ID Implementasi Kebijakan Penanganan Tindak

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

³,PSOHPHQWDVL .

HELMDNDQ 3HQDQJDQDQ 7LQGDk Kekerasan Terhadap Perempuan Di


.RWD 6HPDUDQJ 0HODOXL 3XVDW 3HOD\DQDQ 7HUSDGX 337 6(581,´

Oleh :
Frismai Anggit Purnaningsiwi, Sundarso, Aloysius Rengga

Jurusan Administrasi Publik


Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
The policy implementation of the handling of violence againts women in semarang city
through integrated services centre SERUNI, is one of policies by Semarang city government
to facilitate, help, and accompany the victims of gender-based violence, to get justice
demanded their rights by services provide through integrated services centre SERUNI, such
as the handling of complaints, medical service, psychological-spiritual and rehabilitation
service, legal assistance, repatriation and social integration. The purpose of this research is to
find out and analyze the process of implementation, also the factors that support and hinder
LPSOHPHQWDWLRQ %DVHG RQ 9DQ 0HWHU DQG 9DQ +RUQ¶V WKHRU\ factors that support and hinder
such as the goals and basic/standard size policy, Resource policy, communication and
Implementation Activities, the implementing Agency Characteristics, Social, political and
economic conditions as well as the disposition of the Implementor. This research is
qualitative research with a descriptive approach. The result of this research showed that the
existence of SERUNI already well underway, its proven by the growing number of incoming
cases and handle by SERUNI, but in its implementation still hampered by the lack of
PHPEHU¶V FRPPLtment, the lack of resources availability, such as human, finance and
facilities work. Based on the existence obstacles on the policy implementation of the handling
of violence againts women in semarang city through integrated services centre SERUNI, the
author provides recommendations to strengthening the role of SERUNI when counseling the
victims, allocate the budget for the member institutions and fix the disbursement system, add
facilities and infrastructure as well as providing adequate secretariat, more embracing the
victim to open up, support the existence of specialized medical services for victims, handling
the violence by involving two sides, both the victims and the doers, contact the victims
continuity, improve the standart operating procedure, improve the coordination between the
implementing agents, immediatelly legalize the federal regulations on the protection of
women an children in Semarang, tried to input of another funds besides from APBD.
Kata kunci : impelementation, violence againts women, supporting factors, hindering
factors
PENDAHULUAN Sedangkan menurut Pusat Pelayanan
Terpadu SERUNI, di kota Semarang
A. LATAR BELAKANG
sendiri sepanjang tahun 2013
Pada dasarnya kekerasan terhadap
menunjukkan angka sebanyak 92 kasus,
perempuan termasuk dalam suatu bentuk
dengan rincian kasus terbanyak yaitu
diskriminasi yang menghalangi
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
kesempatan perempuan untuk menikmati
Sesuai mandat Konvensi CEDAW
hak-hak dan kebebasannya atas suatu dasar
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
kesamaan hak perempuan dan laki-laki.
1984, negara melakukan upaya
Fenomena kekerasan terhadap perempuan
pencegahan dan penanganan korban
ini kemudian melatarbelakangi adanya
kekerasan terhadap perempuan dan anak
Konvensi PBB mengenai Penghapusan
dengan menerbitkan Undang-Undang
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perempuan (UN Convention on the
Perlindungan anak dan Undang-Undang
Elimination of All Form of Discrimination
Nomor 23 Tahun 2004 tentang
againts Women disingkat CEDAW) pada
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
tahun 1979. CEDAW mulai berlaku tahun
Tangga (UU PDKRT), serta yang terbaru
1981 yang kemudian diratifikasi oleh
yaitu Undang-Undang Nomor 27 Tahun
banyak negara sebagai upaya untuk
2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan
menghapuskan segala bentuk diskriminasi
Orang. Dalam amanat pasal 13 UU
dan kekerasan terhadap perempuan, serta
PKDRT, menyebutkan bahwa pemerintah
menjadikannya sebagai bagian dari
dan pemerintah daerah sesuai fungsi
kewajiban legal. Di Indonesia sendiri
masing-masing menyelenggarakan Pusat
CEDAW diratifikasi melalui Undang-
Pelayanan Khusus di kantor kepolisian,
Undang Nomor 7 Tahun 1984.
menyediakan aparat penegak hukum,
Tindak kekerasan terhadap
tenaga kesehatan, pembimbing rohani, dan
perempuan khususnya di Indonesia
pekerja sosial. Pemerintah Kota Semarang,
bukanlah karena sebab tunggal. Faktor
sesuai amanat pasal 13 UU PDKRT juga
sejarah dan budaya patriarki yang tumbuh
harus memberikan perlindungan bagi
dalam sosial masyarakat adalah sebab
korban kekerasan melalui pelayanan yang
mendasar dari terjadinya diskriminasi
mudah diakses oleh korban yang
antara perempuan dengan laki-laki. Faktor
bersangkutan.
agama juga menjadi salah satu alasan
Sebagai tindak lanjut kebijakan
untuk memperkuat kedudukan laki-laki.
diatas, pada tahun 2005 Pemerintah Kota
Dalam catatan tahunan Komisi Nasional
Semarang kemudian mengesahkan
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
berdirinya Pusat Pelayanan Terpadu
(Komnas Perempuan), menunjukkan
Penanganan Kekerasan Terhadap
bahwa pada tahun 2010, data jumlah kasus
Perempuan dan anak Berbasis Gender di
yaitu sebanyak 105.103 kasus, tahun 2011
Kota Semarang ³6(581,´ PHODOXL
sebanyak 119.107 kasus, dan tahun 2012
Keputusan Walikota Semarang Nomor
sebanyak 216.156 kasus. Pada tahun 2011,
463.05/112 Tahun 2005. Kata SERUNI
Provinsi Jawa Tengah memegang rekor
merupakan singkatan dari Semarang
sebagai provinsi dengan jumlah kekerasan
Terpadu Rumah Perlindungan Untuk
terhadap perempuan tertinggi di Indonesia.
Membangun Nurani dan Cinta Kasih
Selanjutnya di tingkat Jawa Tengah,
Insani. Dibentuknya PPT SERUNI
menurut Lembaga Legal Resource
merupakan komitmen pemerintah kota
Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia
Semarang dalam melayani masyarakat,
(LRC KJHAM), di tahun 2012 hingga
menjamin hak-hak masyarakat, dan
2013, Kota Semarang tercatat sebagai kota
memenuhi tanggungjawabnya terhadap
dengan sebaran kasus kekerasan
masyarakat dengan mengutamakan
terbanyak, yaitu sebanyak 136 kasus.
kepentingan masyarakat, dimana dalam B. TUJUAN
konteks ini masyarakat adalah perempuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
yang menjadi korban kekerasan. Hal diatas berikut
adalah bentuk aplikasi dari Paradigma New 1. Untuk mengetahui dan menganalisis
Public Service oleh Pemerintah Kota proses implementasi kebijakan
Semarang. penanganan kekerasan terhadap
Selanjutnya dalam hal penanganan perempuan di Kota Semarang melalui
korban kekerasan terhadap permpuan, PPT Pusat Pelayanan Terpadu SERUNI.
SERUNI memiliki Standart Operasional 2. Untuk mengetahui dan menganalisis
Prosedur yang tertulis dalam Peraturan faktor-faktor pendukung dan
Walikota Semarang Nomor 10 Tahun 2011 penghambat implementasi
tentang Standart Operasional Prosedur dan implementasi kebijakan penanganan
Mekanisme Kerja Pelayanan Terpadu Bagi tindak kekerasan terhadap perempuan
Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Kota Semarang.
Berbasis Gender dan Trafficking di Kota
Semarang. Pelayanan yang diberikan oleh C. TEORI
PPT SERUNI meliputi (1) Penanganan C.1 Implementasi Kebijakan
pengaduan / pelayanan pelaporan; (2) Impelementasi kebijakan
Pelayanan medis; (3) Pelayanan (Indiahono, 2009: 143) menunjuk
Psikologis-spiritual dan Rehabilitasi sosial; aktivitas menjalankan kebijakan dalam
(4) Penegakan dan bantuan hukum; (5) ranah senyatanya, baik yang dilakukan
Pemulangan dan reintegrasi sosial. Dalam oleh organ pemerintah maupun para
mengimplementasikan kebijakan pihak yang telah ditentukan dalam
penanganan kekerasan terhadap kebijakan. Dalam implementasi
perempuan, SERUNI memiliki mekanisme kebijakan sendiri biasanya ada yang
badan kerja yang keanggotaannya terdiri disebut sebagai pihak implementor, dan
dari pejabat maupun instansi-instansi di kelompok sasaran. Implementor
Kota Semarang. Susunan keanggotaan kebijakan adalah mereka yang secara
tersebut antara lain dari Pemerintah Kota, resmi diakui sebagai individu/ lembaga
Aparat Penegak Hukum, Akademisi, yang bertanggung jawab atas
Institusi Pemberi Layanan Kesehatan, pelaksanaan program di lapangan.
LSM/NGO, PKK Kota Semarang, dan Kelompok sasaran adalah menunjuk
masyarakat peduli perempuan. para pihak yang djadikan sebagai objek
Penelitian terdahulu mengenai kebijakan. Implementasi adalah tahap
penanganan tindak kekerasan terhadap yang penting dalam kebijakan. Tahap
perempuan di kota Semarang melalui ini menentukan apakah kebijakan yang
Pusat Pelayanan Terpadu SERUNI, hanya ditempuh oleh pemerintah benar-benar
mengamati secara khusus penanganan aplikabel di lapangan dan berhasil
untuk kasus Kekerasan Dalam Rumah untuk menghasilkan uotput dan
Tangga, sedangkan dalam penelitian ini outcomes seperti yang telah
pembahasan lebih luas mengenai direncanakan
implementasi kebijakannya, dan Menurut Riant Nugroho (2011,
mengamati penanganan untuk semua kasus 650), hal penting yang harus
kekerasan terhadap perempuan. Maka dari diperhatikan dalam proses implementasi
itu, penulis mengambil judul kebijakan yaitu mengenai prinsip-
³Implementasi Kebijakan prinsip dasar bagi implementasi
Penanganan Tindak Kekerasan kebijakan yang efektif, yaitu (1)
Terhadap Perempuan Di Kota Ketepatan Kebijakan; (2) Ketepatan
Semarang Melalui Pusat Pelayanan Pelaksanaan; (3) Ketepatan Target; (4)
7HUSDGX 337 6(581,´ Ketepatan Lingkungan; (5) Ketepatan
Proses. Selanjutnya menurut Van adalah suatu unit kerja fungsional yang
Metter dan Van Horn (Indiahono, 2009: menyelenggarakan pelayanan terpadu
38-40), ada enam variabel yang untuk saksi dan/atau korban tindak
mempengaruhi implementasi dan kekerasan. Sedangkan yang dimaksud
kinerja kebijakan publik, yaitu: (1) dengan pelayanan terpadu adalah
Standar dan Sasaran Kebijakan; (2) serangkaian kegiatan untuk melakukan
Sumber daya; (3) Komunikasi Antar penanganan dan perlindungan bagi
Badan Pelaksana; (4) Karakteristik korban tindak kekerasan termasuk
Badan Pelaksana; (5) Lingkungan didalamnya tindak pidana perdagangan
Sosial, Ekonomi, dan Politik; (6) Sikap orang yang dilaksanakan secara
atau Kecenderungan Pelaksana. bersama-sama oleh instansi atau
lembaga terkait dan masyarakat sebagai
C.2 Kekerasan Terhadap Perempuan satu kesatuan penyelenggaraan
Menurut La Pona dkk (dalam rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi
Sugihasti dan Saptiawan, 2010:172), sosial, pemulangan, reintregrasi sosial
kekerasan terhadap perempuan adalah dan bantuan hukum. Selanjutnya
tindakan seorang laki-laki atau dijelaskan mengenai pengertian masing-
sejumlah laki-laki dengan mengerahkan masing dari penyelenggaraan
kekuatan tertentu sehingga penanganan, yaitu: (1) Layanan/
menimbulkan kerugian atau penderitaan rehabilitasi kesehatan; (2) Rehabilitasi
secara fisik, seksual, atau pdikologis sosial; (3) Bantuan Hukum; (4)
pada seorang perempuan atau Pemulangan; (5) Reintegrasi sosial.
sekelompok perempuan, termasuk
tindakan yang bersifat memaksa, D. METODE
mengancam, dan atau berbuat sewenan- Dalam penelitian ini bersifat
wenang, baik yang terjadi dalam deskriptif dengan menggunakan
kehidupan bermasyarakat maupun pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif
dalam kehidupan pribadi di ruang adalah penelitian yang menggambarkan
domestik dan publik. Berdasarkan situs sejumlah fenomena yang berkenaan
terjadinya, kekerasan terhadap dengan masalah dan unit yang diteliti,
perempuan dapat dibedakan menjadi tanpa mempersoalkan hubungan antar
dua, yaitu kekerasan yang terjadi pada fenomena. Lokus penelitian yang diambil
arena domestik atau kekerasan dalamm peneliti adalah di Pusat Pelayanan Terpadu
rumah tangga dan kekerasan pada arena SERUNI (Semarang Terpadu Rumah
publik. Sri Nurdjunaida (2006) Perlindungan Untuk Membangun Nurani
menjelaskan jenis-jenis kekerasan dan Cinta Kasih Insani) Jalan dr. Soetomo
terhadap perempuan, antara lain dapat Nomor 19A Kota Semarang dan Badan
terjadi dalam bentuk: (1) Tindak Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
kekerasan fisik; (2) Tindak kekerasan Berencana Kota Semarang. Teknik
psikologis; (3) Tindak kekerasan pemilihan informan yang dipergunakan
seksual; (4) Tindak kekerasan ekonomi. peneliti dalam penelitian ini adalah
purposive sample, dimana peneliti
C.3 Pusat Pelayanan Terpadu
menentukan sendiri informan kunci dan
Peraturan Menteri Negara
informan biasa dengan alasan subyek telah
Pemberdayaan Perempuan dan
cukup lama dan intensif menyatu dengan
Perlindungan Anak Republik Indonesia
kegiatan atau medan aktifitas yang
tentang Panduan Pembentukan dan
menjadi informasi. Selanjutnya data yang
Pengembangan Pusat Pelayanan
telah didapat disajikan, direduksi hingga
Terpadu menjelaskan bahwa yang
dapat ditarik kesimpulan.
dimaksud dengan Pusat Pelayanan
Terpadu yang selanjutnya disebut PPT
HASIL DAN PEMBAHASAN mengendalikan dan menyadarkan
korban mengenai arti penting sebuah
A. HASIL IMPLEMENTASI
pengorbanan dan pengertian dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sebuah pernikahan. Hal ini
dilakukan oleh peneliti maka :
dibuktikan dengan kemauan korban
1. Proses kebijakan. Dalam proses
untuk tetap mengambil jalan pintas
implementasinya, apabila dilihat dari
dengan perceraian
ketepatan kebijakan, ketepatan
b. Kedua, dilihat dari ketepatan
pelaksanaan, ketepatan target, ketepatan
pelaksanaan, lembaga yang ditunjuk
lingkungan dan ketepatan proses adalah
sebagai implementor sudah tepat.
sudah sesuai dengan peraturan yang
Lembaga implementor yang
ditetapkan. Berikut penjelasannya:
dimaksud yaitu lembaga/instansi
a. Pertama, dilihat dari ketepatan
anggota PPT SERUNI yang terdiri
kebijakan sudah mampu menjawab
dari Pemerintah Kota, Aparat
permasalahan banyaknya tindak
Penegak Hukum, Akademisi,
kekerasan terhadap perempuan di
Institusi Pemberi Layanan
kota Semarang. Sebelum kebijakan
Kesehatan, LSM/NGO, PKK Kota
ini dikeluarkan, kebanyakan
Semarang, dan masyarakat peduli
perempuan yang mengalami
perempuan. Proses penunjukkan
kekerasan tidak berani melaporkan
yaitu dari lembaga yang menjadi
kasusnya karena kesulitan akses dan
pelatihan dan rapat koordinasi lintas
kebigungan kemana untuk mencari
sektoral yang diselenggarakan oleh
bantuan atau pertolongan. Adanya
tim TOT pendidikan Hak Asasi
PPT SERUNI mampu meningkatkan
Manusia berperspektif gender Jawa
jumlah pelaporan kasus, dimana
Tengah dengan Komnas Perempuan
semakin banyak perempuan korban
di Tahun 2005, tahun dibentuknya
kekerasan yang berani menuntut
PPT SERUNI. Kemudian untuk
hak-hanya dengan dibantu PPT
lembaga selebihnya diusahakan oleh
SERUNI. Selanjutnya mampu
Bapermas, Perempuan dan KB
membantu meningkatkan kualitas
bersama PPT SERUNI dengan
hidup perempuan korban tindak
memberikan surat permohonan
kekerasan di Kota Semarang. Namun
tenaga (dalam hal ini person) untuk
dalam ketepatan kebijakan disini
penanganan tindak kekerasan
terdapat kendala karena saat ini PPT
terhadap perempuan. Penunjukkan
SERUNI lebih dikenal sebagai
lembaga ini sesuai ketentuan
lembaga perceraian di dalam
Peraturan Menteri Negara
masyarakat, padahal tujuan PPT
Pemberdayaan Perempuan dan
SERUNI dalam penanganan tindak
Perlindungan Anak nomor 5 tahun
kekerasan terhadap perempuan
2010 tentang Panduan Pembentukan
khususnya KDRT adalah untuk
dan Pengembangan Pusat Pelayanan
merujuk dan mengakurkan kembali
Terpadu. Dalam hal ini terdapat
korban dengan pelaku. Ketika
kendala pada komitmen lembaga
korban mengadukan masalahnya,
yang dirasa masih kurang untuk
pihak PPT SERUNI telah
serius dalam penanganan tindak
memfasilitasi adanya konsultasi
kekerasan terhadap perempuan di
dengan tokoh agama, tokoh
kota Semarang. Personal yang
masyarakat, maupun psikolog sesuai
ditugaskan oleh lembaga-lembaga
kebutuhan korban, dalam usaha PPT
anggota diatas masih sering berganti-
SERUNI mengakurkan kembali,
ganti, membuat pelaksanaan tugas
namun disini peran tokoh diatas
menjadi tidak maksimal. Selain itu
belum kuat karena belum bisa
mengenai komitmen baik secara yang menaungi PPT SERUNI, yaitu
personal maupun kelembagaan dari Bapermas, Perempuan dan KB
anggota PPT SERUNI dalam dengan PPT SERUNI sendiri saat ini
penanganan tindak kekerasan sedang dalam proses untuk terus
terhadap perempuan, belum semua diperbaiki. Kemudian untuk
memiliki komitmen untuk itu. Hal lingkungan eksogen, publik
ini dibuktikan dengan ketidakmauan menerima dan terbuka terhadap
lembaga untuk membuat anggaran kebijakan penanganan tindak
sendiri terkait isu perempuan dan kekerasan terhadap perempuan
anak, untuk kemudian diajukan ke dengan dibentuknya PPT SERUNI,
pemerintah kota Semarang, agar karena dinilai sangat membantu
dapat mengakses dana dari Anggaran perempuan korban kekerasan. Selain
Pendapatan dan Belanja Daerah itu masyarakat juga merasa
(APBD) Kota Semarang dibutuhkan karena banyak dilibatkan
c. Ketiga, dilihat dari ketepatan target untuk program pencegahan dan
kebijakan, PPT SERUNI sudah untuk mengurangi angka kekerasan
memenuhi syarat pertama ketepatan yang banyak terjadi di dalam
target, yaitu sesuai dengan target masyarakat, dibuktikan dengan
atau sasaran yang ditentukan dalam adanya beberapa pelaporan kasus
peraturan walikota, dibuktikan KDRT yang masuk ke PPT SERUNI
dengan pernyataan dari klien PPT bukan dari korban KDRT-nya
SERUNI yang tidak mengeluarkan langsung melainkan dari tetangga
biaya sepeserpun dalam proses korban
perceraiannnya. Hal ini sesuai e. Kelima, dilihat dari ketepatan proses
ketentuan Peraturan Menteri Negara secara umum implementasi
Pemberdayaan Perempuan dan kebijakan publik terdiri atas tiga
Perlindungan Anak nomor 5 tahun proses, yaitu (1) Policy Acceptence,
2010 tentang Panduan Pembentukan (2) Policy Adoption, dan (3) Policy
dan Pengembangan Pusat Pelayanan Readiness. Mengenai Policy
Terpadu bahwa Pusat Pelayanan Acceptence, menurut implementor
Terpadu berkewajiban untuk kebijakan ini penting untuk masa
memberikan layanan secepat depan, yaitu untuk mengurangi
mungkin dan ³WDQSD ELD\D´ kepada tindak kekerasan terhadap
korban. Kemudian ketika kebijakan perempuan yang terjadi di dalam
diimplementasikan, target/sasaran masyarakat, maka seluruh anggota
telah siap untuk di intervensi. dan elemen PPT SERUNI
Target/sasaran disini yaitu diharapkan memiliki komitmen
perempuan korban kekerasan telah terhadap isu perempuan dan anak
benar-benar membutuhkan PPT dalam agar implementasi kebijakan
SERUNI. Sebelum adanya PPT dapat berjalan efektif. Mengenai
SERUNI, korban cenderung Policy Adoption, implementor
kesulitan dan kebingungan ketika menerima kebijakan karena
ingin melaporkan kasus yang berdirinya PPT SERUNI telah
menimpanya, apa yang harus dikoridori oleh Surat Keputusan
dilakukan dan atau kemana harus Walikota Nomor 463 tahun 2011.
pergi untuk mendapatkan Disini implementor dalam
perlindungan melaksanakan tugasnya bertanggung
d. Keempat, dilihat dari ketepatan jawab dan melaporkan hasilnya
lingkungan. Untuk lingkungan langsung kepada walikota Semarang.
endogen, interaksi antara lembaga dan implementor menerima
kebijakan tersebut dengan PPT SERUNI; (9) Koordinasi masih
melaksanakannya sesuai koridor kurang kualitasnya untuk mendorong
kebijakan. Terakhir mengenai Policy komitmen anggota PPT SERUNI; (10)
Readiness, untuk mempersiapkan
Belum adanya perda yang mengatur
kebijakan ini, implementor dalam
hal ini Bapermas, Perempuan, dan mengenai penanganan tindak kekerasan
KB sebagai badan yang menaungi terhadap perempuan di Semarang; (11)
PPT SERUNI bersama dengan PPT Belum adanya dana yang masuk ke PPT
SERUNI membuat Standart SERUNI selain dari APBD.
Operasional Prosedur untuk
pelayanan di PPT SERUNI.
Kemudian, dibuat pula brosur dan PENUTUP
dilakukan sosialisasi oleh pihak PPT A. KESIMPULAN
SERUNI agar masyarakat lebih SERUNI adalah Pusat Pelayanan
mengetahui adanya layanan ini untuk Terpadu Penanganan Kekerasan Terhadap
membantu korban kekerasan Perempuan dan anak Berbasis Gender di
berbasis gender. Kota Semarang. Kebijakan penanganan
2. Implementasi kebijakan penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan di
tindak kekerasan terhadap perempuan Kota Semarang melalui PPT SERUNI
di Kota Semarang melalui PPT merupakan salah satu kebijakan
SERUNI, menemui beberapa faktor- pemerintah kota Semarang untuk
faktor yang menghambat pelaksanaan memudahkan, membantu, dan
mendampingi korban kekerasan berbasis
kebijakannya, antara lain: (1)
gender untuk mendapatkan keadilan dalam
Kurangnya ketegasan PPT SERUNI menuntut hak-haknya, dengan layanan
dalam menangani kasus KDRT, yang disediakan oleh PPT SERUNI, antara
sehingga selalu berujung pada lain yaitu, (1) Penanganan pengaduan /
perceraian; (2) Kurangnya dana yang pelayanan pelaporan; (2) Pelayanan medis;
disediakan pemerintah kota Semarang, (3) Pelayanan Psikologis-spiritual dan
Rehabilitasi sosial; (4) Penegakan dan
dan sistem pencairan dana dengan
bantuan hukum; (5) Pemulangan dan
reimburse kurang efektif untuk reintegrasi sosial. Adanya keterlibatan
penanganan korban; (3) Sekretariat dan SERUNI dalam implementasi kebijakan
fasilitas kerja yang tersedia masih penanganan kekerasan terhadap
kurang memadai; (4) Keterbukaan perempuan di Kota Semarang membentuk
korban untuk menceritakan kasusnya sebuah public private partnership untuk
masih kurang sehingga menyulitkan mencapai kepentingan publik bersama.
Berdasarkan penelitian tentang
dalam penanganan; (5) Belum adanya
implementasi kebijakan penanganan tindak
pelayanan medis khusus untuk korban kekerasan terhadap perempuan di Kota
kekerasan terhadap perempuan di kota Semarang melalui PPT SERUNI ternyata
Semarang; (6) Penanganan kurang masih banyak hal yang perlu diperbaiki
melibatkan dua sisi yaitu korban dan jika dilihat dari proses implementasi
pelaku, saat ini hanya lebih kepada kebijakan dan faktor-faktor yang
korban saja; (7) Monitoring korban mempengaruhinya.
tidak terlaksana karena petugas lost
B. REKOMENDASI
contact dengan korban; (8) Standart 1. Memperkuat peran PPT SERUNI
operasional prosedur masih kurang dalam konseling korban, khususnya
untuk mendorong komitmen anggota dalam kasus Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, agar korban dapat benar- 6. Menangani tindak kekerasan
benar memahami dan menyadari sebaiknya dengan melibatkan dua sisi
bahwa masalah yang dialaminya tidak baik korban maupun pelaku, sehingga
harus diakhiri dengan perceraian. pemahaman mengenai kronologi
Dalam hal ini tenaga kejadian tidak hanya melalui korban,
fulltimer/psikolog/tokoh agama/tokoh namun juga dari keterangan pelaku.
masyarakat yang memiliki tanggung 7. Mengecek dan menghubungi korban
jawab dalam memberikan konseling secara berkelnjutan, dan atau
harus diberikan pemahaman mengenai membuat sistem wajib lapor setiap
peran sebenarnya PPT SERUNI bulannya kepada korban.
sebagai lembaga yang 8. Memperbaiki isi Standart Operasional
merujuk/mengakurkan korban, bukan Prosedur, tidak hanya mengatur
lembaga perceraian. tentang penanganan atau pelayanan,
2. Bapermas, Perempuan, dan KB namun juga komitmen anggota dalam
membuat kebijakan untuk melaksanakan kebijakan.
mengalokasikan anggaran kepada 9. Memperbaiki kualitas rapat
lembaga anggota (dinas/SKPD, LBH, koordinasi, selain membahas tentang
LSM, rumah sakit), dan memperbaiki penanganan kasus, namun juga
sistem pencairan dana untuk PPT melakukan evaluasi kepada anggota
SERUNI agar penanganan kekerasan mengenai komitmen masing-masing
terhadap perempuan di kota Semarang agar semakin memiliki kesadaran
bisa lebih efektif. untuk menunjukkan komitmennya.
3. Menambah sarana dan prasarana, serta 10. Segera mengesahkan peraturan daerah
menyediakan sekretariat (ruang tentang perlindungan perempuan dan
pengaduan) yang memadai untuk anak kota Semarang agar anggota PPT
memperkuat layanan PPT SERUNI SERUNI memiliki komitmen dalam
4. Lebih merangkul korban, memberi melaksanakan tugasnya.
pengertian atau perhatian kepada 11. Mengusahakan masukan dana selain
korban dengan perlahan-lahan agar dari APBD dengan menjalin
korban dapat percaya terhadap kerjasama dengan pihak luar, bisa pula
fulltimer/psikolog dan mau terbuka melalui Corporate Social
menceritakan masalahnya, karena Responsibility untuk mendukung
keterbukaan memerlukan waktu yang operasional PPT SERUNI.
lama.
5. Mendorong adanya layanan medis
khusus bagi perempuan korban rumah DAFTAR PUSTAKA
sakit yang ditunjuk sebagai anggota ³Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap
PPT PERUNI, agar penanganan Perempuan 2009- ´. Komisi
korban bukan lagi dengan layanan Nasional Anti Kekerasan Terhadap
kesehatan untuk orang miskin baik Perempuan.
dengan Jamkesmas http://www.komnasperempuan.or.id/
/Jamkesmasda/Jamkesmaskot atau category/publikasi/ (diunduh tanggal
dengan SKTM. Layanan medis khusus 19 September 2013)
ini dimaksudkan untuk memastikan Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan
bahwa perawatan medis oleh PPT Publik Berbasis Dynamic Policy
dilakukan dengan menghormati Analisys. Yogyakarta: Gaya Media.
standart dan prinsip-prinsip Jurnal Perempuan. 2008. Sejauh Mana
penanganan hak asasi perempuan Komitmen Negara. Jakarta: Yayasan
korban kekerasan. Jurnal Perempuan
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Karya.
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy.
Jakarta: Gramedia.
1XUGMXQDLGD 6UL ³3HQJHUWLDQ .HNHUDVDQ
7HUKDGDS 3HUHPSXDQ´ Jurnal
Sekilas Kekerasan pada Perempuan.
20 September 2013.
(http://indonesianegerikita.blogspot.
com/2010/03/pengertian-kekerasan-
pada-perempuan.html)
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2010 Tentang Panduan Pembentukan
Dan Pengembangan Pusat Pelayanan
Terpadu.
Sugihastuti dan Saptiawan, Itsna Hadi.
2010. Gender dan Inferioritas
Perempuan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

You might also like