Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 29

MODUL PENERAPAN

FEAR ANXIETY DAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY


Pada Pasien Penderita Akrofobia

Modifikasi Perilaku R

Dosen Pengampu :
Akta Ririn Aristawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Maria Grace Sryna 1511900008
Dwi Nur Rahma 1511900037
Ahmad Faridudin W 1511900270
Annisa Nur Fadillah 1511900287

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
SEMESTER GENAP 2022/2023
DAFTAR ISI

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………… 1


B. TUJUAN ………………………………………………………………………… 3
C. TAHAP PELAKSANAAN CBT/TERAPI PEMAPARAN ………………… 3
D. PELAKSANAAN COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY …………
UNTUK MENGURANGI FOBIA KETINGGIAN …………………………
(ACHROPHOBIA) ………………………………………………………… 8
PERTEMUAN 1 ………………………………………………………… 8
PERTEMUAN 2 ………………………………………………………… 13
PERTEMUAN 3 ………………………………………………………… 17
PERTEMUAN 4 ………………………………………………………… 21
PERTEMUAN 5 ………………………………………………………… 25
MODIFIKASI PERILAKU KECEMASAN PADA TEMPAT YANG TINGGI

A. LATAR BELAKANG

Fobia merupakan satu dari bentuk gangguan kecemasan, akar berkembangnya


gejalanya adalah pengelolaan yang kurang adaptif terhadap pengalaman-pengalaman
rasa takut yang menimbulkan rasa cemas, yang pernah dialami seseorang sepanjang
kehidupan, terhadap sesuatu hal atau objek tertentu. Fobia yang sering kali dimiliki
seseorang menimbukan perasaan menakutkan dan sering kali tidak diketahui penyebab
dari hal tersebut.
Gunawan (2006) menyatakan bahwa fobia tergantung pada bentuk karakter
masing- masing di setiap orang. Apabila orang yang mengalami kejadian buruk
sehingga orang tersebut akan mengalami reaksi fisik dan emosional yang sama seperti
saat ia benar-benar berada di dalam situasi berbahaya yang akhirnya membuat orang
tersebut menjadi tegang. Fobia termasuk di dalam gangguan psikologis, apabila fobia
tersebut secara signifikan memengaruhi gaya hidup atau keberfungsian seseorang, atau
menyebabkan distres yang signifikan (Nevid, 2005). Menurut Nevid (2005), seseorang
bisa saja apabila memiliki kecemasan terhadap suatu objek tertentu, tetapi hanya
apabila kecemasan itu mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan distres
emosional yang signifikan maka barulah dapat didiagnosis sebagai gangguan fobia.
Menurut Martin & Pear (2005) kecemasan yang tidak rasional, berlebihan dan
intens membuat seseorang menjadi tidak mampu melakukan apa-apa disebut dengan
fobia. Selaras dengan pernyataan Martin & Pear (2005), Smith dkk. (2011) juga
mengatakan bahwa fobia merupakan perasaan cemas yang intens dari sesuatu yang
tidak atau sedikit menyebabkan bahaya aktual. Contoh dari fobia adalah terhadap
tempat tertutup, ketinggian,mengemudi di jalan raya, terbang, serangga, ular dan jarum.
Dalam modul ini kami membahas mengenai salah satu fobia yaitu fobia
ketinggian atau akrofobia, yang merupakan ketakutan yang berlebihan terhadap
ketinggian. Seperti yang sudah disebutkan bahwa fobia dapat mengganggu kegiatan
sehari-hari, demikian dengan akrofobia dapat mengganggu kehidupan individu tersebut
karena dalam akrofobia biasanya individu tersebut akan menghindari kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan tempat tinggi, seperti berdiri di balkon, melintasi jembatan,
melihat keluar jendela dari gedung pencakar langit, atau hanya sekadar duduk di
bangku stadium. Gejala yang dapat terjadi pada penderita akrofobia adalah merasakan
1|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy
ketakutan, kecemasan, dan panik yang tidak terkontrol saat berada di ketinggian,
meskipun situasinya tidak berbahaya. Reaksi lainnya yang muncul adalah gemetaran,
dada berdebar, pusing, berkeringat dingin, mual, sesak napas, hingga pingsan.
Hal ini pasti akan sangat mengganggu karena hanya dengan membayangkan
berada di tempat tinggi saja, penderita fobia ketinggan dapat merasa takut, cemas,
bahkan mengalami serangan panik. Penderita fobia ketinggian sebenarnya menyadari
bahwa rasa takut yang dirasakannya tidaklah wajar, tapi mereka tetap tidak dapat
meredam rasa takut tersebut sehingga diperlukan terapi untuk mengobati fobia tersebut
salah satunya dengan menggunakan Terapi perilaku kognitif (cognitive behavior
therapy/CBT).
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif adalah salah
satu jenis psikoterapi yang banyak digunakan untuk mengatasi berbagai masalah
kejiwaan, termasuk stres, depresi, dan gangguan kecemasan. Tujuannya guna melatih
kemampuan berpikir atau fungsi kognitif dan pola perilaku pengidap. CBT cocok bagi
penderita fobia ketinggian yang belum siap menjalani terapi paparan. Menurut Rowa
(2008) mengemukakan bahwa CBT adalah bentuk psikoterapi yang berfokus pada
hubungan antara pikiran, perilaku dan emosional manusia. Lahey (2012)
mengungkapkan bahwa CBT adalah psikoterapi berdasarkan teori belajar sosial dan
klien akan diajarkan untuk belajar perilaku-perilaku baru yang lebih adaptif terhadap
rangsangan yang dihindari dan merubah kognisi yang maladaptif. Beck (2011) CBT
adalah terapi yang bertujuan untuk mengubah kognitif atau persepsi terhadap masalah,
dalam rangka melakukan perubahan emosi dan tingkah laku.
Fokus terapi ini adalah mengidentifikasi dan mengubah pikiran serta reaksi
negatif terhadap situasi yang menyebabkan fobia. Dengan menjalani terapi perilaku,
pasien akan dibimbing untuk mengalihkan perasaan takut dan mengatasi gejala yang
muncul

2|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


B. TUJUAN
Tujuan dari CBT adalah untuk membantu seseorang untuk memecahkan
permasalahan yang ada pada diri seseorang mengenai disfungsi emosional, perilaku dan
kognisi secara sistematis. Dalam (Yusuf, Yanuvianti, & Coralia, 2009: 431) CBT akan
merubah sikap dan perilaku seseorang yang memiliki masalah psikologis apabila mereka
belajar berpikir secara berbeda

C. TAHAP PELAKSANAAN PROMPTING DAN TRANSFER STIMULUS


CONTROL DAN CHAINING

Menurut McGinn ( 2000), ada beberapa teknik yang digunakan dalam CBT
yang dibagiatas tiga area, yaitu:
1) Area kognitif: cognitice restructuring,
2) Area perilaku: activity scheduling, social skills training, dan assertiveness
training,
3) Area fisiologis: teknik imagery, meditasi, relaksasi

Corey ( 2013) menyatakan bahwa pendekatan CBT dapat menggunakan


beberapa teknik antara lain : modeling, latihan pembentukan perilaku, pekerjaan
rumah, feedback, restrukturisasi kognitif, desensitisasi, pemecahan masalah,
manajemen stres, pemberian informasi, meditasi dan latihan relaksasi .
Berikut adalah tahapan pada terapi CBT menurut Rowa (2015), antara lain :
1) Memantau Gejala Yang Muncul

Klien menulis semua gejala yang dialami termasuk hal-hal detail. Pada bagian ini
klien diharapkan mampu mengenali reaksi emosional yang dirasakan saat gangguan
yang dimiliki muncul seperti kecemasan, rasa sedih, rasa bersalah dan lain-lain,
termasuk pikiran seperti kekhawatiran atau asumsi yang datang bersamaan dengan
reaksi emosional.
2) Menyusun Ulang Struktur Kognitif

Tehnik ini mengharuskan klien untuk mengidentifikasi pikiran yang tidak sesuai
dan bersifat maladaptif. Klien juga harus mampu untuk merubah pikiran itu dengan
cara berpikir yang lebih adaptif.

3|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


3) Terapi Eksposure

Tehnik terapi perilaku yang melibatkan klien untuk berulang kali melakukan
pendekatan terhadap objek atau situasi yang ditakuti sampai merasa nyaman.
Tehnik behavioral yang lain yaitu mencoba mempraktekan kemampuan yang
didapat dari sesi terapi ke perilaku sehari-hari termasuk merencanakan tujuan yang
pasti untuk satu hari kedepan yang memiliki pola tidak menghindari stimulus yang
ditakuti.

4) Aktivasi Behavioural
Tahap akhir yang penting yaitu klien harus berlatih secara rutin. Ketika klien sudah
selesai menjalani sesi terapi maka akan selalu ada tugas yang harus dikerjakan
dirumah untuk melatih kemampuannya. Latihan secara reguler dan konsisten dapat
menghasilkan kemajuan yang bagus sehingga di akhir sesi terapi klien telah
memiliki kemampuan dan keterampilan yang berguna untuk mencegah kambuhnya
gejala dari gangguannya.

Modul Cognitive Behavioral Therapy (CBT) digunakan dalam menurunkan


gejala akrofobia dan penelitian ini akan disusun berdasarkan teori dari Rowa (2015).
Berikut tahap pelaksanaan kegiatan Cognitive Behavioral Theraphy (CBT):

a. Tahap Persiapan
Mempersiapkan diri, alat, tempat dan waktu kegiatan.

b. Tahap Orientasi
a) Salam dari terapis keapda peserta (permainan berkenalan” nama dan
alamat”)
b) Evaluasi/validasi : 1) menanyakan bagaimana perasaan peserta saat ini
2) menanyakan apakah yang diketahui peserta tentang kesehatan pasien
akropobia
c) Kontrak: 1) Menjelaskan pengertian kesehatan dan tujuan pelatihan untuk
membantu peserta untuk dapat melakukan pencegahan faktor risiko
terjadinya masalah kesehatan jiwa dan meningkatkan kemampuan dalam
mengoptimalkan kesehatan pada pasien akropobia 2) Menjelaskan tentang
proses pelaksanaan, tugas yang harus dikerjakan peserta dan buku kerja
yang akan digunakan dalam melaksanakan tugas dan latihan. Buku kerja
akan diisi dan dipegang peserta. 3) Menjelaskan jumlah pertemuan dan sesi
4|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy
dalam pelatihan ini. Pelatihan ini akan dilakukan 3 sesi dan setiap sesinya
dilakukan selama 30-60 menit. 4) Menjelaskan peraturan dalam pelatihan
yaitu peserta diharapkan berpartisipasi dan bekerjasama dalam mengikuti
pelatihan dari awal sampai akhir sesi. 5) Pada pertemuan ini disepakati
tujuannya untuk dapat memahami tentang kesehatan pasien PSD

c. Tahap Kerja
a) Peneliti mendiskusikan bersama peserta tentang:
1. Pengkajian
2. Terapi kognitif
3. Terapi perilaku
4. Evaluasi terapi kognitif dan terapi perilaku
b) Memberikan reinforcement positif atas kemampuan peserta.

d. Tahap Terminasi
a) Evaluasi:

• Menanyakan perasaan peserta setelah selesai sesi 1 dan 2.

• Meminta kembali peserta untuk menyebutkan definisi kesehatan


pasien PSD.
• Memberikan reinforcement positif atas kemampuan peserta

b) Tindak lanjut: menganjurkan peserta untuk mengamati tanda dan gejala


kesehatan yang dialami dan menuliskan pada buku kerja.
c) Kontrak yang akan datang: menyepakati topik kegiatan sesi berikutnya.

PERTEMUAN SESI KETERANGAN


Sesi 1: Psikoedukasi Perkenalan dan pengisian,
Dan Restrukturisasi Kognitif Informed consent, Pretest
Sesi 2 : Pemberian MateriDan Memberi pemahaman kepada
1 (Persiapan Dan Teknik CBT subjek mengenai CBT dan
Tahap Orientasi) tekniknya
Sesi 3 : Penjelasan Hubungan Menjelaskan hubungan antara
Antara Distorsi Kognitif, distorsi kognitif, emosi negatif
Emosi Negatif Dan Perilaku dan perilaku

5|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


Sesi 4 : Mencari Distorsi Mencari distorsi kognitif, emosi
Kognitif, Emosi Negatif, negatif dan perilaku yang dimiliki
Dan Perilaku Yang Dimiliki subjek
Subjek
Sesi 5 : Identifikasi Mengidentifikasi kebenaran
Kebenaran Distorsi Kognitif distorsi kognitif

Sesi 1 : Menyusun Hirarki Mengidentifikasi situasi yang


Kecemasan berkaitan dengan fobia yang
menimbulkan kecemasan atau
gejala lain
Sesi 2 : Latihan Relaksasi Mengganti respon kecemasan
pada klien dengan respon yang
2 (Tahap Kerja / lebih adaptif
Desensitisasi Sesi 3 : Langkah Melatih subjek untuk
Sistematis) Desensitisasi Sistematis berhadapan dengan stimulus
fobia melalui imagery dan
gambar, melatih klien untuk
mengganti perilaku tidak adaptif
dengan perilaku adaptif yang
sudah dipelajari di latihan
relaksasi

Sesi 1 : Menyusun Hirarki Mengidentifikasi situasi yang


Kecemasan berkaitan dengan fobia yang
menimbulkan kecemasan atau
gejala lain
3 (Tahap Kerja /
Sesi 2 : Latihan Relaksasi Mengganti respon kecemasan
Desensitisasi
pada klien dengan respon yang
Sistematis)
lebih adaptif
Sesi 3 : Langkah a. Melatih subjek untuk
Desensitisasi Sistematis berhadapan dengan stimulus
fobia melalui video melatih

6|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


klien untuk mengganti
perilaku tidak adaptif
dengan perilaku adaptif
yang sudah dipelajari di
latihan relaksasi
b. Melatih subjek untuk
berhadapan dengan stimulus
fobia melalui latihan melihat
langsung ketinggian dalam
sebuah gedung dalam upaya
mengganti perilaku tidak
adaptif dengan perilaku
adaptif yang sudah dipelajari
di latihan relaksasi

Sesi 1 : Mengevaluasi Memberikan dukungan dan


Komitmen Yang Telah semangat atas kemajuan subjek
Dilakukan Pada Sesi serta membiasakan subjek
Sebelumnya untuk mengatasi rasa takut dan
4 (Tahap perilaku menghindar saat
Terminasi) berhadapan dengan objek atau
situasi fobia yang dibayangkan
Sesi 2 : Melakukan Intervensi Menguatkan keyakinan untuk
Lanjutan Mengguna -Kan Self tetap fokus pada masalah utama
Talk

Sesi 1 : Pengisian Lembar a. Menumbuh -kan komitmen


Refleksi Diri subjek untuk menghadapi
masalah dengan pikiran,
perasaan, dan perbuatan
positif
b. Menumbuhkan komitmen
subjek untuk menghadapi

7|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


5 (Tahap Evaluasi masalah dengan pikiran,
Dan Pencegahan perasaan, dan perbuatan
Relapse) positif, Refleksi dari
pengalaman terapi
Sesi 2 : Pengisian Posttest Mengetahui skor postest

D. PELAKSANAAN COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPHY UNTUK


MENGURANGI FOBIA KETINGGIAN (ACHROPHOBIA)

PERTEMUAN 1

Persiapan dan Tahap Orientasi

DESKRIPSI
Pertemuan awal dimana peserta diberi penjelasan mengenai rangkaian Cognitive
Behavioural Therapy, dalam pertemuan pertama dan sesi 1 ini, peserta akan diminta
untuk mengenalkan dirinya kepada konselor, kemudian disusul dengan pengisian pre-
test dan informed consent. Dilanjutkan pada sesi 2 yaitu mengenai pemberian wawasan
tentang Teknik CBT dan apa saja Teknik CBT tersebut. Lanjut kemudian pada sesi 3
konselor akan memberikan materi hubungan antara distorsi kognitif, emosi negatif dan
perilaku dan kemudian mengidentifikasinya pada sesi 4 dan 5.

TUJUAN
1. Memperkenalkan kepada peserta tentang gambaran rangkaian Cognitive
Behavioural Therapy
2. Mengidentifikasi Fobia yang dialami oleh konseli
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya fobia yang dialami oleh konseli
4. Membangun rapport dengan peserta dan membantuk suasana nyaman

DURASI WAKTU PELAKSANAAN


60 – 90 menit

8|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


ALAT DAN BAHAN
1. Lembar postest.
2. Lembar Informed Consent

SETTING
Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan kondisi
tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan baik

PIHAK YANG TERLIBAT

Psikolog sebagai fasilitator dan Konselor, dan Konseli sebagai peserta terapi.

BENTUK KEGIATAN
1. Peserta diminta memperkenalkan diri kepada Psikolog, menceritakan apa yang
konseli alami secara detail mulai dari sejak kapan konseli menderita fobia, apa yang
dirasakan oleh konseli hingga apa yang terjadi setelah konseli mengalami kejadian
yang memicu timbulnya fobia tersebut.

2. Peserta diminta mengisi Informed Consent dan mengisi lembar Pretest.

3. Konselor menyetujui Informed consent dan melanjutkan sesi terapi.

4. Konselor menggali Informasi dan memberikan pengertian tentang apa aitu


Cognitive Behavioural Therapy, serta tahap-tahapnya yang berupa Tahap Persiapan,
Tahap Orientasi, tahap Kerja dan Tahap terminasi.

5. Konselor mengidentifikasi apa penyebab terjadinya fobia, bagaimana fobia tercipta


dan bermula, serta bagaimana konselor akan membatu konseli menghadapi fobia
yang ia derita.

6. konselor menyarankan agar konseli menghindari tempat-tempat yang berpotensi


membuat fobia yang diderita oleh konseli kembali muncul sampai dengan
pertemuan berikutnya.

9|Modul Fear Anxiety & Cognitive Behavior Theraphy


LAMPIRAN

SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin(L/P) :
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telp :
Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orangtua/*suami/*istri
/*anak/*wali dari:
Nama :
Jenis Kelamin(L/P) :
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telp :
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan terapi berupa
Cognitive Behavioural therapy.
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan
terapi tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca
tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.

Surabaya,… .............................. 2022

Bidan/Pelaksana, Yang membuat pernyataan,


Ttd Ttd

(……………………) (…………………………..)

10 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
Modifikasi Severity Measure for Specific Phobia Adult Scale

Identitas

Nama :

Usia :

Tanggal Tes :

Instruksi

Skala ini terdiri dari 10 pernyataan. Saudara/I diminta untuk menjawab


pertanyaan – pertanyaan yang telah disediakan yang sesuai dengan pikiran, perasaan
dan perilaku Saudara/I saat berada di situasi tersebut dengan memberi tanda
Checklist (v) pada item berikut yang palingmembuat Saudara/I sangat takut. Hanya
pilih salah satu item yang menurut penilaian Saudara/I berada pada situasi
item tersebut. Pilihanjawabannya adalah sebagai berikut :

Tidak Pernah : TP

Separuh Waktu : SW
Sebagian Besar Waktu : SBW
Setiap Waktu : SW

ITEM TP SW SBW SW

1 Saya merasa cemas pada saat


berada di ketinggian
2 Saya merasa gelisah saat berada di
ketinggian
3 Saya merasa gugup saat berada di
ketinggian
4 Saya merasa jantung berdetak
kencang saat berada di ketinggian

11 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
5 Saya merasa kesulitan bernafas

saat berada di ketinggian


6 Saya berkeringat dingin saat berada

di ketinggian
7 Saya merasa gemetar saat berada

di ketinggian
8 Saya merasa otot-otot tubuh
menjadi tegang saat berada di
ketinggian
9 Saya menghindari ketinggian
10 Saya membutuhkan bantuan kalau
harus berada di ketinggian
( obat-obatan, orang lain)

By : Craske et al. 2013. APA

12 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 2

Tahap Kerja / Desentisasi Sistematis

DESKRIPSI

Pertemuan kedua adalah Menyusun Hirarki Kecemasan, dimana konselor


Mengidentifikasi situasi yang berkaitan dengan fobia yang menimbulkan kecemasan
atau gejala lain, kemudian melakukan relaksasi dengan Mengganti respon kecemasan
pada klien dengan respon yang lebih adaptif, dilanjutkan dengan melatih subjek untuk
berhadapan dengan stimulus fobia melalui foto dan imagery, melatih klien untuk
mengganti perilaku tidak adaptif dengan perilaku adaptif yang sudah dipelajari di
latihan relaksasi

TUJUAN
1. Mengidentifikasi situasi yang berkaitan dengan fobia
2. Merelaksasi kognitif konseli agar tidak timbul masalah yang berkaitan dengan fobia
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya fobia yang dialami oleh konseli
4. Membangun rapport dengan peserta dan membantuk suasana nyaman

DURASI WAKTU PELAKSANAAN


60 – 90 menit

ALAT DAN BAHAN


1. Aromatheraypy
2. Laptop
3. Speaker mini

SETTING
Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan kondisi
tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan baik

13 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PIHAK YANG TERLIBAT
Psikolog sebagai fasilitator dan Konselor, dan Konseli sebagai peserta terapi.

BENTUK KEGIATAN
1. Konselor akan Kembali menanyakan tentang fobia yang dialami oleh konseli,
apakah dalam minggu-minggu ini terdapat gejala atau gangguan kembali setelah
terapi sesi pertama.

2. Konselor melakukan RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS kepada


konseli. Berikut tahapan RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS :

Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa


persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau tidak
mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak sedang
kelaparan atau kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil
posisi tubuh. Bisa pula ditambahkan aromatherapy dan alunan music klasik dalam
pelaksanaan teknik relaksasi. Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan
duduk di lantai atau kursi, berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa
konseli ke keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur
tubuh yang salah.

Sedangkan Desensitisasi sistematis mempunyai tiga elemen pokok (Jones,


2011:460 ; Thompson, 2003: Corey, 2009) yaitu (1) latihan relaksasi otot dalam (2)
menyusun hierarki/jenjang-jenjang stimuli yang membangkitkan kecemasan (3)
setelah relaks, meminta konseli untuk membayangkan item-item dari hiererki
stimuli yang membangkitkan kecemasan tersebut.

Ketiga pokok tersebut dijabarkan kedalam beberapa langkah seperti berikut :

1) Melatih relakasasi konseli dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh
dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada,
dan anggota badan bagian bawah.
2) Konseli mempraktikkan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan
cepat.
3) Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.Menyusun tingkat
kecemasan

14 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
4) Membuat daftar situasi yang memunculkan/meningkatkan taraf kecemasan mulai
dari yang paling rendah-paling tinggi.
5) Pelaksanaan desensitisasi konseli dalam keadaan santai dan mata tertutup.

6) Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral,
menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat yang paling
rendah. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa
cemas, dan dihentikan.
7) Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta
membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
8) Terapi selesai bila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi
yang sebelumnya paling mengelisahkan dan mencemaskan.

Tujuan Relaksasi antara lain untuk :


1) Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak
tidur, sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma.
2) Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik dan aspek psikologis.
3) Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian
4) sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang
menegangkan.
5) Selanjutnya Tujuan teknik desensitisasi sistematis yaitu: Teknik desensitisasi
sistematis bermaksud mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak
konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli.
6) Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau
masalah sosial.
7) Menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks.
8) Menghapus tingkah laku negatif seperti kecemasan.

15 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
3. Yang terakhir, konseli diminta oleh konselor untuk membayangkan dengan
menutup mata, apakah bila konseli mengunjungi tempat-tempat tinggi tersebut
masih akan timbul fobia, apabila masih terdapat masalah fobia, konselor akan
meminta konseli mengulangi kegiatan relaksasinya tersebut.

16 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 3

Tahap Kerja / Desentisasi Sistematis

DESKRIPSI
Pertemuan ketiga adalah tahap lanjutan dari tahap 2, adalah kelanjutan konselor dalam
menyusun Hirarki Kecemasan, dimana konselor Mengidentifikasi situasi yang berkaitan
dengan fobia yang menimbulkan kecemasan atau gejala lain, kemudian melakukan
relaksasi dengan Mengganti respon kecemasan pada klien dengan respon yang lebih
adaptif, dilanjutkan dengan melatih subjek untuk berhadapan dengan stimulus fobia
melalui video dan mencoba menempatkan klien pada sudut ketinggian di sebuah
gedung, melatih klien untuk mengganti perilaku tidak adaptif dengan perilaku adaptif
yang sudah dipelajari di latihan relaksasi

TUJUAN
1. Mengidentifikasi situasi yang berkaitan dengan fobia
2. Merelaksasi kognitif konseli agar tidak timbul masalah yang berkaitan dengan fobia
3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya fobia yang dialami oleh konseli
4. Membangun rapport dengan peserta dan membantuk suasana nyaman

DURASI WAKTU PELAKSANAAN


60 – 90 menit

ALAT DAN BAHAN


1. Aromatheraphy
2. Laptop
3. Speaker mini

SETTING
Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan kondisi
tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan baik. Pada
terapi pertemuan ketiga ini terapis juga membawa subjek ke gedung lantai 6 yang sudah

17 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
dipastikan keadaan gedung dan sekitarnya aman bagi pengunjung.

PIHAK YANG TERLIBAT


Psikolog sebagai fasilitator dan Konselor, dan Konseli sebagai peserta terapi.

BENTUK KEGIATAN
1. Konselor akan Kembali menanyakan tentang fobia yang dialami oleh konseli,
apakah dalam minggu-minggu ini terdapat gejala atau gangguan kembali setelah
terapi sesi pertama.
2. Konselor melakukan RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS kepada
konseli. Berikut tahapan RELAKSASI-DESENSITISASI SISTEMATIS :
Dalam menerapkan teknik relaksasi kita perlu mempertimbangkan beberapa
persiapan yang harus diperhatikan seperti setting lingkungan yang tenang atau tidak
mengganggu, pakaian yang longgar atau tidak mengikat, perut yang tidak sedang
kelaparan atau kekenyangan, serta tempat yang nyaman dan tepat untuk mengambil
posisi tubuh. Bisa pula ditambahkan aromatherapy dan alunan music klasik dalam
pelaksanaan teknik relaksasi. Posisi atau postur untuk relaksasi bebas, dapat dengan
duduk di lantai atau kursi, berdiri auatupun berbaring yang penting dapat membawa
konseli ke keadaan rileks atau istirahat serta berguna untuk memperbaiki postur
tubuh yang salah.
Sedangkan Desensitisasi sistematis mempunyai tiga elemen pokok (Jones,
2011:460 ; Thompson, 2003: Corey, 2009) yaitu (1) latihan relaksasi otot dalam (2)
menyusun hierarki/jenjang-jenjang stimuli yang membangkitkan kecemasan (3)
setelah relaks, meminta konseli untuk membayangkan item-item dari hiererki
stimuli yang membangkitkan kecemasan tersebut.
Ketiga pokok tersebut dijabarkan kedalam beberapa langkah seperti berikut :
1) Melatih relakasasi konseli dengan berlatih pengenduran otot dan bagian tubuh
dengan titik berat wajah, tangan, kepala, leher, pundak, punggung, perut, dada,
dan anggota badan bagian bawah.
2) Konseli mempraktikkan 30 menit setiap hari, hingga terbiasa untuk santai dengan
cepat.
3) Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.Menyusun tingkat
kecemasan

18 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
4) Membuat daftar situasi yang memunculkan/meningkatkan taraf kecemasan
mulai dari yang paling rendah-paling tinggi.
5) Pelaksanaan desensitisasi konseli dalam keadaan santai dan mata tertutup.
6) Meminta konseli membayangkan dirinya berada pada satu situasi yang netral,
menyenangkan, santai, nyaman, tenang. Saat konseli santai diminta
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan pada tingkat yang paling
rendah. Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat yang memunculkan rasa
cemas, dan dihentikan.
7) Kemudian dilakukan relaksasi lagi sampai konseli santai, diminta
membayangkan lagi pada situasi dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dari sebelumnya.
8) Terapi selesai bila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi
yang sebelumnya paling mengelisahkan dan mencemaskan.

Tujuan Relaksasi antara lain untuk :


1) Melegakan stress untuk penyakit darah tinggi, penyakit jantung, susah hendak
tidur,sakit kepala disebabkan tekanan dan asthma.
2) Membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik dan aspek psikologis.
3) Membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian
4) sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang
menegangkan.
5) Selanjutnya Tujuan teknik desensitisasi sistematis yaitu : Teknik desensitisasi
sistematis bermaksud mengajar konseli untuk memberikan respon yang tidak
konsisten dengan kecemasan yang dialami konseli.
6) Mengurangi sensitifitas emosional yang berkaitan dengan kelainan pribadi atau
masalah sosial.
7) Menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan
klien untuk rileks.
8) Menghapus tingkah laku negatif seperti kecemasan.

19 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
3. Konseli diminta oleh konselor untuk membayangkan dengan menutup mata,
apakah bila konseli mengunjungi tempat-tempat tinggi tersebut masih akan timbul
fobia, apabila masih terdapat masalah fobia, konselor akan meminta konseli
mengulangi kegiatan relaksasinya tersebut.
4. Yang terakhir, jika konseli sudah tidak timbul reaksi fobia saat melihat video
aktifitas dikentinggian dan pada saat diminta membayangkan tempat-tempat
tinggi, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu menempatkan konseli
secara perlahan pada sudut ketinggian di sebuah gedung secara langsung.
Dilakukan perlahan, selangkah demi selangkah menuju pagar sebuah gedung, jika
muncul reaksi fobia maka dapat berhenti sejenak dan mengulangi kegiatan
relaksasinya. Hal tersebut berlangsung hingga konseli berada cukup dekat dengan
pagar pembatas gedung dan mampu melihat kebawah atau kesekitar gedung dari
sudut konseli berada. Konselor juga harus memberikan keyakinan kepada konseli
untuk dapat menghadapi fobianya dengan mengubah irrational belief menjadi
rational belief, misalkan dengan menginformasikan bahwa gedung tersebut aman,
pagarnya kokoh kuat, pagarnya dibuat atau dirancang dengan mempertimbangkan
keselamatan penggunanya, dan sebagainya. Tidak lupa untuk melakukan relaksasi
di sela-sela sesi tersebut. Hal ini dilakukan hingga konseli merasa dapat mengatasi
fobianya, cukup merasa aman dan tenang di sudut ketinggian tersebut Pada akhir
sesi diberikan pujian kepada konseli atas pencapaiannya pada sesi ini dengan baik.

20 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 4

Tahap Terminasi

DESKRIPSI
Pertemuan Ke-empat adalah Mengevaluasi Komitmen Yang Telah Dilakukan Pada
Sesi Sebelumnya, dengan memberikan dukungan dan semangat atas kemajuan
subjek serta membiasakan subjek untuk mengatasi rasa takut dan perilaku
menghindar saat berhadapan dengan objek atau situasi fobia yang dibayangkan.
dilanjutkan dengan Melakukan Intervensi Lanjutan Mengguna -Kan Self Talk yang
bertujuan untuk menguatkan keyakinan untuk tetap fokus pada masalah utama.

TUJUAN
Menguatkan stimulus positif yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.

DURASI WAKTU PELAKSANAAN


60 – 90 menit

ALAT DAN BAHAN


1. Aromatheraphy
2. Laptop
3. Speaker mini

SETTING
Psikolog/terapis dan subjek yang berada diruang tamu maupun tempat dimana
subjek nyaman di area kediamannya.

PIHAK YANG TERLIBAT


Psikolog/terapis dan Konseli duduk berhadapan berada diruang terapi dengan
kondisi tempat yang nyaman dan tenang untuk melakukan tahapan terapi dengan
baik

21 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
BENTUK KEGIATAN
1. Konselor akan mengevaluasi Komitmen Yang Telah Dilakukan Pada Sesi
Sebelumnya, dengan memberikan dukungan dan semangat atas kemajuan
subjek (bisa dengan memberikan kalimat-kalimat positif seperti "selamat ya
kak, sekarang sudah berkurang rasa takunya terhadap ketinggian, mari kita
lanjutkan ke tahap selanjutnya agar anda segera sembuh dari fobia ketinggian"),
serta membiasakan subjek untuk mengatasi rasa takut dan perilaku menghindar
saat berhadapan dengan objek atau situasi fobia yang dibayangkan
2. Kemudian konselor akan memberikan terapi berupa terapi Self Talk.
Berikut ini adalah langkah - langkahnya :
 Pertama, pastikan tubuh kita betul-betul dalam kondisi rileks. Sebaiknya
bersandar, kaki menapak pada lantai atau diluruskan. Jangan sampai kaki
dalam keadaan bersilang. Pundak bisa dilemaskan dengan cara
memutarnya ke arah depan atau belakang lalu lemaskan punggung.
 Kedua, atur napas. Tarik napas dalam sekitar 5-8 hitungan, tahan 5
hitungan, lalu hembuskan 5-8 hitungan. Coba ulangi sekitar 5-10 putaran.

Nafas – Self talk


Pastikan tubuh kita betul-betul dalam kondisi rileks. Sebaiknya bersandar, kaki
menapak pada lantai dan luruskan. Jangan sampai kali dalam keadaan bersilang.
Pundak bisa dilemaskan dengan cara memutarnya kea rah depan atau belakang
lalu lemaskan punggung.

Atur nafas. Tarik nafas dalam sekitar 5-8 hitungan, tahan 5 hitungan, lalu
hembuskan 5-8 hitungan. Coba ulangi sekitar 5-10 putaran.

“Dengan mata terpejam, ucapkan kalimat-kalimat positif. Bayangkan dan


rasakan. Tubuh saya semakin sehat dan kuat setiap hari, saya bisa bergerak lagi
dengan aktif dan bahagia, terima kasih ya Allah kesembuhan total terjadi
padaku, syukur pada- Mu Tuhan telah memberikan Kesehatan prima bagiku”.

Lakukan secara berulang.

22 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
Wahai rasa sakit, wahai penyakit takut akan ketinggian yang bersemayam
dalam tubuhku saat ini

Maafkan aku selama ini berusaha mengusirmu

Maafkan jika selama ini aku kesal, marah, kecewa padamuMaafkan aku jika
selama ini membenci dan memusuhimu Aku mencintaimu. Aku menyayangimu,
Aku mengasihimu(tarik nafas dan keluarkan nafas perlahan)

Ucapkan kembali :

Mulai saat ini, Aku menerima dirimu apa adanya aku terima, aku pasrah atas
apayang kamu lakukan padaku

Wahai tubuhku, seluruh organ dalam tubuhku

Maafkan aku jika selama ini aku lupa berterimakasih kepadamu.

Maafkan aku jika Selama ini aku mengabaikan terimakasih atas semua hal
yangtelah kamu lakukan untukku

‘Terimakasih, untuk bantuan dan kerja samamu, karena sampai dengan saat ini
kamu sudah memberikan yang terbaik dalam hidupku

Terima kasih, terima kasih, terima kasih

 Ketiga, pejamkan mata jika aktivitas ini bisa membuat tubuh lebih
nyaman dan rileks.
 Keempat, jika tubuh sudah rileks, ucapkan kalimat-kalimat positif
sebagai negasi pikiran-pikiran negatif yang sebelumnya muncul. Semisal,
jika Anda berfikir “Aku takut berada di ketinggian,” maka ucapkan
kalimat-kalimat positif seperti :

23 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
“Aku bisa, ini mudah” atau “Aku bisa menghadapinya, karena sudah terapi,”

“Sebagai manusia biasa yang bisa aku lakukan hanyalah menerima takdir dan
ketetapan Allah, ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi ini adalah cara
Allah menyayangiku”

“Sebagai manusia pilihan Allah, aku sangat bersyukur, hidupku senantiasa


diliputi keberuntungan demi keberuntungan, kemudahan demi kemudahan,
keajaiban demi keajaiban, seolah tiada henti terus menerus. Aku tau ini adalah
Cara Allah menyayangiku. Penyakit seperti ini tidak akan mengalahkanku”

 Kelima, ucapkan kalimat-kalimat positif beberapa kali. Karena


prinsipnya, Semakin sering diulang akan semakin melekat dalam pikiran.

24 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
PERTEMUAN 5

Tahap Evaluasi dan Pencegahan Relapse

DESKRIPSI

Pertemuan Ke-lima adalah Pengisian Lembar Refleksi Diri, dimana isinya adalah
Menumbuhkan komitmen subjek untuk menghadapi masalah dengan pikiran,
perasaan, dan perbuatan positif, Menumbuhkan komitmen subjek untuk
menghadapi masalah dengan pikiran, perasaan, dan perbuatan positif, Refleksi dari
pengalaman terapi. kemudian mengisi postest untuk kedua kalinya.

TUJUAN

Menguatkan stimulus positif yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. dan


mengevaluasi apakah masih terdapat masalah dari pertemuan - pertemuan
sebelumnya.

DURASI WAKTU PELAKSANAAN


60 – 90 menit

ALAT DAN BAHAN


1. Aromatheraphy
2. Laptop
3. Speaker mini

SETTING
Psikolog/terapis dan subjek yang berada diruang tamu maupun tempat dimana
subjek nyaman di area kediamannya

PIHAK YANG TERLIBAT


Psikolog sebagai fasilitator dan Konselor, dan Konseli sebagai peserta terapi.

25 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
BENTUK KEGIATAN
1. Konselor kembali akan mengevaluasi Komitmen Yang Telah Dilakukan Pada
Sesi Sebelumnya, dengan memberikan dukungan dan semangat atas kemajuan
subjek Kemudian meminta subjek untuk mengisi lembar refleksi diri lalu
mengisi postest Kembali
2. Apabila pada tahap evaluasi konseli tidak berhasil mengurangi rasa takutnya
terhadap ketinggian. Maka konselor akan melakukan terapi dengan metode
lainnya.
3. Berikut lembar refleksi diri :

26 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y
LEMBAR REFLEKSI DIRI
SETELAH MELAKUKAN
KONSELING TERAPY

Nama : DAHLIA

NIK : 357101XXXXXX
PEKERJAAN : MAHASISWA
ALAMAT : SURABAYA

A. Refleksi Komponen
1. Apakah kegiatan Cognitive Behavioural Therapy yang saya lakukan dapat mengurangi
rasa takut saya terhadap ketinggian?

2. Apakah materi yang diberikan konselor dapat saya pahami dengan baik? (Apakah materi
terlalu sulit, terlalu rendah, atau sudah sesuai dengan kebutuhan saya?)

3. Bagaimana tanggapan anda dengan terapi yang sudah diberikan oleh konselor?

4. Setelah dilakukan terapi, apakah masih timbul gejala-gejala takut akan ketinggian?

5. Apakah selama terapi berlangsung anda merasa nyaman?

6. Apakah anda masih memerlukan terapi ulang?

27 | M o d u l F e a r A n x i e t y & C o g n i t i v e B e h a v i o r T h e r a p h y

You might also like