Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

LAPORAN PROGRESS KOMPONEN 1

KEGIATAN KELOMPOK NELAYAN TUNA

A. Pendahuluan

Pada quarter keempat program adaptasi dan penguatan nelayan terhadap dampak perubahan iklim
Kegiatan komponen satu terkait dengan penguatan kelompok dengan merancang draft SOP
kelompok atau mekanisme kerja masing-masing kelompok, mulai dari sistem kerja di rumpon dan
juga di tempat penimbangan, pengolahan dan penjualan ikan (mini coldstorage). SOP kelompok akan
mempertegas hubungan antar anggota kelompok nelayan dan juga dengan nelayan diluar kelompok,
termasuk didalamnya posisi HAI sebagai pendamping dan juga pemerintah negeri sebagai penasehat,
hal ini diperlukan untuk menghindari berbagai potensi perselisihan antar anggota dan
stakeholdernya. Diskusi manajemen kelompok juga akan memberikan gambaran potensi kelompok
yang ada seperti armada yang akan beroperasi, potensi tangkapan dan potensi lainnya yang dapat
dikembangkan sebagai pencapaian dampak peningkatan ekonomi, termasuk juga untuk mendeteksi
potensi kelemahan kelompok untuk dilakukan tindakan penguatan atau pelatihan seperti teknis
pencatatan hasil tangkapan dan manajemen keuangan usaha.

Pada quarter kedua telah dilakukan pengumpulan berkas pendaftaran kartu nelayan KUSUKA dan
pada quarter ketiga berkas yang telah masuk perlu disampaikan kepada DKP Kabupaten dan Provinsi
melalui kerjasama dengan penyuluh perikanan di Balai Pelatihan dan Penyuluh Perikanan Kota
Ambon sebagai bagian yang mempunyai tugas melakukan pendampingan dan pendataan KUSUKA.
Maka dalam hal memastikan anggota kelompok yang telah terbentuk semuanya memiliki kartu
nelayan KUSUKA, HAI bekerjasama dengan penyuluh perikanan di tingkat kecamatan, kabupaten dan
provinsi untuk memfasilitasi pendaftaran.

Selain pada quarter ketiga perlu dilakukan komunikasi intensif dengan OPD terkait untuk
pelaksanaan pembuatan rumpon sebagai output adaptasi metode penangkapan dan peningktan
hasil tangkapan yang terukur. HAI berkomitmen untuk mendapatkan ijin resmi dari pemerintah
provinsi sebagai pemegang wewenang untuk menempatkan rumpon yang akan dibuat, meski
menurut DKP sendiri di Maluku sampai dengan Maluku Utara terdapat 3.000 lebih rumpon terpasang
dan tidak memiliki ijin, hal ini karena belum adanya Perda yang mengatur terkait penempatan
rumpon di perairan Maluku sehingga tidak ada dasar untuk melakukan penertiban kecuali oleh
pemerintah pusat. Peraturan menteri terkait Surat Izin Penempatan Rumpon (SIPR) merujuk kepada
Permen KP No. 18 tahun 2023 dan Permen KP No. 10 tahun 2021, dari kedua Permen KP ini diketahui
beberapa tahapan sebelum penerbitan SIPR. Sedangkan persetujuan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang laut diatur dalam PP No. 21 tahun 2021 tentang Izin Lokasi, izin pengelolaan dan
izin lokasi laut.

Keterlibatan stakeholder juga diperkuat untuk mendukung kegiatan nelayan tangkap seperti Dinas
Kelautan Perikanan (DKP) Kabupaten Maluku Tengah dalam proses pendaftaran kelompok nelayan
agar mendapatkan pendampingan dan pelatihan anggota kelompok, fasilitasi percepatan pengurusan
kartu nelayan KUSUKA yang juga bekerjasama dengan Balalai Pelatihan Penyuluh Perikanan Ambon
(BPPP Ambon) dan pembinaan kelompok agar mendapatkan akses pada bantuan dan manfaat dari
KUSUKA. BPPP Ambon juga dilibatkan sebagai narasumber dalam pelatihan dan pendampingan
terkait teknologi terbaru untuk perikanan tangkap, seperti pelatihan penggunaan GPS, perencanaan
melaut, pemetaan area fishing ground, dan sebagainya. Sedangkan DKP Provinsi terlibat dalam
pendampingan manajemen usaha, membuka akses bantuan modal usaha atau hibah pemerintah
dan pengembangan kualitas serta mutu hasil tangkapan.

1
B. Kegiatan Quarter III
1. Pembuatan KUSUKA anggota kelompok nelayan
Pengumpulan berkas kartu nelayan KUSUKA sudh dimulai sejak bulan Februari 2023 dengan
melibatkan pemerintah negeri untuk memenuhi persyaratan berkas surat keterangan pekerjaan
karena banyak pekerjaan nelayan di KTP dan KK masih berstatus petani tidak sebagai nelayan, maka
anggota kelompok perlu mendapatkan surat keterangan pekerjaan sebagai nelayan. Pada bulan
maret berkas diserahkan kepada penyuluh perikanan dan dilakukan verifisikasi teknis pada 11 Maret
2023 sekaligus menginput data.

Verifikasi teknis dilakukan di setiap negeri melibatkan penyuluh dengan cara wawancara dengan
nelayan secara langsung mendata ukuran dan jenis armada tangkap, jenis ikan tangkapan, lokasi
menangkap dan rata-rata hasil tangkapan perbulan, berkas diupload ke sistem data base penyuluh
secara langsung dan selanjutnya nelayan tinggal menunggu hasil verifikasi dan jika telah selesai maka
nelayan akan mendapatkan e-Kusuka yang dapat dicetak oleh masing-masing nelayan, dalam hal ini
HAI akan membantu mencetakkan kartu tersebut. Pendataan juga bekerjasama dengan pemerintah
negeri dalam hal pengumpulan data dan penerbitan surat keterangan pekerjaan bagi nelayan yang
berstatus pekerjaan selain nelayan di kartu tanda penduduknya.

Sosialisasi pendaftaran kartu nelayan KUSUKA selama ini menjadi target dari penyuluh perikanan,
dengan tujuan agar semua nelayan terdaftar memiliki kartu KUSUKA namun karena keterbatasan
penyuluh di tingkat kecamatan yang hanya berjumlah dua orang membuat pelayanan pendaftaran
menjadi terbatas. Pemerintah negeri secara rutin mengajak masyarakat untuk mendaftarkan dirinya
mendapat kartu KUSUKA namun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pendaftaran. Perlu
ada usaha lebih untuk mengajak nelayan untuk sadar mendaftarkan diri mendapatkan kartu nelayan
KUSUKA, mulai dari sosialisasi manfaat, memperjelas mekanisme penerimaan manfaat seperti cara
mendapatkan bantuan bahan bakar subsidi, pendidikan anak, asuransi nelayan, akses bantuan
permodalan dan lain sebagainya. Selama ini nelayan belum merasakan manfaat dari kartu nelayan
meski telah disampaikan berbagai manfaatnya, semua ini karena minimnya interaksi penyuluh
dengan nelayan menyebabkan nelayan tidak mendapat informasi utuh cara untuk mengakses
berbagai bantuan tersebut.

Atas hal tersebut HAI mencoba menjadi jembatan antara kelompok nelayan binaan dengan penyuluh
dari BP3 Ambon dan DKP Kabupaten dan Provinsi untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan
berbagai stakeholder untuk memperkuat kelompok. Dari hasil konsultasi dengan DKP Provinsi bahwa
untuk mendapatkan bantuan dan manfaat dari kartu nelayan KUSUKA nelayan harus melaporkan
hasil tangkapan melalui penyuluh, mendaftarkan armada tangkapnya, berkelompok dengan nelayan
lainnya untuk dapat mendapat pembinaan dari penyuluh dan ini semua belum dilakukan oleh
nelayan kecuali mereka yang berada dibawah naungan perusahaan atau kelompok-kelompok nelayan
yang dibawah pembinaan pengusaha. Inilah mengapa selama ini terkesan yang mendapat bantuan
seperti bahan bakar subsidi hanya pengusaha dan perusahaan. Dari sini HAI menilai perlu membina
kelompok nelayan tersebut secara mandiri agar tidak ada ketergantungan dengan pihak tertentu agar
nelayan menjadi nelayan yang merdeka.

2. Penguatan Konsep dan Manajemen Kelompok


SK kelompok telah disahkan oleh pemerintah negeri dan admnistrasi kelompok telah dibuat seperti
keanggotaan, NIB unit usaha kelompok dan NPWP kelompok sebagai persyaratan perizinan usaha
rumpon dan mini coldstorage, maka selanjutnya perlu diatur standar oprasional prosedur dan
manajemen kelompok, karena selama ini nelayan di ketiga negeri belum pernah bekerja
berkelompok, yang selama ini berjalan adalah nelayan tangkap tuna menangkap secara individu, jika

2
menangkap rumpon nelayan hanya akan menyetorkan bagi hasil kepada pemilik rumpon. Nelayan
yang terbiasa berkelompok adalah nelayan jaring purse sein karena terdiri dari 20 anggota dan
diketuai oleh seorang koordinator yang disebut Tanasi, namun di nelayan tangkap tuna tidak
berkelompok seperti nelayan purse sein. Nelayan ketiga negeri biasa menangkap ikan tuna atau ikan
pelagis kecil hanya dalam kelompok-kelompok kecil dimana fungsi kelompok ini hanya untuk
berkoordinasi di laut saat mencari lokasi ikan, nelayan berangkat melaut dengan beberapa armada
dimana satu armada diisi oleh dua orang nelayan terdiri dari nelayan utama dan helper, ketika
sampai di posisi yang diperkirakan ada tuna dengan melihat adanya tanda arus atau burung laut
maka nelayan akan berpencar dan mencari tanda-tanda seperti keberadaan lumba dan lainnya,
ketika salah satu nelayan mendapat tanda keberadaan ikan, maka nelayan akan memberikan isyarat
tanda kepada nelayan lainnya untuk datang. Namun kelompok nelayan tersebut akan menangkap
secara individu dan hasil milik individu masing-masing berdasarkan hasil tangkapan. Saat melakukan
penjualan pun nelayan akan menjual hasil tangkapannya masing-masing.

Dari praktik nelayan diatas artinya nelayan belum pernah menerapkan sistem seperti koperasi atau
semacamnya dimana nelayan menangkap secara bersama-sama dan menjual bersama dan
mendapatkan hasil secara individu dan kelompok. Beberapa permasalahan muncul kemudian adalah
bagi nelayan yang disiplin dalam manajemen keuangannya maka nelayan tersebut akan sukses dan
berkembang, namun bagi nelayan yang tidak mampu mengatur keuangan domistiknya mengalami
kesulitan untuk bertahan, karena sifat nelayan masih berpemahaman hasil hari ini dinikmati saja hari
ini hari esok dipikirkan lagi besok, dampaknya tidak sedikit nelayan yang tidak mampu melaut karena
tidak punya modal bahkan malah menyisakan hutang biaya operasional kemarin, bahkan malah
menjual armada dan mesinnya untuk menutup hutang. Atas hal tersebut perlunya nelayan
berkelompok adalah menjadikan mereka nelayan yang mandiri, anggota kelompok dapat
menyepakati aturan main dalam kelompoknya kepada siapa harus menjual, berapa harga yang
ditargetkan dari hasil tangkapan, berapa pemotongan yang diberlakukan, berapa untuk operasional
kelompok, berapa kas kelompok yang dikembalikan kepada anggota dan termasuk menyepakati
kebutuhan operasional nelayan anggotanya seperti bahan bakar, kebutuhan es, plastik kemasan
penyimpanan dan lain sebagainya.

SOP dan manajemen kelompok juga melibatkan pihak negeri dalam penyusunan untuk
mempertimbangkan kebijakan pemerintah negeri, karena setelah program HAI berjalan pemerintah
negeri akan menjadi penanggung jawab yang mengarahkan kelompok serta mengembangkan
mekanisme kelompok berdasarkan kebutuhan anggota kelompok.

3. Pengurusan Perizinan Rumpon SIPR


Konsultasi dengan Dinas Kelautan Perikanan Provinsi dilakukan sejak bulan Januari 2023 yang lalu,
komunikasi intensif dilakukan dengan bidang perikanan tangkap terkait dokumen SIPR dan bidang
penataan ruang laut terkait izin lokasi dan koordinasi kesesuaian rencanan lokasi penempatan
rumpon ketiga negeri. adapun tahapan proses mendapatkan SIPR sebagai berikut:

a. Tahap pertama berkas yang dilengkapi adalah dengan mendapatkan nomor induk
berusaha di website online singel submission (OSS) yaitu sistem perizinan berusaha
terintegrasi secara elektronik yang dikelola oleh Kementerian Investasi/ Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
b. Tahap selanjutnya melengkapi administrasi kelompok NPWP dan surat keterangan
usaha.
c. Dilanjutkan dengan mengisi dokumen permohonan persetujuan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang laut (PKKPRL) atau konfirmasi kesesuaian ruang laut (KKPRL).

3
d. Jika kesemua dokumen selesai kelompok mengajukan surat permohohanan penemptan
rumpon ke DKP Provinsi.

Hasil konsultasi dengan DKP pada bulan April yang lalu, kepala dinas menyampaikan akan
memberikan surat dukungan untuk kelompok dampingan HAI terkait izin penempatan rumpon dan
memeritahkan kepala bidang perikanan tangkap untuk bisa memfasilitasi segala proses perizinan
termasuk bidang PRL. Terdapat dilema bagi DKP terkait kebijakan dan aturan penempatan rumpon
karena belum ada regulasi di tingkat provinsi, maka kepala dinas menyampaikan agar pembuatan
rumpon bisa dijalankan terlebih dahulu sambil melengkapi dokumen perizinan, yang terpenting ada
kesesuaian dengan ruang laut dan ketentuan dalam Permen KP No. 18 tahun 2023 dan Permen KP
No. 10 tahun 2021.

Hal lain yang perlu diperhatiakan adalah kesiapan nelayan mulai dari rencana pemanfaatan, kesiapan
armada dan penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, karena rumpon ini memiliki manfaat
dan dampak negatif jika digunakan dengan cara-cara yang tidak baik yang akhirnya nelayan juga yang
mengalami kerugian. Penggunaan alat tangkap harus sesuai dengan ketentuan alat tangkap yang
diperbolehkan, armada nelayan juga harus didaftarkan, data tangkapan juga harus didokumentasikan
dalam logbook nelayan dan dilaporkan kepada penyuluh perikanan, sehingga DKP mendapat
informasi dan data tangkapan nelayan yang terhubung dengan pemerintah pusat, maka kelompok
harus memiliki manajemen yang baik.

4. Penguatan dukungan pemerintah dan balai kementerian


Dukungan stakeholder yang dibangun pada quartal ketiga ini menyangkut penguatan kelompok
nelayan, baik penguatan secara individu maupun kelompok. Beberapa bentuk kerjasama pelatihan
yang akan dilaksanakan pada quarter berikutnya, sebagai berikut:

Penguatan individu meliputi:


a. Pengelolaan keuangan
b. Operasional melaut
c. Keterampilan pengolahan paska tangkap
d. Menjaga kualitas ikan paska penangkapan

Adapun penguatan secara kelompok


a. Leadership dan teamwork
b. Penerapan sistem koperasi dalam kelompok
c. Manajemen keuangan
d. Manajemen usaha kelompok

Dalam pelaksanaannya akan melibatkan melibatkan OPD kabupaten dan provinsi serta balai
kementerian menjadi narasumber dalam beberapa seri pelatihan yang akan dilaksanakan bertahap.
Terkait dengan pelaksanaan kerjasama pelatihan dan pendampingan kelompok HAI membuat MoU
dengan DKP dan BP3 Ambon, baik pendampingan yang dilakukan oleh penyuluh maupun langsung
dari bidang tertentu di DKP atau Widyaiswara BP3 Ambon.

Pada bulan Mei HAI telah berkoordinasi dengan BP3 Ambon untuk mendapatkan pendampingan
intensif dari penyuluh yang berada dibawah koordinasi BP3 Ambon. Draft MoU Kerjasama telah
dibuat dan dalam proses review di kementerian pusat, kerjasama tersebut menyangkut
pendampingan KUB tentang teknologi penangkapan dan pemetaan wilayah tangkap yang
berkelanjuta. Pelatihan dan pendampingan untuk Pokdakan terkait teknik budidaya ikan dan rumput
laut tentang pemeliharaan keramba, manajemen bibit, manajemen pakan dan pengolahan.

4
HAI juga telah memperkuat dukungan pemerintah kabupaten untuk mengintensifkan penyuluh
perikanan dalam pelayanan pendaftaran Kusuka, pendaftaran KUB, Pokdakan dan Poklahsar,
pendampingan dan pelatihan untuk kelompok, membuka akses bantuan permodalan usaha dan
pasar. Selain itu dukungan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkait
rencana rehabilitasi talud, Dinas PUPR akan membantu pelaksanaan tender, pengawasan proyek
sampai pada penilaian hasil pekerjaan. Dukungan tersebut akan ditindaklajuti dengan Perjanjian
Kerjasama dengan masing-masing OPD yang berhubungan dengan program.

Pada bulan Mei, HAI juga telah melakukan update kegiatan kepada Bapak Pejabat Bupati Maluku
Tengah terkait capaian selama sembilan bulan program berjalan. Dalam pertemuan tersebut Bapak
Pejabat Bupati menyampaikan akan mengawal tahapan program dan ikut mendukung
pengembangan KUB, Pokdakan dan Poklahsar. Bapak Bupati siap mendukung kelompok untuk
mendapat akses bantuan oprasional kelompok, permodalan dan mesin pengolahan bahkan jika
Poklahsar dapat dinilai serius dengan kegiatan usahanya Pemerintah Kabupaten bersedia mendukung
untuk pembangunan rumah produksi. Untuk mengkoordinasikan hal tersebut perlu ada pertemuan
dengan semua OPD pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang akan difasilitasi oleh Sekda untuk
mengundang dan pertemuan ini akan dilaksanakan pada bulan juni.

C. Progres Capaian

Capaian Keterangan Tindak Lanjut


1. Pengurusan kartu nelayan KUSUKA
a. Data administrasi belayan yang Terlampir data base Berkoordinasi dengan
mendaftar kartu nelayan pendaftaran peserta penyuluh perikanan untuk
Kusuka yang masuk ke HAI saat kartu nelayan Terus mensosialisasikan
ini mencapai 220. Sedangkan pendaftaran kartu nelayan
data yang telah dilakukan Kusuka.
verifikasi teknis untuk ketiga
negeri oleh penyuluh sejumlah
154 nelayan dari ketiga negeri
namun beberapa data nelayan
masih tertunda pembuatan e-
Kusuka karena masih perlu
melengkapi dokumen dan
beberapa belum dilakukan
verifikasi teknis.

b. Terdapat 80 kartu nelayan Terlampir kartu kusuka Terus berkoordinasi dengan


KUSUKA yang telah diterbitkan. nelayan yang telah penyuluh perikanan dalam
diterbit penerbitan kartu nelayan
KUSUKA, ditargetkan
penambahan e-Kusuka yang
diterbitkan pada quarter
keempat 80% dari data yang
telah masuk ke data base
penyuluh.

c. Berkoordinasi dengan DKP Data KTP, KK, NPWP Terus berkoordinasi dengan
Kabupaten mengupdate ketua kelopok, NIB DKP Kabupaten agar cepat
kelompok nelayan yang telah Kelompok Usaha memproses penerbitan Kusuka

5
mendapat kartu nelayan Kusuka Bersama dan sosialisasi manfaat kartu
nelayan Kusuka.
d. Intensifikasi dukungan Mengupdate secara Berkoordinasi dengan BP3
penyuluh perikanan terus menerus Ambon dan DKP Kabupaten
administrasi Kusuka
2. Penguatan Konsep dan Manajemen Kelompok
a. Telah disusun draft SOP dan Terlampir draft SOP Menyempurnakan SOP dan
Manajemen kelompok dan Manajemen Manajemen kelompok sambil
kelompok berproses dengan kelompok
nelayan

b. Telah disepakati Sistem kerja Terlampir konsep Menyempurnakan konsep


kelompok dan aturan pengelolaan unit pengelolaan unit usaha dan
penangkapan internal usaha dan aturan aturan main sambi
kelompok internal menyesuaikan dengan
kebutuhan anggota

c. Koordinasi dengan pihak Draft manajemen Akan dilakukan beberapa


pemerintah negeri telah dikonsultasikan putaran diskusi dengan
kepada pihak pemerintah negeri dan
pemerintah negeri kelompok nelayan

d. Menghubungkan kelompok ke Masih dalam tahap Akan dilakukan beberapa


perusahaan penjualan ikan tuna komunikasi untuk pertemuan untuk merancang
dan pelagis kecil membangun draft kerjasama yang
kesepahaman berkelanjutan dan saling
menguntungkan

3. Pengurusan Perizinan Rumpon SIPR


a. Pembuatan NIB Dokumen NIB Dokumen telah diserahkan ke
terlampir DKP Provinsi dan diproses
b. Kelengkapan persyaratan Dokumen Pada awal juni Dokumen akan
perizinan permohonan dilengkapi dan diserahkan ke
peletakan rumpon, DKP Provinsi
model pengelolaan
rumpon dan struktur
rumpon, kartu nelayan
Kusuka
c. Dokumen KKPRL Pengisian formulir Meminta arahan ke konsultan
KKPRL dalam tahap dan pada bulan Juni akan
konsultasi terkait diserahkan ke DKP Provinsi
kondisi oceanograf
4. Penguatan Dukungan Pemerintah
a. Penyusunan Draft Perjanjian Dalam tahap review di Koordinasi realisasi kegiatan
Kerjasama dengan BPPP Ambon Kementerian Kelautan berdasarkan timeline yang
Perikanan disepakati

b. Penyusunan Draft Draft Dalam tahap review di Koordinasi realisasi kegiatan


Perjanjian Kerjasama dengan bidang hukum berdasarkan timeline yang

6
DKP Provinsi disepakati

c. Penyusunan Draft Draft Dalam tahap review di Koordinasi realisasi kegiatan


Perjanjian Kerjasama dengan oleh kepala dinas berdasarkan timeline yang
DKP Kabupaten disepakati
d. Rencana kunjungan bupati Dalam tahap Koordinasi dengan Sekda
Maluku Tengah meninjau pembahasan jadwal untuk teknis persiapan
progres kegiatan di lokasi kunjungan kunjungan
program

D. Tantangan dan Pembelajaran

Kendala Diskripsi Mitigasi


Keterlambatan penerbitan Penerbitan kartu nelayan Koordinasi dilakukan
kartu nelayan Kusuka Kusuka seharusnya melalui langsung di DKP Provinsi
penyuluh yang berada di dan BPPP Ambon dan
Kecamatan dan membuat PKS dengan
berkoordinasi dengan DKP balai kementerian untuk
Kabupaten, namun karena intensifikasi penyuluh
keterbatasan tenaga untuk melakukan
penyuluh dan kurang pendampingan secara
intensitas koordinasi terus menerus.
dengan DKP Kabupaten
akibat dari jarak ibu kota
kabupaten yang terpisah
pulau.
Kelengkapan administrasi Kurang lebih 30% KTP Bekerjasama dengan
kependudukan untuk pendaftar kartu nelayan pemerintah negeri
pendaftaran kartu nelayan Kusuka berstatus mengeluarkan surat
Kusuka pekerjaan buka nelayan, keterangan pekerjaan atau
tapi berstatus pekerjaan membantu proses
petani atau profesi lainnya, perubahan status
hal ini menyebabkan pekerjaan di Dukcapil
pendaftaran kartu nelayan Masohi
KUSUKA menjadi
terhambat penerbitannya
karena tidak lolos verifikasi
teknis
Penerbitan SIPR masih Belum adanya Perda Sementara SIPR berproses
lambat tentang penempatan KUB meminta DKP Provinsi
rumpon di tingkat mengeluarkan surat
pemerintah daerah rekomendasi penempatan
membuat mekanisme rumpon
penerbitan izin dan
penertiban rumpon
mengalami banyak kendala
dan dilematis.

7
E. Penutup

Demikian laporan progres kegiatan komponen 1 kegiatan kelompok nelayan tuna.

You might also like