Professional Documents
Culture Documents
Materi 1 KONSEP DASAR, KEL 4
Materi 1 KONSEP DASAR, KEL 4
MANAJEMEN KEPERAWATAN
OLEH
KELOMPOK IV
KUPANG
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memerikan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Konsep Dan Prinsip Dasar
Kepemimpinan Manajemen Keperawatan “ ini tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari, maklah yang telah ditulis, ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik da saran yang membangunkan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................31
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................31
3.2 Saran.......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kepemimpinan berasal dari Bahasa inggris yaitu leadership yang berasal dari
kata lead yang berarti “pergi”. Secara umum, pemimpin memiliki gambaran ke mana
akan “pergi”, suatu arah dengan adanyas seseorang yang di pengaruhi untuk
mengikuti. Tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut, Tappen (1995) dalam
Sitorus dan Panjaitan (2011) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara produktif dan dalam kondisi
yang menyenangkan. Sementara itu, Kuntoru (2010) menyatakan terlalu banyak
definisi tentang kepemimpinan, namun dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu seni dan proses untuk memengaruhi dan mengarahkan orang lain agar
mereka termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam situasi tertentu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat menciptakan
situasi yang menginspirasi para pengikutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik
dan lebih tinggi dari keadaan sekarang. Pada kenyataannya, seorang pemimpin yang
efektif adalah orang yang mampu mebaca situasi, mengatasi permasalahan,
bertanggung jawab, bersedia mengembangkan pengikutnya, serta memiliki integritas
dan etika yang baik karena seorang pemimpin harus memberikan contoh atau
bertidak sebagai panutan bagi pengikutnya (Muninjaya, 2004). Selanjutnya,
dijelaskan bahwa baik pemimpin yang situasional atau structural, formal atau
informal, mereka sama-sama selalu dituntut untuk memiliki karakteristik
“kepemimpinan yang efektif”. Dengan karakteristik tersebut, seorang pemimpin dapat
membawa organisasinya ke situasi yang lebih baik, mencapai hasil yang diinginkan,
bersedia , mendahulukan kepentingan oraganisasi diatas kepentingan pribadi, selalu
dapat menguasai keadaan, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun. Apabila hal
tersebut tidak dapat dilakukan maka ia dianggap tidak mampu menujukkan
karakteristik kepemimpinan yang efektif. Hal ini tentu dapat berdampak pada
organisasi yang berjalan tidak efektif. Hal ini tentu dapat berdampak pada organisasi
yang berjalan tdak efektif dalam mencapai hasl yang diinginkan. Bahkan, berdampak
pada adanya kemungkinan pergantian pemimpin.
6
Bronsten, Hayman dan Naylor (1979) dalam Kuntoro (2010) menyatakan
bahwa kegiatan kepemimpinanpaling sedikit mencakup empat hal yang terkait
dengan kegiatan manjerial, yaitu perencanaan, pengoranisasian, motivasi, dan
pengendalian. Sementara itu Gillies (1996) menyatakan bahwa kegiatan
kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal antara lain mengarahkan,
memberi petunjuk, melakukan supervise, mengawasi tindakan bawahan,
mengkoordinasika kegiatan yang sedang dan akan dilakukan, serta mempersatukan
individu dengan beragam karakteristiknya. Dari kegiatan-kegiatan kepemimpianan
tersebut kemudian dijabarkan melalui empat fungsi manajemen sebagai berikut:
a. Perencanaan, yaitu kepemipinan diarahkan untuk pengenalan masalah yang
terjadi dilingkungannya hingga pada penetapan tujuan pemecahan masalah, baik
tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Pengorganisasian, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara melibatkan
semua sumber daya yang ada dalam suatu system untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Motivasi, merupakan kegiatan yang membutuhkan kemampuan seorang
pemimpin untuk memotivasi karyawannya secara benar dengan menggunakan
pengetahuan yang cukup tentang teori motivasi sebagai dasarnya.
d. Pengendalian, sebagai komponen terkahir yang merupakan kegiatan
megumpulkan umpan balik dan hasil-hasil secara periodic untuk dilakukan
perencanaan tindak lanjut.
7
firasatnya dan adil pertimbangannya, berpengetahuan luas dan haus akan ilmu
pengetahuan, memiliki motivasi tinggi, punya imajinasi tinggi.
8
mengambil keputusan namun tidak memberikan keluasan kepada para
karyawannya, Toppers.
3. Kepemipinan Demokratis
Kemimpinan demokratis akan melibatkan banyak kontribusi karyawan dalam
mengambil keputusan. Tipe kepemimpinan ini akan menawarkan komunikasi aktif
dua arah antara pemimpin dan karyawannya. Untuk menciptakan kepemimpinan
yang demokratis, dibutuhkan kebranian, kejujuran, kreativitas, dan keadilan bagi
seluruh aspek yang di perusahaan.
4. Kepemimpinan Delegatif
Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi
anggotanya dalam mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki
kelemahan, yaitu kecenderungan antar anggota untuk saling menyalahkan
keputusan yang telah dibuat.
5. Kepemimpinan Transformasional
Tipe kepemimpinan transformasional berkaitan erat dengan perubahan dalam diri
pemimpin maupun para anggotanya. Kepemimpinan ini mampu memotivasi
anggotanya. Kepemimpinan ini memotivasi anggotanya untuk mengerjakan
sesuatu melebihi apa yang ditargetkan. Kepemimpinan trasformasional ini
biasanya memiliki anggota yang berkomitmen dengan pemimpin yang
memberdayakan para karyawannya dengan baik melalui visi misi yang serupa.
6. Kepemimpinan Visioner
Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa
depan. Dengan kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha
mewujudkan visi misi yang dibuat oleh perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu
berinovasi dalam mencapai target yang telah ditentukan. Pemimpin isioner akan
mendorong para anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi untuk
perkembangan perusahaan yang lebih baik lagi.
7. Pemimpin Liberal
9
Para pemimpin akan memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk
menyelesaikan semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Hal ini dilakukan agar
segala tugas yang diberikan bias cepat selesai. Seorang pemimpin liberal tidak
akan menuntut banyak kepada para karyawannya namun tetap mengawasi jalannya
kerja sehari-hari.
8. Kepemimpinan Pembinaan
Pemimpin akan mengawasi dan mengajari para anggotanya dengan penuh dan
mengatur hasil yang akan dicapai perusahaan. Seorang pemipin yang membina
anggotanya juga akan memberikan motivasi untuk mendorong para karyawannya
mencapai tujuan perusahaan dengan keahlian mereka.
9. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah suatu kondisi ketika pemimpin bertindak
berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh
seorang pemimpin sitiasional, yaitu mengarahkan langsuang, memberikan
pelatihan kepada karyawan, mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.
10
4) System partisipatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya
terhadap bawahan komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.
c. Menurut Robert House
1) Derektif yaitu pemimpin selalu beroreantasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya
2) Suportif yaitu pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahannya
3) Partisipatif yaitu pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah
keputusan
4) Beroreantasi tujuan yaitu pemimpin menetapkan tujuan yang menentang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal
mungkin
d. Menurut Hersey dan Blanchard: Intruksi, Konsultasi, Partisipasi, Delegasi
e. Menurut Lippits dan K. White: Otoriter, Demokratis, Liberal Gaya Kepemimpinan
berdasarkan kekuasaan dan wewenang Otoriter, Demokratis, Partisipatif Bebas
tindak
11
ketat secar berlebih dalam keputusan dan aktivitas kelompok (organisasi yang
terpusat).
Dalam pelaksanaanya, pemimpin dengan gaya kepemimpinan otoriter
dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Pemimpin bersifatmendominasi dengan atau tanpa maksud dan bersifat
keras.
b. Pemimpin memiliki perhatian yang kuat terhadap pekerjaan, tetapi kurang
perhatian pada orang yang menjalankan tugas.
c. Pemimpin menggunakan usaha para pekerja untuk memberikan yang
terbaik, tanpa memedulikan minat dari suatu pekerjaan.
d. Pemimpin mengatur standar dan mode yang kuat dalam menampilkan, serta
berharap agar bawahan mematuhi peraturan dan mengikutinya sesuai aturan
yang ada.
e. Keputusa yang berhubungan dengan pekerjaan di buat sendiri, tanpa
memedulikan permintaan pekerja dan berharap meraka menaati keputusan
tersebut.
f. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya menyebabkan hanya ada beberapa
kelompok pekerja yang berpartisipasi atau tidak satu pun dari pekerja
tersebut.
g. Pemimpin memiliki pemekiran bahwa apa yang pemimpin rencanakan dan
lakukan adalah yang terbaik. Dalam hal ini, ia mungkin mendengarkan
pendapat anggotanya, tetapi tidak berpengaruh dengan pendapat tersebut.
h. Pemimpin tidak memiliki rasa percaya pada bawahan.
i. Pemimpin biasanya memanipulasi bahwa untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan rencana dan tujuannya.
Gaya kepemimpinan otoriter juga memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut :
a. Gaya kepemimpinan otoriter tergolong efisien dalam hal waktu. Dalam hal
ini lebih mudah untuk membuat keputusan oleh suatu orang dari
pada kelompok sehingga tidak menghabiskan banyak waktu.
12
b. Gaya kepemimpinan baik digunakan ketika hanya ada seseorang
pemimpin yang berpengalaman dan memiliki informasih penting, ketika
bawahan masih tergolong baru.
c. Gaya kepemimpinan otoriter juga baik digunakan ketika pekerja tidak
yakin dalam mengambil keputusan dan seorang pemimpin mengatakan
kepada mereka apa yang harus dilakukan.
13
c. Interaksi anatar pemimpin dan kelompok terbina dengan kehangatan
kepercayaan. Dalam gaya kepemimpinan ini, hal-hal yang dilakukan
pemimpin antara lain pemimpin membawa subjek untuk didiskusikan
kelompok atau konsil, keputusan utama dibuat dan dilakuakan oleh seluruh
kelompok, serta membuat keputusan akhir setelah mencari masukan dari
kelompok keseluruhan. Dengan demikian, kelompok merasakan bahwa
mereka memiliki kontribusi yang penting dalam melakukan kebebasan,
memberikan ide, serta membangun rasa tanggung jawab untuk kebaikan
bersama.
d. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin tidak mendoinasi melaikan
bertindak berdasarkan saran dari anggotanya. Pemimpin juga memotivasi
bawahannya untuk mengatur tujua mereka, membuat rencana kerja, dan
mengevaluasi hasil kerja mereka. Selanjutnya, pemimpin menyampaikan
tujuan keseluruhan dan perkembangan organisasi.
e. Standar penampilan berlanjut untuk membimbing dalam menghasikan
produk yang tinggi.
14
Gaya kepemimpinan ini atau dikenal pula sebagai Free-Rein merupakan
gaya kepemimpinan yang bebas kendali, serta memperbolehkan, anarkis, dan
sangat liberal. Pemimpin memberikan kekuatan kepada seluruh kelompok.
15
b. Mencoba melakukan metode baru.
16
Terdapat tiga model kepemimpinan menurut La Monica (1986) dalam
muninjaya (2004), yaitu Ohio state ,kepemimpinan sutuasional ,dan managerial
Grids
a. Ohio State
17
Pertimbangan rendah
Pertimbangan rendah
Sumber: La Monica (1986) dalam Muanjaya (2004)
b. Kepemimpinan Situasional
Model ini dikembangkan oleh Harsey dan Blancard (1977) dalam
muninjaya (2004) yang merupakan pengembangan dari model ohio
state.Berdasarkan model ini, akan muncul empat karakteristik perilaku
kepemimpinan antara lain :
1) Hubungan tinggi –tugas rendah
2) Tugas rendah –hubungan rendah
3) Tugas tinggi-hubungan tinggi
4) Tugas tinggi –hubungan rendah
c. Managerial Grids
Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Blake dan Mauto (1978)
dalam Kuantoro (2010).kemudian ,pada tahun 1981,Tapper mencoba model ini
dalam bidang keperawatan ,secara gratis besar,model ini terbagi atas lima gaya
kepemimpinan sebagai berikut .
1) Kepemimpinan otoritas –kepatuhan
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan pemimpin yang dianggap sebuah
oposisi kekuasaan untuk mengatur kondisi –kondisi kerja secara efisien.pada
perilaku kepemimpinan ini,pimpinan lebih mengutamakan pencapaian tujuan
18
2) Kepemimpinan Tim
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan orang-orang atau kelompok yang
bertugas menyelesaikan suatu kegiatan yang saling terkait sehingga setiap
anggota memiliki pegangan yang sama .Hubungan saling percaya ,saling
menghormati ,dan kesetaraan dalam model ini lebih menggunakan pencapaian
tujuan dan kepedulian terhadap orang lain.
3) Kepemimpinan country club
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan adanya pemberian perhatian penuh
dari pimpinan terhadap kebutuhan anggota kelompok ,serta tempo kerja yang
menyenangkan dan bersahabat (perilaku kepemimpinan lebih mengutamakan
bawahan)
4) Kepemimpinan miskin
Kepemimpinan miskin menggambarkan adanya upaya minimal dan pimpinan
untuk menyelesaikan pkerjaan yang segera diselesaikan
5) Kepemimpinan orang-organisasi
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan adanya keseimbangan laku
pimpinan yang berhubungan denga tugas dalam pencapaian tujuan, maupun
pertahankan moral atau kepedulian terhadap anggota kelompok pada tinggat
yang memuaskan .dengan ciri tersebut ,perilaku kepemimpinan ini sering
disebut dengan kepemimpinan kompromatiks.
19
Filosofi Aristoteles yang menyatakan bahwa ada orang tertentu memang
dilahirkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan sebagian besar orang lain akan menjadi
pengikut. Teori ini berkembang di negara-negara Eropa Barat dan Asia yang menganut
sistem monarki. Pada sistem ini, sifat-sifat kepemimpinan memang diwariskan, seperti
anak seorang raja atau kaisar dan menggantikan tahta ayah atau ibunya. Keuntungan teori
ini adalah sang pemimpin diterima secara lugas sepanjang perintah ini datang dari seorang
pewaris kerajaan. Selain itu, sistem ini tidak akan menimbulkan kontroversi tentang siapa
yang akan terpilih menjadi raja atau sultan. Sayangnya, teori ini tidak menjamin semua
ahli memiliki kemampuan dan bakat menjadi pemimpin.
Teori ini membahas berbagai aspek kepemimpinan yang dianggap lebih efektif
dari gaya kepemimpinan yang ada. Orientasi teori ini terletak pada perumusan dan upaya
mencapai tujuan organisasi dengan mengkaji pergeseran kepemimpinan, dimulai dari
proses yang memengaruhi kelompok terorganisasi kearah upaya perumusan dan
pencapaian tujuan. Kajian teori kepemimpinan tingkat III ini akan melahirkan berbagai
teori lain tentang kepemimpinan antara lain Teori Manajerial, Teori Fungsi Eksekutif,
Teori Management by Objective (MBO), Teori Path Goal, dan Teori Tiga Dimensi.
20
1. Teori Manajerial : teori ini lebih banyak membahas upaya seseorang manajer dalam
menerapkan fungsi manajemen untuk menggerakkan kelompok kearah pencapaian
tujuan organisasi. Menurut teori ini, aspek kepemimpinan akan terlihat pada
implementasi setiap fungsi manajemen.
2. Teori Fungsi Eksekutif : teori ini mensyaratkan seorang pemimpin untuk memilki
kompetensi dalam melakukan hubungan interpersonal dengan kelompok yang
dipimpin. Dengan alasan, kemampuan tersebut akan mempengaruhi perilaku kelompok
secara terstruktur untuk pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin berperan sebagai
mediator dan inovator untuk menjaga keseimbangan kehidupan organisasi (Zalenznik,
1966 dalam Muninjaya, 2004).
3. Teori Management by Objective (MBO) : teori ini diawali dengankajian tentang fungsi
manajemen yang dilaksanakan oleh pucuk pimpinan organisasi, serta bagaimana kerja
sama kelompok dapat dikembangkan sehingga tercapai kepuasan dan produktivitas
kerja. Dalam teori ini, pimpinan dan kelompok bekerja sama untuk menetapkan tujuan,
menentukan bidang tanggung jawab masing-masing, dan menggunakan tujuan sebagai
pedoman pembagian peran dari setiap anggota kelompok (Peter Drucker, 1973 dalam
Muninjaya, 2004).
4. Teori Path Goal : teori ini mengidentifikasi faktor situasi yang kurang mendapat
perhatian dengan mengkaji perilaku pemimpin yang berpengaruh terhadap kelompok.
Perhatian pemimpin kepada anggta kelompok menimbulkan persepsi mereka tentang
adanya penghargaan. Situasi demikian akan memotivasi anggota kelompok, sekaligus
memberikan kepuasan kerja selama perilaku pemimpin jelas pada upaya pencapaian
tujuan organisasi (Evans, 1970 dalam Muninjaya, 2004).
5. Teori Tiga Dimensi : teori ini berkembang berdasarkan pemikiran bahwa tidak ada satu
pun gaya kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri
pemimpin, hal-hal yang dimiliki anggota kelompok melalui hubungan interpersonal
antara keduanya, serta situasi lingkungan yang berorientasi pada tugas, ikut berperan
dalam menentukan gaya kepemimpinan seseorang. Ketiga faktor tersebut digunakan
untuk membahas teori kepemimpinan sehingga muncul teori tiga dimensi
kepemimpinan yang efektif (Harsey dan Blanchard, 1977, dalam Muninjaya, 2004).
21
Selain teori kepemimpinan yang dibahas di atas, Gilles (1996) menjelaskan
beberapa teori kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan manajemen
keperawatan.
Teori ini pertama kali di yunani kuno dan romawai yang kemudian
berkembang dan menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukanya diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat
menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin ( pemimpin dibawah sejak
lahir bukan didapatkan dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat mereka lebih baik daripada orang lain (Marquis dan Huston, 2010),
pemimpin dilahirkan dengan membawah sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu
belajar lagi. Analisis teori tentag kepemimpinan dimulai dari pemusutan perhatian
itu sendiri, jadi teori ni menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung
pada karakter pemimpinnya, Swarburg (2000) menyatakan ciri-ciri pemimpin
menurut teori balat adalah inteligensi, keprinadian, dan kemampuan.
Teori ini dibuat juga dengan Great Man Theory.teori ini menekankan
bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawah sejak lahir bukan
didapatkan) dan mereka memiliki karakteristik tertentu yang membuat mereka
lebih baik dari orang lain. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin memiliki cirri-
ciri sebagaimana tertera dalam tabel berikut
22
a. Penegtahuan a. Adaptasi a. Kemampuan bekerja
b. Keputusan b. Kreatif sama
c. Kelancaran c. Kooperatif b. Kemampuan
bicara d. Siap/siaga interpersonal
e. Rasa percaya diri c. Kemampuan diplomasi
f. Integritas d. Partisipasi social
g. Keseimbangan emosi dan e. Prestise
mengontrol
h. Interpende
i. Tenang
2. Teori Perilaku
Teori ini menekankan pada apayang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya.
Menurut vestal (1994) teori ini dinamakan sebagia gaya kepemimpinan seorang
manajer dalam suatu organisasi. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki pemimpin
ke bagiamana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
Menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan
perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman
dan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunaakan. Secara ilmiah, perilaku
seseorang pemimpin menurut teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal yaitu:
pertama, disebut konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Kedua, disebut struktur inisasi yaitu
kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan funsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu
rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratis, atau dari fokus suatu produksi ke
fokus pegawai.
23
Teori ini menekankan bahwa marujer yang efektif adalah manajer yang
dilaksanakan tugasnya dan mengkombinasi antara factor bawaan, perilaku dan situasi.
Hal ini berarti bahwa tidak ada satu system menajemen yang optimum, system
tergantung pada tempat perubahan lingkungannya. System ini disebut system organic
( sebagai lawan system makanistik), pada system ini mempunyai beberapa ciri antara
lain substansinya adalah manusia bukan tugas, kurang menekankan hirarki,
mengendalian diri seendiri, penyesuaian bersama struktur saling berhubungan, fleksibel
dalam bentuk kelompok, kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengombinasikan antara faktor bawaan, perilaku, dan
situasi. Tannenbaum dan Shmid (1983) yang dikutip dalam Muninjaya (2004)
menekankan bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis
diperlukan oleh manajer, dengan unsure utamanya adalah tergantung situasi suatu
organisasi.
4. Teori Behaviriostik
Teori ini merupakan salah aliran psikoloki yang memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasamani dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain
behavioriesme tidak mengakui adanya kecerdasan bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Efektif bila ada pemahaman tentang pekerja lebih berorentasi pada
manusia sebagai pelaku.
Teori ini menekankan empat komponen penting dalam suatu pengelolaan, yaitu
(a) manajer/pemimpin, (b) staf dan atasan, (c) pekerjaan, (d) lingkungan. Teori ini
menekankan bahwa dalam melaksanakan suatu manajemen, seorang pemimpin harus
mengintegrasikan keempat unsure tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.
5. Teori Humanistik
Teori ini menekankan pada prinsip kemanusian. Teori humanistic biasa dicirikan
dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori ini secara
umum berpendapat, secara alamiah manusia ,merupakan : motivated oerganism:,
organisasi memiliki struktur dan system control tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebasuntuk merealisasikan potensi motivasinya
24
dalam memnuhi kebutuhannya. Dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan
kelompok (Blancahrd dan Zigarmi, 2001).
Teori motivasi dikemukankan oleh beberapa ahli. Pada dasarnya, teori ini
menekankan pada kebutuhan secara menyeluruh seperti kebutuhan dasar oleh Abraham
Maslow, kepuasan kerja, lingkungan yang kondusif, maupun nilai dan keyakinan akan
keberhasilan suatu organisasi. Hal tersebut tentunya harus berdasarkan pada kerja keras
dan situasi yang mendukung untuk pencapaian suatu tujuan. Biasanya, motivasi dapat
menjadi suatu masalah bila tiga hal utamanya tidak terpenuhi dengan baik, yaitu (a)
pembagian tugas yang tidak jelas, (b) hambatan dalam pelaksanaan, dan (c) kurang/tidak
adanya penghargaan (rewards).
7. Toon motivasi
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
a. Maslow (Hirarki Kebutuhan) yaitu fisiologis ( gaji pokok ), aman (perencanaan yang
regular), kasih saying (kerja sama secara tim), harga diri (pencapaian posisi),
aktualisasi (tantangan dalam bekerja).
25
b. Clayton Alderfer ( teori ERG) yaitu exitence (fisiologis), relatedness (kasih saying),
growth (harga diri dan aktualisasi)
c. Frederich Herzberg (teori dua factor) yaitu motivators (kepuasan kerja), hygiene
(lingkungan yang kondusif)
d. Nc clleand ( teori belajar) yaitu ofiliation (bersahabat), power (memerintah orang
lain), achievement (suka tantangan, kompetisi dan menyelesaikan masalah secara
detail)
Schein (1970) dalam Gillies (1996) menekankan bahwa staf atau pegawai
adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, serta dapat berkembang secara dinamis. Sistem tersebut
dianggap suatu sistem terbuka jika adanya perubahan, energi, dan informasi dengan
lingkungan. Holander (1978) mendukung teori tersebut, beliau menyatakan bahwa
pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan untuk :
26
tujuan bias berbeda pada situasi berbeda pula penampilan seseorang dan produktifitas di
pengaruhi oleh tugas yang harus di selesaikan kemampuan seseorang, pengalaman, dan
motivasi tidak ada strategi yang Pling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.
27
mempersatuakn usaha dari berbagai indifidu yang memiliki karakteristik yang
berbeda ( Gielies dalam Whaitbead, K.et all, 2010 )
Menurut Brosten, Haiman dan Nailor (1979) sedikit mencakup 4 hal yang terkait
dengan kegiatan manejerial, perencanaan, perorganisaian, motivasi, dan
pengendalian. Demgan demikian kegiatan kepemimpinan selalu bersingunagn dengan
keguatan dalam manejemen
b. Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 Fungsi pokok
kepemimpinan yaitu :
a) Fungsi instruktif
Pemimimpin berfungsi sebagai komonikator yang menentukan apa ( isi perintah),
bagaimana ( cara menjalankan perintah), bila mana ( waktu memulai,
melaqksanakan dan melaporkan hasilnya), dan di mana ( tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat di wujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang di pimpin orang hanyalah laksanakan perintah.
b) Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat mengunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal
tersebut dimamanakalah pemimpin dalam usahan menetetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan konsultasi dengan orang orang yan di
pimpimpinnya.
c) Fungsi partisipatif
Dalam menjalankan fungsi partisipatif pemimpin berusaha untuk mengaktifkan
orang orang yang di pimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelmpok memeroleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang di jabarakan dari tugas
tugas pokok sesuai dengan posisi masing- msaing.
d) Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delaegasi sebenarnya adalah
kepercayaan seorang kepada orang yang di beri kepercayaan untuk perlempahan
wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
28
e) Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam korordinasi yang efektif
sehingga memungkinka terca[ainya tujuan bersama secara maksimal dalam
melaksanankan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan dalam melalui
kegiatan bimbingan penyerahan kordinasi dan penguasan.
29
3. Audible; makna dari audible antara lain : dapat di dengarkan atau di mengerti
dengan baik jika empati berarti kita harus mendengarkan terlbih dahulu
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik.
4. Clariti : selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hikum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri
shingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan.
5. Humble : hokum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah
sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hokum
pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasasanya di dasari
oleh sikap rendah hati yang kita miliki
30
1. Komunikasi lebih membutuhkan lebih dari dua orang yang akan menentukan
tingkat hubungan dengan orang lain.
2. kKomunikasi terjadi secara berkesenanambungan dan terjadi hubungan timbal
balik.
3. Proses komunikasi dapat melaui komuikasi ferbal dan nonferbal bias terjadi
secara simultan.
4. Dalamberkounikasi seseorang akan berespon terhadap peran yang di terima
lebih baik scara langsaung maupun tidak langsung, ferbal maupun nonferbal
5. Pesan yang diterima tidak selau di asumsikan sama antara penerima dan
pengirim
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kepemimpinan adalah proses menghargai orang lain untuk memahami dan
menyepakati tentang apa yang perlu untuk dilakukan dan bagaimana hal tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu atau kelompok
(kolektif) untu memenuhi tujuan-tujuan utama. Menurut Arwani (2006) kepemimpinan
adalah suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar
mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain dalam menentukan tujuan organisasi. Memotivasi perilaku
pengikat untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dilakukan
oleh seseorang yang memiliki kemampuan untuk memahami perilaku orang lain tanpa
31
menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinya menerima dirinya
sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
3.2 Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik,
tentang model model kepemimpinan dalam keperawatan agar menjadi pedoman kita
sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Asrul Azwar. 2005. Pengantar Andministrasi Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: PT. Bina Rupa
Aksara.
Christina S.I. 1990, Pengantar Manajemen Keperawatan; Akper Padjajaran Bandung ( tidak
dipublikasikan).
Dee Ann Gillies. 2002. Nursing Management Philadelphia: WB. Saundars Compani
Elianor J. Sullifan dan Phillip J. Decker. 1995. Effectife Management in Nuasing. California :
Addison-Wesley publishing Compani
Gillis, DA. 1996, Manajemen Keperawatan. Suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders Compani,
Philadephia.
32
H. Moh. Isa. 2021. Beberapa Bacaan Tentang Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Pusar
Peandidikan Dan Latihan Pegawai Depkes RI.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan praktik. Edisi Keempat
Vol. 1 Alih Bahasa oleh Yasmin Asih, dkk. Jakarta; EGC.
33