Professional Documents
Culture Documents
0407117601, 3 Dini W Unma Fix
0407117601, 3 Dini W Unma Fix
0407117601, 3 Dini W Unma Fix
*e-mail: diniwidianingrum@unma.ac.id
ABSTRACT.
Muscovy duck development can be influenced by reproductive performance, including mating behavior.
The purpose of the study was to obtain the quantitative characteristics of the Ciayumajakuning Muscovy duck
mating and to obtain the best entog in its mating characteristics. The research method was carried out
experimentally using a completely randomized design with 4 treatments and 5 replications. The parameters
observed were mating frequency, mating duration, mating time, and mating location. The results showed that the
quantitative characteristics of the entog Kuningan showed a significant difference in the frequency of mating with
the drake and duck and the duration of mating was higher than that of the Cirebon, Indramayu, and Majalengka
Muscovy duck. This is supported by data on the frequency of mating with 7.4 drake and duck 2 times/day, and the
mating duration is 119.4 seconds. The mating time of the Cirebon, Indramayu, Majalengka, and Kuningan
Muscovy duck did not show a significant difference, namely more in the first and second quarters at 06.01-12.00
WIB and 12.01-16.00 WIB. The mating location is in zone 1 in the area near the place of feed and drinking
water. In conclusion, Muscovy duck Kuningan has the best marital characteristics.
ABSTRAK.
Pengembangan entog dapat dipengaruhi performan reproduksi antara lain tingkah laku kawin. Tujuan
penelitian yaitu untuk mendapatkan karakteristik kuantitatif kawin entog ciayumajakuning dan mendapatkan
entog yang paling baik dalam karakteristik perkawinannya. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental
yang menggunakan rancangan acak lengkap 4 perlakuan 5 ulangan. Parameter yang diamati frekuensi kawin,
durasi kawin, waktu kawin, dan lokasi kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kuantitatif entog
Kuningan menunjukkan perbedaan yang nyata pada frekuensi kawin entog jantan dan betina serta durasi kawin
lebih tinggi dibandingkan dengan entog Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Hal ini didukung oleh data
frekuensi kawin entog jantan 7,4 dan betina 2 kali/hari, dan durasi kawin 119,4 detik. Waktu kawin entog
Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu lebih banyak di
kuarter I dan II pukul 06.01-12.00 wib dan 12.01-16.00 wib. Lokasi kawinnya di zona 1 di area dekat tempat
pakan dan air minum. Kesimpulannya entog Kuningan memiliki karakteristik perkawinan paling baik.
121
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
serta aktivitas lainnya (Abdel-Hamid et al., jantan dan betina dalam populasi).
2020). Pemeliharaan skala besar, umumnya
Tingkah laku atau merupakan komponen perkawinan dilakukan secara flock mating
yang diwariskan dari lahir (naluri) dan yang (Banga-Mboko et al., 2007).
diperoleh semasa hidupnya (pengalaman). Tingkah laku perkawinan, bertelur, dan
Naluri terdiri atas refleks-refleks sederhana, mengeram termasuk ke dalam tingkah laku
respon-respon dari berbagai unsur dan pola reproduksi entog. Hal ini dapat berpengaruh
perilaku kompleks yang dipelajari sehingga terhadap produktivitas telur dan bibit yang
menjadi kebiasaan (Ye et al., 2019). dihasilkan. Performa tingkah laku individu
Pengetahuan mengenai tingkah laku entog dipengaruhi oleh factor genetic (Damaziak et
akan memudahkan peternak dalam menangani al., 2014) dan lingkungan (Ye et al., 2019)
dan mengatur kebutuhan ternak. Umumnya terutama status fisiologis (umur, jenis kelamin,
peternak atau petugas kendang sudah rasa lapar, dan Kesehatan) (Widianingrum et
mengetahui tingkah laku entog yang al., 2020). Sehingga ransum dan kebutuhan
dipelihara. Pola tingkah laku pada unggas nutrisi pada entog harus selalu diperhatikan
adalah perilaku yang terorganisir dengan (Castillo et al., 2020).
fungsi tertentu berupa aksi tunggal atau Entog membutuhkan pakan untuk
berurutan yang terintegrasi dan biasanya memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi,
muncul sebagai respon terhadap stimulus dari reproduksi, dan beraktivitas, salah satunya
lingkungannya. Pola tingkah laku dasar (basic untuk kawin. Pada prinsipnya kebutuhan pakan
behavior system pada unggas terdiri atas 7-9 untuk entog dan itik tidak jauh beda.
macam, yaitu makan, minum, eliminative, Kandungan nutrisi pakan entog mengacu pada
sexual, social, care and giving, shelter seeking, pakan itik pedaging (El. Abdel-Hamid &
dan investigative (J. M. Brun et al., 2005a). Abdelfattah, 2020). Itik dapat memanfaatkan
Perkawinan merupakan pertemuan hijauan lebih banyak dibandingkan ayam
hewan jantan dan betina secara sexual (Abd El- sehingga pakan itik pada system pemeliharaan
Hack et al., 2019) dan termasuk bagian dari intensif diberikan potongan hijauan segar,
proses reproduksi. Tingkah laku perkawinan demikian juga pada entog. Kebutuhan nutrient
adalah aktivitas dimulai dari pejantan dan pakan entog dewasa yaitu protein kasar 18%
betina melakukan oersiapan, saat, dan setelah dan energi metabolis 2800 kkal/kg (Costa et
kawin (Stai & Searcy, 2010). Umumnya al., 2019). Air minum sangat penting untuk
tingkah laku ini berbeda antara jantan dan entog dan harus selalu tersedia, sehingga
betina. Hal ini diperngaruhi oleh oleh factor diberikan adlibitum. Entog betina memerlukan
internal (hormone) dan eksternal (jumlah pakan berprotein tinggi untuk menghasilkan
122
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
telur yang berkualitas baik demikian juga menyukai perkawinan di kolam (El. Abdel-
dengan entog jantan untuk menghasilkan Hamid & Abdelfattah, 2020).
sperma yang berkualitas baik (Rufino et al., Menurut (Mohammed et al., 2015),
2017). Konsumsi ransum entog 170-180 tingkah laku kawin pada itik ada lima tahapan
gram/ekor/hari (Castillo et al., 2020). Entog yaitu courtship, mounting and positioning,
mampu mengendalikan nafsu makan stimulating, erection and ejaculatotion, and
dibandingkan itik, sehingga kadar lemak dalam post coital display. Tingkah laku perkawinan
tubuhnya juga lebih rendah (Tamsil, 2018). pada ayam sering dilengkapi dengan tarian
Hewan memiliki insting untuk memilih waltz, dimana ayam jantan mengitari ayam
pasangan terbaik dalam berkembangbiak. Pada betina sambil menari, apabila betina setuju dia
dabbling duck, intensitas seksual dipengaruhi akan merendahkan badannya untuk dinaiki
dimorfisme bulu dan perayuan yang jantan, dan apabila tidak setuju betina akan lari
ditampilkan oleh jantan terhadap betina menjauhi pejantan. Tingkah laku perkawinan
(Ismoyowati et al., 2017). Agresivitas dan pada entog belum banyak diteliti padahal ini
kemampuan berkompetisi pada jantan, sangat sangat penting untuk pengembangan produksi
menentukan dalam perkawinan (Banga-Mboko dan reproduksi entog. Tujuan penelitian ini
et al., 2007). Betina lebih tertarik pada jantan yaitu untuk mendapatkan karakteristik tingkah
yang memiliki warna bulu cerah dan dominasi laku perkawinan entog.
jantan dalam kelompok (Abdel-Hamid et al.,
MATERI DAN METODE
2020).
Materi Penelitian
Frekuensi perkawinan dapat dipengaruhi
Menggunakan entog ciayumajakuning 140:
oleh sex ratio. Sex ratio optimal pada entog 1:6
betina 120 dan jantan 20 sex ratio 1:6.
(Batellier et al., 2004). Semakin tinggi sex
Kandang penelitian berukuran Panjang 4 meter
ratio, maka semakin kecil frekuensi
dan lebar 1 meter, tempat pakan, tempat
perkawinan. Sex ratio berpengaruh terhadap
minum, sarang, kamera cctv dan perangkat
fertilitas telur tetas. Semakin tinggi sex ratio,
komputer. Entog diberi pakan 2 kali sehari
maka semakin rendah fertilitas telur tetas.
yaitu pagi dan sore. Pakan mengandung protein
Waktu perkawinan pada itik alabio lebih
kasar 16,84% dan energi metabolis 2800
banyak dilakukan pada pagi hari dibandingkan
kkal/kg.
siang dan sore hari (Stai & Searcy, 2010). Hal
Alat penelitian menggunakan kamera
demikian dipengaruhi temperature lingkungan
CCTV, DVR 16 channel dan software
pagi hari lebih dingin dibandingkan dengan
pendetekdi rekaman video, hardisk internal
siang dan malam hari. Temperature lingkungan
500GB, layer monitor untuk menampilkan
erat kaitannya dengan kebiasaan itik yang lebih
123
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
124
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
125
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
tahap perayuan (courtship) dimana entog samping betina. Durasi pada entog liar lebih
Kuningan lebih lama dibandingkan dengan cepat karena mempunyai bobot badan yang
entog Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. lebih ringan sehingga memudahkan untuk
Lama kawin disebabkan oleh lamanya kawin (Abdel-Hamid et al., 2020). Durasi
perayuan, pada entog liar perayuannya singkat, kawin entog yang dikandangkan lebih lama
dan pada entog jinak perayuannya lama (J. M. dari entog yang diumbar atau entog liar
Brun et al., 2005b). (Oguntunji & Ayorinde, 2015).
Tahap perayuan adalah proses
Waktu kawin
pendekatan jantan kepada betina yaitu saling
Pengamatan waktu perkawinan
mendekat dan mematuk-matuk paruh, kepala,
dilakukan selama 24 jam dan dibagi per 6 jam
leher, dan badan. Durasi kawin entog yang
menjadi empat kuarter yaitu kuarter I pukul
dikandangkan lebih lama karena tahap
00.01-06.00, kuarter II pukul 06.01-12.00,
perayuan lebih lama (Etuk, Abasiekong, et al.,
kuarter III pukul 12.01-18.00, dan kuarter IV
2006). Durasi kawin dihitung dari tahapan
pukul 18.01-00.00 wib. Waktu entog kawin
jantan mendekati betina, menaiki, saling
disajikan pada Ilustrasi 1.
mendekatkan ekor, penetrasi, dan jatuh ke
16
14
12 13
12 12 12
10 11 11
8 9
8
6
6 6
4 5 5 5 5 5
2 3
0
Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan
126
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
12.00) dan kuarter III (pukul 12.01-16.00) serta sekresi beberapa limpokin yang berperan
sebanyak 44 kali per hari. Hal ini diduga akibat dalam fungsi normal system imun (Tanganyika
waktu pagi dan siang hari menjelang sore & Webb, 2019). Tingkah laku unggas sangat
merupakan waktu yang optimal untuk dipengaruhi intensitas cahaya, termasuk
melakukan perkawinan karena temperature ringkah laku reproduksi (Kokoszyński et al.,
lingkungan sejuk, cahaya tidak terlalu terang, 2020).
dan ada energi dari pakan. Cahaya berpengaruh
Lokasi kawin
terhadap stimulasi sintesis dan eksresi
Lokasi kawin entog dibagi menjadi tiga
melatonin (EI-Badry et al., 2015). Melatonin zona yaitu zona 1 (area sekitar tempat pakan
berperan dalam pengaturan ritme sirkadian dan minum), zona 2 (ditengah), dan zona 3 (di
temperature tubuh, fungsi metabolism tubuh, sekitar sarang). Setiap zona luas 1 m2. Lokasi
kawin entog hasil penelitian disajikan pada
pola konsumsi pakan, air minum dan digesti, Ilustrasi 2.
25
22
21
20
20 18
15
12
10 9
7
5
5 4 4
3 3
0
Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan
Berdasarkan ilustrasi 2. Lokasi kawin Entog Cairinini seperti aix galericulata juga
entog Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan setelah kawin akan langsung menjauhi betina
Kuningan pada umumnya di zona 1 yaitu area menuju tempat air untuk berenang (Costa et al.,
dekat tempat pakan dan minum. Hal ini diduga 2019). Tingkah laku itik mandarin setelah
akibat seringnya entog mendekati tempat kawin diinisiasi oleh betina menuju sumber air
pakan dan minum, tingkah laku entog setelah untuk mandi dan melakukan preening (Yakubu
kawin kemudian minum dan membasahi & Ugbo, 2011).
tubuhnya. Selain itu juga tingkah laku entog
jantan rimba (cairina stuculata) yang hidup liar KESIMPULAN
Karakteristik kuantitatif entog Kuningan
menunjukkan tingkah laku setelah kawin
menunjukkan perbedaan yang nyata pada
langsung menuju tempat air dan berenang
frekuensi kawin entog jantan dan betina serta
(Mohamed F.A. Farghly & Mahmoud, 2018).
127
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
durasi kawin lebih tinggi dibandingkan dengan TAOUIS, M., MONBRUN, C.,
entog Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. VIGNAL, A., & BRILLARD, J. P.
Hal ini didukung oleh data frekuensi kawin (2004). Sex ratios in mule duck embryos
entog jantan 7,4 dan betina 2 kali/hari, dan at various stages of incubation.
durasi kawin 119,4 detik. Waktu kawin entog Theriogenology.
Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan https://doi.org/10.1016/S0093-
691X(03)00208-5
Kuningan tidak menunjukkan perbedaan yang
BATI, J., BIZA-KOUKABA, C., BANGA-
nyata yaitu lebih banyak di kuarter I dan II
MBOKO, H., MFOUKOU-NTSAKALA,
pukul 06.01-12.00 wib dan 12.01-16.00 wib. A., BAKOUTANA, D., ADZONA, P.,
Lokasi kawinnya di zona 1 di area dekat HORNICK, J., & LEROY, P. (2014).
tempat pakan dan air minum. Phenotypic Characterization According to
The Feather Color of Indigenous
UCAPAN TERIMA KASIH
Muscovy Ducks Bred in The Back Yard
Penulis mengucapkan terima kasih dan in Brazzaville, The Congo. ANIMAL
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada PRODUCTION.
Dani Garnida, Ir., MS. dan Dr. Endang Sujana, https://doi.org/10.20884/1.anprod.2014.1
S.Pt., M.Si. Dosen Laboratorium Produksi 6.3.459
Unggas Fakultas Peternakan Universitas BRUN, J. M., RICHARD, M. M., MARIE-
Padjadjaran, yang telah memberikan fasilitas ETANCELIN, C., ROUVIER, R., &
perangkat CCTV dan kandang penelitian. LARZUL, C. (2005a). Le canard mulard:
Semoga Alloh SWT membalasnya dengan Déterminisme génétique d’un hybride
kebaikan yang berlipat ganda. intergénérique. Productions Animales.
https://doi.org/10.20870/productions-
DAFTAR PUSTAKA animales.2005.18.5.3534
ABD EL-HACK, M. E., HURTADO, C. B., BRUN, J. M., RICHARD, M. M., MARIE-
TORO, D. M., ALAGAWANY, M., ETANCELIN, C., ROUVIER, R., &
ABDELFATTAH, E. M., & ELNESR, S. LARZUL, C. (2005b). The mule duck:
S. (2019). Fertility and hatchability in Genetic determinism of an intergeneric
duck eggs. World’s Poultry Science hybrid. Productions Animales.
Journal. BRUN, JEAN MICHEL, BERNADET, M. D.,
https://doi.org/10.1017/S0043933919000 CORNUEZ, A., LEROUX, S., BODIN,
060 L., BASSO, B., DAVAIL, S., JAGLIN,
ABDEL-HAMID, S. EL, SALEEM, A. S. Y., M., LESSIRE, M., MARTIN, X.,
YOUSSEF, M. I., MOHAMMED, H. H., SELLIER, N., MORISSON, M., &
& ABDELATY, A. I. (2020). Influence PITEL, F. (2015). Influence of grand-
of housing systems on duck behavior and mother diet on offspring performances
welfare. Journal of Advanced Veterinary through the male line in Muscovy duck.
and Animal Research. BMC Genetics.
https://doi.org/10.5455/javar.2020.g435 https://doi.org/10.1186/s12863-015-0303-
BANGA-MBOKO, H., LELOU, B., MAES, z
D., & LEROY, P. L. (2007). Indigenous CASTILLO, A., SCHIAVONE, A., CAPPAI,
Muscovy Ducks in Congo Brazzaville. 2. M. G., NERY, J., GARIGLIO, M.,
Preliminary observations on indigenous SARTORE, S., FRANZONI, A., &
Muscovy ducks reared under moderate MARZONI, M. (2020). Performance of
inputs in Congolese conditions. Tropical slow-growing male muscovy ducks
Animal Health and Production. exposed to different dietary levels of
https://doi.org/10.1007/s11250-007-4235- quebracho tannin. Animals.
0 https://doi.org/10.3390/ani10060979
BATELIER, F., MARCHAL, F., SCHELLER, COSTA, V. R., CRUZ, F. G. G., RUFINO, J.
M. F., GAUTRON, J., SELLIER, N., P. F., SILVA, A. F., FREITAS, B. K. M.,
128
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
129
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130
130