Professional Documents
Culture Documents
Modul Penerapan Fear Anxiety Dan Cognitive Behavior Therapy
Modul Penerapan Fear Anxiety Dan Cognitive Behavior Therapy
Modifikasi Perilaku R
Dosen Pengampu :
Akta Ririn Aristawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Disusun Oleh :
Maria Grace Sryna 1511900008
Dwi Nur Rahma 1511900037
Ahmad Faridudin W 1511900270
Annisa Nur Fadillah 1511900287
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
SEMESTER GENAP 2022/2023
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Menurut McGinn ( 2000), ada beberapa teknik yang digunakan dalam CBT
yang dibagiatas tiga area, yaitu:
1) Area kognitif: cognitice restructuring,
2) Area perilaku: activity scheduling, social skills training, dan assertiveness
training,
3) Area fisiologis: teknik imagery, meditasi, relaksasi
Klien menulis semua gejala yang dialami termasuk hal-hal detail. Pada bagian ini
klien diharapkan mampu mengenali reaksi emosional yang dirasakan saat gangguan
yang dimiliki muncul seperti kecemasan, rasa sedih, rasa bersalah dan lain-lain,
termasuk pikiran seperti kekhawatiran atau asumsi yang datang bersamaan dengan
reaksi emosional.
2) Menyusun Ulang Struktur Kognitif
Tehnik ini mengharuskan klien untuk mengidentifikasi pikiran yang tidak sesuai
dan bersifat maladaptif. Klien juga harus mampu untuk merubah pikiran itu dengan
cara berpikir yang lebih adaptif.
Tehnik terapi perilaku yang melibatkan klien untuk berulang kali melakukan
pendekatan terhadap objek atau situasi yang ditakuti sampai merasa nyaman.
Tehnik behavioral yang lain yaitu mencoba mempraktekan kemampuan yang
didapat dari sesi terapi ke perilaku sehari-hari termasuk merencanakan tujuan yang
pasti untuk satu hari kedepan yang memiliki pola tidak menghindari stimulus yang
ditakuti.
4) Aktivasi Behavioural
Tahap akhir yang penting yaitu klien harus berlatih secara rutin. Ketika klien sudah
selesai menjalani sesi terapi maka akan selalu ada tugas yang harus dikerjakan
dirumah untuk melatih kemampuannya. Latihan secara reguler dan konsisten dapat
menghasilkan kemajuan yang bagus sehingga di akhir sesi terapi klien telah
memiliki kemampuan dan keterampilan yang berguna untuk mencegah kambuhnya
gejala dari gangguannya.
a. Tahap Persiapan
Mempersiapkan diri, alat, tempat dan waktu kegiatan.
b. Tahap Orientasi
a) Salam dari terapis keapda peserta (permainan berkenalan” nama dan
alamat”)
b) Evaluasi/validasi : 1) menanyakan bagaimana perasaan peserta saat ini
2) menanyakan apakah yang diketahui peserta tentang kesehatan pasien
akropobia
c) Kontrak: 1) Menjelaskan pengertian kesehatan dan tujuan pelatihan untuk
membantu peserta untuk dapat melakukan pencegahan faktor risiko
terjadinya masalah kesehatan jiwa dan meningkatkan kemampuan dalam
mengoptimalkan kesehatan pada pasien akropobia 2) Menjelaskan tentang
proses pelaksanaan, tugas yang harus dikerjakan peserta dan buku kerja
yang akan digunakan dalam melaksanakan tugas dan latihan. Buku kerja
akan diisi dan dipegang peserta. 3) Menjelaskan jumlah pertemuan dan sesi
4|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy
dalam pelatihan ini. Pelatihan ini akan dilakukan 3 sesi dan setiap sesinya
dilakukan selama 30-60 menit. 4) Menjelaskan peraturan dalam pelatihan
yaitu peserta diharapkan berpartisipasi dan bekerjasama dalam mengikuti
pelatihan dari awal sampai akhir sesi. 5) Pada pertemuan ini disepakati
tujuannya untuk dapat memahami tentang kesehatan pasien PSD
c. Tahap Kerja
a) Peneliti mendiskusikan bersama peserta tentang:
1. Pengkajian
2. Terapi kognitif
3. Terapi perilaku
4. Evaluasi terapi kognitif dan terapi perilaku
b) Memberikan reinforcement positif atas kemampuan peserta.
d. Tahap Terminasi
a) Evaluasi:
PERTEMUAN 1
DESKRIPSI
Pertemuan awal dimana peserta diberi penjelasan mengenai rangkaian Cognitive
Behavioural Therapy, dalam pertemuan pertama dan sesi 1 ini, peserta akan diminta
untuk mengenalkan dirinya kepada konselor, kemudian disusul dengan pengisian pre-
test dan informed consent. Dilanjutkan pada sesi 2 yaitu mengenai pemberian wawasan
tentang Teknik CBT dan apa saja Teknik CBT tersebut. Lanjut kemudian pada sesi 3
konselor akan memberikan materi hubungan antara distorsi kognitif, emosi negatif dan
perilaku dan kemudian mengidentifikasinya pada sesi 4 dan 5.
TUJUAN
1. Memperkenalkan kepada peserta tentang gambaran rangkaian Cognitive
Behavioural Therapy
2. Mengidentifikasi Fobia yang dialami oleh konseli
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya fobia yang dialami oleh konseli
4. Membangun rapport dengan peserta dan membantuk suasana nyaman
SETTING
Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan kondisi
tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan baik
Psikolog sebagai fasilitator dan Konselor, dan Konseli sebagai peserta terapi.
BENTUK KEGIATAN
1. Peserta diminta memperkenalkan diri kepada Psikolog, menceritakan apa yang
konseli alami secara detail mulai dari sejak kapan konseli menderita fobia, apa yang
dirasakan oleh konseli hingga apa yang terjadi setelah konseli mengalami kejadian
yang memicu timbulnya fobia tersebut.
(……………………) (…………………………..)
10 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
Modifikasi Severity Measure for Specific Phobia Adult Scale
Identitas
Nama :
Usia :
Tanggal Tes :
Instruksi
Tidak Pernah : TP
Separuh Waktu : SW
Sebagian Besar Waktu : SBW
Setiap Waktu : SW
ITEM TP SW SBW SW
11 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
5 Saya merasa kesulitan bernafas
di ketinggian
7 Saya merasa gemetar saat berada
di ketinggian
8 Saya merasa otot-otot tubuh
menjadi tegang saat berada di
ketinggian
9 Saya menghindari ketinggian
10 Saya membutuhkan bantuan kalau
harus berada di ketinggian
( obat-obatan, orang lain)
12 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 2
DESKRIPSI
TUJUAN
1. Mengidentifikasi situasi yang berkaitan dengan fobia
2. Merelaksasi kognitif konseli agar tidak timbul masalah yang berkaitan dengan fobia
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya fobia yang dialami oleh konseli
4. Membangun rapport dengan peserta dan membantuk suasana nyaman
SETTING
Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan kondisi
tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan baik
13 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PIHAK YANG TERLIBAT
Psikolog sebagai fasilitator dan Konselor, dan Konseli sebagai peserta terapi.
BENTUK KEGIATAN
1. Konselor akan Kembali menanyakan tentang fobia yang dialami oleh konseli,
apakah dalam minggu-minggu ini terdapat gejala atau gangguan kembali setelah
terapi sesi pertama.
1) Melatih relakasasi konseli dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh
dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada,
dan anggota badan bagian bawah.
2) Konseli mempraktikkan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan
cepat.
3) Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.Menyusun tingkat
kecemasan
14 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
4) Membuat daftar situasi yang memunculkan/meningkatkan taraf kecemasan mulai
dari yang paling rendah-paling tinggi.
5) Pelaksanaan desensitisasi konseli dalam keadaan santai dan mata tertutup.
6) Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral,
menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat yang paling
rendah. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa
cemas, dan dihentikan.
7) Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta
membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
8) Terapi selesai bila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi
yang sebelumnya paling mengelisahkan dan mencemaskan.
15 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
3. Yang terakhir, konseli diminta oleh konselor untuk membayangkan dengan
menutup mata, apakah bila konseli mengunjungi tempat-tempat tinggi tersebut
masih akan timbul fobia, apabila masih terdapat masalah fobia, konselor akan
meminta konseli mengulangi kegiatan relaksasinya tersebut.
16 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 3
DESKRIPSI
Pertemuan ketiga adalah tahap lanjutan dari tahap 2, adalah kelanjutan konselor dalam
menyusun Hirarki Kecemasan, dimana konselor Mengidentifikasi situasi yang berkaitan
dengan fobia yang menimbulkan kecemasan atau gejala lain, kemudian melakukan
relaksasi dengan Mengganti respon kecemasan pada klien dengan respon yang lebih
adaptif, dilanjutkan dengan melatih subjek untuk berhadapan dengan stimulus fobia
melalui video dan mencoba menempatkan klien pada sudut ketinggian di sebuah
gedung, melatih klien untuk mengganti perilaku tidak adaptif dengan perilaku adaptif
yang sudah dipelajari di latihan relaksasi
TUJUAN
1. Mengidentifikasi situasi yang berkaitan dengan fobia
2. Merelaksasi kognitif konseli agar tidak timbul masalah yang berkaitan dengan fobia
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya fobia yang dialami oleh konseli
4. Membangun rapport dengan peserta dan membantuk suasana nyaman
SETTING
Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan kondisi
tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan baik. Pada
terapi pertemuan ketiga ini terapis juga membawa subjek ke gedung lantai 6 yang sudah
17 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
dipastikan keadaan gedung dan sekitarnya aman bagi pengunjung.
BENTUK KEGIATAN
1. Konselor akan Kembali menanyakan tentang fobia yang dialami oleh konseli,
apakah dalam minggu-minggu ini terdapat gejala atau gangguan kembali setelah
terapi sesi pertama.
2. Konselor melakukan RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS kepada
konseli. Berikut tahapan RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS :
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa
persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau tidak
mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak sedang
kelaparan atau kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil
posisi tubuh. Bisa pula ditambahkan aromatherapy dan alunan music klasik dalam
pelaksanaan teknik relaksasi. Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan
duduk di lantai atau kursi, berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa
konseli ke keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur
tubuh yang salah.
Sedangkan Desensitisasi sistematis mempunyai tiga elemen pokok (Jones,
2011:460 ; Thompson, 2003: Corey, 2009) yaitu (1) latihan relaksasi otot dalam (2)
menyusun hierarki/jenjang-jenjang stimuli yang membangkitkan kecemasan (3)
setelah relaks, meminta konseli untuk membayangkan item-item dari hiererki
stimuli yang membangkitkan kecemasan tersebut.
Ketiga pokok tersebut dijabarkan kedalam beberapa langkah seperti berikut :
1) Melatih relakasasi konseli dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh
dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada,
dan anggota badan bagian bawah.
2) Konseli mempraktikkan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan
cepat.
3) Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.Menyusun tingkat
kecemasan
18 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
4) Membuat daftar situasi yang memunculkan/meningkatkan taraf kecemasan
mulai dari yang paling rendah-paling tinggi.
5) Pelaksanaan desensitisasi konseli dalam keadaan santai dan mata tertutup.
6) Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral,
menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat yang paling
rendah. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa
cemas, dan dihentikan.
7) Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta
membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dari sebelumnya.
8) Terapi selesai bila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi
yang sebelumnya paling mengelisahkan dan mencemaskan.
19 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
3. Konseli diminta oleh konselor untuk membayangkan dengan menutup mata,
apakah bila konseli mengunjungi tempat-tempat tinggi tersebut masih akan timbul
fobia, apabila masih terdapat masalah fobia, konselor akan meminta konseli
mengulangi kegiatan relaksasinya tersebut.
4. Yang terakhir, jika konseli sudah tidak timbul reaksi fobia saat melihat video
aktifitas dikentinggian dan pada saat diminta membayangkan tempat-tempat
tinggi, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu menempatkan konseli
secara perlahan pada sudut ketinggian di sebuah gedung secara langsung.
Dilakukan perlahan, selangkah demi selangkah menuju pagar sebuah gedung, jika
muncul reaksi fobia maka dapat berhenti sejenak dan mengulangi kegiatan
relaksasinya. Hal tersebut berlangsung hingga konseli berada cukup dekat dengan
pagar pembatas gedung dan mampu melihat kebawah atau kesekitar gedung dari
sudut konseli berada. Konselor juga harus memberikan keyakinan kepada konseli
untuk dapat menghadapi fobianya dengan mengubah irrational belief menjadi
rational belief, misalkan dengan menginformasikan bahwa gedung tersebut aman,
pagarnya kokoh kuat, pagarnya dibuat atau dirancang dengan mempertimbangkan
keselamatan penggunanya, dan sebagainya. Tidak lupa untuk melakukan relaksasi
di sela-sela sesi tersebut. Hal ini dilakukan hingga konseli merasa dapat mengatasi
fobianya, cukup merasa aman dan tenang di sudut ketinggian tersebut Pada akhir
sesi diberikan pujian kepada konseli atas pencapaiannya pada sesi ini dengan baik.
20 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 4
Tahap Terminasi
DESKRIPSI
Pertemuan Ke-empat adalah Mengevaluasi Komitmen Yang Telah Dilakukan Pada
Sesi Sebelumnya, dengan memberikan dukungan dan semangat atas kemajuan
subjek serta membiasakan subjek untuk mengatasi rasa takut dan perilaku
menghindar saat berhadapan dengan objek atau situasi fobia yang dibayangkan.
dilanjutkan dengan Melakukan Intervensi Lanjutan Mengguna -Kan Self Talk yang
bertujuan untuk menguatkan keyakinan untuk tetap fokus pada masalah utama.
TUJUAN
Menguatkan stimulus positif yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
SETTING
Psikolog/terapis dan subjek yang berada diruang tamu maupun tempat dimana
subjek nyaman di area kediamannya.
21 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
BENTUK KEGIATAN
1. Konselor akan mengevaluasi Komitmen Yang Telah Dilakukan Pada Sesi
Sebelumnya, dengan memberikan dukungan dan semangat atas kemajuan
subjek (bisa dengan memberikan kalimat-kalimat positif seperti "selamat ya
kak, sekarang sudah berkurang rasa takunya terhadap ketinggian, mari kita
lanjutkan ke tahap selanjutnya agar anda segera sembuh dari fobia ketinggian"),
serta membiasakan subjek untuk mengatasi rasa takut dan perilaku menghindar
saat berhadapan dengan objek atau situasi fobia yang dibayangkan
2. Kemudian konselor akan memberikan terapi berupa terapi Self Talk.
Berikut ini adalah langkah - langkahnya :
Pertama, pastikan tubuh kita betul-betul dalam kondisi rileks. Sebaiknya
bersandar, kaki menapak pada lantai atau diluruskan. Jangan sampai kaki
dalam keadaan bersilang. Pundak bisa dilemaskan dengan cara
memutarnya ke arah depan atau belakang lalu lemaskan punggung.
Kedua, atur napas. Tarik napas dalam sekitar 5-8 hitungan, tahan 5
hitungan, lalu hembuskan 5-8 hitungan. Coba ulangi sekitar 5-10 putaran.
Atur nafas. Tarik nafas dalam sekitar 5-8 hitungan, tahan 5 hitungan, lalu
hembuskan 5-8 hitungan. Coba ulangi sekitar 5-10 putaran.
22 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
Wahai rasa sakit, wahai penyakit takut akan ketinggian yang bersemayam
dalam tubuhku saat ini
Maafkan jika selama ini aku kesal, marah, kecewa padamuMaafkan aku jika
selama ini membenci dan memusuhimu Aku mencintaimu. Aku menyayangimu,
Aku mengasihimu(tarik nafas dan keluarkan nafas perlahan)
Ucapkan kembali :
Mulai saat ini, Aku menerima dirimu apa adanya aku terima, aku pasrah atas
apayang kamu lakukan padaku
Maafkan aku jika Selama ini aku mengabaikan terimakasih atas semua hal
yangtelah kamu lakukan untukku
‘Terimakasih, untuk bantuan dan kerja samamu, karena sampai dengan saat ini
kamu sudah memberikan yang terbaik dalam hidupku
Ketiga, pejamkan mata jika aktivitas ini bisa membuat tubuh lebih
nyaman dan rileks.
Keempat, jika tubuh sudah rileks, ucapkan kalimat-kalimat positif
sebagai negasi pikiran-pikiran negatif yang sebelumnya muncul. Semisal,
jika Anda berfikir “Aku takut berada di ketinggian,” maka ucapkan
kalimat-kalimat positif seperti :
23 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
“Aku bisa, ini mudah” atau “Aku bisa menghadapinya, karena sudah terapi,”
“Sebagai manusia biasa yang bisa aku lakukan hanyalah menerima takdir dan
ketetapan Allah, ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi ini adalah cara
Allah menyayangiku”
24 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 5
DESKRIPSI
Pertemuan Ke-lima adalah Pengisian Lembar Refleksi Diri, dimana isinya adalah
Menumbuhkan komitmen subjek untuk menghadapi masalah dengan pikiran,
perasaan, dan perbuatan positif, Menumbuhkan komitmen subjek untuk
menghadapi masalah dengan pikiran, perasaan, dan perbuatan positif, Refleksi dari
pengalaman terapi. kemudian mengisi postest untuk kedua kalinya.
TUJUAN
SETTING
Psikolog/terapis dan subjek yang berada diruang tamu maupun tempat dimana
subjek nyaman di area kediamannya
25 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
BENTUK KEGIATAN
1. Konselor kembali akan mengevaluasi Komitmen Yang Telah Dilakukan Pada
Sesi Sebelumnya, dengan memberikan dukungan dan semangat atas kemajuan
subjek Kemudian meminta subjek untuk mengisi lembar refleksi diri lalu
mengisi postest Kembali
2. Apabila pada tahap evaluasi konseli tidak berhasil mengurangi rasa takutnya
terhadap ketinggian. Maka konselor akan melakukan terapi dengan metode
lainnya.
3. Berikut lembar refleksi diri :
26 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
LEMBAR REFLEKSI DIRI
SETELAH MELAKUKAN
KONSELING TERAPY
Nama : DAHLIA
NIK : 357101XXXXXX
PEKERJAAN : MAHASISWA
ALAMAT : SURABAYA
A. Refleksi Komponen
1. Apakah kegiatan Cognitive Behavioural Therapy yang saya lakukan dapat mengurangi
rasa takut saya terhadap ketinggian?
2. Apakah materi yang diberikan konselor dapat saya pahami dengan baik? (Apakah materi
terlalu sulit, terlalu rendah, atau sudah sesuai dengan kebutuhan saya?)
3. Bagaimana tanggapan anda dengan terapi yang sudah diberikan oleh konselor?
4. Setelah dilakukan terapi, apakah masih timbul gejala-gejala takut akan ketinggian?
27 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y