Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

Penelitian

260 Marpuah

TOLERANSI DAN INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEMELUK


AGAMA DI CIGUGUR, KUNINGAN
TOLERANSI DAN INTERAKSI SOSIAL ANTAR PEMELUK AGAMA
TOLERANCE AND SOCIAL INTERACTION BETWEEN
DI KELURAHAN CIGUGUR KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN
KUNINGAN

DIFFERENT RELIGIOUS ADGERENTS IN CIGUGUR,


DOI: https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i2.309

KUNINGAN
Marpuah
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Artikel diterima 2 Oktober 2018, diseleksi 23 November 2018, dan disetujui 26 Desember 2019

TANTANGAN INTOLERANSI DAN RESISTANSI MASYARAKAT


Abstract
TERHADAP KEMAJEMUKAN; STUDI KASUS BOGOR, JAWA Abstrak
BARAT

This research was conducted in the Cigugur


DOI: https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i2.405 Penelitian ini dilakukan di kelurahan
village because it is a pluralist region and a Cigugur karena termasuk wilayah yang
heterogeneous community. The research pluralis dan masyarakat hetrogen.
instruments used were observation, Instrumen penelitian yang digunakan
interviews, and documentation. Based on adalah :Observasi,wawancara,dan
the results of the study it can be seen that dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian
harmony is built in Cigugur Village because dapat diketahui Kerukunan yang terbina
they have principles. The difference in di Kelurahan Cigugur mereka berprinsip
beliefs arises from the truth of his heart, : Perbedaan keyakinan itu timbul dari
and the beliefs of each religion. There are kebenaran hatinya dan keyakinan masing-
hereditary factors that make the Cigugur masing pemeluk agama. Adanya faktor
Village conducive. In this case, social facts keturunan yang membuat kondusipnya
in the community indicate the existence of Kelurahan Cigugur. Dalam hal ini fakta
different religious identities in one house. sosial di masyarakat adanya identitas
Members of different religious communities agama yang berbeda dalam satu rumah.
have a mutual cooperation that can make Warga masyarakat yang berbeda pemeluk
the residents harmonious. If there is a village agamanya memiliki sifat kegotong-royongan
that conducts road improvement activities, yang membuat penduduk itu bisa rukun.
builds a mosque, the residents support it, Apabila ada satu kelurahan mengadakan
morally and materially, or financially as kegiatan perbaikan jalan, membangun
much as they can, regardless of religion. In Masjid, warga tersebut mendukungnya
the life cycle (birth, circumcision, marriage, terhadap kegiatan tersebut, baik secara
and death), residents of the Cigugur village moril maupun materil atau secara financial
appear to be together. They are tolerant semampuhnya mereka, tanpa membedakan
of religious differences, and also there is agama. Dalam siklus kehidupan (Kelahiran,
cooperation. Sunatan, Pernikahan, dan Kematian),
warga kelurahan Cigugur nampak adanya
Keywords: Tolerance, Religious People,
kebersamaan, sikap toleransi terhadap
Interaction, Cigugur.
perbedaan agama, dan adanya kerja sama.
Kata kunci: Toleransi, Umat Beragama,
Interaksi, Cigugur.

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 261

PENDAHULUAN undang, sebagai masyarakat yang


mempunyai agama, tentu harus berperan
Salah satu agenda besar kehidupan
dalam menjaga keutuhaan berbangsa
berbangsa dan bernegara adalah menjaga
dan bernegara. Menjaga keharmonisan
persatuan dan kesatuan bangsa, dan
berkehidupan dan bermasyarakat,
membangun kesejahteraan hidup
berpartisipasi dalam menjaga kerukunan
bersama seluruh warga Negara dan umat
umat beragama, dimana kita berada dan
beragama. Hambatan yang cukup berat
kapan saja waktunya. (Al-Munawwar,
untuk mewujudkan kearah tersebut
Said Agil Husein, 2004).
adalah masalah kerukunan nasional,
termasuk di dalamnya hubungan Pembangunan di bidang agama
antaragama dan kerukunan hidup umat yang diemban oleh Kementerian Agama,
beragama. Akhir-akhir ini nilai-nilai ditunjukkan dalam visi Kementerian
kerukunan yang dijaga dengan baik oleh Agama yaitu “Terwujudnya masyarakat
masyarakat mulai terkikis mengalami Indonesia taat beragama, rukun, cerdas,
degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika mandiri dan sejahtera lahir batin”.
sudah mulai luntur dalam pemahaman Untuk mencapai visi tersebut, salah
dan pengamalan masyarakat. Hal ini satu misi Kementerian Agama adalah
bisa dilihat berbagai konflik yang telah meningkatkan kualitas kerukunan umat
terjadi diberbagai daerah seperti kasus beragama. Kerukunan umat beragama
Poso, Ambon, Sampang, dan papua merupakan salah satu pilar penting bagi
yang terjadi kerusuhan baru-baru terwujudnya kerukunan, ketahanan
ini, yang mengatasnamakan agama dan kesatuan nasional. Oleh sebab itu,
atau kondisi sosial yang berlindung salah satu fokus pembangunan bidang
dibalik symbol agama. Konflik-konflik agama adalah upaya mewujudkan
yang mengatas namakan agama ini dan meningkatkan kerukunan baik
bahkan menimbulkan terjadinya intra maupun antar umat beragama.
disintegrasi (perpecahan) bangsa. Pemerintah melalui Kementerian Agama
telah melakukan berbagai kegiatan
Kecenderungan disintegrasi yang
yang ditujukan untuk mengembangkan
muncul belakangan ini disebabkan faktor
kerukunan umat beragama di Indonesia.
yang sangat komplek. Masalah ketidak
Di antaranya kegiatan reharmonisasi dan
adilan bidang ekonomi, politik, sosial,
antisipasi disharmonisasi kehidupan
agama, budaya, ikatan primordial dan
sosial keagamaan daerah pascakonflik/
lain sebagainya. Puncak dari semua
rawan konflik; penguatan peran dan
kompleksitas permasalahan yang terjadi
pemberdayaan nilai-nilai kearifan
di Indonesia, beberapa tahun belakang
lokal. Peningkatan pemahaman
ini muncul kerusuhan diberbagai tempat
agama berwawasan multikultural;
diwilayah Indonesia. Kerusuhan yang
pengembangan budaya damai;
menimbulkan  korban harta benda
Participatory Action Research (PAR).
dan jiwa, yang tidak kalah pentingnya
Untuk pengembangan model kerukunan;
adalah rusaknya hormonisasi kehidupan
pemberdayaan organisasi keagamaan;
masyarakat  yang telah terbentuk sekian
serta penguatan peran tokoh-tokoh
lama. Oleh karena itu, sebagai masyarakat
agama dan pemuka agama (Puslitbang
yang taat dengan hukum dan undang-
Keagamaan 2016).

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2


262 Marpuah

Peningkatan kerukunan umat tak mengganggu hak kelompok lainnya


beragama juga dilakukan melalui yang berbeda keyakinan. Dalam hal ini
penerbitan, sosialisasi dan implementasi negara berkepentingan agar kebijakan
Peraturan Bersama Menteri Agama dan yang ditetapkan sesuai dengan UUD
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 45 pasal 28, yang menjamin kebebasan
Tahun 2006, tentang Pedoman Pelaksanaan berpendapat dan pasal 29 yang menjamin
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala kebebasan beragama bagi warga negara
Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Indonesia. Dalam kehidupan berbangsa,
Umat Beragama. Pemberdayaan Forum negara berperan mengatur hak setiap
Kerukunan Umat Beragama, dan warga masyarakat dan kelompok untuk
Pendirian Rumah Ibadah. Terlepas dari mengekspresikan keyakinannya demi
upaya pemerintah meningkatkan kualitas kehidupan yang harmonis.
kerukunan beragama tersebut, di sisi
Salah satu upaya yang bisa dilakukan
lain masyarakat sendiri juga memiliki
yaitu dengan menanamkan pendidikan
peran yang penting dalam menjaga
multikultural kepada masyarakat
kerukunan antar umat beragama. Bangsa
Indonesia, khususnya generasi
Indonesia yang memiliki norma-norma
muda. Menurut Andersen dan Cusher,
kemasyarakatan yang di antaranya
pendidikan multikultural dapat diartikan
bersumber pada nilai-nilai agama
sebagai pendidikan mengenai keragaman
mendukung terciptanya kerukunan di
kebudayaan. Istilah pendidikan
lingkungan mereka. Nilai-nilai agama
multikultural dapat digunakan baik pada
mendorong umat penganutnya untuk
tataran deskriptif maupun normatif yang
cinta damai, membangun kerjasama,
menggambarkan isu-isu dan masalah-
sikap toleransi dan menghormati
masalah pendidikan yang berkaitan
agama lain. Ajaran-ajaran inilah yang
dengan masyarakat multikultural.
sebenarnya menjadi landasan sikap
Pada konteks deskriptif ini kurikulum
dan perilaku masyarakat secara umum
pendidikan multikultural seharusnya
dalam berinteraksi dan berhubungan
mencakup kajian-kajian seperti toleransi,
dengan orang lain yang menganut agama
tema-tema tentang perbedaan kultural,
berbeda.
agama, bahaya diskriminasi, pluralitas,
Dinamika interaksi yang terjadi multikulturalisme dan kajian-kajian lain
antar kelompok penganut agama yang relevan (Mahfud MD, 2010: 180).
maupun keyakinan, pada satu sisi dapat
Pada realitasnya masyarakat
berpotensi meningkatkan solidaritas dan
multikultural ibarat pisau bermata dua.
integrasi sosial kelompok. Tapi pada sisi
Ia akan menjadi kekuatan (modal sosial)
lain dapat terjadi gesekan antar kelompok
sekaligus ancaman yang dapat merusak
karena bekerjanya berbagai faktor sosial,
aggregasi bangsa. Apabila keragaman ini
politik, bahkan ekonomi. Bagaimanapun
dirawat dan dijaga dengan baik maka akan
setiap kelompok memiliki kebutuhan
menjadi rahmat yang dapat mendorong
untuk mengembangkan solidaritas dalam
kreativitas bangsa, pemerkayaan
kelompoknya. Persoalannya adalah sejauh
intelektual, dan pengembangan
mana sebuah kelompok mengekspresikan
sikap-sikap toleran. Begitu juga
keyakinan ajarannya dalam kehidupan
sebaliknya, apabila dalam masyarakat
bermasyarakat sedemikian rupa, sehingga
multikultur  mindset  masyarakatnya
HARMONI Juli - Desember 2019
Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 263

masih terkooptasi oleh sifat prasangka, yang menjadi perbedaan mendasar pada
kebencian, dan kecurigaan (mutual masyarakat Cigugur adalah perbedaan
consciousness) terhadap kelompok lain agama pada masing-msing Individunya.
yang berbeda (the others). Maka ikatan- Di mana perbedaan tersebut tidak
ikatan sosial (social bond) yang telah hanya terdapat pada masing-masing
terbangun kuat akan runtuh dan dapat warganya melainkan perbedaan tersebut
mengarah pada konflik primordialistik. juga ada dalam satu keluarga. Misalkan
Ayahnya Islam, Ibunya Katolik, dan
Oleh karena itu penting sekali
anak-anaknya menganut agama Katolik,
bagi masyarakat Indonesia untuk
atau kebalikannya orang tuanya Katolik/
menyadari keberagaman kultur yang
Kristen anaknya Islam. Hal itu sudah
dimilikinya itu. Satu-satunya jalan agar
menjadi kebiasaan mereka dalam
tercapai integrasi yang sejati adalah
kehidupannya di Kelurahan Cigugur.
dengan memberikan ruang gerak kepada
Bapak Dodo juga menambahkan bahwa
keberagaman kultur. Mengakomodasi
satu hal yang perlu diketahui di sini
sedemikian rupa kepentingan kelompok-
adalah meskipun masyarakat Cigugur
kelompok kultur itu, tentunya dengan
itu hidup dalam perbedaan. Namun
rambu-rambu yang jelas. Rambu-rambu
kehidupan masyarakatnya tetap rukun
itu seperti yang dirumuskan oleh Will
dan damai tanpa ada konflik sedikitpun,
Kymlicka meliputi; pertama, negara tidak
karena kehidupannya dibangun atas
memaksakan sebuah pandangan tertentu
dasar bertoleransi yang tinggi.
kepada warga negaranya. Kedua, warga
negara memiliki nilai-nilai bersama Berdasarkan penjelasan singkat
seperti komitmen untuk kebebasan, tersebut maka dapat dilihat bahwa
perdamaian, solusi pantang kekerasan, perbedaan yang ada pada masyarakat
dan penghargaan atas fairness, kesetaraan, Cigugur tersebut, tidaklah menjadikan
toleransi, dan perbedaan (Kymlicka, 2002 mereka hidup dalam ketegangan
dalam Kusumadewi 2012). hingga menimbulkan suatu konflik,
seperti konflik-konflik yang terjadi
Sebelum melakukan penelitian,
dewasa ini yang dilatarbelakangi oleh
peneliti telah melakukan observasi
perbedaan agama. Namun kehidupan
pendahuluan (pra survei) langsung Ke
mereka justru sangat harmonis, bisa
kelurahan cigugur, Kecamatan Cigugur,
hidup secara berdampingan dan sangat
Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
menjunjung tinggi pluralisme beragama.
Berdasarkan hasil observasi masyarakat
Masyarakatnya bukan hanya mengakui
di Kelurahan Cigugur tersebut ternyata
keberadaan hak agama lain, tetapi
masyarakat di sana hidup dalam sebuah
juga terlibat dalam usaha memahami
perbedaan. Menurut penjelasan salah
perbedaan dan persamaan dari setiap
satu tokoh masyarakt dan salah satu
masing-masing penganut agama yang
Tokoh Agama Penganut Kepercayaan
ada. Faktanya bahwa setiap masyarakat
atau penghayat dan pengelola Paseban
yang berbeda agama tersebut dapat
Tri Panca Tunggal Kuningan Pangeran
berinteraksi secara positif dalam
Djatikusumah, sebagai wakil pihak
lingkungan kemajemukan tersebut. Atas
Agama Djawa Sunda (ADS) yang
dasar observasi tersebutlah dicoba untuk
sekaligus merupakan pemangku adat di
mengkaji lebih dalam tentang masyarakat
Cigugur. Beliau mengatakan bahwa: hal
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
264 Marpuah

Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur kepercayaan tersebut berbeda kelompok


Kabupaten Kuningan Jawa Barat dari segi satu dengan lainnya. Toleransi juga
sosiologisnya. dapat diartikan sebagai sikap yang
dimiliki manusia sebagai umat beragama
Kerangka Konseptual dan mempunyai keyakinan, untuk
menghormati serta menghargai manusia
Pengertian Toleransi Antarumat
yang beragama lain. Lalu apa saja manfaat
Beragama
toleransi antar umat beragama? Banyak
Menurut Kamus Besar Bahasa manfaat yang bisa didapatkan dari
Indonesia (KBBI), toleransi berasal dari toleransi antarumat beragama, di mana ini
kata toleran yang artinya batas ukur merupakan salah satu hal yang berperan
untuk penambahan atau pengurangan penting dalam kehidupan kita sehari-
yang masih diperbolehkan. Ditinjau dari hari. Akan tetapi dalam melakukannya
etimologinya, toleransi adalah suatu harus dengan sewajarnya dan tidak boleh
bentuk kesabaran, ketahanan emosional, berlebih-lebihan. Karena hal itu dapat
serta kelapangan dada yang dimiliki mengganggu kepentingan maupun hak
seseorang. Menurut istilah (terminologi), orang lain, dapat menyinggung perasaan
toleransi diartikan sebagai sikap atau sifat orang lain, dan justru dapat merugikan
menghargai, membiarkan, membolehkan diri kita sendiri, seperti ibadah maupun
pendirian seseorang baik itu pendapat, pekerjaan kita.
pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
dan sebagainya, yang berbeda atau yang
Interaksi Sosial
bertentangan dengan pendiriannya.
(https/kbbi.web.id). Menurut pengertian Interaksi sosial merupakan
yang lebih luas, toleransi didefinisikan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
sebagai sikap atau perilaku seseorang yang menyangkut hubungan antara orang
yang sesuai dengan aturan yang perorangan dengan kelompok manusia.
berlaku, di mana orang tersebut selalu Interaksi sosial juga dapat dikatakan
berusaha untuk menghormati serta sebagai sebuah bentuk hubungan yang
menghargai setiap tindakan atau dibangun antara individu dengan
perilaku yang dilakuakan oleh orang individu, individu dengan kelompok,
lain. Dengan demikian jika dilihat dari maupun kelompok dengan kelompok
konteks kehidupan beragama, toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Di
merupakan sikap dan tingkah laku yang mana interaksi juga merupakan sebuah
tidak mendiskriminasikan golongan proses sosial yang secara sengaja dibentuk
atau kelompok yang memiliki perbedaan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keyakinan. Selanjutnya toleransi tersebut (Elli Setiadi, 2011: 92). Interaksi sosial
dikenal dengan toleransi antarumat terjadi karena adanya sebuah tindakan
beragama. sosial yang dilakukan oleh pelakunya.
Kemudian di dalamnya terjadi kontak
Toleransi beragama juga dapat
sosial, yaitu penyampaian pesan dari
diartikan sebagai sikap menghormati
komunikator kepada komunikan.
serta menghargai adanya keyakinan atau
Pengaturan interaksi sosial di antara para
kepercayaan seseorang atau kelompok
anggota terjadi karena komitmen mereka
lainnya yang mana keyakinan dan
terhadap norma-norma sosial yang

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 265

menghasilkan daya untuk mengatasi hidup‛ artinya semua umat beragama


perbedaan-perbedaan pendapat dan sama-sama belajar untuk toleran, dan
kepentingan diantara mereka. Suatu menghormati iman atau kepercayaan
hal yang memungkinkan mereka untuk dari setiap penganut agama. Kedua, etika
membentuk keselarasan satu sama yang atau moral yaitu‚ semua umat beragama
lain dalam suatu integritas sosial. Interaksi memandang bahwa moral atau etika
sosial terjadi apabila dalam masyarakat dari masing-masing agama bersifat
terjadi kontak sosial dan komunikasi. relatif dan sah, apabila umat beragama
Kontak sosial berasal dari bahasa latin menganut pluralisme agama dalam
con atau cum (artinya bersama-sama) dan nuansa etis, maka didorong untuk tidak
tango (artinya menyentuh). Jadi arti secara menghakimi penganut agama lain. Ketiga
harfiah adalah bersama-sama menyentuh. teologi filosofis yaitu‚ agama-agama pada
(Soerjono Soekanto, 2006: 59). hakekatnya setara, sama-sama benar dan
sama menyelamatkan, artinya semua
Interaksi sosial diulang menurut
agama menuju pada ketuhanan yang
pola yang sama dan bertahan untuk waktu
maha esa.
yang lama, maka akan mewujudkan
hubungan sosial. Bentuk-bentuk interaksi Dengan demikian, yang dimaksud
sosial adalah: a). Kerjasama b). Pertikaian pluralisme Agama adalah suatu
c). Persaingan d). Akomodasi. Interaksi pemahaman bahwa semua agama
sosial yang dimaksud dalam penelitian ini mempunyai eksistensi hidup saling
adalah mengenai interaksi antara anggota berdampingan, saling bekerjasama dan
masyarakat dengan anggota masyarakat saling berinteraksi antara satu agama
yang lain. Interaksi antara para pemuka dengan agama yang lain. Atau disebut
agama, serta para tokoh masyarakat di juga suatu sikap mengakui, menghargai,
Kelurahan Cigugur. Dari interaksi itu menghormati, memelihara keadaan
akan memunculkan hubungan yang akan yang bersifat plurar baik itu suku, etnis
terjalin antara masyarakat yang berbeda- maupun agama. Kemudian dalam
beda agama. ilmu politik melahirkan ilmu tentang
kedaulatan, pertama paham teokrasi
Pluralisme Agama yakni kedaulatan ditangan Tuhan.
Kedua paham demokrasi yakni bahwa
Pluralitas merupakan realitas
kedaulatan ditangan masyarakat atau
sosiologi yang mana dalam kenyataannya
rakyat. Ketiga paham teo-demokrasi
masyarakat memang plural. Plural
teori ini dikemukakan oleh Abdul A’la,
pada intinya menunjukkan lebih dari
teori ini ingin menggabungkan teori di
satu dan isme adalah sesuatu yang
atas. Artinya meskipun pengelolaan di
berhubungan dengan paham atau aliran.
negara adalah ditangan rakyat, namun
Dengan demikian pluralisme adalah
rakyat tidak boleh lepas dari nilai-nilai
paham atau sikap terhadap keadaan
ketuhanan (Abdul A’la dkk, 2005, hal. 79).
majemuk atau banyak dalam segala
hal diantaranya sosial, budaya, politik Dan konsekuensi lebih lanjut dari
dan agama (Mabadiul Chomsah, 2012). cara pandang adalah bahwa sumber
Pluralisme agama bisa dipahami dalam legitimasi, referensi dan rujukan
tiga sudut pandang. Pertama, sosial yaitu‛ keagmaaan yang memuat pesan-pesan
semua agama berhak untuk ada dan moral kemanusiaan universal harus
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
266 Marpuah

menjadi dasar prinsip bagi seluruh cara cukup efektif sehingga nilai-nilai budaya
pandang pikiran, konsep, interpretasi, dan agama ditempatkan dalam posisinya
tafsir, perjuangan, kerja dan semua sebagai motivasi bagi upaya membangun
aktifitas manusia didunia (Husacn sebuah pluralitas dan multikultural
Muhammad, 2011). Dalam masyarakat yang merupakan asset bangsa (ibid
plural yag ditengarai dengan kehadiran hal 123). Prinsip-prinsip pluralisme
bersama perbedaan dan keragaman, dianggap dapat menjawab permasalahan
kebebasan beragama atau berkepercayaan dalam melawan keterasingan jiwa
dapat didefinisikan meliputi dua kategori masyarakat modern karena tekanan
sebagai berikut: a) Kebebasan beragama: kapitalisme. Dengan demikian, ide
perbedaan dan keragaman agama-agama pluralisme berkembang seiring dengan
yang hidup bersama dan berdampingan perkembangan situasi dan kondisi yang
tercakup dalam definisi kebebasan melingkupinya. Berangkat dari pemikiran
beragama. Agama-agama tersebut tersebut, dapat dipahami bahwa pluralism
diperkenankan untuk dipeluk dan merupakan suatu pandangan yang
diyakini secara bebas oleh setiap individu meyakini akan banyak dan beragamnya
yang memilihnya menjadi pegangan hakikat realitas kehidupan, termasuk
hidup. b) Kebebasan berkepercayaan: realitas keberagaman manusia. Sehingga
merupakan istilah yang merujuk pluralisme agama dapat diartikan
kepada pandangan hidup-pandangan sebagai sikap dan pandangan bahwa
hidup atau posisi non keagamaan atau hakikat agama di dunia ini tidak hanya
sekuler yang tercakup dalam kebebasan satu, tetapi banyak atau beragam (Umi
berkepercayaan (Zakiyudin Baidhawi, Sumbulah, 2010, hal. 47).
2006, hal. 3).

Sebagai bangsa yang plural dan multi METODE


kultural, keberislaman seseorang tidak
Penelitian tentang toleransi antar
cukup hanya melihat segala persoalan
kelompok umat beragama, “studi Interaksi
kehidupan dari perspektif individu dan
Sosial antar Pemeluk Agama”, dilakukan
teologis. Kehidupan masyarakat yang
di Kelurahan Cigugur Kuningan Jawa
beragam suku, agama maupun etnis akan
Barat. Dengan alasan bahwa Kelurahan
mengalami keharmonisan dan damai
Cigugur termasuk wilayah yang pluralis
jika setiap individu menghargai entitas
dalam beragama, terdiri dari pemeluk
apapun yang dimiliki orang lain. Proses
Islam, Kristen, Katolik, Sunda Wiwitan
penghargaan ini akan nyata tidak lain
(penganut kepercayaan), Hindu dan
agar keberagamaan yang diyakini tidak
Budha, dan termasuk dalam masyarakat
sampai pada terjadinya titik klimak
heterogen.
klaim kebenaran dari orang lain dan
selanjutnya berujung pada usahanya Penelitian ini menggunakan
selalu menang sendiri (Wasid, Gusdur, pendekatan kualitatif, pendekatan
2010 hal 116). Dalam masyarakat yang kuantitatif sebagai data pendukung.
beragam budaya, suku dan agama Teknik pengumpulan data dilakukan
keharusan mengedepankan kesamaan melalui wawancara dengan berbagai
adalah sebuah keniscayaan dari pada unsur terkait : Tokoh dari masing-masing
selalu mencari perbedaan. Modal ini Agama: Pangeran Djatikusumah sebagai

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 267

wakil pihak Agama Djawa Sunda (ADS), yang menghasilkan temuan antara lain
yang sekaligus merupakan pemangku komunitas Slankers pada dasarnya
adat di Cigugur. Ratu Dewi Kanti yang menerima perbedaan agama, toleran.
merupakan juru bicara dari ajaran Agama Fathurrahman (2008), mengkaji toleransi
Djawa Sunda (ADS), sekaligus anak beragama di antara penyedia kos-kosan
bungsu Pangeran Djatikusumah dan Ratu dan pengguna jasa koskosan beda
Emma. Kepala Lurah dan aparatnya, agama, di Dusun Papringan Desa Catur
Kesra Kecamatan Cigugur, Ketua RW/ Tunggal Sleman. Menghasilkan temuan
RT di Blok Manis, Pahing, dan Blok bahwa atas pengaruh budaya “ewuh
Pasir. Wawancara dengan Tokoh Agama pakewuh” maka Toleransi Beragama
Penganut Kepercayaan Dan wawancara di daerah Rawan Konflik terbangun
dengan Guru Sosiologi di MAN I Cigugur, toleransi beragama di kalangan penyedia
Guru Agama MAN I Cigugur, Guru dan pengguna jasa kos-kosan di lokasi
Agama Katholik di SMP Yossudarso, penelitian.
Dekan UNISA Kelurahan Cigugur.
Tim Peneliti LP3ES dan YAPPIKA
Kemudian melakukan kegiatan FGD
(2006), mengkaji antara lain mengenai
dengan pengurus FKUB dan pengurus
memori responden tentang contoh-
MUI di kantor MUI. Dokumentasi
contoh kampanye publik maupun
sebagai bahan kajian untuk referensi
aktivitas OMS yang ditujukan untuk
dalam penulisan laporan hasil penelitian.
mempromosikan toleransi. Tim LIPI
Observasi dilakukan dalam kehidupan
(2006), yang melakukan survei di tiga
sehari-hari, dalam keluarga, sekolah,
daerah yaitu Bogor, Surakarta dan
dan lingkungan di mana mereka tinggal.
Cianjur, dengan kajian antara lain tentang
Dan observasi ke tempat rumah Ibadah :
sikap atau pandangan umat Islam
agama Islam, Katholik dan Protestan, serta
terhadap umat lain terkait: pemberian
ke Paseban tempat beribadahnya orang
ucapan selamat/salam kepada umat lain
sunda wiwitan (penganut kepercayaan).
dan pertemanan dengan umat beragama
Pengolahan data. Baik data primer
lain. Lembaga Survei Indonesia (2006),
maupun data sekunder diklasifikasikan
melakukan survei opini publik tentang
dan diinterpretasikan secara analisis
toleransi sosial masyarakat Indonesia,
diskriptif.
yang mengkaji antara lain tentang hidup
bertetangga dengan lain etnis, dengan
Penelitian Terdahulu lain agama. Serta bagaimana menyikapi
pembangunan rumah ibadat yang
Ada beberapa penelitian tentang toleransi
didirikan umat lain. Dilihat dari fokus
yang telah dilakukan oleh perorangan
yang dikaji dalam berbagai penelitian
maupun berbagai lembaga penelitian,
yang dilakukan baik oleh perorangan
antara lain: Setara Institute (2008),
maupun lembaga-lembaga penelitian
melakukan survei dengan hasil kajian
di atas, hampir seluruhnya mengkaji
antara lain (87,1%) responden menyatakan
tentang toleransi beragama dengan lokus
perbedaan agama tidak menjadi halangan
penelitian yang beragam.
dalam berteman dan (67,4%) menerima
fakta perpindahan agama. Teguh Setiawan Balai Litbang Agama Jakarta
(2007), mengkaji toleransi beragama di tahun 2014 telah melakukan penelitian
kalangan komunitas Slankers Semarang, “Dinamika Lembaga Keagamaan dalam
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
268 Marpuah

pemeliharaan Kerukunan di Wilayah kesibukan masing-masing seperti acara di


Indonesia Bagian Barat”. Salah satu luar. Karakter seseorang yang cenderung
temuan dari penelitian tersebut, adanya pendiam atau tertutup, prasangka serta
batasan toleransi antarumat beragama adanya rasa segan atau sungkan dari
yang belum bisa dikomunikasikan masing-masing individu yang menjadi
dengan baik. Hal ini diduga juga dapat faktor penghalang bagi mereka untuk
berpengaruh pada kualitas kerukunan saling berinteraksi. Kadang rasa curiga
antarumat beragama. Puslitbang bisa juga menghambat interaksi dan
Kehidupan Beragama melakukan sebagian besar konflik antar golongan
penelitian berbeda dengan berbagai yang terjadi selama ini diakibatkan oleh
penelitian tersebut di atas. Penelitian kultur subjektif yang berbeda-beda antar
Puslitbang lebih memfokuskan kajian masing-masing individu.
tentang toleransi yang dibangun oleh
kalangan umat berbagai agama di daerah
PEMBAHASAN
rawan konflik (2016). Dalam penelitian ini
diungkapkan adanya toleransi beragama Diskripsi Lokasi Penelitian
yang dibangun oleh masyarakat yang
Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur
berbeda agama, sekalipun mereka berada
Kuningan, beralamat di Jalan Raya
di daerah rawan konflik. Tahun 2018
Cigugur No.1 Kode Pos 45552 SK:
Balai Litbang Agama Jakara melakukan
NO.821.29/KPTS.581-BKD/2003. Jarak ke
penelitian tentang “Toleransi antar
Pusat Kecamatan: 0,002 km, Jarak ke Pusat
Kelompok Umat Beragama di Wilayah
OTODA  :2,5 km. Luas Wilayah: 300,15
Heterogen Indonesia bagian Barat”.
hektar. Kelurahan Cigugur merupakan
Hasil penelitian tersebut adalah Toleransi
wilayah transisi antara kota dan desa
Antar Kelompok Umat Beragama dapat
serta berkembang menuju kawasan
terbentuk karena beberapa faktor: Peran
perkotaan. Batas barat Desa Cisantana,
tokoh masing-masing agama, sistem
batas Timur Kelurahan Kuningan, batas
kekerabatan yang sudah melekat sejak
Selatan Kelurahan Sukamulya, batas
dulu kala, dan pernikahan lintas agama.
Utara Desa Cipari. Jumlah penduduknya
Hasil penelitian sebelumnya yang tercatat 7.394 jiwa, dan 2.324 Kepala
sesuai dengan penelitian ini adalah Keluarga (KK), 13 RW dan 38 RT, yang
penelitian yang dilakukan oleh Neni terdiri dari jumlah laki-laki 3.807 orang,
Setyaningsih (2010) tentang “Pola dan perempuan 3.587 orang. Sedangkan
Bentuk Interaksi Mahasiswa Multikultural berdasarkan kelompok usia penduduk
Indekos di Dusun Pringgodani, Mrican, Cigugur terbanyak berada pada usia
Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta”. produktif, yaitu usia 16 sampai dengan
Hasil penelitian tersebut adalah bentuk usia 44 tahun. Adapun angka kelahiran
interaksi sosial yang terjadi dalam kost bayi cukup tinggi, berbeda dengan daerah
tersebut terbagi menjadi 3 yaitu: interaksi lainya di Jawa Barat. Kelurahan Cigugur
antara orang perorangan, orang dengan memiliki keragaman beragama, dengan
kelompok, dan antara kelompok dengan agama Islam yang dominan dianut oleh
kelompok lain. Interaksi antara orang masyarakat Cigugur. Sebagai mana Tabel
perorangan memang kurang intensif, hal berikut di bawah ini:
ini dikarenakan tiap orang mempunyai

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 269

Tabel 1 Kondisi Lembaga Pendidikan di


Penduduk Cigugur Berdasarkan Agama Kelurahan Cigugur berlokasi di Komplek
Pemeluk Agama Jumlah Blok Mayasih, terdapat pendidikan:
Penduduk MI, MTs, MAN, Universitas Islam Al-
Islam 4.434 Ihya (UNISA), dan Pesantren Al-Ihya,
Kristen 277 Boarding School Darul Ilmi. Trans Yos
Katholik 2.706 Sudarso (Kristen): TK, SD, SMP.
Hindu 12
Tabel 3
Budha 12 Penduduk Cigugur dilihat berdasarkan
Kepercayaan 184 pekerjaan
Sumber Monografi Kelurahan Cigugur 2017 Pekerjaan Jumlah Tenaga
Kerja
Adapun lembaga sosial keagamaan
PNS/TNI/POLRI 475
di Kelurahan Cigugur, bagi umat muslim
sebagai wadah dalam kegiatan sosial Wiraswasta/Pedagang 590
keagamaan yaitu melalui: PUSDA’I, MUI, Karyawan Swasta 590
Baznas, dan melalui Ormas yang ada di Buruh 668
Kelurahan Cigugur yaitu mayoritas NU. Petani 294
Untuk Agama non muslim (Protestan)
Peternak 296
melalui Majlis-majlis dan BAMAG
Industri Kecil 4
(Badan Musyawarah antar Gereja), KPP
(Komisi Pelayanan Perempuan). Untuk Sumber data: Monografi Kelurahan Cigugur
2017
Katholik melalui Keuskupan, PMK RI
(Perhimpunan Mahasiswa Katholik), dan Mata pencaharian utama penduduk
untuk penganut Kepercayaan wadahnya Kelurahan Cigugur adalah Buruh
adalah Paseban. Tani, Klasifikasi Desa termasuk Desa
Swasembada.
Berdasarkan pendidikan
penduduk Kelurahan Cigugur tidak ada Sarana keagamaan di Kelurahan
yang mengalami buta aksara. Banyak Cigugur pada ahir tahun 2017 adalah
penduduk Kelurahan Cigugur yang sebagai berikut:
telah menyadari pentingnya Pendidikan
hingga tingkat SLTA dan akademi. Data Tabel 4
kependudukan Kelurahan Cigugur Sarana keagamaan di Kelurahan Cigugur
berdasarkan tingkat Pendidikan adalah Sarana Keagamaan Jumlah
sebagai berikut:
Masjid 6
Tabel 2 Musholla 14
Penduduk Cigugur berdasarkan Pendidikan Majlis Ta’lim 15
Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk TPA 2
SD/Sederajat 1.442 Pesantren 1
SLTP/Sederajat 898 Gereja 3
SLTA/Sederajat 1607 Paseban (Penganut 1
Akademi/Universitas 668 Kepercayaan)
Sumber: Monografi Kelurahan Cigugur 2017 Sumber: Monografi Kelurahan Cigugur 2017
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
270 Marpuah

Masjid dan Musholla dibawah hanya 5 KK bertambah menjadi 30 KK


pengawasan DKM, kemudian 3 gereja di (218 orang) saat penulis dilapanagn, RT
Kelurahan Cigugur: Gereja Raja Kristus nya pun seorang Ustadz (Abdul Azis).
(Kristen Nasrani), Gereja HBI (Kristen Muallaf tersebut dibina oleh yayasan
Katholik), dan Gereja Kiming (Kristen Muallaf Centre Indonesia (YMCI). Anak
Pasundan). Gereja Nasrani dari pusat angkat Pastur Abu Kasman Bandung
sama sampai ke Desa/kelurahan. Kalau juga menjadi muallaf, namanya diganti
Protestan kelompok sama dengan gereja nama Yusuf dari Nama asli Yosef Maya.
Pasundan (asli sunda). Protestan sebagai Ada juga perempuannya Katholik–laki-
pendatang dari Batak, Jawa, dan Sunda. lakinya Islam masuk Islam ikut suami.
Sarana keagamaan tersebut di atas Untuk mengikrarkan syahadatnya
berdiri di tengah kawasan pemukiman dibimbing oleh Pimpinan Pesantren
penduduk. Berbagai pemeluk agama Al-Ihya dan MUI setempat, serta Guru
dapat menjalankan ibadah dengan Agama.
damai. Suara azan dari mikrofon Masjid
Setiap muallaf yang baru masuk
atau musholla tetap terdengar di wilayah
Islam untuk laki-laki diberikan sarung,
Cigugur pada setiap waktunya. Begitu
sajadah, qur’an, dan buku bacaan
juga suara lonceng gereja tetap terdengar
keagamaan, bedanya untuk perempuan
saat kebaktian akan dilaksanakan. Sarana
diberikan mukenanya selain tersebut
keagamaan lainya bagi pemeluk agama
di atas. Setelah ikrar syahadatain,
Islam adalah Pondok Pesantren modern
kemudian diganti nama Katholik dengan
satu-satunya di Kelurahan Cigugur
Nama Islam. Kemudian untuk menjaga
yaitu Pesantren Al-Ihya. Pesantren Al-
kesehatan secara medis setiap muallaf
Ihya berdiri sejak tahun 1988, didirikan
laki-laki dikhitan terlebih dahulu,
oleh beberapa tokoh agama Islam dan
kerja sama dengan Dr. Asef Hermana
masyarakat di Kelurahan Cigugur.
dari Bandung, beliau sekarang sudah
Pondok Pesanren ini bernaung di bawah
mukim di Kuningan. Untuk pembinaan
Yayasan Al-Ihya Kuningan.
selanjutnya setelah menjadi muallaf
dilakukan pembinaan akidah 1 bulan 2
Kondisi Lingkungan Sosial Keagamaan kali yaitu minggu ke 2 dan minggu ke 4.
Adapun lingkungan warga Kelurahan Di lingkungan RT 14/RW5,
Cigugur terdiri dari 4 Lingkungan Kampung Puhun (Lingkungan Puhun).
(Dusun): 1). Pahing. 2) Puhun (Blok). 3) Di lingkungan ini RT dan RW nya Agama
Wage. 4). Manis. Di empat lingkungan Katholik, dan hanya 6 KK yang beragama
tersebut terdapat penduduk muslim Islam, yang lainnya agama Katholik.
dan non muslim. Lingkungan warga Pengikatnya yang menjadi lingkungan
Kelurahan Cigugur pemukiman Islam ini rukun adalah kuatnya kekerabatan.
90 % terdapat di Blok Citambak, untuk Bapak Guru Agama MAN I (Ahmad)
mayoritas Kristen (Protestan, dan aslinya orang ciamis nikah dengan
Katolik) terdapat di blok Lumbu, Blok orang cigugur, dan beliau sebagai MUI
Paleben. Untuk Blok Pasir mayoritas Kelurahan Cigugur. Persepsinya beliau
muallaf (konversi agama) dari non terhadap lingkungan di rumahnya RT
muslim (agama Katholik) ke Islam. 14/RW 5 tersebut, beliau mengatakan
Perkembangan muallaf pada awalnya persis yang dialami pada jaman Nabi
HARMONI Juli - Desember 2019
Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 271

dalam persefektif Sejarah Kebudayaan tanah warisan. Karena di dalam satu


Islam. Beliau sudah 40 tahun di cigugur keluarga terdiri dari Agama Islam,
dan sudah pensiun 2 tahun, usia beliau Kristen protestan atau Kristen Katolik,
sekarang 62 tahun. dan penganut Kepercayaan. Seperti
contoh Pegawai pensiunan (2 tahun) dari
Di lingkungan masyarakat warga
Kandepag (Ibu Icah), suaminya Islam
cigugur menurut Pimpinan Pesantren
anaknya 3 orang dan Ibunya (Ibu Icah)
Al-Ihya sudah terciptanya iklim yang
beragama Katolik. Dalam hal ini sering
kondusif. Tertanamkan nilai-nilai dasar:
juga dijumpai oleh Pelayanan Pencatatan
Tasamuh, Ta’awun, dan Tawazun.
Nikah di KUA, anaknya muallaf orang
Sehingga tercipta sikap toleransi
tuanya Kristen mereka ngantar nikah
dan saling menghormati satu agama
anaknya ke KUA. Pembinaan yang
dengan agama lainnya. Karena beliau
dilakukan oleh KUA terhadap masyarakat
mengatakan sebagaimana sabda Rasul:
warga Kelurahan Cigugur yaitu melalui
“Kita tidak mau diganggu dan kita pun
Majlis Taklim di Masjid dan Musholla,
tidak ingin diganggu” (Q.S. Mumtahanah:
dan melalui Khutbah jum’at di Masjid
8). Kemudian dalam penanaman sikap
Al-Jihad yang ada di kelurahan Cigugur,
toleransi, setiap ada kegiatan dalam
juga melalui penyuluh agama. Kemudian
siklus kehidupan baik itu dalam bentuk
acara musyawarah Kecamatan tentang
syukuran maupun kedukaan, tetangga
pembangunan melalui PHBI, PHBN
dekatnya pun diundang walaupun
(Nasional) seperti peringatan 17 Agustus,
beda agama. Ketika ada kematian baik
dan lainnya. Dalam penyampaian
orang muslim maupun non muslim
materinya diselipkan pesan-pesan moral
dalam pemakamannya digabung tidak
dan kerukunan antar umat beragama.
membedakan satu agama dengan agama
lainya, pemakaman tersebut terdapat Pembinaan lainya dilakukan oleh
di Kampung Cigeureung. Dari aspek MUI yang selalu menghimbau agar tidak
keamanan diadakan kerja sama, ketika terjadi konflik antarumat beragama.
melakukan ibadah masing-masing agama Kemudian melalui: 1. Pusda’I (Pusat
dan mereka saling menghormati. Karena Dakwah Islam), dilaksanakan pertemuan
dalam hal ini dapat terlihat dari jarak letak di akhir bulan tingkat Kecamatan
geografis antara lokasi pesantren dan (gabungan) seluruh Desa dan Kelurahan.
sekolahnya, dengan lokasi Gereja Raja 2). Tarling Ramadhan. 3). Sosialisasi
Kristus jaraknya hanya beberapa meter zakat (kerja sama dengan Baznas, IPHI,
saja. Begitu juga dengan Paseban sebagai MUI, BKMM, Muslimat NU). Dalam
wadah kegiatan ritual dan seremonial hal ini MUI Kecamatan hanya sebatas
penganut Kepercayaan, tidak begitu jauh pembinaan saja terhadap ummatnya,
jaraknya antara Pesantren, dan Gereja. sedangkan untuk fatwa-fatwa yang terkait
dengan persoalan akidah, syara sifatnya
Pembinaan Intern dan Antar Umat hanya nunggu komando dan keputusan
Beragama ada di MUI Pusat. Adapun kendala yang
dihadapi oleh MUI ketika terkait dengan
Di Kelurahan Cigugur termasuk Iklim
Pendirian Rumah Ibadah, sebagaimana
kondusip, adapun terjadinya riak-
dijelaskan dalam PBM No. 9 dan 8 tahun
riak (konflik) bukan masalah SARA,
2006, dalam aturannya menjelaskan syarat
akan tetapi masalah Keluarga dan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
272 Marpuah

untuk mendirikan rumah ibadah dengan Ketua FKUB Kabupaten Kuningan


syarat ada penduduk sekitar 90 KK, atau KH. Achidin Noor mengatakan, FKUB
60 KK sebagai faktor pendukung. Hal ini memiliki visi terciptanya kerukunan umat
sering terjadi dikalangan umat kristiani beragama di Kabupaten Kuningan yang
dalam pendirian rumah ibadahnya. toleran dan harmonis dalam merekat
Seperti contoh di desa suka mulya pada kesatuan dan persatuan bangsa. Definisi
awalnya diusulkan surat ijin bangunan kerukunan umat beragama ini suatu
untuk rumah, tapi pada akhirnya dibuat keadaan di mana sesama umat beragama
untuk gereja. (Rohidin Sekretaris MUI yang dilandasi toleransi, saling pengertian,
Kecamatan, Kantor KUA 2018). saling menghormati, menghargai.
Kesetaraan dalam pengamalan ajaran
Pembinaan untuk tingkat
agamanya dan kerjasama dalam
Kabupaten terkait dengan kerukunan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa
antarumat beragama melalui program
dan bernegara di dalam Negara Kesatuan
FKUB: 1. Sosialisasi terhadap warga
republik Indonesia berdasarkan Pancasila
Masyarakat Kelurahan Cigugur. 2.
dan UUD tahun 1945, dan NKRI. Ia
Pembinaan melalui: sekolah dan Kampus.
menjelaskan untuk tugas FKUB sendiri
3. Penanganan jika ada kasus isu-isu
melakukan dialog dengan pemuka-
aktual. 4. Kolaborasi dalam momen
pemuka agama dan tokoh masyarakat,
tertentu, seperti Bakti Sosial. Selain yang
menampung aspirasi ormas keagamaan
empat program tersebut dilakukan pula
dan aspirasi masyarakat. Menyalurkan
sosialisasi tentang Komunitas wanita. Dan
aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat
menyelenggarakan Forum Pembauran
dalam bentuk rekomendasi sebagai
Kebangsaan (FPK) oleh Kesbang Pol
bahan kebijakan bupati, dan memberikan
Linmas. Muatan materinya tentang:
rekomendasi atas permohonan pendirian
Toleransi, Tenggang Rasa, Kebersamaan.
rumah ibadah.
Serta menjelaskan pentingnya 4 pilar yang
harus dihayati, dan diimplementasikan Keanggotaan FKUB terdiri dari
dalam berinteraksi sosial terhadap pemuka-pemuka agama setempat, untuk
sesamanya. 5. Mengadakan dialog komposisi keanggotaan berdasarkan
antar tokoh umat beragama, dengan perbandingan jumlah pemeluk agama
menampilkan masing-masing konsep setempat dengan keterwakilan minimal
teologisnya. Untuk kegiatan sosial 1 orang dari setiap agama yang ada
keagamaan dibentuk relawan lintas didaerah setempat,” ungkapnya. Ia
agama, yang didukung oleh Kodim, menuturkan dalam perjalanannya FKUB
Kejaksaan, Wanita Keagamaan, untuk Kabupaten Kuningan memiliki misi
mewujudkan kebersamaan dalam untuk mengupayakan pemantapan
perbedaan. Contohnya ketika ada internalisasi pemahaman dan
longsor di Kecamatan Ciniru, dari pihak penghayatan ajaran agama. Menciptakan
kelurahan mengkoordinir relawan lintas adanya pendekatan humanis kultural
agama untuk memberikan sumbangan dengan melepaskan pendekatan formal
baik dalam bentuk materil: sembako, struktural. Memantapkan tri kerukunan
pakaian, dan dalam bentuk moril melalui beragama secara bertahap dan terjabarkan
penyuluh Agama. (Dr Peni Rahman, dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
pengurus FKUB, Kampus UNISA 2018). bermasyarakat dan beragama. Sementara

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 273

itu FKUB juga memiliki program, ia keterpaduan kekuatan dan ketahanan


menerangkan bahwa FKUB berperan di tengah-tengah peradaban global.
dalam pencegahan konflik. Program ini “Peran dan fungsi yang paling utama
difokuskan pada daerah yang dianggap forum pembauaran kebangsaan adalah
memiliki konflik melalui berbagai sebagai wadah silaturahmi, informasi,
kegiatan pembinaan pada masyarakat komunikasi, konsultasi. Kemudian juga
dengan tema-tema dan upaya preventif kerjasama antar warga yang diarahkan
yang mencegah untuk tidak terjadinya untuk menumbuhkan, memantapkan,
konflik. (Suhendra/Pubdok - Humas memelihara dan mengembangkan guna
Setda Kabupaten Kuningan) dayani/ Red: menerima kemajemukan masyarakat
Irfan Fitrat Senin, 23 Oktober 2017. dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI),” ucap Desem. (agus,
Badan Kesatuan Bangsa dan
Kesbangpol 13 februari 2018).
Politik Kabupaten Kuningan, menggelar
Sosialisasi dan Pembinaan Peningkatan
Peran dan Fungsi Forum Pembauran Bermuamalah Sebagai Interaksi Sosial
Kebangsaan (FPK) di Gedung Wisma dalam Islam
Permata, Komplek Stadion Mashud Dasar utama mewujudkan kerukunan
Wisnu Saputra Kuningan Selasa yang paripurna adalah melalui kejujuran,
(13/02/18). Acara ini dihadiri Wabup karena sifat inilah yang menjadi kriteria
Dede Sembada, Ketua Forum Pembauran pertama dan utama terhadap kenabian.
Kebangsaan Kabupaten Kuningan Sehingga nabi bukan saja berada pada
(Yunus Suparman) beserta pengurus posisi kenabian secara etik (ethical
kecamatan se-Kabupaten Kuningan. prophecy), tetapi telah menjelma
Kegiatan ini merupakan strategi menjadi kenabian yang menjadi panutan
pemerintah daerah bersama masyarakat (exemplary prophecy). Dalam keadaan
untuk menciptakan iklim yang kondusif. yang demikianlah seorang nabi sungguh-
Kemudian diharapkan mampu sungguh membawa model kepercayaan
menumbuhkan, cinta terhadap bangsa, yang disebut teologi transformatif. Setelah
mampu meningkatkan peran dan fungsi persyaratan kejujuran (siddiq) tersebut,
Forum Pembauran Kebangsaan di maka kemudian disusul dengan orang
Kabupaten Kuningan. Penyelenggaraan yang terpercaya (amanah). Kemudian
pembauran kebangsaan adalah proses mengembangkan pesan-pesan kebenaran
pelaksanaan kegiatan integritas anggota (tablig), dan kemudian terakhir seorang
masyarakat,” ujarnya. Menurutnya nabi selalu memancarkan kepribadian
sosialisasi yang diselenggarakan yang cerdas dan tanggap terhadap
Kesbangpol kabupaten Kuningan sebagai berbagai situasi (fathonah). Apabila
langkah memasyarakatkan program dianalogikan kepada sebuah masyarakat,
pembauran kebangsaan agar dapat maka keempat kriteria di atas adalah juga
dipahami dan dihayati oleh masyarakat. merupakan persyaratan terhadap sebuah
Kemajemukan masyarakat model kepemimpinan yang berwibawa,
sambungnya merupakan aset nasional dan cakap dalam mengantarkan
yang perlu dipertahankan. Melalui terjadinya proses transformasi dalam
peningkatkan kesadaran dan semangat kehidupan masyarakat.
berbangsa, diharapkan akan tumbuh
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
274 Marpuah

Kepemimpinan yang efektif dalam kebangsaan), maupun ukhuwwah


masyarakat akan bisa mengembangkan insaniyyah (persaudaraan kemanusiaan).
semangat perdamaian yang ditentukan Memperkokoh kerukunan, baik intern
oleh potensi kemampuan dirinya untuk umat beragama, antarumat beragama,
memiliki empat kriteria tersebut di atas. maupun antarumat beragama dengan
Ditambah lagi dengan adanya modal pemerintah. Ketiga; Setiap muslim yang
sosial (social capital) yang mendorong bermuamalah melalui medsos wajib
terciptanya suasana saling mengakui, meningkatkan keimanan dan ketakwaan,
menghormati, dan menghargai dalam tidak mendorong kekufuran dan
hubungan antar manusia. Masyarakat kemaksiatan. Keempat; Setiap muslim
akan kehilangan modal sosial manakala yang bermuamalah melalui media
kepemimpinan dalam sebuah masyarakat sosial diharamkan untuk melakukan:
tidak mampu mendorong terwujudnya a). Melakukan ghibah, fitnah, namimah,
suasana perdamaian. Akibat dari berbagai dan penyebaran permusuhan. b).
virus perilaku yang menyimpang, yaitu: Melakukan bullying, ujaran kebencian,
berbohong, pelanggaran janji, dan dan permusuhan atas dasar suku, agama,
pengkhianatan terhadap kepercayaan ras, atau antar golongan.
masyarakat. Rasulullah bersabda: ciri-
ciri munafik ada tiga 1). Jika berbicara
Potensi Kerukunan dan Interaksi Sosial
ia suka berdusta. 2). jika berjanji tidak
ia tepati, dan 3). jika diberi amanat dia Kerukunan yang terbina di Kelurahan
berkhianat. Demikian hadis yang dikutip Cigugur mereka berprinsip: Bahwa
dari Riwayat Bukhori dan Muslim. Selain perbedaan keyakinan itu timbul dari
dari itu Rasul bersabda pula: Sebaik-baik kebenaran hatinya dan keyakinan
hamba Allah pada hari kiamat adalah masing-masing pemeluk agama. Adanya
orang-orang yang memenuhi janji serta faktor keturunan yang membuat
suka menyenangkan orang lain (K.H. kondusipnya Kelurahan Cigugur. Dalam
Surahman Hidayat, dalam Ridwan Lubis hal ini fakta sosial di masyarakat adanya
2017 hlm 47). identitas agama yang berbeda dalam
satu rumah. Warga masyarakat yang
Adapun ruang lingkup dalam
berbeda pemeluk agamanya memiliki
bermuamalah adalah Pertama; Dalam
sifat kegotong-royongan yang membuat
bermuamalah dengan sesama, baik di
penduduk itu bisa rukun. Apabila ada
dalam kehidupan riil maupun media
satu kelurahan mengadakan kegiatan
sosial. Setiap muslim wajib mendasarkan
perbaikan jalan, membangun Masjid,
pada keimanan dan ketakwaan, kebajikan
warga tersebut mendukungnya terhadap
(mu’asyarah bil ma’ruf), persaudaraan
kegiatan tersebut, baik secara moril
(ukhuwwah). Saling wasiat akan
maupun materil tanpa melihat perbedaan
kebenaran (al-haqq) serta mengajak
agama. Contoh kongkritnya Pendeta
pada kebaikan (al amr bi al ma’ruf) dan
Yayan, sedang membangun rumah,
mencegah kemungkaran (al nahyu ‘an al-
lokasi berada di lingkungan sekitar
munkar). Kedua; Mempererat ukhuwwah
warga pemeluk Agama Islam, sikap
(persaudaraan), baik ukhuwwah
sosial dari warga di sekelilingnya pun
islamiyyah (persaudaraan keIslaman),
dapat tercermin. Dalam siklus kehidupan
ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan
(Kelahiran, Sunatan, Pernikahan, dan

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 275

Kematian), warga kelurahan Cigugur berorientasi kepada pemahaman dan


nampak adanya kebersamaan, sikap pengamalan NKRI yang harus dijaga.
toleransi terhadap perbedaan agama, dan Karena bagaimanapun mereka itu adalah
adanya kerjasama. bersaudara. Dalam dakwahnya baru
bicara individu, untuk ke dalamnya
Ketika Idul Fitri warga pemeluk lain
supaya ta’at beragama. Walaupun beda
(Sunda Wiwitan, Kristen, Katolik) mereka
pandangan kita duduk bersama, karena
saling berkunjung ke rumah warga Islam,
pembeda itu suatu keunikan. Dalam
dan ketika Hari Raya Idul Adha, warga
ajaran Katholik ada pelajaran: Bina Iman
muslim pun membagikan hewan qurban
Remaja tingkat SMP, Bina Iman anak-anak
tidak hanya untuk orang muslim saja,
usia PAUD, SD, orang muda Katholik,
akan tetapi seluruh warga masyarakat
materinya sudah dibuat dalam satu
yang ada di Kelurahan Cigugur. Dalam
modul. Inti dari ajaran agama katholik
aspek ekonomi terbentuknya Koperasi
yaitu “Cintailah sesama manusia, seperti
Larasati yang menghasilkan susu
mencintai dirimu sendiri”. Sehingga dalam
yogurt dari bahan baku perah susu sapi,
sikap toleransi, dan berinteraksi sosial
pengurusnya pun terdiri dari beragam
terhadap siapapun selalu berlandaskan
agama. Begitu juga ketika acara PHBN
pada semboyan tersebut (Frans Pastur
(17 Agustus) perayaannya dilakukan
Gereja Raja, 2018).
bersama-sama dengan masing-masing
warga memberikan dukungan secara Menurut RW2 Blok Citambak
pinansial. Bertepatan pada waktu (Ahmad Hidayat) sebagai tokoh Agama
penjajakan ada warga Nasrani hajatan, Islam, sejak tahun 1970-an dan sejak
kemudian seorang Lurah diundang, dan bubarnya Agama Djawa Sunda (ADS),
diminta untuk memberikan sambutan di sudah melestarikan sikap toleransi dan
depan para undangan yang hadir dari kerukunan antar umat beragama. Hal
berbagai agama. Seorang lurah sebelum ini ditandai dengan adanya Brigjend
dimulai sambutanya dia mengucapkan: dari Jakarta untuk musyawarah dengan
Assalamualaikum untuk warga Muslim, para tokoh Agama (Islam, Katholik, dan
selamat pagi/siang/sore, salam sejahtera Protestan), tokoh masyarakat, terkait ada
untuk kita semua untuk orang Katholik/ isu–isu aktual di Kelurahan Cigugur.
Protestan, dan sampu rasun (sunda Pertemuan ini diadakan di rumahnya RW
wiwitan). Kegiatan pa Lurah hari sabtu Blok Citambak (Ahmad Hidayat) pada saat
dan Minggu hadir untuk acara kegiatan itu dihadiri oleh Prof. DR. Fan Hopside
non muslim. Toleransi nampak pada (Australia). Bapak Ahmad Hidayat ini
simbol–simbol berpakaian peci dikenakan putra dari Kyai Dul Wafi sebagai tokoh
tidak hanya oleh orang muslim akan tetapi agama di Kelurahan Cigugur, beliau
orang non muslim juga mengenakanya, pada saat itu sebagai Pegawai tetap di
karena peci adalah lambang nasional Departemen Penerangan. Walaupun
(Lurah dan Stafnya, Kantor Lurah 2018). bapaknya pa RW Blok Citambak ini
seorang Kyai, akan tetapi mayoritas (70
Menurut Pastur Gereja Katholik
%) keluarga orang tua RW ini ada di
Kelurahan Cigugur (Frans), untuk
agama Katholik, Protestan, dan penganut
mewujudkan sikap toleransi terhadap
kepercayaan.
sesama, selalu menghimbau kepada
komunitas jemaatnya (Katholik), untuk Walaupun demikian mereka tetap
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
276 Marpuah

rukun dan memiliki sikap toleransi antara mempropokatornya. Pak RT ini seorang
satu dengan lainya. Kerukunan dan sikap Sunda Wiwitan (kepercayaan), namun
toleransi ini pun ditandai pula dengan tiga orang anaknya sebagai penganut
adanya pernikahan putri ketiga dari pa katholik, satu orang perempuan, dua
RW menikah dengan Putra keempat orang laki-laki. Namun mereka saling
dari tokoh kepercayaan (Pajati Kusuma) pengertian dan memiliki sikap toleransi
menjadi muallaf, dan sudah dikaruniai satu dengan lainnya dalam melakukan
2 anak perempuan (saat penulis di aktivitas keagamaan. Selain itu selalu ada
lapangan). Sikap toleransi di Kelurahan kebersamaan dan kerja sama dalam hal
Cigugur nampak pula ketika perayaan sikap sosial terhadap sesamanya, contoh
Hari Besar Islam. Pihak non Muslim ikut kongkritnya ketika ada kematian orang
partisipasi untuk ketertiban lalu-lintas di muslim, untuk gali liang lahat itu semua
jalan raya, seperti ketika Sholat Idul Fitri agama ikut bantu. Kondisi lingkungan
dan Idul Adha, dan ketika ada hajatan rumah Pak RT ini di depan rumahnya
baik Non Muslim maupun Muslim itu keluarga muslim, samping rumah
sendiri. Dalam hal ini sikap toleransi kanannya keluarga kristen protestan,
antar umat beragama dilakukan dalam samping rumah kirinya keluarga muslim,
siklus kehidupan baik itu umat muslim dan belakang rumahnya keluarga muslim
maupun umat non muslim. Akan tetapi juga.
ada batas-batas tertentu yang tidak
Menurut pengikut Sunda Wiwitan
harus diikutinya satu pemeluk agama
(Kepercayaan) “Paseban Tri Panca Tunggal
dengan pemeluk agama lainnya yaitu
itu” Tri (3), Panca (5), Tunggal (Esa).
masalah akidahnya. Selain itu selalu ada
Dimaknai bahwa semua manusia punya:
kebersamaan, gotong royong dan kerja
Rasa, Cipta, dan Karsa, atau Sir, Rasa, dan
sama dalam membangun desanya yang
Fikir. Pedoman ajarannya adalah cara-ciri
rukun. Sebagai RW2 di Blok Citambak
manusia dan cara-ciri bangsa. Pengikut
ini membawahi 4 RT (4,5,6,7). Selama
Sunda Wiwitan (Kepercayaan) ini tidak
menjadi RW di Blok Citambak lingkungan
memiliki kitab tertulis, tapi memiliki
yang dibinanya selalu kondusip, tidak
titis tulis. Contohnya perwujudan dalam
pernah terjadi konflik, dan memang
hakekat manusia: adanya hubungan
lingkungan itu sangat mendukung untuk
vertikal dan hubungan horizontal
hidup tentram dan damai. Walaupun
(hubungan manusia dengan tuhan,
mereka seorang petani, dan peternak,
manusia dengan sesamanya, dan manusia
juga sebagai PNS, dan Biraswasta.
dengan alam sekitarnya). Yang dimaksud
Menurut bapak Dodo sebagai dengan Tuhan itu yaitu Maha Tuhan dan
mantan RT 17 RW 06 (2017) di Blok Manunggal (satu dan menyatu).
Paleben Lingkungan Puhun, beliau
Terkait dengan interaksi sosial
mengatakan lingkungan Cigugur itu
sebagai perwujudan dari Kerukunan:
adalah Indonesia mini yang berbagai
1). Bahwa kita lahir ke dunia tidak
agama, budaya, dan adat istiadat
berkehendak, akan tetapi Tuhan yang
ada di Cigugur. Dalam pemeonya
berkehendak. 2). Bahwa setiap manusia
mengatakan “adanya suatu pengakuan
mempunyai pilihan: surga dan neraka,
walaupun tidak satu keinginan, tapi saling
baik dan buruk, jika kita mau baik maka
pengertian”. Tidak akan mampu untuk
harus berbuat baik. Kemudian dijelaskan
HARMONI Juli - Desember 2019
Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 277

pula oleh Pak RT ini: ciri-ciri manusia: kemanusiaan. Dalam acara ini dihadiri
1) Welas Asih. 2). Cinta Kasih. 3). Budi oleh unsur agama: Islam, Katholik,
Pekerti (Undak–usuk): dalam berinteraksi Protestan, Hindu, Budha. Dan berbagai
dengan Bapak, Ibu, kakak, dan Adek. 4). unsur aparat pemerintah daerah, dihadiri
Tatak rama dalam pergaulan.5). Budi pula oleh unsur Dinas Kebudayaan
Daya (menggambarkan bahasa tubuh), Jakarta. Upacara Seren Taun merupakan
bagaimana kita menggerakkan tubuh acara penyerahan hasil bumi berupa
yang santun disempurnakan dengan padi yang dihasilkan dalam kurun
Budi Bahasa yang santun terhadap yang waktu satu tahun untuk disimpan ke
se padan, orang tua, yang lebih muda. 6). dalam lumbung.  Karena mayoritas
Budi Bahasa. 7). Wiwaha (pertimbangan) mata pencaharian mereka adalah petani,
ketika akan melakukan sesuatu harus dan peternak, dan lain-lain. Jenjang
dipertimbangkan sebelumnya. 8). Yuda pendidikan mereka dari mulai SD, SMP,
Naraga (kita semua harus menjaga dan SMA, dan Perguruan Tinggi. Seren tahun
memerangi Nafsu pada diri sendiri), yaitu: di awali dengan Upacara Ngajayak
Nafsu amarah dan Nafsu Mutmainnah. (Penjemputan Padi) pada tanggal 18
dilanjutkan dengan penumbukan padi
Dalam diri manusia itu ada empat
dan sebagai puncak acaranya jatuh
unsur: Asal dari Aching (saripati) tanah.
pada tanggal 22 Rayagung. Ngajayak
Asal dari aching (saripati) Api. Asal dari
dalam bahasa Sunda berarti menerima
Aching (saripati) Cai. Asal dari Aching
dan menyambut, sedangkan bilangan
(saripati) angin. Dalam hal ini bicara
18 (delapan welas) dalam bahasa sunda
aching itu karena Tuhan itu maha Tunggal.
dikonotasikan sebagai welas asih yang
Contohnya pengakuan keyakinan muslim
berarti cinta kasih dan kemurahan
ke masjid, kristen ke gereja, kepercayaan
Tuhan menganugrahkan kemakmuran
bisa di rumah dan bisa di paseban. Dalam
kehidupan umatnya serta segala alam
siklus kehidupan diatur oleh hukum adat
semesta.
(hukum yang mengatur tata kehidupan
dalam keluarga, masyarakat adat). Warga Untuk mengatur tata kehidupan
hukum adat adalah sunda wiwitan, penganut kepercayaan diatur dalam
yang penganutnya tersebar di wilayah: struktur adat sunda wiwitan yaitu:
Bandung, Ciamis, Tasik, Garut, Sukabumi mulai dari Pupuhun Adat (pimpinan),
dan lainnya), dalam sunda wiwitan harus Girang Pangaping (pengawasan
konsekwen, konsisten, terhadap hukum pembinaan wilayah), Wareh (blok) sama
adat. dengan sesepuh, ais Pangampuh (ketua
lingkungan), Girang serat (juru tulis),
Acara seren tahun merupakan
Paniten (pengawas), Candoli (bendahara).
wahana untuk mempersatukan umat
Untuk menjalankan struktur adat ini,
manusia yang ber Ketuhanan Yang Maha
dilakukan pertemuan satu minggu sekali.
Esa. Upacara seren tahun tanggal 22
Dalam ibadahnya penganut kepercayaan
Rayagung tahun saka sunda (1 syura),
sehari dua kali, yaitu menjelang matahari
berkumpul di Paseban dengan kegiatan
terbit, dan menjelang matahari terbenam,
ritual, seremonial, dan ada pembinaan
dilakukan bisa di rumah atau di paseban.
dari Pupuhun (Kepala /Ketua Adat).
Penganut kepercayaan ini mengadopsi
Intinya membina masyarakat bisa
konsep ajarannya dari semua agama
berlaku sebagai manusia, dan bersifat
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2
278 Marpuah

(Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Pemuda Pembauran Kesatuan Bangsa


Budha), namun diambil saripatinya. dari berbagai sekolah SLTA di Kabupaten
Contoh kongkritnya ketika ada yang Kuningan, termasuk di dalamnya ada
meninggal warga adat sunda wiwitan: keragaman beragama. Kegiatan ini
duduk bersama dari berbagai pemeluk diselenggarakan oleh FPK Kesbang Pol
agama (Islam, Kristen katholik, dan Kabupaten Kuningan. Kemah Remaja
Protestan, dan Tokoh Kepercayaan lintas agama diselenggarakan oleh FKUB
itu sendiri), untuk membacakan Do’a kerja sama dengan Pemda.
sesuai dengan agama masing-masing.
Pemakaman di Kelurahan Cigugur pun
SIMPULAN
ditempati oleh berbagai pemeluk agama
(Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu Dari penjelasan di atas ditemukan
dan Budha, juga penganut Kepercayaan). beberapa kesimpulan, antara lain:
Pertama; Toleransi antar kelompok umat
Upaya lainya dalam menciptakan
beragama di kelurahan Cigugur dapat
sikap toleransi terhadap sesama dan
tercermin dari adanya kerjasama. Akan
terhadap antar umat beragama, bagi
tetapi dalam hal kerja sama ini tidak
anak usia SLTP dan SLTA telah diberikan
memasuki wilayah doktrin agama,
materi tentang kerukunan dan toleransi
karena ajaran agama memiliki kebenaran
antar umat beragama, yang tercantum
eksklusif, sedangkan kebenaran urusan
dalam mata pelajaran PPKN dan mata
kemanusiaan sifatnya inklusif. Rasul
pelajaran Sosiologi. Materi tersebut untuk
bersabda yang artinya: Allah akan
tingkat SLTP membahas tentang: Orang
menolong hamba selama orang tersebut
yang beriman membangun persaudaraan
menolong saudaranya. (H.R. Muslim).
dengan semua orang. Berbeda tapi satu
Kata al mar’i dalam hadis tersebut dan
tujuan, Pluralisme (Kemajemukan)
dalam hadis yang lain menggunakan
Agama dan Kepercayaan. Bersahabat
redaksi al’abd (hamba) yang artinya
dengan sesama yang beragama dan
mencakup orang yang beriman atau
Kepercayaan lain. Materi ini diberikan di
tidak beriman, kaum kerabat atau
kelas IX. Kemudian untuk tingkat SLTA
orang lain. Dalam hadis yang lain Rasul
diberikan materi: Perbedaan, Kesetaraan,
bersabda artinya: Tolonglah saudaramu
dan Harmoni. Kelompok sosial dalam
baik yang melakukan aniaya maupun
masyarakat multikultural. Subnya:
yang teraniaya. Kerjasama yang selalu
Diferensiasi sosial dengan stratifikasi
dilakukan yaitu dalam rangka momen
sosial. Materi tersebut diajarkan di
tertentu, seperti: acara PHBI, PHBN,
kelas XI dengan tujuan agar dapat
Seren Tahun sunda wiwitan (penganut
diimplementasikan dalam kehidupan
kepercayaan). Dan bencana alam: Gempa
sehari-hari dan dalam momen-momen
Bumi, banjir/longsor, baik wilayah
tertentu. Yang ditanamkan kepada
terdekat maupun di luar wilayah. Dalam
siswa merupakan konsep inti dari
hal ini warga masyarakat tanpa melihat
pendidikan multikulturalisme, dan
perbedaan agama turut berpartisipasi
pluralisme Agama. Implementasi dari
dan memilki rasa empati terhadap
mata pelajaran PPKN dan Sosiologi,
kejadian itu. Untuk kegiatan sosial
selain diterapkan dalam kehidupan
keagamaan dibentuk relawan lintas
sehari-hari, juga dilakukan Kemah Bakti
agama, yang didukung oleh Kodim,

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 279

Kejaksaan, Wanita Keagamaan, untuk Ketiga; Potensi Kerukunan di


mewujudkan kebersamaan dalam Kelurahan Cigugur didasari oleh
perbedaan. Contohnya ketika ada mekanisme kerja yang strategis. Melalui
longsor di Kecamatan Ciniru, dari pihak pembinaan dilakukan oleh KUA
kelurahan mengkoordinir relawan lintas terhadap masyarakat warga Kelurahan
agama untuk memberikan sumbangan Cigugur, yaitu melalui Majlis Taklim di
baik dalam bentuk materil seperti: Masjid dan Musholla, Khutbah jum’at
sembako, pakaian, maupun dalam di Masjid Al-Jihad Kelurahan Cigugur,
bentuk moril. dan melalui Penyuluh Agama. Kemudian
acara musyawarah kecamatan tentang
Kedua; Interaksi Sosial yang terjadi
pembangunan melalui PHBI, PHBN
dapat dilihat dari Kerukunan yang
(Nasional) seperti peringatan 17 Agustus,
terbina di Kelurahan Cigugur, mereka
dan lainnya. Dalam penyampaian
berprinsip: bahwa perbedaan keyakinan
materinya diselipkan pesan-pesan
itu timbul dari kebenaran hatinya dan
moral dan kerukunan antarumat
keyakinan masing-masing pemeluk
beragama. Pusda’I (Pusat Dakwah Islam),
agama. Adanya faktor keturunan yang
dilaksanakan pertemuan di akhir bulan
membuat kondusipnya Kelurahan
tingkat Kecamatan (gabungan) seluruh
Cigugur. Dalam hal ini fakta sosial di
Desa dan Kelurahan. Tarling Ramadhan,
masyarakat adanya identitas agama
sosialisasi zakat (kerja sama dengan
yang berbeda dalam satu rumah. Warga
Baznas, IPHI, MUI, BKMM, Muslimat
masyarakat yang berbeda pemeluk
NU). Kemudian MUI yang selalu
agamanya memiliki sifat kegotong-
menghimbau agar tidak terjadi konflik
royongan yang membuat penduduk itu
antarumat beragama. Dalam hal ini MUI
bisa rukun. Apabila ada satu kelurahan
Kecamatan hanya sebatas pembinaan
mengadakan kegiatan perbaikan jalan,
saja terhadap ummatnya, sedangkan
membangun masjid, warga tersebut
untuk fatwa-fatwa yang terkait dengan
mendukungnya terhadap kegiatan
persoalan akidah, syara sifatnya hanya
tersebut, baik secara moril maupun
nunggu komando dan keputusan ada di
materil tanpa melihat perbedaan agama.
MUI Pusat. Untuk non muslim (Protestan)
Contoh kongkritnya ketika rumah
melalui Majlis-majlis dan BAMAG
Pendeta Yayan sedang dibangun, lokasi
(Badan Musyawarah antar Gereja), KPP
berada di lingkungan sekitar warga
(Komisi Pelayanan Perempuan). Untuk
pemeluk agama Islam, sikap sosial
Katholik melalui Keuskupan, PMK RI
dari warga di sekelilingnya pun dapat
(Perhimpunan Mahasiswa Katholik),
tercermin. Dalam siklus kehidupan
dan untuk penganut Sunda Wiwitan
(kelahiran, sunatan, pernikahan, dan
(Kepercayaan) wadahnya adalah Paseban,
kematian), warga Kelurahan Cigugur
yang selalu mengadakan upacara
nampak adanya kebersamaan, sikap
seren tahun. Dengan menghadirkan
toleransi terhadap perbedaan agama,
dari berbagai unsur agama, Dinas
dan adanya kerjasama, seperti kerjasama
Kebudayaan, Kesenian, dan unsur
dalam hal pengelolaan koperasi larasati,
Lembaga Pendidikan, serta aparat
pengurusnya terdiri dari beragam
pemerintah setempat, dan luar daerah.
agama.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2


280 Marpuah

REKOMENDASI UCAPAN TERIMA KASIH

Kelurahan Cigugur merupakan salah satu Alhamdulilah Puji Syukur senantiasa


wilayah yang cukup kondusif. Karena tercurahkan pada Ilahi Robbi, Sholawat
berbagai faktor yang mendukungnya dan Salam selalu tercurahkan pada
terhadap Kerukunan dan sikap toleransi junjungan Nabi Besar Muhammad
intern dan antarumat beragama. Untuk SAW. Atas Rahmat dan Inayahnya
lebih berorientasi kepada masyarakat Al-Hamdulillah penulis dapat
madani (Civil Society), dalam hal ini menyelesaikan tulisan ini untuk dimuat
diperlukan mekanisme kerja yang sinergis di Jurnal Harmoni. Dengan demikian
dari berbagai unsur yang berkomitmen tak lupa pula penulis sampaikan ucapan
dalam penentuan kebijakan. Baik itu terimakasih kepada: Kepala Balai Litbang
kebijakan terkait dengan aspek ekonomi, Agama Jakarta, yang telah memfasilitasi
aspek sosial dan budaya, maupun dalam proses penelitian ini. Narasumber
aspek politik, khususnya aspek agama. K.H. Ahmad Syafii Mufid, Kepala Kan.
Sehingga masyarakat warga Kelurahan Kemenag Kabupaten Kuningan, dan
Cigugur maupun desa khususnya di Bidang Hukmas KUB, pengurus FKUB,
Kabupaten Kuningan, dan umumnya di MUI Kabupaten dan Kecamatan, Ketua
seluruh Indonesia tidak hanya sebagai Kesbangpol Kabupaten, Bidang Kesra
masyarakat yang berswasembada, Kecamatan, Kepala KUA dan Penyuluh
akan tetapi masyarakat yang mandiri, Agama. Kepala Lurah Cigugur, Tokoh
swakarya, swadaya, dan menjunjung Agama Katolik, Kristen, dan Sunda
tinggi nilai-nilai dan norma-norma Wiwitan. Serta Tim Redaksi Jurnal
agama, bangsa dan negara, dalam waktu Harmoni yang telah mereview naskah
jangka panjang. penulis hingga dimuat di Jurnal Harmoni.

DAFTAR ACUAN
Al-Munawwar, Said Agil Husein, “Fiqh Hubungan antar Agama” Ciputat Press, Jakarta,
2004.
Asmawi Mahfudz, “Filsafat Hukum Islam”, Penerbit Elkaf kerjasama dengan P3M STAIN
Tulung Agung, 2006 dan Penerbit Teras, 2009.
Asmawi Mahfudz, 2010“Pluralisme Agama dan Perkawinan antar Agama menurut UU No. 1
Tahun 1974, dalam perspektif Farid Essac”, P3M STAIN Tulung Agung.
Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam”, Penerbit Kencana Jakarta, 2012.
Abdul A’la dkk, “Nilai-nilai pluralisme dalam Islam”, Pustaka Nuansa Bandung, 2005.
Balai Litbang Agama Jakarta, “Dinamika Peran Lembaga Keagamaan di Indonesia Bagian
Barat”, Jakarta, 2014.
Bimo Walgito, “Psikologi Sosial”, Andi Offset Yogyakarta, 2003.
Dewi Wulansari, “Sosiologi: Konsep Dan Teori”, PT. Refika Aditama Bandung, 2009.
Elly M. Setiadi, “Ilmu Sosial dan Budaya Dasar”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2007.

HARMONI Juli - Desember 2019


Toleransi dan Interkasi Sosial Antar Pemeluk Agama di Cigugur, Kabupaten Kuningan 281

Janu Murdiyamoko, “Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat”, Grafindo Media


Pratama, Bandung, 2007.
Kusumadewi, Lucia Ratih, Paulus Wirutomo, dkk. “Sistem Sosial Indonesia”, Penerbit
Universitas Indonesia Depok, 2012.
Kun Widiyati dan Juju Suryawati, “Buku Sosiologi untuk kelas XI “di SLTA terbitan Esis,
dalam Jovi Nuriani Putra, Guru Sosiologi MAN I Cigugur, 2013.
Martono, Nanang, “Sosiologi Perubahan Sosial”, Rajawali Pers Jakarta, 2014.
Mabadiul Chomsah, “Pluralisme dalam Perspektif Islam” dalam http://Penabutut.com.
Mahfud MD, “Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi”, Penerbit Rajawali Pers,
2010.
Mulyadi Kartanegara, “Gerbang Kearifan: Sebuah Pengantar Filsafat Islam”, Penerbit
Lentera Hati Ciputat Jakarta, 2006.
Ngainun Naim, “Resensi Buku Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan”, Penerbit Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta, 2011.
Ridwan Lubis, “Agama dan Perdamaian, Landasan, Tujuan, dan Realitas Kehidupan Beragama
di Indonesia”, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI Jakarta,
2017.
Slamet Santosa, “Teori-Teori Psikologi Sosial”, Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, PT. Rajawali Pers Jakarta, 2006.
Tim Penulis Puslitbang Kehidupan Keagamaan, “Toleransi Beragama di daerah Rawan
Konflik”, Puslitbang Kehidupan Keagamaan Jakarta, 2016.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 18 No. 2

You might also like