Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada awal tahun 2020, dunia sedang dilanda wabah covid-19 yang berasal dari
negeri China. Wabah covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada Maret 2020. Virus tersebut
mengharuskan Negara Indonesia menjalani lockdown dikarenakan virus tersebut dapat
menular antar manusia. Hal ini membuat pemerintah Indonesia untuk meliburkan
kegiatan apapun seperti sekolah, kantor, pusat pembelanjaan hingga ditutupnya akses
udara dan darat agar mewaspadai masyarakat terjangkit virus covid-19. Kewaspadaan
yang dimaskud adalah dengan menjaga jarak antar manusia serta mengikuti protokol
kesehatan, sehingga virus tidak menyebar dengan luas secara cepat (Kementrian
Kesehatan RI, 2020).
Wabah pandemi covid-19 telah membuat tatanan kehidupan masyarakat Indonesia
berubah, seperti perubahan pada dunia pendidikan. Sahu (2020) menjelaskan pandemic
covid-19 juga menjadi persoalan multidimensi, salah satunya berdampak dalam bidang
pendidikan. Hal ini membuat mahasiswa tidak bisa melakukan pembelajaran di
lingkungan kampus. Di Indonesia telah banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mencegah penyebaran covid-19, salah satunya yaitu adanya surat edaran dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan tinggi
No. 1 tahun 2020 menyarankan para peserta didik untuk belajar dari rumah masing-
masing dengan menggunakan sistem pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran jarak jauh dibuat agar mahasiswa bisa belajar secara virtual dengan
memnafaatkan teknologi. Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi
muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di jurusan tertentu. Menurut Monks,
Knoers, & Haditino, (2002) mahasiswa sebagai seseorang yang belajar dan meneliti,
menggunakan akal pikiran secara aktif dan cermat, serta penuh perhatian untuk dapat
memahami suatu ilmu pengetahuan. Mahasiswa dapat digolongkan memasuki tahap
remaja akhir yang dihadapkan pada tugas perkembangan untuk memenuhi harapan-
harapan masyarakat dan mencakup pekerjaan sesuai bidang ilmu yang dipelajari kelak
akan menentukan pengakuan sosial, Hurlock (1980).

1
2

Adanya pandemic covid-19 telah menimbulkan dampak penting terhadap


pembalajaran pada seluruh jenjang pendidikan termasuk perguruan tinggi. Pembelajaran
daring (dalam jaringan) menjadi solusi yang ditawarkan kemendikbud masa darurat
covid-19 (Dewi, 2020). Moore, Dickson-Deane & Galyen (2011). Menjelaskan bahwa
pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan
konektivitas, aksesbilitas, fleksibilitas, dan kemampuan dalam memunculkan berbagai
jenis interaksi pembelajaran. Dalam perkuliahan online mahasiswa membutuhkan alat
elektronik sepeprti handphone, tablet, pc maupun laptop dan juga memerlukan jaringan
internet dengan sinyal yang bagus. Media yang digunakan saat kuliah online meliputi
google form, google clashroom, zoom, dan google meet (Jannah, 2021).
Kuliah online yang dijalani mahasiswa di era pandemi ini yang dalam
pelaksanaannya tentu memiliki berbagai dampak dan menjadi hambatan bagi mahasiswa.
Dampak yang terjadi yaitu ketidaksiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran
online, merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang monoton, sulit paham dengan
materi yang diberikan, merasa kurang mampu dalam mengatur waktu dan mengatur diri
dalam belajar dan juga mahasiswa merasa cemas (Suhadianto, dkk 2020). Selain itu,
berkurangnya waktu berinteraksi dengan dosen untuk mendapatkan materi membuat
mahasiswa kesulitan, kebingungan, lelah, tidak nyaman, tidak merasa kreatif bahkan
bosan , sehingga mahasiswa terkadang lalai untuk mengerjakan tugas – tugas kuliah.
Berdasarkan dari hasil survey United Nations Children’s Fund (UNICEF)
menunjukan 66 persen dari 60 juta peserta didik dari berbagai jenjang pendidikan
mengatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman dengan keadaan proses pembelajaran
online, ketidak nyamanan itu dapat muncul karena gangguan sinyal yang mengganggu
proses pembelajaran online. 38 % hasil survei UNICEF mengatakan jika mereka kurang
mendapatkan bimbingan dari pembimbing akademik terkait materi yang dipelajari
(Kasih, 2020).
Noriyah (2020), mahasiswa yang menjalani perkuliahan online era pandemi covid
ini merasakan ketidaknyamanan selama kuliah online. Merasakan stress, bosan dan malas
dalam mengerjakan tugas kuliah karena banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen
sedangkan mahasiswa tidak terlalu memahami materi yang telah disampaikan pada saat
kuliah online sedang berlangsung. Selain itu, mahasiswa yang tinggal di daerah pelosok
3

terhambat oleh sinyal yang kurang mendukung. Belum lagi banyaknya tugas yang
diberikan.
Pratiwi (2021), pada mahasiswa yang menjalani perkuliahan online. Saat menjalani
kuliah online mahasiswa merasakan permasalahan tersendiri mulai dari merasakan
cemas, pola pikir negative, overthinking hingga mengalami stress. Selain itu mahasiswa
juga merasakan kesusahan dan kesulitan dalam memahami materi yang diberikan dosen,
serta kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen karena minimnya
informasi yang diberikan oleh dosen.
Selain itu, terdapat juga kasus mengenai mahasiswa yang terdampak pada pandemi
covid-19 terhadap kuliah online. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan proses
perkuliahan secara daring. Mulai dari bosannya dengan perkuliahan daring, banyaknya
tugas yang diberikan dosen, rindu dengan teman-teman serta menginginkan kuliah tatap
muka, (Aprilia, 2020).
Dari keempat kasus diatas dapat disimpulkan, mahasiswa yang menjalani
perkuliahan secara online dimasa pandemi covid-19 mengalami stress, bosan, merasa
jenuh dengan tugas yang diberikan, menjadi telat dalam mengumpulkan tugas, dan
sulitnya memahami materi yang diberikan oleh dosen. Pembelajaran online akan
membuat mahasiswa mengalami kendala seperti rasa malas dan jenuh. Pembelajaran
online juga membuat beban tugas semakin berat karena penugasan seringkali diberikan
dalam waktu yang bersamaan. Selain itu mahasiswa merasa kehilangan tujuan yang ingin
dicapai (Winangnun, 2020).
Tugas yang terkadang diberikan dosen terlalu banyak, membuat para mahasiswa
menunda pengerjaan tugas tersebut. Apalagi sekarang mahasiswa menjalani perkuliahan
online, sehingga mereka tidak mendapatkan pengawasan langsung dari pembiming
akademi yang memudahkan mereka untuk bermain gawai sehingga lalai dalam
mengerjakan tugas perkuliahan. Dalam lingkungan akademik, para mahasiswa pasti
pernah menunda dalam mengerjakan tugas atau pun menunda belajar. Hasil penelitian
menunjukan bahwa fenomena yang sering terjadi di lingkungan sekolah maupun
perguruan tinggi adalah menunda baik untuk belajar maupun mengerjakan tugas (Savira
& Suharsono, 2013). Kemudian terdapat penelitian yang dilakukan oleh Wirakesuma
(2020) yaitu, kuliah online tidak efektif, kurang efesien, dan tidak menyenangkan.
4

Membuat mahasiswa menjadi lebih stress dari yang sebelumnya. Terdapat banyak celah
dalam perkuliahan daring. Tugas secara online tidak berbeda dengan tugas konvensional.
Serta prokrastinasi merupakan budaya mahasiswa. Memerlukan motivasi dan kesabaran
dalam menjalani perkuliahan online.
Dari beberapa kasus diatas dapat disimpulkan, mahasiswa yang menjalani kuliah
online mengalami kejenuhan berkuliah, jenuh dalam mengerjakan tugas, menjadi telat
dalam melaksanakan tugas kuliah serta lelah dan kehilangan tujuan yang ingin dicapai.
Dengan adanya hal tersebut yaitu adanya tuntutan dalam belajar yang harus ditingkatkan
serta keadaan yang tidak menentu akibat dari pandemic covid-19 menyebabkan
mahasiswa mengalami prokrastinasi akademik. Menurut Susilowati (2020) Pembelajaran
jarak jauh selama pandemi menyebabkan adanya prokrastinasi akademik di kegiatan
belajar siswa yang semakin sulit dikendalikan.
Prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun
mengetahui bahwa penundaannya dapat menghasilkan dampak buruk (Steel, 2007).
Mahasiswa yang melakukan kuliah online akan menunda pengerjaan tugas dikarenakan
tidak adanya bimbingan langsung dari pembimbing. Selain itu bisa saja faktor mahasiswa
mengalami prokrastinasi akademik dikarenakan kondisi fisik, kondisi dari psikologis
mahasiswa, dan persepsi terhadap diri mahasiwa itu sendiri. Hal tersebut dapat membuat
mahasiwa menjadi lambat lulus kuliah, dan tugas yang ditunda akan menumpuk.
Menurut Knaus (2010), prokrastinasi akademik adalah sebuah kebiasaan untuk
menunda kegiatan penting dan segera hingga waktu tertentu serta proses penundaan ini
memiliki konsekuensi tertentu. Prokrastinasi bukan sekedar gambaran dari rendahnya
kebiasaan belajar ataupun manajemen waktu, tetapi juga melibatkan interaksi kompleks
dari komponen perilaku, kognitif dan afektif. Mahasiswa yang terbiasa menunda – nunda
meyakini bahwa mereka memiliki kecndrungan melakukan prokrastinasi, secara
signifikan dapat mengganggu pencapaian akademis, kecapakan untuk menguasai materi
kelas, dan kualitas hidup mereka (Istiningrum, 2017).
Menurut Ilfiandra (dalam Aini dan Mahardayani, 2011), faktor –faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu
factor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah fakor yng berasal dari luar individu
yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi, sedangkan factor internal adalah factor yang
5

berasal dari dalam diri individu yang meliputi kondisi fisik dan psikologis individu.
Prokrastinasi akademik bukanlah hal baru di kalangan mahasiswa (Saman, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Muyana (2017) dengan judul
Prokrastinasi Akademik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling. Menggambarkan bahwa prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa yang
memiliki kecenderungan berprilaku prokrastinasi akademik diidentifikasi melalui
berbagai indikator prokrastinasi akademik antara lain keyakinan akan kemampuan,
gangguan perhatian, faktor sosial, manajemen waktu, inisiatif pribadi, dan kemalasan.
Berdasarkan penelitian Handoyono, dkk (2020) dengan judul Prokrastinasi
Mahasiswa Selama Masa Pembelajaran Daring yaitu, walaupun pembelajaran daring
menjadi peluang, kegiatan pembelejaran daring masih menyisakan beberapa masalah,
salah satunya yaitu tingginya tingkat prokrastinasi pada para mahasiswa. Prokratsinasi
dapat diindikasikan dari semakin banyak mahasiwa yang menunda mengerjakan tugas.
Alasan para mahasiswa menunda mengerjakan tugas adalah karena merasa sedang tidak
diawasi.
Berdasarkan penelitian Khoirunnisa, dkk (2021) dengan judul Prokrastinasi
Akademik Mahasiswa Tingkat Akhir pada Masa Pandemi Covid-19 yaitu bahwa
prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiwa tingkat akhir saat ini menunjukan
tingkatan sedan. Prokrastinasi akademiki memiliki empat aspek yang mendasari yaitu
perikaku menunda dalam memulai dan menyelesaikan, keterlambatan dalam
mengerjakan, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual dan melakukan
aktivitas yang lebih menyenangkan. Dianatar keempat aspek tersebut, perilaku menunda
dalam memulai dan menyelesaikan skripsi merupakan perilaku dominan yang mendasari
prokratsinasi akademik mahasiswa tingkat akhir.

B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dari Prokrastinasi Akademik
pada Mahasiswa yang menjalankan kuliah Online pada pandemic Covid-19.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
6

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan


infotmasi pada bidang psikologi khususnya kajian ilmu psikologi perkembangan dan
psikologi Pendidikan dalam hal prokrastinasi akademik serta mampu memperkuat
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai prokrastinasi akademik.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi pihak Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi renungan bagi mahasiswa
yang sedang mengalami prokrastinasi akademik, sehingga mereka bisa berfikir
ulang mengenai penyebab mereka melakukan penundaan. Dengan mengetahui
penyebabnya, mereka bisa meminimalisir perilaku prokrastinasi. Sedangkan bagi
Mahasiswa yang belum mengalami prokrastinasi, mereka bisa menghindari
perilaku menunda-nunda dengan berpatoka pada aspek-aspek yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik.
b. Manfaat penelitian untuk Masyarakat Luas
Diharapkan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat dan
mahasiswa dalam pemahaman dan pengetahuan mengenai prokrastinasi
akademik yang terjadi ditengah pandemic Covid-19.
c. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan
untuk penelitian selanjutnya yang juga mengkaji tentang prokrastinasi akademik.
Dengan demikian, hasil penilitian ini dengan yang selanjutnya bisa saling
melengkapi dan saling menutupi kekurangannya masing-masing.

You might also like