Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Pengaruh Faktor Motivasi terhadap Prestasi Kerja Atlet Pencak Silat SEA Games

The Influence of Motivational Factors on Work Performance of SEA Games


Pencak Silat Athletes

Devi Sagita Ratri*


1)
IPB University, Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor, Babakan, Dramaga, West Java 16680
e-mail: devi_sagita@apps.ipb.ac.id
Siti Rahmawati
2)
IPB University, Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor, Babakan, Dramaga, West Java 16680
e-mail: sitirahmawatiipb@gmail.com
Andita Sayekti
3)
IPB University, Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor, Babakan, Dramaga, West Java 16680
e-mail: anditasayekti@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT
Pencak Silat has been patented as an original Indonesian sport by UNESCO. Pencak Silat always occupy top three
positions in the multi-sport event South East Asian (SEA) Games. Pencak silat must continue to maintain and
improve its achievements. However, from 2017 to 2019 there are differences in the achievements of pencak silat
athletes. SEA Games at 2017 the Indonesian Pencak Silat contingent won 3 rd place overall, while in 2019 the
Indonesian Pencak Silat contingent won 1 st. The objectives of this study are (1) to analyze the perceptions of Pencak
Silat athletes at the 2017 SEA Games and 2019 SEA Games, regarding motivational factors that affecting work
achievement (2) to analyze motivational factors that most influence the work performance of Pencak Silat athletes.
Sampling method used is purposive sampling. The analytical tools used are descriptive analysis and multiple linear
regression. Based on the results, the SEA Games pencak silat athletes of 2017 and 2019 are motivated to improve
work performance. The motivational factor need for achievement is most significant and positive by 0.747 which
means, if athletes are given the opportunity to increase creativity, and enthusiasm for achievement it will increase
work performance variable by 0.747.

Keywords: Athlete, Motivation, SEA Games, Sport, Work Performance.

ABSTRAK
Pencak Silat telah dipatenkan sebagai olahraga asli Indonesia oleh UNESCO. Pencak Silat selalu berada pada posisi
tiga besar di ajang multi-sport event South East Asian (SEA) Games. Pencak Silat harus terus mempertahankan dan
meningkatkan prestasinya. Namun, pada tahun 2017 ke tahun 2019 terdapat perbedaan prestasi yang diraih oleh atlet
Pencak Silat. Pada SEA Games 2017 kontingen Pencak Silat Indonesia berhasil mendapat posisi juara 3 secara
keseluruhan, sementara pada tahun 2019 kontingen Pencak Silat Indonesia berhasil meraih posisi juara 1. Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) menganalisis persepsi atlet Pencak Silat SEA Games 2017 dan SEA Games 2019, mengenai
faktor motivasi yang memengaruhi prestasi kerja (2) mengetahui faktor motivasi yang paling memengaruhi prestasi
kerja atlet Pencak Silat SEA Games. Metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian, atlet pencak silat SEA
Games 2017 dan 2019 termotivasi untuk meningaktkan prestasi kerja. Faktor motivasi need for achievement paling
berpengaruh signifikan dan positif sebesar 0.747 yang berarti jika atlet diberikan kesempatan untuk meningkatkan
kreatifitas, dan antusiasme untuk berprestasi maka akan meningkatkan variabel prestasi kerja sebesar 0.747.

Kata Kunci: Atlet, Motivasi, Olahraga, Prestasi Kerja, SEA Games.

*Corresponding author
PENDAHULUAN
Bidang olahraga di Indonesia semakin potensial dan berkembang. Hal ini dibuktikan
dengan prestasi Indonesia yang berhasil menjadi tuan rumah Asian Games dan Para Asian
Games 2018, serta pada tahun 2011 silam menjadi tuan rumah South East Asian (SEA) Games.
Indonesia memiliki olahraga khas yang turut menjadi lumbung medali di ajang multi-sport
event SEA Games, yaitu Pencak Silat. Pencak Silat telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai
warisan budaya tak benda pada sidang ke-14 Intergovernmental Committee for the
Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, yang berlangsung di Bogota, Kolombia, 9 -
14 Desember 2019 (UNESCO 2019).
Pencak silat memiliki sejarah yang cukup panjang untuk masuk ke ajang SEA Games,
perkembangan pencak silat bermula dari periode perintisan, konsolidasi dan pemantapan,
pengembangan, serta periode pembinaan (Kriswanto 2015). Pencak Silat mengharumkan nama
Indonesia dengan prestasi, yang mana Pencak Silat terus menduduki posisi 3 besar. Prestasi atlet
Silat SEA Games dapat dilihat dari trend perolehan medali Pencak Silat di ajang SEA Games
(Gambar 1).

Trend Perolehan Medali Pencak Silat di ajang SEA


10 Games
9 9 9
8
7
6
5 5 5
4 4 4
3 3 3 3
2 2 2 2
1
0
2011 2013 2015 2017 2019

Emas Perak Perunggu


Gambar 1 Trend Perolehan Medali Silat di Ajang SEA Games
Sumber: data diolah dari (Berita Satu 2011; Riyanto 2013; Firdaus 2015; Antara 2019; Mirza 2019)

Terjadi perbedaan prestasi yang dilihat dari posisi juara dan kuantitas medali yang
cukup signifikan antara SEA Games tahun 2017 dan SEA Games tahun 2019. Pada SEA Games
tahun 2017 berhasil meraih total 15 medali dari 20 nomor pertandingan dengan dominasi medali
perunggu, sedangkan SEA Games tahun 2019 meraih total 7 medali dari 9 nomor pertandingan.
Pada SEA Games tahun 2019 Indonesia sudah sangat mendekati target perolehan medali yang
diberikan oleh IPSI, target tahun 2019 yaitu 3 emas, 3 perak, 3 perunggu dan terealisasi 2 emas,
3 perak, 2 perunggu, sementara Pencak Silat pada SEA Games tahun 2017 dari 20 nomor yang
dipertangdingkan 15 medali berhasil diperoleh, namun medali masih belum sesuai target, karena
didominasi oleh medali perunggu.
Motivasi implisit need for achievement, power, dan affiliation sangat relevan dengan
olahraga karena ketiganya memertahankan kecenderungan perilaku spontan seperti upaya
latihan dalam jangka waktu yang lama, terdapat interaksi dari motivasi implisit yang spesifik
terhadap insentif, sehingga motivasi implisit dapat memengaruhi kinerja tergantung pada
adanya insentif yang sesuai (Schütz dan Schultheiss 2020). Pada faktor motiasi need for
achievement orang-orang dengan kebutuhan yang kuat untuk berprestasi menikmati penguasaan
tugas-tugas yang menantang dan mencoba untuk memenuhi standar keunggulan (Schütz dan
Schultheiss 2020)
Berdasarkan pemaparan yang sudah diuraikan, terdapat perbedaan prestasi Pencak Silat
di SEA Games tahun 2017 dan SEA Games tahun 2019, dimana prestasi tahun 2019 lebih
unggul. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk melakukan pengkajian terkait pengaruh
motivasi terhadap prestasi kerja atlet Pencak Silat SEA Games 2017 dan SEA Games 2019.

METODE PENELITIAN
Isi metode kajian adalah teknik pengmpulan data, sumber data, cara nalisis data, uji
korelasi, dan sebgainya, ditulis dengan font Times New Roman 11. Dalam bab ini dapat juga
dicntumkan rumus ilmiah yang digunakan untuk nalisis data/uji korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahasan utama berisi hasil dan pembahsan, ditulis dengan font Time New Roman 11.
Hasil bukan merupakan data mentah, melainkan data yang sudah diolah/ dianalisis dengan
metode yang telah ditetapkan. Pembahasan adalah pernbandingan hasil yang diperoleh dengan
konsep/teori yang ada dalam tinjauan pusta. Isi hasil dan pembahasan mencakup pernyataan,
tabel, gambar, diagram, grafik, sketsa, dan sebagainya.
Sub Hasil dan Pembahasan
Bagian ini berisi sub-bahasan utama ditulis dengan font Times New Roman 11. Sub-
bahasan ditulis secasra sistematis.
Tabel 1. Nama tabel (Times New Roman, 10)
Jenis Jumlah Persentase
Jenis 1 74 8%
Jenis 2 81 52%
Jenis 3 50 40%
Total 210 100%
Loan to Value /LTV
(%)

Non Performing Financing

Gambar 8. Diagram kotak-garis Non Performing Financing (NPF) berdasarkan Loan to value (LTV)

KESIMPULAN
Isi kesimpulan ditulis dengan font Times New Roman 11. Kesimpulan merupaka ikhtisar
dasri penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan bukan merupakan ringkasan dair hasil
pembahasan yang mengacu pada terori tertentu, tetapi hasil dari analisis/uji korelasi data yang
dibahas.

DAFTAR PUSTAKA
Isi daftar pustaka ditulis dengan font Times New Roman 11 dan ditulis 1 spasi. Daftar
Pustaka merupakan sumber acuan/ rujukan yang dijadikan bahan kutipan penlisan naskah.
Penulisan daftar pustaka merupakan sumber acuan/rujukan yang dijadikan bahan kutipan
penulisan naskah. Jumlah sumber rujukan yang dijadikan daftar pustaka naskah minimal 10
judul lieteratur ilmiah (80% refrensi primer, dan 20% refrensi sekunder). Sumber refrensi
primer, seperti: jurnal, laporan penelitian, skripsi, tersis, disertasi, dan makalah prosiding.
Sumber refrensi sekunder, seperti: buku dan sumber internet. Sebaiknya penulisan kutipan
menggunakan aturan APA style.

Contoh Penulisan Daftar Pustaka


Rivai, V., & Arifin, A. (2010). Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Garson, G. D. (2014). Logistic Regression: Binary and Multinomial. (Ed 2014). North Carolina:
Statistical Publishing Associates.
Masykur, F., & Prasetiyowati, F. (2016). Aplikasi rumah pintar (smart home pengendali
peralatan elektronik rumah tangga berbasis web. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer, 3(1), 51-58.
Kurniawati, R. (2016). Bounded Rational dan Adverse Selection dalam Pembiayaan Bank
Syariah: Kajian terhadap Masalah Keagenan dalam Penyaluran Pembiayaan Syariah.
Bogor, Indonesia: Institut Pertanian Bogor.

You might also like