Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Lahan Suboptimal

ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id)


Vol. 4, No.2: 110-117, Oktober 2015

Pemberian Kompos Azolla microphylla pada Pertumbuhan Bibit


Karet (Hevea brasiliensis) Okulasi
Apllying Azolla microphylla Compost to Rubber (Hevea brasiliensis)
Grafted Seed Growth
Indriati Meilina Sari*)1, Sampoerno2, dan M. Amrul Khoiri2
1
Mahasiswi Jurusan Ilmu Tanaman Pascasarjana Universitas Sriwijaya
2
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau
*)
Penulis untuk korespondensi: indriatimeilinasari@gmail.com

ABSTRACT
This research aimed to study the effect of the Azolla microphylla compost on the
growth of PB-260 clone rubber seedlings mini stump. This research has beenconducted at
Agriculture Faculty, University of Riau starting from April to July 2013. The research was
carried out experimentally using completely randomized design non factorial consisting of
4 treat ments and 3 replications, obtained 12 experimental units and each unit consists of
3 seeds so that total earned is 36 rubber seedlings and as sample 2 seedlings per unit
experiment. Compost treatment given to the provision of treatment levels; 0, 15, 30 and
45 g/polybag (0, 10, 20 and 30 ton/ha) mixed by weighing soil 3 kg (polybag size 20 cm
x 40 cm). The data were statistically analyzed using ANOVA, followed by DNMRT at the
level of 5%. Parameters observed are lenght of grafting (cm), stem graft girth (cm),
number of leaves (sheet), leaf area (cm²) and shoot root ratio (g). Giving A. microphylla
compost on growing mini stump rubber seedling significantly effect on extending the graft
and number of leaves. Meanwhile, for stem graft girth, leaf area and shoot root ratio reveal
not significant. Compost dosing 30 g/polybag shows the best results for the growth of
rubber seedlings mini stump compared them 0, 15 and 45 g/polybag.
Keywords: Azolla microphylla compost, dose, rubber seeds mini stump

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh dosis kompos Azolla microphylla pada
pertumbuhan bibit karet stum mini, dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Riau, Simpang Baru–Panam, Pekanbaru, dimulai
dari bulan April sampai Juni 2013 menggunakan bibit karet okulasi stum mini klon PB-260
berumur 3 bulan, kompos A. microphylla, polybag ukuran 20 cm x 40 cm (3 kg tanah), top
soil jenis ultisol dan air. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu 0, 15, 30 dan
45 g/polybag (0, 10, 20 dan 30 ton/ha), dan diulang 3 kali. Tiap unit percobaan terdiri dari
3 bibit yang ditanam dalam polybag sehingga total yang didapatkan yaitu 36 bibit karet dan
sebagai sampel digunakan 2 bibit per unit percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis
secara statistik dengan menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos A. microphylla pada bibit
karet okulasi stum mini memberikan pengaruh terhadap pertambahan panjang tunas okulasi
dan jumlah daun. Pemberian kompos dengan dosis 30 g/polybag memberikan hasil terbaik
terhadap parameter pertambahan panjang tunas okulasi, lingkar batang okulasi, jumlah
daun, luas daun, dan nilai rasio tajuk akar.
Kata kunci: Bibit karet okulasi stum mini, dosis, kompos Azolla microphylla
Jurnal Lahan Suboptimal, 4(2) Oktober 2015 111

PENDAHULUAN Penggunaan pupuk anorganik secara


Tanaman karet (Hevea brasiliensis) intensif dengan tujuan hasil panen yang
merupakan salah satu komoditas tinggi akan mengakibatkan bahan organik
perkebunan yang mempunyai nilai yang tersedia didalam tanah secara terus
ekonomis tinggi, namun hasil produksinya menerus menurun, sehingga produktifitas
tidak sebanding dengan produktivitas karet lahan juga menurun (Putra 2013).
yang ada di Indonesia. Secara nasional Ketersediaan unsur hara yang cukup untuk
produktivitas karet Indonesia hanya pertumbuhan tanaman merupakan salah
berkisar 400-500 kg/ha. Produktivitas ini satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
masih tergolong rendah jika dibandingkan pertanian. Alternatif yang dapat diusulkan
dengan Malaysia yang mampu di atas pada permasalahan penyediaan pupuk untuk
1.000 kg/ha dan Thailand di atas tanaman yaitu menggunakan bahan organik
750 kg/ha. Penyebab rendahnya salah satunya yaitu tanaman paku-pakuan
produktivitas karet salah satunya adalah air Azolla.
penerapan teknologi budidaya yang belum Azolla adalah tanaman air yang
sesuai dengan rekomendasi, yaitu berdaun kecil dan pada saat–saat tertentu
menggunakan bibit yang berasal dari biji tumbuh sangat banyak dan merupakan satu-
bukan dari okulasi, kurangnya satunya genus dari paku air mengapung
pemeliharaan dan pemupukan (Tim Penulis suku Azollaceae (Wikipedia 2013).
2008). Bibit merupakan produk yang Tanaman Azolla segar mengandung (94-
dihasilkan dari suatu proses pengadaan 96)% air. Tanaman Azolla di lapang yang
bahan tanaman (benih) yang dapat hijau mengandung lebih banyak N
berpengaruh terhadap pencapaian dibanding yang sudah mencoklat, hal ini
produktivitas pada tahap selanjutnya disebabkan aktifitas nitrogenasenya masih
(Suryati 2014). Upaya yang dilakukan tinggi (Husein dan Laili 2002). Karena
untuk meningkatkan produktivitas tanaman kandungan hara dan asam-asam amino
karet, dilakukan penanaman yang penting yang dimiliki oleh Azolla dan
menggunakan klon unggul dengan cara pertumbuhan pesat dengan biomasa yang
melakukan pemilihan batang bawah serta banyak, maka Azolla sangat potensial
batang atas yang sesuai, sehingga sebagai pupuk, media tanaman hias, pakan
pertumbuhan lebih optimal (Marchino ternak dan ikan.
2010). Azolla yang digunakan sebagai pupuk
Tanah Ultisol mempunyai sebaran pada pertanaman padi di sawah bisa
yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari menekan penggunaan pupuk urea sampai
total daratan Indonesia (Subagyo et al. 65 kg/ha (Anonim 2011). Penelitian
2004). Hakim et al. (1986) menyatakan internasional di mana Indonesia (BATAN)
bahwa bahan organik merupakan bahan ikut terlibat, menghasilkan temuan bahwa
penting dalam menciptakan kesuburan Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena
tanah. Menurut Winarso (2005), untuk azollae dapat memfiksasi nitrogen di udara
mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik sebanyak (70–90)%. Nitrogen yang
perlu diciptakan kondisi yang dapat ditambang oleh anabaena dan terakumulasi
mendukung pertumbuhan dan dalam sel daun azolla ini yang digunakan
perkembangannya, salah satunya adalah sebagai sumber nitrogen bagi padi sawah
pemberian pupuk. Pada lahan pertanian (Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
yang kandungan bahan organik yang Radiasi 2011). Penelitian yang dilakukan
rendah, mikroorganisme dalam tanah oleh Arnau (2012), menunjukkan bahwa
menggunakan nitrogen (N) yang tersedia pemberian kompos Tricho–Azolla pada
untuk memenuhi kehidupannya tanpa dosis 50 g/polybag menunjukkan hasil yang
melepaskan N ke dalam tanah yang sangat lebih baik terhadap serangan jamur
berfungsi bagi tanaman. Ganoderma boninense di pembibitan
1 Sari et al.: Pemberian kompos Azolla

kelapa sawit. Hasil penelitian Putra (2013), baru dilakukan pemindahan bibit karet ke
kombinasi pemberian kompos azolla dan dalam polybag.
dosis aplikasi 75% pupuk N dan aplikasi
pupuk N 25% dengan aplikasi azolla kering Analisis Data
dapat menghasilkan produksi yang optimal. Data hasil pengamatan dianalisis
Berdasarkan uraian diatas, penelitian secara statistik dengan menggunakan
ini bertujuan menentukan pengaruh ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji
berbagai dosis kompos Azolla microphylla DNMRT pada taraf 5%
yang terhadap pertumbuhan bibit karet dan
mendapatkan dosis yang terbaik bagi
pertumbuhannya. Dari hasil penelitian ini HASIL
diharapkan petani dapat mengunakan pupuk Pertumbuhan Bibit Karet Okulasi Stum
organik yang banyak tersedia di alam Mini
sehingga dapat menghemat penggunaan Hasil penelitian yang telah dilakukan
pupuk anorganik. menunjukkan bahwa pemberian kompos
Azolla microphylla pada bibit karet okulasi
BAHAN DAN METODE stum mini berpengaruh terhadap
pertambahan panjang tunas okulasi dan
Alat dan Bahan jumlah daun. Pemberian kompos pada dosis
Alat yang digunakan dalam penelitian 30 g/polibeg memberikan hasil terbaik
ini adalah; polinet, cangkul, parang, kayu, terhadap pertambahan panjang tunas
ayakan, pisau, timbangan 5 kg, polybag okulasi, lingkar batang okulasi, jumlah
ukuran 20 cm x 40 cm, timbangan digital, daun, luas daun dan nilai rasio tajuk akar
ember, meteran, kertas karton, kantong (Tabel 1).
plastik, kamera dan alat tulis. Bahan yang Hasil penelitian pertambahan panjang
digunakan adalah; bibit karet okulasi stum tunas okulasi bibit tanaman karet
mini klon PB-260 berumur 3 bulan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
sebanyak 36 bibit, kompos Azolla dosis 30 g/polybag (54,10 cm) dengan
microphylla, top soil jenis ultisol, dan air. pemberian dosis 0 g/polybag (25,52 cm),
sedangkan pada dosis 45 g/polybag (41,94
Media Tanam cm) dan 15 g/polybag (39,14 cm) tidak
Penelitian ini menggunakan top soil berbeda nyata terhadap pertambahan
jenis ultisol yang diambil di daerah panjang tunas okulasi. Pertambahan lingkar
Rumbai, Pekanbaru. Pengambilan tanah batang okulasi, pemberian kompos
untuk media tanam dilakukan di dua tempat A. microphylla tidak berbeda nyata, namun
dalam satu lokasi. Selanjutnya tanah pada perlakuan dosis 30 g/polybag
dibersihkan dari kotoran dan rerumputan, menunjukkan pertambahan lingkar batang
bongkahan tanah dihaluskan kemudian okulasi yang lebih baik dibandingkan
dikering–anginkan selama seminggu. dengan perlakuan lainnya yaitu 0,37 cm.
Setelah itu tanah diayak kemudian Hal ini dikarenakan bibit karet yang
dimasukkan ke dalam polybag dan digunakan memiliki kecepatan
ditimbang dengan berat 3 kg. pertumbuhan lingkar batang okulasi yang
lambat.
Pemberian Kompos Azolla microphylla Jumlah daun pada dosis 30 g/polybag
Kompos ditimbang sesuai dengan memberikan hasil paling banyak
perlakuan yang diberikan; 0, 15, 30 dan dibandingkan dengan semua perlakuan
45 g/polybag (0, 10, 20 dan 30 ton/ha) kompos A. microphylla, sedangkan pada
kemudian dicampurkan dengan tanah pemberian dosis 15 dan 45 g/polybag tidak
seberat 3 kg lalu diberi label. Setelah itu berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah
diinkubasi selama seminggu, kemudian daun. Pemberian kompos terhadap luas
Jurnal Lahan Suboptimal, 4(2) Oktober 2015 113

daun tanaman karet okulasi tidak berbeda kebutuhan bibit karet sehingga tidak dapat
nyata, namun pada dosis 30 g/polybag memberikan hasil yang maksimal terhadap
menunjukkan rata–rata luas daun yang pertambahan panjang tunas okulasi bibit
tertinggi. karet.
Pengamatan rasio tajuk akar Peningkatan panjang tunas pada
menunjukkan bahwa pemberian berbagai tanaman sangat erat hubungannya dengan
dosis kompos A. microphylla tidak ketersediaan unsur hara makro yang
memberikan pengaruh yang nyata, akan ditambahkan melalui pemupukan kompos
tetapi nilai yang paling tinggi didapat pada A. microphylla seperti unsur hara N.
perlakuan dosis 30 g/polybag dan yang Menurut Lakitan (2000) N merupakan
terendah adalah perlakuan dosis penyusun klorofil, sehingga bila klorofil
0 g/polybag. meningkat maka fotosintesis akan
meningkat pula. Unsur hara N diperlukan
Kandungan Sifat Kimia Tanah Ultisol untuk membentuk asam amino dan protein
Keberhasilan pertumbuhan suatu yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
tanaman tidak terlepas dari pengaruh proses metabolisme tanaman seperti batang,
kondisi lingkungan, seperti iklim dan jenis daun dan akar. Hakim et al. (1986)
tanah. Tanah yang digunakan dalam menyatakan bahwa bahan organik seperti
penelitian ini adalah tanah jenis ultisol yang kompos merupakan sumber N bagi tanah,
di ambil di daerah Rumai, Pekanbaru, serta berperan cukup besar dalam
menunjukkan ciri-ciri tanah yang kurang memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis
subur sehingga perlu dilakukan tanah serta lingkungan. Notohadiprawiro
penambahan bahan organik untuk et al. (2006) menyatakan bahwa N sangat
meningkatkan kesuburannya (Tabel 2). dibutuhkan oleh tanaman padafase
pertumbuhan vegetatif, khususnya
PEMBAHASAN pertumbuhan batang yang memacu
pertumbuhan tinggi tanaman.
Panjang Tunas Okulasi
Pertambahan panjang okulasi Lingkar Batang Okulasi
tertinggi didapat pada dosis 30 g/polybag, Pemberian kompos A. microphylla
hal ini dikarenakan pada dosis tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata
mampu menyediakan unsur hara N yang pada lingkar batang okulasi. Lizawati
sangat dibutuhkan tanaman untuk (2002) menyatakan bahwa pada tanaman
pertumbuhan, terutama panjang tunas tahunan seperti tanaman perkebunan
okulasi. Pertambahan tanaman terendah mengalami pertumbuhan yang lama kearah
ditunjukkan oleh perlakuan dosis kompos horizontal, sehingga untuk pertambahan
0 g/polybag, hal ini dikarenakan tidak lingkar okulasi pada tanaman perkebunan
adanya sumbangan unsur hara yang membutuhkan waktu yang relatif lama.
diberikan dari kompos untuk memenuhi

Tabel 1. Rerata pertambahan bibit karet okulasi stum mini dengan pemberian berbagai dosis kompos Azolla
microphylla

Kompos Azolla Rasio


microphylla Panjang Tunas Lingkar Batang Jumlah Daun Luas Daun
Tajuk Akar
(cm) (cm) (helai) (cm²)
(g)
30 g/polybag 54,10a 0,37a 29,35a 226,61a 1,42a
45 g/polybag 41,94b 0,32a 23,27b 177,18a 1,38a
15 g/polybag 39,14b 0,29a 22,69b 175,85a 1,24a
0 g/polybag 25,52c 0,28a 11,55c 158,17a 1,03a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom atau baris yang sama berbeda
tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
1 Sari et al.: Pemberian kompos Azolla

Tabel 2. Kandungan sifat kimia tanah ultisol yang digunakan untuk penelitian*
Sifat Kimia Metode Pengujian Nilai Keterangan
pH (H2O) pH meter 4,78 Masam
pH (KCl) pH meter 3,69 Masam
N total (%) Kjedahl 0,10 Rendah
P Tersedia (ppm) Extr. P Bray 2 11,00 Rendah
Al + H dd (Cmol/kg) Exc. cation (% meq) 1,16 Rendah
C–organik (%) Kjedahl 0,18 Rendah
C/N – 10,80 Sedang
Keterangan: * = Dianalisis oleh Central Plantation Services. PT. Central Alam Resources Lestari. 2013.
Pekanbaru, Riau

Kecepatan pertumbuhan lingkar menyatakan bahwa jika sudah mencapai


batang tunas bibit karet asal okulasi secara kondisi yang optimal dalam mencapai
umum yaitu 4,0 cm/tahun (Pusat Penelitian kebutuhan tanaman, walaupun dilakukan
Karet 2003). Menurut Jumin (2002) batang peningkatan dosis pupuk tidak akan
merupakan daerah akumulasi pertumbuhan memberikan peningkatan yang berarti
tanaman sehingga dengan adanya unsur terhadap pertumbuhan dan perkembangan
hara yang diberikan, diharapkan mampu tanaman. Menurut Harjadi (1996), jumlah
mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, daun berkaitan dengan tinggi tanaman,
diantaranya pembentukan klorofil pada dimana semakin tinggi tanaman maka
daun sehingga laju fotosintesis dapat semakin banyak daun yang akan terbentuk,
berjalan lancar. karena daun terbentuk dari nodus–nodus
tempat kedudukan daun yang ada pada
Jumlah Daun batang.
Pemberian kompos pada dosis
30 g/polybag mampu menyediakan unsur Luas Daun
hara terutama N yang sangat dibutuhkan Daun merupakan organ tanaman yang
tanaman untuk pertumbuhan daun. mempunyai pertumbuhan yang terbatas, dan
Pemberian kompos pada dosis 45 g/polybag berangsur–angsur meningkat sampai batas
cenderung terjadi penurunan karena pertumbuhan maksimumnya. Gardner et al.
tanaman mempunyai batas jenuh dalam (1991) menyatakan bahwa penambahan
penyerapan unsur hara. Tanaman yang unsur hara akan memacu pertambahan luas
mengalami kekurangan unsur hara esensial daun, namun semakin mendekati ukuran
dari yang dibutuhkan oleh tanaman, dapat luas daun maksimum pengaruh
menyebabkan terganggunya proses penambahan unsur hara terhadap
metabolisme sehingga pembelahan dan pertumbuhan luas daun suatu tanaman akan
perkembangan sel menjadi terhambat. semakin kecil. Bibit yang mampu menyerap
Apabila hal ini terjadi, dapat mengganggu unsur menunjukkan pertambahan jumlah
laju pertumbuhan vegetatif seperti tinggi dan luas daun yang optimum, sehingga
tanaman dan jumlah daun. kapasitas daun untuk memfiksasi CO2 dan
Lakitan (2000) mengemukakan mengintersepsi cahaya akan lebih optimum,
bahwa jika konsentrasi unsur hara terlalu kondisi ini memungkinkan daun dapat
rendah maka pertumbuhan tanaman akan melaksanakan fungsinya sebagai source
terganggu, sedangkan jika unsur hara pada dengan baik Nasamsir 2007).
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman. Sedangkan pada Rasio Tajuk Akar
dosis 15 g/polybag disebabkan oleh Nilai dari rasio tajuk akar
ketersediaan unsur hara belum cukup untuk menunjukkan bahwa hasil berat kering
memenuhi pertumbuhan vegetatif bibit melalui fotosintesis lebih banyak
karet terutama dalam meningkatkan jumlah ditranslokasikan ke bagian tajuk (batang
daun. Salisburry dan Ross (1995) dan daun) dari pada ke bagian akar
Jurnal Lahan Suboptimal, 4(2) Oktober 2015 115

tanaman (Lakitan 2000). Ketersediaan hara geologi lahan terdiri dari endapan alluvium
sangat mempengaruhi proses fotosintesis muda yang terbentuk akibat pengangkutan
dan pembentukan jaringan, baik tajuk dan pengendapan sisa-sisa bahan induk oleh
maupun akar. Menurut Sarief (1986) jika aliran sungai, lahan jenis ini mempunyai
perakaran tanaman berkembang dengan karakteristik yang rentan terhadap
baik, pertumbuhan bagian tanaman lainnya gangguan alami maupun pengolahan lahan
akan baik juga karena akar mampu yang berlebihan (Bappeda Pekanbaru
menyerap air dan unsur hara yang 2008). Tanaman karet mudah beradaptasi
dibutuhkan oleh tanaman. Terpenuhinya dan sangat toleran terhadap kondisi ekstrim.
kebutuhan hara dan ketersediaan air bagi Pada lingkungan tumbuh yang sesuai
bibit sangat menentukan peningkatan rasio seperti iklim yang tepat, tanah dan air
tajuk akar. Hal ini didukung oleh pendapat tersedia, yang didukung dengan
Nyakpa et al. (1988) yang menyatakan pada pengetahuan dan informasi yang memadai,
akar tanaman yang berfungsi sebagai serta teknologi terkini dan investasi yang
penyerap unsur hara sehingga pertumbuhan cukup, tanaman karet akan tumbuh dengan
bagian atas tanaman lebih besar dari pada bagus dan jagur. Oleh karena itu, tanaman
pertumbuhan akar dan hasil berat kering karet dapat dikategorikan sebagai sumber
tajuk akar menunjukkan bagaimana penyimpanan energi yang sangat efektif
penyerapan air dan unsur hara oleh akar mengingat umur ekonomisnya mampu
yang akan ditranslokasikan ke tajuk mencapai 30 tahun (Balai Penelitian Getas
tanaman. Gardner et al. (1991) menyatakan 2005).
bahwa nilai rasio tajuk akar menunjukkan Tanah sebagai tempat tumbuh
seberapa besar hasil fotosintat yang tanaman harus mempunyai kandungan hara
terakumulasi pada bagian tanaman. Bila yang cukup untuk menunjang proses
media defisien air dan nitrogen, tanaman pertumbuhan tanaman sampai berproduksi,
akan mengalihkan partisi fotosintat lebih artinya tanah yang digunakan harus subur
banyak ke arah akar, kondisi ini (Sarief 1986). Bahan organik selain dapat
mengakibatkan rendahnya rasio tajuk akar. meningkatkan kesuburan tanah juga
mempunyai peran penting dalam
Tanah Utisol memperbaiki sifat fisik tanah, seperti dapat
Tanah yang digunakan dalam meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki
penelitian ini memiliki kandungan unsur aerasi serta membuat struktur tanah menjadi
hara yang rendah, seperti N Total 0,10%, lebih remah dan mudah diolah sehingga
P tersedia 11,0 ppm dan Al + H dd memudahkan akar tanaman menyerap unsur
1,16 Cmol/kg (Tabel 2). Kondisi seperti ini hara yang berada didalam tanah. Berbagai
pada dasarnya kurang bagus untuk ditanami kendala pengembangan tanah ultisol untuk
oleh tanaman, namun untuk tanaman pertanian antara lain tanah peka terhadap
perkebunan seperti karet cukup baik untuk erosi dapat diatasi dengan cara penerapan
tumbuh dan berkembang sampai teknologi seperti pengapuran, pemupukan,
menghasilkan lateks. Pekanbaru mengenal dan pemberian bahan organik (Prasetyo dan
2 musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Suriadikarta 2006).
Pada tahun 2004, jumlah hari hujan Pemanfaatan tanah Ultisol banyak
di Pekanbaru sebanyak 209 hari, dengan digunakan untuk tanaman perkebunan
curah hujan rata-rata 306,39 mm dan seperti kelapa sawit, karet, dan hutan
temperatur berkisar antara minimum tanaman industri, tetapi pada skala petani
26,9 °C sampai dengan maksimum 29,3 °C kendala ekonomi merupakan salah satu
(Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim penyebab tidak terkelolanya tanah ini
II Pekanbaru 2004). Pekanbaru mempunyai dengan baik. Keberadaan lahan kering yang
topografi yang bervariasi, yaitu landai, sangat luas dan potensial di Indonesia
berombak sampai bergelombang, dengan belum dapat dimanfaatkan secara optimal
1 Sari et al.: Pemberian kompos Azolla

bagi pemenuhan kebutuhan dan Arnau N. 2012. Penggunaan beberapa dosis


kesejahteraan masyarakat karena kurangnya kompos Tricho–Azolla terhadap
modal dan keahlian yang mendukung para pertumbuhan dan mencegah serangan
petani. Pemanfaatan bahan organik dalam jamur Ganoderma boninense di
penyediaan unsur hara bagi tanaman pembibitan kelapa sawit. [Skripsi].
memberikan peluang besar untuk Pekanbaru: Universitas Riau.
meningkatkan produktivitas tanah dan Balai Penelitian Getas. 2005. Tanaman
produksi tanaman pertanian karena mudah karet menyelamatkan kehidupan dari
didapat dan diaplikasikan oleh petani ancaman karbondioksida. Warta
sehingga mampu mengurangi pemakaian Penelitian dan Pengembangan
pupuk anorganik serta mengurangi Pertanian 27(5): 10-12.
pencemaran lingkungan. Bappeda Pekanbaru. 2008. Kondisi
geografis Kota Pekanbaru.
http://bappeda.pekanbaru.go.id/page/
KESIMPULAN 4/kondisi-geografis/.
a. Pemberian kompos Azolla microphylla [Diakses 5 Februari 2015].
pada dosis 30 g/polybag memberikan Central Plantation Services. 2013. Analisis
hasil yang terbaik bagi pertumbuhan kompos Azolla microphylla dan sifat
bibit karet stum mini, serta berpengaruh kimia tanah ultisol. Pekanbaru: PT.
nyata pada pertambahan panjang okulasi Central Alam Resources Lestari.
dan pertambahan jumlah daun, Gardner FP, Pearce RB dan Mitchell RL.
sedangkan berpengaruh tidak nyata 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
terhadap parameter lingkar batang Jakarta: UI Press.
okulasi, luas daun dan rasio tajuk akar. Hakim N, Nyakpa MY, Lubis M, Nugroho
b. Tanaman karet termasuk tanaman yang SG, Rusdi S, Diha MA, Hong GB dan
mampu bertahan hidup di tanah yang Bailey HH. 1986. Dasar–Dasar Ilmu
Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
kurang subur, seperti tanah jenis ultisol.
Harjadi S. 1996. Pengantar Agronomi.
Akan tetapi, perlu dilakukan pengolahan
Jakarta: Gramedia.
terlebih dahulu sebelum dilakukan
Husein S, Laily IK. 2002. Magang
penanaman, seperti pengolahan tanah,
kewirausahaan di sentra industri
pengapuran, pemupukan, pemberian
pupuk organik Azolla. Jurnal
bahan organik dan pemeliharaan.
Dedikasi 1(1): 59-64.
Jumin HB. 1992. Ekologi Tanaman.
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta: Rajawali Press.
Lakitan B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi
Terima kasih kepada Allah subhanahu wa
Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo
ta’ala yang telah memberikan kesehatan,
Persada.
limpahan rahmat dan karunia-Nya. Makalah
Lizawati. 2002. Analisis interaksi batang
ini didedikasikan kepada orang tua tercinta,
bawah dan batang atas pada okulasi
dosen pembimbing, dan teman-teman yang tanaman karet. [Tesis]. Bogor:
membantu dalam penelitian. Terima kasih Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
atas semangat, dukungan moril maupun Marchino F, Zen YM, Suliansyah I. 2010.
materi yang diberikan kepada penulis. Pertumbuhan stum mata tidur
beberapa klon entres tanaman karet
DAFTAR PUSTAKA (Hevea brasiliensis Muell.) pada
batang bawah PB-260 di lapangan.
Anonim. 2011. Azolla si pupuk hijau. Jerami 3(3): 167-181.
http://green.kompasiana.com Nasamsir. 2007. Keragaman pertumbuhan
[Diakses 12 Oktober 2012]. bibit karet (Hevea brasiliensis, Muell.
Arg.) asal okulasi terhadap aplikasi
Jurnal Lahan Suboptimal, 4(2) Oktober 2015 117

berbagai dosis Organik Soil Treatment Saccharata). Jurnal Produksi


(OST). Jurnal Ilmiah 9(1): 1-4.
Tanaman 1(4): 353-360.
Notohadiprawiro T, Soeprapto,
Salisburry dan Ross. 1995. Fisiologi
Soekodarmodjo, Endang, dan Sukana.
Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Penerbit
2006. Pengelolaan kesuburan tanah
ITB Bandung.
dan peningkatan efisiensi pemupukan.
Sarief S. 1986. Kesuburan Tanah dan
http://soil.faperta.ugm.ac.id. [Diakses
Pemupukan Tanah Pertanian.
10 April 2014].
Bandung: Pustaka Buana.
Nyakpa, Yusuf M, Lubis AM, Pulung MA,
Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II
Graffar A, Munawar A, Hong GB,
Pekanbaru. 2004. Curah Hujan Kota
Hakim N. 1988. Kesuburan Tanah.
Pekanbaru. Pekanbaru.
Lampung: Penerbit Universitas
Subagyo H, Suharta N, dan Siswanto AB.
Lampung.
2004. Tanah-tanah pertanian di
Prasetyo BH dan Suriadikarta DA. 2006.
Indonesia. Sumberdaya Lahan
Karakteristik, potensi, dan teknologi
Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat
pengelolaan tanah ultisol untuk
Penelitian dan Pengembangan Tanah
pengembangan pertanian lahan kering
dan Agroklimat. hlm. 21-66.
di Indonesia. Balai Besar Penelitian
Suryati D. 2014. Uji beberapa konsentrasi
dan Pengembangan Sumberdaya
pupuk cair Azolla (Azolla pinnata)
Lahan Pertanian. Jurnal Litbang
pada pertumbuhan bibit kelapa sawit
Pertanian 25(2): 39-47.
(Elaeis guineensis Jacq.) di
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
pembibitan utama. [Skripsi].
Radiasi. 2011. Kelompok Pemupukan
Pekanbaru: Universitas Riau.
dan Nutrisi Tanaman. Jakarta. Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap
Pusat Penelitian Karet. 2003. Pengelolaan Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Bahan Tanaman Karet. Sungai Putih.
Wikipedia. 2013. Azolla.
Sumatera Utara.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Azolla.
Putra DF, Soenaryo, Tyasmoro SY. 2013.
[Diakses 17 Februari 2015].
Pengaruh pemberian berbagai bentuk
Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar
Azolla dan pupuk N terhadap
Kesehatan dan Kualitas Tanah.
pertumbuhan dan hasil tanaman
Yogyakarta: Gaya Media.
jagung manis (Zea mays var.

You might also like