Kelompok 3 - UAS Filsafat Pendidikan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Strategi Guru PAI Dalam Manajemen Kesiswaan Untuk Meningkatkan

Religiusitas Siswa Di SMAN 92 Jakarta


Adzra Kholwa, Hernawati, Putri Heradiani, Salsabila Wafa Fadillah, Dhiya Rubaiah
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
AdzraKholwa_1404620021@mhs.unj.ac.id

Informasi artikel ABSTRACT


Kata kunci: Schools sometimes fail to foster student religiosity at school, as a result many students
Teachers, Islamic are involved in juvenile delinquency. All of that happened because of the failure in
Education, Religiosity, the implementation of Islamic Religious Education (PAI) in schools. PAI is often
Strategy used as a scapegoat and accused of being the party most responsible for this problem.
One of the efforts made by PAI teachers at SMA Negeri 92 Jakarta is by increasing
the religiosity of students. The purpose of this study was to find out the strategies of
PAI teachers in increasing the religiosity of students at SMA Negeri 92 Jakarta,
the supporting factors and the obstacles they face. This type of research is field research
which is located at SMA Negeri 92 Jakarta. This research method is a qualitative
research method that is narrative. The data in this study were collected using
interviews, observation and documentation. After the data has been collected, data
analysis is carried out, with the steps of data reduction, data presentation, drawing
conclusions and data verification. The results of this study indicate that: (1) Apart
from being a professional educator, the task of an Islamic Religious Education teacher
also has a role to increase student religiosity by instilling Islamic values based on the
Qur'an and Sunnah. (2) The teacher's strategy for PAI SMAN 92 to fulfill aspects
of student religiosity is to carry out internalization and habits by carrying out Islamic
activities such as joint tadarus, mabit, princess, and so on. (3) The success of teachers
in achieving religiosity is one of them driven by school support factors that facilitate it
well. (4) The obstacle faced by PAI teachers is in shaping student morals because of
the background of each student's family as the first place of education where not all
families play a role in teaching Islam properly.
ABSTRAKSI
Keywords: Sekolah kadangkala gagal dalam membina religiusitas siswa di sekolah, akibatnya
Guru, PAI, banyak siswa yang terlibat dalam kenakalan remaja. Semua itu terjadi karena
Religiusitas, ketidakberhasilan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Strategi sekolah. PAI sering dijadikan kambing hitam dan dituding sebagai pihak yang
paling bertanggungjawab dalam permasalahan ini. Salah satu upaya yang
dilakukan guru PAI di SMA Negeri 92 Jakarta adalah dengan cara
meningkatkan religiusitas siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
strategi guru PAI dalam meningkatkan religiusitas siswa di SMA Negeri 92
Jakarta, faktor yang mendukung dan kendala yang dihadapi. Jenis penelitian ini
adalah penelitian field research yang berlokasi di SMA Negeri 92 Jakarta. Metode
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat naratif. Data dalam
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data, dengan
langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan
verifikasi data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Selain sebagai
pendidik yang profesional, tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam juga
memiliki peran untuk meningkatkan religiusitas siswa dengan menanamkan nilai-
nilai keislaman yang berlandaskan Al-Qur’an dan sunah. (2) Strategi guru PAI
SMAN 92 untuk memenuhi aspek-aspek religiusitas siswa adalah dengan
mengadakan pembiasaan internalisasi dan kebiasaan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan keislaman seperti tadarus bersama, mabit, keputrian, dan lain
sebagainya. (3) Keberhasilan guru dalam mencapai religiusitas salah satunya
didorong oleh faktor dukungan sekolah yang memfasilitasi dengan baik. (4)
Kendala yang dihadapi guru PAI yaitu dalam membentuk akhlak siswa karena
latar belakang masing-masing keluarga siswa sebagai tempat pendidikan pertama
yang mana tidak semua keluarga berperan untuk mengajarkan agama Islam
dengan baik.

Pendahuluan
Religius secara sederhana diartikan perilaku individu yang memiliki keyakinan yang kuat
terhadap Tuhan melalui wadah agama yang dianutnya, menjalani perintahNya dengan tekun dan
taat disertai rasa keimnana. Menurut Susilaningsih dan Amin Abdullah, religiusitas atau rasa agama
merupakan kristal nilai agama (religious conscience) dalam diri yang terdalam dari seseorang yang
merupakan produk dari internalisasi nilai-nilai agama yang dirancang oleh lingkungannya.
Religiusitas bagi seorang peserta didik adalah hal yang penting dan harus dimiliki oleh tiap-tiap
peserta didik, hal ini dikarenakan religiusitas mampu membina manusia agar seorang manusia dapat
menjadi orang yang beradab, berakhlak mulia, dan mempunyai nilai-nilai keagamaan dalam dirinya
dan hal inilah yang nantinya diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
religius siswa penting untuk terus ditingkatkan bukan sekedar melalui materi agama, namun orang-
orang di lingkuga sekitarnya juga ikut berpartisipasi dalam upaya menjadi contoh bagaimana
muslim bertingkah laku dengan baik kepada sesama manusia maupun kepada alam cipataanNya.
Dalam hal ini sinergitas anatar guru dan orang tua dalam mendidik siswa sudah sepatutnya
diajarkan sedini mungkin. Guru dituntut untuk mendidik dan membimbing siswa agar dapat
memiliki nilai-nilai agama yang baik.
Dalam dunia pendidikan, meningkatkan religiusitas salah satunya melalui Pendidikan
Agama Islam. PAI dapat membentuk kehidupan manusia kearah yang terarah dan dengan
memahami agama secara menyeluruh, nantinya pribadi yang baik akan terbentuk seiring
berjalannya waktu. Jadi, penerapan nilai-nilai agama perlu dilaksanakan dengan maksimal agar
terlihat bahwa peran religisusitas yang tertanam pada diri siswa akan menjadikannya seorang yang
berakhlak mulia dalam kehidupannya sehari-hari baik itu dilingkungan sekolah maupun
dilingkungan masyarakat. Akhlak yang baik secara umum dibentuk dalam diri setiap individu,
karena Allah SWT memerintahkan hamba-hambnya untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang
buruk. Sejatinya akhlak dapat dibentuk melalui pembinaan dan pembimbingan oleh seseorang, jadi
bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Nilai-nilai religius menjadi penting karena pada zaman
sekarang ini peserta didik harus memahami bahwa dirinya hidup bersama-sama dengan orang lain
yang berbeda agama di Indonesia. Oleh karena itulah dibutuhkannya strategi dala penanaman nilai-
nilai religius melalui bimbingan dari guru maupun orang tua.
Strategi guru PAI dalam hal ini sangat diperlukan melalui pengetahuam keagamaan yang
baik selain itu melalui pengetahuan keberagamaan yang baik peserta didik dapat menyikapi
pengaruh perkembangan globalisasi yang berdampak negatif bagi kalangan masa remaja, sehingga
dapat berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam. Oleh sebab itu Pendidikan Agama Islam di
sekolah sangat diperlukan untuk mengembangkan fitrah beragama anak dalam mewujudkan
perilaku religius yang sesuai dengan norma-norma agama Islam.
Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk mendalami permasalahan
ini dengan judul penelitian “Strategi Guru PAI dalam Manajemen Kesiswan Untuk
Meningkatkan Religiusitas Siswa di SMAN 92 Jakarta”.

Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Dalam menyajikan dan menganalisa data menggunakan
uraian secara verbal dan kualifikasinya bersifat tulisan bukan berupa data angka atau data statistik.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang
ataupun persprektif partisipan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data, fakta-fakta dan
menguraikan secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan masalah yang dipecahkan.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber, yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data utama (data primer) yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari informasi lapangan serta hasil wawancara dari informan penelitian. Sedangkan
sumber data sekunder yang digunakan bersumber dari literatur berupa dokumen, jurnal, riset
akademik, bacaan, laporan atau literatur yang memiliki kaitan dengan topik yang dibahas. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara serta dokumentasi. Observasi dilakukan di
SMA Negeri 92 Jakarta. Wawancara dilakukan dengan informan yaitu salah satu Guru PAI di SMA
Negeri 92 Jakarta. Adapun data yang diperoleh dari dokumentasi meliputi RPP, bahan ajar, serta
data pendukung lainnya. Dalam penelitian ini, analisis data akan dilakukan melalui proses yaitu
pengumpulan data, melakukan reduksi data, melakukan penyajian data sehingga fenomena di
lapangan menjadi jelas, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi data.
Hasil dan Pembahasan
A. Strategi Guru PAI
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau sebuah
metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian suatu garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Istilah strategi
(strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata
benda, strategos merupakan gabungan dari kata Stratos (militer) dengan ago (memimpin).
Strategi adalah sebuah langkah disiapkan oleh seorang guru ketika melakukan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang sistematik dan sempurna. Strategi
pembelajaran adalah rencana yang berisi rangkaian kegiatan yang telah disusun untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Strategi belajar mengajar disebut rencana, langkah-
langkah, taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, taktik tersebut harus
mencerminkan langkah-langkah yang sistematis, artinya masing-masing komponen
pembelajaran harus saling berkaitan dan sistematis. langkah-langkah yang dilakukan oleh
guru dalam proses pembelajaran disusun secara cepat dan logis agar tujuan yang
ditetapkan tercapai.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar, yaitu:
a) Mengindentifikasi serta menetapkan indikator perubahan tingkah laku dan
keperibadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
b) Memilih strategi pendekatan belajar mengajar berdasarkan materi.
c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya, dan
d) Menetapkan kriteria belajar minimal (KBM) sehingga dapat dijadikan pedoman
oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan perangkat
pembelajaran
Tugas guru PAI salah satunya adalah membuat rencana pembelajaran guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan
berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar
dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dimulai dari
perencanaan pelajaran, perencanaan pelaksanaan, dan perencanaan evaluasi. Perlunya
perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
a) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu dimulai dari perencanaan
pembelajaran diwujudkan dengan adanya desain sedang belajar
b) Untuk mendesain suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem
c) Perencanaan desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang
pembelajaran Untuk merencanakan suatu rancangan pembelajaran yang
dimaksud siswa secara individu
d) Pembelajaran yang dilakukan akan mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan pembelajaran secara langsung dan
tujuan iringan pembelajaran
e) Tujuan akhir perencanaan desain pembelajaran adalah mudah dipelajari oleh
siswa.
f) Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel sedang belajar
g) Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penentuan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan pada dasarnya merupakan gabungan dari dua kata, yaitu:
manajemen dan kemahasiswaan. Manajemen secara etimologis berasal dari bahasa
Inggris yaitu dari kata kerja to manage yang artinya mengatur, mengarahkan dan
mengelola. Manajemen berasal dari kata Italia maneggiare yang artinya mengendalikan.
Ketentuan pengendalian lebih terfokus pada “mengendalikan kuda”. Sedangkan
maneggiare juga merupakan bahasa latin manus yang berarti “tangan”. Kesiswaan
(studentship) berasal dari kata dasar siswa dalam kamus bahasa Indonesia artinya murid,
Pelajar yang mendapat imbuhan ke-an berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
siswa atau mereka yang lebih populer di kalangan mahasiswa. Secara etimologis, siswa
adalah setiap orang yang terdaftar sebagai objek pada suatu institusi pendidikan. Dalam
dunia pendidikan, siswa juga sering disebut sebagai Murid atau anak didik. Peserta didik
adalah mereka yang ada mengikuti program pendidikan di sekolah atau jenjang
pendidikan tertentu.

Manajemen kesiswaan adalah suatu pengaturan atau pengaturan segala aspek


kegiatan yang berkaitan dengan siswa, yaitu mulai dari masuknya siswa (peserta didik)
sampai dengan keluarnya siswa (siswa) dari suatu sekolah atau lembaga pendidikan.
Manajemen kemahasiswaan (studentship) sangat diperlukan di lembaga pendidikan karena
siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi pengetahuan dan
keterampilan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan akan sangat tergantung pada
perkembangan potensi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan psikologis peserta didik.
Pengelolaan siswa tidak hanya sekedar mencatat data siswa tetapi mencakup aspek yang
lebih luas yaitu mampu membantu upaya tumbuh kembang anak melalui proses
pendidikan di sekolah.
Manajemen kemahasiswaan bertujuan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan
di lapangan siswa sehingga kegiatan belajar di sekolah lancar, tertib dan teratur. Beberapa
ahli berpendapat bahwa tujuan manajemen peserta mendidik adalah menciptakan kondisi
lingkungan sekolah yang baik serta bagi siswa dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai
tujuan pengajaran yang efektif dan efisien. Ada tiga tugas pokok dalam bidang
manajemen siswa untuk mencapai tujuan tersebut yaitu penerimaan siswa, kegiatan
kemajuan belajar serta pembinaan dan pembinaan kedisiplinan. Manajemen kesiswaan
adalah salah satu bidang operasional sekolah yang penting dalam rangka manajemen
sekolah. Tujuan umum manajemen kemahasiswaan adalah mengatur berbagai kegiatan
di bidang kesiswaan sehingga kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar,
tertib, tertib, dan mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Fungsi manajemen kesiswaan secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta
didik untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, baik menyangkut aspek
individualitasnya, aspek sosialnya, aspek aspirasinya, aspek kebutuhannya maupun aspek
potensi peserta didik. Dalam proses manajemen melibatkan fungsi-fungsi utama Efisiensi
yang ditampilkan oleh seorang manajer/pemimpin yaitu: perencanaan (Planning),
pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating), dan pengawasan (Controlling). Oleh
karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan agar tercapainya organisasi secara efektif dan efisien.
Terdapat prinsip-prinsip dalam manajemen kesiswaan antara lain:
a. Manajemen siswa dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen
sekolah. Oleh karena itu, harus memiliki tujuan sama atau mendukung tujuan
manajemen sekolah secara keseluruhan utuh.
b. Segala bentuk kegiatan manajemen kemahasiswaan harus mengembangka misi
pendidikan dalam rangka mencerdaskan para pesertanya mendidik.
c. Kegiatan manajemen kemahasiswaan harus diupayakan mempersatukan siswa
dari berbagai latar belakang kembali dan memiliki banyak perbedaan.
d. Kegiatan manajemen siswa harus dilihat sebagai upaya pendampingan siswa,
karena dalam membimbing harus ada ketersediaan dari pihak yang dibimbing
yaitu peserta didik itu sendiri.
e. Kegiatan manajemen siswa harus mendorong dan memacu kemandirian siswa.
f. Apa yang diberikan kepada siswa dan selalu dikejar oleh kegiatan manajemen
siswa harus fungsional bagi kehidupan siswa baik di sekolah dan terlebih lagidi
masa depan
Dalam praktek manajemen siswa meliputi hal-hal sebagai berikut: Secara umum,
sekurang-kurangnya bidang manajemen kemahasiswaan memiliki tiga tugas utama
yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan siswa baru, kegiatan kemajuan belajar,
bimbingan dan pembinaan disiplin.

C. Religiusitas
Religiusitas merupakan tingkat keyakinan dan sikap seseorang terhadap ajaran agama
praktik ritual praktik ritual agama yang dianutnya, baik dalam hubungan dengan Allah
maupun terhadap makhluk-Nya, sebagai upaya untuk mencari makna dan kebahagiaan
kehidupan (Suryadi & Hayat, 2021). Adapun menurut Quraish Shihab, religiusitas
memiliki tiga makna. Pertama, religius artinya ketaatan beragama. Kedua, religiusitas
adalah penghayatan keagamaan dan kedalaman keimanan yang diekspresikan dalam
ibadah sehari-hari, doa, dan pemembacaan kitab suci penganutnya. Ketiga, religiusitas
merupakan wujud interaksi harmonis seseorang antara pihak yang lebih tinggi
kedudukannya (Allah Swt.) dengan menggunakan tiga konsep dasar, yakni iman, Islam
dan ihsan.
Menurut Glock dan Stark (dalam Suryadi & Hayat, 2021), terdapat lima aspek
religiusitas, yakni:
1. Aspek keyakinan atau the ideological dimension merupakan aspek atau dimensi yang
didasari bahwa setiap agama memiliki keyakinan tertentu. Misalnya, seorang
muslim meyakini adanya malaikat-malaikat sebagaimana yang ada dalam rukun
iman.
2. Aspek praktik ibadah atau the ritualistic dimension adalah aspek yang didasari oleh
pengalaman ibadah seseorang menurut keyakinannya. Misalnya, salah satu ibadah
wajib bagi seorang muslim adalah salat lima waktu.
3. Aspek eksperiensial atau the experiental dimension adalah aspek yang didasari oleh
perasaan-perasaan yang dialami dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang dianut
seseorang. Salah satu contohnya adalah seseorang yang merasa tenang karena
berzikir.
4. Aspek intelektual atau the intellectual dimension merupakan aspek yang didasari dari
pemahaman seseorang mengenai ajaran agama yang dianutnya.
5. Aspek konsekuensial atau the consequential dimension merupakan aspek yang didasari
dari pengaruh agama terhadap perilaku penganutnya dalam kehidupan. Salah satu
contohnya adalah seseorang yang selalu amanah apabila diberikan sebuah
tanggung jawab.
Selain itu, menurut Ibnu Taimiyah, terdapat tiga dimensi utama religiusitas, yakni
iman, Islam, dan ihsan (Ahmad, 2020). Pendapat ini juga didukung dari dengan pendapat
dari Quraish Shihab yang telah dijelaskan bahwa terdapat tiga konsep dasar, yakni iman,
Islam dan ihsan.

D. Strategi Guru PAI dalam Memanajemen Religiusitas Siswa


1. Hasil Wawancara Guru PAI SMAN 92 Jakarta
Berikut ini merupakan hasil wawancara guru PAI di SMAN 92 Jakarta:
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Selain mendidik siswa, apa Tugas seorang guru sudah tercantum
kewajiban seorang guru PAI pada tupoksi, yakni memberikan ilmu
untuk meningkatkan atau mengajarkan peserta didik untuk
religiusitas siswa? menjadi lebih baik lagi. Selain
memberikan ilmu, guru agama
berkewajiban untuk meningkatkan
religiusitas siswa karena kita tidak
mengetahui latar belakang siswa dari
keluarga seperti apa. Kebanyakan
mereka lahir di keluarga muslim dengan
KTP Islam, namun di rumah tidak
diperhatikan dalam sisi religi. Misalnya,
tentang salat, akhlak, dan lain sebaginya.
Kebanyakan para orang tua hanya
menyekolahkan saja, namun tidak
memberikan contoh sholat bersama.
Jadi cara kita meningkatkan religiusitas
siwa di sekolah adalah:
a) Mewajibkan siswa untuk salat
zuhur di sekolah.
b) Tadarus pagi setiap hari senin –
kamis di kelas
c) Tadarus Akbar berjamaah di
lapangan bagi yang muslim setiap
hari Jum’at lalu dilanjutkan dengan
kegiatan ceramah agama/kultum.
Petugas kultum dikakukan oleh
siswa yang dipilih oleh guru PAI
sebagai perwakilan kelas.
d) Program hafalan (tidak wajib).
Untuk peserta didik yang berhasil
menghafal juz 30 akan mendapatkan
sertifikat yang akan diberikan pada
saat kegiatan keagamaan berupa
maulid sekaligus bertujuan untuk
menampilkan hafalan tersebut pada
kegiatan maulid
e) Mabit. Kegiatan mabit dilakukan
satu atau dua minggu sebelum
diadakannya UN. Adapun kegiatan
yang dalam Mabit berupa ceramah
materi keislaman, muhasabah, zikir,
serta doa-doa.
Dalam kegiatan tadarus, peserta didik
akan berada dalam pengawasan guru
yang sudah masuk kelas pada jam
pertama meskipun bukan mata
pelajaran PAI. Selain itu, apabila
kegiatan dilaksanakan di lapangan maka
bapak-ibu guru berada di belakang
lapangan sehingga siswa selalu berada
dalam pengawasan guru. Guru-guru
juga melaksanakan sweeping atau patroli
untuk mencari atau melihat siapa saja
yang tidak mengikuti tadarus sehingga
kemungkinan siswa tidak mungkin
tidak mengikuti tadarus.
2. Apakah ada acara untuk a) Pelaksanaan maulid nabi yang
memperingati hari-hari diadakan sebelum UN sekaligus
Islam? Jika iya apa saja sebagai kegiatan doa bersama. Pada
kegiatan yang dilaksanakan? kegiatan ini sekolah mengundang
wali murid kelas 12 dan dai-dai
terkenal, misalnya dengan
mengundang Ust. Solmed.
Diundangnya wali murid kelas 12
dikarenakan di dalam kegiatan
maulid terdapat sesi meminta doa
dari orang tua dan guru-guru. Selain
itu, pada kegiatan ini juga terdapat
penampilan hadroh serta
penampilan siswa yang mampu
menghapal juz 30.
b) Pelaksanaan kegiatan sunatan masal
dan santunan anak yatim yang
dilaksanankan setiap akhir tahun
semester ganjil untuk anak kelas 1-6
SD yang tidak mampu.
3. Apakah kegiatan tersebut Kegiatan tersebut berjalan lancar dan
berlangsung dengan baik? baik dikarenakan anak-anak bisa diatur
Jika iya bagaimana kegiatan- serta disiplin untuk mengikuti acara
kegiatan tersebut bisa tersebut, terutama untuk acara
berlangsung dengan baik? khataman Qur’an dan maulid.
4. Menurut ibu apa faktor- Dari kegiatan keputrian ada kegiatan
faktor yang membantu Anda Tabligh. Pada kegiatan Tabligh, sekolah
dalam memanajemen siswa memfasilitasi ruangan yang ada LCD
dalam kegiatan-kegiatan serta speaker. Jadi, memudahkan untuk
tersebut? menampilkan materi keagamaan seperti
video sejarah nabi, dan lain-lain. Selain
itu, sekolah sangat mendukung
kegiatan-kegiatan islami, seperti
kegiatan maulid nabi yang mana sekolah
mendanakan dari dana bantuan
operasional

5. Apakah kegiatan-kegiatan Sekolah bekerja sama dengan rohis dan


tersebut dikerjakan oleh osis. Jadi, guru hanya mengarahkan saja,
sekolah, rohis, atau osis? sedangkan yang menjalankan itu semua
anak rohis dan osis.
6. Dari program-program Ada, namun tidak secara total karena
tersebut, apakah ada semua itu membutuhkan proses. Kita
perubahan dari siswa? hanya mengingatkan bahwa, membaca
Al-Qur’an itu harus, menjalankan
perintah agama itu harus. Jadi, kita tidak
terlalu mengetahui seberapa dalam
mereka pandai membaca Al-Qur’an-
nya karena tidak ada guru yg secara
pribadi mengawasi masing-masing
siswanya.

7. Apakah guru-guru PAI di Anak-anak kelas 12 memiliki praktik


SMAN 92 memiliki target membaca Al-Qur’an, jika ada yg tidak
bagi siswa-siswa muslim? bisa maka guru PAI bekerjasama
dengan orang tua murid agar anak
tersebut bisa membaca Al-Qur’an
dengan beragam cara. Misalnya,
dengan belajar ngaji di rumah, dan
lain-lain.
8. Apa kendala yang Ibu Kendalanya tidak banyak karena SMA
rasakan sebagai guru PAI? hanya belajar kulitnya saja, namun
terdapat sedikit kesulitan dari segi
akhlak yang kurang baik. Misalnya,
apabila sudah masuk kelas, tetapi
masih ada yang makan lalu kaki
diangkat ke kursi. Tugas kita,
mengingatkan mereka dengan hati,
tidak dengan amarah. Dengan cara
bertanya “kamu kenapa?”, kemudian
memberikan solusinya kepada siswa
tersebut.
Ada juga anak yang tidak bisa
membaca Al-Qur’an, tidak
mengetahui huruf hijaiyah, maka
kepsek dan kesiswaan
memprogramkan tadarus akbar di hari
Jum’at untuk memberantas kebutaan
dalam membaca Al-Qur’an.
9. Bagaimana ibu mendidik Dengan khutbah Jum’at dan keputrian
akhlak siswa? di hari Jum’at sebagai cara dalam
pendidikan akhlak, walaupun dengan
materi yang beragam, tetapi banyak juga
materi yang menyangkut dengan
akhlak.

10 liqo tertuju untuk siapa aja? Rohis adalah kegiatan ekskul namun
hanya orang-orang yang mau saja yang
ikut rohis.

12 Di mana peran guru PAI Sebagai pembina rohis dan sebagai


dalam memanajemen wakil kesiswaan. Di bawah naungan
kesiswaannya? agama, maka berjalanlah kegiatan-
kegiatan rohis yang sudah dijelaskan di
atas.

13. Apa peran guru pai dalam Silabus sudah didapatkan dari
silabus? pemerintah maka kita hanya membuat
rppnya. Karena sudah kurikulum
merdeka, jadi tidak ada silabus lagi.
Akan tetapi, ada tujuan pembelajaran,
capaian pembelajaran, dan modul.
Selain itu. Terdapat musyawarah guru
mata pelajaran PAI (MGMP) sebagai
bentuk kerja sama dengan guru PAI di
sekolah lain untuk membicarakan
program sekolah selama 1 tahun
(biasanya dilaksanakan pada hari rabu
setiap 1 bulan sekali). Kegiatan ini
diadakan, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.

2. Analisis Hasil Wawancara


Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa tugas seorang
guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya berperan sebagai pendidik yang
profesional. Akan tetapi, guru PAI juga memiliki peran untuk meningkatkan
religiusitas siswa dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yang berlandaskan Al-
Qur’an dan sunah. Sebagaimana menurut Muchith (2016), guru PAI mempunyai
dua tugas pokok, yakni sebagai pendidik dan pengajar di sekolah serta memiliki
tanggung jawab memberikan pemahaman materi agama Islam kepada siswa dengan
tujuan siswa dan masyarakat memiliki sudut pandang dan pemahaman terhadap
pengetahuan agama (Al-Qur’an dan hadis) secara tepat. Salah satu urgensi
penanaman nilai-nilai keislaman kepada siswa juga dilatarbelakangi oleh latar
belakang keluarga siswa sebagai tempat pendidikan pertama yang mana tidak semua
keluarga berperan untuk mengajarkan agama Islam. Oleh karena itu, sekolah
sebagai tempat pendidikan kedua setelah keluarga memiliki peran penting dalam
menanamkan nilai-nilai keislaman kepada siswa. Salah satu contohnya, yakni guru
PAI di SMAN 92 Jakarta memiliki kegiatan praktik membaca Al-Qur’an yang
bekerja sama dengan orang tua siswa untuk membantu siswa lancar dalam
membaca Al-Qur’an. Selain itu, juga terdapat muswarah guru mata pelajaran PAI
(MGMP) untuk membicarakan program sekolah sebagai bentuk kerja sama dengan
guru PAI di sekolah lain.
Menurut Fathurrohman sebagaimana yang dikutip oleh Saputra & Yunita
(2022), strategi untuk mewujudkan kebiasaan religius dapat dilakukan dengan
menciptakan suasana religius, internalisasi nilai, keteladanan, pembiasaan dan
pembudayaan. Adapun bentuk indikator sebagai acuan terlaksananya budaya
religius di sekolah menurut Suprapno adalah Senyum, Salam, Sapa (3S), membaca
Al-Qur’an, salat duha, salat zuhur berjamaah, puasa senin-kamis, dan istigasah.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, SMAN 92 Jakarta telah
mengadakan pembiasaan dan internalisasi nilai keislaman dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan keislaman berupa kegiatan salat zuhur, tadarus pagi dan akbar,
kegiatan mabit atau yang biasa dikenal denan istigasah atau doa bersama, program
hafalan, ekstrakulikuler Rohis, serta kegiatan keputrian. Pihak sekolah juga
mengadakan kegiatan-kegiatan untuk memperingati hari-hari besar Islam, seperti
maulid yang diisi oleh penampilan hadroh, pembacaan Al-Qur’an oleh siswa, serta
dai-dai ternama.
Selain kegiatan-kegiatan keagaaman yang dilakukan oleh siswa, SMAN 92
Jakarta juga mengadakan kegiatan yang diperuntukkan untuk masyarakat sekitar
berupa kegiatan sunatan masal dan santunan anak yatim untuk anak kelas 1-6 SD.
Adapun peran guru PAI SMAN 92 Jakarta dalam memanajemenkan siswanya
adalah dengan berperan sebagai pembina rohis dan wakil kesiswaan dalam kegiatan-
kegiatan sehingga guru PAI SMAN 92 memiliki peran penting sebagai pengarah
kegiatan. Selain itu, pihak sekolah dan guru juga bekerja sama dengan anggota OSIS
dan Rohis untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keislaman.
Dengan demikian, dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diketahui strategi guru
PAI SMAN 92 untuk memenuhi aspek-aspek religiusitas siswa adalah dengan
mengadakan pembiasaan internalisasi dan kebiaasaan dengan melakukan kegiatan-
kegiatan keislaman. Menurut Ibu Umi, sebagai guru PAI SMAN 92 Jakarta kendala
yang dirasakannya hanya sedikit, yakni kesulitan dalam mengatur akhlak siswa.
Adapun, salah satu upaya yang dilakukan oleh Ibu Umi adalah dengan
menasehatinya secara lembut dan tanpa amarah. Adapun faktor-faktor yang
membuat strategi-strategi tersebut dapat terlaksana dengan baik adalah sebagai
berikut:
a. Guru-guru mata pelajaran membantu pelaksanaan kegiatan dengan berperan
sebagai pengawas.
b. Mengingatkan siswa dengan tulus dan sabar, bukan dengan amarah.
c. Siswa mudah diatur dan disiplin.
d. Pihak sekolah mendukung kegiatan-kegiatan tersebut dengan memfasilitasi dan
mendanai kegiatan yang akan dilaksanakan.
e. Adanya kerja sama dengan pihak OSIS dan Rohis.

Penutup
Berdasarkan hasil survei disimpulkan, tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam tidak
hanya berperan sebagai pendidik yang profesional. Akan tetapi, guru PAI juga memiliki peran
untuk meningkatkan religiusitas siswa dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yang berlandaskan
Al-Qur’an dan sunah. Strategi yang dilakukan oleh guru PAI SMAN 92 Jakarta dalam
memanejemen religiulitas siswa memiliki kegiatan praktik membaca Al-Qur’an yang bekerja sama
dengan orang tua siswa untuk membantu siswa lancar dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, juga
terdapat muswarah guru mata pelajaran PAI (MGMP) untuk membicarakan program sekolah
sebagai bentuk kerja sama dengan guru PAI di sekolah lain. SMAN 92 Jakarta juga telah
mengadakan pembiasaan dan internalisasi nilai keislaman dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
keislaman berupa kegiatan salat zuhur, tadarus pagi dan akbar, kegiatan mabit atau yang biasa
dikenal denan istigasah atau doa bersama, program hafalan, ekstrakulikuler Rohis, serta kegiatan
keputrian. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diketahui strategi guru PAI SMAN 92 untuk
memenuhi aspek-aspek religiusitas siswa adalah dengan mengadakan pembiasaan internalisasi dan
kebiaasaan dengan melakukan kegiatan-kegiatan keislaman.

Daftar Pustaka
Agustina, R. (2022). Strategi Guru PAI dalam Meningkatkan Pembelajran PAI (Studi Analisis di
SMAN 1 Krueng Barona Jaya). Banda Aceh: Undergraduate Thesis UIN Ar-Raniry.
Ahmad, J. (2020). Religiusitas, Refleksi dan Subjektivitas Keagamaan. Deepublish.
Alwi Saputra, Muhammad, and Y. Y. (2022). Strategi Guru PAI untuk Meningkatkan Religiusitas
Peserta Didik Muslim di SMA. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan,
19(2), 280–296. https://doi.org/https://doi.org/10.46781/al-mutharahah.v19i2.541.
Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hal. 88
Muchith, M. S. (2016). Guru PAI yang Profesional. Quality, 4(2), 217–235.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/viewFile/2121/1808#:~:text=di
dik dan masyarakat.-,Guru PAI setidaknyaa memiliki dua tugas yaitu tugas melaksanakan
sebagai,dan hadis) secara tepat yang
Suryadi, Bambang. Hayat, B. (2021). RELIGIUSITAS Konsep, Pengukuran, dan Implementasi di
Indonesia. Bibliosmia Karya Indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/RELIGIUSITAS_Konsep_Pengukuran_dan_Im
ple/u3EYEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1
Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006), hal. 88

You might also like