Professional Documents
Culture Documents
PBL - QH - Cep Badri
PBL - QH - Cep Badri
No Komponen Deskripsi
1. Identifikasi Masalah (berbasis a. Menyelesaikan berbagai masalah terkait
masalah yang ditemukan di hadis palsu yang marak beredar di media
lapangan) sosial
b. Memberikan gambaran secara umum akan
pentingnya klarifikasi informasi yang beredar
tentang hadis yang muncul di media social
c. Memberikan solusi dalam memahami kriteria
hadis yang harus diikuti atau ditinggalkan
3. Solusi
Dikaitkan dengan teori/dalil yang Sebelum mengurai masalah terkait hadis palsu
relevan yang marak beredar di media sosial. Alangkah
b. Sesuaikan dengan lebih baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa
langkah/prosedur yang sesuai itu hadits, jenis-jenis hadits, serta apa itu hadits
dengan masalah yang akan palsu ?
dipecahkan
1. Pengertian Hadits
- Menurut para ahli hadits bahwa pengertian
hadis ialah sebagai apa yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa
ucapan, perbuatan, sifat, atau sirah beliau,
baik sebelum kenabian atau sesudahnya.
- Menurut ahli Ushul Fiqih bahwa Hadis adalah
segala perkataan, perbuatan, dan takrir dari
Nabi Muhammas SAW, yang menjadi patokan
hukum agama Islam setelah Al-quran.
Dari pengertian tersebut maka hadis menjadi
sumbur hukum kedua bagi umat islam
setelah al-Quran.
Al-quran dan hadits merupakan dua sumber
hukum yang saling mengikat dan tidak bisa
dipisahkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
terdapat dalil yang bersifat umum yang tidak
dirinci dalam al-quran maka disitulah hadits
berfungsi sebagai penjelasan atas rinciannya
pun demikian sebaliknya bahwa hadits tentu
sebagai penguat akan dalil-dalil yang
terdapat dalam al-quran.
2. Jenis Hadits
Berdasarkan kualitasnya hadits ada 3 yakni
shahih, Hasan dan Dhaif
a) Shahih
Yaitu hadis yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yanga
adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad
tidak ada kejanggalan dan tidak berikat
Kriteria hadis dinilai shahih apabila
memenuhi lima kriteria atau syarat meliputi ;
Sanadnya bersambung
Moralitas para perawinya baik
Intelektualitas para perawinya mumpuni
tidak janggal dari segi matan/isinya dan
periwayatan
tidak cacat (illat) dari sanad yang
tersambung atau kekeliruan
Hadits shahih juga disebut dengan hadits
yang sah, benar, sempurna sehat, atau
pasti.
b) Hasan
Menurut M. Ma'shum Zein, hadits
hasan hampir sama dengan hadits shahih,
perbedaanya hanya dalam hal daya ingat
perawinya (dhabt) yang tidak sebanding
dengan perawi hadits shahih
c) Dhaif
- Menurut Al-Nawawi bahwa hadis daif
yaitu hadis yang di dalamnya tidak
terdapat syarat- syarat hadis sahih
maupun syarat-syarat hadis hasan
- Menurut Muhammad Husain
Mahasnah, hadits dhaif yakni apabila
kehilangan satu syarat atau lebih dari
syarat-syarat hadits hasan dan
diketahui diriwayatkan oleh orang
yang tertuduh berdusta dan jelek
hafalannya
4. SOLUSI
Setelah kita memahami terkait kedudukan dan
akan pentingnya hadis dengan segala
fenomena permasalah yang terjadi di era
digital yang serba canggih ini tentu tugas kita
adalah
1) Senantiasa menanamkan berfikir kritis
terhadap informasi yang didapatkan
2) Perlunya memverifikasi informasi yang di
terima sehingga tidak langsung mudah
menerima dan menyebarluaskan hadits-
hadits yang belum diketahui keshahihan
nya
3) Pentingnya bagi kita untuk terus belajar
menggali informasi yang shahih dan
menyebarkannya dengan cara yang baik
pula agar masyarakat mendapatkan
informasi yang kita sampaikan sesuai
kriteria kebenarannya
4) Jika mendapatkan hadis yang tidak jelas
penulisnya juga bukan orang yang terkenal
hati-hati dalam meriwayatkan hadis,
sebaiknya kita tidak menyebarkannya,
meskipun terdapat kebaikan dan janji
pahala besar bagi orang yang
menyebarkannya.
5) Lebih baik diam tidak menyebarkannya,
dari pada salah dalam menyebarkan. Atau
kalaupun memang ingin berbagi kebaikan
disetiap peristiwa, belajarlah mengutip
dengan hadis yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
6) Mari menggunakan dan memanfaatkan
media sosial dengan baik dan cerdas
.
.