Kelompok 4 - 3a TEN - Laporan Audit Energi Kelistrikan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 1 : AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Audit Energi A yang diampu oleh :
Kholiq Hermawan, MT.

Disusun oleh :

Citra Zalza Bella (201711005)


Dara Jelita Putri N (201711006)
Devi Kurnia (201711007)
M. Faizzizul Haq (191711018)
Rd Reyhan Triwibowo (201711028)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022
MODUL 1
AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN

1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Dapat melakukan Audit Energi pada Sistem Kelistrikan
b. Dapat melakukan persiapan Audit Energi pada Sistem Kelistrikan
c. Dapat melakukan survey (mengumpulkan data sekunder dan data
primer/pengukuran) Audit Energi pada Sistem Kelistrikan
d. Dapat melakukan Analisa Data (analisa teknis/konservasi dan analisa
ekonomi/kelayakan) Audit Energi pada Sistem Kelistrikan
e. Dapat membuat Laporan Audit Energi
f. Dapat melakukan presentasi laporan Audit Energi ke Auditee

2. TEORI DASAR
2.1. Lokasi
Konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi
dan pertambahan penduduk. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perlu
dikembangkan cara-cara penghematan energi salah satunya dengan melalui audit
energi. Praktikum audit energi khusus pada sistem kelistrikan yang ada di
Laboratorium Energi Atas Jurusan Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri
Bandung. Sistem kelistrikan ini berhubungan dengan kualitas daya listrik yang ada di
laboratorium tersebut.
Selain itu praktikum ini juga dilakukan sebagai kegiatan pelatihan audit energi
dengan mengambil hasil pengukuran pada parameter tegangan, arus, frekuensi, power
factor, daya aktif, daya reaktif, daya semu, dan harmonik serta untuk mengetahui
peluang-peluang dari penghematan konsumsi energi.

2.2. Daya Listrik 3 Fasa


Daya listrik adalah laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan
SI daya listrik adalah watt, yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang mengalir
per satuan waktu ( joule/detik ). Pada daya listrik 3 fasa terdapat 3 jenis, yaitu :
a. Daya Nyata (P) dalam satuan Watt [W ]
Daya Nyata / Aktif merupakan daya listrik yang digunakan untuk keperluan
menggerakan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya. Secara sederhana, daya
nyata adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya aktif ini merupakan
pembentukan dari besar tegangan yang kemudian dikalikan dengan besaran arus
dan faktor dayanya.
P= √ 3 x V L x I L x cosθ
b. Daya Semu ( S ) dalam satuan Volt Ampere [ VA ]
Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau
distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang
melalui penghantar.
S= √3 x V L x I L

S= √ P +Q
2 2

c. Daya Reaktif ( Q ) dalam satuan Volt Ampere Reaktif [VAR ]


Daya reaktif adalah daya yang dihasilkan oleh peralatan – peralatan listrik. Daya
reaktif adalah hasil perkalian dari tegangan dan arus yang dipengaruhi oleh faktor
daya.
Q= √3 x V L x I L x sinθ
Dimana, P = Daya Nyata/Aktif [W]
S = Daya Semu [VA]
Q = Daya Reaktif [VAR]
V L = Tegangan Line to Line [V]
I L= Arus Line [A]

2.3. Daya Terpasang


Daya terpasang adalah besaran penggunaan daya listrik dari setiap komponen
yang ada. Persamaan daya terpasang 3 fasa dirumuskan sebagai berikut :
STerpasang =√ 3× V Line−line × I Rate MCB
Kapasitas daya terpasang harus sesuai dengan kebutuhan daya masuk untuk mencatu
segala macam beban, dengan kapasitas daya terpasang harus lebih besar jika
dibandingkan dengan kebutuhan beban, namun kapasitas daya yang berlebihan akan
menimbulkan biaya beban yang tinggi. Kapasitas daya terpasang dihitung berdasarkan
kebutuhan beban pada suatu sistem. Adapun untuk langkah-langkah menentukan
kapasitas daya terpasang adalah sebagai berikut :
a. Menentukan jumlah kebutuhan beban;
b. Menentukan factor kebutuhan berdasarkan table factor kebutuhan;
c. Menentukan kebutuhan beban aktual;
d. Menentukan kapasitas daya terpasang.

2.4. Daya Terpakai


Daya terpakai adalah total daya listrik yang digunakan oleh konsumen. Daya
listrik terpakai tidak selalu mencerminkan besar kapasitas daya listrik terpasang.
Untuk menghitung besaran daya listrik terpakai pada 3 phasa dan kondisi beban
seimbang bisa menggunakan persamaan berikut :
STerpakai= √3 ×V Line−line (Terukur ) × I Terukur
dengan catatan beban seimbang atau arusnya sama. Jika Daya atau beban tidak
seimbang rumus yang digunakan adalah :
STerpakai =S R + S S +S T
2.5. Faktor Beban
Faktor beban merupakan perbandingan antara besar beban rata-rata dalam
selang waktu tertentu dengan beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama.
Beban rata-rata dalam selang waktu tertentu adalah jumlah produksi kWh dalam
selang waktu tertentu dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut.
Sehingga :
P Rata−rta STerpakai
Faktor Beban= =
P Puncak STerpasang
Faktor beban menunjukan seberapa baik terjadinya pemanfaatan energi.
Faktor beban yang tinggi menyiratkan pemanfaatan daya cukup konsisten. Faktor
beban dihitung untuk periode tertentu biasanya dipakai harian, bulanan atau tahunan.
Menurut standar PLN, nilai faktor beban diharapkan tidak kurang dari 0,8. Apabila
nilai faktor beban lebih besar dari 1, maka tingkat fluktuasi beban tinggi. Nilai beban
faktkor secara empiris dibagi sebagai berikut :
a. Beban Perumahan : 0,1-0,3
b. Beban Bangunan Komersil : 0,25-0,3
c. Beban Industri : 0,7-0,9
d. Beban Laboratorium : 0,6
2.6. Kualitas Daya Listrik (KDL) / Power Quality
Kualitas daya listrik adalah setiap masalah daya listrik yang berbentuk
penyimpangan tegangan, arus atau frekuensi yang mengakibatkan kegagalan ataupun
kesalahan operasi pada peralatan-peralatan yang terjadi pada konsumen energi listrik
(Roger C. Dugan, 1996). Daya adalah suatu nilai dari energi listrik yang dikirimkan
dan didistribusikan, dimana besarnya daya listrik tersebut sebanding dengan perkalian
besarnya tegangan dan arus listriknya. Sistem suplai daya listrik dapat dikendalikan
oleh kualitas dari tegangan, dan tidak dapat dikendalikan oleh arus listrik karena arus
listrik berada pada sisi beban yang bersifat individual, sehingga pada dasarnya
kualitas daya adalah kualitas dari tegangan itu sendiri (Roger C. Dugan, 1996)
Permasalahan kualitas daya listrik disebabkan oleh gejala-gejala atau
fenomena-fenomena elektromagnetik yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Gejala
elektromagnetik yang menyebabkan permasalahan kualitas daya adalah (Roger C.
Dugan, 2004) :
1. Gejala Peralihan (Transient), yaitu suatu gejala perubahan variabel (tegangan, arus
dan lain-lain) yang terjadi selama masa transisi dari keadaan operasi tunak (steady
state) menjadi keadaan yang lain.
2. Gejala Perubahan Tegangan Durasi Pendek (Short-Duration Variations), yaitu
suatu gejala perubahan nilai tegangan dalam waktu yang singkat yaitu kurang dari
1 (satu) menit.
3. Gejala Perubahan Tegangan Durasi Panjang (Long-Duration Variations), yaitu
suatu gejala perubahan nilai tegangan, dalam waktu yang lama yaitu lebih dari 1
(satu) menit.
4. Ketidakseimbangan Tegangan (Voltage Unbalance), adalah gejala perbedaan
besarnya tegangan dalam sistem tiga fasa serta sudut fasanya.
5. Distorsi Gelombang, adalah gejala penyimpangan dari suatu gelombang (tegangan
dan arus) dari bentuk idealnya berupa gelombang sinusoidal.
6. Fluktuasi Tegangan, adalah gejala perubahan besarnya tegangan secara sistematik.
7. Gejala Perubahan Frekuensi Daya yaitu gejala penyimpangan frekuensi daya listrik
pada suatu sistem tenaga listrik.
Ada beberapa penyebab kualitas daya yang buruk. Yang paling umum adalah
penggunaan peralatan listrik dengan elektronik modern, atau mengimplementasikan
peralatan modern ke dalam instalasi listrik yang sudah ada. Contohnya adalah
mengganti penerangan konvensional dengan penerangan LED, memasang panel
surya, dan memasang inverter pada motor listrik. Peralatan elektronik modern sangat
sensitif terhadap listrik yang terkontaminasi dan terganggu, mengakibatkan lebih
banyak gangguan, kegagalan atau malfungsi, dan memperpendek umur peralatan
elektronik.
Kualitas daya listrik yang baik akan menghasilkan kerja peralatan listrik yang
lebih efisien. Namun, kualitas daya listrik yang jelek akan berimbas ke kerja peralatan
listrik yang tidak efisien. Adapun untuk parameter KDL adalah sebagai berikut :
2.6.1. Fluktuasi Tegangan
Fluktuasi tegangan adalah suatu perubahan tegangan yang sistematis atau
serangkaian perubahan tegangan secara acak, di mana magnitude dari tegangan
mempunyai nilai yang tidak semestinya (Roger C. Dugan, 1996), yaitu di luar rentang
tegangan ditentukan oleh ANSI C84.1 sebesar 0,9 sampai 1,1 pu. Menurut IEC
61000-2-1 salah satu fluktuasi tegangan, mempunyai karakteristik sebagai rangkaian
tegangan acak yang berfluktuasi secara terus menerus. Beban yang berubah sangat
cepat dan terjadi secara terus menerus dan menghasilkan arus beban yang besar dapat
mengakibatkan variasi tegangan yang disebut flicker atau kedip tegangan. Istilah
flicker atau kedip berasal dari dampak adanya fluktuasi tegangan terhadap lampu yang
dianggap seperti manusia yang berkedip.
Flicker tegangan diukur dengan sensitivitas mata manusia. Biasanya, flicker
yang besarnya lebih rendah dari 0,5 persen dapat menyebabkan lampu nampak
berkedip, jika frekuensinya berada pada kisaran 6 sampai 8 Hz. IEC 61000-4-15
mendefinisikan metodologi dan spesifikasi untuk menentukan atau mengukur flicker.
Metode pengukuran tersebut mensimulasikan lampu/mata/otak sebagai transfer fungsi
dan menghasilkan suatu mektrik dasar yang disebut sensasi flicker jangka pendek
(Pst). Nilai tersebut normalnya sampai 1.0 yang mempresentasikan tingkat fluktuasi
tegangan yang cukup menyebabkan kedip 50 persen dari sampel yang diamati.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No.04/2009, fluktuasi tegangan dibatasi
pada +5% dan -10% Misal tegangan 3 fasa senilai 380 V, maka batas kestabilan
tegangan berada rentang nilai 360V- 420V.

2.6.2. Ketidakseimbangan Tegangan


Ketidakseimbangan tegangan (voltage unbalance) didefinisikan sebagai
deviasi maksimum dari nilai rata-rata tegangan sistem tiga fase tegangan atau arus
listrik, dibagi dengan nilai rata-rata tegangan tiga fase atau arus tersebut, dan
dinyatakan dalam persentase. Lebih lanjut, definisi Ketidakseimbangan tegangan
menurut IEEE dinyatakan sebagai rasio komponen urutan negatif atau urutan nol
terhadap komponen urutan positif. Secara sederhana, tegangan tiga-fasa yang tak
seimbang dapat diuraikan menjadi tiga sistem yang seimbang atau simetris.
Penyebab utama tegangan unbalance ini adalah beban yang tidak merata pada
sistem distribusi atau dalam suatu sistem beban tenaga listrik. Oleh karena adanya
tegangan urutan nol atau negatif pada sistem tenaga listrik menyebabkan arus urutan
nol atau negatif mengalir. Faktor yang menjadi penyebab ketidakseimbangan
tegangan ialah :
1. Tegangan sumber listrik (baik PLN atau pembangkitan sendiri) tidak seimbang
2. Tapping transformator tidak tepat
3. Peralatan (utility) jaringan listrik mengalami kerusakan seperti kapasitor bank
terbakar, trafo terbakar, regulator pada trafo hubungan open-delta rusak, dll.
4. Distribusi beban fase tunggal dari trafo distribusi 3 phase tidak merata
(ketidakseimbangannya mencapai lebih dari 5%)
Persentase ketidakseimbangan dapat ditentukan dengan cara mencari rasio
atau perbandingan nilai tegangan komponen urutan negatif atau urutan nol dengan
nilai tegangan komponen urutan positif dapat digunakan untuk menentukan persentase
ketidakseimbangan.
Besarnya ketidak-seimbangan tegangan yang pada sumber utama tidak boleh
lebih dari 2%. Nilai kritis dari keadaan ketidakseimbangan tegangan adalah jika nilai
persentase perbandingannya melebihi 5%, hal ini biasanya terjadi karena terputusnya
salah satu fasa dari sistem tenaga listrik tiga fasa. Lebih lanjut, berdasarkan standar
SNI 04.0227.2003-2 bahwa batas tegangan 220/380 V adalah ± 10% dari tegangan
standard atau 198 V≤220≤ 242 V dan standard ketidakseimbangan tegangan menurut
ANSI C84.1-1995 dan NEMA adalah 3% dari tegangan rata-rata masing-masing fasa
pada sistem 3 fasa. Presentase ketidakseimbangan tegangan menurut NEMA dapat
dihitung dengan cara berikut :
Deviasi maksimum(Vab Vbc Vca)
Faktor ketidakseimbangan( %)=
Rata−ratadari(Vab Vbc Vca)
Vmax−Vr Vmin−Vr
Vu= x 100 % atau x 100 %
Vr Vr
Dimana, Vu = presetnase ketidakseimbangan tegangan (%)
Vmax = tegangan maksimum
Vr = tegangan rata-rata
Vmin = tegangan minimum

Ketidakseimbangan tegangan memiliki dampak yang ekstensif pada sistem


dan peralatan tenaga sangat luas dan serius. Ketidakseimbangan yang parah dapat
menurunkan siklus hidup peralatan secara dramatis, sangat mempercepat siklus
penggantian peralatan, dan secara signifikan meningkatkan biaya pengoperasian dan
pemeliharaan sistem. Selanjutnya, untuk sistem kabel 3 fasa 4, ketidakseimbangan
tegangan menyebabkan arus kabel netral yang lebih besar dan menyebabkan
kerusakan relay. Efek utama dari ketidakseimbangan tegangan diantaranya :
1. Motor panas berlebih & berlanjut pada kerusakan isolasi.
2. Arus beban tidak seimbang pada 3 fasa.
3. Urutan tegangan negative.
4. Merusak bearing motor listrik.
5. Kecepatan motor bervariasi.
6. Mengurangi mutu produksi.
7. Mengurangi efisiensi motor.

2.6.3. Ketidakseimbangan Arus


Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu.
Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
Ketidakseimbangan arus pada sistem 3 fasa adalah perbedaan besarnya arus pada
masing-masing tiap fasa yang diakibatkan oleh perbedaan beban. Arus yang tidak
seimbang menyebabkan :
a. Urutan tegangan negatif.
b. Timbulnya arus sirkulasi.
c. Meningkatnya arus pada penghantar netral.
d. Meningkatnya tegangan Netral ke Pentanahan.
e. Motor panas berlebihan – tembusnya isolasi.
f. Turunnya efisiensi motor.
g. Rusaknya bearing motor.
h. Tingginya biaya pemeliharaan motor dan alat.
i. Energi terbuang/biaya listrik naik – KVA dan KWh.
j. Menyedot modal investasi dan operasional.
Berdasarkan standard ANSI C8.1-1995 didapat bahwa standard arus adalah ±
10% atau (IL - (10%×IL)) ≤ IL ≤ (IL + (10% ×IL)) dan standard ketidakseimbangan
arus menurut ANSI C84.1-1995 dan NEMA adalah 5% dari arus rata-rata masing-
masing fasa pada sistem 3 fasa. Ketidakseimbangan beban dapat dinyatakan sebagai
berikut :
( I d x 100)
I u=
Ia
Dimana, Iu = presentase ketidakseimbangan beban (%)
Id = arus maksimum
Ia = arus rata-rata tiga phasa

2.6.4. Power Factor (Faktor Daya)


Power factor atau Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif (watt)
dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya
semu/daya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai
hasilnya factor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil dari
satu.
Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik
memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan
kapasitas sistem pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika
faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik
menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran
kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA)
Faktor daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu.
Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi.
Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor. Faktor daya mempunyai nilai range
antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya dikatakan baik
apabila bernilai mendekati satu. Namun hal ini sulit dicapai karena adanya rugi – rugi
yang ditimbulkan oleh penghantar listrik dan juga beban listrik, terutama beban
induktif. Karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen kVA dan kVAr
berubah sesuai dengan faktor daya),
Daya Reaktif ( Q )=Daya Aktif ( P)x tan φ
Daya Reaktif (Q)
tan φ= =[kV Ar kW ]
Daya Aktif ( P)

Sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya,
Daya reaktif ( Q ) pada pf awal= Daya Aktif ( P ) x tan φ
Dayareaktif ( Q ) pada pf diperbaiki=Daya Aktif ( P ) x tan φ2
Sehingga besarnya kapasitor yang diperlukan untuk memperbaiki faktor daya
digunakan,
Dayareaktif ( Q ) [ kVAr ] =Daya Aktif [ kW ] x ¿
Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya :
a. Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan denda jika pf lebih
kecil dari 0,85).
b. Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat.
c. Mengurangi rugi – rugi daya pada sistem.
d. Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang
digunakan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus menurun seiring dengan
menurunnya pf sistem kelistrikan. Akibat menurunnya pf maka akan timbul
beberapa persoalan diantaranya :
a. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi.
b. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAr.
c. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops).
Denda atau biaya kelebihan daya reaktif berdasarkan SK Menteri ESDM No
3032-2002 mengenai daya reaktif,akan dikenakan denda apabila jumlah pemakaian
kVArh yang tercatat dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 jumlah kWh pada bulan
yang bersangkutan sehingga pf rata−ratakurang dari 0,85. Sedangkan perhitungan
kelebihan pemakaian kVArh dalam rupiah menggunakan rumus (5) sebagai berikut :
Kelebihan pemakaian kVaRh=[ B−0,62 ( A 1 + A 2 ) ] Hk
Dimana : B = pemakaian kVArh
A1 = pemakaian kWh WPB
A2 = pemakaian kWh LWBP
Hk = harga kVARh
Beberapa strategi untuk koreksi faktor daya adalah :
a. Meminimalkan operasi dari beban motor yang ringan atau tidak bekerja.
b. Menghindari operasi dari peralatan listrik diatas tegangan rata – ratanya.
c. Mengganti motor – motor yang sudah tua dengan energi efisien motor. Meskipun
dengan energi efisien motor, bagaimanapun faktor daya dipengaruhi oleh beban
yang variasi. Motor ini harus dioperasikan sesuai dengan kapasitas rata – ratanya
untuk memperoleh faktor daya tinggi.
d. Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari daya
reaktif.
Selain itu, pemasangan kapasitor dapat menghindari :
a. Trafo kelebihan beban (overload), sehingga memberikan tambahan daya yang
tersedia.
b. Voltage drops pada line ends.
c. Kenaikan arus / suhu pada kabel, sehingga mengurangi rugi – rugi.
Untuk pemasangan Capasitor Bank diperlukan :
a. Kapasitor, dengan jenis yang cocok dengan kondisi jaringan.
b. Regulator, dengan pengaturan daya tumpuk kapasitor (Capasitor Bank) otomatis.
c. Kontaktor, untuk switching kapasitor.
d. Pemutus tenaga, untuk proteksi tumpuk kapasitor.

2.6.5. Harmonisa (THD Arus dan THD Tegangan)


Harmonisa adalah gangguan yang muncul akibat terjadinya distorsi
gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya harmonisa adalah gejala pembentukan
gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian
bilangan bulat dengan frekuensi dasar atau frekuensi fundamentalnya, yaitu frekuensi
harmonisa yang timbul pada bentuk gelombang aslinya, sedangkan bilangan bulat
pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik.
Harmonisa bisa muncul akibat adanya beban-beban non linier yang terhubung
ke sistem distribusi. Distorsi harmonisa yang membentuk suatu bentuk distorsi mutu
dari pada arus, tegangan, daya jaringan adalah besaran variabel yang berubah-ubah,
besaran distorsi tersebut dapat dinyatakan dengan total harmonic distortion (THD).
THD (Total Harmonic Distortion) adalah ukuran dari nilai efektif bentuk
gelombang yang terdistorsi dari komponen harmonisa. THD disebut juga faktor
distorsi (distortion factor). THD berlaku untuk arus dan tegangan. THD digambarkan
sebagai nilai rms dari harmonisa di atas fundamental, dibagi dengan nilai rms
fundamental. DC diabaikan. (Grady, 2006).
Nilai THD arus dapat diketahui dengan persamaan :

√∑ ( )
∞ 2
Ik
k=2 √2
THD i=
I1
√2
Sedangkan, THD tegangan dapat diketahui dengan persamaan :

√∑ ( )
∞ 2
Vk
k=2 √2
THD V =
V1
√2
Dimana : Ik = Nilai arus harmonisa (V)
I1 = Nilai fundamental (A)
Vk = Nilai tegangan harmonisa (V)
V1 = Nilai fundamental (V)
n = Komponen harmonisa maksimum yang diamati
Berdasarkan standar IEEE 519-2014, pada tabel 1 dapat dilihat standar untuk
THD tegangan (THDv).

Individual Total Harmonic


Bus Voltage (V) at PCC
Harmonic (%) Distortion (THD) (%)
V ≤ 1 kV 5.0 8.0
1 kV < V < 69 kV 3.0 5.0
69 kV < V < 161 kV 1.5 2.5
161 kV < V 1.0 1.5
Tabel 2.6.5.1 Tabel THD Tegangan

Berdasarkan standar IEEE 519-2014 untuk THDi nilai batas yang digunakan
sebagai standar disesuaikan dengan short circuit ratio (rasio hubung singkat) dan
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Maximum harmonic current distortion in percent of IL
Individual harmonic order (odd harmonics)
ISC / IL 3 ≤ h < 11 11≤ h < 17 17 ≤ h < 23 23 ≤ h < 35 35 ≤ h ≤ 50 TDD
< 20 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0
20 < 50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0
50 < 100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0
100 < 1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0
> 1000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0

Tabel 2 1.5.2 Tabel THD Arus

Isc = maximum short-circuit current at PCC


IL = maximum demand load current (fundamental frequency component)
at the PCC under normal load operating condition
Standard harmonik yang diizinkan berdasarkan SNI 57-2-1-2001 adalah sbb :
● THDI (arus) ≤ 10%
● THDV (tegangan) ≤ 5%

Akibat harmonik arus dan tegangan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :

Harmonik Akibat

1. Faktor daya
2. Pemanasan dan Ferroresonance Trafo Yy
3. Resonance on Capacitor Bank
4. Tegangan netral-ground besar
Arus
5. Tidak terukur pada meter mekanik
6. Gagal fungsi pada rele
7. Losses Netral besar (sistem 3 fasa 4 kawat)
8. SkinEffect

1. Pemanasan berlebih pada peralatan


2. Osilasi mekanik pada motor
Tegangan 3. OverVoltage
4. Gangguan pada peralatan elektronik (EMI)
Tabel 2.6.5.3 Tabel Akibat harmonik arus dan tegangan

Untuk mengurangi harmonisa, terdapat beberapa cara yang


dilakukan pada sistem distribusi, yakni :

a. Memperbesar Kawat Netral


Dengan memperbesar ukuran kawat netral yang berfunsgi sebagai sistem
grounding pada panel-panel listrik, maka pengaruh panas yang disebabkan
harmonik dominan dapat diatasi.
b. Menurunkan Kapasitas Transformator
Dilakukan dengan mengurangi kapasitas supply data transformator.
c. Pemasangan peralatan proteksi
Upaya pengurangan pengaruh harmonik pada transformator distribusi atau
panel kontrol utama dapat dilakukan dengan memasang peralatn proteksi,
seperti filter harmonik, reaktor blok atau bank kapasitor
d. Pemasangan Filter Harmonisa
Filter adalah suatu rangkaian yang fungsinya digunakan untuk membuang
tegangan yang tidak dibutuhkan atau harmonisa. Tujuan dari filter harmonisa
adalah untuk mereduksi amplitudo frekuensi-frekuensi tertentu dari sebuah
tegangan atau arus. Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sistem
tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber harmonisa, maka
penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan dapat ditekan sekecil
mungkin.

2.7. Kelayakan Ekonomi


2.7.1. Payback Period
Analisis Payback Period pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa
lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang
pokok (break even-point). Lamanya periode pengembalian (k) saat kondisi BEP
adalah:

dimana :
k = Periode pengembalian
CFt = Cash flow periode ke t
Jika komponen cash flow benefit dan cost-nya bersifat annual, maka
formulanya menjadi:
Nilai Investasi Awal
Payback Period ( PBP)= x 1tahun
Aliran Kas Masuk Bersih

Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis


atau tidak, diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode Payback Period
ini rencana investasi dikatakan layak (feasible):
Jika PBP ≤ Umur Investasi dan sebaliknya.
PBP = Jumlah periode pengembalian,

2.7.2. Net Present Value (NPV)


Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi
dengan Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif. NPV merupakan
manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga
tertentu. Dalam perhitungan NPV ini perlu kiranya ditentukan dengan tingkat suku
bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga dapat diartikan sebagai nilai saat ini
dari suatu cash flow yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukan.
Metode present worth digunakan untuk menentukan apakah suatu rencana
mempunyai manfaat dalam periode waktu analisis. Hal ini dihitung dari selisih present
value of the benefit (PVB) dan present value of the cost (PVC). Dasar dari metode ini
adalah bahwa semua manfaat (benefit) ataupun biaya (cost) mendatang yang
berhubungan dengan suatu proyek didiskonto ke nilai sekarang (present values),
dengan menggunakan suatu suku bunga diskonto. Persamaan umum untuk metode ini
adalah sebagai berikut :

dimana :
NPV = Nilai sekarang bersih
Ct = Aliran kas masuk bersih (net cash inflow) selama periode t
Co = Total biaya investasi
i = Suku bunga diskonto (discount rate)
t = Jangka waktu/umur ekonomi proyek
Lebih lanjut, NPV dapat dinyatakan secara sederhana dengan persamaan sebagai
berikut :
NPV =PWB−PWC
Dimana, PWB = Present Worth Benefit
PWC = Present Worth Cost
Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara ekonomi adalah yang
menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
Indikator NPV :
a) Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan.
b) Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) untuk dilaksanakan.
c) Jika NPV = 0, maka manfaat proyek akan sama dengan biaya proyek

3. GAMBAR RANGKAIAN

4. PERALATAN
1. APD yang terdiri dari helm, wearpack, safety shoes, kacamata, sarung tangan
berisolasi.
2. Power Quality Analyzer yang digunakan untuk mengukur :
 Tegangan antar fasa
 Tegangan fasa-netral
 Arus antar fasa
 Arus fasa-netral
 Daya aktif
 Daya reaktif
 Daya semu
 Frekuensi
 Daya aktif jam
 Daya reaktif jam
 Daya semu jam
3. Gulungan Kabel

5. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan dan pakai alat pengaman diri (helm, wearpack, safety-shoes, kacamata,
sarung tangan berisolasi (tegangan lebih dari 1KV)).
2. Pinjam peralatan (Power Quality Analyzer dan gulungan kabel).
3. Lihat dan teliti mana terminal fasa RST dan netral groundingnya pada panel yang
akan diukur.
4. Setelah mengetahui kondisi panel, cari sumber tegangan untuk memasang power
supply pada power quality analyzer.
5. Pasang power supply pada power quality analyzer dan pastikan dalam keadaan
off.
6. Pasang terminal tegangan power quality analyzer pada terminal panel sesuai
masing-masing fasa (tidak boleh terbalik).
7. Pasang terminal arus power quality analyzer pada terminal panel sesuai masing-
masing fasa (tidak boleh terbalik).
8. Setelah semua terpasang, nyalakan power quality analyzer.
9. Record
10. Setelah record selesai, hold kemudian cek apakah datanya sudah tersimpan atau
tidak, pastikan alat ukur sudah menyimpan data.
11. Matikan power quality analyzer.
12. Lepaskan satu per satu (kabel pengukur arus, kabel pengukur tegangan per fasa)
digulung berbentuk lingkaran, pastikan di terminal tidak ada alat yang terpasang
lagi.
13. Tutup panel, rapikan alat ukur, dan kembalikan alat ke teknisi.
6. DATA PERCOBAAN
Kapasitas MCB Laboratorium Atas = 200 A
Data Pengukruan Panel MDP Laboratorium Atas

PENGOLAHAN DATA

7. ANALISA DATA
Standar Kelistrikan berdasarkan SNI dan ANSI

7.1. Analisa Teknis


Kami mengambil perhitungan menggunakan data tertinggi / data maksimal dari data
percobaan, hasil perhitungan seperti dibawah ini :
1. Daya Terpasang
Diketahui : Kapasitas MCB Lab = 200 A
V ¿ =380 Volt
Jawab :
STerpasang =√ 3× V Line −line × I Rate MCB
STerpasang =√ 3× 380 V × 200 A
STerpasang =131635,8614 VA
STerpasang =131,6359 KVA

2. Daya Terpakai
Diketahui : S R = 3,83 kVA
SS = 4,22 kVA
ST = 4,35 kVA
Jawab :
STerpakai=S R + S S +S T
STerpakai=3,82+ 4,22+4,35
STerpakai=12,4 KVA

3. Load Faktor (LF)


S Terpakai
Faktor Beban=
STerpasang
12,4 KVA
Faktor Beban=
131,6359 KVA
Faktor Beban ¿ 0,0942(9,42 %)

4. Ketidakseimbangan Tegangan
 V rata-rata (Vr)
VR+ VS+VT
Vr=
3
218+223,2+222
Vr=
3
Vr=221 V
 V unbalance (Vu)
Vmax−Vr
Vu=
Vr
223,2−221
Vu= x 100 %
221
Vu=0,9954 %

5. Ketidakseimbangan Arus
 I rata-rata (Ir )
IR + IS+ ¿
Ir =
3
17,61+18,95+19,68
Ir =
3
Ir =18,74 A
 I unbalance (Iu)
Imax−Ir
Iu=
Ir
(19,68−18,74 )
Iu= x 100 %
18,74
Iu=5 %

6. Faktor Daya
Factor daya min = 0,41
Faktor daya max = 0,97

7. Fluktuasi Tegangan
¿
Fluktuasi tegangan maksimal ¿ Vmaks−V line ¿ netral V line ¿ netral ¿ x 100 %

(223,2−220)
¿ x 100 %
220
¿1,45 %
Fluktuasi tegangan minimal
¿ Vmin−V line ¿ netral ¿ netral ¿ x 100 %
V line ¿
(216,8−220)
¿ x 100 %
220
¿- 1,45 %

8. Harmonisa (THD Arus dan THD tegangan)


THD Arus maksimal = 20,4 %
THD Tegangan maksimal = 6,2 %

7.2. Analisa Ekonomi (Kelayakan)


Dari pengolahan data diatas maka kita dapat mengetahui pada
A. Load Faktor
No Load Faktor Standar Status Keterangan Konservasi

1 0,0941 >0,6 Tidak -Daya Terpasang -Penurunan Daya


Baik Terlalu Tinggi Terpasang
-Pemakaian -Penambahan Daya
Terlalu Rendah Terpakai

Perhitungan Ekonomis Konservasi Load Faktor


Perkiraan Daya Terpakai 12.400 VA
Perkiraan Daya Terpakai (dibulatkan) 12.400 VA
Penurunan Daya Terpakai 119.236 VA
Saving/Bulam Rp 1.788.540
Saving/Tahun Rp 21.462.480
Investasi (MCB) Rp 1.000.000
BEP (bulan) 0,56
BEP (tahun) 0,046
NPV (10 tahun, I=0%) 213.624.800
Kelayakan Layak
Alasan NPV > 0 dan P < 17 hari
B. Power Faktor
No Power Faktor Standar Status Keterangan Konvervasi
Minimal
1 0,41 >0,85 Tidak Power Faktor Rendah Pemasangan Kapasitor
Baik

Perhitungan Ekonomis Konservasi Power Faktor


Power Faktor Awal 0,41
Perbaikan PF Menjadi 0,95
Faktor Kompensasi 1,9
Daya Nyata (maksimal) 9.590 W
Kapasitas Kapasitor Bank 18.221 VAR
Kapasitas Kapasitor Bank diperlukan 20.000 VAR
Investasi kapasitor bank 20kVAR Rp.1.200.000
Saving/tahun = 5% X PX Waktu Operasi Rp.63.006.300
Selama 1 tahun x harga
BEP – Investasi/Saving Energi (Tahun) 0,019 tahun
Umur Taknis Kapasitor Bank 10 tahun
Kelayakan Layak
A/P, n=10 tahun, I=10%) 6,144567
NVP Rp.628.863.000
Alasan BEP > umur teknis
NPV >0

C. Fluktuasi Tegangan
No Fluktuasi Tegangan Standar Status Keterangan Konservasi
1 Maks = 1,45% +-10% Baik Tegangan Tidak perlu
Min = -1,45% stabil dan pemasangan
berfluktuasi Stabilizer

D. Ketidak Seimbangan Tegangan


No Ketidak Seimbangan Standar Status Keterangan Konservasi Kelayakan Alasan
Tegangan
1 0,9954 % <3% Baik arus Tidak perlu layak Tanpa
seimbang penyeimbangan arus biaya
karena di trafo ataupun
seimbangnya Menyeimbangkan
beban beban

E. Ketidak Seimbangan Arus


No Ketidak Standar Status Keterangan Konservasi Kelayakan Alasan
Seimbangan Arus
1 5% <10% Baik Arus merata Tidak perlu Layak Tanpa
pada setiap dilakukan biaya
phasa redistribusi beban

F. Harmonisa
Harmonik
Parameter Nilai
Maksimal THD Arus 20,40
Standar THD Arus <15%
Maksimal THD Tegangan 6,20
Standar THD Tegangan <5%
Status Kurang Baik
Keterangan THD Arus di diatas standar
Konservasi Pemasangan Filter Aktif Harmonik

Konservasi dengan pemasangan filter harmonik


Parameter Nilai Satuam
Arus Maks 19,68 ampere
Panel (A) 200 ampere
Investasi FILTER AKTIF (25A) 75.000.000
Umur teknis 10 tahun
Saving /Tahun (Rp) = 20% X Daya Rp.252.025.200
Maksimal X Waktu X Harga/Kva
Saving/Bulan Rp21.002.100
Break Even Point( Bep) (Tahun) 0,29 tahun
Break Even Point( Bep) 3,57 bulan
Bulan
(N =10 Tahun, I= 10 %) Tabel Bunga 6,144567
Npv Rp.2.445.252.000
Kelayakan Layak
Alasan BEP < umur teknis
NPV >0

8. KESIMPULAN
 Dari hasil Audit Energi Sistem Kelistrikan dapat disimpulkan bahwa sistem
kelistrikan di laboratorium Teknik Konversi Energi ini tidak baik, karena dari
hasil perhitungan dan analisa data, sebagian besar memiliki status yang tidak
layak.
 Pada perhitungan load factor didapat nilai 9,42% yang berarti berada di bawah
standar load factor untuk lab 60%. Hal ini bisa terjadi dikarenakan daya
terpasang terlalu tinggi dibanding daya terpakai. Solusi yang bisa digunakan
untuk memperbaiki load factor ini adalah dengan menambah daya terpakai
atau mengurangi daya terpasang sesuai kebutuhan.
 Parameter berikutnya yang tidak layak adalah power factor. Dari hasil
perhitungan didapat nilai sebesar 41% yang mengindikasikan power factor nya
rendah atau berada di bawah 85%. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
pemasangan kapasitor bank agar power faktornya naik.
 Pada parameter harmonik (THD Tegangan dan THD Arus) maksimal melebihi
standar yang ditentukan. Di dapat nilai THD Arus sebesar 20,4% yang
seharusnya berada di bawah 10%. Juga di dapat nilai THD Tegangan sebesar
6,2% yang seharusnya 5%. Hal ini akan menyebabkan beberapa permasalahan
bagi peralatan listrik. Pemasangan filter aktif harmonik bisa menjadi solusi
untuk memperbaiki permasalahan THD arus dan THD tegangan. Berdasarkan
data di atas, maka sudah seharusnya agar segera dilakukan langkah-langkah
konservasi.

9. REKOMENDASI
 Langkah Konservasi yang dapat kami rekomendasikan untuk perbaikan power
factor adalah dengan pemasangan kapasitor bank. Pemasangan kapasitor bank
dari segi ekonomi dan dari perhitungan BEP dan NPV diatas sangat layak
ekonomi dan berdampak sangat baik dimana NPV > 0 yakni NPV =
Rp.628.863.000 dan BEP nya 0,019 tahun. Dengan melakukan konservasi ini
dapat menghemat biaya sebesar Rp.63.006.300 per tahun.
 Langkah Konservasi yang dapat kami rekomendasikan untuk perbaikan
Harmonisa adalah dengan pemasangan filter aktif harmonic. Pemasangan filter
aktif harmonik bisa menjadi solusi untuk memperbaiki permasalahan THD
arus dan THD tegangan, namun dalam menambahkan filter aktif diperlukan
investasi yang besar dan pada hasil analisa ekonomi yang dilakukan didapat
bahwa BEP = 0,29 tahun. Dengan melakukan konservasi ini dapat menghemat
biaya sebesar Rp.252.025.200 per tahun.
 Langkah Konservasi yang dapat kami rekomendasikan untuk perbaikan load
factor adalah adalah dengan melakukan penurunan daya terpasang dengan
mengganti MCB. Dengan melakukan hal tersebut maka mendapat
penghematan pertahun sebesar Rp 21.462.480, dan BEP nya adalah 0,046
tahun , hal tersebut layak dikarenakan BEP < umur teknis nya dalam artian
singkat.

10. PERTANYAAN
10.1. Berapa Daya terpasang Lab tersebut ?
Jawab :
131,6359 KVA atau 131635,8614 VA

10.2. Buat kurva beban yaitu antara VA dg waktu dan W dg waktu.


Jawab :

10.3. Berapa Daya Terpakai maksimal, minimal dan rata ratanya ?


Jawab :
Rata-rata=7,43 , Min=2,28 , Max=4,13

10.4. Berapa Load Faktor Lab tersebut ?


Jawab :
0,0942(9,42 %)

10.5. Sebutkan Parameter KDL (Kualitas Daya Listrik) sumber yang baik dan yang
kurang baik ?
Jawab :
Setelah dilakukan percobaan audit sistem kelistrikan, diketahui bahwa
parameter KDL (Kualitas Daya Listrik) yang baik hanya pada fluktuasi
tegangan,ketidakseimbangan tegangan dan ketidakseimbangan arus. Untuk
parameter KDL yang kurang baik antara lain Load faktor, Power Factor, THD
Arus, dan THD Tegangan.

10.6. Konservasi apa yang di rekomendasikan untuk memperbaiki KDL sumber ?


Jawab :
Perbaikan/ konservasi yang dilakukan untuk memperbaiki parameter yang
kurang baik yaitu dengan menambahkan kapasitor bank untuk meningkatkan
power faktor, mengatur keseimbangan beban agar arus dan tegangan nya
seimbang dalam artian ketidakseimbangan arus dan tegangan nya dibawah
standar yang diberlakukan, menambahkan filter aktif untuk menurunkan
harmonisa namun untuk menambahkan filter aktif mempunyai harga yang
mahal sehingga investasi yang diberikan besar.

10.7. Lakukan analisa Teknik dan analisa ekonomi untuk meningkatkan KDL pada
Panel MDP lab tersebut ?
Jawab :
tertera pada halaman 19-24

10.8. Rekomendasi apa yang anda sarankan kepada Klien anda atau Audite ?
Jawab :
Konservasi yang direkomendasikan yaitu dengan memasang filter aktif untuk
mereduksi harmonisa dan menambahkan kapasitor bank untuk memperbaiki
kelambatan faktor daya.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. M. Giatman, MSIE. EKONOMI TEKNIK. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2011.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Modul 3 Kelayakan Ekonomi.
2017, pp. 1–38.
Pabla, A. S. Penerjemah : Abdul. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga.
Jakarta
Schneider Electric. 2002. Panduan Aplikasi Teknis. Jakarta.

You might also like