Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

LATAR BELAKANG PREDESTINASI GANDA JOHN CALVIN

“Historis Kemunculan Predestinasi Abad ke-4 hingga ke Masa Calvin”

Pangeran Manurung
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Purwokerto
E-mail: pangeranmanurung@sttii-purwokerto.ac.id

Abstrak
The problem in this paper lies in the theological issue of predestination, especially regarding
the history of calculating the calvin's version of double predestination. The emergence of the
concept of the choice of God over some has created complex theological problems because it
was interpreted differently by Calvin's successors. This discussion aims to examine the
background to why Calvin taught the extreme predestination formula. Because it focuses on
the issue of "background", this paper uses a historical literature research approach. This
paper will describe the history of the concept of predestination before Calvin and examine
the historical circumstances at the time this formula was presented. As a result, Calvin's
version of predestination lived in the 16th century, starting with the ideas of Augustine in the
4th century. The conclusion of the paper proves that Calvin's predestination will be
misunderstood if it directly interprets the Predestination text from a theological aspect and
ignores social reasons and personal experiences of Augustine and Calvin. Calvin's
predestination cannot be separated from the historical-social aspects of the 16th and 4th
centuries.

Keywords: Double Predestination - Historical - Political-Social Context - Calvin

PENDAHULUAN kesimpulannya tidak dapat menjelaskan


Kajian tentang Predestinasi telah latar belakang kemunculan pemahaman
dilakukan oleh para teolog yang ahli di predestinasi yang berbeda-beda. Malcom 2
bidang kajian biblika dan sistematika. juga sebelumnya mengulas topik
Mereka mendekati topik predestinasi dari predestinasi dengan hanya mengulas
aspek pemaknaan teks-teks predestinasi, konsep “anugerah” sehingga
misalnya seperti yang dilakukan oleh perdebatannya cenderung bersifat sektoral.
Matthew Levering 1. Ia membuktikan Pendekatan yang dilakukan oleh
bahwa konsep predestinasi itu benar adanya Peter Thuesen jauh lebih baik karena
karena Alkitab memang mengatakan melacak latar belakang kemunculan paham
demikian. Karena pendekatan Matthew predestinasi walau hanya dalam ruang
hanya berdasarkan aspek sistematika, maka lingkup kepentingan perkembangan teologi

1
Matthew Levering , Predestination. The Weber Thesis Reconsidered,” dan “Part II:
Biblical and Theological Paths (Oxford : Oxford Weber’s Exploration of Calvinism: The
University , 2011 ) Undiscovered Provenance of Capitalism,” British
Journal of Sociology, 39 (1988), 143-180.
2
Malcolm H. MacKinnon, “Part I:
Calvinism and the Infallible Assurance of Grace:
di Amerika. 3 Penelitian ini bertujuan untuk zaman intertestamental disebabkan karena
melacak latar belakang kemunculan konteks-konteks tertentu. Dari segi konteks
predestinasi berdasarkan pendekatan historis, para penulis Perjanjian Baru juga
historis sehingga nantinya hasil penelitian menulis surat-surat karena konteks tertentu.
ini dapat memberi jawaban terhadap Atau jika membahas tentang teologi
“alasan mengapa pemahaman predestinasi kontemporer misalnya. Gagasan “God is
berbeda-beda dalam generasi yang Dead” yang dihembuskan oleh para sarjana
berbeda” dan bagaimana seharusnya modern hanya dapat dipahami secara utuh
pembaca modern menafsirkan Penafsiran jika dapat menelusuri konteks saat itu.
Ganda Calvin. Bukan hanya dalam arena teologi, gagasan-
gagasan jenis pemerintahan di dunia politik
METODE PENELITIAN atau aspek lainnya pun tidak pernah dapat
Pendekatan yang digunakan dalam dilepaskan dari konteks.
tulisan ini adalah study pustaka bersifat Jika hal ini terpikirkan dengan
historis. Konteks-konteks yang benar, maka jawaban atas munculnya
mempengaruhi munculnya paham varian-varian dalam sebuah ide dapat
predestinasi akan ditelisik hingga ke awal dimunculkan. Misalnya, mengapa muncul
mula “kelahiran predestinasi”. Mengapa paham “neoplatonisme” dapat terjawab
menggunakan pendekatan Konteks & karena konteks dan keadaan sesudah plato
Historis? Sejarah memberi pelajaran berubah adanya. Jadi sebuah ide besar dapat
penting bahwa setiap gagasan yang lahir di berkembang karena dipengaruhi oleh
dunia, tidak dapat dipisahkan dari konteks konteks yang dinamis. Hal yang sama
munculnya gagasan itu. Beberapa contoh terjadi pada pergumulan tentang
berikut dapat dipertimbangkan. Misalnya, predestinasi. Karena alasan-alasan tersebut,
gagasan Theokrasi yang berubah menjadi maka pendekatan dari aspek sejarah
monarki pada zaman Samuel muncul dianggap lebih tepat ketika mengulas
karena bangkitnya kerajaan-kerajaan. Atau tentang predestinasi.
munculnya gagasan-gagasan yang berbeda Teknik pengumpulan data
dalam Mazhab Yahudi seperti Kaum menggunakan Teknik Pengumpulan
Esseni, Farisi, Ahli Taurat, dan Saduki pada Dokumentasi. Setiap gagasan predestinasi

3
Peter J. Thuesen, Predestination The
American Career of a Contentious Doctrine (New
York: Oxford University Press, 2009), 28-31
di zaman yang berbeda dikumpulkan. Predestinasi yang diHal ini disebabkan
Kemudian Analisa Datanya menggunakan karena adanya perubahan-perubahan
pendekatan pembandingan. Setiap konteks yang dialami oleh Gereja. Mulai
pemaknaan predestinasi yang berbeda di dari Agustinus hingga ke pengakuan iman
zaman atau tokoh yang berbeda dianggap reform pada abad ke-16 dan abad ke-17,
memiliki keterkaitan atau kepentingan yang pemahaman tentang predestinasi
berbeda sesuai dengan konteks sosialnya. mengalami perkembangan.

PEMBAHASAN Konteks Predestinasi Perjanjian Lama


Pembahasan dalam penelitian ini Gagasan Predestinasi moderat tidak
mencakup beberapa bagian. Pertama, dimulai dari teks-teks Perjanjian Baru,
menguraikan sejarah dan berkembangnya tetapi dari Perjanjian Lama. Pada masa ini
pemahaman predestinasi di setiap zaman Allah memilih sebuah bangsa diantara
dan konteks. Bagian ini melihat konteks bangsa-bangsa dan memanggil beberapa
predestinasi dari Perjanjian Lama hingga ke orang diantara banyak orang. Di sini Allah
Perjanjian Baru. Kedua, melihat secara diperkenalkan oleh para penulis sebagai
spesifik konteks kemunculan gagasan penguasa semua sejarah yang mampu
predestinasi abad keempat yang dirintis melihat masa depan sebelum hal itu terjadi
oleh Agustinus hingga Martin Luther. (Yes. 48: 35; Dan. 4:35). Karena itu Allah
Ketiga, menelusuri konteks atau latar menentukan bangsa Israel di antara semua
belakang kemunculan predestinasi ganda bangsa di bumi untuk menjadi umat
versi Calvin. pilihanNya (Ul. 7: 6; 14: 2). 4 Untuk
mewujudkan bangsa pilihanNya, Allah
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN memilih beberapa orang seperti Abraham,
PEMAHAMAN PREDESTINASI Yakub, Yusuf, hingga nanti berbentuk
Perkembangan pemaknaan sebuah bangsa. Untuk menjaga bangsa
predestinasi dalam bagian ini akan pilihan ini, Allah memanggil dan memilih
menentukan fokus pembahasan berikutnya. beberapa imam, nabi, raja, ataupun hakim.
Jika dilacak dari sejarah, pemaknaan Apa konteks khas pemilihan dalam
predestinasi sebenarnya cukup beragam. Perjanjian Lama? Allah memilih bangsa

4
Andrew E Hill dan John H. Islam pun memiliki pandangan yang sama
Walton. A Survey of the Old Testament tentang predestinasi.
(Grand Rapids, Mich: Zondervan, 2000), 25.
Walton mengungkapkan bahwa Yahudi dan
dengan tujuan khusus, penyediaan memberi penekanan yang berbeda. Bagi
Juruselamat sebagai solusi atas dosa. mereka, dengan cara yang tersembunyi,
Bangsa yang spesifik hanya akan terbentuk Tuhan menentukan segala sesuatu tanpa
dengan panggilan spesifik atas beberapa merampas kehendak bebas manusia. 6 Yang
orang. Itu berarti, panggilan atau pemilihan perlu dipikirkan adalah, mengapa paham
atas Abraham dan tokoh-tokoh lainnya mereka berbeda-beda?
memiliki konteks dan tujuan tertentu jika Jika melihat konteks dan
dibandingkan dengan konsep predestinasi keberadaan mereka saat itu yang sedang
yang berhubungan dengan keselamatan. dalam penganiayaan, kemunculan kitab-
Pemilihan untuk penyediaan Juruselamat kitab Apokrifa dan kemunculan mazhab
memiliki kekhasan dengan pemilihan untuk Yudaisme ini tidak dapat dipisahkan.
selamat. Terdapat penganiayaan terhadap Kaum
Israel yang berkepanjangan yang pada saat
Konteks Predestinasi Pra-Perjanjian itu tanpa adanya pertolongan berbentuk
Baru utusan ilahi seperti pada zaman hakim-
Sebelum ke masa Perjanjian Baru, hakim. Seseorang yang mengalami
ada masa tiga kelompok agama (Saduki, penderitaan yang buruk tetapi pada saat
Esseni, dan Farisi) yang memiliki yang sama disebut sebagai umat pilihan
pandangan berbeda tentang predestinasi. Allah, dapat memunculkan ide kepasrahan.
Kaum Saduki meyakini dan menegaskan Yang pada masa perang yang buruk saat itu
aspek kebebasan manusia secara mutlak. telah dikenal dengan istlah “nasib ilahi”
Dengan demikian, mereka menyangkal diantara kaum Yunani-Romawi. 7 Maka
konsep “takdir” atau “penentuan” Allah. dapt disebutkan bahwa alasan kemunculan
Sedangkan Kaum Eseni adalah konsep predestinasi moderat pada zaman
kebalikannya. Mereka menyangkal ini memiliki keterkaitan dengan
kebebasan manusia dan menegaskan garis- kemunculan kitab Apokrifa dan Mazhab
garis ketentuan Allah. 5 Kaum Farisi Yudaisme.

5 6
Matthew Levering, Hal ini memang membingungkan. Bagi
Predestination: Biblical and Theological Farisi, orang benar memilih untuk menjadi benar
Paths (Oxford: Oxford University Press, dan orang jahat dengan bebas memilih untuk jahat.
2011), 14-18. Jika dilihat dari sejarahnya, Permasalahannya, benih menjadi orang benar dan
kemungkinan kaum Eseni dipengaruhi oleh jahat itu darimana?
doktrin filosofis Yunani-Romawi tentang
7
nasib, dalam relasi antara Allah dan Matthew Levering, Predestination:
manusia. Biblical and Theological Paths, 16-19
Konteks Predestinasi Perjanjian Baru menekankan kehendak bebas manusia
Setelah masa ketiga kelompok ini walau di sisi yang lain juga mengajarkan
berlalu, para penulis Perjanjian Baru pun tentang kedaulatan Allah. Artinya, mereka
menjelaskan konsep predestinasi dengan fokus menafsirkan Alkitab sesuai teks tanpa
jelas dan tegas. Perjanjian Baru dipengaruhi gagasan sistematika yang
menyediakan teks dan kisah tokoh yang biasanya memaksa penafsir membuat
menjelaskan tentang predestinasi (Kis.2:23; pertanyaan dan memberi jawaban.
Ef.1:1-11; Rom.8:29-30; dll). 8 Perikop- Pertanyaannya, kenapa
perikop ini dengan tegas menyatakan perbincangan redestinasi tidak menonjol
bahwa Allah memilih orang-orang tertentu pada abad ini? Tradisi memperlihatkan
sebelum dunia dijadikan. bahwa ajaran sumbang dan perselisihan
Apa konteks Paulus dalam teologis yang muncul pada saat itu
menuliskan teks-teks predestinasi? Jika didominasi oleh topik Kristologi.
mengamati keseluruhan perikop-perikop Perdebatan Bapa Gereja yang melahirkan
predestinasi, Paulus menjabarkannya ketika Konsili awal disebabkan adanya perbedaan
menjelaskan kisah panggilannya dan sudut pandang atas natur dan pribadi Yesus
kebutuhan pembaca yang berbeda-beda. 9 Kristus. Atau isu tentang keTuhanan dan
Itu sebabnya, jika mengacu kepada bahasa kemanusiaan Yesus Kristus.
asli Perjanjian Baru, istilah “predestinasi” Jika mendiskusikan topik doktrin
yang digunakan memiliki akar kata dan Allah, para pemikir di abad ini biasanya
makna yang berbeda. hanya menekankan aspek pengetahuan
Allah terhadap “apa yang akan dilakukan
Konteks Predestinasi Bapa Gereja oleh manusia di masa depan”. 10 Penekanan
Setelah masa penulis Perjanjian predestinasi di masa ini belum setegas pada
Baru selesai, Bapa-Bapa Gereja pada masa reformasi. Pada masa itu, Origen
awalnya mempertimbangkan rumusan (185-254) adalah proklamator predestinasi
predestinasi. Awalnya, Gereja Mula-mula moderat pertama. Ia lebih tegas karena

8
Robert Shank, Elect in the Son: A Study
of the Doctrine of Election (Springfield, Mo:
10
Westcott, 1970). Robert menghubungkan Gregg R. Allison, Historical Theology:
predestinasi dengan kristosentris seperti yang An Introduction to Christian Doctrine (Grand
dilakukan oleh kaum Injili secara umum Rapids: Zondervan, 2011), 454-457. Misalnya
Justin Martyr (100-65) dan Irenaeus (135-203)
9
Teks-teks predestinasi akan dibahas yang mengajarkan bahwa Allah memilih beberapa
dalam bagian “predestinasi dalam teks” orang karena mengetahui bahwa mereka akan
benar, begitu pula sebaliknya.
menjabarkan konsep “Allah yang berdosa. 14 Yang menarik, awalnya
mengeraskan hati orang-orang yang tak Agustinus tidak percaya bahwa Tuhan
terpilih”, walaupun konteksnya hendak memutuskan untuk mengutuk seseorang.
menjelaskan kasus “Firaun yang Namun, mereka yang tidak dipilih akan
mengeraskan hati”. Jika Origen tetap berada dalam dosanya sehingga layak
menekankan asas itu, teolog yang lain lebih untuk dihukum. 15
menekankan paham “apocatastasis”11 yang Pada awalnya, predestinasi
memiliki perbedaan dengan gagasan Agustinus adalah predestinasi yang
Origen. 12 moderat (dapat dilihat dari bukunya yang
berjudul, “on free choice of the will”. Ia
Perkembangan Pemahaman mengatakan bahwa “Tuhan hanya
Predestinasi Agustinus menentukan “takdir” seseorang yang Ia
Agustinus (355-430) muncul ketika tahu akan percaya dan meresponi
menafsrikan kitab Roma dan juga untuk panggilanNya”. 16 “Tuhan memilih orang
menyanggah Pelagius (360-419). yang telah Ia kenal”. Demikian rumusan
Agustinus condong kepada paham Agustinus pada awalnya. Namun dua tahun
predestinasi ganda, bahwa iman seseorang setelah pernyataan ini, Agustinus
adalah efek dari pilihan Allah. Pendapat ini menafsirkan ulang Roma 8:29 dan
menjadi tegas karena tidak setuju dengan menyimpulkan secara berbeda. “Tuhan
doktrin hamartologi pelagius13, bahwa yang memilih secara aktif dan anugerah
manusia tidak lahir dengan status selalu menang dari keinginan manusia”. 17

11
John R. Sachs, “Apocatastasis in memilih berdasarkan pengetahuanNya atas
patristic theology.” Theological studies 54, no. 4 kehendak bebas manusia.
(1993), 617-638. Klemens dari Aleksandria,
15
Origen, Gregorius dari Nazianzus, dan Gregorius Alister E. McGrath, Christian Theology,
dari Nyssa sama-sama menekankan “harapan 350
dalam kemurahan Tuhan yang tak 16
terbatas”. Apocatastasis berarti “Allah ingin Augustine quoted in Ancient Christian
kembali kepada rencana semula bahwa manusia Commentary on Scripture, New Testament, 6:235.
ingin diselamatkan”. Juga telah dijelaskan oleh Agustinus dalam
karyanya “book III of De libero arbitrio,391-395.
12
Origen akhirnya dikucilkan dalam Pemikiran ini juga tertuang dalam karya Agustinus
Konsili Konstantinopel pada tahun 543 dan yang diterjemahkan oleh Thomas Williams,
Konstantinopel Kedua pada tahun 553. Augustine, On Free Choice of the Will
(Indianapolis: Hackett, 1993), 78.
13
Kirk R. MacGregor, A Molinist-
17
Anabaptist Systematic Theology (Lanham, Md.: Komentar Agustinus atas
University Press of America, 2007), 22-25 kitab Roma yang dicetak dan
terjemahkan oleh Paula Fredriksen
14
Sebelumnya Agustinus mengikuti Landes Augustine on Romans, (Chico,
konsep predestinasi Gereja mula-mula bahwa Allah Calif.: Scholars, 1982)
Untuk menjawab sebuah pertanyaan dari memperkenalkan gagasan “manusia yang
temannya, Agustinus mengatakan, “Tuhan tak berdaya” 21 yang menjelaskan bahwa
tidak memilih Yakub atas dasar Allah bisa memperlakukan manusia sesuai
pengetahuanNya atas iman Yakub”18 Sejak seleranNya, Pelagius marah dan melakukan
saat itu, Agustinus mulai menekankan perlawanan. Selama sepuluh tahun,
kedaulatan Allah dan anugerahNya Pelagius ibarat bocah gemuk yang mencoba
dibandingkan kehendak manusia. 19 berperang melawan “raksasa”. 22
Kedua; Teks predestinasi lainnya
Konteks Sosial dan Pengalaman dalam yang digunakan oleh Agustinus adalah
Predestinasi Agustinus Yohanes 15:16. Dari teks ini, Agustinus
Beberapa konteks historis yang menyimpulkan bahwa Allah tidak
melatarbelakangi kemunculan konsep menyelamatkan atau menghukum
predestinasi di masa Agustinus dapat berdasarkan tindakan mereka di masa
disingkat dalam daftar berikut; depan. Pernyataan ini bermula karena
Pertama; Dalam karya besarnya adanya kasus bayi yang meninggal tetapi
“confessions”, Agustinus mengisahkan belum sempat dibaptis. Agustinus merasa
kehidupan pribadinya dan merenungkan bahwa jika seorang bayi meninggal dan
bagaimana anugerah Allah itu begitu besar tidak sempat untuk dibaptis, berarti Allah
sehingga tidak layak untuk diterima, memilih tanpa dipengaruhi oleh keberadaan
mengingat kehidupan seksualnya yang liar. manusia. Karena pada saat yang sama, ada
Juga mengingatkannya, bahwa sebelumnya orang yang hingga masa tua tetap tidak mau
ia adalah orang yang skeptis dalam hal dibaptis.
agama.20 Ketika Agustinus mulai

18
Paula Fredriksen, “Paul and apa yang Kau perintahkan, dan perintahkan aku
Augustine: Conversion Narratives, untuk melakukan apa yang Kau mau”. Frase ini
Orthodox Traditions, and the Retrospective adalah sebuah pernyataan yang membangkitkan
Self,” Journal of Theological Studies, 37 kemarahan Pelagius.
(1986): 33-34.
21
Augustine, On the Predestination of the
19
Allan D. Fitzgerald, Quoted in James Saints (De praedestinatione sanctorum), in Four
Wetzel, ” in Augustine through the Ages: An Anti-Pelagian Writings. Diterjemahkan oleh John
Encyclopedia (Grand Rapids, Mich.: Eerdmans, A. Mourant and William J. Collinge, in The
1999), 798 Fathers of the Church, vol. 86 (Washington, D.C.:
Catholic University Press of America, 1992), 259-
20
Confessions, 10.29.40. Diterjemahkan 260.
oleh R. S. Pine-Coffin (London: Penguin, 1961),
22
233. Sebuah “quote” Agustinus yang terkenal pada John Ferguson, Pelagius: A Historical
bagian ini adalah, “Give me the grace to do as you and Theological Study (Cambridge: Heffer and
command, and command me to do what you will,” Sons, 1956), 45.
yang berarti “Beri aku anugerah untuk melakukan
Ketiga; Dari kasus bayi-bayi Pada masa Agustinus, perbincangan
meninggal dan kasus bayi yang lahir tentang predestinasi terus menimbulkan pro
cacat 23, di kemudian hari Agustinus lebih dan kontra 25. Pergolakan yang besar
tegas merumuskan konsep predestinasinya. muncul sejak John Cassian menyanggah
Bahwa semua manusia yang lahir memang Agustinus. Cassian sering disebut sebagai
penuh dengan dosa dan keburukan. Tidak pendiri gagasan “neo pelagianisme” 26
mungkin seseorang bertemu dengan Tuhan karena dianggap mempopulerkan gagasan
jika bukan karena anugerah Allah. Allah “Allah yang bekerjasama dengan
hanya memberi anugerah sesuai dengan manusia”27 dalam proses keselamatan. I
kerelaan hatiNya. Akibatnya, muncul Timotius 2:4 merupakan dasar Alkitab yang
dilema teologis yang diwariskan oleh digunakan oleh Cassian untuk membangun
Predestinasi Agustinus. Karena kasus bayi teorinya. Cassian bersikukuh bahwa Allah
adalah topik berat dalam isu soteriologi, berkeinginan menyelamatkan semua
maka Agustinus membuat sebuah “skak manusia. 28 Perdebatan seabad yang
mat” yang menutup pintu diskusi. Ia berbelit-belit ini ditengahi oleh konsili
menyarankan untuk tidak perlu dengan mendukung Agustinus tetapi
mempertanyakan alasan pemilihan Allah. dengan klarifikasi supaya tidak
“Sebagai ciptaan yang telah berdosa, menekankan takdir. 29 Setelah perdebatan
seharusnya manusia tidak perlu Agustinus dan Pelagius, muncul John
mempertanyakan kebijakan Allah.24 Cassian (360–435) yang menolak gagasan
“Allah hanya memilih sebagian orang”. 30

23 28
Martha Ellen Stortz, “Where or When Ralph W. Mathisen, Ecclesiastical
Was Your Servant Innocent?’ Augustine on Factionalism and Religious Controversy in Fifth-
Childhood,” in The Child in Christian Thought. Century Gaul (Washington, D.C.: Catholic
Dicetak oleh Marcia J. Bunge (Grand Rapids, University of America Press, 1989), 129-131
Mich.: Eerdmans, 2001), 95.
24
Augustine, On the Gift of Perseverance,
29
296. Rebecca Harden Weaver, Divine Grace
and Human Agency: A Study of the Semi-Pelagian
25
Peter Brown, Augustine of Hippo: A Controversy (Macon, Ga.: Mercer University Press,
Biography, edisi revisi (Berkeley: University of 1996), 27. Kelly, Early Christian Doctrines, 371–
California Press, 2000), 410 72
26 30
J. N. D. Kelly, Early Christian Gregg R. Allison, Historical Theology:
Doctrines, edisi revisi (San Francisco: Harper and An Introduction to Christian Doctrine, 457-460.
Row, 1978), 370-372. Dalam konflik ini, Agustinus memunculkan konsep
“reprobasi” dan signifikansi “baptisan”. Dalam
27
Peter Brown, The Rise of Western Baptisan, orang berdosa menerima anugerah dan
Christendom: Triumph and Diversity, A.D. 200– selanjutnya dimampukan untuk mengikut Kristus.
1000, Edisi kedua (Malden, Mass.: Blackwell,
2003), 89-90
600 tahun kemudian, Anselmus (1033- keadaan saat itu. Keempat; Agustinus
1109) dan Thomas Aquinas (1225–1274) menekankan anugerah Allah yang besar
mengadopsi gagasan “predestinasi- dan tidak dapat ditolak bermula dari
baptisan” Agustinus. Walau demikian, pengalaman pribadi berupa latar belakang
Thomas Aquines menekankan pemilihan kehidupan yang buruk.
yang lebih moderat. 31 Penjelasan berikut
akan membuka ruang hipotesa-hipotesa KONTEKS PREDESTINASI MASA
yang baru. SKOLASTIK - LUTHER & ZWINGLI
Melihat rumusan awal predestinasi Setelah masa Agustinus, kehidupan
Agustinus yang cenderung moderat dan manusia di Eropa menekankan kehendak
akhirnya mengalami perubahan, bebas. Itulah sebabnya, sekitar tiga abad
memberikan sebuah ruang terbuka untuk kemudian, predestinasi ganda yang kembali
mempertanyakan alasan di balik digaungkan oleh Gottschalk (806- 869)
perkembangan ide itu. Pertama; Pada ditolak mentah-mentah oleh Hincmar dan
awalnya Agustinus mengikuti pendekatan Gereja.32 Ia bahkan dipukuli dan dipenjara
Bapa Gereja lainnya yang seimbang dalam atas ijin dan keputusan para uskup. Dia
membicarakan antara Kedaulatan Allah ditolak hingga akhir hidupnya.33 Konteks
dengan Kehendak Bebas Manusia. Kedua; pada masa ini adalah; Gereja memiliki
Agustinus memberi penekanan baru dalam peran dan pengaruh yang besar terhadap
predestinasinya karena hendak pemerintahan. Dengan demikian,
menyanggah doktrin hamartologi Pelagius. kepentingan antara Gereja dan Negara
Ketiga; keadaan buruk yang menimpa cenderung tidak dapat dipisahkan. Dengan
orang-orang percaya saat itu, seperti kata lain, aspek teologi sangat dipengaruhi
kematian bayi atau bayi dari orang tua oleh aspek sosial-pemerintahan (negara).
Kristen yang lahir cacat mendorong Setelah perseteruan antara
Agustinus untuk mendekati teks Gottschalk dan Hincmar, Gereja hendak
Predestinasi dari aspek sistematika untuk menggabungkan unsur insani dan ilahi
menjawab pertanyaan logis yang lahir dari dalam keselamatan. Mengikuti konsili

31 33
Matthew Levering, Predestination: Jaroslav Pelikan, The Christian
Biblical and Theological Paths, 45. Aquines juga Tradition: A History of the Development of
menghargai kebebasan manusia dalam Doctrine, vol. 3, The Growth of Medieval Theology
perbincangan predestinasi (600–1300) (Chicago: University of Chicago Press,
1978), 80-95.
32
D. E. Nineham, “Gottschalk of Orbais:
Reactionary or Precursor of the Reformation?”
Journal of Ecclesiastical History 40 (1989), 1-18
orange kedua yang berpendapat bahwa (sekitar 1225-1274), yang mengajukan
orang-orang pilihan dimungkinkan “Summa Theologiae” tentang keajaiban
mendapat rahmat dalam sakramen baptisan, sakramen dan doa bagi orang mati. Paus
maka percakapan tentang predestinasi Urbanus IV disebut telah menugaskan
dihubungkan dengan sakramen. Pertanyaan Aquines untuk menulis liturgi untuk Corpus
dasarnya adalah, bagaimana menyiasati Christi (Ekaristi) 36, dimana nyanyian
bahwa Allah hanya memilih sebagian tentang kebangkitan orang mati
orang? Solusi yang ditawarkan adalah, dikumandangkan di jalan-jalan Eropa. 37
“Allah hanya mengijinkan orang-orang Sakramen Maha Kudus pada saat itu
pilihan untuk dibaptis”. 34 Di masa ini, dianggap sebagai sarana untuk
sakramen seperti menjadi sebuah tanda menyampaikan anugerah Allah kepada
bahwa seseorang adalah umat pilihan orang-orang pilihan.38
Allah. 35 Konteks yang perlu digarisbawahi Walaupun pada awalnya Aquines
pada masa ini adalah bahwa umat perlu menganut predestinasi moderat dan agak
dibawa ke Gereja untuk mengikuti bias39, namun pada akhirnya Thomas
sakramen dan dengan demikian lebih Aquines mengikuti jejak Agustinus.
mudah untuk memerintah umat dari aspek Mengenai masalah teologis bahwa Tuhan
pemerintahan. tidak adil karena hanya memilih sebagian
Kemunculan universitas-universitas orang, Aquines menyebut bahwa “Tuhan
di Eropa telah melahirkan pemikir-pemikir baru bisa disebut tidak adil jika Ia
besar dalam bidang keagamaan. Salah satu berhutang kepada manusia”.40 Walau
skolastik terkenal adalah Thomas Aquinas Thomas Aquines menyetujui gagasan besar

34 38
Henry Bettenson and Chris Maunder, Miri Rubin, Corpus Christi:
Documents of the Christian Church, edisi ketiga. The Eucharist in Late Medieval Culture,
(New York: Oxford University Press, 1999), 67 187
35 39
Margaret R. Miles, The World Made Joseph P. Wawrykow, The Westminster
Flesh: A History of Christian Thought (Malden, Handbook to Thomas Aquinas (Louisville, Ky.:
Mass.: Blackwell, 2005), 137 Westminster John Knox, 2005), 131.Dalam konsep
predestinasi, awalnya Aquines sangat hati-hati. Dia
36
Miri Rubin, Corpus Christi: membedakan penyebab keselamatan dengan dua
The Eucharist in Late Medieval Culture istilah. Pertama penyebab primer (oleh Allah) dan
(Cambridge: Cambridge University Press, penyebab sekunder (oleh manusia). Aquines
1991), 185-189. menekankan pentingnya doa doa dan iman
37
Jacques Le Goff, The Birth of 40
Thomas Aquinas, Summa Theologiae,
Purgatory, diterjemahkan oleh Arthur Goldhammer I.23.8, vol. 5, God’s Will and Providence (Ia. 19-
(Chicago: University of Chicago Press, 1984), 61- 26). Diterjemahkan oleh Thomas Gilby (London:
85. Pada saat itu sebagaian memercaya bahwa Eyre and Spottiswoode, 1967), 123-129, 141.
dalam purgatorylah orang-orang dipilih.
predestinasi, namun ia tidak mengingkari menegaskan bahwa tanpa mengakomodir
bahwa sakramen juga dalam satu titik kehendak bebas manusia, berita Injil hanya
sangat berjasa. Pada saat itu, sudah menjadi bermanfaat bagi manusia yang tidak
pengakuan umum bahwa misa dan doa-doa bertanggungjawab. Tanpa menunggu lama,
mengandung “magic” dan dapat memaksa Luther memberi tanggapannya atas koreks
Tuhan. 41 Erasmus. 44 Dalam menjelaskan kehendak
Allah yang sempurna dan pasti benar,
Konteks Ilmu Filsafat dalam Luther juga menegaskan bahwa pada saat
Predestinasi Martin Luther & Zwingli yang sama kehendak Allah itu tidak dapat
Predestinasi Martin Luther pada dihalangi. 45 Luther membedakan antara
awalnya muncul karena dua hal. Pertama; kehendak Allah yang “tersembunyi” (deus
kebangkitan para sarjana “skolastik” di absconditus) dengan kehendak Allah “yang
Eropa yang berteologi dengan fundasi dinyatakan” (deus revelatus). Artinya, ada
filsafat. Kedua; kemerosotan moral di kehendak Allah yang mengatur Allah
Gereja dan pemujaan upacara sakramental. dengan sempurna sehingga keputusanNya
Itulah sebabnya bahwa sejak awal, Erasmus sempurna adanya walau tidak dapat
mengkritik Luther (1483-1546) dengan dipahami oleh nalar manusia. Karena
alasan yang lebih condong kepada program kehendak Allah adalah efektif dan tidak
moral dan humanistik reformasi gereja, 42 dapat dihalangi, karena itu adalah kekuatan
kemudian menghubungkannya dengan dari sifat ilahi itu sendiri.
kehendak bebas manusia untuk Meskipun tidak ada perbedaan antara apa
menanggapi injil atau tidak.43 Erasmus yang kita ketahui tentang kehendak Allah

41
Keith Thomas, Religion and the Decline Election, and Wittenberg Theological Method:
of Magic: Studies in Popular Beliefs in Sixteenth From Martin Luther to the Formula of Concord,
and Seventeenth Century England (New York: Lutheran Quarterly Books (Grand Rapids, MI:
Oxford University Press, 1971), 48-52 Eerdmans, 2005). Luther menulis, “Christian faith
is entirely extinguished, the promises of God and
42
Erasmus’s De libero arbitrio, the whole gospel are completely destroyed, if we
diterjemahkan oleh Ernst F. Winter, Erasmus- teach and believe that it is not for us to know the
Luther: Discourse on Free Will (New York: necessary foreknowledge of God and the necessity
Continuum, 1961), 3-70 of the things that are come to pass. For this is the
43
one supreme consolation of Christians in all
Perselisihan antara Luther dengan adversities, to know that God does not lie, but does
Erasmus dapat dilihat dalam terjemahan Gerharde all things immutably, and that his will can neither
O. Forde, The Captivation of the Will: Luther vs. be resisted nor changed nor hindered”. Luther
Erasmus on Freedom and Bondage, dicetak oleh menegaskan bahwa kehendak Allah tidak bisa
Steven D. Paulson, Lutheran Quarterly Books dihalangi oleh siapapun.
(Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2005)
45
44
Martin Luther, The Bondage of the Will,
Martin Luther, The Bondage of the Will, LW 33:289
LW 33:43. Terjemahan Kolb, Bound Choice,
dalam Injil tentang Kristus dan apa yang keselamatan Gereja yang mengandalkan
tetap tidak dapat kita aksesi, kita tidak kebaikan manusia. Keempat; Setelah
pernah dapat sepenuhnya memahami atau Reformasi, Predestinasi Martin Luther
memahami kedalaman kehendak dikembangkan untuk menyeimbangkan
Allah. 46 Dalam konsep predestinasi, Luther kedaulatan Allah dengan manusia (supaya
tidak secara tegas berbicara tentang menghindari manusia yang tidak
penentuan Allah. Ia hanya menekankan bertanggungjawab). Kelima; Predestinasi
bahwa orang berdosa tidak mungkin dapat abad pertengahan menghangat karena
selamat tanpa anugerah Allah yang pemerintahan Gereja sangat berpengaruh
sempurna. 47 atas jalannya pemerintahan sehingga sistem
Dari penjabaran diatas, dapat kedaulatan Allah hendak dibawa ke sistem
disimpulkan bahwa konteks kemunculan Gereja. Medianya melalui pentingnya
predestinasi Martin Luther dan Zwingli sakramen
dipengaruhi beberapa hal. Pertama;
Predestinasi abad ke-5 hingga abad ke- Perkembangan Pemahaman
9pertengahan tidak terlalu menghangat Predestinasi Pasca Martin Luther
karena Dunia menekankan kehendak Dalam perkembangan waktu,
manusia. Upacara sakramental dari abad penerus Luther membuat perkembangan
ke-9 hingga abad ke-14 semakin menguat yang cukup signifikan atas ide Luther
hingga membawa Gereja kepada rel yang tentang “kedaulatan Allah”. Salah satunya
salah. Kedua; Predestinasi pada zaman datang dari Philipp Melanchthon (1497–
skolastik, filsuf dan teolog mulai 1560), yang ketika menulis sebuah karya
menggunakan pendekatan filsafat untuk berjudul “Loci Communes”48 pada tahun
menjawab pertanyaan-pertanyaan logis 1521 masih menjaga gagasan Luther tetapi
yang otomatis muncul dalam percakapan telah mulai menekankan pentingnya
predetinasi. Ketiga; Predestinasi Martin pemberitaan Injil. Dalam karya selanjutnya,
Luther dilatarbelakangi konsep Philipp mulai menekankan ajaran

46 47
Martin Luther, The Bondage of the Will, Paul Althaus, The Theology of Martin
LW 33:290. Luther menjelaskan, “For if his Luther, diterjemahkan oleh Robert C. Schultz
righteousness were such that it could be judged to (Philadelphia: Fortress, 1966), 274-282. Itu
be righteous by human standards, it would clearly sebabnya Luther tidak mengeksposisi teks-teks
not be divine and would in no way differ from predestinasi seperti Roma 9 dan Efesus 1.
human righteousness. But since he is the one true
48
God, and is wholly incomprehensible and Philipp Melanchthon, Loci Communes
inaccessible to human reason, it is proper and (1521) dicetak oleh Wilhelm Pauck, LCC 19
indeed necessary that his righteousness should be (Philadelphia: Westminster, 1969), 25–26
incomprehensible”.
“sinergitas” dan janji Universal Injil.49 Di predestinasi dengan menggunakan
sini ia mulai mempertimbangkan kehendak pendekatan skolastik sehingga
manusia dalam merespon Injil. menggabungkan pendekatan teologi
Salah satu junior Luther adalah dengan logika. 53 Vermigli pada awalnya
Zwingli. Dalam percakapan tentang melihat predestinasi dari aspek yang luas
Predestinasi, Zwingli menekankan aspek dan umum, kemudian menghubungkannya
pemeliharaan Allah.50 Zwingli yakin bahwa dengan kehendak positif Allah dalam
Predestinasi adalah aspek dari pemilihan dan kehendak Tuhan yang
pemeliharaan Allah yang berkaitan dengan negatif atau permisif dalam penolakan.
kehendak Allah yang baik dan murah hati Mengenai reprobasi, ia
untuk memberikan keselamatan kepada menggunakan istilah “permisif” atau
orang-orang pilihan. Tetapi penekanan “pasif” dari Allah yang Maha Suci. Allah
pemilihan yang dimaksud oleh Zwingli menolak orang yang tidak dipilih secara
adalah tentang “kemurahan hati” Allah. pasif dengan cara menahan cintaNya
Zwingli menghindari untuk kepada mereka. Dengan kata lain, Vermigli
memperlihatkan Allah sebagai pencipta tidak setuju adanya kehendak Allah yang
yang secara aktif menolak dan efisien dalam penolakan Allah terhadap
menghukum. 51 Bagi dia, pemilihan sebagian orang. Kesimpulannya tentang
berbicara tentang kasih Allah kepada reprobasi tidak diragukan lagi bahwa Allah
manusia yang telah berdosa.52 memutuskan untuk tidak berbelas kasihan
Selain Zwingli, teolog yang pada mereka yang belum/tidak Ia cintai. 54
menjelaskan predestinasi secara berbeda Secara singkat, Allah hanya aktif dalam
dengan Calvin adalah Peter Martyr pemilihan tetapi pasif dalam penolakan. 55
Vermigli. Dia mendekati paham

49 52
Melanchthons Werke in Auswahl, Huldrych Zwingli, On Providence and
dicetak oleh Robert Stupperich, volume 2 Other Essays, 180
(Gütersloh: Bertelsmann, 1955), 243
53
John Patrick Donnelly, Calvinism and
50
Huldrych Zwingli, On Providence and Scholasticism in Vermigli’s Doctrine of Man and
Other Essays, Cetakan dan terjemahan William Grace, Studies in Medieval and Reformation
John Hinke (1922; Durham, NC: Labyrinth, 1983). Thought 18 (Leiden: Brill, 1976), 3-32, 116-149.
Menurut Zwingli, dalam pemeliharaan Allah,
54
terdapat pemerintahan yang abadi dan tidak dapat Vermigli, Loci communes, 3.1.5.
diubah”. 55
Donnelly, Calvinism and Scholasticism,
51
Gottfried W. Locher, Zwingli’s 125-129. James, “Peter Martyr Vermigli,” 52-71.
Thought: New Perspectives, Studies in the History Doktrin Vermigli mendekati Bullinger dalam
of Christian Thought 25 (Leiden: Brill, 1981), 120- beberapa hal tetapi memiliki penekanan yang
132. berbeda. Predestinasi Bullinger yang pada dasarnya
bersifat infralapsarian: pemilihan Allah untuk
LATAR BELAKANG PREDESTINASI Kristus dalam Ekaristi” telah dikenal luas
CALVIN saat itu. 56 Bukan hanya Luther, John Knox
Predestinasi ganda Calvin diyakini (1513-1572) yang merupakan salah satu
merupakan kristalisasi dari konteks- murid Calvin dan anti katolik juga
konteks kemunculan predestinasi mengembangkan tradisi acara tahun
sebelumnya. Artinya, konteks kemunculan (biasanya selama 4 hari). Pusat dari
predestinasi ganda versi Calvin tidak jauh perayaan ini adalah Perjamuan Tuhan. 57
berbeda dengan latar belakang kemunculan Walau aspek sakramental tetap ada, namun
gagasan predestinasi Agustinus dan tokoh protestan awal menghilangkan aspek
sesudah Agustinus. “perantara antara individu dan Allah”
seperti yang dipahami oleh Gereja pada
Predestinasi Luther yang Bercampur abad pertengahan.
Sakramen Pertama, pada zaman pertengahan,
Latar belakang pelayanan Calvin Predestinasi dicapai melalui sakramen.
sebagai teolog dan rumusan bersifat Sedangkan pada masa protestan awal,
doktrinal yang dilahirkannya tidak dapat predestinasi dicapai melalui kontemplasi.
dipisahkan dari reformasi yang dilakukan Sebuah kesadaran diri bahwa manusia tidak
oleh Martin Luther. Ketika Luther berdaya di hadapan Allah. Ketika Luther
melakukan Reformasi, elemen menyanggah gagasa humanisme Erasmus,
sakramentalisme yang merupakan warisan Luther menjelaskan panjang lebar bahwa
abad pertengahan masih tetap ada. menyerahkan diri pada kehendak ilahi yang
Walaupun Protestan menolak tak dapat dipahami merupakan keyakinan
transubstansiasi dan api penyucian, namun yang murni karena memperlihatkan
iman Luther tentang “kehadiran nyata

menyelamatkan sebagian orang mengasumsikan


kejatuhan semua manusia ke dalam dosa (homo
56
creatus et lapsus). Juga, dengan mengaitkan Kutipan Heiko A. Oberman, Luther:
predestinasi secara positif dengan pemilihan dan Man between God and the Devil, Diterjemahkan
hanya secara pasif dengan reprobasi, ia berbagi oleh Eileen Walliser-Schwarzbart (New York:
perlawanan Bullinger dengan menempatkan setiap Image, 1992), 232. Kepada mereka yang akan
hubungan langsung antara kehendak Tuhan dan menjelaskan arti roti dan anggur dalam istilah yang
reprobasi. Fakta bahwa beberapa tidak murni simbolis, Luther bercanda, "Sebelum aku
diselamatkan tidak dapat dianggap berasal dari hanya minum anggur dengan orang-orang fanatik,
kehendak Allah yang efisien atau aktif. Mereka aku lebih suka menerima darah dengan paus”.
hanya dibiarkan dalam kondisi mereka yang jatuh, 57
suatu kondisi di mana Tuhan tidak memikul Leigh Eric Schmidt, Holy Fairs:
tanggung jawab atas kejatuhan itu. Kehendak Scottish Communions and American Revivals in the
Tuhan dalam hubungannya dengan kaum reprobat Early Modern Period (Princeton, N.J.: Princeton
hanyalah pasif, tidak aktif. University Press, 1989), 43-47
keagungan Allah yang mutlak. 58 Kehendak Martin Luther juga akhirnya menghinggapi
manusia dalam bentuk hak asasi itu Calvin di kemudian hari. Warisan
sebenarnya tidak ada. Menurut tradisi, perselisihan ini mendorong Luther untuk
Luther dipengaruhi oleh “teologi menghidupkan kembali gagasan Agustinus
nominalisme Oackham. 59 Lebih lanjut, yang sebelumnya juga telah diajarkan oleh
Luther memberi sebuah ilustrasi, “bahwa Gregory dari Rimini (1300-1358). Gregory
manusia ibarat kuda atau binatang buas menegaskan kembali bahwa Allah memilih
yang ditunggangi antara Tuhan atau Iblis. dan menyelamatkan seseorang tanpa peduli
Manusia tidak berdaya untuk memilih siapa dengan perilakunya di masa depan. Lalu
yang menunggangi. Tetapi para apa hubungan predestinasi dengan
penunggang bersaing untuk mengendalikan sakramental pada masa Luther dan Calvin?
manusia”60. Walau Martin Luther telah Ketika banyak orang mempertanyakan
menjelaskan konsep kedaulatan Allah tentang kedaulatan Allah dalam pemilihan,
dengan menggunakan ilustrasi yang itu karena manusia selalu menggunakan
demikian. rasionalitasnya. Sisi rasio ini perlu diusir
Kedua; problematik yang karena sakramen mengandung aspek
ditinggalkan oleh kaum Skolastik. Jauh “antirasional”. 62 Sebuah gagasan yang
sebelum Luther dan Calvin, William tidak disetujui oleh Calvin.
Ockham (1285-1347) telah berselisih
dengan predestinasi Thomas Aquines. 61 Konteks Gereja dan Penghiburan bagi
Luthter agak kebingungan dengan konsep Kaum Puritan
“manusia melakukan yang baik dengan Latar belakang kemunculan teologi
dibantu oleh kasih karunia” yang Calvin tidak dapat dipisahkan dari
disebutkan oleh Aquinus. Dan kebingungan hubungan Gereja dan Negara pada masa itu.

58 61
Martin Luther, De servo arbitrio, Steven Ozment, The Age of Reform,
Diterjemahkan oleh Philip S. Watson and B. 1250–1550: An Intellectual and Religious History
Drewery, in Luther and Erasmus: Free Will and of Late Medieval and Reformation Europe (New
Salvation (Philadelphia: Westminster, 1969), 121- Haven, Conn.: Yale University Press, 1980), 233-
124 236. Garis besar predestinasi Thomas Aquinas
adalah, “bahwa manusia memiliki cukup
59
Richard Marius, Martin Luther: The kemampuan alami untuk memulai keselamatan
Christian between God and Death (Cambridge, mereka sendiri dengan "melakukan yang terbaik,"
Mass.: Harvard University Press, 1999), 456- yang diberikan Allah dengan bantuan kasih karunia
461 Allah”
60
Martin Luther, De servo arbitrio, 62
Heiko Augustinus Oberman, The
Diterjemahkan oleh Philip S. Watson and B. Harvest of Medieval Theology: Gabriel Biel and
Drewery, in Luther and Erasmus: Free Will and Late Medieval Nominalism (Durham, N.C.: Duke
Salvation, 140. University Press, 1983), 187-190
Gereja yang mengandung aspek teologis 1603) yang menggantikan Lady Mary.
harus dicampur-adukkan dengan Negara Elizabeth mengaku sebagai Protestan yang
yang notabene murni berlandaskan prinsip membumbuinya dengan berbagai upacara
sosial-politik. Jadi, background kehidupan karena juga berusaha menjaga hubungan
Sosial dan Teologi Calvin (1509-1564) baik dengan Katolik. Tetapi di sisi lain, ia
tidak dapat dipisahkan dari pergolakan sangat keras terhadap kaum Puritan.
Gereja dan sosial yang terjadi pada masa Predestinasi di jaman Reformasi
itu. Salah satunya dimulai dari gejolak yang memiliki keterkaitan dengan sejarah
terjadi di Gereja Inggris. Henry VII (1457 - bangkitnya kaum puritanisme. Pada
1509) memberi warisan kepada anaknya, awalnya Raja Henry VIII (1491-1547)
Henry VIII dengan luka perang mawar. nyaman dengan sakrammentalisme
Ketika Henry VIII (1491- tradisional katolik.63 Namun setelah
1547) memerintah, peristiwa bersejarah perpisahannya dengan Gereja Katolik,
terjadi di sini. Untuk pertama kali, Gereja Kerajaan Inggris berada di bawah
Inggris berpisah dari Katolik sehingga hal pemerintahan Gereja Inggris yang
itu menimbulkan konflik yang serius. cenderung Protestan tetapi tanpa
Setelah masa ini, dengan konsep “Raja meninggalkan upacara-upacara khas.
Ilahi” Henry ingin dianggap sebagai Raja Ketika Henry digantikan anaknya, Edward
yang berdaulat penuh atas rakyat. Banyak VI, Inggris menganut paham predestinasi
eksekusi yang ia lakukan untuk mengingat studi masa kecil Edward yang
membuktikan bahwa ia adalah kepala dipengaruhi oleh ajaran Calvin. 64
tertinggi di Pemerintahan dan Gereja. Akibatnya, gagasan predestinasi saat itu
Penerusnya, Edward VI tidak memberi semakin menguat. Bahkan ada pepatah
pengaruh yang signifikan (1537-1553), pada waktu itu yang terkenal, “teologi tanpa
hingga pada masa Lady Mary I (1516- doktrin predestinasi, ibarat sebuah desa
1558) yang sempat mengembalikan Gereja tanpa pangeran Denmark”.
Inggris ke pangkuan Gereja Katolik. Tetapi Masalahnya terletak pada pengganti
tidak lama setelah itu, Elizabeth I (1533- Edward, yaitu lady Mary (saudara tiri

63
Ketika Henry menolak rumusan Martin University Press, 1996), 614. Cranmer adalah
Luther, Paus Leo X memberi penghargaan kepada orang yang mempengaruhi Edward untuk
Raja Henry VIII atas respeknya kepada sakramen- mengesahkan “42 Artikel” tentang azas-azas
sakramen Gereja. Hubungan yang harmonis ini kekristenan dengan konsep besar predestinasi di
kandas setelah kasus “pembatalan pernikahan dalamnya. (Pasal 17 berbunyi, “Sebelum dunia
Henry dengan Chaterine dari Aragon”. dijadikan, Tuhan telah memutuskan untuk
menyelamatkan sebagian orang yang telah Ia
64
Diarmaid MacCulloch, Thomas pilih”).
Cranmer: A Life (New Haven, Conn.: Yale
Edward). Ia mengeksekusi orang-orang masuk ke dalam paham Perkins. Elizabeth
yang menganut paham predestinasi, juga berjaga-jaga dengan kebangkitan
termasuk Cranmer. Mary lebih tertarik katolik sehingga memicunya untuk lebih
dengan iman protestan yang dicampur gigih membela predestinasi.69 Sekali lagi,
dengan upacara-upacara. Kebijakan ini masa itu kembali dihiasi oleh “perselisihan
membuat protestan Inggris berhaluan predestinasi” yang bercorak teologi-politik.
predestinasi menjadi pengungsi karena Setelah predestinasi berada dalam
melarikan diri ke benua Eropa. 65 Dalam pusaran pergumulan kerajaan Inggris,
pengungsian, mereka mengembangkan permasalahan yang muncul di kemudian
doktrin takdir dengan bumbu kesalehan, hari lebih bersifat praktis. Para puritan
yang pada akhirnya memunculkan modern mulai menghubungkan
protestan “puritan”. 66 predestinasi dengan pengalaman.
Gagasan predestinasi kembali digaungkan Pergulatan teologinya dimulai dengan
setelah Lady Mary digantikan oleh perrtanyaan; bagaimana saya tahu jika saya
Elizabeth I pada tahun 1558. Elizabeth terpilih? Apakah doktrin “takdir” membuat
kembali menggaungkan 42 artikel tentang kita menjadi gelisah/takut atau sebaliknya
predestinasi67 setelah mendengarkan merasa nyaman?70 Hal yang paling
pemaparan William Perkins68 yang ingin mengganggu kaum protestan saat itu adalah
kembali meneguhkan ajaran Agustinus. “apakah saya ini orang pilihan atau orang
Elizabeth pada akhirnya semakin terbawa yang dikutuk”.

65
Dewey D. Wallace, Jr., Puritans and menangkap pendeta-pendeta yang dianggap pro
Predestination: Grace in English Protestant dengan kaum puritan
Theology, 1525–1695 (Chapel Hill: University of
70
North Carolina Press, 1982), 19-25 Max Weber, The Protestant Ethic and
the “Spirit” of Capitalism and Other Writings, ed.
66
Gerald Bray, ed., Documents of the and trans. Peter Baehr and Gordon C. Wells (New
English Reformation (Minneapolis: Fortress, 1994), York: Penguin, 2002), 73-75. Weber memberi
284-293 pertanyaan tentang keselamatan yang membuat
orang berpikir bahwa keselamatan itu tidak pasti.
67
Patrick Collinson, The Elizabethan Keselamatan bukan melalui pengkhotbah (karena
Puritan Movement (Berkeley: University of Puritan pada akhirnya memberikannya sedikit
California Press, 1967), 21-26 status imamat yang sebenarnya atas seorang awam
yang terpilih), Bukan melalui sakramen (karena
68
Peter Lake, Moderate Puritans and the Puritan menolak pandangan bahwa sakramen
Elizabethan Church (Cambridge: Cambridge membawa anugerah) bukan pula gereja (karena
University Press, 1982), 2-9 meskipun ada upaya untuk menjadikannya sebuah
69
komunitas orang-orang saleh, itu dianggap
Peter Lake, Moderate Puritans and the mencakup umat pilihan dan kaum reprobat), dan
Elizabethan Church (Cambridge: Cambridge bahkan bukan Allah (karena Kristus mati untuk
University Press, 1982), 14-12. Elizabeth mulai orang-orang pilihan saja, sebagaimana diajarkan
oleh ortodoksi Dort dan Westminster).
Pertanyaan Webber menjadi Puritan Amerika, Jonathan Edwards, yang
perdebatan panjang pada saat itu. 71 Namun memberi banyak komentar dan refleksi
yang pasti, perasaan antara cemas dan pasti mengenai kehidupan orang pilihan dan
membawa orang-orang puritan dan Kristen pederitaan.74 Pertanyaan yang dilontarkan
lainnya mencoba membuat jalan tengah. pada masa ini adalah, “jika anda tidak
Bahwa orang yang dipilih oleh Allah akan cemas tentang pemilihan kekal anda, maka
terlihat ketika mereka intropeksi diri dan anda jelas-jelas tidak terpilih”. Maka ada
menggunakan sarana-sarana spiritual untuk konsep “kesusahan sejati” dalam
memastikan dirinya sebagai orang pilihan. predestinasi jenis ini. Dalam kesusahan,
Dengan demikian, mereka tidak setuju mereka melihat ke keyakinan dan
dengan konsep “teologi perjanjian” ketika menimbulkan kenyamanan yang pada
membicarakan predestinasi karena hal itu jaman sakramental didapatkan melalui misa
membuat seseorang menjadi acuh tak atau sakramen.
acuh. 72 Pada masa itu predestinasi hendak
dihubungkan dengan “efek psikologis” Konteks Kepentingan Predestinasi
yang ditimbulkannya. Jika seseorang secara Sosial
dianggap sebagai “kaum pilihan” dari Salah satu pendekatan senior
moral, apakah tidak mirip dengan agama- Calvin, yaitu Luther dan Zwingli dalam
agama yang lain. 73 menjelaskan predestinasi adalah dari sisi
Gagasan Predestinasi kembali sosial. Sebuah pendekatan yang juga
berkembang karena puritan modern diyakini oleh Calvin. Pada saat itu banyak
menghubungankan predestinasi dengan orang-orang buangan Protestan yang
penderitaan. Salah satunya berasal dari melarikan diri dari penganiayaan yang

71
Paul Münch, “The Thesis before Weber: 2000), 169-171. Akibat tulisan Webber,
An Archaeology,” in Weber’s Protestant Ethic: Orang awam puritan yang ingin masuk ke
Origins, Evidence, Contexts. Dicetak oleh Hartmut gereja pasti mengatakan beberapa hal yang
Lehmann and Guenther Roth (Cambridge: ingin didengar pendeta, terlepas dari
Cambridge University Press, 1993), 67 apakah itu selalu mencerminkan sikap
mereka yang paling dalam/jujur.
72
Malcolm H. MacKinnon, “Part I:
Calvinism and the Infallible Assurance of Grace:
The Weber Thesis Reconsidered,” dan “Part II:
74
Weber’s Exploration of Calvinism: The Edwards’s contributions: The Princeton
Undiscovered Provenance of Capitalism,” British Companion to Jonathan Edwards, cetakan Sang
Journal of Sociology, 39 (1988), 143-180. Hyun Lee (Princeton, N.J.: Princeton University
Press, 2005) dan karya yang berjudul, “The
73
Alastair Hamilton, “Max Cambridge Companion to Jonathan Edwards,
Weber’s Protestant Ethic and the Spirit of cetakan Stephen J. Stein (Cambridge: Cambridge
Capitalism,” in The Cambridge Companion University Press, 2007)
to Weber, dicetak oleh Stephen Turner
(Cambridge: Cambridge University Press,
terjadi di beberapa bagian Eropa. Calvin orang dunia dengan dosa-dosanya akan
sendiri adalah seorang pengasingan dari selalu membenci umat pilihan. Keadaan
Katolik Perancis. Sebagai kota refu-gees, yang buruk akan menguji orang-orang
Jenewa sangat sensitif terhadap ancaman pilihan Allah yang pada akhirnya akan
militer Katolik yang semakin meningkat. dibenarkan. Jadi tidak mungkin melepaskan
Kekalahan Liga Protestan Schmalkaldic di gerakan reformasi dari aspek sosial dan
Jerman pada tahun 1547 merupakan sebuah politik.77
tanda ancaman yang nyata. Dalam sejarah, Jadi, dapat diduga bahwa terdapat
ada peristiwa yang dikenal dengan istilah hubungan antara predestinasi dengan
“bloody Mary”, dimana pada tahun 1554 kondisi sosial pada saat itu. Predestinasi
Inggris mengirim orang buangan. 75 Dalam terhubung dengan gagasan bahwa “Allah
kondisi yang begitu buruk, pada masa itu sebagai pememelihara umat pilihan”.
konsep Predestinasi Calvin sangat Komunitas Kristen protestan yang sedang
menolong. terjepit pada saat itu diyakinkan bahwa
Selain karena kehidupan Gerejawi apapun kondisinya, Allah mengendalikan
yang “gelap” bisa disebutkan bahwa nasib mereka. 78 Karena itu, dalam buku III
predestinasi juga lahir dalam konteks dari “institutes”, Calvin seperti membuat
sosial. Sama halnya dengan kemunculan sebuah pedoman praktis bagi orang
Predestinasi Agustinus yang tak bisa percaya. Dari aspek kepentingan
dipisahkan dari kejamnya kekaisaran “pengharapan bagi orang percaya yang
Romawi. Predestinasi pada zaman itu tertekan”, gagasan predestinasi Calvin
merupakan sebuah doktrin penghiburan dan diapresiasi. Tetapi bukan dari aspek
kelangsungan hidup. Adanya hubungan teologinya.
gagasan predestinasi dengan keadaan sosial Misalnya Oberman yang
saat itu mendorong Calvin untuk mengatakan bahwa “doktrin pemilihan
menghubungkan penganiayaan yang tidak Calvin tidak hanya menjijikkan, namun
mungkin terjadi tanpa alasan.76 Orang juga tidak saleh”. Predestinasi Calvin
benar akan selalu menderita karena orang- dianggap hanya berharga dari sudut

75
Termasuk John Knox yang melarikan yang melihat sisi politik dan sosial di masa
diri reformasi
76 78
William J. Bouwsma, John Calvin: A Peter J. Thuesen, Predestination The
Sixteenth-Century Portrait (New York: Oxford American Career of a Contentious Doctrine (New
University Press, 1988), 171-73, 184 York: Oxford University Press, 2009), 28-31
77
Diarmaid MacCulloch, The Reformation
(New York: Viking, 2003), 262-265. Sebuah karya
pengalaman rohani yang memang yang membingungkan. Calvin
diperlukan pada saat itu.79 Oberman mengusulkan supaya konsep pemilihan
menjelaskan predestinasi dalam tiga Allah itu sebaiknya tidak terlalu diganggu
Reformasi berturut-turut: Pertama; gugat dengan pengetahuan manusia yang
Reformasi yang diprakarsai oleh Luther, terbatas karena keingintahuan yang
Kedua; Reformasi kota-kota, dan ketiga; berlebihan dapat menimbulkan bahaya
Reformasi yang dikembangkan oleh para spiritual.82
pengungsi yang dianiaya. Pertanyaannya, Keadaan orang percaya yang
dimana posisi predestinasi Calvin? sedang “lemah” dapat menimbulkan
Menurut Oberman, penekanan predestinasi keraguan atas pemeliharaan Allah. Bagi
Calvin terletak pada pemeliharaan Allah Calvin, tindakan seperti itu juga dapat
sehingga predestinasi jenis ini berada di dikategorikan sebagai sikap mencela Allah.
transisi antara reformasi kedua dan Bagi Calvin, “Allah tidak dengan sengaja
ketiga.80 Melihat predestinasi Calvin harus membiarkan orang-orang percaya”. 83
menghubungkannya dengan gagasan besar Untuk menekankan gagasan ini, Calvin
bahwa Allah adalah tempat perlindungan merujuk pendapat Agustinus tentang kasus
yang hebat bagi umat pilihan Allah.81 pemilihan Yakub vs Esau dan
Karena itu, jika predestinasi menyimpulkan aspek kedaulatan Allah di
dipertanyakan baik secara filosofis maupun dalamnya. 84 Calvin membuktikan konsep
teologis, Calvin merasa kesulitan. predestinasi ganda, bahwa Allah secara
Kesulitan ini mendorong Calvin untuk aktif memilih sebagian orang dan pada saat
mengakui bahwa percakapan tentang yang sama secara aktif menolak. Memilih
“takdir” merupakan sebuah pertanyaan sebagian secara logis berarti menolak

79
Heiko A. Oberman, The Two akan membawa seseorang memasuki labirin,
Reformations: The Journey from the Last Days to dimana ia tidak dapat menemukan jalan keluar”.
the New World, Dicetak oleh Donald Weinstein
83
(New Haven, Conn.: Yale University Press, John Calvin, Institutes of the
2003), 165. Christian Religion, III.21.4, 924-927.
84
80
Ibid, 163-165 John Calvin, Institutes of the Christian
Religion, III.22.11, 947 dan buku III.23.2, 949.
81
Wendel, Calvin, 268-271 Calvin coba memberi jawaban atas pertanyaan,
“Mengapa Tuhan memilih satu dari yang lain”.
82
John Calvin, Institutes of the Christian Calvin menjawab bahwa hal itulah yang
Religion, dicetak oleh John T. McNeill, menyenangkan Allah. Karena kehendak Allah
diterjemahkan oleh Ford Lewis Battles adalah benar, maka pilihanNya atas manusia juga
(Philadelphia: Westminster, 1960), III.21.1, 921- adil. Calvin menolak untuk mempertanyakan
924. “Rasa penasaran manusia tidak akan pernah kehendak Allah atau menganggap Allah tidak
dapat memuaskannya. Bahkan rasa penasaran itu berhikmat karena kebijaksanaan manusia tidak
lebih tinggi dari Allah.
sebagian. Memilih untuk menyelamatkan menjalar ke hingga urusan publik sehingga
sebagian, secara logis juga berarti memilih Bolsec diusir dari kota. Beberapa orang
untuk menghukum sebagian.85 Dalam hal yang mengutuki predestinasi Calvin juga
pendekatan terhadap teks-teks predestinasi menerima perlakuan yang mirip dengan
yang memunculkan polemik, Calvin Bolsec. Menjelang kematian Calvin pada
menafsirkan dengan menggunakan tahun 1564, penjelasan tentang “takdir”nya
pendekatan Agustinus. 86 87
meninggalkan kontroversi-kontroversi
Dalam pemaparannya tentang yang tak terselesaikan. Calvin bahkan
predestinasi ganda, Calvin menegaskan disebut oleh beberapa orang sebagai
bahwa Allah tidak membeda-bedakan “manusia serigala dari teologi reformed”
dalam menerapkan belas kasihan karena dianggap mengajarkan konsep Allah
(anugerah) dan penghukuman. Calvin yang keji. 89 Walau konsep teologi
mengakui bahwa keputusan Allah semacam predestinasi Calvin menimbulkan
ini memang mengerikan (dalam tulisan kontroversi-kontroversi, namun doktrin ini
Calvin “institutes“ pada buku III. 23.7, 955, secara sosiologis menghibur banyak orang
naskah Latinnya memang berbunyi percaya yang saat itu sedang mengalami
“decretum horrible” yang juga dapat pergumulan hebat dan krisis perang yang
diterjemahkan “dekrit yang berkepanjangan.90
menakutkan”).88
Predestinasi Calvin disanggah dengan keras
oleh Jerome Hermes Bolsec sekitar tahun
1550. Perselisihan yang ditimbulkannya

85
Ibid., III.23.1, pp. 947–49. III.24.16, 983-984 dan buku III.21.1, 921. Calvin
Nevertheless, in Calvin’s view, the decrees melihat bukti penolakan Allah secara aktif terhadap
of election and reprobation are not in all orang-orang dalam Alkitab. Salah satunya adalah
aspects parallel (e.g., Christ is the ground kasus “hati Firaun yang keras” (Kel. 4:21) dan
of election but not of reprobation). See the manusia sebagai bejana yang layak dihancurkan
discussion in Fred H. Klooster, Calvin’s (Rm. 9:22). Mengenai adanya kemungkinan
Doctrine of Predestination, 2nd ed. (Grand “keselamatan universal” seperti yang tertulis dalam
Rapids, Mich.: Baker, 1977), 75-79. I Timotius 2:4, Calvin menegaskan bahwa “semua”
yang dimaksud dalam teks itu mengacu kepada
86
Bernard M. G. Reardon, Religious “umat pilihan Allah”.
Thought in the Reformation, edisi kedua (London:
Longman, 1995), 178–80. Tafsiran Calvin terhadap 88
Calvin, Institutes, III.21.1, 921, 931
teks-teks Predestinasi dapat dilihat dalam karya
89
John M. Rist, “Augustine on Free Will and Cottret, Calvin, 323
Predestination,” in Augustine: A Collection of 90
Critical Essays, ed. R. A. Markus (Garden City, Peter J. Thuesen, Predestination The
N.Y.: Doubleday, 1972), 227-228. American Career of a Contentious Doctrine, 30-31

87
Calvin, Institutes, III.23.8, 956.
Kemudian dalam buku III.24.13, 979-982; buku
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil pembahasan, ditemukan


Allison, Gregg R. Historical
beberapa gagasan. Pertama, pemaknaan
Theology: An Introduction to Christian
konsep predestinasi di setiap zaman
Doctrine. Grand Rapids: Zondervan, 2011
berbeda-beda. Hal ini menandakan bahwa
kemunculan paham predestinasi
Augustine, On the Predestination of
dipengaruhi oleh konteks yang berbeda-
the Saints (De praedestinatione
beda. Kedua, gagasan predestinasi ganda
sanctorum), in Four Anti-Pelagian
dimulai dari era Agustinus. Agustinus
Writings. Diterjemahkan oleh John A.
sendiri merintis gagasan tersebut
Mourant and William J. Collinge, in The
berdasarkan latar belakang sosial dan
Fathers of the Church, vol. 86.
pengalaman pribadinya sendiri. Ketiga,
Washington, D.C.: Catholic University
predestinasi di masa Martin Luther
Press of America, 1992.
dipengaruhi oleh pergulatan antara ilmu
filsafat di masa skolastik yang terbentur
Bettenson, Henry and Chris Maunder.
dengan konsep predestinasi Agustinus yang
Documents of the Christian Church, edisi
bermula dari pengalaman pribadi.
ketiga. New York: Oxford
Keempat, predestinasi ganda Calvin
University Press, 1999.
dipengaruhi oleh keadaan Gereja dan
Negara yang tak terpisahkan. Artinya, saat
Bouwsma, William J. John Calvin: A
itu keputusan Gereja mengandung aspek
Sixteenth-Century Portrait. New York:
kepentingan negara yang cenderung politis
Oxford University Press, 1988.
dan sosialis. Dalam konteks tertentu,
predestinasi Calvin dapat berguna positif
Brown, Peter, Augustine of Hippo: A
bagi kalangan yang tertekan secara sosial
Biography, edisi revisi. Berkeley:
dan ekonomi.
University of California Press, 2000.
Saran bagi para sarjana yang hendak
meneliti topik predestinasi adalah,
Collinson, Patrick, The Elizabethan Puritan
hendaknya percakapan tentang predestinasi
Movement. Berkeley: University of
tidak dimulai dari pemaknaan teks
California Press, 1967.
predestinasi berdasarkan analisa teologi
semata, namun juga memperhatikan aspek
historis dan sosial.
Ellen Stortz, Martha, “Where or When Was
Your Servant Innocent?’ Augustine on Lake, Peter. Moderate Puritans and the
Childhood,” in The Child in Elizabethan Church. Cambridge:
Christian Thought. Dicetak oleh Cambridge University Press, 1982.
Marcia J. Bunge. Grand Rapids, Mich.:
Eerdmans, 2001. Levering, Matthew. Predestination.
Biblical and Theological Paths. Oxford
Eric Schmidt, Leigh, Holy Fairs: Scottish : Oxford University , 2011.
Communions and American Revivals in the
Early Modern Period. M. G. Reardon, Bernard. Religious Thought
Princeton, N.J.: Princeton in the Reformation, edisi kedua. London:
University Press, 1989. Longman, 1995.

Ferguson, John, Pelagius: A Historical and MacCulloch, Diarmaid, The Reformation.


Theological Study. Cambridge: Heffer and New York: Viking, 2003.
Sons, 1956.
MacGregor, Kirk R. A Molinist-Anabaptist
Gerald, Bray. Documents of the English Systematic Theology. Lanham, Md.:
Reformation. Minneapolis: Fortress, 1994. University Press of America,
2007.
Harden Weaver, Rebecca, Divine Grace
and Human Agency: A Study of the Semi- Malcolm H. MacKinnon, “Part I: Calvinism
Pelagian Controversy. and the Infallible Assurance of Grace: The
Macon, Ga.: Mercer University Weber Thesis
Press, 1996. Reconsidered,” dan “Part II:
Weber’s Exploration of Calvinism: The
Huldrych Zwingli, On Providence and Undiscovered Provenance of
Other Essays, Cetakan dan terjemahan Capitalism,” British Journal of
William John Hinke. 1922; Sociology, 39, 1988.
Durham, NC: Labyrinth, 1983
Martin Luther, The Bondage of the Will,
Kelly, J. N. D. Early Christian Doctrines, LW 33:43. Terjemahan Kolb, Bound
edisi revisi. San Francisco: Harper and Choice, Election, and Wittenberg
Row, 1978.
Theological Method: From Martin Shank, Robert, Elect in the Son: A Study of
Luther to the Formula of Concord, the Doctrine of Election. Springfield, Mo:
Lutheran Quarterly Books. Westcott, 1970
Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2005.
Thomas, Keith. Religion and the Decline of
Mathisen, Ralph W, Ecclesiastical Magic: Studies in Popular Beliefs in
Factionalism and Religious Controversy in Sixteenth and Seventeenth
Fifth-Century Gaul. Century England. New York:
Washington, D.C.: Catholic Oxford University Press, 1971.
University of America Press, 1989.
Thuesen, Peter J., Predestination The
Oberman, Heiko Augustinus. The Harvest American Career of a Contentious
of Medieval Theology: Gabriel Biel and Doctrine. New York: Oxford
Late Medieval Nominalism. University Press, 2009.
Durham, N.C.: Duke University
Press, 1983. Wallace, Jr, Dewey D. Puritans and
Predestination: Grace in English
Paul Althaus, The Theology of Martin Protestant Theology, 1525–1695. Chapel
Luther, diterjemahkan oleh Robert C. Hill: University of North Carolina
Schultz. Philadelphia: Fortress, Press, 1982.
1966
Walton, John H. Dan Andrew E Hill.
Pelikan, Jaroslav. The Christian Tradition: A Survey of the Old Testament. Grand
A History of the Development of Doctrine, Rapids, Mich: Zondervan,
vol. 3, The Growth of 2000
Medieval Theology (600–1300).
Chicago: University of Chicago Press, Weber, Max, The Protestant Ethic and the
1978. “Spirit” of Capitalism and Other Writings,
ed. and trans. Peter
R. Miles, Margaret. The World Made Flesh: Baehr and Gordon C. Wells. New
A History of Christian Thought. Malden, York: Penguin, 2002.
Mass.: Blackwell, 2005.

You might also like