0407117601, 3 Dini W Unma Fix

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Volume 09 Nomor 02 Desember 2021 AGRIVET

https://doi.org/10.31949/Agrivet/V9i2.1722 Jurnal Ilmu Pertanian Dan Peternakan


E-ISSN : 2541-6154 P-ISSN: 2354-6190

TINGKAH LAKU KAWIN ENTOG CIAYUMAJAKUNING PADA SYSTEM


PEMELIHARAAN INTENSIF
MATING BEHAVIOR OF CIAYUMAJAKUNING MUSCOVY DUCK IN THE CAGED
MAINTENANCE SYSTEM
DINI WIDIANINGRUM1*, TUTI WIDJASTUTI2, ASEP ANANG2, DAN IWAN SETIAWAN2
1Program studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Majalengka
2Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

*e-mail: diniwidianingrum@unma.ac.id

ABSTRACT.
Muscovy duck development can be influenced by reproductive performance, including mating behavior.
The purpose of the study was to obtain the quantitative characteristics of the Ciayumajakuning Muscovy duck
mating and to obtain the best entog in its mating characteristics. The research method was carried out
experimentally using a completely randomized design with 4 treatments and 5 replications. The parameters
observed were mating frequency, mating duration, mating time, and mating location. The results showed that the
quantitative characteristics of the entog Kuningan showed a significant difference in the frequency of mating with
the drake and duck and the duration of mating was higher than that of the Cirebon, Indramayu, and Majalengka
Muscovy duck. This is supported by data on the frequency of mating with 7.4 drake and duck 2 times/day, and the
mating duration is 119.4 seconds. The mating time of the Cirebon, Indramayu, Majalengka, and Kuningan
Muscovy duck did not show a significant difference, namely more in the first and second quarters at 06.01-12.00
WIB and 12.01-16.00 WIB. The mating location is in zone 1 in the area near the place of feed and drinking
water. In conclusion, Muscovy duck Kuningan has the best marital characteristics.

Keywords: mating behavior, Muscovy duck, Ciayumajakuning

ABSTRAK.
Pengembangan entog dapat dipengaruhi performan reproduksi antara lain tingkah laku kawin. Tujuan
penelitian yaitu untuk mendapatkan karakteristik kuantitatif kawin entog ciayumajakuning dan mendapatkan
entog yang paling baik dalam karakteristik perkawinannya. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental
yang menggunakan rancangan acak lengkap 4 perlakuan 5 ulangan. Parameter yang diamati frekuensi kawin,
durasi kawin, waktu kawin, dan lokasi kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kuantitatif entog
Kuningan menunjukkan perbedaan yang nyata pada frekuensi kawin entog jantan dan betina serta durasi kawin
lebih tinggi dibandingkan dengan entog Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Hal ini didukung oleh data
frekuensi kawin entog jantan 7,4 dan betina 2 kali/hari, dan durasi kawin 119,4 detik. Waktu kawin entog
Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata yaitu lebih banyak di
kuarter I dan II pukul 06.01-12.00 wib dan 12.01-16.00 wib. Lokasi kawinnya di zona 1 di area dekat tempat
pakan dan air minum. Kesimpulannya entog Kuningan memiliki karakteristik perkawinan paling baik.

Kata kunci: tingkah laku kawin, entog ciayumajakuning

PENDAHULUAN dan tidak diberi air untuk berenang, air


Entog merupakan unggas air penghasil disediakan hanya untuk minum (M. F.A.
daging yang umumnya dipelihara di pedesaan. Farghly et al., 2018). Kandang merupakan
Secara umum ada 3 system pemeliharaan entog bangunan yang digunakan sebagai tempat
yaitu ekstensif, semi intensif, dan intensif. tinggal, yang aman, dan nyaman, istirahat,
System pemeliharaan entog secara intensif makan, minum, berproduksi dan reproduksi,
yaitu dikandangkan tanpa air, 100% dikurung

121
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

serta aktivitas lainnya (Abdel-Hamid et al., jantan dan betina dalam populasi).
2020). Pemeliharaan skala besar, umumnya
Tingkah laku atau merupakan komponen perkawinan dilakukan secara flock mating
yang diwariskan dari lahir (naluri) dan yang (Banga-Mboko et al., 2007).
diperoleh semasa hidupnya (pengalaman). Tingkah laku perkawinan, bertelur, dan
Naluri terdiri atas refleks-refleks sederhana, mengeram termasuk ke dalam tingkah laku
respon-respon dari berbagai unsur dan pola reproduksi entog. Hal ini dapat berpengaruh
perilaku kompleks yang dipelajari sehingga terhadap produktivitas telur dan bibit yang
menjadi kebiasaan (Ye et al., 2019). dihasilkan. Performa tingkah laku individu
Pengetahuan mengenai tingkah laku entog dipengaruhi oleh factor genetic (Damaziak et
akan memudahkan peternak dalam menangani al., 2014) dan lingkungan (Ye et al., 2019)
dan mengatur kebutuhan ternak. Umumnya terutama status fisiologis (umur, jenis kelamin,
peternak atau petugas kendang sudah rasa lapar, dan Kesehatan) (Widianingrum et
mengetahui tingkah laku entog yang al., 2020). Sehingga ransum dan kebutuhan
dipelihara. Pola tingkah laku pada unggas nutrisi pada entog harus selalu diperhatikan
adalah perilaku yang terorganisir dengan (Castillo et al., 2020).
fungsi tertentu berupa aksi tunggal atau Entog membutuhkan pakan untuk
berurutan yang terintegrasi dan biasanya memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi,
muncul sebagai respon terhadap stimulus dari reproduksi, dan beraktivitas, salah satunya
lingkungannya. Pola tingkah laku dasar (basic untuk kawin. Pada prinsipnya kebutuhan pakan
behavior system pada unggas terdiri atas 7-9 untuk entog dan itik tidak jauh beda.
macam, yaitu makan, minum, eliminative, Kandungan nutrisi pakan entog mengacu pada
sexual, social, care and giving, shelter seeking, pakan itik pedaging (El. Abdel-Hamid &
dan investigative (J. M. Brun et al., 2005a). Abdelfattah, 2020). Itik dapat memanfaatkan
Perkawinan merupakan pertemuan hijauan lebih banyak dibandingkan ayam
hewan jantan dan betina secara sexual (Abd El- sehingga pakan itik pada system pemeliharaan
Hack et al., 2019) dan termasuk bagian dari intensif diberikan potongan hijauan segar,
proses reproduksi. Tingkah laku perkawinan demikian juga pada entog. Kebutuhan nutrient
adalah aktivitas dimulai dari pejantan dan pakan entog dewasa yaitu protein kasar 18%
betina melakukan oersiapan, saat, dan setelah dan energi metabolis 2800 kkal/kg (Costa et
kawin (Stai & Searcy, 2010). Umumnya al., 2019). Air minum sangat penting untuk
tingkah laku ini berbeda antara jantan dan entog dan harus selalu tersedia, sehingga
betina. Hal ini diperngaruhi oleh oleh factor diberikan adlibitum. Entog betina memerlukan
internal (hormone) dan eksternal (jumlah pakan berprotein tinggi untuk menghasilkan

122
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

telur yang berkualitas baik demikian juga menyukai perkawinan di kolam (El. Abdel-
dengan entog jantan untuk menghasilkan Hamid & Abdelfattah, 2020).
sperma yang berkualitas baik (Rufino et al., Menurut (Mohammed et al., 2015),
2017). Konsumsi ransum entog 170-180 tingkah laku kawin pada itik ada lima tahapan
gram/ekor/hari (Castillo et al., 2020). Entog yaitu courtship, mounting and positioning,
mampu mengendalikan nafsu makan stimulating, erection and ejaculatotion, and
dibandingkan itik, sehingga kadar lemak dalam post coital display. Tingkah laku perkawinan
tubuhnya juga lebih rendah (Tamsil, 2018). pada ayam sering dilengkapi dengan tarian
Hewan memiliki insting untuk memilih waltz, dimana ayam jantan mengitari ayam
pasangan terbaik dalam berkembangbiak. Pada betina sambil menari, apabila betina setuju dia
dabbling duck, intensitas seksual dipengaruhi akan merendahkan badannya untuk dinaiki
dimorfisme bulu dan perayuan yang jantan, dan apabila tidak setuju betina akan lari
ditampilkan oleh jantan terhadap betina menjauhi pejantan. Tingkah laku perkawinan
(Ismoyowati et al., 2017). Agresivitas dan pada entog belum banyak diteliti padahal ini
kemampuan berkompetisi pada jantan, sangat sangat penting untuk pengembangan produksi
menentukan dalam perkawinan (Banga-Mboko dan reproduksi entog. Tujuan penelitian ini
et al., 2007). Betina lebih tertarik pada jantan yaitu untuk mendapatkan karakteristik tingkah
yang memiliki warna bulu cerah dan dominasi laku perkawinan entog.
jantan dalam kelompok (Abdel-Hamid et al.,
MATERI DAN METODE
2020).
Materi Penelitian
Frekuensi perkawinan dapat dipengaruhi
Menggunakan entog ciayumajakuning 140:
oleh sex ratio. Sex ratio optimal pada entog 1:6
betina 120 dan jantan 20 sex ratio 1:6.
(Batellier et al., 2004). Semakin tinggi sex
Kandang penelitian berukuran Panjang 4 meter
ratio, maka semakin kecil frekuensi
dan lebar 1 meter, tempat pakan, tempat
perkawinan. Sex ratio berpengaruh terhadap
minum, sarang, kamera cctv dan perangkat
fertilitas telur tetas. Semakin tinggi sex ratio,
komputer. Entog diberi pakan 2 kali sehari
maka semakin rendah fertilitas telur tetas.
yaitu pagi dan sore. Pakan mengandung protein
Waktu perkawinan pada itik alabio lebih
kasar 16,84% dan energi metabolis 2800
banyak dilakukan pada pagi hari dibandingkan
kkal/kg.
siang dan sore hari (Stai & Searcy, 2010). Hal
Alat penelitian menggunakan kamera
demikian dipengaruhi temperature lingkungan
CCTV, DVR 16 channel dan software
pagi hari lebih dingin dibandingkan dengan
pendetekdi rekaman video, hardisk internal
siang dan malam hari. Temperature lingkungan
500GB, layer monitor untuk menampilkan
erat kaitannya dengan kebiasaan itik yang lebih

123
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

video hasil rekaman, logbook, thermometer Metode penelitian secara eksperimental


dan hygrometer ruangan, dan lampu LED. dengan ransangan acak lengkap 4 perlakuan
Prosedur penelitian meliputi pengamatan dan 5 ulangan. Parameter yang diamati
tingkah laku perkawinan entog yang frekuensi kawin entog jantan, entog betina,
dikandangkan dilakukan selama 7 hari. durasi kawin. waktu, dan lokasi kawin. Selain
Sebelumnya dilakukan masa uji coba kamera itu untuk menggambarkan tingkah laku
dan penyesuaian identifikasi selama 3 hari. perkawinan entog menggunakan metode
Anggota populasi yang diamati terdiri atas 20 deskriptif eksploratif. Data yang sudah
entog jantan dan 120 entog betina yang terkumpul dianalisis menggunakan SPSS,
dialokasikan pada 20 kandang masing-masing apabila ada perbedaan antar kelompok
seluas 3 m2. Rataan bobot badan entog betina perlakuan maka dilakukan uji lanjut Duncan.
2,5 kg dan jantan 4 kg. identifikasi entog
Analisis Data
betina diberi tali rafia warna berbeda dan tinta
Data dianalisis menggunakan analisis
agar jelas terlihat beda di kamera. Temperature
sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut dengan
dan kelembaban kandang berkisar antara 25-
uji jarak berganda Duncan (DMRT) dengan
30oC dan 84-85%. Entog diberi pakan
aplikasi SPSS 16 version for Windows (SPSS
sebanyak 2 kali/hari pada pagi dan sore hari,
Inc., Chicago, IL).
Pakan mengandung protein kasar 17% dan
energi metabolis 2800 kkal/kg. Umur entog 7 HASIL DAN PEMBAHASAN
bulan pada fase bertelur. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
karakteristik kuantitatif perkawinan entog yang
Metode Penelitian
disajikan pada Tabel 1.

Table 1. Karakteristik Kuantitatif Perkawinan Entog

Perlakuan Frekuensi kawin Frekuensi kawin Durasi kawin


entog jantan entog betina
(kali/hari) (kali/hari) (detik)
Cirebon 6a 1a 110,8a
Indramayu 6a 1,2ab 110,8a
Majalengka 6,2a 1,2ab 114,8b
Kuningan 7,4b 2b 119,4c
Keterangan : Superscript berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p<0,05)

Frekuensi kawin dibandingkan dengan entog Cirebon,


Berdasarkan Tabel 1. Frekuensi kawin Indramayu, dan Majalengka. Perbedaan ini
entog jantan Kuningan menunjukkan diduga akibat adanya perbedaan lingkungan
perbedaan yang nyata lebih tinggi awal entog, kuningan merupakan daerah

124
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

pegunungan yang sejuk, sedangkan menangkap, menaiki, melakukan penetrasi,


Majalengka daerah dataran rendah sampai kopulasi, dan post coital jatuh di samping
sedang, Cirebon dan Indramayu daerah pantai betina. Menurut (Sellier et al., 2005) tahapan
yang panas.letak adanya perbedaan wilayah ini perkawinan entog mempunyai kemiripan
menyebabkan entog harus beradaptasi dengan dengan itik. Selain jantan yang memberi
lingkungan baru di Jatinangor yang merupakan inisiasi untuk kawin ada juga betina yang
daerah pegunungan yang sejuk. Hal ini menginisiasi terlebih dahulu dengan cari
sependapat dengan (Oguntunji & Ayorinde, mengeluarkan suara dan menggoyang-
2015) yang menyatakan bahwa suhu goyangkan ekornya ke samping kanan dan kiri
lingkungan berpengaruh nyata terhadap (Rochlitz & Broom, 2017). Terdapat betina
frekuensi kawin entog jantan. yang menolak untuk dikawini pejantan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan (Bati Penolakan ini diduga akibat jantan yang terlalu
et al., 2014) yang memperoleh frekuensi kawin agresif sehingga betina berlari, jantan terus
itik jantan 12 kali/hari.(Etuk, Ojewola, et al., mengejar, betina terus berlari, karena
2006) memperoleh frekuensi kawin itik jantan keterbatasan kendang kemudian betina
10 kali/hari. Perbedaan ini diduga akibat tertangkap lalu terjadi perkawinan, dan ada
perbedaan bobot badan dimana bobot badan juga betina yang tertangkap dipatuk lehernya
entog lebih tinggi dari tubuh itik, sehingga tapi tetap menberontak melepaskan diri hingga
perkawinan lebih sulit. Hal ini sependapat bulu lehernya tercabut dan menyisakan luka di
dengan (Abdel-Hamid et al., 2020) yang leher (Banga-Mboko et al., 2007). Apabila
menyatakan bahwa bobot badan yang tinggi betina memaksa untuk kabur saat ditangkap
membuat kesulitan dalam perkawinan, pejantan, maka biasanya kehilangan bulu
sehingga diperlukan rasio pejantan lebih tinggi lehernya, kasus ini beberapa kali terjadi
agar perkawinan berhasil dan menghasilkan sehingga menyisakan kebotakan dan perlukaan
telur yang fertile. Bobot badan berpengaruh (Jean Michel Brun et al., 2015). Selain itu juga
terhadap fertilitas telur tetas entog, dimana ditemukan luka di bagian punggung betina
bobot badan kecil akan muadah untuk kawin akibat dari cakar pejantan pada tahap mounting
dan menghasilkan telur yang fertile (Rashid et (Lin et al., 2020).
al., 2013).
Durasi kawin
Frekuensi kawin entog betina Kuningan
Berdasarkan Tabel 1. durasi kawin entog
menunjukkan perbedaan yang nyata lebih
Kuningan menunjukkan perbedaan yang nyata
tinggi dibandingkan dengan entog Cirebon,
lebih lama dibandingkan dengan entog
Indramayu, dan Majalengka. Tahapan
Cirebon, Indramayu, dan Majalengka.
perkawinan entog: jantan mengejar, merayu,
Perbedaan ini diduga akibat adanya perbedaan

125
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

tahap perayuan (courtship) dimana entog samping betina. Durasi pada entog liar lebih
Kuningan lebih lama dibandingkan dengan cepat karena mempunyai bobot badan yang
entog Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. lebih ringan sehingga memudahkan untuk
Lama kawin disebabkan oleh lamanya kawin (Abdel-Hamid et al., 2020). Durasi
perayuan, pada entog liar perayuannya singkat, kawin entog yang dikandangkan lebih lama
dan pada entog jinak perayuannya lama (J. M. dari entog yang diumbar atau entog liar
Brun et al., 2005b). (Oguntunji & Ayorinde, 2015).
Tahap perayuan adalah proses
Waktu kawin
pendekatan jantan kepada betina yaitu saling
Pengamatan waktu perkawinan
mendekat dan mematuk-matuk paruh, kepala,
dilakukan selama 24 jam dan dibagi per 6 jam
leher, dan badan. Durasi kawin entog yang
menjadi empat kuarter yaitu kuarter I pukul
dikandangkan lebih lama karena tahap
00.01-06.00, kuarter II pukul 06.01-12.00,
perayuan lebih lama (Etuk, Abasiekong, et al.,
kuarter III pukul 12.01-18.00, dan kuarter IV
2006). Durasi kawin dihitung dari tahapan
pukul 18.01-00.00 wib. Waktu entog kawin
jantan mendekati betina, menaiki, saling
disajikan pada Ilustrasi 1.
mendekatkan ekor, penetrasi, dan jatuh ke

16
14
12 13
12 12 12
10 11 11
8 9
8
6
6 6
4 5 5 5 5 5
2 3
0
Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan

Waktu kawin Kuarter I Waktu kawin Kuarter II


Waktu kawin Kuarter III Waktu kawin Kuarter IV

Ilustrasi 1. Waktu Kawin pada Entog

Berdasarkan Ilustrasi 1. Waktu kawin Kuningan tidak menunjukkan perbedaan yang


entog Cirebon, Indramayu, Majalengkaa, dan nyata, umumnya di kuarter II (pukul 06.01-

126
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

12.00) dan kuarter III (pukul 12.01-16.00) serta sekresi beberapa limpokin yang berperan
sebanyak 44 kali per hari. Hal ini diduga akibat dalam fungsi normal system imun (Tanganyika
waktu pagi dan siang hari menjelang sore & Webb, 2019). Tingkah laku unggas sangat
merupakan waktu yang optimal untuk dipengaruhi intensitas cahaya, termasuk
melakukan perkawinan karena temperature ringkah laku reproduksi (Kokoszyński et al.,
lingkungan sejuk, cahaya tidak terlalu terang, 2020).
dan ada energi dari pakan. Cahaya berpengaruh
Lokasi kawin
terhadap stimulasi sintesis dan eksresi
Lokasi kawin entog dibagi menjadi tiga
melatonin (EI-Badry et al., 2015). Melatonin zona yaitu zona 1 (area sekitar tempat pakan
berperan dalam pengaturan ritme sirkadian dan minum), zona 2 (ditengah), dan zona 3 (di
temperature tubuh, fungsi metabolism tubuh, sekitar sarang). Setiap zona luas 1 m2. Lokasi
kawin entog hasil penelitian disajikan pada
pola konsumsi pakan, air minum dan digesti, Ilustrasi 2.

25
22
21
20
20 18

15
12

10 9
7
5
5 4 4
3 3

0
Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan

Lokasi kawin Zona 1 Lokasi kawin Zona 2 Lokasi kawin Zona 3

Ilustrasi 2. Lokasi Kawin pada Entog

Berdasarkan ilustrasi 2. Lokasi kawin Entog Cairinini seperti aix galericulata juga
entog Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan setelah kawin akan langsung menjauhi betina
Kuningan pada umumnya di zona 1 yaitu area menuju tempat air untuk berenang (Costa et al.,
dekat tempat pakan dan minum. Hal ini diduga 2019). Tingkah laku itik mandarin setelah
akibat seringnya entog mendekati tempat kawin diinisiasi oleh betina menuju sumber air
pakan dan minum, tingkah laku entog setelah untuk mandi dan melakukan preening (Yakubu
kawin kemudian minum dan membasahi & Ugbo, 2011).
tubuhnya. Selain itu juga tingkah laku entog
jantan rimba (cairina stuculata) yang hidup liar KESIMPULAN
Karakteristik kuantitatif entog Kuningan
menunjukkan tingkah laku setelah kawin
menunjukkan perbedaan yang nyata pada
langsung menuju tempat air dan berenang
frekuensi kawin entog jantan dan betina serta
(Mohamed F.A. Farghly & Mahmoud, 2018).

127
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

durasi kawin lebih tinggi dibandingkan dengan TAOUIS, M., MONBRUN, C.,
entog Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. VIGNAL, A., & BRILLARD, J. P.
Hal ini didukung oleh data frekuensi kawin (2004). Sex ratios in mule duck embryos
entog jantan 7,4 dan betina 2 kali/hari, dan at various stages of incubation.
durasi kawin 119,4 detik. Waktu kawin entog Theriogenology.
Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan https://doi.org/10.1016/S0093-
691X(03)00208-5
Kuningan tidak menunjukkan perbedaan yang
BATI, J., BIZA-KOUKABA, C., BANGA-
nyata yaitu lebih banyak di kuarter I dan II
MBOKO, H., MFOUKOU-NTSAKALA,
pukul 06.01-12.00 wib dan 12.01-16.00 wib. A., BAKOUTANA, D., ADZONA, P.,
Lokasi kawinnya di zona 1 di area dekat HORNICK, J., & LEROY, P. (2014).
tempat pakan dan air minum. Phenotypic Characterization According to
The Feather Color of Indigenous
UCAPAN TERIMA KASIH
Muscovy Ducks Bred in The Back Yard
Penulis mengucapkan terima kasih dan in Brazzaville, The Congo. ANIMAL
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada PRODUCTION.
Dani Garnida, Ir., MS. dan Dr. Endang Sujana, https://doi.org/10.20884/1.anprod.2014.1
S.Pt., M.Si. Dosen Laboratorium Produksi 6.3.459
Unggas Fakultas Peternakan Universitas BRUN, J. M., RICHARD, M. M., MARIE-
Padjadjaran, yang telah memberikan fasilitas ETANCELIN, C., ROUVIER, R., &
perangkat CCTV dan kandang penelitian. LARZUL, C. (2005a). Le canard mulard:
Semoga Alloh SWT membalasnya dengan Déterminisme génétique d’un hybride
kebaikan yang berlipat ganda. intergénérique. Productions Animales.
https://doi.org/10.20870/productions-
DAFTAR PUSTAKA animales.2005.18.5.3534
ABD EL-HACK, M. E., HURTADO, C. B., BRUN, J. M., RICHARD, M. M., MARIE-
TORO, D. M., ALAGAWANY, M., ETANCELIN, C., ROUVIER, R., &
ABDELFATTAH, E. M., & ELNESR, S. LARZUL, C. (2005b). The mule duck:
S. (2019). Fertility and hatchability in Genetic determinism of an intergeneric
duck eggs. World’s Poultry Science hybrid. Productions Animales.
Journal. BRUN, JEAN MICHEL, BERNADET, M. D.,
https://doi.org/10.1017/S0043933919000 CORNUEZ, A., LEROUX, S., BODIN,
060 L., BASSO, B., DAVAIL, S., JAGLIN,
ABDEL-HAMID, S. EL, SALEEM, A. S. Y., M., LESSIRE, M., MARTIN, X.,
YOUSSEF, M. I., MOHAMMED, H. H., SELLIER, N., MORISSON, M., &
& ABDELATY, A. I. (2020). Influence PITEL, F. (2015). Influence of grand-
of housing systems on duck behavior and mother diet on offspring performances
welfare. Journal of Advanced Veterinary through the male line in Muscovy duck.
and Animal Research. BMC Genetics.
https://doi.org/10.5455/javar.2020.g435 https://doi.org/10.1186/s12863-015-0303-
BANGA-MBOKO, H., LELOU, B., MAES, z
D., & LEROY, P. L. (2007). Indigenous CASTILLO, A., SCHIAVONE, A., CAPPAI,
Muscovy Ducks in Congo Brazzaville. 2. M. G., NERY, J., GARIGLIO, M.,
Preliminary observations on indigenous SARTORE, S., FRANZONI, A., &
Muscovy ducks reared under moderate MARZONI, M. (2020). Performance of
inputs in Congolese conditions. Tropical slow-growing male muscovy ducks
Animal Health and Production. exposed to different dietary levels of
https://doi.org/10.1007/s11250-007-4235- quebracho tannin. Animals.
0 https://doi.org/10.3390/ani10060979
BATELIER, F., MARCHAL, F., SCHELLER, COSTA, V. R., CRUZ, F. G. G., RUFINO, J.
M. F., GAUTRON, J., SELLIER, N., P. F., SILVA, A. F., FREITAS, B. K. M.,

128
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

FEIJÓ, J. C., & GUIMARÃES, C. C. in growing Muscovy ducklings. Poultry


(2019). Available phosphorus levels in Science.
diets for muscovy ducks in housing. https://doi.org/10.3382/ps/pey006
Revista Brasileira de Ciencia Avicola. FARGHLY, MOHAMED F.A., &
https://doi.org/10.1590/1806-9061-2018- MAHMOUD, U. T. (2018). Access to
0914 outdoor swimming pond during summer
DAMAZIAK, K., MICHALCZUK, M., season improved Muscovy ducks
ADAMEK, D., CZAPLIŃSKI, M., performance and health status. Livestock
NIEMIEC, J., GORYL, A., & Science.
PIETRZAK, D. (2014). Influence of https://doi.org/10.1016/j.livsci.2018.03.0
housing system on the growth and 08
histological structure of duck muscles. ISMOYOWATI, TUGIYANTI, E., MUFTI,
South African Journal of Animal M., & PURWANTINI, D. (2017). Sexual
Sciences. dimorphism and identification of single
https://doi.org/10.4314/sajas.v44i2.1 nucleotide polymorphism of growth
EI-BADRY, A., ABDEL-FATTAH, S., & hormone gene in muscovy duck. Journal
MOSLIM, G. (2015). Effect Of Early of the Indonesian Tropical Animal
Heat Conditioning And Lighting Regime Agriculture.
On Physiological And Immune https://doi.org/10.14710/jitaa.42.3.167-
Responses Of Muscovy Ducks During 174
Summer Season. Journal of Animal and KOKOSZYŃSKI, D., WILKANOWSKA, A.,
Poultry Production. ARPÁŠOVÁ, H., & HRNČÁR, C.
https://doi.org/10.21608/jappmu.2016.52 (2020). Comparison of some meat quality
741 and liver characteristics in Muscovy and
EL. ABDEL HAMID, S., & mule ducks. Archives Animal Breeding.
ABDELFATTAH, E. M. (2020). Effect https://doi.org/10.5194/aab-63-137-2020
of different dietary protein levels on some LIN, C. W., WEI, L. Y., CHANG, Y. Y., LIU,
behavioral patterns and productive H. C., LEE, H. H., YU, Y. H., & CHEN,
performance of muscovy duck. Advances M. C. (2020). Effects of polymorphisms
in Animal and Veterinary Sciences. in the endothelin receptor B subtype 2
https://doi.org/10.17582/JOURNAL.AA gene on plumage colour in mule ducks.
VS/2020/8.6.661.667 South African Journal of Animal
ETUK, I. F., ABASIEKONG, S. F., Sciences.
OJEWOLA, G. S., & AKOMAS, S. C. https://doi.org/10.4314/SAJAS.V50I2.14
(2006). Carcass and organ characteristics MOHAMMED, A. A. A., ABDEL-RAHMAN,
of muscovy ducks reared under three M. A. M., & DARWISH, M. H. A.
management systems in South Eastern (2015). Influence of Swimming
Nigeria. International Journal of Poultry Deprivation on Behavior , Performance
Science. and some Blood Parameters of Muscovy
https://doi.org/10.3923/ijps.2006.534.537 Ducks. Journal of Advanced Veterinary
ETUK, I. F., OJEWOLA, G. S., & Research.
ABASIEKONG, S. F. (2006). OGUNTUNJI, A. O., & AYORINDE, K. L.
Performance of muscovy ducks under (2015). Phenotypic characterization of the
three management systems in South Nigerian Muscovy Ducks (Cairina
Eastern Nigeria. International Journal of moschata). Animal Genetic
Poultry Science. Resources/Ressources Génétiques
https://doi.org/10.3923/ijps.2006.474.476 Animales/Recursos Genéticos Animales.
FARGHLY, M. F.A., EL-HACK, M. E. A., https://doi.org/10.1017/s20786336140004
ALAGAWANY, M., SAADELDIN, I. 72
M., & SWELUM, A. A. (2018). Wet feed RASHID, M., KAWSAR, M., RASHID, M.,
and cold water as heat stress modulators MIAH, M., & HOWLIDER, M. (2013).

129
Widianingrum et.al (2021) Tingkah Laku Kawin Entog ……121-130

Fertility and Hatchability of Pekin and Technical characteristics of Muscovy


Muscovy Duck Eggs and Performance of duck (Cairina Moschata) in
Their Ducklings. Progressive Ciayumajakuning, West Java Indonesia.
Agriculture. Journal of Agricultural Sciences - Sri
https://doi.org/10.3329/pa.v20i1-2.16859 Lanka.
ROCHLITZ, I., & BROOM, D. M. (2017). https://doi.org/10.4038/jas.v15i2.8814
The welfare of ducks during foie gras YAKUBU, & UGBO, S. B. (2011). An
production. Animal Welfare. assessment of biodiversity in
https://doi.org/10.7120/09627286.26.2.13 morphological traits of Muscovy ducks in
5 Nigeria using discriminant analysis.
RUFINO, J. P. F., CRUZ, F. G. G., MELO, R. BIOLOGY, ENVIRONMENT AND
D., FEIJÓ, J. C., DAMASCENO, J. L., & CHEMISTRY.
COSTA, A. P. G. (2017). Performance, YE, P., LI, M., LIAO, W., GE, K., JIN, S.,
carcass traits and economic availability of ZHANG, C., CHEN, X., & GENG, Z.
muscovy ducks fed on different (2019). Hypothalamic transcriptome
nutritional plans in different housing analysis reveals the neuroendocrine
densities. Revista Brasileira de Ciencia mechanisms in controlling broodiness of
Avicola. https://doi.org/10.1590/1806- Muscovy duck (Cairina moschata). PLoS
9061-2017-0471 ONE.
SELLIER, N., BRUN, J. M., RICHARD, M. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0207
M., BATELLIER, F., DUPUY, V., & 050
BRILLARD, J. P. (2005). Comparison of
fertility and embryo mortality following
artificial insemination of common duck
females (Anas Platyrhynchos) with
semen from common or Muscovy
(Cairina Moschata) drakes.
Theriogenology.
https://doi.org/10.1016/j.theriogenology.2
004.12.010
STAI, S. M., & SEARCY, W. A. (2010).
Passive sperm loss and patterns of sperm
precedence in Muscovy Ducks (Cairina
moschata). Auk.
https://doi.org/10.1525/auk.2010.09138
TAMSIL, H. (2018). Genetic Resource of
Muscovy Duck (Cairina moschata):
Profile and Potential Production as Meat
Producer. Indonesian Bulletin of Animal
and Veterinary Sciences.
https://doi.org/10.14334/wartazoa.v28i3.1
839
TANGANYIKA, J., & WEBB, E. C. (2019).
Influence of production systems and sex
on nutritional value and meat quality of
native Malawian Muscovy ducks. South
African Journal of Animal Sciences.
https://doi.org/10.4314/SAJAS.V49I6.15
WIDIANINGRUM, D., WIDJASTUTI, T.,
ANANG, A., & SETIAWAN, I. (2020).

130

You might also like