Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Tugas

Mata Kuliah Health Behaviour Theories

Disusun oleh:

apt C.Vera Dwi Pratiwi,S.Farm. – 228122203

Program Studi Magister Farmasi


Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta

2023
Review Jurnal :

Judul Artikel Tindakan Pencegahan Karies Gigi pada Siswa Sekolah


Dasar Teori Health Belief Model
Penulis Lidia Septianingtias Setiari, Muji Sulistyowati
Nama Jurnal Jurnal Promkes Vol. 5 No. I
Tahun dan Halaman Juli 2017 Halaman 59–70
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis aplikasi teori Health Belief Model
terhadap tindakan pencegahan karies gigi pada siswa
sekolah dasar.
Populasi dan Sampel siswa kelas 5 di SDN Kedurus 1 Surabaya sebanyak 53
orang.
Metode Pengambilan diambil dengan cara simpel random sampling.
Sampel
Metode Penelitian Dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dengan
pendekatan secara kuantitatif.
Hasil dan Bahasan Tindakan responden untuk mencegah karies gigi sudah
baik. Terdapat adanya hubungan antara kerentanan,
keseriusan, manfaat, hambatan, kemampuan diri serta
isyarat untuk bertindak terhadap pencegahan karies gigi
dengan tindakan dalam mencegah karies gigi.
Kesimpulan Kerentanan merupakan faktor yang paling
memengaruhi tindakan dalam mencegah karies gigi.
Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan
preventif di sekolah agar siswa lebih rajin dalam
melakukan tindakan pencegahan karies gigi.
Pembahasan:

Teori Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu teori dari
sekian banyak teori kesehatan yang ada. Teori HBM merupakan suatu bentuk
model teori yang digunakan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk
melakukan tindakan kesehatan yang positif, salah satunya adalah tindakan
pencegahan penyakit karies gigi. Dalam teori ini menyatakan bahwa individu dalam
mengambil tindakan pencegahan penyakit atau untuk berperilaku sehat dipengaruhi
oleh perceived susceptibility (persepsi kerentanan), perceived severity (persepsi
keparahan), perceived benefits (persepsi manfaat), perceived barriers (persepsi
hambatan), self-efficacy (kemampuan diri) dan cues to action (pemicu untuk
mengambil tindakan). Menurut Glankz, dkk (2008), Teori Health Belief Model
merupakan teori yang dapat menjelaskan mengenai perilaku sehat yang dilakukan
oleh individu dengan sangat baik.
Perceived susceptibility (persepsi kerentanan) merupakan persepsi
bahwa dirinya rentan atau beresiko menderita penyakit tertentu, perceived severity
(persepsi keparahan) merupakan persepsi seseorang bahwa penyakit tersebut dapat
berlanjut ke tingkat yang lebih parah/serius, perceived benefits (persepsi manfaat/
berkaitan dengan penilaian atau keyakinan adanya manfaat untuk mencegah
munculnya kerentanan dan keparahan dan perceived barriers (persepsi hambatan)
berkaitan dengan adanya hambatan dalam melakukan perubahan perilaku, self-
efficacy (kemampuan diri) berkaitan dengan kepercayaan diri untuk melakukan
tindakan tertentu, serta cues to action yang menjelaskan adanya pemicu untuk
mengambil tindakan pencegahan penyakit.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menunjukkan 57,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut.
Prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini sangat tinggi (93%) dan hanya 7%
anak yang bebas dari masalah gigi berlubang (karies gigi). Oleh karena itu, sangat
diperlukan untuk mulai melakukan tindakan pencegahan gigi berlubang sejak dini.
Cara mencegah gigi berlubang (karies gigi) adalah dengan menyikat gigi secara
benar dan teratur; menghindari konsumsi makanan dan minuman dengan
konsentrasi gula yang tinggi (permen, dodol, coklat, minuman bersoda, es krim);
membiasakan konsumsi makanan yang mengandung pH netral (keju, kacang-
kacangan, buah-sayuran); banyak mengkonsumsi air putih untuk membantu self
cleansing rongga mulut; orang tua diwajibkan untuk membawa anak ke dokter gigi
secara rutin minimal 6 bulan sekali.
Berdasarkan Teori Health Belief Model maka hasil penelitian dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Perceived susceptibility (persepsi kerentanan), sebanyak 38 responden (71,7%)
memiliki persepsi dirinya merasa rentan atau beresiko terkena karies gigi
apabila jarang menyikat gigi. Hubungan variable kerentangan terhadap karies
gigi dengan tindakan mencegah karies gigi, hasil uji statistic diperoleh nilai
p=0,000 artinya ada hubungan antara kerentangan terhadap karies gigi dengan
tindakan dalam mencegah karies gigi. Berdasarkan nilai koefisisen korelasi
spearman sebesar 0,538 yang berarti ada hubungan yang cukup kuat antara
kesentanan terhadap karies gigi dengan tidakan dalam mencegah karies gigi.
2. Perceived severity (persepsi keparahan), sebanyak 26 responden (49,06%)
memiliki persepsi bahwa karies gigi dapat mengganggu aktivitas mereka
(seperti: sekolah, belajar, bermain) dan dapat berpengaruh serius pada kondisi
kesehatan. Pada variable hubungan antara keparahan terhadap karies gigi
dengan tindakan dalam mencegah karies gigi, hasil uji statistic diperoleh nilai
p=0,010 artinya ada hubungan antara keseriusan terhadap karies gigi dengan
tindakan dalam mencegah karies gigi. Nilai koefisien korelasi spearman
sebesar 0,353 yang berarti ada hubungan yang tidak cukup kuat antara
keseriusan terhadap karies gigi dengan tindakan dalam mencegah karies gigi.
3. Perceived benefits (persepsi manfaat), sebanyak 18 responden (34,0%)
memiliki persepsi bahwa salah satu upaya mencegah terjadinya karies gigi
adalah dengan melakukan tindakan berkumur-kumur dengan air putih setelah
makan-makanan manis, bermanfaat untuk mencegah terjadinya karies gigi.
Pada variable hubungan antara manfaat terhadap pencegahan karies gigi
dengan tindakan dalam mencegah karies gigi, hasil uji statistic diperoleh
p=0,008 artinya ada hubungan antara manfaat terhadap pencegahan karies gigi
dengan tindakan dalam mencegah karies gigi. Nilai koefisien korelasi
spearman sebesar 0.362 yang berarti ada hubungan yang tidak cukup kuat
antara manfaat terhadap pencegahan karies gigi dengan tindakan dalam
mencegah karies gigi.
4. Perceived barriers (persepsi hambatan), sebanyak 36 responden (67,92%)
tidak merasakan hambatan dalam melakukan tindakan pencegahan karies gigi.
Hal ini dikarenakan responden beranggapan bahwa menggunakan pasta gigi
yang rasanya pedas, tidak akan menjadikan hambatan bagi responden untuk
melakukan tindakan menyikat gigi. Hubungan antara hambatan terhadap
pencegahan karies gigi dengan tindakan dalam mencegah karies gigi, hasil
statistic diperoleh nilai p=0,000 yang artinya ada hubungan antara hambatan
terhadap pencegahan karies gigi dengan tindakan dalam mencegah karies gigi.
Nilai koefisien korelasi spearman sebesar 0,643 yang menunjukkan ada
hubungan yang cukup kuat antara hambatan terhadap pencegahan karies gigi
dengna tindakan dalam mencegah karies gigi.
5. Self efficacy (kemampuan diri), sebanyak 33 responden (62,3%) merasa tidak
mampu untuk rutin memeriksakan kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali sebagai
langkah dalam melakukan tindakan pencegahan karies gigi pada dirinya. Pada
variable kemampuan diri terhadap pencegahan karies gigi, hasil uji statistic
diperoleh nilai p=0,002 artinya ada hubungan antara kemampuan diri terhadap
pencegahan karies gigi dengan tindakan pencegahan karies gigi dengan nilai
koefisien korelasi spearman sebesar 0,419 yang berarti ada hubungan yang
cukup kuat antara kemampuan diri terhadap pencegahan karies gigi dengan
tindakan dalam mencegah karies gigi.
6. Cues to action (pemicu untuk mengambil tindakan), sebanyak 34 responden
(64,15%) terdorong untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit
karies gigi. Sebanyak 31 responden (58,5%) sudah memiliki tindakan yang
baik untuk melakukan pencegahan terjadinya karies gigi. Tindakan yang paling
banyak dilakukan oleh responden dalam upaya mencegah terjadinya penyakit
karies gigi yang pertama adalah melakukan tindakan menyikat gigi dengan
menggunakan pasta gigi dan tindakan yang kedua dengan menyikat seluruh
bagian gigi baik luar-dalam serta atas-bawah. Variable isyarat untuk bertindak
terhadap pencegahan karies gigi, hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,000
artinya ada hubungan antara isyarat untuk bertindak terhadap pencegahan
karies gigi dengan tindakan dalam mencegah karies gigi. Nilai koefisien
korelasi spearman sebesar 0,488 artinya ada hubungan yang cukup kuat antara
isyarat untuk bertindak terhadap pencegahan karies gigi dengan tindakan dalam
mencegah karies gigi.

Kesimpulan
Secara keseluruhan aplikasi teori HBM dapat mempengaruhi tindakan
pencegahan karies gigi pada siswa sekolah dasar. variabel yang berpeluang paling
besar dalam mempengaruhi tindakan dalam mencegah karies gigi adalah variable
kerentanan. Pada penelitian ini dijelaskan kerentanan yang dirasakan siswa apabila
jarang menyikat gigi dapat menyebabkan karies gigi, sedangkan tindakan
responden dalam melakukan tindakan pencegahan karies gigi sudah baik.
Daftar Pustaka

Setiari L., dkk. 2017. Tindakan Pencegahan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Dasar
Teori Health Belief Model. 59-70
https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/7695 diakses pada tanggal 20
Maret 2023
https://dinkes.surakarta.go.id/menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut-sejak-dini/
diakses pada tanggal 21 Maret 2023
Glanz, K., dkk. 2008. Health Behavior and Health Education: Theory, Research
and practice 4th edition. San Fra United States of America: Jossey-Bass.
Pakpahan, M.,dkk. 2021. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Yayasan Kita
Menulis. Medan.

You might also like