1 Biaya penggunaan bahan kimia pada tahap
liter. Selain pupuk dan pestisida, biaya yang pemeliharaan yang berpengaruh besar pada
dibutuhkan dalam pemeliharaan sebelum kategori dampak menyumbang 4,2% dari total
menghasilkan adalah pembayaran tenaga biaya keseluruhan. Sedangkan biaya terbesar
kerja. Upah tenaga kerja dihitung per siklus digunakan untuk membayar tenaga kerja
penanaman. Total biaya operasional sebelum dengan persentase sebesar 80,75%. Biaya
menghasilkan adalah Rp. 2.622.400.000 tenaga kerja yang begitu besar ini diakibatkan
dengan rincian biaya biaya operasional oleh sistem budidaya kenaf yang masih
terdapat pada Tabel 4. manual sehingga setiap proses sangat
tergantung dengan kualitas maupun kuantitas
Tabel 4. Biaya operasional sebelum menghasilkan tenaga kerja.
Komponen Jumlah Biaya (Rp) Setelah memperkirakan pendapatan dan
Pupuk Urea 128.000 Kg 256.000.000 pengeluaran maka dilakukan perhitungan
Pestisida 105 liter 8.400.000 NPV, yang menghasilkan nilai Rp.
Tenaga Kerja 2.358.000.000 438.716.959 yang artinya investasi
Total Biaya 2.622.400.000 memberikan keuntungan. Perhitungan untuk
B/Cnet menggunakan persamaan 4 maka
Biaya operasional yang digunakan setelah dihasilan B/Cnet sebesar 1,108.
menghasilkan adalah biaya untuk proses
perendaman, penyeratan, pengeringan, dan !"#,#%&,###,%%&
pengangkutan. Untuk melakukan proses B/Cnet = = 1,108
!"#,()(,*+*,&,(
tersebut dibutuhkan tenaga kerja dan
peralatan. Pengangkutan membutuhkan Nilai B/Cnet > 1, sehingga dapat dikatakan
tenaga kerja untuk memindahkan kenaf kering bahwa proyek layak dilakukan. Perhitungan
dan mengantarkan ke pengepul. Proses NPV tersaji pada Tabel 6.
pengiriman ke pengepul menggunakan mobil. Setelah dilakukan identifikasi biaya dan
Biaya mobil yang dimasukkan ke dalam studi kelayakan berdasarkan NPV dan B/Cnet,
perhitungan adalah biaya depresiasi per tahun. langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
Biaya bahan bakar yang digunakan pada sensitivitas. Analisis yang dilakukan untuk
penelitian ini adalah solar dengan pemakaian faktor pertama adalah ketika produksi turun
satu siklus penanaman sebanyak 960 liter, 6%. Biasanya penurunan produksi ini
biaya per liter Rp.9.500. Total biaya setelah dikarenakan gagal panen di sebagian area
menghasilkan adalah Rp 271.120.000. Biaya yang berasal dari faktor alam. Jika
tenaga kerja disajikan pada Tabel 5. produktivitas lahan turun lebih dari 6% maka
Dari Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 diketahui usaha budidaya mengalami kerugian karena
bahwa total biaya selama satu siklus yaitu Rp. NPV bernilai negatif. Perhitungan sensitivitas
6.088.468.333. Jumlah produksi serat kenaf disajikan pada Tabel 7.
yang dihasilkan untuk 393 Ha adalah 1.179

221
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Tabel 6. Perhitungan NPV


Bulan Cost (Rp) Benefit (Rp) Net benefit (Rp) DF 0,04 PV (Rp)
0 874.740.000 - - 874.740.000 1,00 -874.740.000
1 1.399.220.000 - - 1.399.220.000 0,96 -1.345.403.846
2 524.480.000 - - 524.480.000 0,92 - 484.911.243
3 524.480.000 - - 524.480.000 0,89 -466.260.810
4 524.480.000 - - 524.480.000 0,85 -448.327.702
5 524.480.000 - - 524.480.000 0,82 -431.084.329
6 2.572.420.000 8.253.000.000 5.680.580.000 0,79 4.489.444.889
Total 6.944.300.000 438.716.959

Dari keseluruhan penelitian yang telah Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
dilakukan, kekurangan penelitian ini adalah proses identifikasi biaya dapat dikembangkan
data keuangan yang digunakan masih terbatas dengan menggunakan data historis yang lebih
pada satu tahun terakhir sehingga apabila panjang dan melanjutkan penilaian siklus
terjadi inflasi atau ketidak-pastian lainnya hidup budidaya kenaf secara sosial dengan
dalam jangka panjang maka studi kelayakan menggunakan social life cycle assessment.
tersebut belum tentu dapat digunakan.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat Daftar Pustaka
berkembang pada upaya perbaikan untuk Ahmad, S., Wong, K. Y., & Ahmad, R. (2019).
mengatasi dampak lingkungan dan analisis Life Cycle Assessment for Food Production
keberlangsungan budidaya kenaf dari segi and Manufacturing: Recent Trends, Global
sosial menggunakan metode Social Life Cycle Applications and Future Prospects.
Assessment. Procedia Manufacturing, 34, 49–57.
Akil, H., Zamri, M. H., & Osman, M. R. (2015).
Biofiber Reinforcements in Composite
Tabel 7. Analisis sensitivitas
Materials, 138–161. Cambridge: Woodhead
Kondisi NPV B/Cnet Publishing.
Normal Rp 438.716.959 1,108 Aminah, A., Wong, C. C. & Hashim, G. M.
Penurunan 6% Rp 47.369.012 1,01
(2006). Production Potential of Kenaf for
Forage and Fibre on BRIS Under
Penurunan 7% -Rp 17.855.646 0,99 Smallholder Production Systems. Fourth
Technical Review Meeting on the National
Kesimpulan Kenaf Research Project. Malaysian
Agricultural Research and Development
Hasil LCA dengan metode Eco Indicator 99 Institute: Malaysia.
dan penilaian single score, menunjukkan Benedict, B. A. (2017). Understanding Full
bahwa tahap pemeliharaan menjadi Life-Cycle Sustainability Impacts of Energy
penyumbang tertinggi dari tiga kelompok Alternatives. Energy Procedia, 107, 309–
kategori dampak. Urutan tertinggi sampai 313.
terendah kelompok kategori dampak yang Buyung, R. A. H. F., Pratasis, P. A. K., &
Malingkas, G. Y. (2019). Life Cycle Cost
dipengaruhi oleh tahap pemeliharaan adalah (LCC) Pada Proyek Pembangunan Gedung
resources dengan nilai 21,4 mPt, human Akuntansi Universitas Negeri Manado.
health senilai 8,76 mPt, dan ecosystem quality Jurnal Sipil Statik, 7(11), 1527-1536.
senilai 1,91 mPt. Pada tahap pemeliharaan Daddi, T., Nucci, B., & Iraldo a, F. (2017).
terdapat aktivitas penggunaan bahan kimia, Using Life Cycle Assessment (LCA) to
yaitu urea dan pestisida. Total biaya dan total Measure The Environmental Benefits of
Industrial Symbiosis in an Industrial Cluster
pendapatan selama satu siklus penanaman
of SMEs. Journal of Cleaner Production,
kenaf sampai menghasilkan serat kenaf yaitu 147, 157-164.
Rp. 6.088.468.333 dan Rp 8.253.000.000. Dian, N., Partiwi, S. G., & Ciptomulyono, U.
Usaha penanaman kenaf sampai diperoleh (2014). Rancangan Perbaikan Proses
serat kenaf dapat dilanjutkan karena hasil Produksi Dengan Menggunakan QFD, LCA
perhitungan NPV dan B/Cnet bernilai positif. dan LCC di PT PG Candi Baru, Sidoarjo.
Hanya saja jika terjadi pengurangan produksi Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XXI, 1–10.
>6% maka petani akan mengalami kerugian.

222
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Dreyer, L. C., Niemann, A. L., & Hauschild, M. Jeyanthi, S. & Rani, J.J. (2012). Improving
Z. (2003). Comparison of Three Different Mechanical Properties by Kenaf Natural
LCIA Methods: EDIP97, CML2001 and Long Fiber Reinforced Composite for
Eco-indicator 99. The International Journal Automotive Structures. Journal of Applied
of Life Cycle Assessment, 8(4), 191–200. Science and Engineering, 15(3), 275-280.
Frankl, P., & Rubik, F. (1999). Life-Cycle Jonell, M., & Henriksson, P. J. G. (2015).
Assessment (LCA) in Business an Mangrove–Shrimp Farms in Vietnam
Overview on Drivers, Applications, Issues Comparing Organic and Conventional
And Future Perspectives. Global Nest: The Systems Using Life Cycle Assessment.
International Journal, 1(3), 185-194. Aquaculture, 447, 66–75.
Fernando, A. L., Duartea, M. A., Vatsanidou, Kangiden, D. I., Hartati, R. R. S., & Marjani.
A., & Alexopoulou, E. (2015). (1996). Penyaringan Galur-Galur Kenaf
Environmental Aspects of Fiber Crops (Hibiscus Cannabinus L.) Sebagai
Cultivation and Use. Industrial Crops and Penghasil Serat di Lahan Gambut
Products, 68, 105-115. Kalimantan Barat. Prosiding Simposium
Goedkoop, M. & Spriensma, R. (2000) Eco- Pemuliaan Tanaman IV. PERIPI Komda
indicator 99 Manual for Designers. Ministry Jatim. UPN Surabaya. 61 – 66.
of Housing, Spatial Planning and the 25 Kardiansyah, T., & Sugesty, S. (2014).
Environment, Den Haag. Karakteristik Pulp Kimia Mekanis Dari
Hassan, F., Zulkifli, R., Ghazali, M. J., & Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Untuk
Azhari, C. H. (2017). Kenaf Fiber Kertas Lainer. Jurnal Selulosa, 4(1), 37 –
Composite in Automotive Industry: An 46.
Overview. International Journal on Kunzli, N., Perez, L., Rapp, R. (2010). Air
Advanced Science Engineering Information Quality and Health. European Respiratory
Technology, 7(1), 315-321. Society: Lausanne, Switzerland.
Heliyanto, B., Jumali, Sudjindro, & Li, Y., Zhang, W., Ma, L., Huang, G., Oenema,
Sastrosupadi, A. (1998). Respon Berbagai O., Zhang, F., & Dou, Z. (2014). An
Aksesi Kenaf Terhadap Aluminium Dan Analysis of China’s Fertilizer Policies:
Tanah Podsolik Merah Kuning Di Daerah Impacts on the Industry, Food Security, and
Jorong Kalimantan Selatan. Jurnal Littri, the Environment. Journal of Environmental
4(3), 73-78. Quality, 42(4), 972-981.
Heijungs, R., Guinée, J., Kleijn, R., & Rovers, Marjani, Sudjindro, & Purwati, R. D. (2009).
V. (2007). Bias in Normalization: Causes, Daya Hasil Galur-Galur Kenaf di Lahan
Consequences, Detection and Remedies. Podsolik Merah Kuning. Jurnal Littri, 15(2),
The International Journal of Life Cycle 53 – 59.
Assessment, 12(4), 211-216. Masykur, F. S., & Puspitasari, C. (2019).
Imfeld, G., & Vuilleumier, S. (2012). Measuring Eksplorasi Serat Dan Kain Kenaf Dengan
The Effects of Pesticides on Bacterial Teknik Tekstil Pada Produk Fesyen. e-
Communities in Soil: A Critical Review. Proceeding of Art & Design, 6(3), 4102-
European Journal of Soil Biology, 49, 22– 4107.
30. Meiriza, I., Supratman, N. A., & Tatas, F.
Indriani, I., & Widiawati, D. (2013). Eksplorasi (2017). Perancangan Kebijakan
Struktur Serat Tanaman Kenaf (Hibiscus Maintenance Mesin Vibro Menggunakan
Cannabinus L.) Pasa Teknik Tenun ATBM Metode Risk Based Maintenance (RBM)
Sebagai Bahan Baku Tekstil. Jurnal Tingkat dan Life Cycle Cost (LCC) Di PT
Sarjana Bidang Senirupa dan Desain, 1, 1- Perkebunan Nusantara VIII. E-Proceeding
8. of Engineering, 4(2), 2673–2680.
Irawati, D. Y., & Wulandari, L. M. (2019). Life Miettinen, P., & Hamalainen, R. P. (1997). How
Cycle Assessment Analysis of Kenaf to Benefit from Decision Analysis in
Cultivation in Bonorowo Land, Laren, Environmental Life Cycle Assessment
Lamongan. Jurnal Sistem dan Manajemen (LCA). European Journal Of Operational
Industri, 3(2), 89-97. Research, 102, 279-294.
ISO 14040. (2006). Environmental Mohd, H. A. B., Arifin, A., Nasima, J., Hazandy,
management. Life Cycle Assessment: A. H., & Khalil, A. (2014). Journey of Kenaf
Principle and Framework. International in Malaysia: A Review. Scientific Research
Organisation for Standardization: Geneva, and Essays, 9(11), 458–470.
Switzerland. Nemecek, T., Dubois, D., Huguenin-Elie, O., &
ISO 14044. (2006). Environmental Gaillard, G. (2011). Life Cycle Assessment
management. Life Cycle Assessment: of Swiss Farming Systems: Integrated And
Requirements and Guidelines. International Organic Farming. Agricultural Systems,
Organisation for Standardization: Geneva, 104(3), 217-232.
Switzerland.

223
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i3.4109.213-224

Perez Gil, M., Contreras Moya, A. M., & Sudjindro. (2012). Inovasi Varietas Unggul
Domínguez, R. E. (2013). Life Cycle Kenaf Untuk Pemberdayaan Lahan Sub
Assessment of The Cogeneration Optimal Di Indonesia. Orasi Pengukuhan
Processes in The Cuban Sugar Industry. Profesor Riset Bidang Pemuliaan dan
Journal of Cleaner Production, 41, 222-231. Genetika Tanaman. Jakarta: IAARD Press.
Petrillo, A., De Felice, F., Jannelli, E., Autorino, Tahir, P. M., Ahmed, B. A., Saiful Azry, S. O.
C., Minutillo, M., & Lavadera, A. L. (2016). A., & Ahmed, Z. (2011). Retting Process of
Life Cycle Assessment (LCA) and Life Some Bast Plant Fibers and Its Effect on
Cycle Cost (LCC) Analysis Model for A Fiber Quality: A Review. Bio Resources,
Stand-Alone Hybrid Renewable Energy 6(4), 5260–5281.
System. Renewable Energy, 95, 337–355. Tukker, A. (2000). Life Cycle Assessment as a
Purnomo, E., Mursyid, A., Syarwani, M., Tool in Environmental Impact Assessment.
Jumberi, A., Hashidoko, Y., Hasegawa, T., Environmental Impact Assessment Review,
Honma, S., & Osaki, M. (2005). Phosporus 20, 435–456.
Solubilizing Microorganism in The Tuomisto, H. L., Hodge, I. D., Riordan, P., &
Rhyzhosphere of Local Rice Varities Macdonald, D.W. (2012). Does Organic
Grown Without Fertilizer on Acid Sulphate Farming Reduce Environmental Impacts? A
Soils. Soil Science & Plant Nutrition, 51(5), Meta-Analysis of European Research.
679-681. Journal of Environmental Management,
Santoso, B. (2014). Teknik Budi Daya Varietas 112, 309-320.
Baru Kenaf Di Lahan Bonorowo, Podsolik Utari, M., Yasmini, & Edwina, S. (2016).
Merah Kuning, Dan Gambut. Balai Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat: Perkebunan Karet Program EKS UPP
Malang. TCSDP di Desa Bina Baru Kecamatan
Santoso, B., Jamil, A. H., & Machfud, M. Kampar Kiri Tengah Kab. Kampar. Jurnal
(2015). Manfaat Kenaf (Hibiscus Online Mahasiswa Fakultas Pertanian
cannabinus L.) Dalam Penyerapan Universitas Riau, 3(2), 99–102.
Karbondioksida (CO2). Perspektif, 14(2), Vinka, E. T. H., Ra´bagob, K. R., Glassnerb, D.
125 – 133. A., & Gruberb, P. R. (2003). Applications of
Sastrosupadi, A. & Santoso, B. (2002). Life Cycle Assessment to NatureWorksTM
Pengaruh Pupuk Makro dan Mikro di Lahan Polylactide (PLA) Production. Polymer
Gambut Kalimantan Tengah. Laporan Hasil Degradation and Stability, 80, 403–419.
Penelitian. Balittas: Malang. Wang, P., Wang, J., Qin, Q., & Wang, H.
Singh, J., Kunhikrishnan, A., Bolan, N.S., & (2017). Life Cycle Assessment of
Saggar. S. (2013). Impact of Urease Magnetized Fly-Ash Compound Fertilizer
Inhibitor on Ammonia and Nitrous Oxide Production: A Case Study in China.
Emissions from Temperate Pasture Soil Renewable and Sustainable Energy
Cores Receiving Urea Fertilizer and Cattle Reviews, 73, 706–713.
Urine. Science of The Total Environment,
465, 56-63.

224

You might also like