Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 6

ANALISIS MATERI PROBLEM BASED LEARNING

Nama Mahasiswa : CEP BADRI


Kelompok Mapel : PAI-5
Judul Modul : KRITERIA KESHAHIHAN HADITS (KB3)
Judul Masalah : PENTINGNYA KLARIFIKASI INFORMASI DI TENGAH MARAKNYA
HADIS PALSU YANG BEREDAR DI MEDIA SOSIAL

No Komponen Deskripsi
1. Identifikasi Masalah (berbasis a. Menyelesaikan berbagai masalah terkait
masalah yang ditemukan di hadis palsu yang marak beredar di media
lapangan) sosial
b. Memberikan gambaran secara umum akan
pentingnya klarifikasi informasi yang beredar
tentang hadis yang muncul di media social
c. Memberikan solusi dalam memahami kriteria
hadis yang harus diikuti atau ditinggalkan

M2. Penyebab Masalah a. Banyak sekali di aplikasi media sosial


(dianalisis apa yang menjadi akar berseliweran hadis-hadis palsu
masalah yang menjadi pilihan b. Banyak umat islam yang mudah menerima dan
masalah) menyebarkan hadis-hadis palsu tanpa validasi
terlebih dahulu
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan
kriteria hadis yang boleh diamalkan atau
ditinggalkan

3. Solusi
Dikaitkan dengan teori/dalil yang Sebelum mengurai masalah terkait hadis palsu
relevan yang marak beredar di media sosial. Alangkah
b. Sesuaikan dengan lebih baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa
langkah/prosedur yang sesuai itu hadits, jenis-jenis hadits, serta apa itu hadits
dengan masalah yang akan palsu ?
dipecahkan
1. Pengertian Hadits
- Menurut para ahli hadits bahwa pengertian
hadis ialah sebagai apa yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa
ucapan, perbuatan, sifat, atau sirah beliau,
baik sebelum kenabian atau sesudahnya.
- Menurut ahli Ushul Fiqih bahwa Hadis adalah
segala perkataan, perbuatan, dan takrir dari
Nabi Muhammas SAW, yang menjadi patokan
hukum agama Islam setelah Al-quran.
Dari pengertian tersebut maka hadis menjadi
sumbur hukum kedua bagi umat islam
setelah al-Quran.
Al-quran dan hadits merupakan dua sumber
hukum yang saling mengikat dan tidak bisa
dipisahkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
terdapat dalil yang bersifat umum yang tidak
dirinci dalam al-quran maka disitulah hadits
berfungsi sebagai penjelasan atas rinciannya
pun demikian sebaliknya bahwa hadits tentu
sebagai penguat akan dalil-dalil yang
terdapat dalam al-quran.

2. Jenis Hadits
Berdasarkan kualitasnya hadits ada 3 yakni
shahih, Hasan dan Dhaif
a) Shahih
Yaitu hadis yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang bersambung
sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yanga
adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad
tidak ada kejanggalan dan tidak berikat
Kriteria hadis dinilai shahih apabila
memenuhi lima kriteria atau syarat meliputi ;
 Sanadnya bersambung
 Moralitas para perawinya baik
 Intelektualitas para perawinya mumpuni
 tidak janggal dari segi matan/isinya dan
periwayatan
 tidak cacat (illat) dari sanad yang
tersambung atau kekeliruan
Hadits shahih juga disebut dengan hadits
yang sah, benar, sempurna sehat, atau
pasti.

b) Hasan
Menurut M. Ma'shum Zein, hadits
hasan hampir sama dengan hadits shahih,
perbedaanya hanya dalam hal daya ingat
perawinya (dhabt) yang tidak sebanding
dengan perawi hadits shahih

c) Dhaif
- Menurut Al-Nawawi bahwa hadis daif
yaitu hadis yang di dalamnya tidak
terdapat syarat- syarat hadis sahih
maupun syarat-syarat hadis hasan
- Menurut Muhammad Husain
Mahasnah, hadits dhaif yakni apabila
kehilangan satu syarat atau lebih dari
syarat-syarat hadits hasan dan
diketahui diriwayatkan oleh orang
yang tertuduh berdusta dan jelek
hafalannya

3. Pengertian dan Sejarah Munculnya Hadits


Palsu
a) Pengertian Hadits Maudhu
Selain dari ketiga Jenis hadits
berdasarkan kualitas tersebut adapula yang
disebut dengan hadits Maudhu
Menurut bahasa, maudhu artinya
menggugurkan, meninggalkan, dan
memalsukan. Sedangkan menurut istilah,
hadits maudhu adalah sesuatu yang
dinisbahkan kepada Rasulullah SAW dengan
cara mengada-ada dan dusta. Hadits ini tidak
pernah beliau sabdakan, kerjakan maupun
taqrirkan.

b) Sejarah Munculnya Hadits Maudhu


Mengutip dari jurnal yang berjudul
Hadits Maudhu dan Akibatnya oleh Rabiatul
Aslamiah, bahwa faktor utama munculnya
hadits maudhu karena masuknya agama
Islam secara massal sehingga ada
segolongan orang yang masuk Islam hanya
karena paksaan yang kemudian dikenal
dengan sebutan kaum munafik dan Zindiq.
Selain itu, terjadinya pertikaian politik
pada akhir masa pemerintahan Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib merupakan awal
adanya benih-benih fitnah yang memicu
kemunculan pemalsuan hadits. Namun pada
masa tersebut, praktik pemalsuan hadits
belum begitu meluas karena masih banyak
sahabat ulama yang masih hidup dan
mengetahui kepalsuan hadits tersebut. Para
sahabat mengetahui bahaya dari hadits
maudhu yang telah diperingatkan sebelumnya
oleh Nabi Muhammad. Setelah periode
tersebut, tepatnya pada akhir pemerintahan
Khalifah Bani Umayyah, pemalsuan hadits
semakin marak. Pemalsuan ini dilakukan
umat Islam dan orang di luar Islam.
Menurut pernyataan Hammad bin
Zayyad, saat ini ada sekitar 14.000 hadis
maudhu yang beredar. Munculnya hadits ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya faktor politik, kebencian,
permusuhan, kebodohan, serta fanatisme
yang keliru.

c) Contoh Hadits Palsu yang beredar di


Media Sosial
- Rasullullah Saw bersabda: “Barang
siapa yang memberitahukan berita satu
Safar kepada yang lain, maka haram api
neraka baginya”.
- Rasullullah Saw bersabda: “Barang
siapa yang memberitahukan berita
Arafah kepada yang lain, maka haram
api neraka baginya”.
- Rasullullah Saw Bersabda: “Barang
siapa yang memberitahukan berita satu
Dzulhijjah kepada yang lain, maka haram
api neraka baginya”.
- Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa
yang memberitahukan berita Sya’ban
kepada yang lain, maka haram api
neraka baginya.”
- Rasullullah Saw bersabda: “Barang
siapa yang memberitahukan berita satu
Rajab kepada yang lain, maka haram api
neraka baginya”.

Bila kita perhatikan secara seksama hadis


ini menggunakan metode/pola dengan
redaksinya hampir sama. Hal ini bukan
sesuatu yang baru dan mengherankan.
Bahkan masih banyak lagi contoh-contoh di
media sosial yang memuat hadits palsu
bahkan uniknya mereka dengan sengaja
mengatasnamakan hadits tersebut dari
Rosulullah SAW

d) Hukum dan Bahayanya Hadis Palsu


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
- “Barang siapa berdusta atas namaku
dengan sengaja, maka hendaknya dia
bersiap-siap mengambil tempat di
Neraka.” (Muttafaq ‘alaih).

- “Barang siapa menceritakan dariku suatu


hadis yang dia ketahui kedustaannya,
maka dia termasuk di antara dua
pendusta.” (HR. Muslim dalam al-
Muqadimah, Ibnu Majah 41, dan yang
lainnya).

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan:


“Para ulama sepakat bahwa sengaja berdusta
atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam termasuk dosa besar,

 Hukum Hadits Maudhu


“Haram hukumnya meriwayatkan hadis
maudhu‘ bagi orang yang mengetahui atau
menurut dugaan kuatnya bahwa derajat
hadis tersebut adalah maudhu‘. Sebab itu,
barang siapa meriwayatkan suatu hadis
yang dia yakin atau ada sangkaan kuat
bahwa derajatnya adalah maudhu’ (palsu),
namun dia tidak menjelaskan derajatnya,
maka dia termasuk dalam ancaman hadis
ini.” (Syarah Shahih Muslim, 1/71)

Para Ulama bersepakat haramnya


hukumnya meriwayatkan hadis maudhu‘
(palsu) kecuali disertai keterangannya
(yang menjelaskan kepalsuannya),
e) Fenomena Hadits Palsu Saat Ini
Sebagaimana kita ketahui
kemudahan akses internet menyebabkan
informasi dari berbabagai kalangan begitu
banyaknya merebak di tengah-tengah kita,
tak terkecuali sepperti pada aplikasi media
sosial saat ini.
banyak sekali orang atau pihak-pihak
yang menyebarkan hadis yang lemah
sanad-nya (silsilah periwayat hadis) atau
bahkan hadis palsu dengan alas an
mengandung banyak kebaikan. Karenanya,
sangat disayangkan ketika hadits shahih
yang diriwayatkan Rasulullah harus dinodai
dengan keberadaan hadits maudhu. Hadits
ini sengaja dibuat oleh orang-orang tertentu
dengan tujuan dan motif yang beragam.
Meyakini dan mengamalkan hadits maudhu
merupakan kekeliruan yang besar.
Meskipun beberapa isinya terbilang baik,
tetapi hadits palsu ini tetap bertentangan
dengan jiwa dan semangat Islam.
Hingga kini, banyak hadis-hadis
palsu yang beredar, populer, dan bahkan
menjadi pegangan sebagian umat muslim.
Keberadaan hadis-hadis palsu ini bisa
berpotensi untuk membuat umat tergelincir
dan jatuh dalam kesesatan.

4. SOLUSI
Setelah kita memahami terkait kedudukan dan
akan pentingnya hadis dengan segala
fenomena permasalah yang terjadi di era
digital yang serba canggih ini tentu tugas kita
adalah
1) Senantiasa menanamkan berfikir kritis
terhadap informasi yang didapatkan
2) Perlunya memverifikasi informasi yang di
terima sehingga tidak langsung mudah
menerima dan menyebarluaskan hadits-
hadits yang belum diketahui keshahihan
nya
3) Pentingnya bagi kita untuk terus belajar
menggali informasi yang shahih dan
menyebarkannya dengan cara yang baik
pula agar masyarakat mendapatkan
informasi yang kita sampaikan sesuai
kriteria kebenarannya
4) Jika mendapatkan hadis yang tidak jelas
penulisnya juga bukan orang yang terkenal
hati-hati dalam meriwayatkan hadis,
sebaiknya kita tidak menyebarkannya,
meskipun terdapat kebaikan dan janji
pahala besar bagi orang yang
menyebarkannya.
5) Lebih baik diam tidak menyebarkannya,
dari pada salah dalam menyebarkan. Atau
kalaupun memang ingin berbagi kebaikan
disetiap peristiwa, belajarlah mengutip
dengan hadis yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
6) Mari menggunakan dan memanfaatkan
media sosial dengan baik dan cerdas 

.
.

You might also like