Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 33

MAKALAH

TEORI KONSEP DAN PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH

KELOMPOK IV

1. NESLY M.E TANAEM (139802719)


2. BACEBA BURAEN (138202719)
3. ANGGI SELAN (144502719)
4. JOY SANTI TIIP (139002719)
5. FASKO DAGAMA SUAT (144302719)
6. ANDRIAS H. KAMBOMBU (138002719)
7. BURHAN KAWALI (138102719)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memerikan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Konsep Dan Prinsip Dasar
Kepemimpinan Manajemen Keperawatan “ ini tepat pada waktunya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari, maklah yang telah ditulis, ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik da saran yang membangunkan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 16 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang......................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5

2.1 Konsep dasar kepemimpinan...............................................................................5


2.2 Teori kepemimpinan dalam keperawatan..........................................................19
2.3 Prinsip kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan.....................................26
2.4 Peran dan fungsi kepemimpinan dalam keperawatan.......................................27
2.5 Komunikasi yang efektif dalam kepemimpinan.................................................28

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................31

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................31
3.2 Saran.......................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah sakit


harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya, sehingga
rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.lingkup manajemen operasional dan
manajemen asuhan keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan
mengawasi sumber daya keperawatan.

Fungsi-fungsi manajemen keperawatan adalah perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manajer dalam bentuk supervisi.
Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan secara baik dan terus menerus dapat
memastikan pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan
(Depkes RI, 1994 ).

Dengan supervisi kepala ruangan sebagai manajer dapat mempengaruhi kinerja


perawat pelaksana.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas mahasiswa dapat mengetahui Konsep, Teori
dan Prinsip Dasar Kepemimpinan Manajemen Keperawatan.

1.3 Tujuan Masalah


1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Konsep Dasar Kepemimpinan
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Teori Kepemimpinan Dalam Keperawatan
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Prinsip Kepemimpinan Dalam Pelayanan Keperawatan
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Peran Dan Fungsi Kepemimpinan Dalam Keperawatan
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Komunikasi Yang Efektif Dalam Kepemimpinan

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kepemimpinan


2.1.1 pengertian
kepemimpinan adalah proses menghargai orang lain untuk memahami dan
menyepakati tentang apa yang perlu untuk dilakukan dan bagaimana hal tersebut
dapat dilaksanakan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu atau
kelompok (kolektif) untu memenuhi tujuan-tujuan utama. Menurut Arwani (2006)
kepemimpinan adalah suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan
orang lain agar mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain dalam menentukan tujuan organisasi. Memotivasi perilaku
pengikat untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok
dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan untuk memahami perilaku
orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinya
menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
Kepemimpinan selalu menarik untuk dibahas, mengingat teori tentang
kepemimpinan pun terus berkembang dan berevolusi. Mulai dari kepemimpinan yang
berasal dari sifat-sifat yang telah dimiliki sejak lahir, gaya kepemimpinan, tipe
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi tertentu, hingga kepemimpinan yang dilihat
dari cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, serta mampu membawa
pengikutnya menuju perubahan dan menghapi perubahan. (Bolden et al., 2003 dalam
Munijaya, (2004) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan bagian dari proses
pengembangan sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini, SDM adalah ast yang
dimiliki oleh suatu organisasi yang perlu dikelola secara efektif agar memberikan
nilai tambah bagi organisasi. Selain itu, Kouzes dan Posner (1990) dalam Potter Dan
Perry (2005) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan seni untuk meminta
seseorang melakukan sesuatu yang diyakini untuk dikerjakan.

5
Kepemimpinan berasal dari Bahasa inggris yaitu leadership yang berasal dari
kata lead yang berarti “pergi”. Secara umum, pemimpin memiliki gambaran ke mana
akan “pergi”, suatu arah dengan adanyas seseorang yang di pengaruhi untuk
mengikuti. Tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut, Tappen (1995) dalam
Sitorus dan Panjaitan (2011) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara produktif dan dalam kondisi
yang menyenangkan. Sementara itu, Kuntoru (2010) menyatakan terlalu banyak
definisi tentang kepemimpinan, namun dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu seni dan proses untuk memengaruhi dan mengarahkan orang lain agar
mereka termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam situasi tertentu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat menciptakan
situasi yang menginspirasi para pengikutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik
dan lebih tinggi dari keadaan sekarang. Pada kenyataannya, seorang pemimpin yang
efektif adalah orang yang mampu mebaca situasi, mengatasi permasalahan,
bertanggung jawab, bersedia mengembangkan pengikutnya, serta memiliki integritas
dan etika yang baik karena seorang pemimpin harus memberikan contoh atau
bertidak sebagai panutan bagi pengikutnya (Muninjaya, 2004). Selanjutnya,
dijelaskan bahwa baik pemimpin yang situasional atau structural, formal atau
informal, mereka sama-sama selalu dituntut untuk memiliki karakteristik
“kepemimpinan yang efektif”. Dengan karakteristik tersebut, seorang pemimpin dapat
membawa organisasinya ke situasi yang lebih baik, mencapai hasil yang diinginkan,
bersedia , mendahulukan kepentingan oraganisasi diatas kepentingan pribadi, selalu
dapat menguasai keadaan, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun. Apabila hal
tersebut tidak dapat dilakukan maka ia dianggap tidak mampu menujukkan
karakteristik kepemimpinan yang efektif. Hal ini tentu dapat berdampak pada
organisasi yang berjalan tidak efektif. Hal ini tentu dapat berdampak pada organisasi
yang berjalan tdak efektif dalam mencapai hasl yang diinginkan. Bahkan, berdampak
pada adanya kemungkinan pergantian pemimpin.

2.1.2 Kegiatan kepemimpinan

6
Bronsten, Hayman dan Naylor (1979) dalam Kuntoro (2010) menyatakan
bahwa kegiatan kepemimpinanpaling sedikit mencakup empat hal yang terkait
dengan kegiatan manjerial, yaitu perencanaan, pengoranisasian, motivasi, dan
pengendalian. Sementara itu Gillies (1996) menyatakan bahwa kegiatan
kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal antara lain mengarahkan,
memberi petunjuk, melakukan supervise, mengawasi tindakan bawahan,
mengkoordinasika kegiatan yang sedang dan akan dilakukan, serta mempersatukan
individu dengan beragam karakteristiknya. Dari kegiatan-kegiatan kepemimpianan
tersebut kemudian dijabarkan melalui empat fungsi manajemen sebagai berikut:
a. Perencanaan, yaitu kepemipinan diarahkan untuk pengenalan masalah yang
terjadi dilingkungannya hingga pada penetapan tujuan pemecahan masalah, baik
tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Pengorganisasian, merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara melibatkan
semua sumber daya yang ada dalam suatu system untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Motivasi, merupakan kegiatan yang membutuhkan kemampuan seorang
pemimpin untuk memotivasi karyawannya secara benar dengan menggunakan
pengetahuan yang cukup tentang teori motivasi sebagai dasarnya.
d. Pengendalian, sebagai komponen terkahir yang merupakan kegiatan
megumpulkan umpan balik dan hasil-hasil secara periodic untuk dilakukan
perencanaan tindak lanjut.

2.1.3 Syarat-syarat pemimpin


Stoq Dill menyatakan bahwa pemimpinitu harus memiliki beberapa kelebihan:
yaitu prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status kapasitas, menurut Earl
Nightingale dan Whitf schult mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan dan syarat yaitu: kemandirian, besar rasa ingin tahu, multi
atau memiliki kepandaian beraneka ragam, memilki rasa humor, antusiasme tinggi,
suka berkawan, selalu ingin mendapatkan yang sempurna, mudah menyelesaikan diri
(beradaptasi), sabar dan ulet, komunikatif serta pandia berbicara, berjiwa,
wiraswasta, sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan berani mengambil resiko, tajam

7
firasatnya dan adil pertimbangannya, berpengetahuan luas dan haus akan ilmu
pengetahuan, memiliki motivasi tinggi, punya imajinasi tinggi.

2.1.4 Pendekatan kepemimpinan


Menurut Suarli (2002) ada 3 pendekatan kepemimpinan untuk memimpin
suatu organisasi diantaranya berdasarkan :
a. Sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dilakukan dengan cara
membandingkan sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dengan mereka yang
bukan pemimpin, membandingkan sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin
yang tidak efektif.
b. Perlaku
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi
pemimpin yang efektif.
c. Situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi diantaranya
hubungan atasan dengan bawahan, struktur tugas yang harus dikerjakan, dan posisi
kewenangan seseorang.

2.1.5 Tipe kepemimpinan


1. Kepemimpinan Karismatik
Para pemimpin yang memiliki kepribadian karismatik adalah sosok yang memiliki
kepibadian yang kuat, mengahargai nilai-nilai positif dan mampu mengubah arah
pandang karyawannya untuk menjadi positif, dan mampu mengubah arah pandang
karyawannya untuk menjadi lebih baik lagi.
2. Kepemimpinan Otoriter
Saat terciptanya kepemimpinan otoriter, bos sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
akan membuat keputusan, peraturan dan prosedur berdasarkan pemikirannya.
Lingkungan kerja dengan kepemimpinan otoriter sangat bisa diandalkan saat

8
mengambil keputusan namun tidak memberikan keluasan kepada para
karyawannya, Toppers.

3. Kepemipinan Demokratis
Kemimpinan demokratis akan melibatkan banyak kontribusi karyawan dalam
mengambil keputusan. Tipe kepemimpinan ini akan menawarkan komunikasi aktif
dua arah antara pemimpin dan karyawannya. Untuk menciptakan kepemimpinan
yang demokratis, dibutuhkan kebranian, kejujuran, kreativitas, dan keadilan bagi
seluruh aspek yang di perusahaan.
4. Kepemimpinan Delegatif
Dengan kepemimpinan delegatif, para pemimpin memberikan wewenang bagi
anggotanya dalam mengambil keputusan. Namun, tipe kepemimpinan ini memiliki
kelemahan, yaitu kecenderungan antar anggota untuk saling menyalahkan
keputusan yang telah dibuat.
5. Kepemimpinan Transformasional
Tipe kepemimpinan transformasional berkaitan erat dengan perubahan dalam diri
pemimpin maupun para anggotanya. Kepemimpinan ini mampu memotivasi
anggotanya. Kepemimpinan ini memotivasi anggotanya untuk mengerjakan
sesuatu melebihi apa yang ditargetkan. Kepemimpinan trasformasional ini
biasanya memiliki anggota yang berkomitmen dengan pemimpin yang
memberdayakan para karyawannya dengan baik melalui visi misi yang serupa.
6. Kepemimpinan Visioner
Visioner memiliki arti orang yang memiliki pandangan atau wawasan ke masa
depan. Dengan kepemimpinan visioner, para pemimpin selalu berusaha
mewujudkan visi misi yang dibuat oleh perusahaan. Selain itu, pemimpin ini selalu
berinovasi dalam mencapai target yang telah ditentukan. Pemimpin isioner akan
mendorong para anggota untuk mencoba hal-hal baru dan terus berinovasi untuk
perkembangan perusahaan yang lebih baik lagi.
7. Pemimpin Liberal

9
Para pemimpin akan memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk
menyelesaikan semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Hal ini dilakukan agar
segala tugas yang diberikan bias cepat selesai. Seorang pemimpin liberal tidak
akan menuntut banyak kepada para karyawannya namun tetap mengawasi jalannya
kerja sehari-hari.

8. Kepemimpinan Pembinaan
Pemimpin akan mengawasi dan mengajari para anggotanya dengan penuh dan
mengatur hasil yang akan dicapai perusahaan. Seorang pemipin yang membina
anggotanya juga akan memberikan motivasi untuk mendorong para karyawannya
mencapai tujuan perusahaan dengan keahlian mereka.
9. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah suatu kondisi ketika pemimpin bertindak
berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh
seorang pemimpin sitiasional, yaitu mengarahkan langsuang, memberikan
pelatihan kepada karyawan, mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.

2.1.6 Gaya Kemimpinan


Berikut macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:
a. Menuna Tannenbau dan Warrant H. Schmidt
Gaya kepemimpinan berfokus pada atasan dan berfokus pada bawahan.
b. Menurut likert
1) System otoriter-eskploitatif yaitu pemimpin ini sengat otoriter mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawaannya. Komunikasi yang dilakukan
bersifat satu arah kebawah
2) System benevolent-otoriter yaitu pemimpin mempercayai bawahan sampai
pada tingkat tertentu
3) System konsultatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar
terhadap bawahan. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik
yang dibuat oleh bawahan

10
4) System partisipatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya
terhadap bawahan komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.
c. Menurut Robert House
1) Derektif yaitu pemimpin selalu beroreantasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya
2) Suportif yaitu pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahannya
3) Partisipatif yaitu pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah
keputusan
4) Beroreantasi tujuan yaitu pemimpin menetapkan tujuan yang menentang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal
mungkin
d. Menurut Hersey dan Blanchard: Intruksi, Konsultasi, Partisipasi, Delegasi
e. Menurut Lippits dan K. White: Otoriter, Demokratis, Liberal Gaya Kepemimpinan
berdasarkan kekuasaan dan wewenang Otoriter, Demokratis, Partisipatif Bebas
tindak

Gaya di artikan sebagai suatu cara menampilkan karakteristik. Gillies (1996)


mendefinisikan gaya sebgai hak istimewah yang tersendiri dari si ahli dengan hasil
akhir yang di capai tanpa menimbulkan isu sampingan. Semntara itu, gaya
kepemimpinan didefinisikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku
seseorang dipengaruhioleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya.
Sehingga kepribadian seorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung bervariasi. Secara umum, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam sebagai berikut :

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter


Gaya kepemimpinan otoriter didefinisikan sebagai kepemimpinan
otoriter, kepemimpinan langsung yang mengatur segala hal, serta
kepemimpinan yang eksten “diktator”. Pemimpin mengasumsikan pengotrolan

11
ketat secar berlebih dalam keputusan dan aktivitas kelompok (organisasi yang
terpusat).
Dalam pelaksanaanya, pemimpin dengan gaya kepemimpinan otoriter
dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Pemimpin bersifatmendominasi dengan atau tanpa maksud dan bersifat
keras.
b. Pemimpin memiliki perhatian yang kuat terhadap pekerjaan, tetapi kurang
perhatian pada orang yang menjalankan tugas.
c. Pemimpin menggunakan usaha para pekerja untuk memberikan yang
terbaik, tanpa memedulikan minat dari suatu pekerjaan.
d. Pemimpin mengatur standar dan mode yang kuat dalam menampilkan, serta
berharap agar bawahan mematuhi peraturan dan mengikutinya sesuai aturan
yang ada.
e. Keputusa yang berhubungan dengan pekerjaan di buat sendiri, tanpa
memedulikan permintaan pekerja dan berharap meraka menaati keputusan
tersebut.
f. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya menyebabkan hanya ada beberapa
kelompok pekerja yang berpartisipasi atau tidak satu pun dari pekerja
tersebut.
g. Pemimpin memiliki pemekiran bahwa apa yang pemimpin rencanakan dan
lakukan adalah yang terbaik. Dalam hal ini, ia mungkin mendengarkan
pendapat anggotanya, tetapi tidak berpengaruh dengan pendapat tersebut.
h. Pemimpin tidak memiliki rasa percaya pada bawahan.
i. Pemimpin biasanya memanipulasi bahwa untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan rencana dan tujuannya.
Gaya kepemimpinan otoriter juga memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut :
a. Gaya kepemimpinan otoriter tergolong efisien dalam hal waktu. Dalam hal
ini lebih mudah untuk membuat keputusan oleh suatu orang dari
pada kelompok sehingga tidak menghabiskan banyak waktu.

12
b. Gaya kepemimpinan baik digunakan ketika hanya ada seseorang
pemimpin yang berpengalaman dan memiliki informasih penting, ketika
bawahan masih tergolong baru.
c. Gaya kepemimpinan otoriter juga baik digunakan ketika pekerja tidak
yakin dalam mengambil keputusan dan seorang pemimpin mengatakan
kepada mereka apa yang harus dilakukan.

Selain kelebihan, gaya kepemimpinan otoriter juga tidak terlepas dari


beberapa kekurangan sebagai berikut.

a. Gaya kepemimpinan otoriter tidak menumbuhkan semangat terhadap


anggota kelompok , kurang meningkatkan kemampuan dan inisiatif
anggota, serta tidak menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas selama
menjadi anggota.
b. Kurang dukungan dari pemimpin dalam hasil keputusanyang dibuat
dengan konsultasi, meskipun orang tersebut benar.
c. Cara kepemimpinan otoriter menghambat partisipasi kelompok yang
hasilnya kurangnya kepuasan bekerja dapat menurunkan komitmen
dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis


Gaya kepemimpinan demokratis digambarkan dengan partisipasi dari
gaya kepemimpinan konsultan yang meliputi beberapa hal berikut :
a. Gaya kepemimpinan demokratis menunjukkan paritisipasi dengan
konsultasidengan adanya seorang pemimpin yang berorintasi pada
orang atau anggota, berfokus pada aspek manusia, membangun kerja
kelompok yang efektif, dan menekankan pada kebersamaan.
b. Komunikasi sukses dalam sistem terbuka. Dalam hal ini, partisipasi
kelompok sangat di perhatikan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan
keputusan. Biasanya baik pemimin dan anggota saling bertukar pikiran
dalam suatu penyelesaian masalah.

13
c. Interaksi anatar pemimpin dan kelompok terbina dengan kehangatan
kepercayaan. Dalam gaya kepemimpinan ini, hal-hal yang dilakukan
pemimpin antara lain pemimpin membawa subjek untuk didiskusikan
kelompok atau konsil, keputusan utama dibuat dan dilakuakan oleh seluruh
kelompok, serta membuat keputusan akhir setelah mencari masukan dari
kelompok keseluruhan. Dengan demikian, kelompok merasakan bahwa
mereka memiliki kontribusi yang penting dalam melakukan kebebasan,
memberikan ide, serta membangun rasa tanggung jawab untuk kebaikan
bersama.
d. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin tidak mendoinasi melaikan
bertindak berdasarkan saran dari anggotanya. Pemimpin juga memotivasi
bawahannya untuk mengatur tujua mereka, membuat rencana kerja, dan
mengevaluasi hasil kerja mereka. Selanjutnya, pemimpin menyampaikan
tujuan keseluruhan dan perkembangan organisasi.
e. Standar penampilan berlanjut untuk membimbing dalam menghasikan
produk yang tinggi.

Gaya kepemimpinana demokratis juga memiliki beberapa kelebihan


sebagai berikut.

a. Pemimpin mengijinkan dan menyemangati semua pekerja untuk melatih


dalam membuat keputusan prakitis.
b. Pemimpin mempromosikan dan melibatkan seseorang, menerima saran,
serta menghasikan keputusan yang terbaik untuk bekerja dan kepuasan
dalam bekerja.
c. Keputusan dibuat oleh kelompok yang lebih efektif. Dalam hal ini, mungkin
banyak anggota lebih memiliki banyak informasi dari pada pemimpin.

Selain kelebihan, gaya kepemimpinan demokrastis juga tidak terlepas


dari kekurangan. Dengan menerapkan gaya kepemimpinan ini, pemimpin
membutuhan waktu lebih banyak dalam membuat keputusan.

3. Gaya Kepemimpinan Laissesz-Faire

14
Gaya kepemimpinan ini atau dikenal pula sebagai Free-Rein merupakan
gaya kepemimpinan yang bebas kendali, serta memperbolehkan, anarkis, dan
sangat liberal. Pemimpin memberikan kekuatan kepada seluruh kelompok.

Gaya kepemimpinan ini memiliki beberapa keistimewaan sebagai berikut.

a. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan seperti ini memberikan semangat dan


kebebasan dalam kegiatan dengan anggota kelompoknya.
1) Orang luar tidak akan mengenali pemimpin dalam sebuah kelompok
2) Pemimpin hanya sedikit ataua bahkan tidak mempengaruhi anggota
kelompok
3) Tidak ada petunjuk terpusat, pengawasan, koordinasi, dan kendali
b. Anggoa kelompok bebas mengatur dan menentukan aktivitas mereka sendiri,
serta mengijinkan anggota untuk melakukan apa ang menjadi keinginan
mereka. Berbagai tujuan mungkin dapat ditur oleh setiap individu dan akan
menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas dari kelompok dengan mudah.
c. Gaya kepemimpinan ini biasanya dipilih oleh pemimin dengan beberapa
alasan:
1) Pemimpin terlalu lemah untuk menggukan penggaruhnya kepada
kelompoknya.
2) Pemimpin berusaha membuat segaa hal merasa baik.
3) Kegagalan fungsi sebagai pemimpin yang efektif
d. Gaya kepemimpinan ini efektif dalaam memberikan motivasi yaang tinggi
kepada kelompok profesional. Sebagai contoh, proyek penelitian dengan
memberikan kebasan berpikir, atau pemimpin merasakan bahwa masalah
harus diselesaikan oleh kelompok itu sendiri. Gaya kepemimpinan ini tidak
bermanfaat dalm sebuah struktur pelayanan kesehatan atau beberapa institusi.
e. Kelompok yang ditetapkan pemimpin, runtuh dalam kategori ini.

Gaya kepemimpinan laisses-faire juga memiliki beberapa kelebihan sebagai


berikut.

a. Dalam situasi yang mendesak kreativitas dapat menjadi semangat terhadap


maksud yang spesifik.

15
b. Mencoba melakukan metode baru.

Selain kelebihan, gaya kepemimpinan laisses-faire juga tidak terlepas dari


kekurangan sebagai berikut.
a. Lebih mengarah pada tidak stabilan, ada pengorganisasian tidak efisien, dan
tidak ada persatuan aksi.
b. Baik kelompok maupun individu dalam kelompok akan merasa bertanggung
jawab terhadap masalah yang mungkin dapat muncul. Anggota individu akan
kehilangan minat, inisiatif, dan keinginan dalam pencapaian.

4. Gaya Kepemimpinan Birokrasi


Gaya kepemimpinan ini berorentasi pada kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan sebelumnya. Fungsi pemimpin hanya pada baris dengan aturan dan
peraturan, serta memastikan semua aturan dilaksanakan oleh anggotanya.
Pemimpin tidak dapat flesibel dan tidak sukaa mengambil risiko yang tidak
sesuai dalam aturan tersebut. Gaya kepemimpinan ini tidak memiliki ruang untuk
kreativitas dalam pemecahan masalah. Dengan demikian gaya kepemimpina ini
lebih efektif pada organisasi yang anggotanya melakukan tugas rutin.
Berdasakan pemaparan tentang gaya kepemimpinan tersebut sebenarnya
gaya kepemimpinan dapat dipilih sesuai organisasi atau kelompok itu sendiri.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih gaya kepemimpinan yang
efektif di uraikan sebgai berikut.
a. Tidak selalu satu fungsi sesuai dengan gaya kepemimpianan tertentu.
b. Tidak selalu hanya satu gaya kepemimpinan yang sesuai dengan semua
situasi.
c. Kombinasi gaya kepemimpinan dapat lebih sesuai. Contohnya, gabungan
antara otoriter dan demokratis atau antara demokratis dengan laisses-faire.

2.1.7 Model Kepemimpinan

16
Terdapat tiga model kepemimpinan menurut La Monica (1986) dalam
muninjaya (2004), yaitu Ohio state ,kepemimpinan sutuasional ,dan managerial
Grids

a. Ohio State

Model ini mengandung dua komponen perilaku dalam memimpin yaitu


struktur prakasa dan pertimbangan. Struktur prakasa menggunakan upaya
pimpinan untuk melakukan perorganisasian dan mendefinisikan kegiatan para
anggota dan peran yang diembannya unsur ini menyatakan tujuan yang akan
dicapai dan menunjukkan kegiatan yang harus dilakukan ,cara
melakukannya ,waktu dan tempat kegiatan tersebut akan dilakukan ,serta orang
yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang harus dijalankan .dalam ini
model ini ,komunikasi satu arah dibutuhkan karna pemimpin mengarahkan
anggotanya tentang segala hal yang harus dikrjakan untuk pencapaian tujuan.

Komponen kedua adalah pertimbangan,yaitu dengan melibatkan


komunikasi duah arah untuk menjawab kebutuhan kelompik melalui cara
menanyakan pendapat ,keyakinan dan keinginannya.selanjutnya,dilakukan diskusi
dalam kelompok agar tercipta suasana salin percaya ,saling menghormati ,dan
menimbulkan kehangatan antara anggota kelompok ,sehingga tercipta hubungan
interpersonal yang efektif.

Berdasarkan model ini ,akan muncul empat perilaku gaya kepemimpinan


antara lain :

1) Pertimbangan tinggi-struktur rendah


2) Struktur tinggi-pertimbangan tinggi
3) Struktur rendah–pertimbangan rendah
4) Struktur rendah-pertimbangan rendah

Pertimbangan rendah Struktur tinggi


Struktur rendah pertimbangan tinggi
Struktur rendah Struktur tinggi

17
Pertimbangan rendah
Pertimbangan rendah
Sumber: La Monica (1986) dalam Muanjaya (2004)

Gambar 1.1 Model Kepemimpinan Ohio State

b. Kepemimpinan Situasional
Model ini dikembangkan oleh Harsey dan Blancard (1977) dalam
muninjaya (2004) yang merupakan pengembangan dari model ohio
state.Berdasarkan model ini, akan muncul empat karakteristik perilaku
kepemimpinan antara lain :
1) Hubungan tinggi –tugas rendah
2) Tugas rendah –hubungan rendah
3) Tugas tinggi-hubungan tinggi
4) Tugas tinggi –hubungan rendah

Hubungan tinggi Tugas tinggi


Tugas rendah Hubungan rendah
Tugas rendah Tugas tinggi
Hubungan rendah Hubungan rendah
Sumber: La Monica (1986) Dalam Muinjaya (2004)

Gambar 1.2 Model Kepemimpinan Situasional

c. Managerial Grids
Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Blake dan Mauto (1978)
dalam Kuantoro (2010).kemudian ,pada tahun 1981,Tapper mencoba model ini
dalam bidang keperawatan ,secara gratis besar,model ini terbagi atas lima gaya
kepemimpinan sebagai berikut .
1) Kepemimpinan otoritas –kepatuhan
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan pemimpin yang dianggap sebuah
oposisi kekuasaan untuk mengatur kondisi –kondisi kerja secara efisien.pada
perilaku kepemimpinan ini,pimpinan lebih mengutamakan pencapaian tujuan

18
2) Kepemimpinan Tim
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan orang-orang atau kelompok yang
bertugas menyelesaikan suatu kegiatan yang saling terkait sehingga setiap
anggota memiliki pegangan yang sama .Hubungan saling percaya ,saling
menghormati ,dan kesetaraan dalam model ini lebih menggunakan pencapaian
tujuan dan kepedulian terhadap orang lain.
3) Kepemimpinan country club
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan adanya pemberian perhatian penuh
dari pimpinan terhadap kebutuhan anggota kelompok ,serta tempo kerja yang
menyenangkan dan bersahabat (perilaku kepemimpinan lebih mengutamakan
bawahan)
4) Kepemimpinan miskin
Kepemimpinan miskin menggambarkan adanya upaya minimal dan pimpinan
untuk menyelesaikan pkerjaan yang segera diselesaikan
5) Kepemimpinan orang-organisasi
Gaya kepemimpinan ini dicirikan dengan adanya keseimbangan laku
pimpinan yang berhubungan denga tugas dalam pencapaian tujuan, maupun
pertahankan moral atau kepedulian terhadap anggota kelompok pada tinggat
yang memuaskan .dengan ciri tersebut ,perilaku kepemimpinan ini sering
disebut dengan kepemimpinan kompromatiks.

2.2 Teori Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Pada prinsipnya, berbagai teori kepemimpinan sebaiknya dipahami oleh seorang


calon manajer atau manajer, sebab dalam kepemimpinannya situasi dan kondisi sering
mengalami perubahan. Dengan memahami teori kepemimpinan, seorang manajer maupun
mengaplikasikannya dalam mengelola suatu organisasi dengan sesuai dengan situasi dan
kondisi organisasi tersebut.

Muninjaya (2004) membagi teori kepemimpinan menjadi tiga tingkat sesuai


dengan hakikat kepemimpinan yang dikaji sebagai berikut.

Tingkat I : Teori Orang-Orang Besar dan Sifat-Sifat Pemimpin (Trait)

19
Filosofi Aristoteles yang menyatakan bahwa ada orang tertentu memang
dilahirkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan sebagian besar orang lain akan menjadi
pengikut. Teori ini berkembang di negara-negara Eropa Barat dan Asia yang menganut
sistem monarki. Pada sistem ini, sifat-sifat kepemimpinan memang diwariskan, seperti
anak seorang raja atau kaisar dan menggantikan tahta ayah atau ibunya. Keuntungan teori
ini adalah sang pemimpin diterima secara lugas sepanjang perintah ini datang dari seorang
pewaris kerajaan. Selain itu, sistem ini tidak akan menimbulkan kontroversi tentang siapa
yang akan terpilih menjadi raja atau sultan. Sayangnya, teori ini tidak menjamin semua
ahli memiliki kemampuan dan bakat menjadi pemimpin.

Tingkat II : Teori Situasional dan Interaksional

Teori Situasional menegaskan bahwa pemimpin adalah mereka yang berani


mengadakan perubahan drastis, jika situasi sudah memberikan peluang kepadanya untuk
mengadakan perubahan. Prinsipnya, teori ini dapat diterapkan pada lingkungan budaya
yang berbeda. Keuntungan dari teori ini adalah digunakan berbagai variabel lingkungan
untuk mengkaji fenomena kepemimpinan yang kompleks dari seorang pemimpin.
Sementara itu, teori Interaksional bukan hanya faktor sifat dan situasi yang menentukan
sesorang dianggap sebagai pemimpin, melainkan dari kedua faktor tersebut justru
memunculkan seorang pemimpin. Cirri Khas dari teori interaksional adalah mulai
dipertimbangkannya kebutuhan dan tujuan kelompok yang dipimpin. Kepemimpinan akan
muncul jika ada interaksi antara perilaku seseorang dengan perilaku kelompoknya.

Tingkat III : Teori yang Dikaitkan dengan Tujuan Organisasi

Teori ini membahas berbagai aspek kepemimpinan yang dianggap lebih efektif
dari gaya kepemimpinan yang ada. Orientasi teori ini terletak pada perumusan dan upaya
mencapai tujuan organisasi dengan mengkaji pergeseran kepemimpinan, dimulai dari
proses yang memengaruhi kelompok terorganisasi kearah upaya perumusan dan
pencapaian tujuan. Kajian teori kepemimpinan tingkat III ini akan melahirkan berbagai
teori lain tentang kepemimpinan antara lain Teori Manajerial, Teori Fungsi Eksekutif,
Teori Management by Objective (MBO), Teori Path Goal, dan Teori Tiga Dimensi.

20
1. Teori Manajerial : teori ini lebih banyak membahas upaya seseorang manajer dalam
menerapkan fungsi manajemen untuk menggerakkan kelompok kearah pencapaian
tujuan organisasi. Menurut teori ini, aspek kepemimpinan akan terlihat pada
implementasi setiap fungsi manajemen.
2. Teori Fungsi Eksekutif : teori ini mensyaratkan seorang pemimpin untuk memilki
kompetensi dalam melakukan hubungan interpersonal dengan kelompok yang
dipimpin. Dengan alasan, kemampuan tersebut akan mempengaruhi perilaku kelompok
secara terstruktur untuk pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin berperan sebagai
mediator dan inovator untuk menjaga keseimbangan kehidupan organisasi (Zalenznik,
1966 dalam Muninjaya, 2004).
3. Teori Management by Objective (MBO) : teori ini diawali dengankajian tentang fungsi
manajemen yang dilaksanakan oleh pucuk pimpinan organisasi, serta bagaimana kerja
sama kelompok dapat dikembangkan sehingga tercapai kepuasan dan produktivitas
kerja. Dalam teori ini, pimpinan dan kelompok bekerja sama untuk menetapkan tujuan,
menentukan bidang tanggung jawab masing-masing, dan menggunakan tujuan sebagai
pedoman pembagian peran dari setiap anggota kelompok (Peter Drucker, 1973 dalam
Muninjaya, 2004).
4. Teori Path Goal : teori ini mengidentifikasi faktor situasi yang kurang mendapat
perhatian dengan mengkaji perilaku pemimpin yang berpengaruh terhadap kelompok.
Perhatian pemimpin kepada anggta kelompok menimbulkan persepsi mereka tentang
adanya penghargaan. Situasi demikian akan memotivasi anggota kelompok, sekaligus
memberikan kepuasan kerja selama perilaku pemimpin jelas pada upaya pencapaian
tujuan organisasi (Evans, 1970 dalam Muninjaya, 2004).
5. Teori Tiga Dimensi : teori ini berkembang berdasarkan pemikiran bahwa tidak ada satu
pun gaya kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri
pemimpin, hal-hal yang dimiliki anggota kelompok melalui hubungan interpersonal
antara keduanya, serta situasi lingkungan yang berorientasi pada tugas, ikut berperan
dalam menentukan gaya kepemimpinan seseorang. Ketiga faktor tersebut digunakan
untuk membahas teori kepemimpinan sehingga muncul teori tiga dimensi
kepemimpinan yang efektif (Harsey dan Blanchard, 1977, dalam Muninjaya, 2004).

21
Selain teori kepemimpinan yang dibahas di atas, Gilles (1996) menjelaskan
beberapa teori kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam kepemimpinan manajemen
keperawatan.

Teori kepemimpinan berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik unik, baik


fisik, mental maupun kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan kepemimpinan.
Teori menekankan pada ciri khas pribadi dari para pemimpin. Teori ini teori dalam
kepemimpinan, antara lain:

1. Teori Bakat (Trait Theory)

Teori ini pertama kali di yunani kuno dan romawai yang kemudian
berkembang dan menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukanya diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat
menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin ( pemimpin dibawah sejak
lahir bukan didapatkan dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang
membuat mereka lebih baik daripada orang lain (Marquis dan Huston, 2010),
pemimpin dilahirkan dengan membawah sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu
belajar lagi. Analisis teori tentag kepemimpinan dimulai dari pemusutan perhatian
itu sendiri, jadi teori ni menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung
pada karakter pemimpinnya, Swarburg (2000) menyatakan ciri-ciri pemimpin
menurut teori balat adalah inteligensi, keprinadian, dan kemampuan.

Teori ini dibuat juga dengan Great Man Theory.teori ini menekankan
bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawah sejak lahir bukan
didapatkan) dan mereka memiliki karakteristik tertentu yang membuat mereka
lebih baik dari orang lain. Teori ini menyatakan bahwa pemimpin memiliki cirri-
ciri sebagaimana tertera dalam tabel berikut

Tabel Ciri-Ciri Pemimpin Menurut Teori Bakat


Intelegensi kepribadian Perilaku

22
a. Penegtahuan a. Adaptasi a. Kemampuan bekerja
b. Keputusan b. Kreatif sama
c. Kelancaran c. Kooperatif b. Kemampuan
bicara d. Siap/siaga interpersonal
e. Rasa percaya diri c. Kemampuan diplomasi
f. Integritas d. Partisipasi social
g. Keseimbangan emosi dan e. Prestise
mengontrol
h. Interpende
i. Tenang

2. Teori Perilaku
Teori ini menekankan pada apayang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya.
Menurut vestal (1994) teori ini dinamakan sebagia gaya kepemimpinan seorang
manajer dalam suatu organisasi. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki pemimpin
ke bagiamana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
Menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan
perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman
dan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunaakan. Secara ilmiah, perilaku
seseorang pemimpin menurut teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal yaitu:
pertama, disebut konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Kedua, disebut struktur inisasi yaitu
kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan funsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu
rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokratis, atau dari fokus suatu produksi ke
fokus pegawai.

3. Teori Kontigensi dan Situasional

23
Teori ini menekankan bahwa marujer yang efektif adalah manajer yang
dilaksanakan tugasnya dan mengkombinasi antara factor bawaan, perilaku dan situasi.
Hal ini berarti bahwa tidak ada satu system menajemen yang optimum, system
tergantung pada tempat perubahan lingkungannya. System ini disebut system organic
( sebagai lawan system makanistik), pada system ini mempunyai beberapa ciri antara
lain substansinya adalah manusia bukan tugas, kurang menekankan hirarki,
mengendalian diri seendiri, penyesuaian bersama struktur saling berhubungan, fleksibel
dalam bentuk kelompok, kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengombinasikan antara faktor bawaan, perilaku, dan
situasi. Tannenbaum dan Shmid (1983) yang dikutip dalam Muninjaya (2004)
menekankan bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis
diperlukan oleh manajer, dengan unsure utamanya adalah tergantung situasi suatu
organisasi.
4. Teori Behaviriostik
Teori ini merupakan salah aliran psikoloki yang memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasamani dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain
behavioriesme tidak mengakui adanya kecerdasan bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Efektif bila ada pemahaman tentang pekerja lebih berorentasi pada
manusia sebagai pelaku.
Teori ini menekankan empat komponen penting dalam suatu pengelolaan, yaitu
(a) manajer/pemimpin, (b) staf dan atasan, (c) pekerjaan, (d) lingkungan. Teori ini
menekankan bahwa dalam melaksanakan suatu manajemen, seorang pemimpin harus
mengintegrasikan keempat unsure tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.

5. Teori Humanistik
Teori ini menekankan pada prinsip kemanusian. Teori humanistic biasa dicirikan
dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori ini secara
umum berpendapat, secara alamiah manusia ,merupakan : motivated oerganism:,
organisasi memiliki struktur dan system control tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebasuntuk merealisasikan potensi motivasinya

24
dalam memnuhi kebutuhannya. Dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan
kelompok (Blancahrd dan Zigarmi, 2001).
Teori motivasi dikemukankan oleh beberapa ahli. Pada dasarnya, teori ini
menekankan pada kebutuhan secara menyeluruh seperti kebutuhan dasar oleh Abraham
Maslow, kepuasan kerja, lingkungan yang kondusif, maupun nilai dan keyakinan akan
keberhasilan suatu organisasi. Hal tersebut tentunya harus berdasarkan pada kerja keras
dan situasi yang mendukung untuk pencapaian suatu tujuan. Biasanya, motivasi dapat
menjadi suatu masalah bila tiga hal utamanya tidak terpenuhi dengan baik, yaitu (a)
pembagian tugas yang tidak jelas, (b) hambatan dalam pelaksanaan, dan (c) kurang/tidak
adanya penghargaan (rewards).

6. Teori Kontemporer (kepemimpinan dan manjemen)


Teori ini menekankan pada 4 komponen penting dalam suatu pengelolaan yaitu
manejer pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan dan lingkungan. Dia menekankan dalam
melaksanakan suatu menejemen seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat
unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori perlu didukung oleh teori
motivasi, interaksi dan teori trasformasi.
Teori ini dikemukakan oleh Ouchi (1981) dalam Gillies (1966) yang merupakan
pengembangan dari Teori Y dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis.
Komponen Teori Z meliputu pengambilan keputusan dan kesepakatan, penetapan
pegawai sesuai keahliannya, penekanan pada keamanan pekerjaan, promosi yang
lambat, dan pendekatan yang holitik pada staf. Teori ini lebih menekankan pada staf
dibandingkan dengan kualitas produksi sehingga penggunaannya di Amerika masih
diperdebatkan.

7. Toon motivasi
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
a. Maslow (Hirarki Kebutuhan) yaitu fisiologis ( gaji pokok ), aman (perencanaan yang
regular), kasih saying (kerja sama secara tim), harga diri (pencapaian posisi),
aktualisasi (tantangan dalam bekerja).

25
b. Clayton Alderfer ( teori ERG) yaitu exitence (fisiologis), relatedness (kasih saying),
growth (harga diri dan aktualisasi)
c. Frederich Herzberg (teori dua factor) yaitu motivators (kepuasan kerja), hygiene
(lingkungan yang kondusif)
d. Nc clleand ( teori belajar) yaitu ofiliation (bersahabat), power (memerintah orang
lain), achievement (suka tantangan, kompetisi dan menyelesaikan masalah secara
detail)

Schein (1970) dalam Gillies (1996) menekankan bahwa staf atau pegawai
adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, serta dapat berkembang secara dinamis. Sistem tersebut
dianggap suatu sistem terbuka jika adanya perubahan, energi, dan informasi dengan
lingkungan. Holander (1978) mendukung teori tersebut, beliau menyatakan bahwa
pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan untuk :

a. menggunakan proses penyelesaian masalah ;


b. mempertahankan kelompok secara efektif;
c. komunikasi yang baik;
d. menunjukkan kejujuran dalam memimpin;
e. komponen, kreatif, dan memiliki kemampuan mengembangkan identifikasi
kelompok

8. Teori Z (Ouich 1981)

Teori ini merupakan pengembangan teori Y dari Mc Gregor, komponen teori Z


meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat dan
pendekatan yang holistic terhadap staf. Teori ini lebih menekankan pada staf di
bandingkan dengan kualitas produktif.

9. Teori interktif ( Schien 1970 )


Teori ini beramsumsi bahwa manusia memiliki karakteristik yang sangat
kompleks, mereka mempunyai motivasi yang berfariasi dalam melakukan suatu
pekerjaan, motivasi seseorang tidak tetap tetapi berkembang sesuai perubahan waktu

26
tujuan bias berbeda pada situasi berbeda pula penampilan seseorang dan produktifitas di
pengaruhi oleh tugas yang harus di selesaikan kemampuan seseorang, pengalaman, dan
motivasi tidak ada strategi yang Pling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.

2.3 Prinsip kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan

Prinsip di pandang sebagai paradigm yang terdiri dari beberapa utama


berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk
membangun dirinya atau organisasi. Menurut (Stephien R. covey (1997), prinsip adalah
bagian dari suatu kondisi, rea;isasi dan konsekkuensi. Prinsip merupakan suatu pusat atau
sumber utama system pendukung kehidupan yang di tampilkan dengan 4 dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan,sikap yang bijak sana,dan kekuatan.

Karakteristik seorang pemimpin yang efektif di dasarkan kepada prinsip prinsip


( Stephen R. coney) sebagai beroikut: seorang yang belajar seumur hidup, beroriantasi
pada pelayanan, membawa enerji yang positif, percaya pada orang lain. Keseimbangan
dalam kehidupan, melihan kehidupan sebagai tantangan sinergi, latihan mengembangkan
diri sendiri proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan pemahaman materi, memperlias materi melalui belajar dan
pengalaman, mengajar materi kepada orang lain, mengaplikasikan prinsip prinsip,
memotori hasil, mereflesikan kepada hasil, menambahkan pengetahuan baru yang di
perlukan materi pemaha,an baru dan kembali menjadi diri sendiri lagi. Mencapai
kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah karna akan ada banyak tantangan dan
kendala. Oleh sebab itu manejer dan abministrator seharusnya bekerja bersam dalam
perencanaan dan perorganisasian serta fungsi dan manejemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan

2.4 Peran dan fungsi kepemimpinan dalam keperawatan


a. Peran
Kegiatan kepemimpinan dalam lkeperawatan mencakup banyak hal. Kegiatan
tersebut mencakup cara mengarahkan ,menunjukan jalan, mensuperfisi, memngawasi
tindakan staf, mengkoordinasikan kegiatan yang sedang akan dilakukan, dan

27
mempersatuakn usaha dari berbagai indifidu yang memiliki karakteristik yang
berbeda ( Gielies dalam Whaitbead, K.et all, 2010 )
Menurut Brosten, Haiman dan Nailor (1979) sedikit mencakup 4 hal yang terkait
dengan kegiatan manejerial, perencanaan, perorganisaian, motivasi, dan
pengendalian. Demgan demikian kegiatan kepemimpinan selalu bersingunagn dengan
keguatan dalam manejemen
b. Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 Fungsi pokok
kepemimpinan yaitu :
a) Fungsi instruktif
Pemimimpin berfungsi sebagai komonikator yang menentukan apa ( isi perintah),
bagaimana ( cara menjalankan perintah), bila mana ( waktu memulai,
melaqksanakan dan melaporkan hasilnya), dan di mana ( tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat di wujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang
yang di pimpin orang hanyalah laksanakan perintah.
b) Fungsi konsultatif
Pemimpin dapat mengunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal
tersebut dimamanakalah pemimpin dalam usahan menetetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan konsultasi dengan orang orang yan di
pimpimpinnya.
c) Fungsi partisipatif
Dalam menjalankan fungsi partisipatif pemimpin berusaha untuk mengaktifkan
orang orang yang di pimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelmpok memeroleh kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang di jabarakan dari tugas
tugas pokok sesuai dengan posisi masing- msaing.
d) Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delaegasi sebenarnya adalah
kepercayaan seorang kepada orang yang di beri kepercayaan untuk perlempahan
wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.

28
e) Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam korordinasi yang efektif
sehingga memungkinka terca[ainya tujuan bersama secara maksimal dalam
melaksanankan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan dalam melalui
kegiatan bimbingan penyerahan kordinasi dan penguasan.

2.5 Komonikasi efektif Dalam Kepemimpinan


a. Pengertian

Komunikasi efektif dapat berlangsung dengan baik dalam suatu


kepemimpinan seorsng pemmimpin yang efektif harus mampu menjadi
pendengarvyang aktif dengan kosentrasi dan usaha untuk melakukan klarifisikasi
bila terjadi ketidakjelasan informasi dan memberikan umpan balik dan mengikuti
aliran informasi bertujuan untuk mencegah salah pengertian.

Jalaluddin (2008) menyebutkan bahwa komonikasi yang efektif ditandai


dengan danya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan social yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatau
tindakan, sedangkan Huston ( 2009) menunjukan cara-cara agar komunikasi efektif
dapat di capai.

b. Hukum Komunikasi Efektif


Ada 5 komunikasi yang efektif ( Dhe 5 inefitable Lawes of effectife
communication) yaitu:
1. Respek; hokum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
kita sampaikan
2. Empathi; adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang di hadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam menjalankan sikap empati adalah kemampuan kita untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum di dengarkan atau di
mengerti oleh orang lain.

29
3. Audible; makna dari audible antara lain : dapat di dengarkan atau di mengerti
dengan baik jika empati berarti kita harus mendengarkan terlbih dahulu
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik.
4. Clariti : selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hikum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri
shingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan.
5. Humble : hokum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah
sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hokum
pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasasanya di dasari
oleh sikap rendah hati yang kita miliki

c. Unsur unsur dalam komunikasi efektif


1. Niat menyangkut apa yang disampaikan, siapa sasarannya, apa yang akan
dicapai, kapan akan di sampaikan.
2. Minat yang di pengaruhi oleh dua factor yaitu factor objektif ( rangsang yang
kita terima) dan factor subjektif ( factor yang menyangkut diri sipenerima
stimulus).
3. Pandangan berupa makna dari informasi yang di sampaikan pada sasaran,
menafsirkan nformasi yang di teriam tergantung pada pendidkan, pekerjaan,
pengalaman dan kerangka piker seseorang.
4. Lekat yang berssi informasi yang di sampaikan oleh sipenerima.
5. Libat merupakan keterlibatan pnca indra sebanyak banyaknya.

d. Kriteria Keberhasilan Komunikasi Efektif

Untuk memeroleh keefektifan, seseorang harus mmperhatikan beberapa


kriteria komunikasi sebagai berikut:

30
1. Komunikasi lebih membutuhkan lebih dari dua orang yang akan menentukan
tingkat hubungan dengan orang lain.
2. kKomunikasi terjadi secara berkesenanambungan dan terjadi hubungan timbal
balik.
3. Proses komunikasi dapat melaui komuikasi ferbal dan nonferbal bias terjadi
secara simultan.
4. Dalamberkounikasi seseorang akan berespon terhadap peran yang di terima
lebih baik scara langsaung maupun tidak langsung, ferbal maupun nonferbal
5. Pesan yang diterima tidak selau di asumsikan sama antara penerima dan
pengirim

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
kepemimpinan adalah proses menghargai orang lain untuk memahami dan
menyepakati tentang apa yang perlu untuk dilakukan dan bagaimana hal tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif, dan proses memfasilitasi usaha individu atau kelompok
(kolektif) untu memenuhi tujuan-tujuan utama. Menurut Arwani (2006) kepemimpinan
adalah suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar
mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang lain dalam menentukan tujuan organisasi. Memotivasi perilaku
pengikat untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dilakukan
oleh seseorang yang memiliki kemampuan untuk memahami perilaku orang lain tanpa

31
menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinya menerima dirinya
sebagai sosok yang layak memimpin mereka.

3.2 Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik,
tentang model model kepemimpinan dalam keperawatan agar menjadi pedoman kita
sebagai perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Asrul Azwar. 2005. Pengantar Andministrasi Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: PT. Bina Rupa
Aksara.

Christina S.I. 1990, Pengantar Manajemen Keperawatan; Akper Padjajaran Bandung ( tidak
dipublikasikan).

Dee Ann Gillies. 2002. Nursing Management Philadelphia: WB. Saundars Compani

Elianor J. Sullifan dan Phillip J. Decker. 1995. Effectife Management in Nuasing. California :
Addison-Wesley publishing Compani

Fiedler, F.E 1967.A Theory of Leadership Effectifenss, Niyork: McGraw-Hill.

Gillis, DA. 1996, Manajemen Keperawatan. Suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders Compani,
Philadephia.

32
H. Moh. Isa. 2021. Beberapa Bacaan Tentang Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Pusar
Peandidikan Dan Latihan Pegawai Depkes RI.

Kuntoro, A. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Maninjaya, A.A. 2004 Manajemen Kesehatan. Edisi Kedua. Jakarta : EGC.

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan praktik. Edisi Keempat
Vol. 1 Alih Bahasa oleh Yasmin Asih, dkk. Jakarta; EGC.

Sitorus, R. dan R. Panjaitan. 2011. Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di


Ruang Rawat. Edisi Pertama. Jakarta: Sagung Seto.

Suarli S. Yanyan Bachtiar (2009) Manajemen Keperawatan Pendekatan Praktis: Jakarta:


Erlangga 5. Potter dan Perry Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

33

You might also like